BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Urolithiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam sistem urinarius. Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) ditraktus urinarius. Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat sedangkan nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis renal. Batu ginjal merupakan batu saluran kemih, sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Urolithiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam sistem urinarius.
Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) ditraktus urinarius. Batu
terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti
kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat sedangkan
nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis renal.
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih, sudah dikenal sejak zaman
Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih
mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih
mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini
mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian
bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya
stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu
uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian
berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis
serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling
sering terjadi..
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan
dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih,
dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap
(idiopatik).Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan urolithiasis dan nefrolitiasis?
2. Apa klasifikasi dari urolithiasis dan nefrolitiasis?
3. Apa penyebab terjadinya urolithiasis dan nefrolitiasis?
1
4. Bagaimana patofisiologi urolithiasis dan nefrolitiasis?
5. Apa manifestasi klinis dari urolithiasis dan nefrolitiasis?
6. Apa komplikasi pada urolithiasis dan nefrolitiasis?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan terhadap pasien
urolithiasis dan nefrolitiasis?
8. Apa saja tindakan dan pencegahan yang harus dilakukan dari
urolithiasis dan nefrolitiasis?
9. Apa prognosis dari urolithiasis dan nefrolitiasis?
10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien urolithiasis dan
nefrolitiasis?
C. Tujuan Penulisan
Setelah mendapatkan bahan pembelajaraan asuhan keperawatan pada
klien urolithiasis, mahasiswa dapat :
1. Mengetahui definisi urolithiasis dan nefrolitiasis.
2. Mengetahui klasifikasi dari urolithiasis dan nefrolitiasis.
3. Mengetahui etiologi urolithiasis dan nefrolitiasis.
4. Memahami patofisiologi urolithiasis dan nefrolitiasis.
5. Mengetahui manifestasi klinis dari urolithiasis dan nefrolitiasis.
6. Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi terhadap pasien
urolithiasis dan nefrolitiasis.
7. Memahami pemeriksaan penunjang urolithiasis dan nefrolitiasis.
8. Mengetahui tata cara penatalaksanaan dan pencegahan yang
dilakukan terhadap pasien urolithiasis dan nefrolitiasis.
9. Mengetahui prognosis dari urolithiasis dan nefrolitiasis.
10. Memahami dan mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien
urolithiasis dan
2
BAB II
PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Urolithiasis mengacu pada
adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius.
Batu terbentuk di traktus ketika
konsentrasi substansi tertentu seperti
kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan
asam urat meningkat. Selain itu juga
dapat terbentuk oleh defisiensi substansi
sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi lain
yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH urine dan
status cairan seseorang (batu cenderung terjadi pada pasien dehidrasi).
(Brunner&Suddarth's, 2002)
Batu dapat ditemukan di setiap bagian ginjal sampai ke kandung
kemih dan ukurannya bervariasi dari deposit granuler yang kecil, yang
disebut pasir atau kerikil, sampai batu sebesar kandung kemih yang
berwarna orange. (Brunner&Suddarth's, 2002)
Dapat disimpulkan, urolihtiasis adalah suatu keadaan penyakit
pembetukan batu (kalkuli) pada traktus urinarius yang dapat ditemukan
di setiap bagian ginjal hingga kandung kemih yang terjadi akibat
peningkatan kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat, defisiensi
substansi sitrat, perubahan pH urine dan status cairan yang kurang
sehingga menyebabkan terganggunya sistem perkemihan.
Nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis
renal, sedangkan urolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam
sistem urinarius. Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli)
ditraktus urinarius. Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika
3
konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium
fosfat, dan asam urat meningkat seperti yang telah dijelaskan diatas.
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal
batu-batu tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat
asam urat, kalium fosfat, struvit dan sistin). Ukuran batu tersebut
bervareasi dari yang granular (pasir dan krikil) sampai sebesar buah
jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara spontan, pria lebih
sering terkena penyakit ini dari pada wanita dan kekambuhan merupakan
hal yang mungkin terjadi.
Nefrolitiasis adalah Pembentukan deposit mineral yang
kebanyakan adalah kalsium oksalat dan kalsium phospat meskipun juga
yang lain urid acid dan kristal, juga membentuk kalkulus (batu ginjal).
2. Klasifikasi
Adapun menurut Muttaqini (2008), pembentukan batu saluran
kemih atau uretet dapat diklasifikasikan menjadi sebagai berikut:
a. Batu kalsium
Paling sering terjadi (90%), dalam bentuk kalsium oksalat
atau kalsium fosfat. Mulai dari ukuran pasir sampai memenuhi pelvis
renal (batu stoghorn). Hiperkalsiuria dapat disebabkan oleh beberapa
hal:
1) Kecepatan reabsorpsi tulang yang tinggi yang melepas
kalsium,seperti pada hiperparatiroid, immobilias, dan cushing
disease.
2) Absorpsi kalsium di perut dalam jumlah besar, seperti:
sarcoidosis atau milk-alkali sindrom.
3) Gangguan absorpsi tubulus ginjal.
4) Abnormalitas struktur traktur urinarius, seperti: sponge kidney.
4
b. Batu oksalat
Paling sering terjadi di daerah yang makanan utamanyasereal,
dan jarang terjadi di daerah peternakan. Meningkatnya oksalat
disebabkan oleh:
1) Hiperabsorpsi oksalat pada inflamasi bowel disease dan intake
tinggimakanan berbahan kecap.
2) Post ileal resection atau post operasi bypass usus kecil.
3) Overdosis vitamin C atau asam askorbat.
4) Malabsorpsi lemak, yang menyebabkan calcium binding dan
oksalat dilepas untuk diabsorpsi.
c. Batu struvit
Disebut juga triple fosfat: carbonat, magnesium, dan
ammonium fosfat. Pada urin tinggi ammonia karena infeksi oleh
bakteri yang mengandung enzim urease, seperti proteus,
pseudomonas, klebsiella, stapilococcus,yang memecah urea menjadi
2 molekul ammonia, sehingga pH urin menjadi alkali. Biasa
membentuk batu staghorn, sering membuat abses,dan sulit
dieliminasi karena batu mengelilingi bakteri sehingga terlindung dari
antibiotic.
d. Batu asam urat
Disebabkan karena peningkatan ekskresi asam urat, kurang
cairan,atau pH urin rendah. Orang dengan gout primer/sekunder
berisikomengalami batu asam urat
e. Batu sistin
Merupakan hasil dari gangguan metabolic asam amino
congenital dari gangguan autosom resesif, yang mengakibatkan
terbentuknya Kristalcistin di urin yang terutama terjadi pada anak-
anak dan remaja, sedangkan pada dewasa jarang terjadi.
f. Batu xantin
Berssifat herediter, akibat defisiensi xantin oksidase. Kristal
dipicu pada urin yang asam.
5
3. Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan
dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran
kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap
(idiopatik) Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai
faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik;
a. Faktor intrinsik, meliputi:
1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun karena
terjadinya penurunan kerja oragan sistem perkemihan
3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding
pasien wanita dapat dikatakan karena perbedaan aktivitas.
b. Faktor ekstrinsik, meliputi:
1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang
lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah
stone belt (sabuk batu)
2. Iklim dan temperatur
3. Tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit kering
dan pemasukan cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas
misalnya di daerah tropis, di ruang mesin menyebabkan banyak
keluar keringat, akan mengurangi produksi urin.
4. Asupan air
5. Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
6. Diet
7. Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya
batu saluran kemih. Kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi
kalsium seperti susu, keju, kacang polong, kacang tanah dan
coklat. Tinggi purin seperti : ikan, ayam, daging, jeroan. Tinggi
oksalat seperti : bayam, seledri, kopi, teh, dan vitamin D
8. Pekerjaan
6
9. Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life). Pekerjaan dengan
banyak duduk lebih memungkinkan terjadinya pembentukan batu
1. Membantu klien mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus. Nyeri panggul sering menyebar kepunggung, lipat paha, genitalia sehubungan dengan proksimitas saraf pleksus dan pembuluh darah yang menyuplai area lain. Nyeri tiba-tiba dan hebat dapat mencetuskan ketakutan,gelisah,ansietas berat.
2. Memberikan kesempatan untuk pemberian analgesi sesuai waktu (membantu dalam meningkatkan kemampuan koping pasien dan dapat menurunkan ansietas) dan mewaspadakan staf akan kemungkinan lewatnya batu/terjadi komplikasi.pennghentian tiba-tiba nyeri biasnya menunjukkan lewatnya batu.
3. Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot dan meningkatkan koping.
4. Mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot.
5. Hidrasi kuat meningkatkan lewatnya batu, mencegah statis urine, dan membantu mencegah pembentukan batu selanjutnya.
6. Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan perforasi dan ekstravasasi urine kedalam area perirenal. Ini membutuhkan
2) Perubahan Pola Eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi
kandung kemih oleh batu,iritasi ginjal dan ureteral, obstruksi
mekanik dan peradangan
Tujuan :
- Klien berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya
- Tidak mengalami tanda-tanda obstruksi
Intervensi Rasional
Mandiri1. Awasi pemasukan dan pengeluaran dan
karakteristik urine.
2. Tentukan pola berkemih normal pada pasien dan perhatikan variasi.
3. Dorong meningkatkan masukan cairan.
4. Periksa semua urine. Catat adanya batu
1. Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi,contoh infeksi dan perdarahan. Perdarahan dapat mengindikasikan peningkatan obstruksi atau iritasi ureter. Catatan : Perdarahan sehubungan dengan ulserasi ureter jarang.
2. Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf,yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera biasanya frekuensi dan urgensi meningkat bila kalkulus mendekati pertemuan uretrovesikal.
3. Peningkatan hidrasi membilas bakteri, darh dan debris dan dapat membantu lewatnya batu.
4. Penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe batu dan mempengaruhi pilihan terapi.
19
dan kirim ke laboratorium untuk analisa.5. Selidiki keluhan kandung kemih penuh;
Ammonium klorida : kalium atau natrium fosfat (salhepatika);
Agen antigout,contoh alopurinol (Ziloprim);
Antibiotik
Natrium bikarbonat;
Asam askorbat;
4. Pertahakan patensi kateter tak menetap (ureteral,uretral,atau nefrostomi) bila menggunakan.
5. Irigasi dengan asam atau larutan alkalin sesuai indikasi.
5. Retensi urine dapat terjadi, menyebabkan distensi jaringan(kandung kemih/ginjal) dan potensial risiko infeksi,gagal ginjal.
6. Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP.
1. Peningkatan BUN, kreatinin dan elektrolit mengindikasikan disfungsi ginjal.
2. Menentukan adanya ISK, yang penyebab/gejala komplikasi.
3. Pemberian obat dilakukan untuk: Meningkatkan pH urine
(alkalinitas)untuk menurunkan pembentukan batu asam.
Mungkin digunakan untuk mencegah statis urine dan menurunkan pembentukan batu kalsium bila tidak berhubungan dengan proses penyakit dasar seperti hipertiroidisme primer atau abnormalitas vitamin D.
Menurunkan pembentukan batu fosfat. Menurunkan produksi asam
urat/potensial pembentukan batu. Adanya ISK/alkalin urine potensial
pembentukan batu. Mengganti kehilangan yang tak dapat
teratasi selama pembuangan bikarbonat dan/atau alkalinisasi urine dapat menurunkan/mencegah pembentukan beberapa kalkuli.
Mengasamkan urine untuk mencegah berulangnya pembentukan batu alkalin.
4. Mungkin diperlukan untuk membantu aliran urine/mencegah retensi dan komplikasi. Catatan: selang mungkin terhambat oleh fragmenbatu.
5. Mengubah pH urine dapat membantu pelarutan batu dan mencegah pembentukan batu selanjutnya.
6. Kolaborasi ini dilakukan untuk: Kalkulus pada ureter distal dan tengah
mungkin digerakkan oleh sistoskop endoskopi dengan penangkapan batu
20
6. Siapkan pasien/bantu untuk prosedur endoskopi, contoh:
Prosedur basket Stens ureteral; Pielolitotomi terbuka atau perkutaneus,
Litotripsi gelombang syok ekstakorporeal (extracorporeal shockwave lithotripsi “ESWL”).
dalam kantung kateter. Kateter diposisikan diatas batu untuk
meningkatkan dilatasi uretra/lewatnya batu. Irigari kontinuatau intermiten dapat dilakukanuntuk membilas ureter dn mempertahankan pH urine.
Pembedahan mungkin perlu untuk membuang batu yang terlalu besar untuk melewati ureter.
Tindakan gelombang syok invasive untuk batu pelvik/kaliks ginjal atau ureter.
Prosedur non-invasif dimana batu ginjal dihancurkan dengaan syok,gelombang dari luar t ubuh.
3) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d
mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvis ginjal atau kolik
ureter, diuresis pasca obstruksi.
Tujuan :
- Mempertahankan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh
tanda-tanda vital stabil dan berat badan dalam rentang normal,
nadi perifer normal, membran mokusa lembab, turgor kulit
kembali dalam 2-3 detik.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Urolithiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam sistem urinarius.
Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) ditraktus urinarius. Batu
terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti
kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat sedangkan
nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis renal.
Batu dapat ditemukan di setiap bagian ginjal sampai ke kandung
kemih dan ukurannya bervariasi dari deposit granuler yang kecil, yang
disebut pasir atau kerikil, sampai batu sebesar kandung kemih yang berwarna
orange.
Penderita urolithiasis dan nefrolitiasis biasanya datang ke pelayanan
kesehatan dengan keluhan nyeri pada pinggang (kolik maupun bukan kolik).
Sehingga untuk memastikan dilakukan pemeriksaan penunjang untuk
memastikan diagnosa yang tepat. Dan melaksanakan penatalaksanaan yang
bertujuan untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah
kerusakan nefron, mengendalikan infeksi dan mengurangi obstruksi yang
terjadi.
B. Saran
Dalam hal urolithiasis dan nefrolitiasis bagi individu yang mempunyai
faktor penyebab pembentukan maka segeralah untuk melakukan pencegahan
seperti pola makan dan jenis-jenis makanan yang dibatasi. Namun pada
pasien yang sudah mengalami penyakit urolithiasis dan nefrolitiasis, maka
perawat dan tim tenaga kesehatan lain harus memperhatikan intervensi apa
yang tepat dan sesuai sehingga tidak terjadi komplikasi dan tujuan intervensi
dapat tercapai dengan baik. Untuk para mahasiswa sebaiknya menambah ilmu
dalam hal urolithiasis dan nefrolitiasis karena dalam makalah ini terdapat
keterbatasan referensi yang lengkap.
22
DAFTAR PUSTAKA
Alda, Gino. Asuhan Keperawatan Nefrolitiasi. 20 Desember 2012. http://m3ygi.blogspot.com/2012/12/asuhan-keperawatan-nefrolitiasis.html
Anonim. Urolithiasi (batu Saluran Kemih). 22 Mei 2014. http://www.scribd.com/doc/140623672/isi-askep-urolithiasis-docx
Brunner & Suddarth's. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 vol.2. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Muttaqin, A. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Penerbit Salemba Medika: Jakarta
HealthyEnthusiast. Urolithiasis. 4 Mei 2012. http://healthyenthusiast.com/urolithiasis.html
Ni Made Maria Sari. Asuhan Keperawatan Pada Penderita Urolithiasis. 21 Maret 2011. http://bkp2011.blogspot.com/2011/03/asuhan-keperawatan-pada-penderita.html
Salim, Agus. Askep Urolithiasis. 22 Mei 2012. http://agusvanveoten.blogspot.com/2012/05/askep-urolithiasis.html
Sarjunipadang, Ali. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Dengan Nefrolitiasis. 22 Mei 2014. http://alisarjunipadan.blogspot.com/2013/03/asuhan-keperawatan-medikal-bedah-dengan.html
Diposkanolehandizulkiplidi 19.10
23
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................2
BAB II PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar Penyakit...........................................................................................3
B. Konsep Asuhan Keperawatan...............................................................................15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................................22
B. Saran....................................................................................................................22