MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN NEPHROTIC
SYNDROM
DI SUSUN OLEH :BUSTOMI IMAM MASYKURRAHMA WANTIDZAKI
AL-IDRUSDOSEN PEMBIMBING : DIAH OKTAVIANI S.KEP.NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI(STIKES YARSI)PONTIANAK 2013
2014KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirobbilalamin puji dan syukur kita panjatkan
kehadirat Allah SWT berkat rahmat serta hidayahnya kami dapat
menyelesaikan salah satu tugas pada mata kuliah keperawatan medical
bedah ( KMB ) III.Makalah ini berisikan tentang asuhan keperawatan
pada pasien Nefrotik Syndrome. Peyusunan makalah ini tidak terlepas
dari kerja sama kawan-kawan kelompok 8. Seluruh rekan kelompok 8,
yang telah memberikan banyak masukan dan diskusi-diskusi yang
sangat membantu.Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada ibu Dyah Oktaviani
S.kep.N.s selaku dosen pembimbing kami hingga makalah ini
selesai.Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, untuk itu saran dan masukan yang membangun
sangat diharapkan untuk perbaikan baik dari segi isi materi maupun
sistematika penulisan.Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Pontianak, maret 2014
Kelompok 8
BAB 1PENDEHULUANA. Latar BelakangSindrom nefrotik (SN) ialah
keadaan klinis yang ditandai oleh proteinuria masif,
hipoproteinemia, edema, dan dapat disertai dengan hiperlipidemia.
Angka kejadian Sindrome nefritik di Amerika dan Inggris berkisar
antara 2-7 per 100.000 anak berusia di bawah 18 tahun per tahun,
sedangkan di Indonesia dilaporkan 6 per 100.000 anak per tahun,
dengan perbandingan anak laki-laki dan perempuan 2:1. Di Departemen
Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM Jakarta, sindrom nefrotik merupakan
penyebab kunjungan sebagian besar pasien di Poliklinik Khusus
Nefrologi, dan merupakan penyebab tersering gagal ginjal anak yang
dirawat antara tahun 1995-2000( dona L,Wong. 2004 ).Semua penyakit
yang mengubah fungsi glomerulus sehingga mengakibatkan kebocoran
protein (khususnya albumin) ke dalam ruang Bowman akan menyebabkan
terjadinya sindrom ini. Etiologi Sindrome nefrotik secara garis
besar dapat dibagi 3, yaitu kongenital, glomerulopati
primer/idiopatik, dan sekunder mengikuti penyakit sistemik seperti
pada purpura Henoch-Schonlein dan lupus eritematosus
sitemik.Sindrom nefrotik pada tahun pertama kehidupan, ssterlebih
pada bayi berusia kurang dari 6 bulan, merupakan kelainan
kongenital (umumnya herediter) dan mempunyai prognosis buruk. Pada
tulisan ini hanya akan dibicarakan Sindrome nefrotik
idiopatik.Menurut kelompok kami tertarik untuk mengetahu lebuh
dalam apa itu syndrome nefrotik dan manifestasi klinis dari pada
syndrome nefrotik itu sendiri ( Williams & Wilkins 2009 ).
B. Tujuan Penulisan1. umumUntuk mendapatkan gambaran tentang
asuhan keperawatn dengan sindrom nefrotik serta factor-faktor yang
berhubungan dengan masalh tersebut.2. Khusus Tujuan dari penulisan
makalah diharapkan mahasiswa mampu:a. Mengidentifikasi anatomi
fisiologib. Mengidentifikasi konsep dasar1) Definisi2) Etiologi3)
Patofisiologi4) Manifestasi klinik5) Komplikasi6) Pemeriksaan
penunjang 7) penatalaksanaanC. Ruang lingkup Dalam makalah,
penulisan ini hanya membahas tentang asuhan keperawatan Sindrome
Nefrotik.
D. Metode penulisan Penulisan makalah ini dengan menggunakan
metode studi kepustakaan yaitu dengan cara mencari dan membaca
literature yang ada di perpustakaan dan di internet.E. Sistematika
PenulisanMakalah ini disusun secara teoritis dan sistematis yang
terdiri dari 4 (empat) bab, yaitu sebagai berikut:BAB
IPENDAHULUANa) Latar belakangb) Ruang lingkupc) Tujuan penulisand)
Metode penulisane) Sistematika dari penulisanBAB IITINJAUAN
TEORITISa) Anatomi dan fisiologib) Konsep dasar1) Definisi2)
Etiologi3) Patofisiologi4) Manifestasi klinik 5) Komplikasi 6)
Pemeriksaan penunjang7) Penatalaksanaan BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN SINDROMENEFROTIKBAB IVKESIMPULAN DAN SARANDAFTAR
PUSTAKA
BAB IITINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi FisiologiGinjal merupakan organ terpenting dalam
mempertahankan homeostatis cairan tubuh secara baik.Berbagai fungsi
ginjal untuk mempertahankan homeostatic dengan mengatur volume
cairan, keseimbangan osmotik, asam basa, aksresi sisa metabolisme,
system pengaturan hormonal dan metabolism.Ginjal terletak dalam
rongga abdomen, retroperitoneal primer kiri dan kanan kolumna
vertebralis, dikelilingi oleh lemakdan jaringan ikat di belakang
peritoneum.Batas atas ginjal kiri setinggi iga ke-11, ginjal kanan
setinggi iga ke 12, batas bawah ginjal kiri setinggi vertebra
lumbalis ke-3. Tiap-tiap ginjal mempunyai panjang 11,25cm, lebar
5-7 cm, tebal 2,5 cm. ginjal kiri lebih panjang dari ginjal kanan,
berat ginjal pada laki-laki dewasa 150-170 gram, wanita dewasa
115-155 gram. Bentuk ginjal seperti kacang, sisi dalam menghadap ke
sisi vertebra torakalis, sisi luarnya cembung dan diatas setiap
ginjal terdapat sebuah kelenjar suprarenal.
B. Konsep Dasar1. DefinisiGlomerulus merupakan gulungan pembuluh
darah kapiler yang berada di dalam sebuah kapsul sirkuler, yang
disebut kapsula Bowman.Secara bersamaan, glomerulus dan kapsul
bowmandisebutdengankorpuskulumrenalis.Ginjalmanusiamemilikisekitarsatujutaglomerulus
di dalamnya. Glomerulus terdiri atas tiga tipe sel intrinsik: sel
endotel kapiler, selepitel yang dipisahkan dari sel endotel oleh
membranbasalis glomerular, serta sel mesangial.Fungsi terpenting
dari glomerolus adalah membentuk ultrafiltrat yang dapat masuk ke
tubulus akibat tekanan hidrostatik kapiler yang lebih besar
dibanding tekanan hidrostatik intra kapiler dan tekanan koloid
osmotic. Volume ultrafiltrat tiap menit per luas permukaan tubuh
disebut glomerula filtration rate ( GFR ). GFR normal dewasa : 120
cc/menit/1,73 m2 ( luas permukaan tubuh ). GFR normal umur 2-12
tahun : 30-90cc/menit/luas permukaan tubuh anak ( Donna L, Wong,
2004 ).Syndrome nefrotik merupakan gangguan klinis di tandai dengan
peningkatan protein dalam urin secara bermakna ( proteinuria ),
penurunan albumin dalam darah ( hipoalbuminemia ), edema, dan serum
kolestrol yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah (
hiperliipidemia ).tanda-tanda tersebut dijumpai di setiap kondisi
yang sangat merusak membrane kapiler glomerolus dan menyebabkan
peningkatan permeabilitas glomerolus ( Smeltzer dan Bare 2001
).Jadi menurut definisi kelompok kami Syndrome nefrotik ( SN )
adalah suatu syndrome ( kumpulan gejala-gejala ) yang terjadi
akibat penyakit yang menyerang ginjal dan menyebabkan proteinuria (
protein di dalam air kemih ) menurunnya kadar albumin dalam darah,
penimbunan garam dan air yang berlebihan, meningkatnya kadar lemak
dalam darah, syndrome ini bisa terjadi pada segala usia, pada
anak-anak, paling sering timbul pada usia 18 bulan sampai 4 tahun,
dan lebih banyak menyerang pada anak laki-laki.
2. EtiologiSindrom nefrotik dapat disebabkan oleh GN primer dan
sekunder yang disebabkan infeksi, keganasan, penyakit jaringan
penghubung ( connective tissue disease ), obat atau toksin, dan
akibat penyakit sistemik seperti ;Glomeruluonefritis primer: a. GN
lesi minimal ( GNLM ) b. Glomerulosklerosis fokal ( GSF )c. GN
membranosa ( GNMN ) d. GN membranoproliferatif ( GNMN ) ne. GN
proliferati lainf. Glomerulonefritis sekunder akibat infeksi :g.
HIV, hepatitis virus B dan Ch. Sifilis, malaria, skistosomai.
Tuberkolosis,lepra
Keganasan Adenokarsinoma paru, payudara, kolon, limpoma Hodgkin,
mieloma multipel, dan karsinoma ginjal.
Penyakit jaringan penghubungl upus eritematosus sistemik,
arthritis rheumatoid, MCTD ( mixedconnective tissue disease )
Efek obat dan toksin obat antiiflamasi non-steroid, preparat
emas,penisilinamin, probenesid, air raksa, kaptopril, heroin
Lain-lain:Diabetes militus, amiloidosis, pre-eklamsia, rejeksi
alograf kronik, refluks vesikoureter, atau sengatan lebahPenyebab
sekunder yang sering dijumpai misalnya pada GN pasca infeksi
streptokokus atau infeksi virus hepatitis B, akibat obat miisalnya
obbat anti inflamasi non-steroid atau prefarat emas organik, dan
akibat penyakit sistemik misalanya pada lupus eritematosus sistemik
dan diabetes militus ( Donna L. Wong, 2004 ).3. Patofisiologi
Manifestasi primer syndrome nefrotik adalah hilangnya plasma
protein, terutama albumin ke dalam urin.Meskipun hati mampu
meningkatkan produksi albumin, namun organ ini tidak mampu untuk
terus mempertahankannya jika albumin terus menerus hilang melalui
ginjal.Ahirnya terjadi hipoalbuminemia.Menurunnya tekanan onkotik
menyebabkan edema generalisata akibat cairan yang berpindah dari
system vaskuler ke dalam ruangan cairan ekstraseluler.Penurunan
sirkulasi volume darah mengaktifkan system rennin-angio-tensin,
menyebabkan retensi natrium dan edema lebih lanjut. Hilangnya
protein dalam serum menstimulasi sintesis lipoprotein di hati dan
peningkatan konsentrasi lemak dalam darah (
hiperlipidemia).Syndrome nefrotik dapat terjadi di hamper setiap
penyakit renal intrinsik atau sistemik yang mempengaruhi
glomerolus. Meskiipun secara umum penyakit ini di anggap menyerang
anak-anak,namun syndrome nefrotik juga teerjadi pada orang dewasa
termasuk lansia. Penyebab mencakup glomerulosklerosis
interkapiler,amiloidosis ginjal, penyakit lupus erythematosus
sistemik dan thrombosis vena renal ( Brunner and Suddarths 2002
)
4. Patofisiolagi5. Manifestasi klinis Manifestasi utama syndrome
nefrotik adalah edema. Edema biasanya lunak dan cekung bila di
tekan ( pitting ), dan umumnya ditemukan disekitar mata (
periorbital ), pada area ekstremitas ( sacrum, tumit dan tangan ),
dan pada abdomen ( asites ). Gejala lain seperti malese, sakit
kepala iritabilitas dan keletihan umumnya terjadi ( Brunner and
Suddarths 2002 ).
6. komplikasi
a. Oedem umum ( anasarka ), terutama jelas pada muka dan
jaringan periorbitalb. Proteinuria dan albuminemia.c.
Hipoproteinemi dan albuminemia.d. Hiperlipidemi khususnya
hipercholedterolemi.e. Lipid uria.f. Mual, anoreksia, diare.g.
Anemia, pasien mengalami edema paru.
7. Pemeriksaan Penunjanga. Laboratorium1) UrineVolume biasanya
kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguria). Warna urine kotor,
sediment kecoklatan menunjukkan adanya darah, hemoglobin,
mioglobin, porfirin.2) DarahHemoglobin menurun karena adanya
anemia.Hematokrit menurun.Natrium biasanya meningkat, tetapi dapat
bervariasi.Kalium meningkat sehubungan dengan retensi seiring
dengan perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan
(hemolisis sel darah merah).Klorida, fsfat dan magnesium meningkat.
Albumin
b. diagnostik Biopsi ginjal memungkinkan identifikasi histology
terhadap lesi.
7. Penatalaksanaana. medika mentos 1)Prednisolon digunakan secra
luas. Merupakan kortokisteroid yang mempunyai efek samping
minimal.Dosis dikurangi setiap 10 hari hingga dosis pemeliharaan
sebesar 5 mg diberikan dua kali sehari.Diuresis umumnya sering
terjadi dengan cepat dan obat dihentikan setelah 6-10 minggu.Jika
obat dilanjutkan atau diperpanjang, efek samping dapat terjadi
meliputi terhentinya pertumbuhan, osteoporosis, ulkus peptikum,
diabeters mellitus, konvulsi dan hipertensi.2)Jika terjadi resisten
steroid dapat diterapi dengan diuretika untuk mengangkat cairan
berlebihan, misalnya obat-obatan spironolakton dan sitotoksik (
imunosupresif ). Pemilihan obat-obatan ini didasarkan pada dugaan
imunologis dari keadaan penyakit.Ini termasuk obat-obatan seperti
6-merkaptopurin dan siklofosfamid.
b. tindakan medis1. kemoterafi2. pembedahan3. operasi
c. tindakan keperawatan1) Diperlukan tirah baring selama masa
edema parah yang menimbulkan keadaan tidak berdaya dan selama
infeksi yang interkuten. Juga dianjurkan untuk mempertahankan tirah
baring selama diuresis jika terdapat kehilangan berat badan yang
cepat.2) Diit. Pada beberapa unit masukan cairan dikurangi menjadi
900 sampai 1200 ml/ hari dan masukan natrium dibatasi menjadi 2
gram/ hari. Jika telah terjadi diuresis dan edema menghilang,
pembatasan ini dapat dihilangkan. Usahakan masukan protein yang
seimbang dalam usaha memperkecil keseimbangan negatif nitrogen yang
persisten dan kehabisan jaringan yang timbul akibat kehilangan
protein. Diit harus mengandung 2-3 gram protein/ kg berat badan/
hari. Anak yang mengalami anoreksia akan memerlukan bujukan untuk
menjamin masukan yang adekuat.3) Perawatan kulit. Edema masif
merupakan masalah dalam perawatan kulit. Trauma terhadap kulit
dengan pemakaian kantong urin yang sering, plester atau verban
harus dikurangi sampai minimum. Kantong urin dan plester harus
diangkat dengan lembut, menggunakan pelarut dan bukan dengan cara
mengelupaskan. Daerah popok harus dijaga tetap bersih dan kering
dan scrotum harus disokong dengan popok yang tidak menimbulkan
kontriksi, hindarkan menggosok kulit.4) Perawatan mata. Tidak
jarang mata anak tertutup akibat edema kelopak mata dan untuk
mencegah alis mata yang melekat, mereka harus diswab dengan air
hangat.
BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Kaji keadaan umum klien1) Identitas klienNama, umur, alamat,
pekerjaan, pendidikan, agama, dara keluarga2) Keluhan Utamaa)
Tanyakan kepada klien kaluhan utamab) Alasan klien masuk rumah
sakitc) Tanyakan apa yang klien rasakan3) Riwayat Penyakit
SekarangPada pasien yang mengalami nephrotik syndrom sering muntah
, muka sembab, nafsu makan menurun , konstipasi , diare , urine
menurun4) Riwayat Penyakit Dahulutanyakan apakah pasien pernah
menderita penyakitkronis , penyakit turunan atau penyakit
menular5).Riwayat Penyakit Keluargatanyakan apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai
penyebab nefrotik syndrom
b. Pengkajian Sistem Tubuh1) Sistem pernapasanBunyi nafas ronkhi
karena efusi felura , pengembngan ekspansi paru sama atau
tidak.
2) Sistem kardiovaskularMunkin akan ditemukan adanya bunyi
jantung abnormal, kardiomegali.
3) Sistem pencernaanPada abdomen terdapat asites, nyeri tekan,
hepatomegali4) Sistem perkemihanDaerah genetalia terdapat
pembengkakan pada labia atau skrotum.5) Sistem muskuloskeletalDi
bagian ekstermitas terdapat edema di bagian ekstermitas atas dan
bawah biasanya di bagian sakrum, tumit dan tangan.
3.2 Diagnosa Keperawatan a. Pola nafas tidak efektif b.d
penekanan diafragma akibat asitesb. Kelebihan volume cairan b.d
edemac. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kerusakan
metabolisme protein3.3 Intervensi Keperawatana. Pola nafas tidak
efektif b.d penekanan diafragma akibat asitesTujuan: setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan tidak terjadi
asites sehingga tidak ada penekanan diafragma dan pola nafas jadi
efektifIntervensi:1) Kaji nadi, RR, kedalaman dan efek pernafasan2)
Catat adanya retraksi otot dada waktu bernafas3) Catat lokasi
trakea4) Kaji otot diafragma5) Dengarkan bunyi suara nafas6) Kaji
sesak nafas7) Kolaborasikan dengan dokter pemberian obat,
pemasangan nebulizer, oksigenb. Kelebihan volume cairan b.d
edemaTujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan edema berkurang atau hilang.Intervensi. 1) Ubah posisi,
berikan posisi kaki lebih tinggi dari kepala, lihat permukaan
kulit2) Pertahan kan catatan intek dan out put yang akurat3) Pasang
kateter jika diperlukan4) Monitor hasi lab yang sesuai dengan
retensi cairan (BUN,HMT)5) Monitor status hemodinamika6) Monitor
indikasi retensi kelebihan cairan7) Kaji kalori dan luas edema8)
Monitor status nutrisi9) Kolaborasi medis atau dokter jika cairan
berlebihan muncul dan memburukc. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d kerusakan metabolisme proteinTujuan: setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan kebutuhan
nutrisi dapat terpenuhi.Intervensi: 1) Kajia adanya alergi makanan
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien3) Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi4) Monitor jumlah
nutrisi dan kandungan kalori5) Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang di butuhkan6) Berikan makanan yang
terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli giziBAB 4PENUTUP
1. KesimpulanSindroma Nefrotic (SN) adalah gambaran klinis
dengan ciri khusus proteinuri masif lebih dari 3,5 gram per 1,73 m2
luas permukaan tubuh per hari (dalam praktek, cukup >3,0-3,5 gr
per 24 jam) disertai hipoalbuminemi kurang dari 3,0 gram per ml.
Pada SN didapatkan pula lipiduria, kenaikan serum lipid
lipoprotein, globulin, kolesterol total dan trigliserida, serta
adanya sembab sebagai akibat dari proteinuri masif dan
hipoproteinemi. Beberapa ahli penyakit ginjal menambahkan kriteria
lain :1.Lipiduria yang terlihat sebagai oval fat bodies atau
maltase cross bodies.2.Kenaikan serum lipid, lipoprotein, globulin,
kolesterol total dan trigliserida3.Sembab.2. Masalah keperawatan1.
Gangguan pola nafas 2. Kelebihan volume cairan 3. Nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh 4. Hipertensi 5. PK :Anemia6. Proteinuria 7.
Intoleransi aktivitas 8. Resiko Gangguan integritas kulit 9.
Gangguan pola eliminasi:ur
3. Saran1. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang
pembaca, terutama mahasiswa keperawatan2. Semoga dapat menjadi
bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan.3. Semoga
makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam berbagai diskusi dan
forum terbuka.
DAFTAR PUSTAKA
Bulecheck, gloria M., butcher, howard K., dochterman, J.
McCloskey.2012. nursing interventions classificatoin(NIC).Fifth
Edition. Lowa : mosby Elsavier.
Carpenito, L. J.1999. Hand Book of Nursing (Buku Saku Diagnosa
Keperawatan), alih bahasa: Monica Ester. Jakarta: EGC.
Donna L, Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Anak, alih
bahasa: Monica Ester. Jakarta: EGC.
Interna publishing pusat penerbit ilmu penyakit dalm jilid II
edisi V diponegoro 71 jakarta pusat 2009.
Jhonson,marion. 2012. Lowa Outcomes Project Nursing
Classification (NOC). St. Louis ,Missouri ; Mosby.
NANDA international. 2012.nursing diagnoses :definition
&classification 2012-2014. Jakarta : EGC
Wolters kluwer | lippincott williams & wilkins 2009. kapita
selekta penyakit dengan implikasi keperawatan edisie 2 .