BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini tidak hanya ilmu pengetahuan dan tehnologi saja yang berkembang, namun juga berbagai macam penyakit. Tidak hanya penyakit yang disebabkan oleh infeksi tetapi juga penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Gangguan saluran pernafasan merupakan salah satu penyakit yang sering di dengar, namun sebagian tidak mengetahui banyak mengenai sebab, akibat, dan asuhan yang harus dilakukan supaya tidak menjadi penyakit yang membahayakan. Atelektasis, efusi pleura dan edema paru merupakan jenis penyakit yang menyerang saluran pernafasan.ketiga penyakit tersebut disebabkan adanya kelebihan cairan. Pada atelektasis terjadi pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara ( bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal. Pada efusi pleura terjadi akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura, cairan tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi paru. Dan pada edema paru terjadi penimbunan cairan secara berlebihan di antara sel-sel tubuh atau di dalam berbagai rongga tubuh. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi ini tidak hanya ilmu pengetahuan dan tehnologi saja
yang berkembang, namun juga berbagai macam penyakit. Tidak hanya
penyakit yang disebabkan oleh infeksi tetapi juga penyakit yang disebabkan
oleh bakteri.
Gangguan saluran pernafasan merupakan salah satu penyakit yang sering
di dengar, namun sebagian tidak mengetahui banyak mengenai sebab, akibat,
dan asuhan yang harus dilakukan supaya tidak menjadi penyakit yang
membahayakan.
Atelektasis, efusi pleura dan edema paru merupakan jenis penyakit
yang menyerang saluran pernafasan.ketiga penyakit tersebut disebabkan
adanya kelebihan cairan. Pada atelektasis terjadi pengkerutan sebagian atau
seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara ( bronkus maupun
bronkiolus ) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal. Pada efusi pleura
terjadi akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura, cairan tersebut
mengisi ruangan yang mengelilingi paru. Dan pada edema paru terjadi
penimbunan cairan secara berlebihan di antara sel-sel tubuh atau di dalam
berbagai rongga tubuh.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem pernapasan?
2. Apa pengertian dari atelektasis dan bagaimana proses keperawatannya?
3. Apa pengertian dari efusi pleura dan bagaimana proses keperawatannya?
4. Apa pengertian dari edema paru dan bagaimana proses keperawatannya?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem pernapasan.
2. Mengetahui pengertian dari atelektasis dan proses keperawatannya.
1
3. Mengetahui pengertian dari efusi pleura dan proses keperawatannya.
4. Mengetahui pengertian dari edema paru dan proses keperawatannya.
1.4 Manfaat
Penulis berharap dengan adanya makalah ini teman-teman bisa lebih
tahu dan waspada tentang atelektasis, efusi pleura, dan edema paru.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi
Gambar 1,
Anatomi Sistem Pernafasan
(Mayo, 2008)
Sistem pernapasan manusia terdiri dari hidung, pangkal tenggorokan,
batang tenggorokan, dan paru-paru.
1. Hidung
Hidung merupakan alat pertama yang dilalui udara dari luar. Di dalam
rongga hidung terdapat rambut dan selaput lendir. Rambut dan selaput
lendir berguna untuk menyaring udara, mengatur suhu udara yang masuk
agar sesuai dengan suhu tubuh, dan mengatur kelembapan udara.
2. Pangkal Tenggorokan (Laring)
Setelah melewati hidung, udara masuk ke pangkal tenggorokan (laring)
melalui faring. Faring adalah hulu kerongkongan. Faring merupakan
persimpangan antara rongga mulut ke kerongkongan dan rongga hidung ke
tenggorokan (laring) udara masuk ke batang tenggorokan (trakea).
Pada daerah tekak, yaitu di langit-langit mulut bagian belakang terdapat
anak tekak. Pada pangkal tenggorokan (laring) terdapat katup yang disebut
epiglottis. Ketika kita bernapas, epiglottis terbuka dan anak tekak melipat
ke bawah bertemu epiglottis. Udara akan masuk melalui melalui pangkal
tenggorokan. Ketika kita menelan, epiglottis menutup pangkal tenggorokan
3
dan makanan akan masuk ke kerongkongan (esofagus). Tetapi jika kita
menelan dan epiglottis belum menutup, makanan dan minuman akan masuk
ke tenggorokan dan akan tersedak.
Pangkal tenggorokan (laring) terdiri atas keeping tulang rawan yang
membentuk jakun. Jakun tersusun atas tulang lidah, katup tulang rawan,
perisai tulang rawan, piala tulang rawan, dan gelang tulang rawan. Pada
pangkal tenggorokan terdapat selaput suara. Selaput suara akan bergetar
bila terhembus udara dari paru-paru.
3. Batang Tenggorokan (Trakea)
Batang tenggorokan terletak di daerah leher, di depan kerongkongan.
Batang tenggorokan merupakan pipa yang terdiri dari gelang-gelang tulang
rawan. Panjang batang tenggorokan sekitar 10 cm. Dinding dalamnya
dilapisi selaput lendir yang sel-selnya berambut getar. Rambut-rambut getar
berfungsi untuk menolak debu dan benda asing yang bersama udara. Akibat
tolakan secara paksa tersebut kita akan batuk atau bersin.
4. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)
Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus
sebelah kiri dan sebelah kanan. Kedua bronkus menuju ke paru-paru. Di
dalam paru-paru, bronkus bercabang menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah
kanan bercabang menjadi 3 bronkiolus, sedangkan sebelah kiri bercabang
menjadi dua bronkiolus. Cabang-cabang yang paling kecil masuk ke dalam
gelembung paru-paru atau alveolus. Dinding alveolus mengandung kapiler
darah. Melalui kapiler-kapiler darah di alveolus inilah oksigen dari udara di
ruang alveolus akan berdifusi ke dalam darah.
5. Paru-paru
Paru-paru terletak di rongga dada di atas sekat diafragma. Diafragma
adalah sekat rongga badan, yang membatasi rongga dada dan rongga perut.
4
Paru-paru terdiri dari dua bagian, yaitu paru-paru kiri dan kanan. Paru-
paru kanan memiliki tiga gelambir sedangkan paru-paru kiri memiliki dua
gelambir. Paru-paru dibungkus oleh selaput paru-paru yang disebut pleura.
Selaput paru-paru terdiri dari dua lapis. Selaput paru-paru membungkus
alveolus-alveolus. Jumlah alveolus kurang lebih 300 juta buah. Luas
permukaan seluruh alveolus diperkirakan 100 kali dari luas permukaan
tubuh manusia.
Volume udara di dalam paru-paru orang dewasa lebih kurang 5 liter.
Kemampuan paru-paru menampung udara diebut dengan daya tampung
paru-paru atau kapasitas paru-paru. Volume udara yang dipernapaskan oleh
tubuh tergantung besar kecilnya paru-paru, kekuatan bernapas, dan cara
bernapas. Pada pernapasan biasa orang dewasa udara yang keluar dan
masuk paru-paru sebanyak 0,5 liter. Udara sebanyak ini disebut udara
pernapasan atau udara tidal.
Apabila kalian menarik napas sedalam-dalamnya dan menghembuskan
napas sekuat-kuatnya, volume yang dan ke luar lebih kurang sebanyak 3,5-
4 liter. Volume udara ini disebut kapasitas vital paru-paru. Sebanyak 1-1,5
liter udara tetap tinggal di paru-paru walaupun kita telah menghembuskan
napas sekuat-kuatnya. Volume udara ini disebut udara residu.
PROSES PERNAPASAN
Paru-paru manusia berada di dalam rongga dada. Rongga dada dipisahkan
dari rongga perut oleh sekat diafragma. Rongga dada dilindungi oleh tulang
rusuk dan tulang dada.
Proses pernapasan terdiri dari dua kegiatan, yaitu menghirup udara atau
menarik napas dan menghembuskan udara atau mengeluarkan napas.
Menghirup udara disebut inspirasi dan menghembuskan udara disebut
ekspirasi.
Proses fisiologis respirasi di mana oksigen dipindahkan dari udara ke
dalam jaringan-jaringan, dan karbon dioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi
dapat dibagi menjadi tiga stadium.
1. Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke
dalam dan ke luar paru-paru.
5
2. Stadium ke dua, transportasi, yang terdiri dari beberapa aspek:
a) Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna)
dan antara darah sistemik dan sel sel jaringan;
b) Distribusi darah dalam sirkulasi pulmoner dan penyesuaiannya dengan
distribusi udara dalam alveolus-alveolus; dan
c) Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbon dioksida dengan darah.
3. Respirasi sel atau respirasi interna merupakan stadium akhir dari respirasi.
Selama respirasi ini metabolit dioksidasi untuk mendapatkan energi, dan
karbon dioksida terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan
dikeluarkan oleh paru paru.
Berdasarkan bagian tubuh yang mengatur kembang kempisnya paru-paru,
pernapasan dapat dibedakan menjadi pernapasan dada (pernapasan tulang
rusuk) dan pernapasan perut (pernapasan diafragma).
1. Pernapasan Dada
Pernapasan dada terjadi karena gerakan otot-otot antar tulang rusuk. Bila
volume rongga dada membesar, sehingga tekanan rongga dada turun dan
paru-paru mengembang. Pada saat paru-paru mengembang, tekanan udara
di dalam paru-paru lebih rendah daripada tekanan udara di atsmosfer.
Akibatnya udara mengalir dari luar kedalam paru-paru (inspirasi).
Sebaliknya, ketika otot-otot antartulang rusuk relaksasi, tulang rusuk turun.
Akibatnya rongga dada menyempit dan tekanan udara di dalamnya naik.
Keadaan ini membuat paru-paru mengempis. Karena paru-paru mengempis,
tekanan udara di dalam paru-paru lebih tinggi daripada tekanan atsmosfer,
sehingga udara keluar (ekspirasi).
2. Pernapasan Perut
6
Pernapasan perut terjadi akibat gerkan diafragma. Jika otot diafragma
berkontraksi, diafragma yang semula cembung ke atas bergerak turun
menjadi agak rata. Akibatnya rongga dada membesar dan paru-paru
mengembang sehingga perut menggembung, tekanan udara di dalam paru-
paru turun dan udara dari luar masuk ke dalam paru-paru (inspirasi).
Ketika otot diafragma relaksasi, diafragma kembali ke keadaan semula
(cembung). Akibatnya rongga dada menyempit. Pada saat semikian paru-
paru mengempis dan mendorong udara keluar dari paru-paru (ekspirasi).
Pernapasan perut terjadi terutama pada saat tidur.
2.2 Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara ( bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
2.3 Efusi pleura
Efusi pleura adalah keadaan di mana terjadi akumulasi cairan yang
abnormal dalam rongga pleura
2.4 Edema paru
Edema adalah penimbunan cairan secara berlebihan di antara sel-sel
tubuh atau di dalam berbagai rongga tubuh.
7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Atelektasis
2.1.1 Pengertian
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara ( bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
8
2.1.2 Patofisiologi
Atelektasis dibagi menjadi dua jenis,yaitu :
1. Atelektasis Bawaan (Neonatorum)
Atelektasis bawaan adalah atelektasis yang terjadi sejak lahir, di mana
paru – paru tidak dapat berkembang sempurna. Terjadi pada bayi
(aterm/prematur) yang dilahirkan dalam kondisi telah meninggal (still
born) atau lahir dalam keadaan hidup lalu bertahan hanya beberapa hari
dengan pernafasan buruk. Paru – paru tampak padat, kempis dan tidak
berisi udara.
Atelektasis Resorbsi yaitu kondisi bayi yang mampu bernafas
dengan baik, tetapi terjadi hambatan pada jalan nafas yang mengakibatkan
udara dalam alveolus diserap sehingga alveolus mengempis kembali
(timbul pada penyakit membrane hyaline).
2. Atelektasis Didapat
a. Atelektasis Obstruksi
Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah bronkus.
Penyumbatan juga bisa terjadi pada saluran pernafasan yang lebih kecil.
9
Penyumbatan bisa disebabkan oleh adanya gumpalan lendir, tumor atau
benda asing yang terhisap ke dalam bronkus. Atau bronkus bisa tersumbat
oleh sesuatu yang menekan dari luar, seperti tumor atau pembesaran
kelenjar getah bening. Jika saluran pernafasan tersumbat, udara di dalam
alveoli akan terserap ke dalam aliran darah sehingga alveoli akan menciut
dan memadat. Jaringan paru-paru yang mengkerut biasanya terisi dengan
sel darah, serum, lendir, dan kemudian akan mengalami infeksi.
Atelektasis Obstruksi dapat terjadi pada pasien dengan :
1. Asma bronchial
2. Bronkhitis kronis
3. Bronkhiektasis
4. Aspirasi benda asing
5. Pasca bedah
6. Aspirasi darah beku
7. Neoplasma bronchus
Kondisi lain yang dapat menyebabkan atelektasis obstruksi antara lain : usia
(sudah tua atau usia anak – anak) dan kondisi tubuh dengan kesadaran
menurun (pengaruh anestesi) yang mengakibatkan kelemahan otot – otot
nafas sehingga tidak dapat mengeluarkan sumbatan pada jalan nafas.
Gejala klinis : dispnea, sianosis dan kolaps, bagian dada yang atelektasis
tidak bergerak, dan pernafasan terdorong ke arah yang sakit. Pada
pemeriksaan foto thorax didapatkan bayangan padat serta diafragma
menonjol ke atas.
10
3. Non-obstruktif :
- pasif → pneumothorax, operasi
- cicatrix → perlekatan-perlekatan
- adhesive → RDS (Respiratory Distress Syndrome)
Pneumonitis radiasi, pneumonia, uremia.
kompresi → Pneumothorax, pleural effusion, tumor
2.1.3 Pembagian Atelektasis
Menurut luasnya atelektasis dibagi :
1. Massive atelectase, mengenai satu paru
2. Satu lobus, percabangan main bronchus
Gambaran khas yaitu inverted S sign → tumor ganas bronkus dengan
atelectase lobus superior paru.
3. Satu segmen → segmental atelectase
4. Platelike atelectase, berbentuk garis
Misal : Fleischner line → oleh tumor paru
Bisa juga terjadi pada basal paru → post operatif
2.1.4 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan
fisik. Rontgen dada akan menunjukkan adanya daerah bebas udara di paru-
paru. Untuk menentukan penyebab terjadinya penyumbatan mungkin perlu
dilakukan pemeriksaan CT - scan atau bronkoskopi serat optik. (3)
Kolaps dapat didiagnosa dengan adanya :
a. Peningkatan densitas dan menggerombolnya pembuluh darah paru
b. Perubahan letak hilus atau fisura ( keatas atau ke bawah ). Pada keadaan
normal letak hilus kanan lebih rendah dari hilus kiri
c. Pergeseran trakea, mediastinum atau fisura interlobaris ke arah bagian
paru yang kolaps
d. Sisa paru bisa amat berkembang ( over-expanded ) dan demikian menjadi
hipertranslusen
Kelainan-kelainan radiologik
11
Bilamana seluruh paru-paru mengempis, akan ada suatu bayangan
homogen pada belah itu, dengan jantung dan trakhea beranjak ke jurusan itu
dan diafragma terangkat. Bilamana hanya satu lobus yang atelaktasis
disebabkan oleh penyumbatan bronkhial, mungkin kelihatan dua kelainan
yang karakteristik. Kelainan pertama adalah suatu bayangan yang homogen
daripada lobus yang kempis itu sendiri, yang akan menempati ruangan yang
lebih kecil daripada bilamana ia berkembang sama sekali.
Suatu lobus kanan atas yang kempis akan kelihatan sebagai suatu
daerah yang opak pada puncak, dengan batas tegas yang bersifat konkaf di
bawahnya di dekat klavikula yaitu yang diakibatkan oleh fisura horizontalis
yang terangkat.
Lobus kiri atas bilamana kempis biasanya mencakup lingula, dan
bayangan yang diakibatkannya adalah lebih tidak tegas tanpa batas bawah
yang tegas. Akan tetapi pada proyeksi lateral akan kelihatan suatu bayangan
berbentuk lidah dengan puncaknya dekat diafragma; di sebelah anterior, ini
mungkin sampai kepada sternum, atau mungkin dipisahkan oleh suatu daerah
yang translusen yang disebabkan oleh paru-paru kanan yang menyelip
diantaranya dan sternum di sebelah posterior bayangan itu mempunyai batas
yang tegas dengan batas konkaf yang disebabkan oleh fisura besar yang
terdesak ke depan.
Suatu lobus tengah akan menyebabkan suatu bayangan yang sangat
tidak tegas pada proyeksi anterior, akan tetapi mungkin mengaburkan batas
daripada jantung kanan, pada proyeksi lateral ia akan kelihatan sebagai suatu
bayangan berbentuk pita yang membujur dari hilus ke angulus sterno-
diafragmatikus. Batas atasnya yang tegas dibentuk oleh fisura horizontalis
yang terdekat, sedangkan batas belakangnya yang konkaf oleh fisura mayor
yang terdesak ke depan.
Lobus bawah yang kempis menyebabkan suatu bayangan berbentuk
segitiga, dengan batas lateral yang tegas yang membujur ke bawah dan keluar
dari daerah hilus ke diafragma. Oleh karena ia biasanya terletak di belakang
bayangan jantung, ia hanya dapat dilihat bilamana radiograf adalah baik. Pada
proyeksi lateral bayangan mungkin kabur sekali, akan tetapi biasanya
12
kehadirannya memberikan tiga gambar vertebrae torakalis di sebelah bawah
akan kelihatan lebih berwarna abu-abu daripada hitam daripada vertebrae di
sebelah tengah bagian posterior daripada bayangan diafragma kiri akan tidak
dapat dilihat dan akhirnya, daerah vertebrae bawah di belakang bayangan
jantung akan kurang hitam daripada daerah translusen di belakang sternum.
Gejala-gejala yang karakteristik lainnya adalah konsekuensi daripada
bayangan-bayangan vaskuler menjadi kabur di dalam opasitas umum daripada
lobus yang tidak mengandung udara, sedangkan bayangan pembuluh-
pembuluh darah di dalam lobus yang lain adalah lebih memencar oleh karena
ia mengisi suatu volume yang lebih besar. Pembuluh-pembuluh darah hilus
pada sebelah yang terkena penyakit akan menunjukkan suatu konveksitas
lateral dan bukan suatu konkafitas seperti dalam keadaan normal pada tempat
dimana grup daripada lobus atas bertemu dengan arteria basalis di samping
itu, hilus akan menjadi lebih kecil daripada di sebelah yang lain, sedangkan
pembuluh-pembuluh darah paru-paru akan lebih memencar sehingga per unit
daerah akan kelihatan lebih sedikit daripada di sebelah yang lain (normal).
Hanya akan ada sedikit atau sama sekali tidak ada translusensi yang relatif,
oleh karena aliran kapiler bertambah besar, sedangkan pendesakan trakhea
atau peninggian diafragma biasanya sedikit dan jantung beralih hanya sedikit
ke jurusan lobus yang kempis yaitu pada kolaps daripada lobus bawah, atau
yang lebih sering sama sekali tidak pada kolaps daripada lobus atas.
Gambar - gambar Atelektasis
Kolaps Lobus Atas Kanan
13
Foto PA
Densitas uniform akibat lobus kanan yang kolaps dan mengkerut (panah).
Fisura interlobaris kanan bergeser ke atas ke arah mediastinum (panah lebar)
Hilus kanan terletak sama tinggi dengan hilus kiri, berarti letaknya meninggi.
Kolaps Lobus Medius Kanan
14
Foto Lateral
Lobus yang kolaps tidak terlihat. Ini akan membedakannya dengan pneumonia. Konsolidasi akan bisa dilihat dari kedua proyeksi tetapi kolaps mungkin hanya bisa dilihat dari satu proyeksi saja.
Foto PA
Terlihat densitas didekat jantung pada lapangan tengah dekat hilus. Bentuknya mirip segitiga. Bagian paru yang lain nampak bersih.
Kolaps Lobus Bawah Kanan
Kolaps Lobus Medius dan Lobus Bawah Kanan
15
Foto Lateral
Kolaps lobus medius selalu lebih jelas terlihat pada proyeksi lateral, terutama pada anak-anak. Terlihat densitas berbentuk segitiga dibagian depan, menunjukkan kolaps lobus medius (panah).
Foto PA
Hipertranslusen pada lobus kanan atas, terjadi karena adanya peningkatan volume sebagai kompensasi.
Lobus bawah kanan kolaps ke arah jantung dan mediastinum (panah) dan menghilangkan sinus cardiophrenicus. Batas lateralnya tegas. Hilus kanan “menghilang” karena pembuluh darah paru pindah ke arah jantung sebagai akibat kolaps paru.
Foto PA
Hipertranslusen lobus atas kanan (panah lebar).
Bila dibandingkan dengan kolaps lobus bawah kanan saja, densitas pada foto ini lebih luas dan batasnya kurang tegas.
Kolaps Lobus Bawah Kiri
16
Foto PA
Terlihat pergeseran ringan jantung dan mediastinum ke kiri.
Hilus kiri turun dibawah hilus kanan (panah).
Terlihat penurunan corakan vaskular pada bagian paru kiri yang over-expanded (panah lebar). Lobus bawah yang kolaps tidak terlihat pada foto yang kurang keras ini (bandingkan dengan foto “keras” dibawah ini).
Foto “keras” PA (Penderita yang sama)
Untuk mendapatkan hasil seperti ini, dipakai teknik dasar foto thorax PA tetapi mAs ditingkatkan 2 kali lipat.
Densitas berbentuk segitiga di belakang jantung adalah lobus bawah kiri yang kolaps (panah). Biasanya sulit untuk melihat lobus bawah yang kolaps pada foto lateral.
Kolaps Lobus Atas Kiri
17
Foto PA
Lobus atas kiri kolaps ke arah mediastinum (panah lebar).
Mediastinum sedikit bergeser kekiri : pada kiri pembuluh darah paru lebih tersebar dibandingkan pada sisi kanan, akibat adanya overinflasi pada sisa paru kiri sebagai kompensasi.
2.1.5 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan dahak dari paru-paru dan
kembali mengembangkan jaringan paru yang terkena.
Tindakan yang biasa dilakukan :
- Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena
kembali bisa mengembang
- Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur
lainnya
- Latihan menarik nafas dalam ( spirometri insentif )
- Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak
- Postural drainase
- Antibiotik diberikan untuk semua infeksi
- Pengobatan tumor atau keadaan lainnya
- Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang,
menyulitkan atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-
paru yang terkena mungkin perlu diangkat
18
Foto lateral
Lobus atas kiri yang kolaps sulit untuk diidentifikasikan karena kolapsnya ke arah mediastinum. Hanya terlihat tepi belakangnya saja (panah).
Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru
yang mengempis akan kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan
jaringan parut ataupun kerusakan lainnya.
2.1.6 Upaya Preventif
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya
atelektasis :
- Setelah menjalani pembedahan, penderita harus didorong untuk bernafas
dalam, batuk teratur dan kembali melakukan aktivitas secepat mungkin.
Meskipun perokok memiliki resiko lebih besar, tetapi resiko ini bisa
diturunkan dengan berhenti merokok dalam 6-8 minggu sebelum
pembedahan.
- Seseorang dengan kelainan dada atau keadaan neurologis yang
menyebabkan pernafasan dangkal dalam jangka lama, mungkin akan lebih
baik bila menggunakan alat bantu mekanis untuk membantu
pernafasannya. Mesin ini akan menghasilkan tekanan terus-menerus ke
paru-paru, sehingga meskipun pada akhir dari suatu pernafasan, saluran
pernafasan tidak dapat menciut.
2.2 EFUSI PLEURA
2.2.1 Pengertian
Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura,
cairan tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi paru. Cairan dalam
jumlah yang berlebihan dapat mengganggu pernapasan dengan membatasi
peregangan paru selama inhalasi.
2.2.2 Etiologi
Penyebab paling sering efusi pleura transudatif adalah karena penyakit
gagal jantung kiri, emboli paru, dan sirosis hepatis, sedangkan penyebab
efusi pleura eksudatif disebabkan oleh pneumonia bakteri, keganasan (ca
paru, ca mamma, dan lymphoma merupakan 75 % penyebab efusi pleura
oleh karena kanker), infeksi virus.
Tuberkulosis paru merupakan penyebab paling sering dari efusi
pleura di negara berkembang termasuk Indonesia. Selain TBC, keadaan
19
lain juga menyebabkan efusi pleura seperti pada penyakit autoimun
systemic lupus erythematosus (SLE), perdarahan (sering akibat trauma).
Efusi pleura jarang pada keadaan ruptur esofagus, penyakit pankreas,
anses intraabdomen, rheumatoid arthritis, sindroma Meig (ascites, dan
efusi pleura karena adanya tumor ovarium).
2.2.3 Patogenesis
Timbulnya efusi pleura dapat disebabkan oleh kondisi – kondisi :
1. Gangguan pada reabsorbsi cairan pleura (misalnya karena adanya
tumor)
2. Peningkatan produksi cairan pleura (misalnya akibat infeksi pada
pleura)
Secara patologis, efusi pleura disebabkan oleh keadaan – keadaan :
1. Meningkatnya tekanan hidrostatik (misalnya akibat gagal jantung)