1 1. PERUMUSAN ISTILAH Peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang “Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan” adalah UU No. 6 tahun 1983, sebagaimana telah diubah dengan UU No. 9 tahun 1994, dengan UU No. 16 tahun 2000, terakhir dengan UU No. 28 tahun 2007. Undang-undang tentang “Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan” dilandasi falsafah Pancasila dan UUD 1945. UU No. 28 tahun 2007 pada dasarnya mengatur hak dan kewajiban Wajib Pajak, wewenang dan kewajiban aparat pemungut pajak, serta sanksi perpajakan. Beberapa istilah baru yang muncul pada UU No. 28 tahun 2007, antara lain: 1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa. 2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan. 3. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. 4. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor,
36
Embed
MAKALAH PERPAJAKAN (Ketentuan Umum dan Tata Cara Pelaksanaan Perpajakan)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
1. PERUMUSAN ISTILAH
Peraturan perundang-undangan perpajakan yang
mengatur tentang “Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan” adalah UU No. 6 tahun 1983, sebagaimana
telah diubah dengan UU No. 9 tahun 1994, dengan UU No.
16 tahun 2000, terakhir dengan UU No. 28 tahun 2007.
Undang-undang tentang “Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan” dilandasi falsafah Pancasila dan UUD 1945.
UU No. 28 tahun 2007 pada dasarnya mengatur hak dan
kewajiban Wajib Pajak, wewenang dan kewajiban aparat
pemungut pajak, serta sanksi perpajakan. Beberapa
istilah baru yang muncul pada UU No. 28 tahun 2007,
antara lain:
1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa.
2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan.
3. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha
termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk
usaha tetap.
4. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam
bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor,
2
mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan,
dll.
5. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang
melakukan penyerahan barang kena pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak.
6. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang
diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagi
tanda pengenal diri Wajib Pajak.
7. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar
wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan
melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka
waktu tertentu.
8. Tahun Pajak adalah jangka waktu satu tahun
kalender.
9. Bagian Tahun pajak adalah bagian dari jangka waktu
satu tahun pajak.
10. Pajak Yang Terutang adalah pajak yang harus
dibayar pada suatu bagian tahun pajak.
11. Surat Pemberitahuan Pajak adalah surat yang
oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran pajak.
12. Surat Pemberitahuan Masa adalah surat
pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.
3
13. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah surat
pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian
Tahun Pajak.
14. Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran
atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau dengan cara lain.
15. Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan
yang berhubungan dengan pembayaran pajak.
16. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah
surat ketetapan yang menentukan besarnya jumlah
pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya
administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar.
17. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
18. Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak
sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau
pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
19. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah
surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah
kelebihan pembayaran pajak.
20. Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk
melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi
administrasi berupa bunga dan/atau denda.
4
21. Surat Paksa adalah surat perintah membayar
utang pajak dan biaya penagihan pajak.
22. Kredit Pajak untuk Pajak Penghasilan adalah
pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
ditambah dengan pokok pajak terutang dalam Surat
Tagihan Pajak karena Pajak Penghasilan dalam tahun
berjalan tidak atau kurang dibayar, ditambah
dengan pajak yang dipotong atau dipungut, ditambah
dengan pajak atas penghasilan yang dibayar atau
terutang diluar negeri, dikurangi dengan
pengembalian pendahuluan kelebihan pajak yang
dikurangkan dari pajak yang terutang.
23. Kredit Pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai
adalah Pajak Masukan yang dapat dimasukkan
dikurangi dengan pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak atau setelah dikurangi dengan
pajak yang telah dikompensasikan, yang dikurangkan
dengan dari pajak yang terutang.
24. Pekerjaan Bebas adalah pekerjaan yang
dilakukan orang pribadi yang mempunyai keahlian
khusus yang tidak terikat pada hubungan kerja.
25. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan
menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau
bukti yang dilaksanakan secara objektif dan
profesional untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan.
5
26. Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan,
dan/atau bukti berupa keterangan, tulisan atau
benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan
kuat bahwa sedang atau telah terjadi tindak
pidana dibidang perpajakan.
27. Pemeriksaaan Bukti Permulaan adalah
pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti
permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi
tindak pidana dibidang perpajakan.
28. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau
badan yang bertanggung jawab atas pembayaran
pajak.
29. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang
dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data
dan informasi keuangan untuk periode tahun pajak
tersebut.
30. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian
surat pemberitahuan dan lampiran-lampirannya
termasuk penilaian tentang kebenaran penulisan dan
penghitungannya.
31. Penyidikan Tindak Pidana Dibidang Perpajakan
adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti
yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana
dibidang perpajakan.
6
32. Penyidik adalah pejabat pegawai negeri sipil
tertentu dilingkungan Direktorat Jenderal Pajak
yang diberi wewenang khusus untuk melakukan
penyidikan tindak pidana.
33. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat
keputusan yang membetulkan kesalahan tulis,
kesalahan hjitung, dan/atau kekeliruan penerapan
ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-
undangan perpajakan.
34. Surat Keputusan Keberatan adalah Surat
keputusan atas keberatan terhadap surat ketetapan
pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan
oleh pihak ketiga yang diajukan oleh wajib pajak.
35. Putusan Banding adalah putusan badan
peradilan pajak atas banding terhadap surat
keputusan keberatan yang dijukan oleh wajib pajak.
36. Putusan Gugatan adalah putuasn badan
peradilan pajak atas gugatan terhadap hal-hal yang
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dapat diajukan gugatan.
37. Putusan Peninjauan kembali adalah putusan
mahkamah agung atas permohonan peninjauan kembali
yang diajukan oleh Wajib Pajak atau oleh Direktur
Jenderal Pajak terhadap putusan banding atau
putusan gugatan dari badan peradilan pajak.
7
38. Surat Keputusan Pengambilan Pendahuluan
Kelebihan Pajak adalah surat keputuasn yang
menentukan jumlah pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak untuk wajib pajak tertentu.
39. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga
adalah surat keputusan yang menentukan jumlah
imbalan bunga yang diberikan kepada Wajib Pajak.
40. Tanggal dikirim adalah tanggal stempel
pengiriman pos, tanggal faksimili, atau dalam hal
disampaikan secara langsung yaitu tanggal pada
saat surat, keputusan, atau putusan disampaikan
secara langsung.
41. Tanggal diterima adalah tanggal stempel pos,
tanggal faksimili, atau dalam hal diterima secara
langsung yaitu tanggal pada saat surat, keputusan,
atau putuasn disampaikan secara langsung.
UU No. 28 tahun 2007 pada dasarnya mengatur hak dan
kewajiban Wajib Pajak, wewenang dan kewajiban aparat
pemungut pajak, serta sanksi perpajakan.
2. NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
a. Pengertian
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah suatu sarana
administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagi
tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak
b. Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak
8
1) Sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib
Pajak.
2) Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak
dan dalam pengawasan administrasi perpajakan.
a. Pencantuman NPWP
NPWP harus dituliskan dalam setiap dokumen
perpajakan, antara lain pada:
1) Formulir pajak yang digunakan Wajib Pajak
2) Surat menyurat dalam hubungannya dengan
perpajakan
3) Dalam hubungan dengan instansi tertentu yang
mewajibkan mencatumkan NPWP.
d. Pendaftaran NPWP
1) Semua wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan
subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan
berdasarkan system self assessment, wajib
mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak untuk
dicatat sebagai Wajib Pajak sekaligus untuk
mendapatkan nomor pokok Wajib Pajak. KUP: Pasal 2
ayat (2)
9
2) Kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula
untuk wanita kawin yang dikenai pajak secara
terpisah karena hidup terpisah berdasarkan
keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis
berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan
harta. KUP: Pasal 2 ayat (1)
3) Direktur jenderal pajak menErbitkan Nomor Wajib
Pajak dan/atau mengukuhkan pengusaha kena pajak
secara jabatan apabila wajib pajak atau
pengusahakena pajak tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/ atau
ayat (2). KUP: Pasal 2 ayat (3)
4) Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP
dibatasi jangka waktunya, karena hal ini
berkaitan dengan saat pajak terutang dan
kewajiban mengenai pajak terutang. Jangka waktu
pendaftaran NPWP tersebut adalah:
Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan,
paling lambat 1 (satu) bulan setelah usaha mulai
dijalankan.
Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang tidak
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas apabila
sampai dengan satu bulan yang jumlahnya melebihi
PTKP setahun, wajib mendaftarkan diri paling lambat
pada akhir bulan berikutnya.
10
e. Sanksi
Setiap orang yang dengan sengaja:
1) Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau
menyalahgunakan tanpa hak NPWP, sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara,
dipidana penjara paling singkat 6 bulan dan
paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2
kali pajak terutaang yang tidak atau kurang
dibayar dan paling banyak 4 kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar. KUP:
Pasal 39 ayat (1) huruf a.
2) Pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditambahkan 1 kali menjadi 2 kali sanksi pidana
apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana
dibidang perpajakan sebelum lewat 1 tahun,
terhitung sejakselesainya menjalani pidana
penjara yang dijatuhkan. KUP: Pasal 39 ayat (2).
3) Setiap orang melakukan percobaan untuk melakukan
tindak pidana menyalahgunakan atau menggunakan
tanpa hak NPWP sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf b, dalam rangka mengajukan permohonan
restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau
pengkreditan pajak, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 2
tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah
restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi
11
atau pengkreditan yang dilakukan dan paling
banyak 4 kali jumlah restitusi tersebut.
4) Setiap orang melakukan percobaan untuk melakukan
tindak pidana menyalahgunakan atau menggunakan
tanpa hak pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b,
dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau
melakukan kompensasi pajak atau pengkreditan
pajak, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 6 bulan dan paling lama 2 tahun dan denda
paling sedikit 2 kali jumlah restitusi yang
dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan
yang dilakukan dan paling banyak 4 kali dari
jumlah restitusi tersebut.
f. Penghapusan NPWP
Penghapusan NPWP dilakukan dalam hal-hal sebagai
berikut:
1) Wajib Pajak orang pribadi meninggala dunia dan
tidak meninggalkan warisan;
2) Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan
sebagai subjek pajak sudah selesai dibagi;
3) Wajib Pajak badan yang telah dibubarkan secara
resmi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
12
4) Bentuk Usah Tetap yang karena suatu hal
kehilangan statusnya sebagai bentuk usaha tetap.
5) Wajib Pajak orang pribadi lainnya, selain yang
dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang tidak
memenuhi syarat lagi sebagai Wajib Pajak
g. Format NPWP
NPWP terdiri dari 15 digit, yaitu 9 digit pertama
merupakan Kode Wajib Pajak dan 6 digit berikutnya
merupakan Kode Administrasi Perpajakan. Berikut ini
adalah salah satu contoh NPWP:
0 1 5 1 2 0 0 2 2 5 0 4 0 0 0
3. HAK-HAK WAJIB PAJAK
a. Hak Memperpanjang Jangka Waktu Penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan
1) Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud Pasal 3 ayat (3)
paling lama 2 bulan dengan cara menyampaikan
pemberitahuan tertulis atau dengan cara lain
kepada Direktur Jendral Pajak yang ketemtuannya
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
2) Pemberitahuan tersebut harus dusertai dengan
penghitungan sementara pajak yang terhutang dalam
1 Tahun Pajak dan Surat Setoran Pajak sebagai
13
bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang
terutang yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. KUP:
Pasal 3 ayat (4) dan ayat (5).
b. Hak Membetulkan Surat Pemberitahuan
1) Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat
membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah
disampaikan dengan menyampaikan pernyataan
tertulis, dengan syarat Direktur Jendral Pajak
belum melakukan tindakan pemeriksaan. KUP: Pasal
8 ayat (1).
2) Dalam hal pembetulan Surat Pemberitahuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan
rugi atau lebih bayar, pembetulan disampaikan
paling lama 2 tahun sebelum daluwarsa penetapan.
KUP: Pasal 8 ayat (1a).
3) Walaupun Direktur Jendral Pajak telah melakukan
pemeriksaan dengan syarat Direktur Jemdral Pajak
belum menerbitkan Surat Ketetapan Pajak, Wajib
Pajak dengan kesadaran sendiri dapat
mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang
telah disampaikan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya, yang mengakibatkan:
14
a) Pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi
lebih besar atau lebih kecil,
b) Rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi
lebih kecil atau besar,
c) Jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih
kecil
d) Jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih
kecil. KUP: Pasal 8 ayat (4).
c. Hak Mengangsur Atau Menunda Pembayaran Pajak
1) Direktur Jendral Pajak atas permohonan Wajib
Pajak dapat memberikan persetujuan untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak,
termasuk kekurangan pembayaran sebagaimana diatur
pada ayat (2) paling lama 12 bulan, yang
pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan. KUP: Pasal 9 ayat
(4).
2) Apabila Wajib Pajak mengalami kesulitan
likuiditas atau mengalami keadaan diluar
kekuasaannya (force major), sehingga tidak dapat
memenuhi kewajiban pajaknya pada waktu yang telah
ditentukan, dapat mengajukan permohonan secara
tertulis untuk mengangsur atau menunda pembayaran
pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak,
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat
15
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,
Putusan Banding, kepada Direktur Jendral Pajak
dalam hal ini Kepala Kantor Pelayanan Pajak
tempat Wajib Pajak terdaftar dengan syarat:
a) Diajukan sebelum saat jatuh tempo pembayaran
hutang pajak berakhir, kecuali untuk force
major dapat diajukan setelah tanggal jatuh
tempo;
b) Menyatakan alas an-alasan penundaan
pembayaran;
c) Menyatakan jumlah pajak yang dimohonkan untuk
ditunda dan atau diangsur.
d. Hak Memohon Restitusi
Atas permohonan Wajib Pajak, kelebihan
pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasl 17,
Pasal 17B. Pasal 17C, atau Pasal 17D dikembalikan,
dengan ketentuan bahwa apabila ternyata Wajib Pajak
mempunyai hutang pajak, langsung diperhitungkan
untuk melunasi terlebih dahulu hutang pajak
tersebut. KUP: Pasal 11 ayat (1).
e. Hak Memohon Pembetulan Surat Tagihan Pajak/Surat
Ketetapan Pajak Yang Salah
Atas permohonan Wajib Pajak atau karena
jabatannya, Direktur Jendral Pajak dapat membetulkan
16
Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,
Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi,
Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi,
Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, Surat
Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak,
Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga, yang dalam
penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan
hitung, dan atau kekeliruan penerapan ketentuan
tertentu dalam peraturan peraturan perundang-
undangan perpajakan. KUP: Pasal 16 ayat (1).
f. Hak Mengajukan Keberatan
Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya
kepada Direktur Jendral Pajak atas sesuatu:
1) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
2) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
3) Surat Ketetapan Pajak Nihil
4) Surat Ketetapan Pajak Lebuh Bayar
5) Pemotongan atau Pemungutan oleh pihak ketiga
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakn. KUP: Pasal 25 ayat (1).
Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia dengan mengemukakan jumlah pajak
terutang, jumlah pajak yang dipotong atau dipungut,
atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak
17
dengan disertai alas an yang menjadi dasar
penghitungan. KUP: Pasal 25 ayat (2)
g. Hak Mengajukan Banding
1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding
hanya kepada Badan Peradilan Pajak atas Surat
Keputusan Keberatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 ayat (1). KUP: Pasal 27 ayat (1).
2) Permohonan banding tersebut diajukan secara
tertulis dalam bahasa Indonesia, dengan alasan
yang jelas paling lama 3 bulan sejak Surat
Keputusan Keberatan diterima dan dilampiri dengan
salinan dari Surat Keputusan Keberatan yang
ditrbitkan. KUP: Pasal 27 ayat (3).
4. SURAT KETETAPAN PAJAK ( SKP )
Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang
meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat
Ketepan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan
Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
4.1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
a. Pengertian
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah
pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya
18
sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus
dibayar.
b. Fungsi SKPKB
1) Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang
terutang
2) Sebagai alat atau sarana untuk mengenakan
sanksi
3) Sebagai alat atau sarana untuk menagih pajak
c. Dasar Atau Sebab-Sebab Diterbitkannya SKPKB
1) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau
keterangan lain, pajak yang terutang tidak
atau kurang dibayar.
2) Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan
dalam jangka waktunya dan setelah ditegur
secara tertulis tidak disampaikan pada
waktunya sebagaimana ditentukan didalam surat
teguran. (SKPKB diterbitkan secara jabatan)
3) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya
dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak
seharusnya dikenakan tarif 0%
19
4) Apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 (tentang kewajiban pembukuan) dan
Pasal 29 (tentang kewajiban dalam pemeriksaan)
tidak dipenuhi, sehingga tidak dapat diketahui
besarnya pajak yang terutang. (SKPKB
diterbitkan secara jabatan)
d. Sanksi Berkenaan Dengan SKPKB
1) Apabila SKPKB diterbitkan berdasarkan hasil
pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang
terutang tidak atau kurang dibayar (angka
2) pada dasar/sebab terbitnya SKPKB), maka jumlah
kekurangan pajak yang terutang dalam SKPKB
ditambah dengan sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2% sebulan untuk selama-lamanya
24 bulan, dihitung sejak saat terutangnya
pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian
Tahun Pajak atau Tahun Pajak sampai dengan
diterbitkannya SKPKB.
3) Apabila SKPKB diterbitkan berdasarkan angka 2,
3 dan 4 (pada dasar/sebab diterbitkan SKPKB),
maka jumlah pajak dalam SKPKB ditambah dengan
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar:
a) 50% dari Pajak Penghasilan yang tidak atau
kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak.
20
b) 100% dari Pajak Penghasilan yang tidak atau
kurang dipotong, tidak atau kurang
dipungut, tidak atau kurang disetorkan, dan
dipotong atau dipungut tetapi tidak atau
kurang disetorkan.
c) 100% dari Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah yang tidak atau kurang dibayar
e. Jangka Waktu Penerbitan SKPKB
1) Dalam jangka waktu 10 tahun sesudah saat pajak
terutang, berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun
Pajak atau Tahun Pajak.
2) Setelah lewat jangka waktu 10 tahun sesudah
saat terutangnya pajak, berakhirnya masa
pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap
dapat diterbitkan dalam hal Wajib Pajak setelah
jangka waktu 10 tahun tersebut dipidana karena
melakukan tindak pidana di bidang perpajakan
berdasarkan putusan Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
4.2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT)
21
a. Pengertian
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah
surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan
atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
b. Fungsi SKPKBT
1) Sebagai alat untuk mengoreksi ketetapan pajak
sebelumnya
2) Sebagai alat atau sarana untuk menagih pajak
3) Sebagai alat atau sarana untuk mengenakan
sanksi
c. Dasar Penerbitan SKPKBT
1) Apabila ditemukan data baru dan atau data yang
semula belum terungkap yang mengakibatkan
penambahan jumlah pajak yang terutang.
2) Masih ditemukan lagi data yang semula belum
terungkap pada saat diterbitkannya Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan
atau data baru yang diketahui kemudian oleh
Direktur Jenderal Pajak
Data baru adalah data atau keterangan mengenai
segala sesuatu yang diperlukan untuk menghitung
besarnya jumlah pajak yang terutang yang oleh
Wajib Pajak belum diberitahukan pada waktu
penetapan semula, baik dalam Surat Pemberitahuan
dan lampiran-lampirannya maupun dalam pembukuan
22
perusahaan yang diserahkan pada waktu
pemeriksaan.
Data yang semula belum terungkap adalah data
atau keterangan lain mengenai segala sesuatu yang
diperlukan untuk menghitung besarnya jumlah pajak
yang terutang, yang:
1) Tidak diungkapkan oleh Wajib Pajak dalam Surat
Pemberitahuan beserta lampirannya (termasuk
laporan keuangan) dan atau
2) Pada waktu pemeriksaan untuk penetapan semula
Wajib Pajak tidak mengungkapkan data dan atau
memberikan keterangan lain secara benar,
lengkap,danterinci sehingga tidak
memungkinkan fiskus dapat menerapkan
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dengan benar dalam menghitung jumlah
pajak yang terutang.
4.3. SURAT KETETAPAN PAJAK LEBIH BAYAR (SKPLB)
a. Pengertian
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan
pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih
besar dari pada pajak yang terutang atau tidak
seharusnya terutang
b. Fungsi SKPLB
23
Sebagai sarana atau alat untuk mengembalikan
kelebihan pembayaran pajak yang telah dilakukan
oleh Wajib Pajak
c. Dasar atau Sebab-Sebab Ditertibkannya SKPLB
1) Untuk Pajak Penghasilan, jumlah kredit pajak
lebih besar dari jumlah pajak yang terutang,
atau telah dilakukan pembayaran pajak yang
seharusnya tidak terutang.
2) Untuk Pajak Pertambahan Nilai, jumlah kredit
pajak lebih besar dari jumlah pajak atau telah
dilakukan pembayaran pajak yang tidak
seharusnya terutang. Apabila terdapat pajak
terutang yang dipungut oleh Pemungut Pajak
Pertambahan Nilai, maka yang dimaksud dengan
jumlah Pajak Yang terutang adalah jumlah Pajak
Keluaran setelah dikurangi pajak yang dipungut
oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut.
3) Untuk Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, jumlah
pajak yang dibayar lebih besar dari jumlah
pajak yang terutang atau telah dilakukan
pembayaran pajak yang tidak seharusnya
terutang.
d. Tata Cara Penerbitan SKPLB
24
1) Terjadi kelebihan pembayaran pajak setelah
dilakukan pemeriksaan terhadap SPT tanpa adanya
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak (restitusi), dengan ketentuan:
a) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan
atas Surat Pemberitahuan yang disampaikan
Wajib Pajak yang menyatakan Kurang Bayar,
Nihil, atau lebih bayar yang tidak disertai
dengan Permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak (permohonan restitusi).
b) Apabila Wajib Pajak setelah menerima SKPLB
dan menghendaki pengembalian kelebihan
pembayaran pajak (restitusi), akan
mengajukan permohonan secara tertulis.
2) Atas Permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak yang sesuai dengan perhitungan
yang terdapat di dalam SPT yang disampaikan
wajib pajak, dengan ketentuan:
a) Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan
pemeriksaan atas permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak selain permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari
Wajib Pajak dengan kriteria tertentu,
sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 17C UU
No. 16 Tahun 2000, harus menerbitkan surat
25
ketetapan pajak paling lambat 12 bulan sejak
surat permohonan diterima secara lengkap
dalam arti bahwa Surat Pemberitahuan telah
diisi lengkap, kecuali untuk kegiatan
tertentu ditetapkan lain dengan Keputusan
Direktur Jenderal Pajak.
b) Apabila setelah lewat jangka waktu 12 bulan
tersebut Direktur Jenderal Pajak tidak
memberi suatu keputusan, permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak
dianggap dikabulkan dan Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar harus diterbitkan dalam
waktu paling lambat 1 bulan setelah jangka
waktu tersebut berakhir.
c) Apabila Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
terlambat diterbitkan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam huruf b, maka
kepada Wajib Pajak diberikan imbalan bunga
sebesar 2% sebulan dihitung sejak
berakhirnya jangka waktu sebagaimana
dimaksud dalam huruf b sampai dengan saat
diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar.
4.4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
a. Pengertian
26
Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok
pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak
atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit
pajak.
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan
pemeriksaan, menerbitkan SKPN apabila jumlah
kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama
dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak
tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau
tidak ada pembayaran pajak.
b. Dasar Atau Sebab-Sebab Penerbitan SKPN
1) Untuk Pajak penghasilan, jumlah kredit pajak
sama dengan jumlah pajak yang terutang atau
tidak ada pajak terutang dan tidak ada kredit
pajak.
2) Untuk Pajak Pertambahan Nilai, jumlah kredit
pajak sama dengan jumlah pajak yang terutang,
atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit
pajak.
3) Apabila terdapat pajak terutang yang dipungut
oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai, maka
yang dimaksud dengan jumlah pajak yang terutang
adalah jumlah Pajak Keluaran setelah dikurangi
27
dengan pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak
Pertambahan Nilai tersebut.
4) Untuk Pajak Penjualan Atas Barang Mewah,
jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah
pajak yang terutang atau pajak tidak terutang
dan tidak ada pembayaran pajak.
5. SURAT TAGIHAN PAJAK (STP)
a. Pengertian
Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat untuk
melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi
berupa bungan dan/atau denda.
b. Penerbitan STP
STP dikeluarkan apabila:
a. pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau
kurang dibayar;
b. dari hasil penelitian terdapat kekurangan
pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis
dan/atau salah hitung;
c. wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa
denda dan/atau bunga;
d. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak,tetapi tidak membuat faktur pajak atau
membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu;
e. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak yang tidakmengisi faktur pajak secara
28
lengkap (selain: identitas pembeli, nama dan
tandatangan);
f. pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak
tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak;
atau
g. pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan
telah diberikan pengembalian Pajak Masukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6a)
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya.
c. Fungsi STP
a. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang
menurut SPT Wajib Pajak.
b. Sarana mengenakansanksi administrasi berupa bunga
atau denda.
c. Alat untuk menagih pajak.
d. Sanksi Administrasi STP
a. Jumlah kekurangan pajak yang terutang (poin 2a
dan 2b) ditambah dengan sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) perbulan
untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan,
dihitung sejak saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Mas Pajak, bagian Tahun Pajak, atau
29
Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat
Tagihan Pajak.
b. Terhadap pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak
(poin 2d, 2e, atau 2f), selain wajib menyetor
pajak yang terutang, dikenai sanksi administrasi
berupa denda sebesar 2% (dua persen) dari Dasar
Pengenaan Pajak.
c. Terhadap Pengusaha Kena Pajak (poin 2g) dikenai
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
(duapersen) per bulan dari jumlah pajak yang
ditagih kembali, dihitung dari tanggal penerbitan
Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran
Pajak sampai dengan tanggal penerbitan Surat
Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung
penuh 1 (satu) bulan.
e. Kekuatan Hukum STP
STP (surat tagihan pajak) mempunyaikekuatan hukum yang
sama dengan surat ketetapan pajak, sehingga dalam hal
penagihannya dapat juga dilakukan dengan Surat Paksa.
6. SANKSI PERPAJAKAN
Dalam undang-undang perpajakan dikenal dua macam
sanksi, yaitu Sanksi Administrasi dan Sanksi Pidana.
Ancaman terhadap pelangaran suatu norma perpajakan ada
yang diancam dengan sanksi administrasi saja, ada yang
30
diancam dengan sanksi pidana saja, dan ada pula yang
diancam dengan sanksi administrasi dan pidana.
Perbedaan di antara keduanya terletak pada
konsekuensinya. Pada sanksi administrasi, konsekuensi
nya adalah pembayaran kerugian kepada negara berupa
bunga dan kenaikan, sedangkan pada sanksi pidana,
konsekuensinya adalah siksaan atau penderitaan.
Berikut akan kami paparkan lebih jelas mengenai
konsekuensi dari sanksi administrasi dan sanksi pidana.
a. Sanksi Administrasi
1) Denda
Sanksi denda adalah jenis sanksi yang paling banyak
ditemukan dalam UU Perpajakan. Terkait besarannya,
denda dapat ditetapkan sebesar jumlah tertentu,
presentasi dari jumlah tertentu, atau suatu angka
perkalian dari jumlah tertentu.
Pada sejumlah pelanggaran, sanksi denda ini akan
ditambahkan dengan sanksi pidana. Pelanggaran yang
dikenai sanksi pidana ini adalah pelanggaran yang
sifatnya alpa atau disengaja. Untuk mengetahui lebih
lanjut, dalam tabel berikut dimuat hal-hal yang
dapat menyebabkan sanksi administrasi berupa denda,
bentuk pengenaan denda, dan besarnya denda.
No Masalah Cara Membayar/menagih
1. Tidak / terlambat
memasukkan / menyampaikan
STP ditambah Rp 100.000,-
atau Rp 500.000,- atau Rp
31
SPT. 1.000.000,- 2. Pembetulan sendiri, SPT
tahunan atau SPT masa tetapi
belum di sidik.
SSP ditambah 15%
3. Khusus PPN:
a. Tidak melaporkan usaha
b. Tidak membuat / mengisi
faktur
c. Melanggar larangan
membuat Faktur (PKP yang
tidak dikukuhkan)
SSP/SPKPB ditambah 2%
denda dari dasar pengenaan
4. Khusus PBB:
a. STP, SKPKB tidak / kurang
dibayar atau terlambat
dibayar
b. Dilakukan pemeriksaan,
pajak kurang dibayar
STP + denda 2% (maksimum
24 bulan).
SKPKB + denda administrasi
dari selisih pajak yang
terutang
2) Bunga 2% per bulan
Sanksi administrasi berupa bunga dapat dibagi
menjadi bunga pembayaran, bunga penagihan dan bunga
ketetapan.
Bunga pembayaran adalah bunga karena melakukan
pembayaran pajak tidak pada waktunya, dan pembayaran
pajak tersebut dilakukan sendiri tanpa adanya surat
tagihan berupa STP, SKPKB dan SKPKBT. Dengan
demikian bunga pembayaran umumnya dibayar dengan
menggunakan SSP, yaitu meliputi antara lain:
32
a) Bunga karena pembetulan STP.
b) Bunga karena angsuran / penundaan pembayaran.
c) Bunga karena terlambat membayar.
d) Bunga karena ada selisih antara pajak yang
sebenarnya terutag dan pajak sementara.
Bunga penagihan adalah bunga karena pembayaran pajak
yang ditagih dengan surat tagihan berupa STP, SKPKB,
SKPKBT tidak dilakukan dalam batas waktu pembayaran.
Bunga penagihan umumnya ditagih dengan STP (lihat
pasal 19 ayat 1 KUP).
33
Bunga ketetapan adalah bunga yang dimasukkan dalam
surat ketetapan pajak tambahan pokok pajak. Bunga
ketetapan dikenakan maksimum 24 bulan. Bunga ketetapan
umumnya ditagih dengan SKPKB (lihat pasal 13 ayat 2
KUP).
c. Kenaikan
Jika melihat bentuknya, bisa jadi sanksi
administrasi berupa kenaikan adalah sanksi yang
No Masalah Cara Membayar/menagih
1. Pembetulan sendiri SPT
(tahunan atau masa) tetapi
belum diperiksa.
SSP/STP
2. Dari penelitian rutin:
PPh pasal 25 tidak/kurang
dibayar.
PPh pasal 21, 22, 23, dan 26
serta PPn yang terlambat
bayar.
SKPKB, STP, SKPKBT
tidak/kurang dibayar atau
terlambat dibayar.
SPT salah tulis/hitung.
SSP/STP
SSP/STP
SSP/STP
SSP/STP
3. Dilakukan pemeriksaan, pajak
kurang dibayar (maksimum 24
bulan).
SSP/SPKB
4. Pajak diangsur/ditunda;
SKPKB, SKKPP, STP.
SSP/STP
5. SPT tahunan PPh ditunda,
pajak kurang dibayar.
SSP/STP
34
paling ditakuti oleh Wajib Pajak. Hal ini karena
bila dikenakan sanksi tersebut, jumlah pajak yang
harus dibayar bisa menjadi berlipat ganda. Sanksi
berupa kenaikan pada dasarnya dihitung dengan angka
persentase tertentu dari jumlah pajak yang tidak
kurang dibayar.
Jika dilihat dari penyebabnya, sanksi kenaikan
biasanya dikenakan karena Wajib Pajak tidak
memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam
menghitung jumlah pajak terutang.
No Masalah Cara Membayar/menagih
1. Dikeluarkan SKPKB dengan
penghitungan secara jabatan:
a. Tidak memasukkan SPT:
(a) SPT tahunan (PPh 29)
(b) SPT tahunan (PPh 21, 23,
26 dan PPN)
b. Tidak menyelenggarakan
pembukuan sebagaimana
dimaksud dalam dalam Pasal 28
KUP
c. Tidak memperlihatkan
buku/dokumen, tidak memberi
keterangan, tidak mem-beri
bantuan guna kelancaran
pemerik-saan, sebagaimana
dimaksud dalam pasal 29
SKPKB ditambah kenaikan
50%
SKPKB ditambah kenaikan
100%
SKPKB
50% PPh pasal 29
100% PPh pasal 21, 23, 26,
dan PPN
SKPKB
50% PPh pasal 29
100% PPh pasal 21, 23, 26,
35
dan PPN. 2. Dikeluarkan SKPKBT karena:
ditemukan data baru, data
semula yg belum terungkap
setelah dikeluarkan SKPKB.
SKPKBT 100%
3. Khusus PPN:
Dikeluarkan SKPKB karena
pemerik-saan, dimana PKP
tidak seharusnya
mengompensasi selisih lebih,
meng-hitung tariff 0% diberi
restitusi pajak.
SKPKB 100%
b. Sanksi Pidana
Menurut ketentuan dalam undang-undang perpajakan,
ada 3 macam sanksi pidana, yaitu: denda pidana,
kurungan, dan penjara.
1) Denda pidana
Sanksi berupa denda pidana dikenakan kepada Wajib
Pajak dan diancamkan juga kepada pejabat pajak
atau pihak ketiga yang melanggar norma. Denda
pidana dikenakan kepada tindak pidana yang
bersifat pelanggaran maupun bersifat kejahatan.
2) Pidana kurungan
Pidana kurungan hanya diancamkan kepada tindak
pidana yang bersifat pelanggaran. Dapat ditujukan
kepada Wajib Pajak, dan pihak ketiga. Karena
pidana kurungan diancamkan kepada si pelanggar
36
norma itu ketentuannya sama dengan yang diancamkan
dengan denda pidana, maka masalahnya hanya
ketentuan mengenai denda pidana sekiat itu diganti
dengan pidana kurunga selama-lamanya sekian.
3) Pidana penjara
Pidana penjara seperti halnya pidana kurungan,
merupakan hukuman perampasan kemerdekaan. Pidana
penjara diancamkan terhadap kejahatan. Ancaman
pidana penjara tidak ada yang ditujukan kepada
pihak ketiga, adanya kepada pejabat dan kepada
Wajib Pajak.
Ketentuan mengenai sanksi pidana di bidang
perpajakan diatur/ditetapkan dalam UU No.6 Tahun
1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU
No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan dan UU No.12 Tahun 1985 sebagai-mana