BAB I
BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPerkembangan produk kimia yang
cepat selama satu abad ini telah berhasil meningkatkan mutu
kehidupan. Namun di sisi lain keadaan tersebut menimbulkan kerugian
bagi masyarakat terutama mereka yang secara langsung berhubungan
dengan bahan kimia.Semakin majunya teknologi yang ada di dunia ini,
akan menciptakan beragamnya bahan kimia yang dihasilkan. Bahan
kimia yang terdapat di sekitar kita biasanya dapat menimbulkan
berbagai penyakit atau masalah bagi manusia. Dampak yang dihasilkan
oleh zat kimia ini dapat berdampak cepat/akut atau berdampak
lambat/kronis karena dapat berakumulasi didalam tubuh.Bahan kimia
yang berbahaya tersebut disebut juga toksin/racun. Sebagian besar
toksin berasal dari bahan kimia hasil aktivitas manusia misalnya
aktivitas Industri, pertanian, perternakan, kedokteran maupun rumah
tangga. Dalam kehidupan sehari-hari pun keberadaan bahan kimia
tidak dapat dihindarkan, karena dalam setiap kegiatan kita pasti
danya kandungan unsur kimia.Banyak bahan kimia yang memiliki efek
toksik bagi kesehatan dan lingkungan. Resiko dapat berasal dari
paparan, produksi, penyimpanan, penangan, pemindahan, penggunaan,
dan pembuangan bahan kimia, juga dari kebocoran aksidental, dan
dari pembuanga limbah kimia illegal.Jika pembuangan bahan kimia ke
lingkungan tidak tepat maka bahan kimia tersebut akan menjadi
polutan yang akan kita hirup, dalam air yang kita minum, dalam
makanan yang kita makan. Polutan itu dapat mempengaruhi sungai,
danau, dan hutan kita, dapat merusak kehidupan alam, dan dapat
mengubah cuaca dan ekosistem. Selain bermanfaat bagi kehidupan,
bahan kimia juga memiliki efek samping yang dapat berbahaya bagi
manusia dan lingkungan. Peran manusia selain sebagai
pengguna/konsumen dari bahan kimia, manusia juga dapat menjadi
korban dari efek bahan kimia tersebut. Paparan dari toksik terhadap
manusia baik secara spontan dalam dosis besar maupun secara berkala
dalam dosis rendah dapat menyebabkan bermacam-macam gangguan.
Beberapa toksin memiliki klasifikasi tertentu, misalnya klasifikasi
menurut organ sasaarannya antara lain toksin yang menyerang hati,
ginjal, paru-paru, mata, kulit, sistem reproduksi, maupun sistem
saraf.Hati adalah organ terbesar dan secara metabolisme paling
kompleks di dalam tubuh. Organ hati terlibat dalam metabolisme zat
makanan serta sebagian besar obat dan toksikan. Toksikologi hati
dipersulit oleh berbagai kerusakan hati dan berbagai mekanisme yang
menyebabkan kerusakan tersebut. Hati sering menjadi organ sasaran
karena beberapa hal. Sebagian besar toksikan memasuki tubuh melalui
sistem gastrointestinal, setlah diserap, toksikan dibawa vena porta
ke hati.Untuk itu, kita perlu mengetahui toksikologi pada hati,
bagaimana mekanisme kerjanya, apa dampak yang dapat ditimbulkan,
bagaimana cara mencegah, mengendalikan dan pengobatan atau
pertolongan pertama pada korban keracunan.
1.2 Tujuana. Mengetahui apa itu toksikologi dan pentingnya
tokskologi dalam kehidupan,b. Mengetahui efek toksik bahan kimia
yang ada,c. Mengetahui organ hati sebagai organ sasaran dari bahan
toksin,d. Mengetahui macam-macam jenis toksin/racun yang menyerang
organ hatie. Mengetahui dampak dan gejala yang ditimbulkan akibat
masuknya racun ke dalam organ hatif. Mengetahui cara mencegah dan
mengendalikan kerusakan organ hati dari bahan toksin, dang.
Mengetahui hal yang dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama
pada orang yang terkena paparan zat kimia
BAB 2PEMBAHASAN2.1 ToksikologiOrang senantiasa terpajan
(tereksposure) banyak jenis bahan kimia buatan manusia, pada
keadaan tertentu pajanan ini dapat berakibat buruk hingga
menimbulkan kematian atau hanya menimbulkan perubahan biologi yang
kecil sekali. Minat masyarakat semakin besar untuk mengenal dan
mencegah efek buruk ini telah mendorong perubahan dramatik pada
toksikologi dari suatu kajian tentang racun menjadi ilmu yang kian
kompleks sekarang ini.Toksikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai
kerja senyawa kimia yang merugikan terhadap organisme
hidup.Definisi lain dari toksikologi ialah sebagai kajian tentang
hakikat dan mekaisme efek toksik berbagai bahan terhadap makhluk
hidup dan system biologik lainnya.Bersamaan dengan ilmu lain,
toksikologi member sumbangan bagi pengembangan bahan kimia yang
lebih aman untuk digunakan sebagai obat, zat tambahan makanan,
pestisida, dan bahan kimia yang digunakan dalam industri. Menurut
beberapa sumber toksikologi merupakan cabang dari farmakologi,
tentang interaksi antara senyawa kimia dengan orgaisme hidup.
Seperti misalnya pada insektisida, pestisida, kosmetika, vitamin,
asam amino dan lain-lain yang digunakan pada dosis yang tidak
pathologic. Sehingga zat-zat asing yang masuk ke dalam tubuh
disebut juga xenobiotika.Sesuatu zat yang masuk kedalam tubuh dapat
dikatakan sebagai racun, bila zat tersebut menyebabkan efek yang
merugikan pada yang menggunakannya.Menurut Paracelsus Sola dosis
facit venenum artinya kehadiran suatu zat yang potensial toksik
didalam organisme belum tentu menghasilkan juga keracunan,
tergantung dari besar atau kecilnya dosis suatu zat yang digunakan
atau terpajan ke dalam tubuh.Dengan demikian, resiko keracunan
tidak hanya bergantung pada sifat zat itu sendiri tetapi juga pada
kemungkinan untuk berkontak dengannya dan pada jumlah yang masuk
dan diabsorbsi, dengan kata lain tergantung cara kerja, frekuensi
kerja, dan waktu kerja.2.1.1 Penggolongan toksikologiToksikologi
dapat digolongkan berdasarkan jenis kerja toksik, maka menurut
bidangnya dibedakan menjadi, antara lain:a. Toksikologi obat,b.
Toksikologi zat yang menimbulkan ketergantungan,c. Toksikologi baha
makanan,d. Toksikologi pestisida,e. Toksikologi Industri,f.
Toksikologi Lingkungan,g. Toksikologi aksidental,h. Toksikologi
Perang, dani. Toksikologi sinar,
2.1.2 Efek Toksik Bahan kimiaEfek toksik atau toksisitas suatu
bahan kimia dapat didefinisikan sebagai potensi bahan kimia untuk
meracuni tubuh orang yang terpapar. Potensi bahan kimia untuk dapat
menimbulkan efek negative terhadap kesehatan tergantung terutama
pada toksisitas bahan kimia tersebut, dan besarnya paparan.
Toksisitas merupakan sifat dari bahan kimia itu sendiri, sedangkan
paparan tergantung dari bagaimana bahan itu digunakan, misalnya,
apakah bahan dipanaskan, disemprotkan atau dilepaskan ke lingkungan
kerja. Tetapi dalam menilai bahaya, perlu diperhitungkan juga
kerentanan orang yang terpapar, yang dipengaruhi oleh antara lain
jenis kelamin, umur; status gizi. Beberapa konsep telah
dikembangkan untuk membantu menggolongkan efek beracun bahan kimia,
sebagai berikut: a. Efek akut Istilah efek akut dapat diartikan
sebagai paparan singkat dengan efek seketika. Namun pemaparan akut
selain dapat menimbulkan efek akut, juga dapat mengakibatkan
penyakit kronik, sebagai contoh kerusakan otak yang permanen dapat
disebabkan oleh paparan akut senyawa timah putih trialkil atau
karena keracunan karbon monoksida berat. b. Efek kronik Istilah
kronik dapat diartikan sebagai pemaparan berulang dengan masa tunda
yang lama antara paparan pertama hingga timbulnya efek yang
merugikan kesehatan.c. Efek akut dan kronik Suatu bahan dapat
mempunyai efek akut dan kronik sekaligus. Sebagai contoh pemaparan
tunggal karbon disulfide dengan konsentrasi tinggi dapat
mengakibatkan hilangnya kesadaran (efek akut), tetapi pemaparan
berulang tiap hari selama bertahun-tahun dengan konsentrasi yang
jauh lebih rendah yang jika dialami sebagai pemaparan tunggal tidak
menimbulkan efek merugikan (efek kronik) dapat mengakibatkan
kerusakan pada system saraf pusat dan tepi, juga jantung.d. Efek
dapat balik (reversible)Efek yang hilang bila pemaparan
berhenti/mereda. Sebagai contoh, dermatitis kontak, nyeri kepala
dan mual karena terpapar pelarut.e. Efek tidak dapat balik
(irreversible)Efek yang tidak akan hilang atau permanen meskipun
bahan kimia penyebabnya telah mereda atau hilang. Sebagai contoh,
penyakit kanker yang disebabkan oleh pemaparan bahan kimia.f. Efek
lokal Efek berbahaya yang ditimbulkan oleh bahan kimia di bagian
permukaan tubuh atau dapat masuk ke dalam tubuh.Sebagai contoh,
luka bakar pada kulit.g. Efek sistemik Efek suatu bahan kimia pada
organ tubuh atau cairan tubuh setelah penyerapan atau penetrasi ke
dalam organ atau cairan tubuh. Sebagai contoh, masuknya bahan-bahan
kimia seperti timbal, benzen, kadmium, raksa dan sebagainya dapat
menyebabkan anemia, gangguan saraf, dan sebagainya.h. Efek
sinergisEfek gabungan dari lebih dari satu bahan kimia. Efek
gabungan ini dapat lebih parah dari efek yang diimiliki oleh
masing-masing bahan kimia.
Berdasarkan sifat bahayanya, toksisitas dapat digolongkan
sebagai berikut: Korosif Merusak (membakar) jaringan hidup apabila
kontak. Sebagai contoh; larutan asam pekat seperti sulfat atau basa
seperti soda api dapat menimbulkan luka bakar. IritanMenimbulkan
iritasi setempat atau peradangan pada kulit, hidung, atau jaringan
paru. Sensitizer Menimbulkan reaksi alergi. Seseorang yang peka
terhadap bahan kimia akan mengalami reaksi alergi yang berat,
sedang bagi individu yang tidak peka, dosis yang sama tidak akan
membahayakan. Bagi individu yang peka, setiap pemaparan berikutnya
apakah melalui kontak kulit atau inhalasi akan menimbulkan risiko
kesehatan. AsfiksianMengganggu pengangkutan oksigen ke jaringan
tubuh. Sebagai contoh, antara Iain karbon monoksida dan sianida.
Karsinogen Penyebab kanker. MutagenDapat menimbulkan kerusakan DNA
sel . DNA adalah molekul pembawa informasi genetik yang
mengendalikan pertumbuhan dan fungsi sel. Kerusakan DNA dalam sel
telur atau sperma manusia dapat menurunkan kesuburan; aborsi
spontan, cacad lahir, dan penyakit keturunan. TeratogenSuatu bahan
kimia yang apabila berada dalam aliran darah wanita harnil dan
menembus plasenta, mempengaruhi perkembangan janin dan menimbulkan
kelainan struktur dan fungsional bawaan atau kanker pada anak.
Contoh yang telah diketahui secara luas sebagai teratogen adalah
talidomid, yang pada tahun 1960an telah banyak menyebabkan kasus
fokomelia (pengecilan lengan dan tungkai sedemikian rupa hingga
tungkai dan lengan menempel langsung ke tubuh) pada bayi para
wanita yang memakan obat tersebut selama tahap awal
kehamilannya.
Fetotoksikan Suatu bahan kimia yang berpengaruh buruk terhadap
perkembangan janin sehingga bayi lahir dengan bobot yang
rendah.
2.1.3 Sumber toksikanKarena zat kimia dapat dijumpai dimana
saja, maka sumber zat kimia toksik cukup banyak, misalnya udara,
air, makanan, zat kimia di tempat kerja, ddalam obat, pestisida,
solven, hidrokarbon alami, dan produk pembakaran, kosmetik, toksik
yang dibentuk secara alami misalnya, mikotoksin, toksin mikroba,
toksin tumbuhan, dan toksin binatang. Manusia juga merasa kuatir
dengan polutan lingkunga seperti asbestos, Karbonmonoksida, Asap
tembakau/rokok, timbale, merkuri, bidang elektromagnetik, ozon,
hujan asam, dan senyawa organic volatile yang ada walau
sedikit.
A. Industri Sebagai Sumber ToksikanIndustri memiliki peranan
penting sebagian besar kehidupan manusia, secara ekonomi dapat
mempekerjakan jutaan orang, dan hasil dari produksi tersebut akan
mendapatkan keuntungan yang cukup besar.Walaupun di Negara-negara
maju telah diberlakukan suatu aturan-aturan yang mengatur mengenai
perindustrian, namun industri masih menjasi sumber pencemaran atau
kontaminan dari zat kimia. Jenis-jenis industri selain berupa
bangunan pabrik juga termasuk industri pertanian, perkpalan,
kendaraan laut, kilang minyak, dan lin-lain. Kegiatan industi dapat
menghasilkan sutu emisi udara, limbah bungan, dan sampah padat yang
mengandung bahan kimia. Apabila hal ini tidak dicegah atau
ditanggulangi dengan baik maka akan menimbulkan gangguan terhadap
kesehatan manusia.Berikut beberapa contoh zat kimia yang dapat
menyebab kanker dengan pekerjaan yang dilakukan di Industri.Tabel :
Bahaya okupasional dan kanker terkaitAgent (Hazard)Lokasi
tumor/kankerPekerjaan
Sinar-XSumsum tulangPetugas medis dan pekerja Industri
UraniumnSumsum tulang, kulit, paru-paruPetugas medis dan ahli
kimia di industri
Radiasi sinar UVKulitPekerja lapangan
Hidrokarbon polisiklik(jelaga, aspal, minyak)Paru-paru, kulit,
hatiPekrta tambang minyak dan gas
ArsenikKulit, paru-paru, hatiPegawai pabrik plastic
KadmiumParu-paru, ginjal, prostatPekerja di pabrik batere dan
peleburan
Senyawa nikelParu-paru, sinus hidungPekerja dipeleburan dan
pengolahan
AsbestosParu-paruPekerja tambang, kilang minyak, pembongkaran
bangunan
Kayu dan partikel kulitRongga hidungPengrajin kayu dan pembuatan
sepatu
*sumber diambil dari buku Bahaya baha kimia terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan hasil terjemahan dari Hazardous Chemical in
Human and envirotment health oleh World Health Organization in
2000
B. Pertanian sebagai sumber toksikanPada bidang pertanian,
penggunaan bahan kimia banyak dilakukan, misalnya saja seperti
penggunaan pupuk yang mengandung nitrogen dan sulfur, pestisida,
zat pengatur tumbuh tanaman, desinfektan obat-obatan untuk hewan
ternak misalnya seperti antibiotic dan vitamin, dll.Bahan kimia
yang paling sering diguakan dalam bidang pertanian ialah pestisida,
pemakaian yang tidak tepat dari pestisida dapat menimbulkan efek
biologis pada organism nontarget. Pestisida selain digunakan oleh
bidang pertanian, juga banyak digunakan pada bidang perkebunan,
kehutanan, dan peternakan. Penggunaan pestisida biasanya digunakan
untuk masalah-masalah akibat artropoda. Banyak penyalahgunaan
pestisida misalnya seperti penggnaan DDT, meski telah dilarang
namun keberadaannya masih banyak beredar dimasyarakat. Pestisida
selain dapat mengkontaminasi lingkunga seperti air, udara, dan
tanah juga dapat terarsobsi ke dalam tubuh melalui kontak kulit
dengan permukaan yang terkontak oleh pestisida tersebut.
Kontaminasi pestisida juga dapat mengkontaminasi hasil panen, dan
apabila hasil panen tersebut dikonsumsi maka akan menimbulkan
gangguan kesehatan bagi manusia. Paparan dari zat kimia pestisida
dapat merusak kulit, efek neurologis, efek pada hati, atau efek
kronis jika terakumulasi dalam tubuh.
C. Perkotaan sebagai sumber toksikanAktivitas manusia
menyebabkan polusi udara, dari hal sederhana seperti pembakaran
kayu pun telah terbukti menyebabkan timbulnya polutan. Polutan yang
lebih serius dihasilkan oleh aktivitas industri, kendaraan
bermotor, mesn berbahan bakar minyak, pembangkit tenaga listrik,
dan lain-lain. Perkotaan menggunakan bahan bakar kayu dan batu bara
sebagai bahan bakar rumah tangga yang dapat menjadikan sumber
pencemaran. Berikut akan dijelaskan beberapa aktivitas manusia dan
polutan yang dihasilkan dari aktivitas manusia tersebut.Tabel :
Aktivitas manusia dan produk sampingan dari pembakaran bahan bakar
fosilAktivitasPolutan yang dihasilkan
Pembangkit tenaga listrik(misal pembangkit listrik tenaga
batubara)Sox, NOx (NO dan NO2) Partikulat primer dan jelaga yang
berterbangan.Partikulat sekunder Sulfat(SO42-) DAN Nitrat (NO3+)
Aerosol
Pembakaran minyakSO2 dda jelaga
Pembakaran bahan bakar padat di Rumah Tangga (Batu bara dan
kayu)SO, Jelaga (missal kabut asap) dan debu yang berterbangan
Pembakaran bahan bakar diesel (solar)SOX dan jelaga
Kendaraan berbahan bakar bensin (solar)Nox,CO, Pb (jika
bertimbal) dan hidrokarbon
Asap rokok dan pemanggangan sateHidrokarbon aromatic polisiklik,
dll
*sumber diambil dari buku Bahaya baha kimia terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan hasil terjemahan dari Hazardous Chemical in
Human and envirotment health oleh World Health Organization in
2000
2.1.4 Jalur Pemaparan Bahan Toksin ke dalam tubuh
*sumber diambil dari buku Bahaya baha kimia terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan hasil terjemahan dari Hazardous Chemical in
Human and envirotment health oleh World Health Organization in
2000Suatu zat kimia dapat menimbulkan kerusakan pada makhluk hidup
apabila zat kimia berbahaya tersebut dapat terserap oleh tubuh
melalui jalur pemaparan. Jalur pemaparan adalah masuknya zat kimia
ke dalam tubuh. Absorbsi tersebut dapat terjadi lewat kulit,
saluran cerna, paru-paru, dan beberapa jalur lain. Efek zat kimia
tersebut dapat berakibat kecil atau besar tergantung dari dosis,
derajat pemaparan, distribusi, pengangkutan, dan eksresi. Bentuk
pemaparan yang paling lazim ialah melalui inhalasi atau dermal,
sementara yang paling sering terjadi ialah melalui pemaparan
peroral.a. Jalur pemaparan melalui dermalKulit merupakan suatu
sawar bagi tubuh karena relative impermeable sehingga dapat
memisahkan suatu organisme dari lingkungannya. Namun biasanya
absorbsi zat kimia melalui kulit yang rusak atau terluka, jarang
sekali zat kimia dapat menembus kulit yang utuh.Suatu zat dapat
diserap lewat folikel rambut atau lewat sel-sel kelenjar keringat
namun kemungkinannya sangat kecil.Apabila jumlah bahan kimia yang
terserap oleh tubuh dalam jumlah yang cukup banyak maka akan
mengakibatkan efek sistemik. Zat kimia yang larut dalam lemak akan
lebih mudah masuk ke tubuh daripada zat kimia yang larut dalam air.
Melalui kulit zat kimia mengalami dua fase, fase absorbs pertama
yaitu difusi toksisitan lewat epidermis yang merupakan sawar
penting. Fase absorbs kedua yaitu difusi toksitan lewat dermis yang
mengandung medium difusi yang berpori, nonselektif, dan cair.
Berikut beberapa efek yang diterjadi pada kulit ;Tabel : Beberapa
efek umum pestisida pada kulitPestisidaEfek yang ditimbulkan
Paraquat, Captafol, 2,4-D, ManeozebDermatitis kontak
Jenomyl, DDT, Zheb, Lindan, MalathionSensitisasi kulit, reaksi
alergi, ruam kulit
Heksaklorobenzene,Benomyl, ZinenReaksi totoalergi
Pestisda organochlorineChloronce
HeksaklorobenzenAtrofi kulit
*sumber diambil dari buku Bahaya baha kimia terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan hasil terjemahan dari Hazardous Chemical in
Human and envirotment health oleh World Health Organization in
2000
b. Jalur pemaparan melalui InhalasiParu merupakan pemaparan yang
umum, tetapi jaringan paru bukan merupakan barier yang protektif
terhadap zat kimia seperti layaknya kulit, akibatnya jaringan paru
yang sangat tipis memungkinkan adanya aliran beberapa zat kimia ke
dalam darah. Selain dapat merusak sistemik jaringan tubuh, juga
dapat merusak organ paru itu sendiri. Tempat absorbs disaluran
napas adalah alveolus paru-paru. Laju absorbsi bergantung pada daya
larut gas di dalam darah, semakin mudah larut maka semakin cepat
terabsrobsi. Karena udara di alveolar hanya membawa zat kimia dalam
jumlah terbatas, maka diperlukan lebih banyak pernapasan dan waktu
papar yang lebih lama.Zat kimia dapat menjadi bawaan udara melalui
2 cara ; baik sebagai partikel sangat halus ataupun sebagai gas dan
uap. Polutan tersebut diantaranya SO2, NOX,CO,O3, Pb, dan
lain-lain. Zat kimia tersebut dapat menurunkan fungsi paru dan
peningkatan jumlah kematian yang terjadi. Beberapa zat kimia akan
masuk ke sel darah merah yang akan menyebar keseluruh organ melalui
system kardiovaskular.Pada industri, inhalasi zat kimia dalam
bentuk gas dan uap, partikel yang absorbsinya melalui paru-paru
merupakan pemaparan yang paling penting, resiko kesehatan
keterpaparan ini pun cenderung tinggi.
*Gambar diambil dari : :
http://staff.undip.ac.id/fkm/hanifadenny/files/2010/09/toksilogi-industri.pdf
diakses pada 28 November 2014c. Jalur pemaparan melalui saluran
cernaBahan-bahan toksikan dapat masuk melalui saluran cerna bersama
air minum dan makanan atau secara langsung melalui obat. Absorbs
dapat terjadi diseluruh saluran cerna. Namun umunya mulut dan
rectum tidak begitu penting dalam penyerapan zat-zat kimia.Lambung
merupakan tempat penyerpan yang penting, terutama asam-asam lemah
yang berada dalam bentuk non ion yang larut dalam lipid dan mudah
berdifusi. Sebaliknya, basa-basa lemah akan sangat mengion dalam
getah lambungyang bersifat asam dan karenanya sukar untuk
diserap.
*sumber diambil dari buku Bahaya baha kimia terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan hasil terjemahan dari Hazardous Chemical in
Human and envirotment health oleh World Health Organization in
2000Dalam makanan atau air yang kita konsumsi selain mengandung
bahan-bahan yang berguna bagi tubuh, juga mengandung zat-zat kimia
yang berbahaya. Meskipun jumlah zat kimia tersebut kecilsedikit,
namun sifatnya dapat terakumulasi di dalam tubuh, dan pada jangka
panjang akan menimbulkan efek yang lebih parah atau lebih berbahaya
dikemudian hari. Juga bila zat-zat kimia terserap kedalam darah
akan, maka dampaknya akan menyebar keseluruh organ tubuh, dan
merusak orga-organ penting tubuh.
2.2 Anatomi dan Fisiologi Organ HatiHati merupakan organ
terbesar di dalam tubuh, memiliki berat 1500 g pada manusia dewasa
normal yang diperkirakan sekitar 2,5 % dari berat badan. Terletak
di bawah tulang iga, dalam rongga perut sebelah kanan.Hati terdiri
atas beberapa belahan (lobus). Masing-masing lobus dibentuk oleh
ratusan ribu lobulus yang berbentuk heksagonal. Tiap lobulus
dilapisi oleh jaringan ikat interlobular yang disebut kapsula
Glisson. Pada bagian tengah lobulus hati terdapat vena sentralis,
pita-pita sel hati yang bercabang atau berantomosis tersusun radier
terhadap vena sentralis. Diantara pita-pita sel hati terdapat
sinusoid-sinusoid darah yang tampak seperti celah-celah atau
rongga. Pada dinding sinusoid terdapat sel kapiler yang tergolong
sebagai makrofage/sel kupfer. Sel kupfer adalah sistem sistem
monosit makrofag, yang fungsi utamanya adalah menelan bakteri dan
benda asing lain dalam darah. Sudut antara lobuli-lobuli yang
bersebelahan disebut segitiga Kiernann yang berisi saluran porta,
yaitu arteri, vena dan saluran empedu interlobular.
Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral, berinti satu (75%)
atau dua (25%). Sitoplasma mengandung banyak butir glikogen.
Sel-sel inilah yang menghasilkan empedu. Untuk sementara empedu
disimpan dalam kandung empedu(vesika fellea), disini empedu
tersebut menjadi kental karena airnya diserap kembali oleh dinding
kandung empedu. Empedu yang dibentuk di hepatosit diekskresi
kedalam kanikuli yang bersatu membentuk saluran empedu yg makin
lama makin besar hingga menjadi sal empedu besar (duktus
koledokus).
Hormon kholesistokinin mengatur pengeluaran empedu ke usus
halus. Oleh ductus sistikus empedu disalurkan ke duktus kholedokhus
yang bermuara di duodenum, dan di tempat tersebut terjadi
pengemulsian lemak. Kandung empedu berkembang pada kebanyakan
vertebrata Manusia masih dapat hidup selama bertahun-tahun setelah
kandung empedunya dibuang melalui pembedahan dengan syarat harus
menghindari lemak dalam dietnya. Hati mempunyai fungsi yang sangat
banyak, sehingga hati merupakan organ tubuh yang sangat penting
dalam menunjang kesehatan dan kehidupan. Berbagai fungsi penting
dari hati adalah sebagai berikut : Detoksifikasi zat-zat toksis,
yaitu menyaring segala macam zat yang masuk kedalam tubuh
menetralkan dan membuangnya ke luar tubuh. Fungsi detoksikasi
sangat penting dan dilakukan oleh enzim-enzim hati melalui
oksidasi, reduksi, hidrolisis atau konyugasi zat berbahaya, dan
mengubahnya menjadi zat yang secara fisiolodia tidak aktif.
Mengahasilkan empedu (sebagai kelenjar eksokrin) yang terkumpul
dalam kandung empedu,Empedu tdd air 97%, elektrolit, garam empedu,
fosfolipid (terutam alesitin), kolesterol, pigmen empedu (terutama
bilirubin terkonjugasi).Garam empedu penting utntuk pencernaan dan
absorbsi lemak dalam usus halus.Setelah diolah bakteri usus halus,
maka sebagian garam empedu akan direabsorbsi di ileus , megalami
resirkulasi ke hati, serta kembali dikonjungasi dan diskeresi.
Menyimpan lemak dan glikogen serta albumin,Hati berperan penting
dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Mensintesis
protein plasma darah,fungsi metabolisme hati yg lain adalah
metabolisme lemak; penyimpanan vitamain, besi dan tembaga;
konyugasi dan ekskresi steroid adrenal dan gonad, serta detoksikasi
zat endogen dan eksogen. Merombak eritrosit yang rusak. Eliminasi
asam amino menjadi urea, menyimpan vitamin A dan B dan berperan
dalam metabolisme karbohidrat dan lemak. Menghasilkan suatu
hormone.
Hati berperan dalam hampir setiap fungsi metabolic tubuh. Hati
memiliki kapasitas cadangan yg besar, hanya dengan 10-20% jaringan
yg berfungsi, hati masih dapat mempertahankan kehidupan. Destruksi
total atau pembuangan hati menyebabkan kematian dalam 10jam.
Kemampuan regenerasi hati sangat mengagumkan.2.2.1 Cara Kerja
Hati1. Dalam Proses EkskresiHemoglobin dipecah menjadi zat besi,
globin, dan hemin.zat besi, diambil & disimpan dlm hati, yg
nantinya dikembalikan k sumsum tlg blkgglobulin, digunaan lg utk
metabolisme protein, membentk hemoglobin baruhemin, diubah menjadi
bilirubin & biliverdin. dikeluarkan ke usus 12 jari n di
oksidasi mnjd urobilin, yg mnjd pewarna coklat pd feses.2.
Pengikatan Racunarginin asam amino arginin -> as. amino ortinin
+ ureaasam amono ortinin mengikat NH3 n CO2 yg bersifat racun bagi
tubuhasam amino ortinin diubah mnjd as. amino sitrulin.asam amino
sitrulin + NH3 -> as. Amino(ulang lagi prosesnya)shg akn trus
dihasilkan urea, yg dibuang ke ginjal, utk dikeluarkan besama
urin.racun -> urea -> dikeluarkan dari tubuh.
2.3 Efek toksik pada hati (Hepatotoksik)Hati adalah organ
terbesar dan secara metabolisme paling kompleks di dalam tubuh.
Organ hati terlibat dalam metabolisme zat makanan serta sebagian
besar obat dan toksikan. Secara struktural organ hati tersusun oleh
hepatosit (sel parenkim hati). Hepatosit bertanggung jawab terhadap
peran sentral hati dalam metabolisme. Sel-sel tersebut terletak di
antara sinusoid yang terisi darah dan saluran empedu. Sel Kuffer
melapisi sinusoid hati dan merupakan bagian penting dari sitem
retikuloendotelial tubuh. Darah dipasok melalui vena porta dan
arteri hepatika, dan disalurkan melalui vena sentral dan kemudian
vena hepatika ke dalam vena kava. Saluran empedu mulai berperan
sebagai kanalikuli yang kecil sekali yang dibentuk oleh sel
parenkim yang berdekatan. Kanalikuli bersatu menjadi duktula,
saluran empedu interlobular, dan saluran hati yang lebih besar.
Saluran hati utama menghubungkan duktus kistik dari kandung empedu
dan membentuk saluran empedu biasa, yang mengalir ke dalam duodenum
(Lu, 1995).Toksikologi hati dipersulit oleh berbagai kerusakan hati
dan berbagai mekanisme yang menyebabkan kerusakan tersebut. Hati
sering menjadi organ sasaran karena beberapa hal. Sebagian besar
toksikan memasuki tubuh melalui sistem gastrointestinal, setlah
diserap, toksikan dibawa vena porta ke hati. Hati mempunyai banyak
tempat pengikatan. Kadar enzim yang memetabolisme xenobiotik dalam
hati juga tinggi (terutama sitokrom P-450). Hal tersebut membuat
sebagian besar toksikan menjadi kurang toksik dan lebih mudah larut
dalam air, sehingga lebih mudah dieksresikan. Tetapi dalam beberapa
kasus, toksikan diaktifkan sehingga dapat menginduksi lesi. Lesi
hati bersifat sentrilobuler banyak dihubungkan dengan kadar
sitokrom P-450 yang lebih tinggi (Zimmerman, 1982). Selain itu
kadar glutation yang relatif rendah, dibandingkan dengan kadar
glutation di bagian lain dari hati, dapat juga berperan
mengaktifkan toksikan (Smith et al. 1979).Toksikan dapat
menyebabkan berbagai jenis efek toksik pada berbagai organel dalam
sel hati, seperti perlemakan hati (steatosis), nekrosis,
kolestasis, dan sirosis (Lu, 1995). Steatosis adalah hati yang
mengandung berat lipid lebih dari 5%. Mekanisme terjadinya
penimbunan lemak pada hati secara umum yaitu rusaknya pelepasan
trigliserid hati ke plasma. Nekrosis hati adalah kematian
hepatosit. Biasanya nekrosis merupakan kerusakan akut. Beberapa zat
kimia telah dibuktikan atau dilaporkan menyebakan nekrosis pada
hati (Zimmerman, 1982).Kolestasis merupakan jenis kerusakan hati
yang biasanya bersifat akut. Beberapa steroid anabolik dan
kontraseptif di samping taurokolat, klorpromazin, dan eritromisin
laktobionat terlah terbukti menyebabkan kolestasis dan
hiperbilirubinemia karena tersumbatnya kanalikuli empedu. Sirosis
ditandai oleh adanya septa kolagen yang tersebar di sebagian besar
hati. Serosis diduga berasal dari nekrosis sel-sel tunggal karena
kurangnya mekanisme perbaikan yang menyebabkan meningkatnya
aktivitas fibroblastik dan pembentuan jaringan parut (Lu,
1995).
Hepatosit tikus dan manusia yang terisolasi dalam suspensi atau
dalam biakan, telah digunakan dalam berbagai penelitian biokimia.
Dalam mempelajari efek toksikan terhadap sel hati yang sedang
membelah digunakan hepatosit dari hewan yang sangat muda atau dari
tumor hati. Hepatosit yang diisolasi dapat digunakan untuk
menentukan berbagai efek toksik (Lu, 1995), seperti : 1) Kerusakan
membran dapat dideteksi secara mikroskopik atau secara biokimia.
Prosedur biokimia berupa pengukuran kemampuan sel menyerap kofaktor
(misalnya NADPH), bahan pewarna polar (misalnya biru tripan), dan
substrat (misal suksinat) dan pengukuran kebocoran enzim
sitoplasma. 2) Mungkin terdapat perubahan dalam makromolekul
selseperti penghambatan protein dan sistesis RNA, dan peningkatan
sintesis DNA. 3) Efek lain adalah perubahan metabolisme perantara
dan perubahan dalam aktivitas dan pertumbuhan hepatosit.Hati
menerima 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal
1500 cc/ menit atau 1000 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di
dalam a.hepatica 25% dan di dalam v.porta 75% dari seluruh aliran
darah ke hati. Aliran darah ke hepar dipengaruhi oleh faktor
mekanis, pengaruh persarafan dan hormonal, aliran ini berubah cepat
pada waktu exercise, terik matahari, shock. Hepar merupakan organ
penting untuk mempertahankan aliran darah. Obat-obatan dapat
memberikan efek samping, salah satunya adalah efek hepatotoksik,
yaitu efek samping kerusakan sel-sel atau jaringan hati dan
sekitarnya akibat konsumsi suatu obat.Pada dasarnya, obat dianggap
sebagai penyebab kerusakan hati jika:1. Obat tersebut terbukti
menyebabkan kerusakan hati pada binatang percobaan.2. Jika suatu
obat menyebabkan gangguan pada hati saat dikonsumsi dan gangguan
hati sembuh saat pemberian obat dihentikan, namun timbul kembali
saat diberikan obat lagi.
2.3.1 Contoh zat kimia yang bersifat hepatotoksik1.
Alkoholkonsumisi terus menerus dapat menginduksi terjadinya
hepatitis. selain menginhibisi sintesis asam amino di hati.
menginhibisi sintesis asam amino di hati dan menginhibisi natrium
dan kalium yg menstimulasi ATP ase sebagai trannsport aktif asam
amino di hati.Alkohol bisa menyebabkan 3 jenis kerusakan hati,
yakni:a. Pengumpulan lemak (fatty liver)Gejalanya tergantung dari
berapa lama dan berapa jumlah alkohol yang telah diminum. Peminum
berat biasanya menunjukkan gejala awal pada usia 30an dan cenderung
mengalami masalah yang berat pada umur 40an. Pada laki-laki,
alkohol akan menyebabkan efek yang mirip dengan yang dihasilkan
oleh terlalu banyaknya estrogen dan terlalu sedikitnya
testosteron.
b. Peradangan (hepatitis alkoholik)Peradangan hati yang
disebabkan oleh alkohol (hepatitis alkkoholik),bisa menyebabkan
demam, sakit kuning, peningkatan jumlah sel darah putih dan
pembesaran hati yang teraba lunak dan terasa nyeri. Pada kulit akan
tampak pembuluh balik yang menyerupai gambaran laba-laba.
c. Pembentukan jaringan parut (sirosis).Sirosis hati adalah
keadaan penyakit yang sudah lanjut dimana fungsi hati sudah sangat
terganggu akibat banyaknya jaringan ikat di dalam hati.
2. Insektisidamenyebabkan keracunan ringan pada hati dan
merupakan inhibitor untuk enzim asetil kolin esterase.
3. MikotoksinKemungkinan terdapat dalam makanan olahan seperti
kacang, oncom, kentang, bihun, minyak kelapa, dan jamu(kadaluarsa),
misalnya alfatoksin B1,B2, G1 dll.. yg berbahaya AFB1: racun yg
bersifat hepatotoksik, karsinogenik, menyebabkan hepatitis,
hepatoma, kematian katena kerusakan hati, gangguan kesehatan.efek
biokimia AFB1: menunjukkan pengaruh pada fungsi hati menaikkan
kandungan lipid gangguan sintesis protein menurunkan kadar vitamin
A dalam hatialfatoksin dihasilkan oleh kapan Aspergillus flavus.
tumbuh di daerah tropis pada bahan makanan, suhu 20-30C, kelembaban
75-85%.
4. jamurjamur dapat merusak hati, memiliki senyawa golongan
amanita mono metil hidrazin dan senyawa toksik lain
5. CCl4 dosis 2-10mL memberikan efek mual, muntah, sakit kepala,
kejang, koma gan gangguan fungsi hati yg dapat menimbulkan
kematian.
6. Obat : ParasetamolParasetamol mengalami biotransformasi di
hati, parasetamol terkonjugasi dengan asam glukoronat membentuk
metabolit elektrofil, N-asetil-P-benzokuinonimina (NABKI) sebagai
hepatotoksik.Pada dosis terapi metabolit tersebut dapat diikat oleh
glutation (GSH) hati membentuk konjugat dengan sistein dan asam
merkapturat, yang kemudian diekskresi oleh urin. Kejenuhan jalur
konjugasi/kandungan GSH hati dihabiskan sampai menurun 20-30% dari
harga normal mengakibatkan NABKI dapat berikatan dengan
makromolekul sel hati secara ireversibel. Hal ini menyebabkan
nekrosis sel hati.
BAB 3PENUTUP3.1 Kesimpulan Toksikologi adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang kerja senyawa kimia yang merugikan makhluk
hidup, dan juga mempelajari mekanisme efek toksik terhadap makhluk
hidup. Hati merupakan organ terbesar di dalam tubuh, memiliki berat
1500 g pada manusia dewasa normal yang diperkirakan sekitar 2,5 %
dari berat badan. Terletak di bawah tulang iga, dalam rongga perut
sebelah kanan. Hati adalah organ terbesar dan secara metabolisme
paling kompleks di dalam tubuh. Organ hati terlibat dalam
metabolisme zat makanan serta sebagian besar obat dan toksikan.
Hati sering menjadi organ sasaran karena beberapa hal. Sebagian
besar toksikan memasuki tubuh melalui sistem gastrointestinal,
setelah diserap, toksikan dibawa vena porta ke hati. Efek beracun
zat kimia, yakni : efek akut, kronik, dapat balik, tidak dapat
balik, local, sistemik, sinergis. Efek toksik pada hati disebut
juga hepatotoksik. Toksikan dapat menyebabkan berbagai jenis efek
toksik pada berbagai organel dalam sel hati, seperti perlemakan
hati (steatosis), nekrosis, kolestasis, dan sirosis. Contoh zat
kimia yang menyebabkan hepatotoksik seperti: Alkohol, Insektisida,
Mikotoksin, obat: Paracetamol, CCl4, Fe, dsb. Alcohol bisa
menyebabkan 3 kerusakan hati, yakni : Pengumpulan lemak (fatty
liver), Peradangan (hepatitis alkoholik), Pembentukan jaringan
parut (sirosis).
3.2 SaranKarena sifat dari organ hati ini sangat rentan terhadap
racun, untuk itu kita harus dapat mencegah terjadinya keracunan,
misalnya dengan pengurangan intensitas paparan dari racun tersebut.
Dan kita juga perlu mengetahui tindakan awal apa yang harus
dilakukan jika terdapat orang yang keracunan agar efek dari racun
itu bisa diminimalisir.DAFTAR PUSTAKABrattin WJ SD, Waller RL,
Glende EA, Recknagel PO. 1984. Assesment of the role calcium inon
in halocarbon hepatotoxycity. Environ Health Perspect, 57:
321-323.Beckman KB, Ames BN. 1998. The Free Radical Theory of Aging
Matures. Physiological Reviews, 78(2): 547-581Faiz, Omar., David
Moffat. 2003. Anatomy at a Glance. Jakarta: Erlangga.Jawi IM,
Sutirta-Yasa WP, Saputra H. 2007. Gambaran histologis hepar serta
kadar SGOT dan SGPT darah mencit yang diberikan alkohol secara akut
dan kronis. Dexa Media, 1(20) : 23-26Joewana S. 1989. Gangguan
Penggunaan Zat, Narkotika, Alkohol dan Zat Aditif lainnya.
Gramedia. JakartaLu FC. 1995. Toksikologi Dasar; Asas, Organ
Sasaran, dan Penilaian Resiko. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia, UI Press.Nelson Simanungkalit Pospos. 2005.
L-Ornitin-L-Aspartat (LOLA) menghindari blebbing akibat keracunan
etanol pada hepatosit.Cermin Dunia Kedokteran International
Standard SerialNumber: 0125-913x. 57-59.Pospos NS. 2002. Bukti
gambar, etanol merusak sel hati dan pengaruhnya terhadap
konsentrasi ATP intraseluler. Medika. No 1 Tahun XXVII. 17-20Smith
ML, Loveridge N, Willis ED, Chayen J. 1979. The distribution of
glutathione in rat liver lobule. Biochem. J. 182:103-108.Smith MT,
Thor T, Orrenius S. 1983. The role of lipid peroxidation in the
toxicity of foreign compounds to liver cells. Biochem. Pharmacol.
32: 763-764.Zimmerman HJ. 1982. Chemical hepatic injury and its
detection. In: Toxicology of the Liver. Eds. GL. Plaa and
WR.Hewitt. New York :Raven Press.
Toksikologi (Efek toksik pada hati)hal 22