Top Banner
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah pribadi ini dengan judul “Surveilans epidemiologi , pencatatan dan pelaporan kasus campak di Puskesmas Lubuk Kilangan Padang”. Selanjutnya, Shalawat dan Salam kepada Rasulullah SAW. Penulisan makalah pribadi ini dibuat dengan tujuan sebagai salah satu syarat kelulusan dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. DR. dr. Rizanda Machmud M.Kes selaku preseptor yang telah memberikan bimbingannya dalam proses penyelesaian makalah pribadi ini, juga untuk dukungannya baik dalam bentuk moril maupun dalam mencari referensi yang lebih baik, kepada Kepala Puskesmas Lubuk Kilangan Padang beserta seluruh jajarannya dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah pribadi ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu sangat diperlukan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. i
44

revisi mapri 1

Jul 09, 2016

Download

Documents

Resti Fadya

daifjafhahf
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: revisi mapri 1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah pribadi ini dengan judul “Surveilans epidemiologi ,

pencatatan dan pelaporan kasus campak di Puskesmas Lubuk Kilangan Padang”.

Selanjutnya, Shalawat dan Salam kepada Rasulullah SAW.

Penulisan makalah pribadi ini dibuat dengan tujuan sebagai salah satu syarat

kelulusan dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. DR. dr. Rizanda

Machmud M.Kes selaku preseptor yang telah memberikan bimbingannya dalam proses

penyelesaian makalah pribadi ini, juga untuk dukungannya baik dalam bentuk moril

maupun dalam mencari referensi yang lebih baik, kepada Kepala Puskesmas Lubuk

Kilangan Padang beserta seluruh jajarannya dan semua pihak yang telah membantu

dalam penyusunan makalah pribadi ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu sangat

diperlukan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga karya tulis ini

dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Padang, Agustus 2014

Penulis

i

Page 2: revisi mapri 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................iDAFTAR ISI.......................................................................................................................iiBAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................11.2 Batasan Masalah........................................................................................................11.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................1

1.3.1 Tujuan Umum.....................................................................................................11.3.2 Tujuan Khusus....................................................................................................1

1.4 Metode Penulisan.......................................................................................................1BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................1

2.1 Campak......................................................................................................................12.2 Surveilans..................................................................................................................2

2.2.1 Pengertian...........................................................................................................22.2.2 Tujuan Surveilans...............................................................................................22.2.3 Komponen surveilans.........................................................................................32.2.4 Aktifitas Inti Surveilans......................................................................................62.2.5 Kegunaan surveilans epidemiologi.....................................................................6

2.3 Pencatatan Dan Pelaporan.........................................................................................72.3.1 Pengertian sistem pencatatan dan pelaporan......................................................72.3.2 Manfaat pencatatan dan pelaporan.....................................................................82.3.3 Jenis pencatatan terpadu puskesmas...................................................................92.3.4 Jenis pencatatan..................................................................................................92.3.6 Prosedur Pengisian Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas.....10

2.4 Surveilans Campak.............................................................................................112.4.1 Defisi Kasus Campak..................................................................................112.4.2 Daerah Resiko Campak...............................................................................122.4.3 Kegiatan Surveilans Campak.......................................................................122.4.4 KLB Campak...............................................................................................122.4.5 Penanggulangan Campak.............................................................................13

BAB 3 ANALISIS SITUASI............................................................................................15

ii

Page 3: revisi mapri 1

3.1 Keadaan Geografis dan Demografi.....................................................................153.2. Sarana Kesehatan................................................................................................163.3. Sasaran Puskesmas..............................................................................................163.4 Sumber daya surveilans di Puskesmas Lubuk Kilangan.....................................17

BAB 4 PEMBAHASAN...................................................................................................184.1 Surveilans Campak di Puskesmas Lubuk Kilangan............................................184.2 Pengumpulan dan Pencatatan Data.....................................................................184.3 Permasalahan Surveilans di Puskesmas Lubuk Kilangan...................................224.4 Permasalahan Pencatatan dan Pelaporan di Puskesmas Lubuk Kilangan...........23

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................245.1 Kesimpulan..............................................................................................................245.2 Saran........................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................25

iii

Page 4: revisi mapri 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal mutlak yang harus diperhatikan untuk kemajuan suatu

bangsa. Masalah kesehatan yang dihadapi dunia antara lain adalah penyakit campak.

Campak dan polio adalah penyakit yang sangat potensial untuk menimbulkan wabah

(Depkes RI, 2011). Hasil dari paparan World Health Organization (WHO) menyebutkan,

pada periode Januari hingga Juli 2011, tercatat ada 26 ribu kasus campak di 40 negara di

benua Eropa. Jumlah kasus yang berhasil terekam WHO itu, menunjukkan kasus campak

di benua Eropa meningkat 276 % dibandingkan periode yang sama pada 2007

lalu.Hingga saat ini Indonesia belum bisa terlepas dari penyakit campak, data terakhir

menunjukkan penyakit campak sebanyak 11.704 kasus pada tahun 2011 (Dirjen P2PL,

2012).

Campak merupakan suatu infeksi penyakit akut yang menular, disebabkan oleh

paramixovirus dengan genus morbilivirus yang pada umumnya menyerang anak-anak

(Julia andriani, 2009). Penyakit campak termasuk penyakit yang sering menyerang anak-

anak, karena itu penyakit akibat virus ini sering disepelekan dan masyarakat kita masih

berpikiran kalau anak kena campak adalah hal yang biasa dan wajar (Soedjatmiko,

2011).

Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan perifer berperan penting dalam

pencegahan dan pemberantasan penyakit campak. Untuk itu, diperlukan kegiatan

surveilans yang diikuti pencatatan dan pelaporan untuk mengetahui pola perkembangan

penyakit campak tersebut. Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu

kegiatan dengan output berupa data. Data yang disajikan adalah informasi tentang

pelaksanaan progam dan perkembangan masalah kesehatan masyarakat. Informasi yang

ada perlu dibahas, dikoordinasikan, diintegrasikan agar menjadi pengetahuan bagi semua

staf puskesmas. Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikombinasi

menjadi laporan terpadu puskesmas atau yang disebut dengan sistem pencatatan dan

pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP).

Page 5: revisi mapri 1

1.2 Batasan Masalah

Makalah ini membahas mengenai kegiatan surveilans, pencatatan dan pelaporan

kasus campak di Puskesmas Lubuk Kilangan serta permasalahan yang ada dalam

rangkaian kegiatan tersebut.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan surveilans,

pencatatan dan pelaporan kasus campak di Puskesmas secara umum sehingga didapatkan

analisis mengenai kasus campak di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pelaksanaan kegiatan surveilans, pencatatan dan pelaporan kasus

campak di Puskesmas Lubuk Kilangan.

2. Mengetahui sebaran wilayah kasus campak di Kecamatan Lubuk Kilangan.

3. Mengetahui sebaran waktu terjadinya campak dari tahun ke tahun di

Kecamatan Lubuk Kilangan.

4. Mengetahui faktor resiko serta pencegahan dan penanggulangan campak.

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk pada

berbagai literatur dan laporan Puskesmas Lubuk Kilangan, analisis, dan diskusi bersama

pemegang program.

2

Page 6: revisi mapri 1

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Campak

Campak merupakan suatu infeksi penyakit akut yang menular, disebabkan oleh

paramixovirus dengan genus morbilivirus yang pada umumnya menyerang anak-anak

(Julia andriani, 2009). Penyakit campak termasuk penyakit yang sering menyerang anak-

anak, karena itu penyakit akibat virus ini sering disepelekan dan masyarakat kita masih

berpikiran kalau anak kena campak adalah hal yang biasa dan wajar (Soedjatmiko, 2011).

Campak dapat menular dari satu manusia ke manusia lain melalui percikan ludah

dan transmisi melalui udara terutama melalui batuk, bersin atau sekresi hidung. Masa

penularan 4 hari sebelum rash sampai 4 hari setelah timbul rash, puncak penularan pada

saat gejala awal (fase prodromal), yaitu pada 1-3 hari pertama sakit (Dirjen P2PL

(pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan), 2008).

Gejala campak awalnya dimulai dari panas badan, biasanya diatas 38 derajat

celcius selama 3 hari atau lebih, disertai salah satu atau lebih gejala batuk, pilek, mata

merah atau mata berair. Khas (Pathognomonis) ditemukan Koplik’s spot atau bercak

putih keabuan dengan dasar merah di pipi bagian dalam (mucosa bucal). Bercak

kemerahan/rash yang dimulai dari belakang telinga pada tubuh berbentuk makulo papular

selama 3 hari atau lebih, beberapa hari (4-7 hari) keseluruh tubuh. Bercak kemerahan

makulo papular setelah 1 minggu sampai 1 bulan berubah menjadi kehitaman

(hiperpigmentasi) disertai kulit bersisik. Untuk kasus yang telah menunjukkan

hiperpigmentasi (kehitaman) perlu dilakukan anamnesis dengan teliti, dan apabila pada

masa akut (permulaan sakit) terdapat gejala-gejala tersebut di atas maka kasus tersebut

termasuk kasus campak klinis. Kematian penderita campak umumnya disebabkan karena

komplikasinya, seperti : Bronchopneumonia, Diare berat dan gizi buruk serta penanganan

yang terlambat (Dirjen P2PL, 2008).

Infeksi alami karena infeksi penyakit campak cenderung menimbulkan antibody

lebih baik disbanding antibody yang terbentuk karena vaksinasi campak. Stelah terjadi

infeksi virus, maka terjadi respon seluler segera yang kemudian diikuti oleh respon

Page 7: revisi mapri 1

imunitas pada saat timbulnya rash. Bila seorang anak tidak terdeteksi adanya titer

antibody campak, maka anak tersebut kemungkinan masih rentan. Penyembuhan

terhadap penyakit campak tergantung kepada kemampuan respon dari T-Cell yang

adekuat (Dirjen P2PL, 2008)

2.2 Surveilans

2.2.1 Pengertian

Menurut Kepmenkes RI Nomor 1479/MENKES/SK/X/2003 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Sistem Survelans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak

Menular Terpadu, surveilans adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus

terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan

tindakan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan dan pengolahan, dan

penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Sementara

menurut WHO (2004), surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan

interpretasi data secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada

unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.

Surveilans kesehatan masyarakat adalah proses pengumpulan data kesehatan yang

mencakup tidak saja pengumpulan informasi secara sistematik, tetapi juga melibatkan

analisis, interpretasi, penyebaran, dan penggunaan informasi kesehatan. Hasil surveilans

dan pengumpulan serta analisis data digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang

lebih baik tentang status kesehatan populasi guna merencanakan, menerapkan,

mendeskripsikan, dan mengevaluasi program kesehatan masyarakat untuk mengendalikan

dan mencegah kejadian yang merugikan kesehatan. Dengan demikian, agar data dapat

berguna, data harus akurat, tepat waktu, dan tersedia dalam bentuk yang dapat digunakan

(Timmreck, 2005).

2.2.2 Tujuan Surveilans

Tujuan surveilans berdasarkan Depkes RI tahun 2004 adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui gambaran epidemiologi masalah kesehatan atau

penyakit pada suatu wilayah.

2

Page 8: revisi mapri 1

2. Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan prioritas masalah

kesehatan. Ada tiga persyaratan minimal yang harus diketahui untuk dapat

menetapkan prioritas masalah kesehatan, yakni besarnya masalah, adanya

metode untuk mengatasi masalah, dan tersedianya biaya untuk mengatasi

masalah. Dengan data surveilans yang layak dapat diketahui besaran

masalah dari setiap masalah kesehatan yang ada serta keefektifan dari

sebuah metode yang digunakan.

3. Untuk mengetahui cakupan pelayanan.

4. Untuk kewaspadaaan dini terjadinya kejadian Luar Biasa (KLB) . KLB

adalah timbulnya atau meningkatnyakejadian / kematian yang bermakna

secraa epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu (WHO,

2004).

5. Untuk memantau dan menilai program. Setelah keputusan dirumuskan dan

dilakukan inntervensi, kita dapat menilai berhasil atau tidaknya intervensi

tersebut dari data surveilans di rentang waktu berikutnya, apakah sudah

terjadi penurunan insiden atau prevalensi penyakit tersebut.

2.2.3 Komponen surveilans

Komponen-komponen kegiatan surveilans menurut Depkes. RI, (2004) seperti

dibawah ini :

1. Pengumpulan data, data yang dikumpulkan adalah data epidemiologi yang jelas,

tepat dan ada hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan. Tujuan dari

pengumpulan data epidemiologi adalah: untuk menentukan kelompok populasi

yang mempunyai resiko terbesar terhadap serangan penyakit; untuk menentukan

reservoir dari infeksi; untuk menentukan jenis dari penyebab penyakit dan

karakteristiknya; untuk memastikan keadaan yang dapat menyebabkan

berlangsungnya transmisi penyakit; untuk mencatat penyakit secara keseluruhan;

untuk memastikan sifat dasar suatu wabah, sumbernya, cara penularannya dan

seberapa jauh penyebarannya

2. Kompilasi, analisis dan interpretasi data. Data yang terkumpul selanjutnya

dikompilasi, dianalisis berdasarkan orang, tempat dan waktu. Analisa dapat

berupa teks tabel, grafik dan spot map sehingga mudah dibaca dan merupakan

3

Page 9: revisi mapri 1

informasi yang akurat. Dari hasil analisis dan interpretasi selanjutnya dibuat saran

bagaimana menentukan tindakan dalam menghadapi masalah yang baru

3. Penyebaran hasil analisis dan hasil interpretasi data. Hasil analisis dan interpretasi

data digunakan untuk unit-unit kesehatan setempat guna menentukan tindak lanjut

dan disebarluaskan ke unit terkait antara lain berupa laporan kepada  atasan atau

kepada lintas sektor yang terkait sebagai informasi lebih lanjut

Komponen-komponen dalam pelaksanaan sistem surveilans (WHO,1999) adalah sebagai

berikut:

a.     Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan komponen yang sangat penting karena kualitas

informasi yang diperoleh sangat ditentukan oleh kualitas data yang dikumpulkan.

Data yang dikumpulkan harus jelas, tepat dan ada hubungannya dengan penyakit

yang bersangkutan. Oleh karena itu untuk dapat menjalankan surveilans yang baik

pengumpulan data harus dilaksanakan secara teratur dan terus-menerus.

Tujuan pengumpulan data:

1).    Menentukan kelompok atau golongan populasi yang mempunyai resiko

terbesar terkena penyakit seperti jenis kelamin, umur, suku, pekerjaan dan

lain-lain.

2).    Menentukan jenis agent atau penyebab penyakit dan karakteristiknya.

3).    Menentukan   reservoir infeksinya

4).    Memastikan keadaan yang menyebabkan kelangsungan transmisi penyakit.

5).    Mencatat kejadian penyakit, terutama pada kejadian luar biasa.

Sumber data yang dikumpulkan barlainan untuk tiap jenis penyakit.Sumber data

sistem surveilans terdiri dari 10 elemen yaitu:

1).    Pencatatan kematian

2).    Laporan penyakit, merupakan elemen yang terpenting dalam surveilans. Data

yang diperlukan : nama penderita, umur, jenis kelamin, alamat, diagnosis dan

tanggal mulai sakit.

3).    Laporan kejadian luar biasa atau wabah.

4).    Hasil pemeriksaan laboratorium.

4

Page 10: revisi mapri 1

5).    Penyelidikan peristiwa penyakit menular.

6).    Penyidikan kejadian luar biasa atau wabah.

7).    Survey : memerlukan tenaga, biaya dan fasilitas.

8).    Penyelidikan tentang distribusi vektor dan reservoir penyakit pada hewan.

9).    Data penggunaan obat-obatan, serum dan vaksin.

10).  Data kependudukan dan lingkungan.

b.     Pengolahan, analisa dan interpretasi data

Data yang terkumpul segera diolah, dianalisa dan sekaligus diinterpretasikan

berdasarkan waktu, tempat dan orang, kemudian disajikan dalam bentuk teks, tabel, spot

map dan lain-lain agar bisa menjawab masalah-masalah yang ada, sehingga segera

dilakukan tindakan yang cepat dan tepat.

Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data, dibuat tanggapan dan saran-saran

dalam menentukan tindakan pemecahan masalah yang ada.

c.     Penyebarluasan Informasi dan umpan balik.

Hasil analisa dan interpretasi data selain terutama dipakai sendiri oleh unit

kesehatan setempat untuk keperluan penentuan tindak lanjut, juga untuk disebarkluaskan

dengan jalan dilaporkan kepada atasan sehagai infomasi lebih lanjut, dikirimkan sebagai

umpan balik (feed back)kepada unit kesehatan pemberi laporan.

Umpan balik atau pengiriman informasi kembali kepada sumber-sumber data

(pelapor) mengenai arti data yang telah diberikan dan kegunaannya setelah diolah,

merupakan suatu tindakan yang penting, selain tindakan follow up.

2.2.4 Aktifitas Inti Surveilans

Aktivitas surveilans kesehatan masyarakat meliputi delapan aktivitas inti

(McNabb. et al., 2002), yaitu:

1)    Pendeteksian kasus (case detection): proses mengidentifikasi peristiwa atau keadaan

kesehatan. Unit sumber data menyediakan data yang diperlukan dalam penyelenggaraan

5

Page 11: revisi mapri 1

surveilans epidemiologi termasuk rumah sakit, puskesmas,  laboratorium, unit penelitian,

unit program-sektor dan unit statistik lainnya.

2)    Pencatatan kasus (registration): proses pencatatan kasus hasil identifikasi peristiwa

atau keadaan kesehatan.

3)    Konfirmasi (confirmation): evaluasi dari ukuran-ukuran epidemiologi sampai pada

hasil percobaan laboratorium.

4)    Pelaporan (reporting): data, informasi dan rekomendasi sebagai hasil kegiatan

surveilans epidemiologi disampaikan kepada pihak-pihak yang dapat melakukan tindakan

penanggulangan penyakit atau upaya  peningkatan program kesehatan, pusat penelitian

dan pusat kajian serta pertukaran data dalam jejaring surveilans epidemiologi.

Pengumpulan data kasus pasien dari tingkat yang lebih rendah dilaporkan kepada fasilitas

kesehatan yang lebih tinggi seperti lingkup daerah atau nasional.

5)    Analisis data (data analysis): analisis terhadap data-data dan angka-angka dan

menentukan indikator terhadap tindakan.

6)    Respon segera/ kesiapsiagaan wabah (epidemic preparedness) kesiapsiagaan dalam

menghadapi wabah/kejadian luar biasa.

7)    Respon terencana (response and control): sistem pengawasan kesehatan masyarakat

hanya dapat digunakan jika data yang ada bisa digunakan dalam peringatan dini dan

munculnya masalah dalam kesehatan masyarakat.

8)    Umpan balik (feedback): berfungsi penting dari semua sistem pengawasan, alur

pesan dan informasi kembali ke tingkat yang lebih rendah dari tingkat yang lebih tinggi.

2.2.5 Kegunaan surveilans epidemiologi

Surveilans epidemiologi mempunyai beberapa kegunaan (Depkes RI, 1997) yaitu:

a.     Mengidentifikasi adanya kejadian luar biasa, epidemi dan untuk memastikan

tindakan pengendalian secara berhasil guna yang dapat dilaksanakan.

b.     Memantau pelaksanaan dan daya guna program pengendalian khusus dengan

memperbandingkan besarnya masalah sebelum dan sesudah pelaksanaan program.

c.     Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas sasaran program pada tahap

perencanaan program.

6

Page 12: revisi mapri 1

d.     Mengidentifikasi kelompok resiko tinggi menurut umur, pekerjaan, tempat

tinggal dimana masalah kesehatan sering terjadi dan variasi terjadinya dari waktu

ke waktu, menambah pemahaman mengenai vektor penyakit, reservoir binatang

dan cara serta dinamika penularan penyakit menular.

2.3 Pencatatan Dan Pelaporan

2.3.1 Pengertian sistem pencatatan dan pelaporan

Pencatatan adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu aktifitas dalam

bentuk tulisan. Bentuk catatan dapat berupa tulisan, grafik, gambar dan suara.

Selanjutnya untuk melengkapi pencatatan setiap kegiatan yang dilakukan diakhiri dengan

pembuatan laporan.

Pelaporan adalah catatan yang memberikan informasi tentang kegiatan tertentu

dan hasilnya disampaikan ke pihak yang berwenang atau berkaitan dengan kegiatan

tertentu. Pencatatan (recording) dan pelaporan (reporting) berpedoman kepada sistem

pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP).

Beberapa  pengertian dasar dari SP2T4P menurut DepKes. Ri (1992) adalah sebagai

berikut:

1.  Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas adalah kegiatan pencatatan

dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatn di

puskesmas termasuk puskesmas pembantu, yang ditetapkan melalui surat

keputusan Menteri Kesehatan RI no.63/Menkes/SK/II/1981

2. Sistem adalah satu kesatuan yang terdiri atas beberapa komponen yang saling

berkaitan, berintegrasi dan mempunyai tujuan tertentu

3. Terpadu merupakan gabungan dari berbagai macam kegiatan pelayanan kesehatan

puskesmas, untuk menghindari adanya pencatatan dan pelaporan lain yang dapat

memperberat beban kerja petugas puskesmas.

4. Pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan tiap kegiatan bagi tenaga kesehatan

adalah melakukan pencatatan data penyelenggaraan tiap kegiatan bagi tenaga

kesehatan dan melaporkan data tersebut kepada instansi yang berwenang berupa

7

Page 13: revisi mapri 1

laporan lengkap pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan format yang di

tetapkan.

5. Pencatatan dan pelaporan rekapitulasi kegiatan tiap triwulan adalah melakukan

pencatatan data pada semua kegiatan dalam satu triwulan berjalan dan

melaporkan data tersebut dalam bentuk rekapitulasi kegiatan triwulanan kepada

instansi yang berwenang dengan menggunakan format yang di tetapkan

6. Pencatatn dan pelapopran rekapitulasi kegiatan yang di selenggarakan setiap

triwulan dan tiap tahun adalah pencatatan data untuk semua kegiatan dalam satu

triwulan dan satu tahun berjalan, serta melaporkan data tersebut dalam bentuk

rekapitulasi kegiatan triwulanan dan tahunan kepada instansi yang berwenang

dengan menggunakan format yang telah di tetapkan.

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) didalam pelaksanaannya

masih terbatas pada data yang merupakan hasil dari interaksi antara masyarakat dengan

fasilitas kesehatan. SP2TP/SIMPUS dapat juga membantu dalam perencanaan program-

program kesehatan di puskesmas. Namun dalam kenyataannya belum berjalan seperti

yang harapkan, bahkan kehadiran  sistem pencatatan dan pelaporan di puskesmas dilihat

sebagai suatu hal yang cukup membebani petugas puskesmas. Evaluasi dilakukan untuk

mengkaji pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan di Puskesmas, menemukan

masalah-masalah yang dihadapi baik dari aspek teknis dan non teknis.

2.3.2 Manfaat pencatatan dan pelaporan

1. Memudahkan dalam mengelola informasi kegiatan di tingkat pusat,provinsi,dan

kab/kota

2. Memudahkan dalam memperoleh data untuk perencanaan dalam rangka

pengembangan tenaga kesehatan

3. Memudahkan dalam melakukan pembinaan tenaga kesehatan

4. Memudahkan dalam melakukan evaluasi hasil.

2.3.3 Jenis pencatatan terpadu puskesmas

Pencatatan kegiatan harian progam puskesmas dapat dilakukan di dalam dan di

luar gedung.

8

Page 14: revisi mapri 1

1. Pencatatan yang dibuat di dalam gedung Puskesmas

Pencatatan yang dibuat di dalam gedung Puskesmas adalah semua data yang diperoleh

dari pencatatan kegiatan harian progam yang dilakukan dalam gedung puskesmas seperti

tekanan darah, laboratorium, KB dan lain-lain. Pencatatan dan pelaporan ini

menggunakan: family folder, kartu indek penyakit, buku register dan sensus harian.

2. Pencatatan yang dibuat di luar gedung Puskesmas

Pencatatan yang dibuat di luar gedung Puskesmas adalah data yang dibuat berdasarkan

catatan harian yang dilaksanakan diluar gedung Puskesmas seperti Kegiatan progam

yandu, kesehatan lingkungan, UKS, dan lain-lain. Pencatatan dan Pelaporan ini

menggunakan kartu register dan kartu murid.

Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikombinasi menjadi laporan

terpadu puskesmas atau yang disebut dengan system pencatatan dan pelaporan terpadu

Puskesmas (SP2TP). SP2TP ini dikirim ke dinas kesehatan Kabupaten atau kota setiap

awal bulan, kemudian ke Dinas Kesehatan kabupaten atau kota mengolahnya dan

mengirimkan umpan baliknya ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Departemen Kesehatan

Pusat. Umpan balik tersebut harus dikirimkankembali secara rutin ke Puskesmas untuk

dapat dijadikan evaluasi keberhasilan progam. Namun sejak otonomi daerah dilaksanakan

puskesmas tidak punya kewajiban lagi mengirimkan laporan ke Departemen Kesehatan

Pusat tetapi dinkes kabupaten/kota lah yang berkewajiban menyampaikan laporan

rutinnya ke Departemen Kesehatan Pusat.

2.3.4 Jenis pencatatan

1. Laporan Mingguan

Pencatatan dan pelaporan penyakit mingguan dilakukan pada blangko W2.

Penyakit yang bisa dilaporkan sesuai program yang saya pengang adalah campak,

Cikungunya,dan Varisela, jika ada kasus yang datang ke Puskesmas.

2. Laporan Bulanan

Laporan Bulanan yang saya dilaporkan adalah laporan campak (C1 campak),

Laporan kesakitan, kematian daftar penyakit baru dan Surveillance Terpadu

Puskemas (STP). Laporan didapatkan dari rekapan KIA dan BP selanjutnya

dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kota setiap awal bulan.

3. Laporan Tahunan

9

Page 15: revisi mapri 1

Laporan Tahunan dibuat berdasarkan laporan bulanan yang sudah ada. Laporan

dibuat dalam bentuk tabel dan Gtavik untuk melihat jumlah kasus perbulan, trend

dan jumlah kasus per kelurahan.

4. Laporan KLB

Jika terjadi wabah / kejadian luar biasa maka dilakukan investigasi dengan turun

ke lapangan bersama tim atau pemegang program bersangkutan. Balngko laporan

yang disertakan adalah W dan Laporan investigasi kasus.

Bentuk Formulir Pelaporan :

1. Laporan kesakitan

2. Laporan kematian

3. ISPA / ILI

4. Laporan bulanan campak (C1 campak)

5. Sistem terpadu puskesmas (STP)

6. Laporan penyakit baru

7. Laporan investigasi penyelidikan epidemiologi KLB (w1).

2.3.6 Prosedur Pengisian Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas

Prosedur pengisian sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP), yaitu:

1. Formulir SP2TP mengacu pada formulir cetakan 2006 baik bulanan maupun

tahunan.

2. Formulir SP2TP diisi oleh masing-masing penanggung jawab program.

3. Penanggung jawab program bertangung jawab penuh terhadap kebenaran data

yang ada.

4. Hasil akhir pengisian data di ketahui oleh kepala puskesmas.

5. Pengentrian ke komputer dapat dilakukan oleh petugas yang ditunjuk atau staf

pengelola program bersangkutan.

6. Data pada formulir SP2TP agar diarsipkan sebagai bukti didalam

pertangungjawaban akhir minimal 2 tahun.

7. Semua data diisi berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas.

10

Page 16: revisi mapri 1

2.4 Surveilans Campak

2.4.1 Defisi Kasus Campak

Definisi Kasus Campak yang digunakan dalam sistem surveilans epidemiologi

nasional adalah sebagai berikut (Dirjen P2PL, 2008)

a. Kasus klinis

Demam, bercak merah berbetuk mokulopapular dan satu atau lebih gejala berikut :

Batuk, pilek atau mata merah (conjunctivitis) atau didiagnosa oleh dokter sebagai

kasus campak.

b. Kasus konfirmasi

a.) Pasti secara laboratorium : Kasus campak klinis yang telah dilakukan

konfirmasi laboratorium dengan hasil positif campak.

b.) Pasti secara epidemiologi : Semua kasus klinis yang mempunyai hubungan

epidemiologi dengan kasus yang pasti secara laboratorium.

c.) Bukan kasus campak (Discarded) : Kasus tersangka campak , yang setelah

dilakukan pemeriksaan laboratorium, hasilnya negatif.

c. Kematian Campak

Kematian campak adalah kematian dari seorang penderita campak pasti (klinis,

laboratorium maupun epidemiologi) yang terjadi dalam 30 hari setelah timbul rash,

bukan disebabkan oleh hal-hal lain seperti : trauma atau penyakit kronik yang tidak

berhubungan dengan komplikasi campak (Dirjen P2PL, 2008).

2.4.2 Daerah Resiko Campak

Daerah risiko tinggi campak yaitu daerah yang berpotensi terjadinya KLB

campak, dilihat dari (Dirjen P2PL, 2008) :

- Daerah dengan cakupan imunisasi rendah (< 80%)

- Lokasi yang padat dan kumuh antara lain pengungsian

- Daerah rawan gizi

- Daerah sulit dijangkau atau jauh dari pelayanan kesehatan

- Daerah dimana budaya masyarakatnya tidak menerima imunisasi.

11

Page 17: revisi mapri 1

2.4.3 Kegiatan Surveilans Campak

Kegiatan surveilans Campak yang digunakan dalam sistem surveilans

epidemiologi nasional adalah sebagai berikut (Dirjen P2PL, 2008) :

a.) Tingkat Puskesmas

Pengumpulan data dari puskesmas, pembantu, praktek dokter,bidan, perawat

dan pelayanan kesehatan swasta lainnya, masyarakat/Posyandu maupun petugas

desa siaga. Setelah dilaksanakan pengumpulan data lalu dilakukan pencatatan dan

pelaporan ke dinas kesehatan kabupaten/kota.

b.) Tingkat Rumah Sakit

Kegiatan surveilans campak di RS lebih ditekankan pada penemuan kasus

secara aktif. Setiap hari petugas kesehatan di bangsal dan poliklinik anak

memeriksa adanya kasus maupun kematian campak. Perlu diingat bahwa

kematian akibat campak sebagian besar disebabkan oleh komplikasi terutama

broncho pneumonia, diare dan encephalitis. Setelah penemuan kasus lalu

dilakukan pencatatan dan pelaporan ke dinas kesehatan kabupaten/kota.

2.4.4 KLB Campak

Penyelidikan KLB campak bertujuan untuk mengetahui gambaran epidemiologi

KLB berdasarkan waktu kejadian, umur dan status imunisasi penderita, sehingga dapat

diketahui luas wilayah yang terjangkit dan kelompok yang teresiko. Disamping itu juga

untuk mendapatkan faktor risiko terjadinya KLB sehingga dapat dilakukan tindak lanjut.

Suatu kondisi dinyatakan sebagai KLB campak apabila terdapat kasus campak di

suatu wilayah yang melebihi dari kondisi biasa, seperti meluasnya wilayah yang

terjangkit dan meningkatnya jumlah populasi yang terserang, atau adanya kematian

karena campak atau jika ada 5 kasus dalam satu wilayah puskesmas dalam kurun waktu

4 minggu (tidak cluster) maka harus diambil spesimennya untuk membuktikan apakah

merupakan kasus campak atau bukan (Dirjen P2PL, 2008).

12

Page 18: revisi mapri 1

2.4.5 Penanggulangan Campak

Langkah-langkah penanggulangan campak dalam sistem surveilans epidemiologi

nasional adalah sebagai berikut (Dirjen P2PL, 2008).

Langkah-langkah penanggulangan :a.) Tata laksana kasus adalah kegiatan yang meliputi pengobatan penderita yang

tidak komplikasi, pemberian vitamin A, pengobatan Komplikasi di

puskesmas (antibiotik ), apabila keadaan penderita cukup berat, segera rujuk

ke rumah sakit.

b.) Imunisasi

Respon imunisasi pada KLB campak dapat dilakukan seperti berikut, sesuai

situasi :

- Imunisasi selektif, dengan cara meningkatkan cakupan imunisasi rutin di

desa terjangkit dan sekitarnya, upayakan cakupan 100 % dan melakukan

imunisasi campak kepada seluruh anak usia 6 bl – 5 th yang tidak

mempunyai riwayat imunisasi campak yang berkunjung ke puskesmas

maupun posyandu hingga 1 bulan dari kasus terakhir

- Pemberian imunisasi campak masal : yaitu memberikan imunisasi campak

secara masal kepada seluruh anak pada golongan umur tertentu tanpa

melihat status imunisasi anak tersebut. Pelaksanaan imunisasi masal ini

harus dilaksanakan sesegera mungkin, sebaiknya pada saat daerah tersebut

diperkirakan belum terjadi penularan secara luas. Selanjutnya cakupan

imunisasi rutin tetap dipertahankan tinggi dan merata.

c.) Penyuluhan

- Masyarakat diingatkan akan bahaya penyakit campak dan pentingnya

imunisasi dan makanan cukup gizi.

- Segera membawa anaknya ke fasilitas kesehatan bila ada gejala panas.

- Mencegah kematian dan komplikasi dengan pemberian vitamin A.

13

Page 19: revisi mapri 1

BAB 3

ANALISIS SITUASI

3.1 Keadaan Geografis dan Demografi

Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi seluruh wilayah Kecamatan

Lubuk Kilangan dengan luas 85,99 km2 dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Pauh

Sebelah Selatan : Kecamatan Padang Selatan

Sebelah Barat : Kecamatan Lubuk Begalung

Sebelah Timur : Kabupaten Solok

Gambar 3. 1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan

Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi 7 kelurahan sebagai wilayah kerjanya.

Ketujuh kelurahan tersebut adalah:

1. Kelurahan Batu Gadang

2. Kelurahan Indarung

14

Page 20: revisi mapri 1

3. Kelurahan Padang Besi

4. Kelurahan Bandar Buat

5. Kelurahan Koto Lalang

6. Kelurahan Beringin

7. Kelurahan Tarantang

Jumlah penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan adalah 50.032 jiwa yang terdiri

dari 10.707 kk. Kecamatan ini memiliki 44RW dan 171 RT.

3.2. Sarana Kesehatan

Tabel 3.1 Daftar Sarana Kesehatan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013

Sarana Kesehatan Jumlah

Puskesmas Induk 1 UnitPuskesmas Pembantu 3 Unit (Indarung, Batu Gadang, dan

Baringin)Posyandu Balita 43 PosPosyandu Lansia 1 PosKader Kesehatan 164 orangPraktik dokter swasta 5 orangPraktik Bidan swasta 21 orang

Sumber data : Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013

3.3. Sasaran Puskesmas

Tabel 3.2 Daftar Sasaran Kesehatan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013

VARIABEL Bandar

Buat

Padang

Besi

Indarung Koto

Lalang

Batu

Gadang

Baringin Tarantang Total

PENDUDUK 14359 6797 11096 6563 6480 2277 2460 50032

BAYI 316 138 239 132 131 39 46 1041

BALITA 1433 767 1074 869 409 277 290 5119

IBU HAMIL 352 153 268 148 147 38 40 1146

BUSUI 573 306 429 347 163 106 124 2048

PDD LAKI2 2972 1158 2282 1428 1264 239 460 9803

PDD PR 381 168 168 109 207 54 117 1245

BULIN 338 153 262 142 120 36 40 1091

15

Page 21: revisi mapri 1

Sumber data : Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013

3.4 Sumber daya surveilans di Puskesmas Lubuk Kilangan

a. Sumber Daya Manusia (Petugas Surveilans)

Puskesmas Lubuk Kilangan saat ini memiliki satu orang petugas surveilans

dengan latar belakang pendidikan Diploma III (Amd Kep) sebagai koordinator yang

bekerjasama dengan beberapa orang lainnya dari tiap program yang ada di puskesmas

tersebut.

Jumlah petugas yang memegang program surveilans saat ini tidak menjadi

kendala dalam menjalankan kegiatan program surveilans.

b. Sarana Pendukung

Sarana yang disediakan untuk program surveilans di Puskesmas Lubuk Kilangan

adalah berupa paket formulir pencatatan, paket peralatan pelaksanaan surveilans

epidemiologi, dan satu unit kendaraan bermotor roda dua.

16

Page 22: revisi mapri 1

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Surveilans Campak di Puskesmas Lubuk Kilangan

Pasien dengan penyakit campak datang ke Puskesmas Lubuk Kilangan dengan

mengeluh demam serta keluar bintik-bintik merah. Dokter Puskesmas mendiagnosa

penyakit yang diderita pasien setelah melihat gejala-gejala yang timbul, jika sudah

didiagnosa campak maka pasien diberikan obat.

Pengobatan diberikan dokter puskesmas, dan pasien diberi vitamin A dengan

dosis 1 butir pada hari I,2 dan ke-14. Untuk bayi yang kurang dari 1 tahun diberikan

setengahnya.

Penyuluhan diberikan langsung ke pasien tentang perawatan penyakit campak di

rumah, imunisasi, dan kebersihan lingkungan.

Pasien yang sudah terdiagnosa campak ditanya identitasnya secara lengkap dan

keadaan di rumah tempat pasien tinggal. Apakah ada tetangga yang dapat campak atau

tidak. Selanjutnya dicatat langsung dalam formulir C1 campak.

4.2 Pengumpulan dan Pencatatan Data

Data surveilans di Puskesmas Lubuk Kilangan diperoleh dari empat sumber, yakni:

1. Dari penderita per kasus yang datang ke puskesmas.

2. Dari warga yang melaporkan kasus ke puskesmas, dalam hal ini biasanya tokoh

masyarakat setempat.

3. Laporan dari petugas lapangan puskesmas, baik itu dari pustu, bps, dll.

4. Data yang didapat dari dinas kesehatan.

Pengumpulan data kesehatan dilakukan secara sistematis, untuk kasus KLB (kejadian

luar biasa) pengumpulan data didapatkan dari informasi masyarakat, lintas sektor, lintas

program di lingkungan KLB, lalu bekerja sama dengan masyarakat, lintas sektor, lintas

program di lingkungan KLB untuk melakukan survey berupa penyelidikan epidemiologi

(PE) terhadap kasus tersebut, setelah dinyatakan kasus tersebut suatu kejadian luar biasa,

tim surveilans langsung melaporkan kepada dinas kesehatan kota dalam jangka waktu 24

17

Page 23: revisi mapri 1

jam melalui via internet, SMS, faximile. Dinas kesehatan akan melakukan peninjauan

terhadap kasus KLB tersebut dan melaporkan kembali kepada dinas kesehatan provinsi,

provinsi juga akan melaporkan kepada dinas kesehatan pusat.

Pengumpulan data mingguan dan bulanan diambil dari pemegang program masing-

masing Puskesmas. Semua hasil surveilans, pencatatan dan pelaporan diketahui dan

dianalisis kembali oleh kepala Puskesmas Lubuk Kilangan.

Pencatatan data yang dilakukan di Puskesmas Lubuk Kilangan terdiri dari

beberapa jenis laporan, yaitu sebagai berikut.

1. Laporan mingguan untuk melaporkan kegiatan penyakit yang sedang

ditanggulangi (W2) dan untuk melaporkan kejadian luar biasa penyakit

tertentu (W1). Laporan W2 direkapitulasi setiap hari Sabtu, dari tiap

program pokok puskesmas serta pustu, bps, dll.

2. Laporan bulanan untuk melaporkan kegiatan rutin progam

Laporan jenis ini ada 4 jenis yaitu:

• LB1, berisi data kesakitan ; penyakit terbanyak

• LB2, berisi data kematian

• LB3, berisi data progam gizi, KIA, KB, dll

• LB4, berisi data obat-obatan ; pemakaian obat (dan antibiotik) terbanyak.

3. Laporan tahunan, berupa data dan grafik, setiap bulan Januari / Februari.

18

Page 24: revisi mapri 1

Grafik 1 Jumlah Kasus Campak pertahun

2008 2009 2010 2011 2012 2013 201402468

101214161820

jumlah kasus campak per tahun

jumlah kasus campak per tahun

sumber : Laporan Penyakit Campak Puskesmas Lubuk Kilangan

Grafik 2 Distribusi Kasus Campak berdasarkan Jenis Kelamin

laki-laki70%

perempuan30%

Kasus campak berdasarkan jenis kelamin

sumber : Laporan Penyakit Campak Puskesmas Lubuk Kilangan

19

Page 25: revisi mapri 1

Grafik 3 Distribusi Campak berdasarkan Wilayah

batu gadang indarung padang besi bandar buat koto lalang beringin0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

sumber : Laporan Penyakit Campak Puskesmas Lubuk Kilangan

Grafik 4 Status Vaksin Penderita Campak

vaksin95%

tidak vaksin5%

sumber : Laporan Penyakit Campak Puskesmas Lubuk Kilangan

20

Page 26: revisi mapri 1

Grafik 5 Distribusi Campak berdasarkan Usia

0-1 tahun 1-5 tahun 5-20 tahun > 20 tahun0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

sumber : Laporan Penyakit Campak Puskesmas Lubuk Kilangan

Grafik 6 Cakupan Imunisasi Dasar Campak Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013

Sumber : Lokakarya Mini Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013

4.3 Permasalahan Surveilans di Puskesmas Lubuk Kilangan

Permasalahan yang dihadapi Puskesmas Lubuk Kilangan dalam surveilans, yaitu:

1. Penderita campak tidak datang ke puskesmas pada hari pertama sehingga

pengobatan yang didapatkan tidak optimal dan seringkali pelaporan campak

datang terlambat sehingga pada saat dilakukan pemeriksaan pasien sudah sembuh

21

Page 27: revisi mapri 1

dari penyakit. Penyebabnya adalah kurangnya penyuluhan terhadap penyakit

campak. Solusinya adalah meningkatkan penyuluhan tentang penyakit campak.

2. Kerjasama Lintas Sektoral masih kurang lancar, karena kurangnya laporan dari

kelurahan setempat mengenai penyakit yang sedang terjadi. Solusinya adalah

meningkatkan koordinasi Kepala Puskesmas dengan Camat agar menghimbau

kepada tiap-tiap kelurahan untuk lebih memperhatikan masalah kesehatan di

wilayahnya.

4.4 Permasalahan Pencatatan dan Pelaporan di Puskesmas Lubuk Kilangan

Masalah yang dihadapi oleh Puskesmas dalam pengumpulan dan pencatatan dan

pelaporan masalah kesehatan ke dinas kesehatan kota sering terkendala, hal ini

disebabkan karena

1. Penyerahan laporan dari masing- masing pemegang program, posyandu, pustu,

dan lain- lain terlambat.

2. Formulir yang telah di tetapkan oleh dinas kesehatan untuk pelaporan penyakit

terbanyak tidak sesuai dengan data penyakit yang ditemukan di Puskesmas.

Pemecahan masalah yang telah dilakukan pihak Puskesmas untuk keterlambatan,

dengan memberi peringatan waktu kepada pemegang program Puskesmas masing-

masing dan memberikan limit waktu untuk pengumpulan data. Formulir yang telah

ditentukan oleh dinas kesehatan tetap dilaporkan secara online dan di tambah dengan

pemberian data manual yang sesuai dengan data penyakit yang di temukan di Puskesmas.

22

Page 28: revisi mapri 1

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Kejadian campak dilaporkan paling banyak terjadi pada tahun 2008, kemudian

menghilang dan muncul kembali pada tahun 2011 hingga sekarang.

2. Seluruh penderita campak dilaporkan sembuh dan tidak terjadi komplikasi yang

serius. Campak dapat menyerang semua golongan usia, namun resiko terkena

campak paling besar pada usia 5-20 tahun 9 usia sekolah). Kasus campak di

Lubuk Kilangan lebih seringterjadi pada laki-laki.

3. Campak lebih sering mengenai wilayah yang jumlah penduduknya lebih padat (di

Kelurahan Indarung dan Bandar Buat).

4. Cakupan imunisasi dasar campak masih belum mencapai target (<90%) pada

kelurahan Padang Besi, Batu Gadang dan Beringin.

5.2 Saran

1. Petugas kesehatan harus memperhatikan kembali target imunisasi dasar campak,

mengingat kasus campak yang sempat nihil dan kembali muncul sampai sekarang.

2. Sebaiknya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit campak ditingkatkan,

misalnya dengan penyuluhan dll., karena penyakit ini adalah penyakit yang

menular dan angka kejadiannya lebih tinggi pada daerah dengan penduduk yang

padat, agar penyakit ini tidak mudah menular.

Page 29: revisi mapri 1

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan R.I., 1997 “Pedekatan Epidemiologi dan Dasar-dasar

Surveilans”, Pusdiklat : Jakarta.

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004) Kepmenkes tentang Pedoman

Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan Penyakit Menular dan

Tidak Menular Terpadu. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004) Kepmenkes tentang Pedoman

Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan dan Penyakit.

4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2011). Pedoman Pelaksanaan Kampanye

Imunisasi Campak dan Polio. Dirjen P2PL, Jakarta.

5. Dirjen P2PL (2008). Petunjuk Teknis Surveilans Campak. Sub Direktorat Surveilans

Epidemiologi, JakartaPuskesmas Lubuk Kilangan. Laporan Tahunan Puskesmas

Lubuk Kilangan Tahun 2013.

6. Soedjatmiko, 2012, Jangan.Anggap.Remeh.Campak Pada Balita (Jurnal Elektronik)

Diakses 15 September 2014; http://health.kompas.com/read/

7. Wabah, penyelidikan epid, surveilans epid, penyelidikan wabah, survey epid. 2013.

Diunduh tanggal 13 September 2014. Diakses pada

http://edelweissgreen.wordpress.com/2013/03/11/wabah-penyelidikan-epid-surveilans-

epid-penyelidikan-wabah-survey-epid/

8. WHO, 1999, WHO Recommended Surveillance Standards, The united Kingdom of

Great Britain.

9. WHO. (2004) WHO comprehensive assessment of the National Disease surveilans in

Indonesia. Washington DC