Top Banner
Asuhan Keperawatan Klien degan Sindrom Nefrotik Tugas ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar KMB III Arbi Paliasi Amalia Utami Ayu rahmawati Bunga Adhelia Devi Anna S Devi Fauziyyah Dwina Damar Dzikru F. R Hijrah Emilia Inggrid Vania Izora Nadia Ingrida W Neng Derayani Melda Roulina Sheris Ayu Anggraeni AKADEMI KEPERAWATAN JAYAKARTA
27

Sindrom nefrotik FIX

Mar 30, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Sindrom nefrotik FIX

Asuhan Keperawatan Klien degan Sindrom NefrotikTugas ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar KMB III

Arbi Paliasi

Amalia Utami

Ayu rahmawati

Bunga Adhelia

Devi Anna S

Devi Fauziyyah

Dwina Damar

Dzikru F. R

Hijrah Emilia

Inggrid Vania Izora

Nadia Ingrida W

Neng Derayani

Melda Roulina

Sheris Ayu Anggraeni

AKADEMI KEPERAWATAN JAYAKARTA

Page 2: Sindrom nefrotik FIX

PEMPROV DKI JAKARTA

2015

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Sindroma Nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema,

proteinuria, hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia,

kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi, dan penurunan

fungsi ginjal (Ngastiyah, 2005).

Sindroma Nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh

peningkatan permeabilitas glumerulus terhadap protein plasma

yang menimbulkan proteinuria, hipoalbumenemia,

hiperlipidemia, dan edema (Betz, Cecily dan Sowden, Linda.

2002).

Sindroma Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan

oleh injuri oleh glomerular yang terjadi pada anak dengan

karakteristik; proteinuria, hipoproteinuria,

hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema (Suriadi dan Rita

Yuliani, 2001).

Sindroma Nefrotik merupakan sekumpulan gejala yang terdiri

dari proteinuria massif (lebih dari 50 mg/kg BB/24 jam),

hipoalbuminemia (kurang dari 2,5 gram/100 ml) yang disertai

atau tidak di sertai dengan edema dan hiperkolesterolemia

(Rauf, 2002).

Page 3: Sindrom nefrotik FIX

Berdasarkan pengertian diatas maka penulis dapat mengambil

kesimpulan bahwa sindroma nefrotik pada anak adalah status

klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas

glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan

protein urinaris yang massif, dengan karakteristik :

proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, disertaia atau

tidak disertai dengan edema dan hiperkolesterolemia.

B. Anatomi dan Fisiologi

1. Anatomi

Ginjal merupakan salah satu bagian saluran kemih yang

terletak retroperitonel dengan panjang ± 11-12 cm, di

samping kiri kanan vertebra. Pada umumnya, ginjal kanan

lebih rendah dari ginjal kiri oleh karena adanya hepar

dan lebih dekat ke garis tengah tubuh. Batas atas ginjal

kiri setinggi batas atas vertebra thorakalis XII dan

batas bawah ginjal kiri setinggi vertebra lumbalis III.

Pada fetus dan infant, ginjal berlobulasi. Makin

bertambah umur, lobulasi makin kurang, sehingga waktu

dewasa menghilang. Parenkim ginjal terdiri atas korteks

dan medula. Medula terdiri atas piramid-piramid yang

berjumlah kira-kira 8-18 buah, rata-rata 12 buah. Tiap-

tiap piramid dipisahkan oleh columna bertini. Dasar

piramid di tutup oleh korteks, sedang puncaknya (papila

marginalis) menonjol kedalam kaliks minor. Beberapa

kaliks minor bersatu menjadi kaliks mayor yang berjumlah

Page 4: Sindrom nefrotik FIX

2 atau 3 ditiap ginjal. Kaliks mayor / minor ini bersatu

menjadi pelvis renalis dan di pelvis renalis inilah

keluar ureter. Korteks sendiri terdiri atas glomerulus

dan tubuli, sedangkan pada medula hanya terdapat tubuli.

Glomeruli dari tubuli ini akan membentuk nefron, satu

unit nefron terdiri dari glomerulus, tubulus proksimal,

loop of henle, tubulus distal (kadang-kadang di masukkan

pula duktus koligentes) (Price, 2001).

Tiap ginjal mempunyai ± 1,5 – 2 juta nefron, berarti pula

± 1,5 – 2 juta juta glomeruli. Pembentukan urin dimulai

dari glomerulus, dimana pada glomerulus ini filtrat

dimulai, filtrat adalah isotonic dengan plasma pada angka

285 mosmol. Pada akhir tubulus proksimal 80% filtrat

telah diabsorbsi, meskipun konsentrasinya masih tetap

sebesar 285 mosmol. Saat infiltrat bergerak ke bawah

melalui bagian desenden lengkung henle, konsentrasi

filtrat bergerak ke atas melalui bagian asenden,

konsentrasi makin lama makin encer sehingga akhirnya

menjadi hipoosmotik pada ujung atas lengkung, saat

filtrate bergerak sepanjang tubulus distal, filtrat

menjadi semakin pekat sehingga akhirnya isoosmotik dengan

plasma darah pada ujung duktus mengumpul. Ketika filtrat

bergerak turun melalui duktus pengumpul sekali lagi

konsentrasi filtrat meningkat pada akhir duktus

pengumpul, sekitar 99% air sudah direabsorbsi dan hanya

Page 5: Sindrom nefrotik FIX

sekitar 1% yang diekskresi sebagai urin atau kemih

(Price, 2001).

2. Fisiologi Ginjal

Telah diketahui bahwa ginjal berfungsi sebagai salah satu

alat ekskresi yang sangat penting melalui ultrafiltrat

yang terbentuk dalam glomerulus. Terbentuknya

ultrafiltrat ini sangat dipengaruhi oleh sirkulasi

ginjal yang mendapat darah 20% dari seluruh cardac

output..Menurut Syarifuddin (2002) “ Fungsi ginjal yaitu

mengeluarkan zat-zat toksik atau racun; mempertahankan

keseimbangan cairan; mempertahankan keseimbangan kadar

asam dan basa dari cairan tubuh; mempertahankan

keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh;

mengeluarkan sisa metabolisme hasil akhir sari protein

ureum, kreatinin dan amoniak”. Tiga tahap pembentukan

urine :

a. Filtrasi glomerular

Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma

pada glomerulus, seperti kapiler tubuh lainnya,

kapiler glumerulus secara relatif bersifat

impermiabel terhadap protein plasma yang besar dan

cukup permabel terhadap air dan larutan yang lebih

kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan

sisa nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF = Renal

Page 6: Sindrom nefrotik FIX

Blood Flow) adalah sekitar 25% dari curah jantung

atau sekitar 1200 ml/menit.

Sekitar seperlima dari plasma atau sekitar 125

ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula

bowman. Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus

(GFR = Glomerular Filtration Rate). GFR normal

dewasa : 120 cc/menit/1,73 m2 (luas permukaan

tubuh). GFR normal umur 2-12 tahun : 30-90

cc/menit/luas permukaan tubuh anak. Gerakan masuk ke

kapsula bowman’s disebut filtrat. Tekanan filtrasi

berasal dari perbedaan tekanan yang terdapat antara

kapiler glomerulus dan kapsula bowman’s, tekanan

hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus

mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh

tekanan hidrostatik filtrat dalam kapsula bowman’s

serta tekanan osmotik koloid darah. Filtrasi

glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan-

tekanan koloid diatas namun juga oleh permeabilitas

dinding kapiler.

b. Reabsorpsi

Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3

bagian yaitu : nonelektrolit, elektrolit dan air.

Setelah filtrasi langkah kedua adalah reabsorpsi

selektif zat-zat tersebut kembali lagi zat-zat yang

sudah difiltrasi.

c. Sekresi

Page 7: Sindrom nefrotik FIX

Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-

molekul dari aliran darah melalui tubulus kedalam

filtrat. Banyak substansi yang disekresi tidak

terjadi secara alamiah dalam tubuh (misalnya

penisilin). Substansi yang secara alamiah terjadi

dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium serta ion-

ion hidrogen.Pada tubulus distalis, transfor aktif

natrium sistem carier yang juga telibat dalam

sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular. Dalam

hubungan ini, tiap kali carier membawa natrium

keluar dari cairan tubular, cariernya bisa hidrogen

atau ion kalium kedalam cairan tubular

“perjalanannya kembali” jadi, untuk setiap ion

natrium yang diabsorpsi, hidrogen atau kalium harus

disekresi dan sebaliknya.

Pilihan kation yang akan disekresi tergantung pada

konsentrasi cairan ekstratubular (CES) dari ion-ion

ini (hidrogen dan kalium). Pengetahuan tentang

pertukaran kation dalam tubulus distalis ini

membantu kita memahami beberapa hubungan yang

dimiliki elektrolit dengan lainnya. Sebagai contoh,

kita dapat mengerti mengapa bloker aldosteron dapat

menyebabkan hiperkalemia atau mengapa pada awalnya

dapat terjadi penurunan kalium plasma ketika

asidosis berat dikoreksi secara theurapeutik.

Page 8: Sindrom nefrotik FIX

Pada anak-anak jumlah urine dalam 24 jam lebih

kurang dan sesuai dengan umur :

1) 1-2 hari : 30-60 ml

2) 3-10 hari : 100-300 ml

3) 10 hari - 2 bulan : 250-450 ml

4) 2 bulan – 1 tahun : 400-500 ml

5) 1 – 3 tahun : 500-600 ml

6) 3 – 5 tahun : 600-700 ml

7) 5 – 8 tahun : 650-800 ml

8) 8 – 14 tahun : 800-1400 ml

C. Etiologi

Penyebab nefrotik sindrom di bagi menjadi 2 yaitu sebagai

berikut:

1. Primer, berkaitan dengan berbagai penyakit ginjal,

seperti berikut:

a. Glomerulonefritis

b. Nerfotik simndrom perubahan minimal.

2. Sekunder, akibat infeksi, penggunaan obat dan penyakit

sistemik lain, seperti berikut ini:

a. Diabetes militus.

b. Sistema lupus eritematosus

c. Amyloidosis.

D. Patofisiologi

Page 9: Sindrom nefrotik FIX

Kondisi dari sindrom nefrotik adalah hilangnya plasma

protein, terutama albumin kedalam urine. Meskipun hati mampu

meningkatkan produksi albumin, namun oragan ini tidak mampu

untuk terus mempertahankannya jika albumin terus menerus

hilang melalui ginjal sehingga terjadi hipoalbumin.

Terjadi penurunan tekanan onkotik menyebabkan edema

generalisata akibat cairan yang berpindah dari system

vaskuler ke dalam ruang cairan ekstraseluler. Penurunan

sirkulasi volume darah mengaktifkan system rennin-angiotensi

menyebabkan retensi natrium dan edema lebih lanjut.

Manifestasi dari hilangnya protein dalam serum akan

menstimulasi sistensis lipoprotein di hati dan terjadi

peningkatan konsentrasi lemak dalam darah (hiperlipidemia).

Sindrom nefrotik dapat terjadi di hampir setiap penyakit

renal intrinsic atau sistemik yang mememengaruhi glomerulus.

Meskipun secara umum penyakit ini dianggap menyerang anak-

anak, namun sindrom nefrotik juga terjadi pada orang dewasa

termasuk lansia. Penyebab sindrom nefrotik mencakup

glomerulonitritis kronis, diabetes militus disertai

glomerulosklerosis interkapiler, amiloidosis ginjal,

penyakit lupus erythematosus sistemik, dan thrombosis vena

renal.

E. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis yang menyertai Sindroma Nefrotik menurut

Ngastiyah, 2005 antara lain :

Page 10: Sindrom nefrotik FIX

1. Proteinuria.

2. Edema

Biasanya edema dapat bervariasi dari bentuk ringan sampai

berat (anasarka). Edema biasanya lunak dan cekung bila

ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan disekitar mata

(periorbital) dan berlanjut ke abdomen daerah genitalia

dan ekstermitas bawah.

3. Penurunan jumlah urine, urine gelap, dan berbusa.

4. Hematuria.

5. Anoreksia

6. Diare.

7. Pucat.

8. Gagal tumbuh dan pelisutan otot (jangka panjang).

F. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis menurut Mansjoer Arif, 2000 :

a. Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan

natrium sampai kurang lebih 1 gram/hari secara praktis

dengan menggunakan garam secukupnya dan menghindar

makanan yang diasinkan. Diet protein 2 – 3

gram/kgBB/hari.

b. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam,

dapat digunakan diuretik, biasanya furosemid 1

mg/kgBB/hari. Bergantung pada beratnya edema dan respon

pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan

Page 11: Sindrom nefrotik FIX

hididroklortiazid (25 – 50 mg/hari), selama pengobatan

diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemi,

alkalosis metabolik dan kehilangan cairan intravaskuler

berat.

c. Pengobatan kortikosteroid yang diajukan Internasional

Coopertive Study of Kidney Disease in Children

(ISKDC), sebagai berikut :

1) Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan

dosis 60 mg/hari luas permukaan badan (1bp) dengan

maksimum 80 mg/hari.

2) Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama

28 hari dengan dosis 40 mg/hari/1bp, setiap 3 hari

dalam satu minggu dengan dosis maksimum 60 mg/hari.

Bila terdapat respon selama pengobatan, maka

pengobatan ini dilanjutkan secara intermitten selama

4 minggu .

d. Cegah infeksi. Antibiotik hanya dapat diberikan bila

ada infeksi.

e. Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada

indikasi vital.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Page 12: Sindrom nefrotik FIX

Pasien sindrom nefrotik perlu dirawat di rumah sakit,

karena memerlukan pengawasan dan pengobatan yang khusus.

Masalah pasien yang perlu di perhatikan adalah edema yang

berat (anasarka), diet, resiko komplikasi, pengawasan

mengenai pengobatan atau gangguan rasa aman dan nyaman,

dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit

pasien atau umum.

Pasien dengan sindrom nefrotik dengan anasarka perlu

istirahat di tempat tidur karena keadaan edema yang berat

menyebabkan pasien kehilangan kemampuannya untuk

bergerak. Selama edema masih berat semua keperluan harus

ditolong di atas tempat tidur.

a. Baringkan pasien setengah duduk, karena adanya

cairan didalam rongga toraks akan menyebabkan sesak

napas.

b. Berikan alas bantal pada kedua kakinya sampai pada

tumit (bantal di letakkan memanjang, karena jika

bantal melintang maka ujung kaki akan lebih rendah

dan akan menyebabkan edema hebat).

c. Bila pasien seorang anak laki-laki,berikan ganjal

dibawah skrotum untuk mencegah pembengkakan skrotum

karena tergantung (pernah terjadi keadaan skrotum

akhirnya pecah dan menjadi penyebab kematian

pasien).

Bila edema telah berkurang diperbolehkan pasien

melakukan kegiatan sesuai kemampuannya , tetapi

Page 13: Sindrom nefrotik FIX

tetap didampingi atau dibantu oleh keluarga atau

perawat dan pasien tidak boleh kelelahan. Untuk

mengetahui berkurangnya edema pasien perlu ditimbang

setiap hari, diukur lingkar perut pasien. Selain itu

perawatan pasien dengan sindrom nefrotik, perlu

dilakukan pencatatan masukan dan pengeluaran cairan

selama 24 jam. Pada pasien dengan sindrom nefrotik

diberikan diet rendah protein yaitu 1,2-2,0 g/kg

BB/hari dan cukup kalori yaitu 35 kal/kg BB/hari

serta rendah garam (1g/hari). Bentuk makanan

disesuaikan dengan keadaan pasien, dapat makanan

biasa atau lunak (Ngastiyah, 2005).

Pasien dengan sindrom nefrotik mengalami penurunan

daya tahan tubuh yang mengakibatkan mudah terkena

infeksi. Komplikasi pada kulit akibat infeksi

streptococcus dapat terjadi. Untuk mencegah infeksi

tersebut, kebersihan kulit perlu diperhatikan dan

alat-alat tenun atau pakaian pasien harus bersih dan

kering. Antibiotik diberikan jika ada infeksi, dan

diberikan pada waktu yang sama. Jika pasien

diperbolehkan pulang, orang tua pasien perlu

diberikan penjelasan bagaimana merawat anak yang

menderita penyakit sindrom nefrotik. Pasien sendiri

perlu juga diterangkan aktivitas apa yang boleh

dilakukan dan kepatuhan tentang dietnya ma sih perlu

diteruskan sampai pada saatnya dokter mengizinkan

Page 14: Sindrom nefrotik FIX

bebas diet. Memberikan penjelasan pada keluarga

bahwa penyakit ini sering kambuh atau berubah

menjadi lebih berat jika tidak terkontrol secara

teratur, oleh karena itu orang tua atau pasien

dianjurkan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

(biasanya 1 bulan sekali) (Ngastiyah, 2005).

G. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi pada Sindroma nefrotik

menurut Betz, Cecily 2002 dan Rauf, 2002, antara lain :

1. Penurunan volume intravaskular (syok Hipovolemik).

2. Kemampuan koagulasi yang berlebihan (trombosis vena ).

3. Perburukan pernapasan (berhubungan dengan retensi

cairan).

4. Kerusakan kulit.

5. Infeksi sekunder karena kadar imunoglobulin yang rendah

akibat hipoalbuminemia.

6. peritonitis

Page 15: Sindrom nefrotik FIX

Asuhan Keperawatan Klien dengan Sindrom Nefrotik

A. Pengkajian Anamnesis

Keluhan utama yang sering dikeluhkan wajah atau kaki. Pada

pengkajian riwayat kesehatan sekarang, perawat menanyakan

hal berikut.

1. Kaji berapa lama keluhan adanya perubahan urine output.

2. Kaji onset keluhan bengkak pada wajah atau kaki apakah

disertai dengan adanya keluhan pusing dan cepat lelah

3. Kaji adanya anoreksia pada klien.

4. Kaji adanya keluhan sakit kepala dan malaise.

Pada pengkajian riwayat kesehatan dulu, perawat perlu

mengkaji apakah klien pernah menderita penyakit edema,

apakah ada riwayat dirawat dengan penyakit diabetes

melitus dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya.

Penting dikaji tentang riwayat peakaian obat-obatan masa

lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat dan

dokumentasikan.

Pada pengkajian psikososiokultural, adanya kelemahan

fisik, wajah, dan kaki yang bengkak akan memberikan dampak

rasa cemas dan koping yang maladaptif pada klien.

1. Pemeriksaan Fisik

Page 16: Sindrom nefrotik FIX

Keadaan umum klien lemah dan terlihat sakit berat dengan

tingkat kesadaran biasanya composmentis, pada TTV sering

tidak di dapatkan adanya perubahan.

a. B1 (breathing)

Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola nafas

dan jalan nafas walau secara frekuensi mengalami

peningkatan terutama pada fase akut. Pada fase lanjut

sering di dapatkan adanya gangguan pola dan jalan

nafas yang merupakan respon terhadap edema pulmoner

dan efusi pleura.

b. B2 (blood)

Ssering ditemukan penurunan curah jantung respon

sekunder dari peningkatan beban volume.

c. B3 (brain)

Di dapatkan edema wajah terutama periorbital, sklera

tidak ikterik. Status

neurologis mengalami perubahan sesuai dengan tingkat

parahnya azotemia pada

sistem saraf pusat.

d. B4 (bladder)

Perubahan warna urine output seperti warna urine

berwarna kola.

e. B5 (bowel)

Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga

sering didapatkan penurunan intek nutrisi dari

kebutuhan. Didapatkan asites pada abdomen.

Page 17: Sindrom nefrotik FIX

f. B6 (bone)

Didapatkan adanya kelemahan fiisik secara umum, efek

skunder dari edema tungkai dari keletihan fisik secara

umum.

2. Pengkajian Diagnosis

Urinalisis didapatkan hematuria secara mikroskopik,

proteinuria, terutama albumin. Keadaan ini juga terjadi

akibat menigkatnya permeabilitas membran glomerulus.

3. Pengkajian Penatalaksanaan Medis

Tujuan terapi adalah mencegah terjadinya kerusakan

ginjal lebih lanjut dan menurunkan resiko komplikasi.

Untuk mencapai tujuan terapi, maka penatalaksanaan

tersebut meliputi hal-hal berikut :

a. Tirah baring

b. Diuretik

c. Adenokortikosteroid, golongan prednison

d. Diet rendah natrium tinggi protein

e. Terapi cairan. Jika klien dirawat di rumah sakit,

maka intake dan output diukur secara cermat dan

dicatat. Cairan diberikan untuk mengatasi kehilangan

cairan dan berat badan harian.

Page 18: Sindrom nefrotik FIX

B. Diagnosis

1. Kelebihan volume cairan b.d retensi natrium dan air.

2. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan tekanan osmotik

kapiler.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d

anoreksia,mual, dan muntah.

4. Gangguan integritas kulit b.d peningkatan ureum

nitrogen dalam darah.

5. Intoleransi aktivitas b.d penurunan suplai oksigen ke

jaringan .

6. Resiko kekurangan volume cairan b.d ( intravaskuler )

b.d kehilangan protein dan

Cairan, edema .

7.Resiko infeksi b.d penurunan sistem imun

8.Gangguan body image b.d oedema dan ascites

C. Fokus Intervensi dan Rasional

1. Kelebihan volume cairan b.d retensi natrium dan air.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x

24 jam diharapkan klien tidak mengalami kelebihan

cairan.

Kriteria hasil :

a. Oedema berkurang

b. Balance cairan antara output dan input seimbang

Intervensi :

Page 19: Sindrom nefrotik FIX

a. Kaji masukan yang relatif terhadap keluaran secara

akurat

Rasional : perlu untuk menentukan fungsi ginjal,

kebutuhan penggantian cairan dan penurunan resiko

kelebihan cairan.

b. Timbang berat badan setiap hari

Rasional : mengkaji retensi cairan.

c. Kaji perubahan edema : ukur lingkar abdomen pada

umbilikus, serta pantau edema sekitar mata.

Rasional : untuk mengkaji ascites dan edema.

d. Atur masukan cairan dengan cermat.

Rasional : agar tidak mendapatkan lebih dari jumlah yang

dibutuhkan.

e. Pantau infuse intravena

Rasional : untuk mempertahankan masukan yang diresepkan.

f. Berikan kortikosteroid sesuai yang dibutuhkan.

Rasional : untuk menurunkan ekskresi proteinuria

g. Berikan diuretik bila di instruksikan

Rasional : untuk memberikan penghilangan sementara dari

edema.

2. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan tekanan osmotik

kapiler.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x

24 jam diharapkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan

kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas / bersih

Page 20: Sindrom nefrotik FIX

Kriteria hasil :

a. Mempertahankan frekuensi dan kedalaman nafas paten

dengan bunyi nafas bersih / jelas.

b. Pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman tidak

mengalami gangguan

Intervensi :

a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.

Rasional : kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan

terjadi peningkatan kerja nafas , kedalaman bervariasi,

ekspansi dada terbatas.

b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya buyi nafas

tidak normal.

Rasional : bunyi nafas menurun / tidak ada bila jalan

nafas terdapat obstruksi kecil.

c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.

Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan

memudahkan pernafasan.

d. Observasi pola batuk dan karakter sekret.

Rasional : batuk biasanya mengeluarkan sputum dan

mengindikasi adanya kelainan.

e. Bantu klien untuk batuk efektif dan nafas dalam.

Rsional : dapat meningkatkan pengeluaran sputum.

f. Kolaborasi pemberian oksigen tambhan .

Rasional :memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja

nafas.

g. Berikan humidifikasi tambahan.

Page 21: Sindrom nefrotik FIX

Rasional : memberikan kelembapan pada membran mukosa

dan membantu pengenceran sekret untuk memudahkan

pembersihan.

h. Bantu fisioterapy dada dan postural drainage.

Rasional : memudahkan upaya pernafasan dan meningkatkan

drainage sekret dari segmen paru ke dalam bronkus.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d

anoreksia,mual, dan muntah.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3

x 24 jam diharapkan klien mendapatkan nutrisi yang

optimal.

Kriteria hasil :

a. Kebutuhan nutrisi tubuh tercukupi

b. Tidak terjadi anoreksia, mual dan muntah.

c. Makan habis satu porsi.

Intervensi :

a. Beri diet yang bergizi.

Rasional :membantu pemenuhan nutrisi anak dan

menigkatkan daya tahan tubuh.

b. Batasi natrium selama edema dan terapi kortikosteroid.

Rasional :asupan natrium dapat meperberat edema usus

yang menyebabkan hilangnya nafsu makan.

c. Beri makan dalam porsi sedikit pada awalnya.

Rasional : untuk merangsang nafsu makan anak.

d. Beri makanan spesial yang disukai anak.

Page 22: Sindrom nefrotik FIX

Rasional : untuk mendorong anak agar mau makan.

e. Beri makan dengan cara yang menarik.

Rasional : untuk merangsang nafsu makan.

4. Gangguan integritas kulit b.d peningkatan ureum nitrogen

dalam dalam darah.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x

24 jam diharapkan

tidak terjadi gangguan integritas kulit.

Kriteria hasil :

a. Kulit anak tidak menunjukan adanya kerusakan

integritas kulit : kemerahan atau iritasi .

b. Anak merasa nyaman ( tidak rewel, tidak merasa gatal )

Intervensi :

a. Berikan perawatan kulit

Rasional : memberikan kenyamanan pada anak dan mencegah

kerusakan kulit

b. Hindari pakaian yang ketat

Rasional : dapat mengakibatkan area yang meninjol

tertekan .

c. Bersihkan dan bedaki permukaan kulit beberapa kali

sehari.

Rasional : untuk mencegah terjadi iritasi pada kulit

karena gesekan dengan alat tenun.

d.Topeng edema, seperti skrotum .

Rasional :untuk menghilangkan area tekanan .

Page 23: Sindrom nefrotik FIX

e.Ubah posisi dengan sering, sejajarkan tubuh dengan

baik.

Rasional : karena anak dengan edema masive selalu

lateragis, mudah lelah dan diam saja.

5. Intoleransi aktivitas b.d penurunan suplai oksigen ke

jaringan .

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3 x 24 jam diharapkan anak dapat melakukan aktivitas

sesuai dengan kemampuan.

Kriteria hasil :

a. Anak dapat beraktivitas sesuai kemampuan.

b. Anak tidak cepat lelah .

c. Anak merasa senang dan mendapatkan istirahat tidur

yang adekuat.

Intervensi :

a. Pertahankan tirah baring awal bila terjadi edema

hebat .

Rasional : tirah baring yang sesuai gaya grafitasi

dapat menurunkan edema.

b. Seimbangkan istirahat dan aktivitas bila ambulasi.

Rasional : ambulasi menyebabkan kelelahan .

c. Rencanakan dan berikan aktivitas tenang.

Rasional : aktivitas yang tenang mengurangi

penggunaan energi yang dapat menyebabkan kelelahan.

d. Intruksikan istirahat bila anak merasa lelah.

Page 24: Sindrom nefrotik FIX

Rasional : mengadekuatkan fase istirahat anak .

e. Berikan periode istirahat tanpa gangguan.

Rasional : anak dapat menikmati masa istirahatnya.

6. Resiko kekurangan volume cairan (intravaskulera) b.d

kehilangan protein dan cairan , edema.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3

x 24 jam diharapkan anak tidak menunjukan kehilangan

cairan intravaskuler atau syok hipovolemik yang

ditunjukan pasien minimum atau tidak ada.

Kriteria hasil :

a. Tidak terdapat shock hipovolemik

b. Nilai ureum nitrogen normal

Intervensi :

1. Pantau tanda vital

Rasional : untuk mendeteksi bukti fisik penipisan cairan

2. Kaji kualitas dan frekuensi nadi

Rasional : untuk tanda shock hipovolemik

3. Ukur tekanan darah

Rasional : untuk mendeteksi shock hipovolemik

4. Laporkan adanya penyimpanan dari normal

Rasional : agar pengobatan segera dapat dilakukan. (Donna

L.Wong,2004:550-552)

Page 25: Sindrom nefrotik FIX

7. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3 x 24 jam diharapkan pasien tidak menunjukkan adanya

tanda-tanda infeksi.

Kriteria hasil :

a. Tidak ada tanda-tanda infeksi

b. Suhu tubuh normal (36,7°c- 37,2°c).

Intervensi :

a. Lindungi anak dari kontak individu terinfeksi

Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme

infektif

b. Gunakan teknik cuci tangan yang baik.

Rasional : untuk memutus mata rantai penyebaran infeksi

c. Jaga agar anak tetap hangat dan kering

Rasional : karena kerentanan terhadap infeksi

pernafasan

d. Pantau suhu

Rasional : indikasi awal adanya tanda infeksi

e. Ajari orang tua tentang tanda dan gejala infeksi

Page 26: Sindrom nefrotik FIX

Rasional : memberi pengetahuan dasar tentang tanda dan

gejala infeksi

8. Gangguan body image berhubungan dengan oedema dan

ascites

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3 x 24 jam diharapkan klien dapat mengekspresikan

perasaan dan masalah dengan mengikuti aktivitas yang

sesuai dengan minat dan kemampuan anak

Kriteria hasil :

a. Anak dapat mengungkapkan perasaan

b. Anak merasa nyaman

Intervensi :

a. Gali masalah dan perasaan mengenai penampilan.

Rasional : untuk memudahkan koping

b. Tunjuk aspek positif dari penampilan dan bukti

penurunan edema

Rasional: meningkatkan harga diri klien dan mendorong

peneriman terhadap kondisinya

c. Dorong sosialisi dengan individu tanpa infeksi aktif

Rasional : agar anak tidak merasa sendiri dan

terisolasi

Page 27: Sindrom nefrotik FIX

d. Beri umpan balik positif

Rasional : agar anak merasa di terima. (Donna L Wong,

2004:550-552).