WANITA HAMIL DENGAN TUNGKAI BENGKAK KELOMPOK 3 03007053 Cunengsih S 03008163 Miria Noor Shintawati 03009263 Vania Paramitha W 03010003 Adelita Yuli Hapsari 03010033 Annisa Saraswati 03010053 Benanto 03010063 Chrisendy Hakim 03010073 Denia Mariella Chantika 03010083 Widya Ilmiaty Kamrul 03010093 Endah Wahyu Mentari 03010103 Fefi Oktavia 03010113 Geraldo Tadika Putra FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI Jakarta, 30 Januari 2013
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
WANITA HAMIL DENGAN TUNGKAI BENGKAK
KELOMPOK 3
03007053 Cunengsih S
03008163 Miria Noor Shintawati
03009263 Vania Paramitha W
03010003 Adelita Yuli Hapsari
03010033 Annisa Saraswati
03010053 Benanto
03010063 Chrisendy Hakim
03010073 Denia Mariella Chantika
03010083 Widya Ilmiaty Kamrul
03010093 Endah Wahyu Mentari
03010103 Fefi Oktavia
03010113 Geraldo Tadika Putra
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
Jakarta, 30 Januari 2013
BAB I
PENDAHULUAN
Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan dan disertai
proteinuria dan merupakan penyulit kehamilan yang akut,dapat terjadi ante, intra dan
postpartum . Preeklamsia terjadi pada 6% kehamilan terutama pada primigrivida dengan usia
kurang dari 20 tahun dan lebih dari 30 tahun dan merupakan 17,6% penyebab kematian
kehamilan di Amerika Serikat. Kasus pre-eklampsia terjadi pada 6-8% wanita hamil di
Indonesia Angka kejadian preeklamsia lebih tinggi pada Negara berkembang, factor genetic
juga berperan penting namun alasannya belum dapat dijelaskan, selain itu juga factor
keturunan dapat juga dipertimbangkan walaupun tidak dapat dijadikan patokan, sementara
studi lain menyatakan bahwa faktor paternal dan genetic maternal juga mempengaruhi.
BAB II
LAPORAN KASUS
Sesi 1
Ny. Susi 20 tahun datang kerumah sakit karena dirujuk oleh bidan dengan catatan tekanan
darah 150/90 mmHg dan kedua tungkai bengkak. Ia sedang mengandung anak
pertamanyadan selama ini memeriksakan kehamilannya ke bidan walaupun tidak teratur. Hari
pertama haid terakhir (HPHT) 1 Juni 2012 dengan siklus haid 32 hari.
Sesi 2
ANAMNESIS TAMBAHAN
Kehamilah pasien adalah yang pertama. Ia menikah sejak 1 tahun yang lalu, dan tidak pernh
melakukan pencegahan kehamilan dengan cara apapun.pendidikan terakhirnya adalah tamat
SMP. Pada awal kehamilan, pasien mengalami mual-mual. Kakinya mulai bengkak semenjak
2 minggu lalu, ia mulai merasakan sakit kepala yang tiddak hilanh-hilang dan disertai nyeri
ulu hati. Ia menyangkal adanya riwayat penyakit sistemik dan riwayat penyakit keluarga. Dan
sebelum mengalami keluhan ini, tidak ada trauma yang dialami.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan :
Status generalis
KU : compos mentis
TD : 150/90 mmHg
RR : 20x/mnt
Thorax : jantung dan paru dalam batas normal
Extremitas : edema tungkai ++/++
N : 92x/mnt, teratur
T : 37,20C
Status Obstetrikus
Fundus uteri 4 jari dibawah procesus xiphoideus, janin presentasi kepala, kepala beum asuk
PAP, punggung di kiri, denyut jantung jain (djj) 144x/mnt, HIS (-). Taksiran berat janin
2300g.
Laboratorium
- Hb dan Ht meningkat
- Urin : protein ++
BAB III
PEMBAHASAN
A. Identifikasi kasus
Ny. Susi usia 20 tahun dengan kehamilan pertama datang ke dokter dengan
keluhan hipertensi dan oedem tungkai. Dilihat dari umurnya pasien masih dalam masa
subur dimana bukan resiko tinggi dalam mengandung dan melahirkan. Riwayat
kehamilannya ia tidak pernah partus dan aborsi yang berarti ini merupakan kehamilan
pertamanya ( G1 P0 A0). Pasien mengatakan bahwa HPHT nya 1 Juni 2012 dengan
siklus menstruasi 32 hari. Dari info tersebut kita dapat mengambil kesimpulan
taksiran kelahiran pasien yaitu:
HPHT+ 9 Bulan + (Lama siklus haid - 21)
Juni + 9 bulan+ (32-21) = 12 Maret 2013.
Dan dari taksiran kelahiran kita bisa menghitung umur kehamilannya dihitung dari 16
Januari 2013 yaitu 32 minggu.
Tekanan darah pasien yang diketahui pada kasus yaitu 150/90 mmHg yang
menandakan pasien menderita hipertensi. Pada kehamilan normal terdapatnya HLA-G
(Human Leukocyte Antigen Protein G) yang berperan dalam modulasi respon imun
sehingga si ibu tidak menolak hasil konsepsi (plasenta). HLA-G membantu invasi
trofoblas kedalam lapisan otot arteri spiralis yang menimbulkan lapisan otot
berdegenerasi sehingga arteri spiralis vasodilatasi. Vasodilatasi tersebut menyebabkan
tekanan darah turun akibatnya aliran ke janin meningkat sehingga janin berkembang
dengan baik. Tapi pada hipertensi dalam kehamilan terjadi penurunan ekspresi HLA-
G sehingga tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas yang akhirnya arteri spiralis
vasokonstriksi terjadilah hipoksi dan iskemik plasenta. Kejadian tersebut akan
merangsang plasenta menghasilkan oksidan (radikal hydroxyl) yang sangat toksis
terhadap sel endotel pembuluh darah. Radikal hydroxyl akan merusak membran sel
yang mengandung asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Akibat sel
endotel terpapar peroksida lemak sehingga terjadi disfungsi endotel. Salah satu
akibatnya menurunnya produksi prostaglandin sebagai vasodilator yang kuat yang
menyebabkan pembuluh darah vasokonstriksi lalu terjadilah hipertensi.
Pada pasien ditemukan oedem pada tungkai. Oedem pada wanita hamil
khususnya pada kehamilan yang cukup tua bisa terjadi karena 2 hal yaitu fisiologis
dan patologis. Fisiologis dikarenakan usia kehamilan sudah cukup tua terjadi
pembesaran uterus sehingga vena terjepit, aliran darah susah dialirkan dari tungkai ke
jantung sehingga terjadilah oedem. Sedangkan yang patologis berhubungan dengan
hipertensi seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa adanya vasokonstriksi pembuluh
darah sehingga resistensi perifer meningkat aliran darah ke jantung menjadi terhambat
sehingga terjadi oedem pada tungkai.
B. Anamnesis tambahan
Anamnesis tambahan pada pasien ini antara lain :
Apakah ada riwayat kejang sebelumnya ?
Apakah ada riwayat hipertensi sebelumnya ?
Kapan mulai terasa bengkak pada tungkai ?
Bagaimana volume miksinya ?
Apakah ada riwayat penyakit ginjal ?
Apakah terdapat edema dibagian tubuh lain ?
Apakah ada sesak ?
Apakah ada peningkatan berat badan yang drastis ?
Apakah ada nyeri kepala dan gangguan penglihatan ?
Apakah ada nyeri epigastrium ?
C. Pemeriksaan fisik(1,2)
Parameter Hasil
Pemeriksaan
Nilai Normal Interpretasi
Keadaan
Umum
Kompos
mentis
Kompos
mentis
Tidak terjadi
gangguan
kesadaran
Tekanan
darah
150/90
mmHg
Optimal :
120/80 mmHg
Hipertensi
Respiration 20 x/menit 16 – 20x/menit NORMAL
rate
Suhu 37,2oC 36,5-37,2oC NORMAL
Nadi 92 60-100 x/menit NORMAL
Thorax Normal - NORMAL
Extremitas ++/++ Tidak edema Edema yang
terjadi bisa
disebabkan karena
adanya disfungsi
endotel akibat
berbagai macam
mekanisme
sehingga vena
menjadi lebih
sempit dan aliran
balik kembali
kejantung
terhambat dan
akhirnya terjadi
akumulasi cairan
pada tungkai,
ditambah dengan
adanya hemodilusi
serta besarnya
rahim yang
menekan
pembuluh darah
sekitarnya.
Status
obstetrikus
Fundus uteri
4 jari
dibawah
processus
Umur
kehamilan
32 minggu
NORMAL
Sesuai dengan
umur kehamilan
xiphoideus
Presentasi
kepala janin
NORMAL
karena keadaan normal kepala janin berada
di bagian bawah uterus.
Kepala
belum masuk
PAP
NORMAL
Menunjukkan bahwa belum ada tanda-tanda
penurunan / kelahiran janin dan dikatakan
sesuai/normal karena kepala janin akan
masuk ke dalam PAP setelah umur
kehamilan 38 minggu.
Leopold II Punggung di
kiri
Menunjukkan bahwa tidak ada kelainan
posisi janin / tidak sungsang.
Denyut
Jantung
Janin
144x/menit 120-60 x/mnt NORMAL
RR 20x/mnt 16-20x/mnt NORMAL
Taksiran
berat janin
2300 gr NORMAL
Berat janin sesuai
D. Diagnosis
Kelompok kami menyimpulkan bahwa diagnosis kerjanya adalah
preeklamsia. Diagnosis preeklamsia ditegakkan berdasarkan laporan kasus yang
menyatakan bahwa pasien ini sedang mengalami kehamilan untuk yang pertama kali,
menurut beberapa sumber 6 % wanita mengalami preeklamsia pada kehamilan yang
pertama atau bisa juga disebut primagrivida. Selain itu pasien juga mengeluh kakinya
yang bengkak. Gejala tersebut merupakan gejala yang biasanya timbul pada penderita
preeklamsia.
Pada pemeriksaan fisik juga di dapatkan beberapa hasil yang menguatkan
diagnosis preeklamsia yaitu, tekanan darah 150/90 mmHg dan didapatkan juga edema
pada tungkai. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan pasien proteinnya yaitu +++
( positif 3 ) dengan ini pasien mengalami proteinuria. Proteinuria dan hipertensi
merupakan gejala yang harus didapati apabila menegakkan diagnosis preeklamsia.
Diagnosis dibagi menjadi dua, yaitu diagnosis ibu dan janin. Diagnosis ibu
yaitu G1P0A0, hamil 32 minggu, preeklampsi berat. Diagnosis janin yaitu presentasi
kepala, tunggal, puki, hidup, aterm.
E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Hasil yang ditunjukkan dari pemeriksaan laboratorium diantaranya adalah Hb &
Hematokrit yang meningkat. Ditemukan juga proteinuria pada pasien ini.
- Hb (Hemoglobin ) : Meningkat
- Ht (Hematokrit) : Meningkat
- Proteinuria : ++
Hematokrit yang meningkat disebabkan karena keluarnya protein dalam urin sehingga
albumin dalam darah menjadi berkurang yang mengakibatkan perpindahan cairan ke
ruang interstisial yang membuat viskositas darah menjadi meningkat.
Proteinuria
Proteinuria kemungkinan diakibatkan oleh adanya proses DIC yang terjadi akibat
hipertensi, proses ini juga didukung dengan adanya disfungsi endotel. Kerusakan ini
menyebbkan keluarnya sitokin dan pada endotel yang terangkat tersebut terdapat
faktor von willebrand yang memicu pembekuan darah.
Jika pembekuan darah tersebut berlangsug terus menerus, maka dapat memicu multi
organ failure, jika terjadi di ginjal, maka bisa terjadi kerusakan unit fungsional ginjal
yang menyebabkan kebocoran sehingga muncul proteinuria
Hb dan Hematokrit
Karena proses proteinuria tersebut, tekanan onkotik di pembuluh darah turun,
sehingga terjadi ekstravasasi cairan dari pembuluh darah ke jaringan. Hal ini
menyebabkan volume plasma berkurang, sehingga jika diperiksa lab, Hb dan HT
tampak meninggi.
Hal ini juga menyebabkan edema.
Melihat keadaan yang dialami pasien saat ini, dibutuhkan pemeriksaan tambahan lain
untuk benar-benar memastikan keadaan pasien agar dapat menghindari faktor resiko lebih
lanjut pada pasien, karena Preeklampsia bisa memburuk dan bisa menjadi preeklampsia
dengan perburukan dengan kriteria HELLP (Hemolysis, Elevated liver enzyme, Low
platelet level). Oleh karena itu sebaiknya dilakukan pemeriksaan :
Tes fungsi hati
Tes fungsi ginjal
Hitung trombosit
USG
Funduskopi
F. Tatalaksana
Medika Mentosa
Anti hipertensi : Metildopa dosis awal 500 mg 3 x perhari . obat hipertensi yang
bagus untuk ibu hamil dan tidak membahayakan janin.
Antasida : asiderin 3 x 1 tablet perhari per oral atau milanta 3 x 1 tablet perhari .
untuk mengatasi mual-mual pada pasien .
Glukokortikoid ,bertujuan untuk pematangan paru janin
Non Medika Mentosa
Edukasi
Dianjurkan ibu hamil banyak istirahat (berbaring / tidur miring) , tetapi tidak harus
mutlak selalu tirah baring.
Tirah baring dengan posisi miring bertujuan menghilangkan tekanan rahim pada v.
kava inferior, sehingga meningkatkan aliran darah balik dan akan menambah curah
jantung . hal ini akan meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital .
Diet yang sempurna dan rendah garam untuk mengatasi edema pada tungkai dan
perbaikan pada ginjal .
Keseimbangan cairan dan elektrolit
G. Komplikasi
1. Eklamsia
Eklamsia terjadi didahului oleh keadaan preeklamsia dimana terjadi penurunan
perfusi vaskular uteroplasenta kemudian mengeluarkan sitokin-sitokin dari endotel
yang teraktivasi yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah sistemik. Hal ini
menyebabkan aliran darah menuju otak menjadi berkurang, sehingga terdapat iskemik
jaringan yang meningkatkan ambang kejang, sehingga terjadilah fase kejang tonik-
klonik yang menandakan telah terjadinya eklamsia.
2. Solusio plasenta
Solusio plasenta disebabkan karena keadaan plasenta yang menjadi kurang
baik sesudah preeklamsia, sehingga menyebabkan plasenta mudah lepas dari
endometrium dan menyebabkan perdarahan dalam uterus dan kematian janin.
3. Sindrom HELLP
HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low Platelet). Sindrom ini
merupakan salah satu dari komplikasi preeklamsia. Hemolisis disebabkan oleh
vasokonstriksi pembuluh darah sistemik sehingga menyebabkan terjadinya benturan
antara eritrosit dan dinding endotel sehingga struktur eritrosit mudah rusak dan
menyebabkan hemolisis. Peningkatan enzim hepar disebabkan oleh iskemi hepatosit
yang kemudian mengeluarkan enzim-enzim tersebut. Penurunan jumlah trombosit
disebabkan karena peningkatan agregasi trombosit yang disebabkan oleh mekanisme
disseminated intravascular coagulation (DIC).
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Pre-eklampsia(1)
Definisi
Preeklampsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ
akibat vasospasme dan aktivasi endotel (Cunningham, 2005). Penyakit ini merupakan
penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul akibat kehamilan
yang biasanya terjadi pada triwulan ketiga kehamilan tetapi dapat timbul juga sebelum
triwulan ketiga seperti pada pasien mola hidatidosa (Wiknjosastro, 2006).
Epidemiologi
Kejadian preeklampsia di Amerika Serikat berkisar antara 2 – 6 % dari ibu hamil
nulipara yang sehat. Di negara berkembang, kejadian preeklampsia berkisar antara 4 – 18 %.
Penyakit preeklampsia ringan terjadi 75 % dan preeklampsia berat terjadi 25 %. Dari seluruh
kejadian preeklampsia, sekitar 10 % kehamilan umurnya kurang dari 34 minggu. Kejadian
preeklampsia meningkat pada wanita dengan riwayat preeklampsia, kehamilan ganda,
hipertensi kronis dan penyakit ginjal (Lim, 2009). Pada ibu hamil primigravida terutama
dengan usia muda lebih sering menderita preeklampsia dibandingkan dengan multigravida
(Wiknjosastro, 2006). Faktor predisposisi lainnya adalah ras hitam, usia ibu hamil dibawah
25 tahun atau diatas 35 tahun, mola hidatidosa, polihidramnion dan diabetes (Pernoll, 1987).
Etiologi
Apa yang menjadi penyebab terjadinya preeklampsia hingga saat ini belum diketahui.
Terdapat banyak teori yang ingin menjelaskan tentang penyebab dari penyakit ini tetapi tidak
ada yang memberikan jawaban yang memuaskan.
Teori yang dapat diterima harus dapat menjelaskan tentang mengapa preeklampsia
meningkat prevalensinya pada primigravida, hidramnion, kehamilan ganda dan mola
hidatidosa. Selain itu teori tersebut harus dapat menjelaskan penyebab bertambahnya
frekuensi preeklampsia dengan bertambahnya usia kehamilan, penyebab terjadinya perbaikan
keadaan penderita setelah janin mati dalam kandungan, penyebab jarang timbul kembali
preeklampsia pada kehamilan berikutnya dan penyebab timbulnya gejala-gejala seperti
hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma (Wiknjosastro, 2006).
Patogenesis(4)
Preeklampsia telah dijelaskan oleh Chelsey sebagai “disease of theories” karena
penyebabnya tidak diketahui. Banyak teori yang menjelaskan patogenesis dari preeklampsia,
diantaranya adalah (1) fenomena penyangkalan yaitu tidak adekuatnya produksi dari blok
antibodi, (2) perfusi plasenta yang tidak adekuat menyebabkan keadaan bahaya bagi janin
dan ibu, (3) perubahan reaktivitas vaskuler, (4) ketidakseimbangan antara prostasiklin dan
tromboksan, (5) penurunan laju filtrasi glomerulus dengan retensi garam dan air, (6)
penurunan volume intravaskular, (7) peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat, (8)