Makalah Pribadi
MENGIDENTIFIKASI MASALAH PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
MASYARAKAT DAN PENGELOLAANNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
AMBACANG
Oleh :Nadia Ventiani0910312045
Preseptor :Dr.dr. Rosfita Rasyid, M.Kes
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
ANDALASPADANG2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbilalamiin. Segala puji bagi Allah SWT karena
berkat izin-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Mengidentifikasi Masalah Perilaku yang Mempengaruhi Kesehatan
Masyarakat dan Pengelolaannya di Wilayah Kerja Puskesmas
Ambacang.Makalah ini merupakan salah satu syarat mengikuti
kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada preseptor Dr.dr. Rosfita Rasyid, M.Kes yang telah
memberikan masukan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini, serta
Kepala Puskesmas Ambacang Trice Erwiza, SKM, M.Kes dan Pemegang
Program Promkes yang telah membantu penyusunan makalah ini.Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan
saran dan kritikan yang bersifat membangun. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di
masa yang akan datang, terutama bagi Puskesmas Ambacang.
Padang, 11 Juni 2014Penulis
BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKondisi sehat secara holistik
bukan hanya sehat secara fisik, melainkan juga spiritual dan sosial
dalam bermasyarakat. Untuk menciptakan kondisi sehat diperlukan
suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan. H.L. Blum menjelaskan
ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan
timbulnya masalah kesehatan yang terdiri dari perilaku, lingkungan,
pelayanan kesehatan dan genetik. Keempat faktor tersebut saling
berinteraksi sehingga mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat
kesehatan masyarakat. Di antara faktor tersebut, perilaku manusia
merupakan faktor determinan yang paling sulit ditanggulangi. Hal
ini disebabkan karena faktor perilaku lebih dominan dan memiliki
domain yang cukup luas yakni, pengetahuan, sikap, dan
tindakan.1Dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, Pemerintah Indonesia telah menetapkan tujuan
pembangunan kesehatan yang dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan. Dijelaskan bahwa pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dengan memberdayakan
dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya
kesehatan.2Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan
sangat penting. Hal ini dikarenakan perilaku masyarakat merupakan
faktor utama terjadinya permasalahan kesehatan. Dalam rancangan
Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan RI tahun 2005-2025
(Indonesia Sehat 2025) disebutkan bahwa perilaku sehat masyarakat
yang diharapkan adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya
penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah
kesehatan lainnya, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan
kesehatan masyarakat.2 Menurut Permenkes RI Nomor 65 Tahun 2013
tentang Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat
Bidang Kesehatan, salah satu upaya untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat adalah perubahan perilaku dan kemandirian
masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.2 Salah satu indikator
untuk perilaku hidup sehat adalah penggalakan PHBS (perilaku hidup
bersih dan sehat). PHBS terdiri dari sekumpulan perilaku yang
dilaksanakan atas kesadaran dari hasil pembelajaran yang menjadikan
seseorang mampu berperan aktif dalam meningkatkan derajat kesehatan
pribadi, keluarga, maupun masyarakat. Terdapat 10 indikator untuk
rumah tangga yang melakukan prinsip PHBS yaitu Persalinan ditolong
oleh tenaga kesehatan,memberi bayi ASI eksklusif , menimbang bayi
dan balita, menggunakan air bersih , mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di
rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik
setiap hari , tidak merokok di dalam rumah.3Menurut Laporan Tahunan
Puskesmas Ambacang tahun 2012, indikator PHBS rumah tangga di
wilayah kerja Puskesmas Ambacang belum mencapai target. Pencapaian
indikator yang terbilang rendah diantaranya adalah aktivitas fisik
(23,36%) dan ASI eksklusif (76,5%).4 Berdasarkan uraian di atas,
PHBS merupakan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Namun, saat ini PHBS belum mencapai target di wilayah
kerja Puskesmas Ambacang. Oleh karena itu, perlu diketahui masalah
perilaku yang mempengaruhi kesehatan masyarakat, yaitu PHBS dan
pengelolaannya di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Padang.
1.2 Batasan PenulisanMakalah ini membahas mengenai masalah
perilaku yang mempengaruhi kesehatan masyarakat dan pengelolaannya
di wilayah kerja Puskesmas Ambacang.
1.3 Tujuan Penulisan1.3.1 Tujuan UmumMengetahui masalah perilaku
yang mempengaruhi kesehatan masyarakat dan pengelolaannya di
wilayah kerja Puskesmas Ambacang.1.3.2 Tujuan Khususa. Mengetahui
masalah perilaku yang mempengaruhi kesehatan masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Ambacang.b. Mengetahui pengelolaan masalah perilaku
yang mempengaruhi kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Ambacang.
1.4 Metode PenulisanMetode penulisan makalah ini berupa tinjauan
pustaka yang merujuk dari berbagai literatur, laporan tahunan
Puskesmas Ambacang tahun 2013 dan diskusi dengan pemegang program
promkes Puskesmas Ambacang.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Manusia2.1.1 Konsep PerilakuPerilaku adalah semua
kegiatan atau aktivitas diamati langsung maupun tidak dapat diamati
oleh pihak luar. Menurut Skinner, perilaku merupakan respon atau
reaksi orang terhadap rangsangan atau stimulus dari luar. Skinner
membedakan ada dua respon perilaku:1a. Respondent respons, yaitu
respons yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu, misalnya makanan
lezat menimbulkan air liur, cahaya yang kuat menyebabkan mata
tertutup, dan sebagainya. Respondent respons juga mencakup
emotional behavior, misalnya menangis karena sedih atau sakit,
tertawa karena senang, dan sebagainya..b. Operant respons, yaitu
respons yang timbul oleh rangsangan tertentu, dimana rangsangan
tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan. Misalnya seorang
staf mengerjakan pekerjaannya dengan baik maka sebagai imbalannya
petugas itu mendapatkan reward atau hadiah. Maka petugas tadi akan
lebih baik lagi ketika melaksanakan tugas berikutnya. Sebagian
besar perilaku manusia adalah operant response. Oleh sebab itu,
untuk membentuk jenis respon atau perilaku perlu diciptakan adanya
suatu kondisi tertentu yang disebut operant conditioning.Perilaku
yang tampak pada kegiatan organisme dipengaruhi oleh faktor genetik
dan lingkungan. Secara umum, faktor genetik merupakan faktor
penentu daripada perilaku mahluk hidup itu untuk selanjutnya,
sedangkan lingkungan merupakan kondisi atau lahan untuk
perkembangan perilaku tersebut. Mekanisme pertemuan antara kedua
faktor tersebut dalam rangka terbentuknya perilaku disebut proses
belajar (learning process).1Perilaku merupakan suatu respon atau
reaksi seseorang terhadap stimulus yang diberikan. Respon ini dapat
dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:1a. Bentuk Pasif (Covert
Behaviour)Merupakan respon internal yang terjadi dalam diri manusia
yang tidak dapat diamati secara langsung, misalnya pengetahuan,
persepsi dan perhatian. Contohnya, seorang ibu tahu mengenai ASI
eksklusif tetapi tetap memberikan makanan pendamping ASI pada
anaknya yang berumur kurang dari 6 bulan.b. Bentuk Aktif (Overt
Behaviour)Merupakan tindakan nyata dari pengertahuan yang dimiliki
seseorang sehingga dapat diamati secara langsung. Misalnya, ibu
yang tahu mengenai ASI eksklusif langsung mempraktikkannya dan
tidak memberikan makanan pendamping ASI pada anak berusia kurang
dari 6 bulan.Pengaruh perilaku terhadap kesehatan dapat dilihat
melalui teori Blum yang menyatakan bahwa derajat kesehatan
dipengaruhi oleh determinan lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan, dan genetic (keturunan).1
Keturunan
LingkunganPelayanan kesehatanStatus Kesehatan
Perilaku
Faktor Predisposisi (Pengetahuan, sikap, kepercayaan)Faktor
Pendorong (sikap dan perilaku petugas )Faktor Pendukung
(ketersediaan sumber daya)
TrainingKomunikasiPem. Sosial
Pendidikan kesehatan
Gambar 2.1 Modifikasi Skema Perilaku Blum - GreenGambar 2.1
menunjukkan keterkaitan teori Blum dan Green. Terlihat banyak
faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu perilaku individu yang
pada akh-irnya akan menentukan bagaimana derajat atau status
kesehatan individu tersebut.1Menurut Benyamin Bloom, perilaku
manusia dibagi dalam 3 domain yang sesuai dengan tujuan pendidikan,
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangannya,
teori Bloom dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan
kesehatan, yaitu:1a. Pengetahuan (Knowledge)Pengetahuan merupakan
hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Dengan
meningkatnya pengetahuan maka akan timbul kesadaran dan pemahaman
sehingga seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin
diukur dari subjek penelitian atau responden.b. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap objek lingkungan tertentu sebagai
suatu penghayatan terhadap objek. Manifestasi sikap tidak dapat
dilihat secara langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan dari
perilaku yang tertutup. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan
untuk bertindak. Sikap belum merupakan suatu tindakan, melainkan
merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.c. Tindakan
(practice)Tindakan merupakan respon terbuka terhadap suatu objek
yang diwujudkan dari sikap terhadap suatu objek. Mewujudkan sikap
menjadi suatu respon yang terbuka diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas dan dukungan
dari keluarga dan lingkungan.Menurut Notoatmodjo, terdapat
perubahan perilaku pada seseorang terhadap suatu objek. Perubahan
atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang kompleks dan
memerlukan waktu yang relatif lama. Secara teori perubahan perilaku
seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya
melalui 3 tahap, yaitu perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan.
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku, ia harus terlebih dahulu
tahu manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya.
Proses adopsi perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
menimbulkan sikap yang positif sehingga perilaku tersebut dapat
dilaksanakan sebagai rutinitas dalam jangka waktu yang lama.1
2.1.2 Perilaku KesehatanPerilaku kesehatan adalah suatu respon
seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit
dan penyakit, sistem pelayanan, makanan dan minuman, serta
lingkungan. Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok:1a. Perilaku pemeliharaan kesehatan Yaitu usaha seseorang
untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha
untuk penyembuhan jika sakit.b. Perilaku pencarian dan penggunaan
fasilitas pelayanan kesehatanPerilaku ini menyangkut upaya atau
tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan.c.
Perilaku kesehatan lingkunganYaitu bagaimana seseorang merespon
lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial, budaya dan
sebagainya.Menurut Green, perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga
faktor, antara lain:1a. Faktor predisposisi (predisposing factors),
berupa pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan
nilai-nilaib. Faktor pendukung (enabling factors), berupa
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya sarana kesehatan
danc. Faktor pendorong (reinforcing factors), berupa sikap dan
perilaku petugas kesehatan lain yang merupakan kelompok referensi
dari perilaku masyarakat.Health Belief Model (HBM) seringkali
dipertimbangkan sebagai kerangka utama dalam perilaku yang
berkaitan dengan kesehatan manusia dan telah mendorong penelitian
perilaku kesehatan sejak tahun 1950-an. Menurut HBM, kemungkinan
individu akan melakukan tindakan pencegahan tergantung secara
langsung pada dua hal, yaitu keyakinan atau penilaian kesehatan
(health beliefs) dan pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian
(benefits costs).1Penilaian pertama adalah ancaman yang dirasakan
terhadap risiko yang akan muncul hal ini mengacu pada sejauh mana
seseorang berpikir penyakit atau kesakitan betul-betul merupakan
ancaman kepada dirinya. Asumsinya adalah bahwa bila ancaman yang
dirasakan tersebut meningkat maka perilaku pencegahan juga akan
meningkat. Penilaian yang kedua yang dibuat adalah perbandingan
antara keuntungan dan kerugian dari perilaku dalam usaha untuk
memutuskan melakukan tindakan pencegahan atau tidak.12.2 Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap,
dan tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah risiko
terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.2 Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) adalah wujud keberdayaan masyarakat yang
sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam hal ini ada program
priontas yaitu KIA, gizi, kesehatan lingkungan, gaya hidup dan dana
sehat/asuransi kesehatan.5Perilaku Hidup bersih dan Sehat merupakan
salah satu wujud dari perilaku kesehatan yang dilakukan dalam ruang
lingkup rumah tangga. Indikator PHBS rumah tangga terdiri dari
indikator perilaku dan lingkungan, yaitu:31. Persalinan ditolong
tenaga kesehatanTenaga kesehatan yang dimaksud adalah Dokter, Bidan
serta para medis lainnya. Penting melakukan persalinan dengan
tenaga kesehatan karena tenaga kesehatan merupakan orang yang
telaah terlatih shingga keselamatan Ibu dan Bayi lebih terjamin,
jika ada kelainan dapat segera dirujuk ke puskesmas atau rumah
sakit. Persalinan yang dilakuan oleh tenaga kesehatan menggunakan
aman, bersih dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan
bahaya kesehatan lainnya. 2. Pemberian ASI eksklusif ASI eksklusif
adalah pemberian ASI saja kepada bayi yang berumur 0- 6 bulan. ASI
merupakan makanan alamiah yang kandungan gizinya cukup dan sesuai
dengan kebutuhan bayi. 3. Penimbangan bayi dan balitaPenimbangan
dilakukan setiap 1 bulan sekali mulai umur 1 bulan sampai umur 5
taahun di Posyandu. Manfaat dari penimbangan adalah untuk memantau
pertumbuhannya setiap bulan yang dapat di pantau melalui catatan
hasil penimbangan di buku KIA ( Kesehatan Ibu dan Anak) atau buku
KMS (Kartu Menuju Sehat).
4. Penggunakan air bersih Air bersih adalah air yang secara
fisik dapat kita bedakan yaitu tidak berasa, tidak berbau dan tidak
berwarna. Air bersih digunakan untuk kebutuhan sehari hari mulai
dari minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya agar terhindar
dari penyakit yang penyebarannya lewat air.5. Mencuci tangan dengan
air dan sabunMencuci tangan menggunakan air yang bersih dan sabun
karena dapat mengoptimalkan membunuh kuman ditangan. Lakukan
kebiasaan mencuci tangan setelah memegang yang kotor, sebelum
makan, setelah BAB dan sebagainya. 6. Menggunakan jamban
sehatJamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas tempat
jongkok/tempat duduk, dengan/tanpa leher angsa, tempaat
penaampungan kotoran dan air untuk membersihkanya. Manfaat
menggunakan jamban sehat adalah untuk menjaga lingkungan agat tetap
bersih, melindungi sumber air, serta tidak menggundang vector
penyebar penyakit.7. Memberantas jentik nyamuk di rumahTujuan
pemberantasan jentik nyamuk adalah untuk memutus mata rantai daur
hidup nyamuk. Menghindari nyamuk dewasa mengigit manusia yang
daapat menjadi vector beberpa penyakit seperti malaria, DBD,
Chikugunya dan ssebagainya. 8. Makan sayur dan buah setiap
hari.Setiap anggotaa rumahtangga mengkonsumsi 3 porsi buaah dan 2
porsi sayut atau sebaliknya. Karena buah dan sayur mengandung
vitamin dan mineral serta yang dibutuhkan oleh tubuh. 9. Melakukan
aktivitas fisik setiap hari.Aktivitas fisik adalah kegiatan yang
dilakukan oleh setiap anggota keluarga minimal 30 menit setiap hari
yaitu melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan
pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan fisik,
mental dan mempertahankan kualitas hidup agat tetap sehat dan bugar
setiaphari. 10. Tidak merokok di dalam rumah.Setiap anggota
keluarga tidak merokok didalam rumah karena merokok tidak hanya
membahayakan bagi perokok yang disebut perokok aktif tetapi juga
membahayakan orang atau anggota keluarga lainnya yang menghisap
disebut dengan perokok pasif. Bahaya rokok bisa beragam mulai dari
batuk biasa sampai kanker. Sehingga diusahakan bagi perokok tidak
hanya tidak merokok tetapi juga berhenti merokok.
Manfaat pelaksanaan PHBS di rumah tangga, antara lain:5 1)
Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.2)
Rumah tangga sehat dapat meningkat produktivitas kerja anggota
keluarga.3) Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka
biaya yang tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan
untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan dan usaha lain yang
dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga.4) Salah satu
indikator menilai keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di
bidang kesehatan.5) Meningkatnya citra pemerintah daerah dalam
bidang kesehatan.
2.3 Pengelolaan Masalah Perilaku KesehatanPengelolaan masalah
perilaku secara garis besar dapat dilakukan melalui dua upaya yang
saling bertentangan. Masing-masing upaya tersebut memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kedua upaya tersebut dilakukan melalui:11
Tekanan (Eforcement)Upaya ini dilakukan dengan cara tekanan atau
paksaan. Upaya tersebut dapat dalam bentuk undang-undang atau
peraturan, instruksi, tekanan baik fisik maupun non fisik, sanksi
dan sebagainya. Pendekatan dengan cara ini berdampak lebih cepat
terhadap perubahan perilaku. Namun, perubahan perilaku tidak
bertahan lama karena cara ini tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran terhadap tujuan perilaku tersebut.2 Pendidikan
(Education)Upaya ini dilakukan dengan cara persuasi, memberikan
informasi dan kesadaran melalui kegiatan yang disebut pendidikan
atau promosi kesehatan. Pendekatan dengan cara ini berdampak lebih
lama terhadap perubahan perilaku. Namun, perubahan perilaku akan
bertahan lama karena cara ini didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran terhadap tujuan perilaku tersebut. Untuk pembinaan
perilaku kesehatan masyarakat, pendekatan dengan cara promosi
kesehatan lebih tepat daripada dengan cara tekanan. Kebijakan
nasional promosi kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar
promosi kesehatan dan PHBS yaitu:5,6 1) Advokasi Advokasi adalah
upaya strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan
dukungan dari pihak-pihak pengambil keputusan (stakeholders), baik
dibidang kesehatan maupun sektor lain yang mempeunyai pengaruh
terhadap publik. Tujuannya adalah agar para pembuat keputusan
mengeluarkan kebijakan, antara lain dalam bentuk peraturan,
undang-undang, instruksi dan sebagainya yang menguntungkan
kesehatan public. Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang
diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam waktu singkat.
Langkah-langkah advokasi antara lain: Tentukan sasaran yang akan
diadvokasi Siapkan informasi data kesehatan yang menyangkut PHBS
Tentukan kesepakatan dimana dan kapan dilakukan advokasi. Lakukan
advokasi dengan cara yang menarik dengan menggunakan teknik dan
metode yang tepat. Simpulkan dan sepakati hasil advokasi. Buat
ringkasan dan sebarluaskan kepada sasaran.2) Bina SuasanaBina
suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong
individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang
diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu
apabila lingkungan sosial di manapun ia berada mendukung perilaku
tersebut. Kegiatan ini ditujukan kepada para tokoh masyarakat baik
formal (guru, lurah, petugas kesehatan dan sebagainya) maupun
informal (tokoh agama, dan sebagainya) karena mereka berperan
sebagai role mode sehingga dapat ditiru oleh anggota masyarakat
lainnya. Bentuk kegiatan ini antara lain pelatihan, seminar,
lokakarya penyuluhan dan sebagainya.3) Gerakan Pemberdayaan Gerakan
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus
dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses
membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu
menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau
(aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku
yang diperkenalkan (aspek practice). Sasaran utama dari
pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok
masyarakat. Tujuannya adalah agar masyarakat memiliki kemampuan
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Caranya
adalah dengan mengadakan penyuluhan baik perorangan maupun kelompok
untuk melakukan PHBS.
BAB IIIANALISIS SITUASI3.1 Gambaran UmumPuskesmas Ambacang
terletak di salah satu Kelurahan pada Kecamatan Kuranji kota Padang
yaitu kelurahan Pasar Ambacang. Oleh karena terletak di kelurahan
tersebut maka diberi nama Puskesmas Ambacang sesuai dengan masukan
dari berbagai pihak antara lain Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang.
Awalnya pelaksanaan program puskesmas ini masih bekerja sama dengan
Puskesmas Kuranji, karena 4 kelurahan sebagai wilayah kerja
Puskesmas Kuranji. Puskesmas Ambacang pada tahun 2006 telah berdiri
sendiri dapat dilaksanakan secara mandiri dan berkesinambungan.
3.2 GeografiWilayah kerja Puskesmas Ambacang terletak di
Kecamatan Kuraji pada 0 55' 25.15", Lintang Selatan dan +100 23'
50.14" Lintang Utara dengan luas wilayah kerja Puskesmas Ambacang
sekitar 12 Km2 yang terdiri dari 4 kelurahan, yaitu Kelurahan Pasar
Ambacang, Kelurahan Anduring, Kelurahan Ampang dan Kelurahan Lubuk
Lintah. Batas - batas wilayah kerja Puskesmas Ambacang yaitu:
Utara: Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji Timur: Kecamatan
Pauh Selatan: Kecamatan Pauh dan Lubuk Begalung Barat: Kecamatan
Padang Timur dan Kecamatan Nanggalo.
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang
3.3 DemografiJumlah penduduk yang menjadi tanggung jawab wilayah
kerja Puskesmas Ambacang pada tahun 2013 adalah 48.519 jiwa dengan
distribusi kependudukan menurut kelurahan sebagai berikut: a.
Kelurahan Pasar Ambacang: 17.399 jiwab. Kelurahan Anduring: 13.875
jiwac. Kelurahan Lubuk Lintah : 10.073 jiwad. Kelurahan Ampang:
7.172 jiwa
Tabel 3.1 Distribusi Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang
Tahun 2013KelurahanJenis KelaminJumlah
Laki-lakiPerempuan
Pasar Ambacang8.4058.99417.399
Anduring6.7037.17213.875
Lubuk Lintah4.8665.20710.073
Ampang3.4663.7067.172
Jumlah23.4425.07948.519
3.4 Sarana dan Prasarana KesehatanPuskesmas Ambacang pada saat
ini telah memiliki prasarana dan sarana yang baik. Prasarana gedung
dengan 2 lantai mampu dimanfaatkan untuk pelayanan dan kegiatan
administrasi/manajemen. Begitu pula prasarana kendaraan roda 4 dan
roda 2 telah mampu menjangkau pelayanan terutama luar gedung.3.4.1
Data sarana kesehatan Bangunan Puskesmas Induk: 1 Unit Bangunan
Puskesmas Pembantu: 1 Unit Rumah Para medis : 2 Unit Kendaraan roda
empat: 1 Unit Kendaraan roda dua: 4 Unit
3.4.2 Data UKBM
Posyandu Balita: 29 Pos Posyandu Lansia: 8 Pos Posbindu: 1 Pos
Batra: 31 Buah Poskesren: 1 Pos Toga: 683 KK Usaha Kesehatan Kerja:
155 UKK Pos UKK: 3 Pos Poskeskel: 4 Pos
3.5 Tenaga KesehatanJumlah seluruh tenaga kesehatan pada
Puskesmas Ambacang adalah 45 orang. Dibawah ini disajikan data dan
informasi ketenagaan yang bekerja pada Puskesmas Ambacang pada
Tahun 2013 sebagai berikut.
Tabel 3.2 Tenaga Puskesmas Ambacang Tahun 2013NoJenis
PetugasStatus PegawaiPendidikan TerakhirJumlah
PNSPTTSukaRela/HonorS2S1D IVD IIID ISederajat SLTA
1Dokter Umum3---3----3
2Dokter Gigi2---2----2
3Sarjana Kesmas2--2-----2
4Bidan1261-12142-19
5Perawat5----4-15
6Perawat Gigi1-------11
7Kesling3----12--3
8Analis2-------22
9Asisten Apoteker2-------22
10Nutrition/SKM2---2----2
11RR1-1----22
12Survelans/SKM1-11
13Sopir--1-----11
Jumlah3663293202945
3.6 Sasaran Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit: 1 unit Rumah Sakit
Bersalin: 2 unit Dokter Praktek swasta: 4 orang Bidan praktek
swasta: 9 orang TK: 8 unit SD: 22 unit SMP/MTSN: 5 unit SMA/SMK: 3
unit Rumah ibadah: 65 unit Panti Asuhan: 2 unit Restoran / rumah
makan: 19 buah Sarana air bersih: 6728 RT
BAB IVPEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Masalah Perilaku di Puskesmas AmbacangSurvey
PHBS di Puskesmas Ambacang terakhir dilakukan tahun 2013. Dari
survey tersebut didapatkan data pencapaian PHBS rumah tangga di
wilayah kerja Puskesmas Ambacang yang digunakan sebagai landasan
untuk mengidentifikasi masalah perilaku kesehatan. Berikut adalah
data pembinaan PHBS rumah tangga di wilayah kerja puskesmas
Ambacang.Tabel 4.1 Data pembinaan PHBS rumah tangga di wilayah
kerja puskesmas Ambacang 2013KelurahanRT seluruhnyaRT yang
disurveyRT dgnPHBS% RT PHBS
Pasar Ambacang3.8121328966,9
Anduring3.15281562877,1
Lubuk Lintah2.6641629659,2
Ampang1.513785469,2
Jumlah11.1411.18886772,9
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 1.188 rumah
tangga yang disurvey, terdapat 867 atau 72,9% rumah tangga yang
telah menerapkan PHBS. Dikatakan rumah tangga ber-PHBS jika rumah
tangga tersebut menerapkan seluruh indikator PHBS. Target rumah
tangga ber-PHBS pada tahun 2013 adalah 69%, sedangkan untuk tahun
2014 adalah 70%. Untuk pencapaian tiap indikator dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.2 Data Pencapaian PHBS di Wilayah Kerja Puskesmas
Ambacang 2013IndikatorSasaranTargetPencapaianGAP
Abs%
Persalinan ditolong tenaga kesehatan1263100%126195,7-4,3
Memberi bayi ASI eksklusif946100%94676,5-23,5
Menimbang bayi dan balita setiap bulan1130100%113088,3-11,7
Menggunakan air bersih1249100%124997,4-2,6
Mencuci tangan dengan air bersih dan memakai
sabun1180100%118092,7-7,3
Menggunakan jamban sehat1113100%111385,3-14,7
Memberantas jentik nyamuk di rumah1156100%115692,3-7,7
Makan sayur dan buah setiap hari1146100%114693,9-6,1
Melakukan aktivitas fisik setiap hari1128100%112885,9-14,1
Tidak merokok di dalam rumah2336100%58623,36-76,64
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat indikator PHBS rumah tangga
di wilayah kerja Puskesmas Ambacang masih ada yang rendah
pencapaiannya. Pencapaian terendah adalah tidak merokok di dalam
rumah, disusul ASI eksklusif dan menggunakan jambat sehat.
Sementara itu, untuk pencapaian PHBS tertinggi adalah menggunakan
air bersih. Kurangnya penerapan PHBS di rumah tangga sebagai salah
satu perilaku pencegahan penyakit menyebabkan kurangnya kualitas
kesehatan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari kejadian beberapa
penyakit yang cukup tinggi di Puskesmas Ambacang. Berikut beberapa
penyakit dengan angka kejadian yang tinggi di Puskesmas Ambacang
yang berhubungan dengan PHBS.Tabel 4.3 Penyakit dengan angka
kejadian tinggi yang berhubungan dengan PHBS tahun
2013PenyakitJumlah Kasus
ISPA5.508
Hipertensi1.323
Diare500
Pneumonia86
Tingginya kebiasaan merokok di dalam rumah dapat menjadi
penyebab tingginya ISPA dan pneumonia di wilayah kerja Puskesmas
Ambacang. Kurangnya aktivitas fisik dapat salah satu faktor
penyebab tingginya kejadian hipertensi. Kurangnya pemberian ASI
eksklusif juga dapat dikaitkan dengan tingginya masalah diare
karena imunitas bayi dengan ASI eksklusif lebih baik dibanding bayi
yang tidak mendapatkan ASI ekslusif.Beberapa faktor penyebab
kurangnya pencapaian indikator PHBS di wilayah kerja Puskesmas
Ambacang adalah:a. PengetahuanKurangnya pengetahuan masyarakat
terhadap PHBS menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya
pelaksanaan PHBS di rumah tangga. Meskipun berbagai sosialisasi
telah dilakukan, informasi tidak mencapai seluruh kalangan
masyarakat sehingga masih ada masyarakat yang tidak tahu mengenai
PHBS dan tidak melaksanakannya.b. Sikap Sikap sebagai salah satu
domain perilaku juga menjadi faktor yang menentukan keberhasilan
pelaksanaan PHBS. Masih ada masyarakat yang sudah tahu mengenai
PHBS tetapi tidak mau melaksanakannya. c. KebiasaanKebiasaan yang
sudah lama dilakukan dan sulit diubah seperti merokok, jarang
olahraga, mencuci tangan hanya saat akan makan dan tidak pakai
sabun dan jarang makan buah dan sayur. d. Status sosial
ekonomiFaktor sosial ekonomi juga berpengaruh terhadap perilaku
kesehatan masyarakat, khususnya golongan masyarakat ekonomi rendah.
Salah satu pengaruhnya adalah terhadap kebiasaan makan buah dan
sayur setiap hari. Perekonomian keluarga yang rendah menyebabkan
mereka tidak bisa menyediakan buah dan sayur setiap hari di
rumah.4.2 Pengelolaan Masalah Perilaku di Puskesmas
AmbacangPengelolahan masalah perilaku di wilayah kerja Puskesmas
Ambacang dilakukan melalui upaya promosi kesehatan dengan langkah
advokasi, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat, serta kemitraan
dengan pihak untuk memberikan informasi kepada masyarakat.
a. Advokasi Adanya advokasi dan kerja sama lintas sektor kepada
camat dan lurah diharapkan dapat menggerakkan PKK dan kader
sehingga dapat memberikan pengetahuan pada masyarakat mengenai
pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pada tahun 2013,
permasalahan pada tahap advokasi adalah kurangnya sosialisasi dari
puskesmas ke pihak kecamatan.b. Bina Suasana dan Pemberdayaan
MasyarakatPembinaan dilakukan sebagai upaya peningkatan pengetahuan
dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya PHBS melalui penyuluhan
kepada masyarakat, yaitu: Penyuluhan dalam gedungPenyuluhan ini
dilakukan di puskesmas. Pada tahun 2013 penyuluhan telah dilakukan
sebanyak 6 kali dengan jumlah peserta penyuluhan 128 orang.
Penyuluhan luar gedungPenyuluhan ini dilakukan di sekolah-sekolah,
tempat ibadah, posyandu, kantor lurah dan tempat lainnya. Pada
tahun 2013 penyuluhan telah dilakukan sebanyak 48 kali dengan
jumlah peserta penyuluhan 882 orang.Penyuluhan tidak hanya
dilakukan oleh tim promkes, tetapi juga bekerja sama dengan program
lain, seperti gizi dan KIA untuk indicator linakes, timbang bayi
dan balita dan ASI eksklusif. Namun, pada penyuluhan seringkali ada
terkendala oleh kurangnya minat dan antusiasme masyarakat terhadap
penyuluhan. Untuk pemberdayaan dilakukan dengan pelatihan kader
mengenai PHBS, antara lain: Memberikan informasi pentingnya PHBS
kepada kader agar kader tersebut dapat menyampaikan informasi ke
masyarakat. Mendorong kader agar menjadi contoh atau role model
bagi masyarakat untuk melakukan PHBS. Setelah dilakukan pembinaan
dan pemberdayaan, pemantauan perilaku dilakukan oleh pembina
masing-masing wilayah. Satu orang Pembina mewakili satu kelurahan.
Khusus untuk kelurahan Pasar Ambacang, Pembina wilayah berjumlah
dua orang. Setiap bulannya pembina wilayah akan melaporkan mengenai
perkembangan perilaku masyarakat yang berkaitan dengan
kesehatan.
c. KemitraanKemitraan atau kerja sama dilakukan Puskesmas
Ambacang dengan beberapa elemen seperti: Dinas Kesehatan Kota (DKK)
Padang DKK memberikan poster-poster dan spanduk tentang PHBS kepada
Puskesmas Ambacang. Mahasiswa STIKES dan dokter mudaMahasiswa
memberikan penyuluhan mengenai PHBS terhadap masyarakat dan membuat
leaflet PHBS untuk masyarakat.
Berikut adalah pengelolaan masing-masing indikator PHBS di
Puskesmas Ambacang.Tabel 4.4 Pengelolaan masing-masing indikator
PHBS di Puskesmas Ambacang IndikatorPengelolaan
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatanPenjaringan ibu hamil
untuk nantinya diarahkan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di
puskesmas dibagian KIA atau Bidan yang telah di tetapkan dan
nantinya juga akan direncanakan persalinan dengan tenaga kesehatan
yang telah disepakati oleh ibu dan petugas.
Ada program Jampersal dari pemerintah, jadi ibu hamil di
rencanakan melakukan persalinan dengan Bida yang telah menjalani
mitra dengan puskesmas untuk program jampersal.Penyuluhan PHBS
Memberi bayi ASI eksklusifDalam pemeriksaan kehamilan atau
kunjungan ANC ibu diarahkan untuk nantiya melakukan pemberian ASI
eksklusif.
Kunjungan KIA sewaktu anak beobat atau melakukan kunungan
neonatal Ibu juga diberikan motivasi untuk pemberian ASI
eksklusif.
Di pojok Gizi ibu juga diberikan motivasi untuk melakukan
pemberian ASI eksklusif.Penyuluhan PHBS
Menimbang bayi dan balitaPenimbangan bayi dan balita dilakukan
setiap satu bulan sekali di Posyandu.
Bayi atau Balita yang tidak datang ke Posyandu, dengan bantuan
kader di jemput ke rumah. untuk memotivasi dilakukan kegiatan Lomba
Bayi sehat yang salah satu kriterianya Bayi mendapatkan ASI
eksklusif.Penyuluhan PHBS.
Menggunakan air bersihDari BP atau KIA jika ada kasus yang
dicurigai disebabkan oleh penggunaan air yang tidak bersih maka di
rujuk ke bagian Kesehatan lingkungan Dibagian kesehatan lingkungan
akan penyuluhan tentang penggunaaan air bersih.Penyuluhan PHBS.
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabunSalah satu kegiatan
yang dilakukan misalnya pemberitahuan tentang kebersihan pada kasus
diare.Penyuluhan PHBS.
Menggunakan jamban sehatPada program kesehatan lingkungan jamban
sehat di baru dilakukan di tahap survey perumahan dan lingkungan
dan pencatatan yang memenuhi dan tidak memenuhi syarat.Penyuluhan
PHBS.
Memberantas jentik di rumahDicanangkan kembai program JUMANTIK
(juru pemantau jentik) yang dilakukan 1 kali sebulan.
Pemasangan informasi Poster. Penyuluhan PHBS.
Makan buah dan sayur setiap hari Penyuluhan di pojok Gizi yang
dikonsulkan dari BP atau KIA.Penyuluhan PHBS.
Melakukan aktivitas fisik setiap hariDi pusksmas adanya program
UKO (unit ksehatan Olahraga) namun kurang di jalankan.Menempepelkan
poster.Penyuluhan PHBS
Tidak merokok di dalam rumahPenyuluhan PHBS
BAB VPENUTUP
5.1 Kesimpulan1. Secara umum, masalah perilaku kesehatan dalam
indikator PHBS telah tercapai dengan baik, namun masih ada beberapa
masalah yang masih rendah pencapaiannya, seperti merokok di dalam
rumah, pemberian ASI eksklusif dan penggunaan jamban sehat.2.
Pengelolaan masalah perilaku kesehatan dilakukan dengan upaya
promosi kesehatan dengan langkah advokasi, bina suasana dan
pemberdayaaan masyarakat, namun masih ada beberapa kendala seperti
kurangnya advokasi dan rendahnya antusiasme masyarakat pada tahap
pembinaan.5.2 Saran1. Kepada pimpinan puskesmas, disarankan agar
meningkatkan kerja sama lintas sektor terutama dalam kegiatan
advokasi kepada stake holder, yaitu camat dan lurah sehingga
didapatkan dukungan dalam promosi kesehatan.2. Kepada Petugas
Program Promosi Kesehatan, disarankan agar meningkatkan kegiatan
edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya PHBS
dan rumah tangga sehat baik melalui penyuluhan maupun media
informasi dengan cara yang menarik.3. Kepada Petugas Program
Promosi Kesehatan, disarankan agar meningkatkan pemberdayaan kader
agar pencapaian indikator dapat lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta: Rineka Cipta, 133-151.2. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan
dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan.3.
http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/program/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat/82-apa-itu-perilaku-hidup-bersih-dan-sehat
Diakses pada 11juni 2014.4. Puskesmas Ambacang. Laporan Tahunan
Puskesmas Ambacang Tahun 2013. Padang.5.
http://fk.uns.ac.id/static/filebagian/MODUL_PHBS.pdf Diakses pada
11 juni 2014.6. http://www.depkes.go.id/downloads/Phbs.pdf Diakses
pada 11 juni 2014.19