Top Banner
Kata Pengantar Alhamdulillah, segala puji, puja serta syukur kita panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi, yang senantiasa memberikan curahan kasih rahmat-Nya kepada hamba-Nya, yang benar-benar ingin mencari ridha serta inayah-Nya. Tidak lupa rahmat serta keselamatan semoga tercurah limpah kepada paduka alam, uswah kehidupan muslim serta penutup para Nabi dan Rasul Allah, yakni Nabi Muhammad Saw. Akhirnya atas izin Allah SWT makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini penulis sampaikan kepada dosen mata kuliah Sosiantropologi Pendidikan sebagai salah satu tugas mata kuliah tersebut. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Ibu dosen yang telah berjasa mencurahkan ilmu kepada penulis. Penulis memohon kepada dosen khusunya, umumnya para pembaca barang kali menemukan kesalahan atau kekurangan dalam karya tulis ini baik dari segi bahasan maupun isinya harap maklum. Selain itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada semua Kelompok V | 1
72

Makalah Sosiantropologi Pendidikan

Jun 26, 2015

Download

Documents

Busra Ferry

Kata Pengantar
Alhamdulillah, segala puji, puja serta syukur kita panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi, yang senantiasa memberikan curahan kasih rahmat-Nya kepada hambaNya, yang benar-benar ingin mencari ridha serta inayah-Nya. Tidak lupa rahmat serta keselamatan semoga tercurah limpah kepada paduka alam, uswah kehidupan muslim serta penutup para Nabi dan Rasul Allah, yakni Nabi Muhammad Saw. Akhirnya atas izin Allah SWT makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini penulis sampaikan kepada dosen mat
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

Kata Pengantar

Alhamdulillah, segala puji, puja serta syukur kita panjatkan ke hadirat Illahi

Rabbi, yang senantiasa memberikan curahan kasih rahmat-Nya kepada hamba-

Nya, yang benar-benar ingin mencari ridha serta inayah-Nya. Tidak lupa rahmat

serta keselamatan semoga tercurah limpah kepada paduka alam, uswah kehidupan

muslim serta penutup para Nabi dan Rasul Allah, yakni Nabi Muhammad Saw.

Akhirnya atas izin Allah SWT makalah ini dapat diselesaikan.

Makalah ini penulis sampaikan kepada dosen mata kuliah Sosiantropologi

Pendidikan sebagai salah satu tugas mata kuliah tersebut. Tidak lupa saya ucapkan

terima kasih kepada Ibu dosen yang telah berjasa mencurahkan ilmu kepada

penulis.

Penulis memohon kepada dosen khusunya, umumnya para pembaca barang

kali menemukan kesalahan atau kekurangan dalam karya tulis ini baik dari segi

bahasan maupun isinya harap maklum. Selain itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun kepada semua pembaca demi lebih baiknya karya-

karya tulis yang akan datang.

Gorontalo, Oktober 2010

Penulis

Kelompok V | 1

Page 2: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

Daftar Isi

Kata Pengantar……………………………………………………………………………..1

Daftar Isi…………………………………………………………………………………….2

BAB I -PENDAHULAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………….4

B. Rumusan Masalah………………………………………………………………4

C. Metode Pemecahan Masalah………………………………………………….4

PEMBAHASAN

BAB II -LANDASAN ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

A. Pengertian Landasan Sosiologi……………………………………………….6

B.Latar Belakang Historis Sosiologi Pendidikan…………………………….6

C.Landasan Sosiologi Pendidikan………………………………………………6

D.Ruang Lingkup Dan Fungsi Kajian Sosiologi Pendidikan………………6

E.Masyarakat Indonesia Sebagai Landasan Sosiologis  Sistem Pendidikan Nasional…………………………………………………………………………..6

BAB III -SISTIM NILAI BUDAYA

Kelompok V | 2

Page 3: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

A. Konsep Nilai, Sistem Nilai Dan Orientasi Nilai……………………………16

B. Sistem nilai di masyarakat……………………………………………………16

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai budaya……….16.

D. Perbedaan nilai dan moral…………………………………………………..16

E. Pandangan dari nilai masyarakat terhadap individu, keluarga dan masyarakat………………………………………………………………………16

BAB IV -PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP MASYARAKAT

A. Pengertian Lingkungan……………………………………………………….35

B. Lingkungan dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar………………35

C. Macam-Macam Lingkungan…………………………………………………35

BAB V -IMPLIKASI PENDIDIKAN YANG BERDASARKAN ANTROPOLOGI DI INDONESIA

A.Landasan Historis Pendidikan………………………………………………...40

B.Landasan Yuridis Pendidikan…………………………………………………40

C.Landasan Sosiologis Dan Antropologis Pendidikan……………………….40

BAB III –PENUTUP………………………………………………………………………46

Kelompok V | 3

Page 4: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………..47

BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk hidup yang diberikan berbagai potensi oleh Tuhan,

setidaknya manusia diberikan panca indera dalam hidupnya. Namun tentu saja

potensi yang dimilikinya harus digunakan semaksimal mungkin sebagai bekal

dalam menjalani hidupnya. Untuk memaksimalkan semua potensi yang dimiliki

oleh kita sebagai manusia, tentunya harus ada sesuatu yang mengarahkan dan

membimbingnya, supaya berjalan dan terarah sesuai dengan apa yang diharapkan.

Mengingat begitu besar dan berharganya potensi yang dimiliki manusia,

maka manusia harus dibekali dengan pendidikan yang cukup sejak dini. Dilain

Kelompok V | 4

Page 5: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

pihak manusia juga memiliki kemampuan dan diberikan akal pikiran yang berbeda

dengan makhluk yang lain. Sedangkan pendidikan itu adalah usaha yang disengaja

dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan manusia

agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya.

Secara sosiologi pendidikan adalah sebuah warisan budaya dari generasi

kegenerasi, agar kehidupan masyarakat berkelanjutan, dan identitas masyarakat itu

tetap terpelihara. Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling

dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan hampir setiap kegiatan manusia tidak

terlepas dari unsur sosial budaya.\

Memasuki abad ke-21 dan menyongsong milenium ketiga tentu akan terjadi

banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat sebagai akibat dari era globalisasi.

Dan pada kenyataannya masyarakat mengalami perubahan sosial yang begitu

cepat, maju dan memperlihatkan gejala desintegratif yang meliputi berbagai sendi

kehidupan dan menjadi masalah, salah satunya dirasakan oleh dunia pendidikan.

Tak hanya perubahan sosial, budaya pun berpengaruh besar dalam dunia

pendidikan akibat dari pergeseran paradigma pendidikan yaitu mengubah cara

hidup, berkomunikasi, berpikir, dan cara bagaimana mencapai kesejahteraan.

Dengan mengetahui begitu pesatnya arus perkembangan dunia diharapkan dunia

pendidikan dapat merespon hal-hal tersebut secara baik dan bijak.

B. Rumusan Masalah

Dari rumusan masalah diatas yang bersifat umum, dapat dijabarkan beberapa

pertanyaan sebagai berikut :

1. Apa pengertian Sosiologi Pendidikan ?

2. Sosiologi dan Pendidikan ?

Kelompok V | 5

Page 6: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

3. Kebudayaan dan Pendidikan ?

4. Apa fungsi sosial budaya terhadap pendidikan ?

5. Apa dampak dari konsep pendidikan ?

C. Metode Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah yaitu langkah-langkah yang ditempuh dalam

menyelesaikan permasalahan yang dituangkan dalam rumusan masalah, sedangkan

langkah-langkah yang dilakukan dalam menjawab permasalahan dalam makalah

ini adalah Metode Copy Paste dari Internet yang berhubungan dengan

permasalahan yang dibahas dalam makalah ini.

BAB II

Landasan Antropologi Pendidikan

A.Pengertian Landasan Sosiologi

Manusia selalu hidup berkelompok, sesuatu yang juga  terdapat pada

makhluk hidup lainnya yakni hewan. Meskipun demikian, pengelompokan

manusia jauh lebih rumit dari pengelompokan hewan. Pada hewan, hidup

berkelompok memiliki ciri-ciri (Wayan Ardhana, 1968)  sebagai berikut: (a) ada

pembagian kerja, (b) ada ketergantungan antar anggota, (c) ada kerjasama antar

anggota, (d) ada komunikasi antar anggota, (e) ada diskriminasi antar individu

yang hidup dalam kelompok lain.

Ciri-ciri hewan tersebut dapat pula ditemukan pada manusia. Kehidupan

sosial manusia tersebut dipelajari oleh filsafat, yang berusaha mencari hakekat

masyarakat yang sebenarnya. Filsafat sosial sering membedakan manusia sebagai

individu dan manusia sebagai anggota masyarakat. Pandangan aliran-aliran filsafat

Kelompok V | 6

Page 7: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

tentang realitas sosial itu berbeda-beda, sehingga dapat ditemukan bermacam-

macam aliran filsafat sosial.

Sosiologi lahir dalam abad ke-19 di Eropa, karena pergeseran pandangan

tentang masyarakat, sebagai ilmu empiris yang memperoleh pijakan yang kokoh.

Sosiologi sebagai ilmu yang otonom dapat lahir karena terlepas dari pengaruh

filsafat. Nama sosiologi untuk pertama kali digunakan oleh August Comte (1798-

1857) pada tahun 1839, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan positif yang

memepelajari masyarakat. Sosiologi mempelajari berbagai tindakan sosial yang

menjelma dalam realitas sosial. Mengingat banyaknya realitas social, maka lahirlah

berbagai cabang sosiologi seperti sosiologi kebudayaan, sosiologi ekonomi,

sosiologi agama, sosiologi pengetahuan, sosiologi pendidikan, dan lain-lain.

Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu,

bahkan dua generasi, yang memungkinkan generasi muda memperkembangkan

diri. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan

sengaja di bentuk oleh masyarakat. Perhatian sosiologi pada pendidikan semakin

intensif. Dengan meningkatnya perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan

tersebut maka lahirlah cabang sosiologi pendidikan.

B.Latar Belakang Historis Sosiologi Pendidikan

Ketika diangkat menjadi Presiden American Sosiological Association pada

tahun 1883, Lester Frank Ward, yang berpandangan demokratis, menyampaikan

pidato pengukuhan dengan menekankan bahwa sumber utama perbedaan kelas

sosial dalam masyarakat Amerika adalah perbedaan dalam memiliki kesempatan,

khususnya kesempatan dalam memperoleh pendidikan. Orang berpendidikan lebih

tinggi memiliki peluang lebih besar untuk maju dan memiliki kehidupan yang lebih

Kelompok V | 7

Page 8: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

bermutu. Pendidikan dipandang sebagai faktor pembeda antara kelas-kelas sosial

yang cukup merisaukan. Untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan tersebut ia

mendesak pemerintahnya agar menyelenggarakan wajib belajar. Usulan itu

dikabulkan, dan wajib belajar di USA berlangsung 11 tahun, sampai tamat Senior

High School (Rochman Natawidjaja, et. al., 2007:  78).

Buah pikiran Ward dijadikan landasan untuk lahirnya Educational Sociology

sebagai cabang ilmu yang baru dalam sosiologi pada awal abad ke-20. Ia sering

dijuluki sebagai “Bapak Sosiologi Pendidikan”(Rochman Natawidjaja, et. Al.,

2007: 79). Fokus kajian Educational Sociology adalah penggunaan pendidikan

pendidikan sebagai alat untuk memecahkan permasalahan social dan sekaligus

memberikan rekomendasi untuk mendukung perkembangan pendidikan itu sendiri.

Kelahiran cabang ilmu baru ini mendapat sambutan luas dikalangan universitas di

USA. Hal itu terbukti dari adanya 14 universitas yang menyelenggarakan

perkuliahan Educational Sociology, pada tahun 1914. Selanjutnya, pada tahun

1923 dibentuk organisasi professional bernama National Society for the Study of

Educational Sociology dan menerbitkan Journal of educational Sociology. Pada

tahun 1948, organisasi progesional yang mandiri itu bergabung ke dalam seksi

pendidikan dari American Sociological Society.

Pada tahun 1928 Robert Angel mengeritik Educational Sociology dan

memperkenalkan nama baru yaitu Sociology of Education dengan focus perhatian

pada penelitian dan publikasi hasilnya, sehingga Sociology of Education bisa

menjadi sumber data dan informasi ilmiah, serta studi akademis yang bertujuan

mengembangkan teori dan ilmu sendiri.

Dengan dukungan dana penelitian yang memadai, berhembuslah angin segar

dan menarik para sosiolog untuk melakukan penelitian dalam bidang pendidikan.

Kelompok V | 8

Page 9: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

Maka diubahlah nama Educational Sociology menjadi Sociology of Education dan

Journal of Educational Sociology menjadi Journal of the Sociology of Education

(1963). Serta seksi Educational Sociology dalam American Sociological Society

pun berubah menjadi seksi Sociology of Education yang berlaku sampai sekarang.

Penelitian dan publikasi hasilnya menandai kehidupan Sociology of Education

sejak pasca Perang Dunia II.

Sosiologi lahir dalam abad ke-19 di Eropa karena pergeseran pandangan

tentang masyarakat sebagai ilmu empiris yang memperoleh pijakan yang kokoh.

Nama sosiologi untuk pertama kali digunakan oleh August Comte (1798-1857)

pada tahun 1839 (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 96). Di Prancis, pelopor

sosiologi pendidikan yang terkemuka adalah Durkheim (1858-1917), merupakan

Guru Besar Sosiologi dan Pendidikan pada Universitas Sorbonne.

Di Jerman, Max Weber (1864-1920) menyoroti keadaan dan

penyelenggaraan pendidikan pada masyarakat dengan latar belakang sosial budaya

serta tingkat kemajuan berbeda. Sedang di Inggris, perhatian sosiologi pada

pendidikan pada awalnya kurang berkembang karena pelopor sosiologi-nya, yaitu

Herbert Spencer (1820-1903) justru merupakan Darwinisme Sosial. Namun

belakangan, di Inggris muncul aliran sosiologi yang memfokuskan perhatiannya

akan analisis pendidikan pada level mikro, yaitu mengenai interaksi social yang

terjadi dalam ruang belajar. Berstein, misalnya, berusaha dengan jalan menyajikan

lukisan tentang kenyataan dan permasalahan yang terdapat dalam sistem

persekolahan dengan tujuan agar para pengambil keputusan menentukan langkah-

langkah perbaikan yang tepat. Pendekatan Berstein ini oleh Karabel dijuluki

sebagai atheoretical, pragmatic, descriptive, and policy focused (Rochman

Natawidjaja, et. Al., 2007: 80).

Kelompok V | 9

Page 10: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

Di Indonesia, perhatian akan peran pendidikan dalam pengembangan

masyarakat, dimulai sekitar tahun 1900, saat Indonesia masih dijajah Belanda. Para

pendukung politis etis di Negeri Belanda saat itu melihat adanya keterpurukan

kehidupan orang Indonesia. Mereka mendesak agar pemerintah jajahan melakukan

politik balas budi untuk memerangi ketidakadilan melalui edukasi, irigasi, dan

emigrasi. Meskipun pada mulanya program pendidkan itu amat elitis, lama

kelamaan meluas dan meningkat ke arah yang makin populis sampai

penyelenggaraan wajib belajar dewasa ini. Pelopor pendidikan pada saat itu antara

lain: Van Deventer, R.A.Kartini, dan R.Dewi Sartika.

C.Landasan Sosiologi Pendidikan

Landasan sosiologi mengandung norma dasar pendidikan yang bersumber

dari norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk

memahami kehidupan bermasyarakat suatu bangsa, kita harus memusatkan

perhatian pada pola hubungan antar pribadi dan antar kelompok dalam masyrakat

tersebut. Untuk terciptanya kehidupan masyarakat yang rukun dan damai,

terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma

social yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-

masing anggota masyarakat.

Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma yang dianut

oleh pengikutnya, yaitu: (1) paham individualisme, (2) paham kolektivisme, (3)

paham integralistik.

Paham individualisme dilandasi teori bahwa manusia itu lahir merdeka dan

hidup merdeka. Masing-masing boleh berbuat apa saja menurut keinginannya,

asalkan tidak mengganggu keamanan orang lain. 

Kelompok V | 10

Page 11: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

Dampak individualisme menimbulkan cara pandang yang lebih

mengutamakan kepentingan individu di atas kepentingan masyarakat. Dalam

masyarakat seperti ini, usaha untuk mencapai pengembangan diri,  antara anggota

masyarakat satu dengan yang lain saling berkompetisi sehingga menimbulkan

dampak yang kuat. 

Paham kolektivisme memberikan kedudukan yang berlebihan kepada

masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat secara perseorangan hanyalah

sebagai alat bagi masyarakatnya.

Sedangkan paham integralistik dilandasi pemahaman bahwa masing-masing

anggota masyarakat saling berhubungan erat satu sama lain secara organis

merupakan masyarakat. Masyarakat integralistik menempatkan manusia tidak

secara individualis melainkan dalam konteks strukturnya manusia adalah pribadi

dan juga merupakan relasi. Kepentingan masyarakat secara keseluruhan

diutamakan tanpa merugikan kepentingan pribadi.

Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik

yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat: (1) kekeluargaan dan gotong

royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, (2) kesejahteraan bersama

menjadi tujuan hidup bermasyarakat, (3) negara melindungi warga negaranya, dan

(4) selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban. Oleh karena itu, pendidikan

di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia secara orang per orang

melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya.

D.Ruang Lingkup Dan Fungsi Kajian Sosiologi Pendidikan

Para ahli Sosiologi dan ahli Pendidikan sepakat bahwa, sesuai dengan

namanya, Sosiologi Pendidikan atau Sociology of Education (juga Educational

Kelompok V | 11

Page 12: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

Sociology) adalah cabang ilmu Sosiologi, yang pengkajiannya diperlukan oleh

professional dibidang pendidikan (calon guru, para guru, dan pemikir pendidikan)

dan para mahasisiwa serta professional sosiologi.

Mengenai ruang lingkup Sosiologi Pendidikan, Brookover mengemukakan

adanya empat pokok bahasan berikut: (1) Hubungan sistem pendidikan dengan

sistem social lain, (2) Hubungan sekolah dengan komunitas sekitar, (3) Hubungan

antar manusia dalam sistem pendidikan, (4) Pengaruh sekolah terhadap perilaku

anak didik (Rochman Natawidjaja, et. Al., 2007: 81). 

Sosiologi Pendidikan diharapkan mampu memberikan rekomendasi

mengenai bagaimana harapan dan tuntutan masyarakat mengenai isi dan proses

pendidikan itu, atau bagaimana sebaiknya pendidikan itu berlangsung menurut

kacamata kepentingan masyarakat, baik pada level nasional maupun lokal.

Sosiologi Pendidikan secara operasional dapat defenisi sebagai cabang

sosiologi yang memusatkan perhatian pada mempelajari hubungan antara pranata

pendidikan dengan pranata kehidupan lain, antara unit pendidikan dengan

komunitas sekitar, interaksi social antara orang-orang dalam satu unit pendidikan,

dan dampak pendidikan pada kehidupan peserta didik  (Rochman Natawidjaja, et.

Al., 2007: 82).

Sebagaimana ilmu pengetahuan pada umumnya, Sosiologi Pendidikan

dituntut melakukan tiga fungsi pokok.

Pertama, fungsi eksplanasi, yaitu menjelaskan atau memberikan pemahaman

tentang fenomena yang termasuk ke dalam ruang lingkup pembahasannya. Untuk

diperlukan konsep-konsep, proposisi-proposisi mulai dari yang bercorak

generalisasi empirik sampai dalil dan hukum-hukum yang mantap, data dan

Kelompok V | 12

Page 13: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

informasi mengenai hasil penelitian lapangan yang actual, baik dari lingkungan

sendiri maupun dari lingkungan lain, serta informasi tentang masalah dan

tantangan yang dihadapi. Dengan informasi yang lengkap dan akurat, komunikan

akan memperoleh pemahaman dan wawasan yang baik dan akan dapat

menafsirkan fenomena-fenomena yang dihadapi secara akurat. Penjelasan-

penjelasan itu bisa disampaikan melalui berbagai media komunikasi.

Kedua, fungsi prediksi, yaitu meramalkan kondisi dan permasalahan pendidikan

yang diperkirakan akan muncul pada masa yang akan datang. Sejalan dengan  itu,

tuntutan masyarakat akan berubah dan berkembang akibat bekerjanya faktor-faktor

internal dan eksternal yang masuk ke dalam masyarakat melalui berbagai media

komunikasi. Fungsi prediksi ini amat diperlukan dalam perencanaan

pengembangan pendidikan guna mengantisipasi kondisi dan tantangan baru.

Ketiga, fungsi utilisasi, yaitu menangani permasalahan-permasalahan yang

dihadapi dalam kehidupan masyarakat seperti masalah lapangan kerja dan

pengangguran, konflik sosial, kerusakan lingkungan, dan lain-lain yang

memerlukan dukungan pendidikan, dan masalah penyelenggaraan pendidikan

sendiri.

Jadi, secara umum Sosiologi Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan

fungsi-fungsinya selaku ilmu pengetahuan (pemahaman eksplanasi, prediksi, dan

utilisasi) melalui pengkajian tentang keterkaitan fenomena-fenomena siosial dan

pendidikan, dalam rangka mencari model-model pendidikan yang lebih fungsional

dalam kehidupan masyarakat.

Secara khusus, Sosiologi Pendidikan berusaha untuk menghimpun data dan

informasi tentang interaksi sosial di antara orang-orang yang terlibat dalam

Kelompok V | 13

Page 14: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

institusi pendidikan dan dampaknya bagi peserta didik, tentang hubungan antara

lembaga pendidikan dan komunitas sekitarnya, dan tentang hubungan antara

pendidikan dengan pranata kehidupan lain.

E.Masyarakat Indonesia Sebagai Landasan Sosiologis  Sistem Pendidikan Nasional

Masyarakat selalu mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antar

sesamanya, saling tergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi

bersama, pada umumnya bertempat tinggal di wilayah tertentu, dan adakalanya

mereka memiliki hubungan darah atau memiliki kepentingan bersama.

Masyarakat dapat merupakan suatu kesatuan hidup dalam arti luas ataupun

dalam arti sempit. Masyarakat dalam arti luas pada umumnya lebih abstrak

misalnya masyarakat bangsa, sedang dalam arti sempit lebih konkrit misalnya

marga atau suku.

Masyarakat  sebagai kesatuan hidup memiliki ciri utama, antara lain: (1) ada

interaksi antara warga-warganya, (2)  pola tingkah laku warganya diatur oleh adapt

istiadat, norma-norma, hukum, dan aturan-aturan khas, (3) ada rasa identitas kuat

yang mengikat para warganya. Kesatuan wilayah, kesatuan adat- istiadat, rasa

identitas, dan rasa loyalitas terhadap kelompoknya merupakan pangkal dari

perasaan bangga sebagai patriotisme, nasionalisme, jiwa korps, dan

kesetiakawanan sosial (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 100).

Masyarakat Indonesia mempnyai perjalanan sejarah yang panjang. Dari dulu

hingga kini, ciri yang menonjol dari masyarakat Indonesia adalah sebagai

masyarakat majemuk yang tersebar di ribuan pulau di nusantara. Melalui

perjalanan panjang, masyarakat yang bhineka tersebut akhirnya mencapai satu

Kelompok V | 14

Page 15: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

kesatuan politik untuk mendirikan satu negara serta berusaha mewujudkan satu

masyarakat Indonesia sebagaiu masyarakat yang bhinneka tunggal ika.

Sampai saat ini, masyarakat Indonesia masih ditandai oleh dua ciri yang

unik, yakni (1) secara horizontal ditandai oleh adanya kesatuan-kesatuan social

atau komunitas berdasarkan perbedaan suku, agama, adat istiadat, dan kedaerahan,

dan (2) secara vertical ditandai oleh adanya perbedaan pola kehidupan antara

lapisan atas, menengah, dan lapisan bawah.

Pada zaman penjajahan, sifat dasar masyarakat Indonesia yang menonjol

adalah (1) terjadi segmentasi ke dalam bentuk kelompok social atau golongan

social jajahan yang seringkali memiliki sub-kebudayaan sendiri, (2) memiliki

struktur social yang terbagi-bagi, (3) seringkali anggota masyarakat atau kelompok

tidak mengembangkan consensus di antara mereka terhadap nilai-nilai yang

bersifat mendasar, (4) diantara kelompok relative seringkali mengalami konflik, (5)

terdapat saling ketergantungan di bidang ekonomi, (6) adanya dominasi politiuk

oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok social yang lain, dan (7) secara

relative integrasi social sukar dapat tumbuh (Wayan Ardhana, 1986: Modul 1/70).

Masyarakat Indonesia setelah kemerdekaan, utamanya pada zaman

pemerintahan Orde Baru, telah banyak mengalami perubahan. Sebagai masyarakat

majemuk, maka komunitas dengan ciri-ciri unik, baik secara horizontal maupun

secara vertical, masih dapat ditemukan, demikian pula halnya dengan sifat-sifat

dasar dari zaman penjajahan belum terhapus seluruhnya.

Namun niat politik yang kuat menjadi suatu masyarakat bangsa Indonesia

serta kemajuan dalam berbagai bidang pembangunan, maka sisi ketunggalan dari

“bhinneka tunggal ika” makin mencuat. Berbagai upaya dilakukan, baik melalui

Kelompok V | 15

Page 16: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

kegiatan jalur sekolah maupun jalur luar sekolah, telah menumbuhkan benih-benih

persatuan dan kesatuan yang semakin kokoh.

Berbagai upaya telah dilakukan dengan tidak mengabaikan kenyataan

tentang kemajemukan masyarakat Indonesia. Hal terakhir tersebut kini makin

mendapat perhatian yang semestinya dengan antara lain dimasukkannya muatan

lokal (mulok) di dalam kurikulum sekolah.

Perlu ditegaskan bahwa muatan local di dalam kurikulum tidak

dimaksudkan sebagai upaya membentuk “manusia lokal”, akan tetapi haruslah

dirancang dan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan “manusia Indonesia” di

suatu lokal tertentu. Dengan demikian akan dapat diwujudkan manusia Indonesia

dengan wawasan nusantara dan berjiwa nasional akan tetapi yang memahami dan

menyatu dengan lingkungan (alam, sosial, dan budaya) de sekitarnya.

Kelompok V | 16

Page 17: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

Bab III

Sistem Nilai Budaya

A. Konsep Nilai, Sistem Nilai Dan Orientasi Nilai.

Sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat. Suatu

system nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi, yang hidup dalam alam pikiran

sebagian besar dari warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka

anggap amat bernilai dalam hidup. Karena itu, suatu sistem nilai budaya biasanya

berfungsi sebagai pedoman tertinggi, bagi kelakuan manusia. Sistem-sistem tata

kelakuan manusia lain yang tingkatnya lebih konkrit, seperti aturan-aturan khusus,

hukum dan norma-norma, semuanya juga berpedoman kepada sistem nilai budaya

itu.

Konsepsi-kosepsi tentang nilai yang hidup dalam pikiran sebagian besar

warga masyarakat membentuk sistem nilai budaya. Sistem nilai budaya demikian

kuat meresap dalam jiwa warga masyarakat sehingga sukar diganti dengan nilai

budaya dan dalam waktu yang singkat.

B. Sistem nilai di masyarakat

Kelompok V | 17

Page 18: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

Menilai berarti memberi pertimbangan untuk menentukan apakah sesuatu itu

bermanfaat/berguna atau tidak, baik atau buruk, benar atau salah. Hasil penilian

diebut nilai (value).

Manusia selalu lebih menghendaki nilai kemanfaatan/kegunaan dari pada

kerugian, nilai kebaikan dari pada keburukan dan nilai kebenaran dari pada

kesalahan. Alasannya adalah nilai kerugian, keburukan dan kesalahan itu nol atau

kosong, tidak berarti apa-apa, bahkan dapat menjadi sumber kehancuran,

kemiskinan dan kebodohan atau kesalahan dia dianggap telah melakukan

penyimpangan karena salah arah serta salah jalan. Manusia ini perlu disadarkan

dan diselamatkan, sehingga dia kembali ke jalan yang benar, baik dan

bermanfaat/berguna bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat.

Sistem nilai budaya yang sudah berpola meliputi segala aspek nilai

kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat adalah pola kehidupan yang

berkelompok dalam bentuk-bentuk tertentu karena :

1. ikatan perkawinan dan keturunan darah, seperti keluarga.

2. Kesatuan geografis, seperti desa dan marga.

3. Kesamaan asal usul seperti etnis Melayu, Cina dan Sunda

4. Kesamaan kepentingan dan tujuan, seperti subak, organisasi pemuda dan

lembaga swadaya masyarakat (LSM) serta

5. Kesamaan keahlian dan ketrampilan seperti profesi keilmuan.

Sistem nilai budaya yang sudah berpola merupakan gambaran sikap, pikiran,

dan tingkah laku anggota/warga yang diwujudkan dalam bentuk sikap dan

perbuatan dalam hidup bermasyarakat. Setiap anggota / warga masyarakat

menyesuaikan diri dengan sistem nilai budaya mereka yang sudah berpola itu.

Kelompok V | 18

Page 19: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

Sistem nilai budaya tersebut adalah produk budaya hasil pengalaman hidup yang

berlangsung terus menerus, terbiasa yang akhirnya disepakati bersama sebagai

pedoman hidup mereka dan sebagai identitas kelompok masyrarkat.

Sistem nilai budaya yang sudah berpola itu antara lain mengenai :

1. struktur kelompok masyarakat

2. bentuk rumah dan anggota penghuninya.

3. perkawinan dan proses pelangsungannya

4. etika dan tata krama dalam pergaulan hidup

5. bahasa dan tutur kata dalam komunikasi

6. bentuk dan cara berpakaian serta penggunaannya dan

7. tata tertib makan dan minum (jenis, cara, dan penyajiannya).

Pengalaman nyata yang mereka peroleh dalam hubungan dan interaksi

sesame anggota masyararkat mengandung nilai-nilai yang menyatukan dan

memperkuat kesatuan mereka dalam kelompok masyarakat tertentu. Nilai-nilai

hidup tersebut terus menjadi kenangan yang tidak terlupakan, harapan menatap

masa depan yang lebih cerah.

Belajar dari pengalaman menempuh tahap-tahap perekembangan dan konflik

yang telah dialami oleh anggota keluarga, kemudian ditujukan pula kepada leluhur

dan menjadi acuan pula bagi generasi. Seperti dikatakan oleh Paul Pearsall (1997),

pada beberapa pola pertumbuhan keluarga yang berkembang, anggota keluarga

yang memiliki perspektif dan kepedulian terhadap fase dan pola pertumbuhan

keluarga, adalah cara utama menyadarkan diri siapa mereka, sanggup mengatasi

krisis keluarga, tabah dan mempertahankan pandangan hidup keluarga. Pandangan

hidup yang dimaksud adalah sistem nilai budaya.

Kelompok V | 19

Page 20: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai budaya.

Menurut Munandar Sulaiman (1992), faktor-faktor yang mempengaruhi

perubahan perkembangan nilai budaya adalah :

1. Jarak komunikasi antara kelompok etnis.

Masih terdapat jarak komunikasi antara kelompok etnis, hal yang sering

menimbulkan konflik budaya seseorang yang bergerak dari satu kelompiok etnis

ke kelompok etnis yang lain.

Contoh migdrasi ke kelompok etnis yang berbeda mungkin menimbulkan

pergeseran sistem nilai budaya yang sudah ada di daerah kelompok etnis penduduk

asli, misalnya menganggap rendah status etnis pendatang (negatif), tetapi mungkin

juga etnis pendatang menjadi penggerak pembangunan di daerah kelompok etnis

penduduk asli (positif).

2. pelaksanaan pembangunan,

Pelaksanaan pembangunan yang terus menerus akan dapat merubah sistem

nilai ke arah yang positif dan negatif.. Pergeseran sistem nilai yang mengarah ke

perbaikan antara lain :

a. Pola hidup tradisional, dan bertaraf lokal yang berbau mistis, berubah menjadi

pola hidup modern bertaraf nasional-internasional yang berbasis ilmu pengetahuan

dan teklnologi.

Kelompok V | 20

Page 21: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

b. Pola hidup sederhana yang hanya bergantung pada alam lingkungan, meningkat

menjadi pola hidup modern yang mampu menguasai alam lingkungan dengan

dukungan prasarana dan sarana serta teknologi.

c. Pola hidup makmur yang hanya kecukupan sandang, pangan, dan perumahan

meningkat menjadi pola hidup makmur dan juga sehat, teratur, bersih dan senang

serta aman sesuai dengan standar menurut ilmu pengetahuan dan teknologi.

d. Kemampuan kerja yang hanya berbasis kekuatan fisik dan pengalaman,

meningkat menjadi kemampuan kerja berbasis keahlian, dan ketrampilan yang

didukung teknologi.

Pergeseran sitem nilai yang mengarah negatif antara lain :

a. Penggusuran hak milik seseorang untuk kepentingan pembangunan tanpa

prosedur hukum yang pasti dan tanpa ganti kerugian yang layak, bahkan tanpa

ganti kerugian sama sekali.

b. Mengurangi atau meniadakan arti kemanusiaan seseorang memandang manusia

sebagai obyek sasaran yang selalu dikenai penertiban, serta hak asasinya tidak

dihargai.

c. Tindakan sewenang-wenang dan tidak ada kepastian hukum dalam hubungan

antara penguasa / pejabat / majikan dengan rakyat bawahan / buruh.

3. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menimbulkan konflik

dengan tata nilai budaya yang sudah ada, perubahan kondisi kehidupan manusia,

Kelompok V | 21

Page 22: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

sehingga manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yang telah diciptakan. Hal

ini merupakan akibat sifat ambivalen teknologi yang selain memiliki segi positif,

juga memiliki segi negatif.Sebagai dampak negatif teknologi, manusia menjadi

resah.

Keresahan manusia muncul akibat adanya benturan nilai teknologi modern

dengan nilai-nilai tradisional (konvensional). Ilmu pengetahuan dan teklnologi

berpihjak pada suatu kerangka budaya. Kontak budaya yang ada dengan budaya

ssing menimbulkan perubahan orientasi budaya yang mengakibatkan perubahan

sistem nilai budaya.

D. Perbedaan nilai dan moral

Nilai merupakan kumpulan sikap perasaan ataupun anggapan terhadap

sesuatu hal mengenai baik-buruk, benar-salah, patut-tidak patut, mulia-hina,

maupun pentingatau tidak penting.

Dalam kenyataannya orang dapat saja mengembangkan perasaannya sendiri

yang mungkin saja berbeda dengan perasaan sebagian besar warga masyarakat.

Kenyataan ini melahirkan adanya nilai individual, yakni nilai-nilai yang dianut

oleh individu sebagai sebagai orang perorangan yang mungkin saja selaras dengan

nilai- nilai yang dianut oleh orang lain, tetapi dapat pula berbeda atau bahkan

bertentangan.

Adapun nilai-nilai yang dianut oleh sebagian warga masyarakat dina-

makan nilai sosial.

Berikut dikemukakan beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai

nilai sosial :

Kelompok V | 22

Page 23: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

1. Kimball Young, nilai sosial adalah asumsi abstrak dan sering tidak disadari

tentang apa yang benar dan apa yang penting.

2. A. W. Green : nilai sosial adalah kesadaran yang secara relatif berlangsung

disertai emosi terhadap obyek.

3. Woods: nilai sosial merupakan petunjuk-petunjuk umum yang telah

berlangsung lama yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan

sehari- hari.

Jenis-jenis nilai

Notonegoro membedakan nilai menjadi tiga macam, yaitu sebagai gerikut :

1. Nilai material, yakni meliputi berbagai konsepsi mengenai segala sesuatu

yangberguna bagi jasmani manusia.

2. Nilai vital, yaitu meliputi bergai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu

yang berguna bagi manusia dalam melaksanakan berbagai aktivitas.

3. Nilai kerohanian, yaitu meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala

sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan rohani manusia seperti :

a. nilai kebenaran, yakni yang bersumber pada akal manusia (cipta);

b. nilai keindahan, yakni nilai yang bersumber pada unsur perasaan (estetika);

c. nilai moral, yakni yang bersumber pada unsur kehendak (karsa) dan

d. nilai keagamaan, (religiusitas), yakni nilai yang bersumber pada revelasi

(wahyu) dari Tuhan.

Ciri-ciri nilai sosial

Untuk lebih mengenal nilai sosial, berikut dikemukakan beberapa ciri

tentang nilai sesuai yang dikemukakan oleh Huky:

Kelompok V | 23

Page 24: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

1. Nilai merupakan konstruksi masyarakat yang tercipta melalui interaksi di antara

para anggota masyarakat. Nilai tercipta secara sosial bukan secara biologis ataupun

bawaan lahir.

2. Nilai sosial diimbaskan. Nilai dapat diteruskan dan diimbaskan dari satu orang

atau kelompok ke orang atau kelompok lain melalui berbagai macam prosessosial

seperti kontak sosial, komunikasi interaksi, difusi, adaptasi, adopsi, akulturasi

maupun asimilasi.

3. Nilai dipelajari. Nilai diperoleh, dicapai dan dijadikan milik diri melalui proses

be- lajar, yakni sosialisasi yang berlangsung sejak masa kanak-kanak dalam

keluarga.

4. Nilai memuaskan manusia dan mengambil bagian dalam usaha pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan sosial. Nilai yang disetujui dan yang telah diterima secara

sosial itu menjadi dasar bagi tindakan dan tingkah laku, baik secara pribadi,

kelompok maupun masyarakat secara keseluruhan.

5. Nilai merupakan asumsi-asumsi abstrak dimana terdapat konsensus sosial ten-

tang harga relatif dari obyek dalam masyarakat. Nilai-nilai sosial secara konsep-

tual merupakan abstraksi dari unsur-unsur nilai bermacam-macam obyek di dalam

masyarakat.

6. Nilai-nilai cenderung berkaitan satu dengan yang lain dan membentuk pola pola

dan sistem nilai dalam masyarakat. Dalam hal ini apabila tidak terjadi keharmo-

nisan jalinan integral dari nilai-nilai akan timbul problema sosial dalam

masyarakat.

Kelompok V | 24

Page 25: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

7. Sistem-sistem nilai beragam bentuknya antara kebudayaan yang satu dengan

kebudayaan yang lain, sesuai dengan penilian yang diperlihatkan oleh setiap

kebudayaan terhadap bentuk-bentuk kegiatan tertentu dalam masyarakat yang

bersangkutan. Dengan kata lain, keanekaragaman kebudayaan dengan bentuk dan

fungsi yang saling berbeda, menghasilkan sistem nilai yang berbeda pula.

8. Nilai selalu memberikan pilihan dari sistem-sistem nilai yang ada, sesuai dengan

tingkatan kepentingannya.

9. Masing-masing nilai dapat mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap orang

perorangan dan masyarakat sebagai keseluruhan.

10. Nilai-nilai juga melibatkan emosi dan perasaan.

11. Nilai-nilai dapat mempengaruhi perkembangan pribadi dalam masyarakat

secara positif maupun negatif.

Fungsi nilai social

Fungsi sosial antara lain sebagai berikut:

1. Sebagai faktor pendorong, hal ini berkaitan dengan nilai-nilai yang berhubungan

dengan cita-cita atau harapan.

2. Sebagai petunjuk arah: cara berpikir, berperasaan, dan bertindak, serta panduan

menentukan pilihan, sarana untuk menimbang penilaian masyarakat, penentu

dalam memenuhi peran sosial, dan pengumpulan orang dalam suatu kelompok

sosial.

Kelompok V | 25

Page 26: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

3. Nilai dapat berfungsi sebagai alat pengawas dengan daya tekan dan pengikat

tertentu. Nilai mendorong, menuntun, dan kadang-kadang menekan para individu

untuk berbuat dan bertindak sesuai dengan nilai yang bersangkutan. Nilai

menimbulkan perasaan bersalah dan menyiksa bagi pelanggarnya.

4. Nilai dapat berfungsi sebagai alat solidaritas di kalangan kelompok atau

masyarakat.

5. Nilai dapat berfungsi sebagai benteng perlindungan atau penjaga stabilitas

budaya kelompok atau masyarakat.

Pengertian Norma Sosial

Nilai dan norma selalu berkaitan, walaupun demikian keduanya dapat

dibedakan. Untuk melihat kejelasan hubungan antara nilai dengan norma, dapat

dinyatakan bahwa norma pada dasarnya adalah juga nilai tetapi disertai dengan

sanksi yang tegas terhadap pelanggarnya.

Nilai merupakan sikap dan peerasaan-perasaan yang diperlihatkan oleh

orang perorangan, kelompok ataupun masyarakat secara keseluruhan tentang baik-

buruk, benar-salah, suka-tidak suka, dan sebagainya terhadap obyek, baik material

maupun non material.

Norma merupakan aturan- aturan dengan sanksi-sanksi yang dimaksudkan

untuk mendorong bahkan menekan orang-perorang, kelompok atau masyarakat

secara keseluruhan untuk mencapai nilai-nilai sosial. Dengan kata lain, nilai dan

norma sosial bergandengan dalam mendorong dan menekan anggota masyarakat

untuk memenuhi atau mencapai hal- hal yang dianggap baik dalam masyarakat.

Kelompok V | 26

Page 27: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

Norma merupakan ukuran yang digunakan oleh masyarakat apakah tindakan

yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang merupakan tindakan yang

wajar dan dapat diterima karena sesuai dengan harapan sebagian besar warga

masyarakat ataukah merupakan tindakan yang menyimpang karena tidak sesuai

dengan harapan sebagian besar masyarakat. Norma dibangun di atas nilai sosial,

dan norma sosial diciptakan untuk menjaga dan mempertahankan nilai sosial.

Macam-macam norma sosial

Dilihat dari tingkat sanksi atau kekuatan mengikatnya terdapat beberapa

macam norma.

1. Tata cara (usage) tata cara merupakan norma yang menunjuk kepada satu bentuk

perbuatan dengan sanksi yang sangat ringan terhadap pelanggarnya, misalnya

aturan memegang garpu atau sendok ketika makan, cara memegang gelas ketika

minum, serta mencuci tangan sebelum makan. Suatu pelanggaran atau

penyimpangan terhadapnya tidak akan mengakibatkan hukuman yang berat, tetapi

hanya sekadar celaan atau dinyatakan tidak sopan oleh orang lain.

2. Kebiasaan (folkways) Kebiasaan atau folksways merupakan cara-cara bertindak

yang digemari masya- rakat sehingga dilakukan berulang-ulang oleh banyak orang.

Folksways mempu- nyai kekuatan mengikat lebih besar dari pada tata cara.

Misalnya mengucapkan salam ketika bertemu, membungkukkan badan sebagai

tanda penghormatan kepada orang yang lebih tua, serta membuang sampah pada

tempatnya. Apabila perbuatan tersebut tidak dilakukan, maka dianggap sebagai

penyimpangan terhadap kebiasaan umum dalam masyarakat dan setiap orang akan

menyalah- kannya. Sanksinya dapat berupa teguran, sindiran atau dipergunjingkan.

Kelompok V | 27

Page 28: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

3. Tata kelakuan (mores) Tata kelakuan merupakan norma yang bersumber kepada

filsafat, ajaran agama atau ideologi yang dianut oleh masyarakat. Pelanggarnya

disebut jahat. Contoh : larangan berzina, berjudi, minum minuman keras,

penggunaan narkotika dan zat-zat aditif (obat-obatan terlarang), dan mencuri.

Menurut Mac Iver dan Page, apabila kebiasaan (folkways) tidak hanya dianggap

sebagai cara berperilaku, tetapi juga diterima sebagai norma pengatur, maka

kebiasaan tadi pun menjadi mores. Ia mencerminkan sifat-sifat yang hidup dan

secara sadar atau tidak digunakan sebagai alat pengawas oleh masyarakat terhadap

warganya.

Tata kelakuan di satu pihak memaksakan suatu perbuatan dan di lain pihak

melarang suatu perbuatan, sehingga secara langsung merupakan suatu alat

pengendalian sosial agar anggota masyarakat menyesuaikan tindakan-tindakan dan

perbuat- an-perbuatannya dengan tata kelakuan itu.

Tata kelakuan sangat penting dalam masyarakat, karena berfungsi:

a. memberi batas-batas kepada kelakuan-kelakuan individu. Setiap masyarakat

mempunyai tata kelakuan masing-masing yang sering kali berbeda antara yang

satu dengan yang lain. Suatu masyarkat dengan tegas malarang pergaulan bebas

antara pemuda dengan pemudi, sebaliknya larangan tersebut dapat saja tidak jelas

pada masyarakat yang lain. Namun juga terdaoat perilaku-perilaku yang secara

umum atau universal ditentang atau dilarang oleh tata kelakuan yang berlaku di

berbagai masyarakat dari berbagai suku bangsa di dunia.

b. Tata kelakuan mengidentifikasikan individu dengan kelompoknya. Di satu pi-

hak tata kelakuan memaksa agar individu menyesuaikan tindakan-tindakan- nya

dengan tata kelakuan yang berlaku, dan di lain pihak memaksa masyara- kat untuk

Kelompok V | 28

Page 29: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

menerima individu berdasarkan kesanggupannya menyesuaikan dirinya dengan

tata kelakuan yang berlaku. Bahkan, tata kelakuan dapat masyarakat memberikan

penghargaan kepada para warganya yang dapat dianggap sebagai teladan dalam

bertindak dan bertingkah laku.

c. Tata kelakuan menjaga solidaritas antara anggota-anggota masyarakat sehingga

mengukuhkan ikatan dan mendorong tercapainya integrasi social yang kuat.

4. Adat ( customs) Adat merupakan norma yang tidak tertulis namun sangat kuat

mengikat sehingga anggota-anggota masyarakat yang melanggar adat-istiadat akan

menderita, karena sanksi keras yang kadang-kadang secara tidak langsung

dikenakan. Misalnya pada masyarakat yang melarang terjadinya perceeraian,

apabila terjadisuatu perceraian maka tidak hanya yang bersangkutan yang

mendapatkan sanksi atau menjadi tercemar, tetapi seluruh keluarga atau bahkan

masyarakatnya. Sanksi atas pelanggaran terhadap adat istiadat dapat

berupapengucilan, dikeluarkan dari masyarakat atau harus memenuhi persyaratan

tertentu, misalnya melakukan upacara tertentu sebagai media rehabilitasi dirinya.

5. Hukum (laws) Hukum merupakan norma yang bersifat formal dan berupa aturan

tertulis. Ketentuan sanksi terhadap pelanggar paling tegas apabila dibandingkan

dengan norma-norma yang disebut terdahulu. Hukum adalah suatu rangkaian

aturan yang ditujukan kepada anggota masyarakat yang berisi ketentuan-ketentuan,

perintah, kewajiban ataupun larangan, agar dalam masyarakat tercipta suatu

ketertiban dan keadilan. Ketentuan-ketentuan dalam norma hukum lazimnya

diindikasikan dalam bentuk kitab undang-undang atau konvensi-konvensi.

Kelompok V | 29

Page 30: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

Disamping norma-norma yang tersebut di atas, dalam masyarakat masih

terdapat pula norma yang mengatur tentang tindakan-tindakan yang berkaitan

dengan estetika, seperti tari-tarian, pakaian, musik, arsitektur rumah, dan interior

mobil. Mirip dengan estetika adalah mode atau fashion. Mode atau fashion

merupakan cara atau gaya dalam melakukan atau membuat sesuatu yang sering

berubah-ubah dan diikuti oleh banyak orang. Salah satu ciri khas mode adalah

sifatnya yang massal dan tiba- tiba dalam waktu yang relatif singkat.

Norma yang bserlaku dalam masyarakat dapat pula dibedakan berdasarkan jenis

atau sumbernya yaitu sebagai berikut :

1. Norma agama, yakni ketentuan-ketentuan hidup bermasyarakat yang bersumber

pada ajaran agama (wahyu atau revelasi).

2. Norma kesopanan atau etika, yakni ketentuan-ketentuan hidup yang berlaku

dalam hubungan atau interaksi sosial antar manusia dalam masyarakat.

3. Norma kesusilaan, yakni ketentuan-ketentuan yang bersumber pada hati nurani,

moral atau filsafat hidup.

4. Norma hukum, yakni ketentuan-ketenteuan tertulis yang berlaku dalam

bersumber pada kitab undang-undang suatu negara tertentu.

E. Pandangan dari nilai masyarakat terhadap individu, keluarga dan

masyarakat.

Sebagai bagian dari adat istiadat dan wujud ideal dari kebudayaan, sistem

nilai budaya seolah-olah berada di luar dan di atas diri para individu yang menjadi

warga masyarakat yang bersangkutan. Para individu itu sejak kecil telah diresapi

Kelompok V | 30

Page 31: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

dengan nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakatnya sehingga konsepsi-

konsepsi itu sejak lama telah berakar dalam alam jiwa mereka. Itulah sebabnya

nilai-nilai budaya adi sukar diganti dengan nilai-nilai budaya lain dalam waktu

singkat Keluarga juga berfungsi sebagai sumber budaya dan nilai budaya.

Dikatakan sum- ber budaya karena keluarga adalah pusat interaksi sosial pertama

suami dan isteri kemudian ditambah anak yang lahir dari hubungan suami dan

isteri.

Dengan demiki- an, interaksi sosial yang membentuk budaya keluarga

adalah interaksi ayah dan i- bu, interaksi antara ayah-ibu dan anak mereka. Karena

interaksi tersebut berlang- sung lama dan terus menerus, maka terbentuklah sistem

nilai budaya yang bersifat normatif dalam lingkungan keluarga, yang menjadi

pedoman hidup anggota keluar- ga. Sistem nilai ini akhirnya membudaya. Fungsi

keluarga ini disebut juga fungsi sosial budaya.

Perkembangan budaya dapat mengakibatkan terjadi perubahan sistem nilai

dalam kehidupan keluarga. Karena keluarga itu awal dari kehidupan bermasyrakat,

maka perubahan sistem nilai akan terjadi pula dialam lingkungan masyarakat yang

lebih luas. Faktor internal yang mempengaruhi kehidupan keluarga terutama

berasal dari kelakuan ayah dalam membimbing keluarga.

Faktor internal tersebut antara lain :

1. kemauan kerja keras menghidupi keluarga.

2. melindungi anggota keluarga.

3. memberi contoh berbuat baik kepada keluarga dan lingkungan hidupnya.

4. kemampuan menciptakan norma moral bagi kehidupan keluarga.

Kelompok V | 31

Page 32: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

Ayah sebagai kepala keluaraga menjadi panutan keluarga. Artinya, apabila

terjadi perubahan sistem nilai pada ayah selaku kepala keluarga, akan diikuti pula

oleh anggota sekeluarga. Apabila perubahan sistem nilai itu positif dalam arti

bermanfaat menuju pada kebaikan dan kesejahteraan hal ini menjadi faktor

pendorong ke arah perkembabngan budaya yang lebih maju dan sehat. Kehidupan

keluarga tersebut dapat menjadi contoh bagi masyarakat luas.

Contoh perubahan sistem nilai positif itu antara lain sbabgai berikut:

1. budaya malas dan pasif berubah menjadi budaya aktif kreatif dan produktif.

2. budaya komuniasi kurang terbuka dalam keluarga berubah menjadi budaya kasih

sayang, ramah, serta suka memperhatikan dan menghargai pendapat anggota

keluarga.

Sebaliknya, apabila perubahan sistem nilai yang dicontohkan oleh ayah

selaku kapala keluarga itu negatif (akbiat pengaruh faktor eksternal), artinya

merusak tata kehidupan keluarga yang sudah baik, hal ini akan menimbulkan

dampak yang merugikan nilai-nilai kehidupan keluarga. Dampak merugikan

terseebut dapat berbentuk peniruan mentah-mentah oleh anggota keluarga terhadap

kelakuan yang dicontohkan ayah sebagai kepala keluarga, bahkan mungkin akan

ditiru juga oleh anggota masyakat di lingkungannya.

Beberapa contoh perubahan sistem nilai negarif, antara lain adalah:

1. Peniruan budaya Barat tanpa menghiraukan aspek keburukannya.

2. Budaya paguyuban berubah menjadi budaya pamrih (komersial).

3. kemauan kerja keras yang produktif berubah menjadi suka bersantai dan

konsumtif.

4. Tutur, bahasa halus berubah menjadi kasar dalam pergaulan keluarga.

Kelompok V | 32

Page 33: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

5. Pergaulan santun berubah menjadi bebas dan mengabaikan etika.

6. Busana tertutup berubah menjadi mode terbuka dan merangsang. Anggota

keluarga atau anggota masyarakat yang lain yang tidak setuju dengan perubahan

sistem nilai negatif akan memberikan reaksi dan sikap oposisi.

Bentuk bentuk reaksi dan sikap oposisi itu antara lain tercermin pada keadaan

berikut ini:

1. Pembangkangan, kebencian, ataupun permusuhan dalam keluarga.

2. Interaksi dan komunikasi dalam keluarga semakin berkurang dan tidak berarti.

3. Rasa hormat, saling menghargai, dan kasih sayang dalam keluarga makin pudar

dan menjadi kurang bermakna.

4.. Keadaan norma kehidupan keluarga mulai kendur dan cenderung dilanggar.

5. Pergi dari dan datang ke rumah tidak pernah lagi terdengar ucapan salam santun.

Faktor eksternal dapat mengubah sistem nilai keluarga menuju ke arah perbaikan

dan peningkatan kualitas hidup yang lebih baik daripada keadaan sebelumnya

(perubahan sistem nilai positif).

Faktor eksterenal tersebut antara lain adalah yang berikut ini:

1. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan. Faktor ini membekali keluarga dengan

ilmu pengetahuan dan teknologi serta ketrampilan guna menjadi hidup berkualitas.

2. Kegiatan keagamaan Faktor ini membekali keluarga dengan iman dan takwa

yang menjadi pedoman kehidupan etis dan berguna sebagai pencegah perbuatan

mungkar yang merugikan diri sendiri dan keluarga.

3. Pergaulan dan komunikasi Faktor ini membekali keluarga dengan pengalaman

hidup yang bermanfaat bagi perbaikan nasib dan menjadi sumber keberhasilan.

Kelompok V | 33

Page 34: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

4. Pembauran dalam kelompok masyrakat Faktor ini membekali keluarga dengan

pengalaman sistem nilai yang diperolehnya dari hubungan dan cara hidup

masysdrakat setempat.

5. Adaptasi budaya setempat dan budaya pendatang Faktor ini membekali keluarga

dengan sitem nilai baru yang lebih baik dari keadaan sebelumnya karena

perpaduan dan penyesuaian unsur-unsur positif dari kedua budaya yang berlainan.

Kelompok V | 34

Page 35: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

Bab IV

Pengaruh Lingkungan Terhadap Masyarakat

A. Pengertian Lingkungan

Yang dimaksud dengan lingkungan disini ialah, segala sesuatu yang terdapat

disekitar, baik makhluk hidup maupun benda mati. Yang dimaksud dengan

lingkungan dalam pembahasan ini menitik beratkan pada lingkungan dimana

terjadi proses interaksi, baik lingkungan inforaml (keluarga), atau non formal

(Masyarakat), atau lingkungan formal sekolah itu sendiri.

Jadi tegasnya yang dimaksud dengan lingkungan ialah : “Kawasan wilayah

dan segala sesuatu yang terdapat didalamnya, golongan, kalangan”

1.Pengaruh

Pengaruh ialah : “Daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda, dsb)

yang berkuasa atau yang berkekuatan (ghaib dsb)”

2.Dalam hubungannya dengan judul makalah ini, yang dimaksud dengan pengaruh

yaitu suatu kekuatan yang timbul dari luar individu yang menjadi sebab terhadap

prestasi belajar pada anak.

Pendidikan

Menurut Carted V Good : pendidikan adalah sejumlah dari pada proses yang cukup

lama untuk membina kemampuan pembawaan dan beberapa bentuk dari pada

tingkah laku kepada nilai yang lebih baik dimasyarakat dimana ia tinggal.

Kelompok V | 35

Page 36: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

Dari pengertian diatas, dapat kita kemukakan bahwa pendidikan merupakan suatu

proses yang terjadi di samping kehidupan guna mewujudkan aneka pembedaan

dalam rangka membentuk dan mengembangkan segala potensi yang bersifat

pembawaan, intelektual dan emosional bagi manusia itu sendiri atau bimbingan

orang dewasa terhadap anak didik dalam perkembangannua menuju arah

kedewasaan.

Perlu diketahui bahwa pendidikan terjadi di mana saja dan kapan saja

asalkan berbeda dalam suatu hubungan yang dapat menimbulkan pengaruh-

pengaruh atau perubahan-perubahan yang positif.

Prestasi Belajar

Prestasi belajar ialah hasil yang dicapai, dilakukan atau dikerjakan. Yang

dimaksud penulis ialah daya mampu anak atau siswa dalam menyerap pelajaran

yang diberikan oleh guru terhadap materi pelajaran atau bidang studi yang

diwujudkan, misalnya dalam bentuk nilai Raport atau Hasil Ujian.

B. Lingkungan dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar

Sebagaimana telah disebutkan diatas, istilah lingkungan itu menjadi jelas

dan terarah pada sasaran yang dituju.

Lingkungan adalah merupakan salah satu faktor dalam pendidikan yang

tidak kalah pentingnya dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan pendidikan

yang digolongkan salah satu faktor disamping faktor-faktor lainnya. Kendati

demikian, sebagian para ahli ada juga yang menolak keterlibatan faktor lingkungan

tersebut.

Kelompok V | 36

Page 37: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

Mengenai pengertian linkungan, disamping yang telah dikemukakan diatas,

penulis kutipkan kembali pengertian lingkungan menurut para ahli, antara lain :

Drs. H.M. Hafiz Anshari Lingkungan ialah : “segala sesuatu yang ada

disekitar anak baik berupa benda-benda, peristiwa-peristiwa yang terjadi maupun

kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada anak

yaitu lingkungan dimana proses pendidikan berlangsung dan lingkungan mana

anak bergaul sehari-hari”.

Drs. Amir Daein Lingkungan ialah : “ segala sesuatu yang berada diluar diri

anak yang memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak”.

Ali Saifullah, MA Lingkungan ialah : “segala sesuatu yang terdapat disekitar

anak yang bersifat kebendaan dan karena itu bukan pribadi atau pergaulan yang

bersifat pribadi”.

Dari beberapa pendapat para ahli yang penulis sebutkan diatas, dapatlah kita

simpukan, bahwa pada prinsipnya pendapat para sarjana tersebut sama dalam

mengambil pengertian tentang lingkungan, yaitu segala sesuatu yang ada disekitar

anak dan dapat memberikan pengaruh terhadap anak dalam perkembangannya,

sehingga tidak bisa dipungkiri akan berpengaruh pula terhadap prestasi belajar

pada anak.

C. Macam-Macam Lingkungan

Macam-macam lingkungan disini maksudnya ialah macam-macam

lingkungan yang berwujud tempat dan bentuk lingkungan yang mempunyai

Kelompok V | 37

Page 38: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

peranan penting dan dapat memberikan pengaruh terhadap anak didik. oleh karena

itu penulis membahas mengenai lingkungan ini meninjau dari dua segi :

Ditinjau dari sudut tempat dimana lembaga penmdidikan itu dikembangkan.

Jika pembicaraan tentang lingkungan dimana pendidikan itu dikembangan atau

pusat pendidikan.

Pada garis besarnya Ki Hajar Diwantoro menyebutkan ada 3 (tiga) lingkungan

pendidikan :

Lingkungan Keluarga

Lingkungan Sekolah

Lingkungan Masyarakat

Adapun pembawaan dari ketiga lingkungan tersebut, secara panjang lebar

akan penulis paparkan pada pembahasa yang akan datang.

Kalau kita meninjau dari sudut dalam hubungan dengan manusia, maka

dapat dikelompokkan :

Lingkungan yang tidak dapat dirubah

Lingkungan yang tidak dapat dirubah terdapat diluar kemampuan manusia

untuk merubahnya, misalnya iklim, keadaan alam, dan sebagainya.

Lingkungan yang dapat dirubah

Lingkungan yang dapat dirubah atau dipengaruhi, seperti bahan makanan,

cara memasak, cara mengolah dan sebagainya. Sebab dalam kenyataannya,

makanan yang bergizi baik akan dapat meningkatkn prestasi belajar pada anak.

Kelompok V | 38

Page 39: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

Lingkungan buatan manusia

Milleu yang secara sadar dan sengaja diadakan, adalah segala lingkungan

yang diadakan dengan tujuan untuk mencapai tujuan tertentu, mislanya sebagai

contoh permainan anak-anak, bahan kepustakaan termasuk komplek lembaga

pendidikan/sekolah dan lembaga sosial lainnya yang bergerak dibidang

pendidikan.

Kelompok V | 39

Page 40: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

Bab V

Iplikasi Pendidikan Yang Berdasarkan

Antropologi Di Indonesia

A.Landasan Historis Pendidikan

Implikasi Adalah Dampak/Pengaruh

Pengaruh bangsa Portugis dalam bidang pendidikan utamanya berkenan

dengan penyebaran agama Katholik. Demi kepentingan tersebut, tahun 1536

mereka mendirikan sekolah (Seminarie) di Ternate, selain itu didirikan pula di

Solo. Kurikulum pendidikannya berisi pendidikan agama Katholik, ditambah

pelajaran membaca menulis dan berhitung.

Pendidikan oleh kaum pergerakan Kebangsaan (pergerakan Nasional)

sebagai Sarana Perjuangan Kemerdekaan dan Penyelenggaraan Pendidikan

Nasional. Bagi bangsa Indonesia berbagai kondisi yang sangat merugikan akibat

kebijakan dan praktek-praktek penjajahan telah menimbulkan rasa senasib

sepenanggungan sebagai bangsa yang dijajah sehingga muncul rasa

kebangsaan/nasionalisme.

Sejak Kebangkitan Nasional (1908) sifat perjuangan rakyat Indonesia

dilakukan melalui berbagai partai dan organisasi, baik melalui jalur politik praktis,

jalur ekonomi, social budaya, dan khususnya melalui jalur pendidikan. Sifat

perjuangan bangsa kita saat itu tidak lagi hanya menitik beratkan pada perjuangan

Kelompok V | 40

Page 41: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

fisik. Mengingat cirri-ciri pendidikan yang diselenggarakan pemerintah Kolonial

Belanda yang tidak memungkinkan bangsa Indonesia untuk menjadi cerdas, bebas,

bersatu, dan merdeka, maka kaum pergerakan semakin menyadari bahwa

pendidikan yang bersifat nasional harus segera dimasukan ke dalam program

perjuangannya.

Implikasi kekuasaan pemerintahan pendudukan militer Jepang dalam bidang

pendidikan di Indonesia yaitu :

1) Tujuan dan isi pendidikan diarahkan demi kepentingan perang Asia Timur

Raya.

2) Hilangnya Sistem Dualisme dalam pendidikan. Sistem pendidikan yang bersifat

dualistis membedakan dua jenis sekolah untuk anak-anak bangsa Belanda dan

anak-anak Bumi Putera dihapuskan pada zaman Jepang. Sekolah Desa masih tetap

ada dan namanya diganti menjadi Sekolah Pertama. Susunan jenjenag sekolah

menjadi :

a) Sekolah Rakyat 6 tahun (termasuk sekolah pertama).

b) Sekolah Menengah 3 tahun

c) Sekolah Menengah Tinggi 3 tahun

d) Perguruan Tinggi

3) Sistem Pendidikan menjadi lebih merakyat (populis)

Tujuan pendidikan Nasional. Sesuai dengan Tap MPRS No.

XXVI/MPRS/1966 tentang Agama, Pendidikan dan Kebudayaan, maka

dirumuskan bahwa Tujuan Pendidikan adalah untuk membentuk manusia Pancasila

sejati berdasarkan Pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 1945.

Kelompok V | 41

Page 42: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

Selanjutnya dalam UU No. 2 Tahun 1989 ditegaskan lagi bahwa pendidikan

nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap

Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,

kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa

tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

B.Landasan Yuridis Pendidikan

Apabila Anda mengkaji alinea keempat Pembukaan UUD 1945, disana

tersurat dan tersirat cita-cita nasional dibidang pendidikan, yaitu untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa. Sehubungan dengan ini, Pasal 31 ayat (3) UUD

1945 mengamanatkan atar ‘Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu

sistem pendidikan nasional, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang

diatur dengan undang-undang.

Strategi Pembangunan Pendidikan Nasional meliputi :

1. Pelaksanaan pendidikan agama serta akhlak mulia

2. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi

3. Prose pembelajaran yang mendidik dan dialogis

4. Evaluasi, akreditas, dan sertifikasi pendidikan yang memberdayakan

5. Peningkatan keprofesionalan pendidik dan tenaga kependidikan

6. Penyediaan sarana belajar yang mendidik

7. Pembiayaan pendidikan yang sesuai dengan prinsip pemerataan dan berkeadilan

8. Penyelenggaraan pendidikan yang terbuka dan merata

9. Pelaksanaan wajib belajar

10. Pelaksanaan otonomi manajemen pendidikan

11. Pemberdayaan peran masyarakat

Kelompok V | 42

Page 43: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

12. Pusat pembudayaan dan pembangunan masyarakat, dan

13. Pelaksanaan pengawsan dalam sistem pendidikan nasional

C.Landasan Sosiologis Dan Antropologis Pendidikan

I. Individu, Masyarakat, dan Kebuayaan

Individu adalah manusia perseorangan sebagai kesatuan yang tak dapat

dibagi, memiliki perbedaan dengan yang lainnya sehingga bersifat unik, serta

bebas mengambil keputusan atau tindakan lainnya sehingga bersifat unik, serta

bebas mengambil keputusan atau tindakan atas pilihan dan tanggung jawabnya.

(otonom).

Adapun masyarakat didefinisikan oleh Ralp Linton sebagai berikut‘setiap

kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga

mereka dapat mengatur diri mereka dan menggangp diri mereka sebagai satu

kesatuan social dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas”.

Dari dua definisi tersebut, dapat diidentifikasi adanya empat unsur di dalam

masyarakat yaitu :

1) Manusia (individu-individu) yang hidup bersama

2) Melakukan mempunyai social dalam waktu yang cukup lama

3) Mereka mempunyai kesadaran sebagai satu kesatuan

4) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan,

sehingga setiap individu di dalamnya merasa terikat satu dengan yang lainnya.

II. Pendidikan Sosial dan Enkulturasi

Sebagaimana kita maklumi, manusia berbeda dengan hewan yang seluruh

perilakunya dikendalikan oleh naluri yang diperoleh sejak kelahirannya. Saat

Kelompok V | 43

Page 44: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

kelahirannya, manusia dalam keadaan tak berdaya, karena naluri yang dibawa

ketika kelahirannya relative tidak lengkap. Ia belum memiliki sistem nilai, norma,

pengetahuan, adat kebiasaan, serta belum mengetahui dan belum dapat

menggunakan dengan tepat berbagai benda sebagai hasil karya masyarakatnya.

Anak manusia harus belajar dalam waktu yang relative lebih panjang untuk mampu

melaksanakan berbagai peranan sesuai statusnya dan sesuai kebudayaan

masyarakatnya.

III. Pendidikan sebagai Pranata Sosial

Pranata Sosial. Theodorson G.A mendefinisikan pranata social sebagai ‘an

interrelated system of social roles and norms organized about the satisfaction of an

important social need or function” (Sudardja Adiwikarta, 1998).

Pranata social adalah suatu sistem peran dan norma social yang saling

berhubungan dan terorganisasi disekitar pemenuhan kebutuhan atau fungsi social

yang penting.

Pendidikan Formal (Sekola). Pendidikan formal adalah pendidikan yang

terstrukutr dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan tinggi. (Pasal 1 ayat 11 UU RI No. 20 Tahun 2003).

Fungsi pendidikan Sekolah. Pendidikan sekolah dapat dikemukakan fungsi-fungsi

sebagai berikut>

1) Fungsi transmisi kebudayaan masayarakat

2) Fungsi sosialisasi (memilih dan mengajarkan peranan social)

3) Fungsi integrasi social

4) Fungsi mengembangkan kepribadian individu/anak

Kelompok V | 44

Page 45: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

5) Fungsi mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan

6) Fungsi inovasi/men-transformasi masyarakat dan kebudayaan

Pendidikan Informal yaitu pendidikan yang berlangsung/terselenggara

secara wajar atau secara alamiah di dalam lingkungan hidup sehari-hari.

Pendidikan informal antara lain berlangsung di dalam keluarga, pergaulan anak.

Definisi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan pendidikan di luar

pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (pasal

1 ayat (12) UU RI No. 20 Tahun 2003).

Fungsi. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik

dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional

serta pengembangan sikap dan kepribadian professional.

Lingkup. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup,

pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan

perempuan, pendidikan keaksaran, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,

pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk

mengembangkan kemampuan peserta didik.

Satuan Pendidikan. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus,

pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim,

serta satuan pendidikan yang sejenis.

Kelompok V | 45

Page 46: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

BAB III

PENUTUP

Simpulan Dari hasil hasil pembahasan yang telah disajikan pada bab II, secara

umum dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. sosiologi merupakan ilmu yang membahas atau mempelajari interaksi dan

pergaulan antara manusia dalam kelompok dan struktur sosial.

2. kebudayaan adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan,

kepercayaan, seni, hukum, moral, adat dan kemampuan-kemampuan serta

kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat.

3. sosiologi pendidikan, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang

hubungan dan interaksi manusia, baik itu individu atau kelompok dengan

peresekolahan sehingga terjalin kerja sama yang sinergi dan berkesinambungan

antara manusia dengan pendidikan.

4. bahwa pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Bila kebudayaan berubah

maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat

mengubah kebudayaan.

5. Hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat dianalogikan

sebagai selembar kain batik. Dalam hal ini motif-motif atau pola-pola gambarnya

adalah lembaga pendidikan dan kain latarnya adalah masyarakat. Antara lembaga

pendidikan dengan masyarakat terjadi hubungan timbal balik simbiosis

mutualisme. Pendidikan atau sekolah memberi manfaat untuk meningkatkan

peranan mereka sebagai warga masyrakat.

Kelompok V | 46

Page 47: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

Daftar Pustaka

Made, Pidarta. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak

Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta, 2000

Ruswandi, Uus. Hermawan Heris, A. Nurhamzah. Landasan Pendidikan. Bandung:

CV. Insan Mandiri, 2008.

Sutikno Sobry, M. Landasan Pendidikan. Bandung: Prospect, 2008.

Tim Sosiologi. Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Yudhistira,

2003.

www.newyouth.com/archiveswww.re-searchengines.com

http://defauzan.wordpress.com/2009/04/18/makalah-landasan-sosial-budaya-pendidikan/

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:C6mgzm9dnnwJ:www.unik-kediri.ac.id/unik/images/Ditat_Agribisnis/isbdpertanian2009.pdf?PHPSESSID%3D627e3e83afbc9b243e360aaa94a39a4b+implikasi+pendidikan+sosiologi,abu+ahmadi&hl=id&gl=id

http://naniwijayantiloma.blogspot.Com 2009/9.

http://ahmadazhar.wordpress.com/2009/09/14/lingkungan-dan pengaruhnya/#more-328

http://yandiyulio.wordpress.com/2009/05/25/landasan-pendidikan/

Kelompok V | 47

Page 48: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

SOSIANTROPOLOGI PENDIDIKAN LANDASAN ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

Tugas ini Di Buat Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Sosiantropologi Pendidikan

Disusun Oleh :

KELOMPOK V

FERRI BUSRAFADLUN RAHMAN

FATMAWATI MADINAIRNAWATI PAKAYA

ISMIRANTI S. HARMAIN (Kelas A.1.1)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELINGFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGRI GORONTALOT.P 2010/2011

Kelompok V | 48

Page 49: Makalah Sosiantropologi Pendidikan

Kelompok V | 49