Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Addison merupakan penyakit yang di temukan
oleh Addison tahun 1855 di sebabkan oleh kerusakan
jaringan adrenal. Penyakit ini biasnya bersifat autoimun
dan autoantibodi adrenal adalam plasma di temukan pada
75-80 % pasien, namun dapat pula di sebabkan oleh hal
lain. Penyakit ini muncul pertama kali sebagai krisis
Addison dengan demam, nyeri abdomen.Kolaps hipotensi,
serta pigmentasi kulit.Dan membrane mukosa akibat
konsentrasi ACTH yang sangat tinggi dalam sirkulasi.Area
yang sering terkena dini adalah kulit dan bantalan kuku,
jaringan parut, dan mukosa bukal. Diagnosis di konfirmasi
dengan mengukur kortisol dan ACTH.(Grenstein, ben, 2010).
Penyakit Addison jarang dijumpai dan memiliki
prevalensi 4 dari 100.000 orang; dua pertiga pasien
adalah perempuan. Diagnose ditegakkan antara usia 20 - 50
tahun. Dahulu, tuberkolosis adalah penyabab utama
1
Page 2
penyakit Addison.Saat ini, dengan kemoterapi yang lebih
baik, hanya sedikit pasien tuberkolosis yang mempunyai
insufisiensi adrenal. Kerusakan korteks adrenal merupakan
akibat dari proses autoimun pada lebih dari 50% pasien
penyakit Addison. Autoantibodi adrenal ditemukan dalam
titer tinggi pada sebagian pasien dengann penyakit
Addison.
( Price, Sylvia. 2006)
Sindrom insufisiensi korteks adrenal terjadi akibat
defisiensi sekresi kortisol dan aldosterone.Apabila tidak
diobati, maka penyakit ini dapat menyebabkan kematian.
Penyebab utama insufisiensi korteks adrenal adalah (1)
penyakit primer korteks adrenal atau (2) defisiensi
sekresi hormone adrenokortikotropik (ACTH).defisisensi
corticotropin-realising-hormone (CRH) saja dapat
meyebabkan defisiensi ACTH dan kortisol.Tetapi penyakit
ini hanya dijumpai pada penderita kronik glukookortikoid
2
Page 3
dosis farmakologik atau setelah pengangkatan adenoma
adrenokorteks penghasil kortisol.Sedangkan krisis Adrenal
(krisis addisonian) merupakan defisiensi kritis terhadap
mineralkortikoid dan glukokortikoid, umumnya mengikuti
stress akut, sepsis, trauma, pembedahan atau pengehentian
teraoai steroid pada penderita insufisiensi adrenal
kronis.karena merupakan keadaan darurat medis .krisis
adrenal harus segera di tangani dengan baik (William,
2011).
Untuk tindakan yang dapat di lakukan antara lain Semua
pasien dengan penyakit Addison harus menerima penggantian
hormon spesifik. Karena kelenjar adrenal menunjukkan 3
kelas hormon umum, diantaranya glukokortikoid dan
mineralokortikoid mempunyai kepentingan klinis primer,
terapi penggantian harus mengkoreksi kedua defisiensi.
Kortison (atau kortisol) adalah terapi utama. Dosis
kortison bervariasi dari 12,5 sampai 50 mg/hari, dengan
mayoritas pasien menerima 25 sampai 37,5 mg dalam dosis
terbagi. Kortisol 30 mg/hari atau prednison 7,5 mg/hari
dalam dosis terbagi juga dapat diberikan untuk terapi
3
Page 4
pengganti. Pasien dianjurkan menerima penggantian terapi
pengganti glukokortikoid dengan makanan atau jika tidak
praktis dengan susu atau antasid karena obat mungkin
meningkatkan adisitas lambung. Hal ini penting karena
jika steroid secara biologis aktif seperti kortisol,
prednisolon, dan deksametason, dapat menggunakan efek
lokal pada mukosa lambung. Selain itu, proporsi dosis
yang lebih besar (seperti 25 mg kortison) diminum pada
pagi hari, dan sisanya (12,5 mg kortison) diminum pada
malam hari untuk merangsang irama adrenal diurnal normal.
Beberapa pasien memperlihatkan insomnia, iritabilitas dan
rangsangan mental setelah awal terapi, pada keadaan ini
dosis harus dikurangi. Indikasi lain untuk dosis yang
lebih kecil adalah hipertensi, diabetes mellitus atau
tuberkulosis aktif. Untuk itu di perlukan penjelasan dan
penjabaran lebih lanjut untuk lebih mengerti tentang
penyakit ini (Isselbacher, 2000).
4
Page 5
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaiamana fisiologi kelenjar adrenal ?
2. Bagaimana definisi tentang penyakit addison?
3. Bagaimnana epidemiologi penyakit addison?
4. Bagaimana etiologi penyakit addison?
5.Bagaimana klasifikasi penyakit addison?
6. Bagaimana patofisiologi penyakit addison?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang penyakit addison?
5
Page 6
8. Bagiamana komplikasi penyakit addison?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit addison?
10. Bagiamana definisi krisis addisonian?
11. Bagaimana etiologi krisis addisonian?
12. Bagaimana Patofisologi krisis addisonian?
13. Bagaiamana Manifestasi krisis addisonian?
14. Bagaimana pemeriksaan diagnostik krisis addisonian?
15. Bagaimana Penatalaksanaan krisis addisonian?
16. Bagaimana asuhan keperawatan krisis addisonian?
17. Bagaimana contok kasus penyakit addison?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Supaya mahasiswa atau para pembaca mampu mengerti dan
memahami tentang konsep dan asuhan keperawatan penyakit
6
Page 7
addison serta menerapkan dari penatalaksanaan pada saat di
Rumah Sakit.
1.a.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi kelenjar adrenal
b. Mahasiswa menjelaskan konsep teori addison disease dan
krisis adrenal
c. Mahasiswa mampu menguasai asuhan keperawatan pada
penderita yg terkena addison.
7
Page 8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anantomi Fisologi
Kelenjar adrenal adalah sepasang organ yang terletak
dekat kutub atas ginjal, terbenam dalam jaringan
lemak.Kelenjar ini ada 2 buah, berwarna kekuningan serta
berada di luar (ekstra) peritoneal. Bagian yang sebelah kanan
berbentuk pyramid dan membentuk topi (melekat) pada kutub atas
ginjal kanan. Sedangkan yang sebelah kiri
berbentuk seperti bulan sabit, menempel pada bagian
tengahginjal mulai dari kutub atas sampai daerah hilus ginjal
kiri. Kelenjar adrenal pada manusia
panjangnya 4-6 cm, lebar 1-2 cm, dan tebal 4-6 mm.
Bersama-sama kelenjar adrenal mempunyai
Berat lebih kurang 8 g, tetapi berat dan ukurannya
bervariasi bergantung umur dan keadaan fisiologi perorangan.
Kelenjar ini dikelilingi oleh jaringan ikat padat kolagen
8
Gb. 2.1 AnatomiAdrenal
www.uvahealth.com
Page 9
yang mengandung jaringan lemak. Selain itu masing-masing
kelenjar ini dibungkus oleh kapsul jaringan ikat yang cukup
tebal dan membentuk sekat/septa ke dalam kelenjar (Lippincott,
2011).
Kelenjar supraneralis jumlahnya ada 2, terdapat pada
bagian atas dari ginjal kiri dan kanan. Ukurannya berbeda-
beda, beratnya rata-rata 5-9 gram.Fungsi kelenjar suprarenalis
terdiri dari : Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan
garam-garam, mengatur atau mempengaruhi metabolisme lemak,
hidrat arang dan protein, serta mempengaruhi aktifitas
jaringan limfoid (Lippincott, 2011).
Masing-masing kelenjar adrenal terdiri dari korteks bagian
luar dan medula di bagian dalam.
a. Korteks mensekresi hormon steroid. Korteks terbagi menjadi
tiga lapisan, dari luar ke dalam : zona glomerulosa, zona
fasikulata, dan zona retikularis.
b. Medula, yang secara embriologik berasal dari jenis
neuroektodermis sama (sel-sel krista saraf) yang menjadi
asal neuron simpatis. Sel medula sebenarnya adalahneuron
postganglionik simpatis yang bermodifikasi (Sloane, 2003).
9
Page 10
Gb. 2.2 Anatomi Melintang Adrenal
www.wikivet.net
Kelenjar suprarenalis ini terbagi atas 2 bagian, yaitu :
1. Medula Adrenal (hormone medular)
10
Page 11
Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari system saraf
otonom. Stimulasi serabut saraf simpatik pra ganglion yang
berjalan langsung ke dalam sel-sel pada medulla adrenal akan
menyebabkan pelepasan hormon katekolamin yaitu epinephrine dan
norepinephrine. Katekolamin mengatur lintasan metabolic untuk
meningkatkan katabolisme bahan bakar yang tersimpan sehingga
kebutuhan kalori dari sumber-sumber endogen terpenuhi.
a. Epinefrin
Epinefrin di sebut hormone “ flight or flight” (lawan atau
lari). Stress menyebabkan pelepasan EP segera, yang
mempersiapkan tubuh untuk aktovitas fisik dan mental yang
luar biasa.pembuluh darah permukaan menjadi tertutup akibat
konstriksi jaringan arterioral melalui reseptor alpha -1,
sehingga mengurangi kemungkinan perlukaan; sebaliknya
pembuluh darah otot menjadi terbuka melalui aktivasi
reseptor betha-2. Dilatasi bronkiolus meningkatkan efisiensi
ambilen oksigen perwaktu, dan mobilisasi glukosa di
tingkatkan melalui stimulasi pelepasan glucagon dan inhibisi
pelepasan insulin. Dilatasi otot radialis iris pada mata
meningkatkan jumlah cahaya yang masuk paad retina , dan
11
Page 12
kontrkasi kapsul limpa melepaskan sel-sel darah ke dalam
sirkulasi. Melaui reseptor betha1 pada jantung,
kontrkatilitas meningkat pesat.Epinefrin juga memacu
lipolisis dan termogenesis melalui reseptor betha 3. EP juga
meningkatkan kewaspadaan , walaupun mekanisme nya belum di
ketahui.
Mekanisme kerja EP .sebuah contoh tentang mekanisme
kerja epinefrin adalah mobilisasi energy dalam bentuk
glukosa. Ep juga bekerja pada reseptor bethadi otot untuk
menghambat pelepasan amino sehingga mengurangi laju
proteinolisis otot. Mekanisme ini mungkin penting dalam
proses flight or flight , ketika otot akan di gunakan
sebagai cadangan energy. Walaupun hanya sedikit NE yang di
lepaskan dari medulla adrenal, namun hormone ini merupakn
neurotransmitter utama system simpatis yang teraktivasi
selama proses flight or flight.(Ben Grenstein, 2010)
1. Hormon Adrenokortikal
Hormon kortikal adrenal, berlawanan dengan hormon
medular, sangat penting untuk kehidupan.
a. Meniralokortikoid, disintesis dalam zona glomerulosa.
12
Page 13
- Aldosteron, mineralokortikoid terpenting, mengatur
keseimbangan air dan elektrolit melalui pengendalian
kadar natrium dan kalium dalam darah.
- Kendali sekresi. Sekresi aldosteron diatur oleh kadar
natrium darah, tetapi terutama oleh mekanisme renin-
angiotensin.
b. Glukokortikoid disintesis dalam zona fasikulata. Hormon
ini meliputi kortikosteron, kortisol, dan kortison. Hormon
yang terpenting adalah kortisol.
1. Efek fisiologis
- Glukokortikoid mempengaruhi metabolisme glukosa,
protein dan lemak untuk membentuk cadangan molekul
yang siap dimetabolisme.
- Hormon ini meningkatkan sintesis glukosa dari sumber
non-karbohidrat (glukoneogenesis), simpanan glikogen
di hati (glikogenesis), dan peningkatan kadar glukosa
darah.
- Hormon ini juga meningkatkan penguraian lemak dan
protein serta menghambat ambilan asam amino dan
sintesis protein.
13
Page 14
- Hormon ini juga menstabilisasi membran lisosom untuk
mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.
2. Kendali sekresi glukokortikoid adalah melalui kerja ACTH
dalam mekanisme umpan-balik negatif. Stimulus utama dari
ACTH adalah semua jenis stress fisik dan emosional.
- Stress misalnya trauma, infeksi, atau kerusakan
jaringan, akan memmicu impuls saraf ke hipotalamus.
- Hipotalamus kemudian mensekresi hormon pelepas
kortikotropin (CRH), yang melewati sistem portal
hipotalamus-hipofisis, menuju kelenjar pituitari
anterior, yang melepas ACTH.
- ACTH bersirkulasi dalam darah menuju kelenjar adrenal
dan mengeluarkan sekresi glukokortikoid.
- Glukokortikoid mengakibatkan peningkatan persediaan
asam amino, lemak, dan glukosa dalam darah untuk
membantu memperbaiki kerusakan yang disebabkan stress
dan menstabilkan membran lisosom untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut.
c. Gonadokortikoid (steroid kelamin), pada zona retikularis
dalam jumlah yang relatif sedikit. Steroid ini berfungsi
14
Page 15
terutama sebagai prekursor untuk pengubahan testosteron dan
estrogen oleh jaringan lain
(Sloane, 2003).
3. Disfungsi Kelenjar Adrenal
Disfungsi kelenjar adrenal merupakan gangguan metabolic
yang menunjukkan kelebihan / defisiensi kelenjar adrenal
(Rumohorbo Hotma, 1999).Klasifikasi Disfungsi Kelenjar Adrenal.
1. Hiperfungsi Kelenjar Adrenal
a. Sindrom Cushing
Sindrom Cushing disebabkan oleh sekresi berlebihan steroid
adrenokortikal, terutama kortisol. Gejala klinis bisa juga
ditemukan oleh pemberian dosis farmakologis kortikosteroid
sintetik.
b. Sindrom Adrenogenital
15
Page 16
Penyakit yang disebabkan oleh kegagalan sebagian atau
menyeluruh, satu atau beberapa enzim yang dibutuhkan untuk
sintesis steroid.
c. Hiperaldosteronisme
1) Hiperaldosteronisme primer (Sindrom Cohn)
Kelaianan yang disebabkan karena hipersekresi aldesteron
autoimun
2) Aldosteronisme sekunder
Kelainan yang disebabkan karena hipersekresi rennin
primer, ini disebabkan oleh hiperplasia sel juksta
glomerulus di ginjal.
2. Hipofungsi Kelenjar Adrenal
a. Insufisiensi Adrenogenital :
1) Insufisiensi Adrenokortikal Akut (krisis addisonian)
16
Page 17
Kelainan yang terjadi karena defisiensi kortisol absolut
atau relatif yang terjadi mendadak sehubungan sakit /
stress.
2) Insufisiensi Adrenokortikal Kronik Primer (Penyakit
Addison)
Kelainan yang disebabkan karena kegagaln kerja
kortikosteroid tetapi relatif lebih penting adalah
defisiensi gluko dan mineralokortikoid.
3) Insufisiensi Adreno Kortikal Sekunder
Kelainan ini merupakan bagian dari sinsrom kegagalan
hipofisis anterior respon terhadap ACTH terhambat atau
menahun oleh karena atrofi adrenal.
(Smeltzer Susan C, Brenda G. Bare. 2002)
17
Page 18
2.2 Penyakit Addison:
2.2.1 Pengertian :
a.Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat
fungsi korteks tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan
pasienakan hormon-hormon korteks adrenal.
(Soediman, 1996)
b.Penyakit Addison adalah lesi kelenjar primer karena
penyakit destruktif atau atrofik,biasanya
autoimun atau tuberkulosa. (Baroon, 1994)
c.Penyakit Addison adalah ketidakadekuatan sekresi
kortikosteroid dari cortex adrenal, yang diakibatkan
kerusakan cortex adrenal (Digiulio, 2007)
d.Addison disease adalah ketidakmampuan adrenal karena
atrofi dan kerusakan kelenjar itu sendiri karena proses
autoimun atau penyakit lainnya.
(Henberg, 2009).
18
Page 19
2.2.2 Epidemiologi
Penyakit Adison merupakan penyakit yang jarang
terjadi di dunia. Di Amerika Serikat tercatat 0,4 per
100.000 populasi. Frekuensi pada laki-laki dan wanita
hampir sama. laki-laki 56% dan wanita 44% penyakit
Addison dapat dijumpai pada semua umur, tetapi lebih
banyak ter- dapat pada umur 30 – 50 tahun . 50% pasien
dengan penyakit addison, kerusakan korteks adrenalnya
merupakan manifestasi dari proses atoimun.
Di Amerika Serikat, penyakit addison terjadi pada
40-60 kasus per satu juta penduduk.Secara global,
penyakit addison jarang terjadi. Bahkan hanya negara-
negara tertentu yang memiliki data prevalensi dari
penyakit ini.Prevalensi di Inggris Raya adalah 39 kasus
per satu juta populasi dan di Denmark mencapai 60 kasus
per satu juta populasi.
Mortalitas/morbiditas terkait dengan penyakit
addison biasanya karena kegagalan atau keterlambatan
dalam penegakkan diagnosis atau kegagalan untuk melakukan
terapi pengganti glukokortikoid dan mineralokortikoid
19
Page 20
yang adekuat.Jika tidak tertangani dengan cepat, krisis
addison akut dapat mengakibatkan kematian. Ini mungkin
terprovokasi baik secara de novo, seperti oleh perdarahan
kelenjar adrenal, maupun keadaan yang menjadi penyerta
pada insufisiensi adenokortikal kronis atau yang tidak
terobati secara adekuat.
Penyakit addison predileksinya tidak berkaitan
dengan ras tertentu. Sedangkan penyakit addison idiopatik
autoimun cenderung lebih sering pada wanita dan anak-
anak.Usia paling sering pada penderita addison disease
adalah orang dewasa antara 30-50 tahun. Tapi, penyakit
ini tidak dapat timbul lebih awal pada pasien dengan
sindroma polyglanduler autoimun, congenital adrenal
hyperplasia (CAH), atau jika onset karena kelainan
metabolisme rantai panjang asam lemak.
2.2.3 Etiologi (Corwin. 2005)
a.Proses autoimun
Penyakit Addison karena proses autoimun didapatkan pada
75% dari penderita. Secara histologik tidak didapatkan
3 lapisan korteks adrenal, tampak bercak-bercak
20
Page 21
fibrosis dan infiltrasi limfosit korteks adrenal. Pada
serum penderita didapatkan antibodi adrenal yang
dapat diperiksa dengan caraCoonstest,ANA test,
sertaterdapat peningkatan imunoglobulin G.
b. Tuberkulosis (Penyebaran hematogen infeksi tuberculosis
sistemik)
Kerusakan kelenjar Adrenal akibat tuberkulosis
didapatkan pada 21% dari penderita . Tampak daerah
nekrosis yang dikelilingi oleh jaringan ikat dengan
serbukan sel-sel limfosit, kadang kadang dapat dijumpai
tuberkel serta kalsifikasi Seringkali didapatkan proses
tuberkulosis yang aktif pada organ-organ lain, misalnya
tuberkulosis paru, tuberkulosis genito-urinari,
tuberkulosis vertebrata (Pott s disease), hati, limpa serta
kelenjar limpa.
c. Infeksi lain
Penyebab kerusakan kelenjar adrenal karena infeksi
yang lebih jarang ialah karena : histoplasmosis,
koksidioid omikosis, serta septikemi karena kuman
21
Page 22
stafilokok atau meningokok yang sering menyebabkan
perdarahan dan nekrosis.
d. Bahan-bahan kimia
Obat-obatan yang dapat menyebabkan hipofungsi kelenjar
adrenal dengan menghalangi biosintesis yaitu metirapon;
sedang yang membloking enzim misalnya amfenon, amino-
glutetimid dll.
e. Iskemia
Embolisasi dan trombosis dapat menyebabkan iskemia
korteks adrenal, walaupun hal ini jarang terjadi.
f. Infiltrasi
Hipofungsi korteks adrenal akibat infiltrasi misalnya
metastasis tumor, sarkoidosis, penyakit amiloid dan
hemokromatosis.
g. Perdarahan
Perdarahan korteks adrenal dapat terjadi pada penderita
yang mendapat pengobatan dengan antikoagulan, pasca
operasi tumor adrenal.
22
Page 23
h. Lain-lain
Akibat pengobatan radiasi, adrenalektomi bilateral dan
kelainan kongenital.
2.2.4 Klasifikasi
Klasifikasi Addison desease di antarany menurut (Patrick
davey, 2006)
a. Kegagalan adrenal primer
Jarang terjadi, kerusakan ini terjadi akibta sistem
autoimun.Untuk alasan yang tidak diketahui, sistem
kekebalan tubuh memandang korteks adrenal sebagai
asing.Penyebab lain kegagalan kelenjar adrenal mungkin
termasuk : Tuberkulosis, infeksi lain dari kelenjar
adrenal, penyebaran kanker ke kelenjar adrenal,
perdarahan ke kelenjar adrenal.
b. Kegagalan adrenal sekunder
Sering terjadi, terapi streroid jangka panjang men
ekan kadar ACTH yang menyebabkan atrofi korteks
adrenal-stress fisik atau pengehentian terapi steroid
yang terlalu cepat kemudian akan memicu terjadinya
kegagalan adrenal.
23
Page 24
c. Addisonian crisis
Jika Addison’s disease tidak diobati, krisis
addisonian dapat terjadi karena stres fisik, seperti
cedera, infeksi atau penyakit.
2.2.5 Manifestasi klinis
Menurut Elizabeth Corwin, 2009;
ww w.dinkes.sumbarprov.go.id .
manifestasi klinis yaitu :
Penyakit Addison ditandai oleh
a. Gejala yang berhubungan dengan kekurangan kortisol
korteks adrenal mempengaruhi insufisiensi kortisol yang
menyebabkan hilangnya glukoneogenesis, glikogen hati
menurun akan berakibat: Lemah badan, cepat lelah,
anoreksia, mual, muntah, diare, hipoglikemi, hipertensi
ortostatik ringan, hiponatremi, eosinophilia.
b. Gejala yang berhubungan dengan kekurangan aldosterone
24
Page 25
Defisiensi aldosteron dimanifestasikan dengan
peningkatan kehilangan natrium melalui ginjal dan
peningkatan reabsorpsi kalium oleh ginjal kekurangan
garam dapat dikaitkan dengan kekurangan air dan volume
sehingga mengakibatkan Hipertensi ortostatik,
hiperkalemia, hiponatremia
c. Gejala yang berhubungan dengan kekurangan androgen
Kehilangan bulu bulu axilla dan pubis
d. Gejala yang berhubungan dengan kelebihan ACTH
Insufisiensi kortisol mengakibatkan ACTH dan
sehingga merangsang sekresi melanin meningkat sehingga
timbul MSH hiperpigmentasikortikotropin juga
merangsang produksi melanin, sehingga pada kulit dan
mukosa penderita sering terbentuk pigmentasi yang gelap
(hiperpigmentasi). Kulit yang lebih gelap mungkin
nampak seperti akibat sinar matahari, tetapi terdapat
pada area yang tidak merata.Hiperpigmentasi paling
jelas terlihat pada jaringan parut kulit, lipatan-
lipatan kulit, tempat-tempat yang sering mendapat
25
Page 26
penekanan, seperti siku, lutut, ibu jari, bibir, dan
membran mukosa.
2.2.6 Patofisiologi
Hipofungsi adrenokortikal menghasilkan penurunan level
mineralokortikoid (aldosteron), glukokortikoid
(cortisol), dan androgen.
Penurunan aldosteron menyebabkan kebanyakan cairan dan
ketidakseimbangan elektrolit.Secara normal, aldosteron
mendorong penyerapan Sodium (Na+) dan mengeluarkan
potassium (K+). Penurunan aldosteron menyebabkan
peningkatan ekskresi sodium, sehingga hasil dari rantai
dari peristiwa tersebut antara lain: ekskresi air
meningkat, volume ekstraseluler menjadi habis
(dehidrasi), hipotensi, penurunan kardiak output, dan
jantung menjadi mengecil sebagai hasil berkurangnya beban
kerja. Akhirnya, hipotensi menjadi memberat dan aktivitas
kardiovaskular melemah, mengawali kolaps sirkulasi,
shock, dan kematian. Meskipun tubuh mengeluarkan sodium
berlebih, dan menyebabkan penurunan natrium,
mempertahankan kelebihan potassium dan menyebabkan
26
Page 27
peningkatan kalium. Level potassium lebih dari 7 mEq/L
hasil pada aritmia, memungkinkan terjadinya kardiak
arrest.
Penurunan glukokortikoid menyebabkan meluasnya
gangguan metabolic.Ingat bahwa glukokortikoid memicu
glukoneogenesis dan memiliki efek anti-insulin.Sehingga,
ketika glukokortikoid menurun, glukoneogenesis menurun,
sehingga hasilnya hipoglikemia dan penurunan glikogen
hati.Klien menjadi lemah, lelah, anorexia, penurunan BB,
mual, dan muntah.Gangguan emosional dapat terjadi, mulai
dari gejala neurosis ringan hingga depresi berat.Di
samping itu, penurunan glukokortikoid mengurangi
resistensi terhadap stress.Pembedahan, kehamilan, luka,
infeksi, atau kehilangan garam karena diaphoresis
berlebih dapat menyebabkan krisi Addison (insufisiensi
adrenal akut).Akhirnya, penurunan kortisol menghasilkan
kegagalan unruk menghambat sekresi ACTH dari pituitary
anterior.
MSH menstimulasi melanosit epidermal, yang
menghasilkan melanin, pigmen warna gelap.Penurunan
27
Page 28
sekresi ACTH menyebabkan peningkatan pigmentasi kulit dan
membrane mukosa.Sehingga klien dengan penyakit Addison
memiliki peningkatan level ACTH dan warna keperakan atau
kecokelatan pun muncul. Defisiensi androgen gagal untuk
menghasilkan beberapa macam gejala pada laki-laki karena
testes meningkatan produksi jumlah hormone seksual.
Namun, pada perempuan tergantung pada korteks adrenal
untuk mensekresi androgen secara adekuat.Hormone-hormon
tersebut disekresi oleh korteks adrenal yang penting bagi
kehidupan. Orang dengan penyakit Addison yang tidak
diobati akan berakhir fatal.
Penyakit addison, atau insufisiensi adrenokortikal,
terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan pasien akan hormon-hormon korteks
adrenal. Atrofi otoimun atau idiopatik pada kelenjar
adrenal merupakan penyebab pada 75% kasus penyakit
Addison.Penyebab lainnya mencakup operasi pengangkatan
kedua kelenjar adrenal atau infeksi pada kedua kelenjar
tersebut.Tuberkolosis(TB) dan histoplamosis merupakan
infeksi yang paling sering ditemukan dan menyebabkan
28
Page 29
kerusakan pada kedua kelenjar adrenal. Meskipun kerusakan
adrenal akibat proses otoimun telah menggantikan
tuberkolosis sebagai penyebab penyakit Addison, namun
peningkatan insidens tuberkolosis yang terjadi akhir-
akhir ini harus mempertimbangkan pencantuman penyakit
infeksi ini ke dalam daftar diagnosis. Sekresi ACTH yang
tidak adekuat dari kelenjar hipopisis juga akan
menimbulkan insufiensi adrenal akibat penurunan stimulasi
korteks adrenal.
Gejala Addison dapat pula terjadi akibat penghentian
mendadak terapi hormon adrenokortikal yang akan menekan
respon normal tubuh terhadap keadaan stres dan mengganggu
mekanisme umpan balik normal. Terapi dengan pemberian
kortikosteroid setiap hari selama 2 hingga 4 minggu dapat
menekan fungsi korteks adrenal, oleh sebab itu
kemungkinan penyakit Addison harus diantifasi pada pasien
yang mendapat pengobatan kostikosteroid.(Wicaksono, 2013)
2.2.7 Pemeriksaann penunjang
29
Page 30
Diagnosis dari penyakit Addison tergantung terutama pada
tes darah dan urin. Tes diagnostic fungsi adrenalkortikal
(Doenges, 2000)meliputi:
a. Uji ACTH: meningkat secara mencolok (primer) atau
menurun (sekunder). Tes skrining ini paling akurat
untuk penyakit Addison. Prosedurnya sebagai berikut:
batas dasar plasma cortisol ditarik (waktu ‘0’).
Kortisol plasma merespon ACTH secara intravena, 45
menit kemudian sampel darah diambil. Konsentrasi
kortisol seharusnya lebih besar dari pada 20 µg/dl.
b. Plasma ACTH: jika gagal menggunakan tes skrining,
plasma ACTH dengan akurat akan mengkategorisasikan
dengan insufisiensi adrenal primer (tinggi), atau
sekunder (normal atau rendah).
c. Serum elektrolit: serum sodium biasanya menurun,
sementara potassium dan kalsium biasanya meningkat.
Walau pun demikian, natrium dan kalium yang abnormal
dapat terjadi sebagai akibat tidak adanya aldosteron
dan kekurangan kortisol.
30
Page 31
d. ADH meningkat, aldosteron menurun, kortisol plasma
menurun dengan tanpa respons pada pemberian ACTH
secara IM (primer) atau secara IV.
e. Glukosa: hipoglikemia
f. Ureum/ kreatinin: mungkin meningkat (karena terjadi
penurunan perfusi ginjal).
g. Analisa gas darah: asidosis metabolic.
h. Sel darah merah (eritrosit): normositik, anemia
normokromik (mungkin tidak nyata/ terselubung dengan
penurunan volume cairan) dan hematokrit (Ht) meningkat
(karena hemokonsentrasi). Jumlah limfosit mungkin
rendah, eosinofil meningkat.
i. Urine (24 jam): 17- ketosteroid, 17-hidroksikortikoid,
dan 17-ketogenik steroid menurun. Kadar kortisol bebas
menurun. Kegagalan dalam pencapaian atau peningkatan
kadar steroid urin setelah pemeriksaan dengan
pemberian ACTH merupakan indikasi dari penyakit
Addison primer (atrofi kelenjar adrenal yang
permanen), walaupun peningkatan kadar ACTH memberikan
31
Page 32
kesan penyebab supresi hormone sekunder. Natrium urin
meningkat.
j. Sinar X: jantung kecil, kalsifikasi kelenjar adrenal,
atau TB (paru, ginjal) mungkin akan ditemukan.
k. CT Scan: Detektor klasifikasi adrenal dan pembesaran
yang sensitive hubungannya dengan insufisiensi pada
tuberculosis, infeksi, jamur, penyakit infiltrasi
malignan dan non malignan dan hemoragik adrenal.
l. Gambaran EKG: Tegangan rendah aksis QRS vertical dan
gelombang ST non spesifik abnormal sekunder akibat
adanya abnormalitas elektrolik.
32
Page 33
2.2.8 Penatalaksanaan
1.Terapi darurat ditujukan untuk mengatasi syok,
memulihkan sirkulasi,memberikan caiaran, pergantian
kortikosteroid.
2.Pantau tanda-tanda vital.
33
Page 34
3.Menempatkan klien pada posisi stengah duduk dengan
kedua tungkai ditinggikan.
4.Hidrokortison disuntikan IV, kemudian IVFD D5% dalam
larutan normal saline.
Antibiotic dapat di berikan jika infeksi memicu krisis
adrenal paada penderita insufisiensi kronis adrenal.
1. Kaji stress/keadaan sakit yang menimbulkan serangan
akut.
Pengkajian kondisi pasien harus di lakukan dengan
ketatuntuk mengenali faktor-faktor lain.
2. Bila asupan oral (+), IVFD perlahan dikurangi
Asupan peroral dapat di mulai segera setelah pasien
dapat menerimanya.secara perlahan-lahan pemberian infus
di kurangi ketika asupan cairan per oral sudah
adekuat,untuk mencegah terjadinya hipovolemia.
3. Bila Kelenjar adrenal tidak berfungsi lagi, perlu
dilakukan terapi penggantian preparat kortikosteroid
dan mineralokortikoid seumur hidup.
34
Page 35
Penggantian preparat kortilosteroid dan
mineralokortikoid bertujuan untuk mencegah timbulnya
kembali insufisiensi adrenal serta krisis addisonian
pada keadaan stress atau sakit.
4. Suplemen penambah garam untuk menghindari
kehilangan cairan dari salurancerna akibat muntah dan
diare ( Sudart, 2000 )
2.2.9 Komplikasi
Pasien dengan insufisiensi adrenal berisko tinggi
menjadi krisis Addison, dimana keadaan ini mengancam jiwa
karena insufisiensi hormone adrenokortikol atau penurunan
mendadak hormone ini (Camera,2011).
1. Stress
Contohnya seperti infeksi, pembedahan, trauma,
perdarahan, atau distress psikologi.
2. Penggantian mendadak terapi hormone kortikosteroid
Dimana sering sekali terjadi pada pasien yang kurang
pengetahuan tentang penggantrian terapi.
3. Kerusakan kelenjar pitiutari
35
Page 36
Terjadinya krisis adrenal, gejala dari penurunan
glukokortikoid dan mineral kortikoid hipotensi,
takikardi, dehidrasi, hiponatremi, hiperkalemia,
hipoglikemia, demam, kelemahan, kebingungan.Hipotensi
bisa menyabakan syok.Kolaps berhubungan dengan
insufisiensi adrenal sering terjadi karena tidak ada
respon dari penggantian pengobatan (vasopresan dan
penggantian cairan).Gejala dari saluran pencernaan
bisanya terjadi muntah, diare, nyeri abdomen. Nyeri
mungkin juga terjadi di punggung bawah atau kaki
(Camera,2011).
Krisis adrenal sering terjadi pada keadaan klinis
seperti tercantum. Seperti telah disinggung pada pasien
ddengan insufisiensi adrenokoterks kronis dapat
mengalamai krisis akut setelah stress apapun yang
menguras cadangan fisiologik mereka yang terbatas.
Pasien yang mendapatkan terapi pemeliharaan
kortikosteroid eksopgen, penghen tian mendadak
kortikosteroid atau kegagalan meningkat dosis steroid
sebagai respon terhadap suatu stres akut dapat memicu
36
Page 37
krisis adrenal serupa karena ketidakmampuan adrenal
yang atrofik untuk menghasilkan hormone glukokortikoid
(Kumar, 2007).
Perdarahan adrenal massif dapat menghancurkan
korteks adrenal sedemikian banyak sehingga terjadi
insufisiensi adrenal korteks akut.Keadaan ini dapat
terjadi pada pasien yang mendapat terapi pemeliharaan
antikoagulan, pada pasien pasca operasi yang mengalami
koagulasi intravaskuler diseminata, selama kehamilan,
dan pada pasien yang menderita sepsis berat (syndrome
waterhouse- friderichsen).syndrome waterhouse-
friderichsen adalah perdarahan adrenal hebat dengan
sepsis berat yang mengakibatkan Krisis adrenal.
Pathogenesis syndrome ini belum jelas tetapi
kemungkinan berkaitan denngan cedera vaskuler akibat
endotoksin disertai koagulasi intravaskuler diseminata
(Kumar, 2007).
Syndorm katastrortik ini secara klasik dikaitkan
dengan septicemia neurameningitis, tetapi juga dapat
disebakan oleh organism lain, termasuk sepsis
37
Page 38
psedomnonas, pneumokokus, dan hemofilis influenza
(Camera,2011).
1. Hiponatremia
Hiponatremia (natrium dalam serum rendah)
merupakan akibat logis dari gangguan reabsorbsi
natrium dalam tubulus ginjal (Guyton & hall. 2008).
Pada penyakit Addison kelenjar adrenal, hiponatremia
diakibatkan oleh hilangnya natrium ke dalam urin
(akibat defisiensi aldosteron) dan gerakan menuju
kompartemen intraseluler (Isselbacher, 2000).
2. Hiperkalemia
Hiperkalemia diakibatkan oleh kombinasi defisiensi
aldosteron, gangguan filtrasi glomeruler, dan
asidosis (Isselbacher, 2000). Kelenjar adrenal tidak
dapat menghasilkan hormon yang merangsang pembuangan
kalium oleh ginjal dalam jumlah cukup sehingga
sering menyebabkan hiperkalemia (Guyton & hall.
2008).
38
Page 39
3. Diabetes mellitus
Terapi glukokortikoid yang lama dapat menunjukkan
atau memperburuk diabetes mellitus.Adanya diabetes
mellitus atau gangguan toleransi glukosa dapat
mempengaruhi keputusan untuk memberikan terapi hormon
adrenal (Isselbacher, 2000).
4. Syok hipovolemik
Defisiensi aldosteron dimanifestasikan dengan
peningkatan kehilangan natrium melalui ginjal dan
peningkatan reabsorpsi kalium oleh ginjal, kekurangan
garam dapat dikaitkan dengan kekurangan air dan
volume, sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan
syok hipovolemik (Guyton & hall. 2008).
39
Page 40
2.2.10Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a) Identitas
Usia : berdasarkan angka kejadian usia penderita
biasanya 20-50 tahun
Jenis kelamin: untuk jenis kelamin tidak berpengaruh,
penyakit ini bisa menyerang laki-laki maupun perempuan.
b) Keluhan Utama
Pada umumnya pasien mengeluh kelemahan, fatique, nausea
dan muntah.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita
tuberkulosis, hipoglikemia maupun Ca paru, payudara dan
limpoma
d) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien dengan penyakit Addison gejala yang sering
muncul ialah pada gejala awal : kelemahan, fatigue,
anoreksia, nausea, muntah, BB turun, hipotensi dan
hipoglikemi, astenia (gejala cardinal). Pasien lemah
yang berlebih, hiperpigmentasi, rambut pubis dan axila
40
Page 41
berkurang pada perempuan, hipotensi arterial (TD :
80/50 mm/Hg)
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah
mengalami penyakit yang sama / penyakit autoimun yang
lain.
f) Pemeriksaan Fisik
1) B1:Dada simetris, pergerakan dada cepat, adanya
kontraksi otot bantu pernapasan (dispneu), terdapat
pergerakan cuping hidung, Resonan,terdapat suara
ronkhi, krekels pada keadaan infeksi
2) B2 : Ictus Cordis tidak tampak, ictus cordis teraba
pada ICS 5-6 mid clavikula line sinistra, redup,
suara jantung melemah, Peningkatan denyut jantung /
denyut nadi pada aktivitas yang minimal.
3) B3 : Pusing, sinkope, gemetar, kelemahan, kesemutan
terjadi disorientasi waktu, tempat, ruang (karena
kadar natrium rendah), letargi, kelelahan mental,
peka rangsangan, cemas, koma ( dalam keadaan
krisis)41
Page 42
4) B4 : Diuresis yang diikuti oliguria, perubahan
frekuensi dan krakteristik urin
5) B5 : Mulut dan tenggorokan : nafsu makan menurun,
bibir kering, bisung usus ↑, Nyeri tekan karena ada
kram abdomen,
6) B6 : Penurunan tonus otot, Lelah, nyeri /
kelemahan pada otot terjadi perburukan setiap
hari), tidak mampu beraktivitas / bekerja.
penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi.
(Monica Ester, Skp. 2009)
2.2.11 Diagnosa Keperawatan
a) Kekurangan volume cairan b/d kekurangan natrium dan
kehilangan cairan melalui ginjal, kelenjar keringat,
saluran GIT ( karena kekurangan aldosteron)
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake
tidak adekuat (mual, muntah, anoreksia) defisiensi
glukontikord
c) Intoleransi aktivitas b/d penurunan produksi
metabolisme, ketidakseimbangan cairan elektrolit dan
glukosa
42
Page 43
d) Gangguan harga diri b/d perubahan dalam kemampuan
fungsi, perubahan karakteristik tubuh
e) Defisit perawatan diri b/d kelamahan otot
2.2.12 RencanaKeperawatan
a) Kekurangan volume cairan b/d ketidakseimbangan input dan output
Kriteria hasil :
Pengeluaran urin adekuat (1 cc/kg BB/jam)
TTV dbn N : 80 – 100 x/menit S : 36 – 37oC TD : 120/80
mmHg
Tekanan nadi perifer jelas kurang dari 3 detik
Turgor kulit elastis
Pengisian kapiler naik kurang dari 3 detik
Membran mukosa lembab
Warna kulit tidak pucat
Rasa haus tidak ada
BB ideal (TB 100) – 10% (TB – 100) – H
Hasil lab
43
Page 44
Ht :
- Wanita = 37 – 47 %
- Pria = 42 – 52 %
Ureum = 15 – 40 mg/dl
Natrium = 135 – 145 mEq/L
Calium = 3,3 – 5,0 mEq/L
Kretanium = 0,6 – 1,2 mg/dl
Intervensi
1) Pantau TTV, catat perubahan tekanan darah pada perubahan
posisi, kekuatan dari nadi perifer
R/ Hipotensi postural merupakan bagian dari hiporolemia
akibat kekurangan hormon aldosteron dan penurunan curah
jantung sebagai akibat dari penurunan kolesterol
2) Ukur dan timbang BB klien
R/ Memberikan pikiran kebutuhan akan pengganti volume
cairan dan keefektifan pengobatan, peningkatan BB yang
44
Page 45
cepat disebabkan oleh adanya retensi cairan dan natrium
yang berhubungan dengan pengobatan strois
3) Kaji pasien mengenai rasa haus, kelelahan, nadi cepat,
pengisian kapiler memanjang, turgor kulit jelek, membran
mukosa kering, catat warna kulit dan temperaturnya.
R/ mengidentifikasi adanya hipotermia dan mempengaruhi
kebutuhan volume pengganti.
4) Periksa adanya status mental dan sensori
R/ dihidrasi berat menurunkan curah jantung, berat dan
perfusi jaringan terutama jaringan otak
5) Auskultasi bising usus ( peristaltik usus) catat dan
laporkan adanya mual muntah dan diare.
R/ kerusakan fungsi saluran cerna dapat meningkatkan
kehilangan cairan dan elektrolit dan mempengaruhi cara
untuk pemberian cairan dan nutrisi
6)Berikan perawatan mulut secara teratur
R/ membantu menurunkan rasa tidak nyaman akibat dari
dehidrasi dan mempertahankan kerusakan membrane mukosa.
7) Berikan cairan oral 1500 cc – 2000 cc / hr sesegera
mungkin, sesuai dengan kemampuan klien
45
Page 46
R/ adanya perbaikan pada saluran cerna dan kembalinya
fungsi cairan cerna tersebut memungkinkan cairan dana
elektrolit melalui oral.
Kolaborasi
8) Berikan cairan, antara lain :
Cairan Na Cl 0,9 %
R/ mungkin kebutuhan cairan pengganti 4 – 6 liter, dengan
pemberian cairan Na Cl 0,9% melalui IV 500 – 1000
ml/jam, dapat mengatasi kekurangan natrium yang sudah
terjadi larutan glukosa.
9 )Berikan obat sesuai dosis
Kartison (ortone) / hidrokartison (cortef) 100 mg
intravena setiap 6 jam untuk 24 jam
R/ dapat mengganti kekurangan kartison dalam tubuh dan
meningkatkan reabsorbsi natrium sehingga dapat
menurunkan kehilangan cairan dan mempertahankan curah
jantung
Mineral kortikoid, flu dokortisan, deoksikortis 25 – 30
mg/hr per oral
46
Page 47
R/ di mulai setelah pemberian dosis hidrokortisol yang
tinggi yang telah mengakbatkan retensi garam berlebihan
yang mengakibatkan gangguan tekanan darah dan gangguan
elektrolit.
10) Pasang / pertahankan kateter urin dan selang NGT sesuai
indikasi
R/ dapat menfasilitasi pengukuran haluaran dengan akurat
baik urin maupun lambung, berikan dekompresi lambung dan
membatasi muntah
11) Pantau hasil laboratorium
Hematokrit ( Ht)
R/ peningkatan kadar Ht darah merupakan indikasi
terjadinya hemokonsentrasi yang akan kembali normal
sesuai dengan terjadinya dehidrasi pada tubuh
Ureum / kreatinin
R/ peningkatan kadar ureum dan kreatinin darah
merupakan indikasi terjadinya kerusakan tingkat sel
karena dehidrasi / tanda serangan gagal jantung
Natrium
47
Page 48
R/ hiponatremia merupakan indikasi kehilangan melalui
urin yang berlebihan katena gangguan reabsorbsi pada
tubulus ginjal
Kalium
R/ penurunan kadar aldusteron mengakibatkan penurunan
natrium dan air sementara itu kalium tertahan sehingga
dapat menyebabkan hiperkalemia.
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak
adekuat (mual, muntah, anoreksia) defisiensi glukortikoid
Kriteria hasil :
- Tidak ada mual mutah
- BB ideal (TB-100)-10%(TB-100)
- Hb :
- Wanita : 12 – 14 gr/dl
- Pria : 13 – 16 gr/dl
Ht :
- Wanita : 37 – 47 %
- Pria : 42 – 52 %
48
Page 49
Albumin : 3,5 – 4,7 g/dl
Glebulin : 2,4 – 3,7 g/dl
Bising Usus : 5 – 12 x/menit
- Nyeri kepala
- Kesadaran kompos mentis
- TTV dalam batas normal
(S : 36 – 372 oC)
(RR : 16 – 20 x/menit)
Intervensi
1) Auskultasi bising usus dan kaji apakah ada nyeri perut,
mual muntah
R/ Kekurangan kartisol dapat menyebabkan fejala intestinal
berat yang mempengaruhi pencernaan dan absorpsi makanan
2) Catat adanya kulit yang dingin / basah, perubahan tingkat
kesadaran, nyeri kepala, sempoyongan
R/ Gejala hipoglikemia dengan timbulnya tanda tersebut
mungkin perlu pemberian glukosa dan mengindikasikan
pemberian tambahan glukokortikad
3) Pantau pemasukan makanan dan timbang BB tiap hari
49
Page 50
R/ anoreksi, kelemahan, dan kehilangan pengaturan
metbolisme oleh kartisol terhadap makanan dapat
mengakibatkan penurunan berat badan dan terjadinya mal
nutrisi
4) Berikan atau bantu perawatan mulut
R/ mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan
5) Berikan lingkungan yang nyaman untuk makan contoh bebas
dari bau yang tidak sedap, tidak terlalu ramai
R/ Dapat meningkatkan nafsu makan dan memperbaiki
pemasukan makanan
6) Pertahankan status puasa sesuai indikasi
R/ mengistirahatkan gastro interstinal, mengurangi rasa
tidak enak
7) Berikan Glukosa intravena dan obat – obatan sesuai
indikasi seperti glukokortikoid
R/ memperbaiki hipoglikemi, memberi sumber energi
pemberian glukokertikoid akan merangsang glukoogenesis,
menurunkan penggunaan mukosa dan membantu penyimpanan
glukosa sebagai glikogen
50
Page 51
8) Pantau hasil lab seperti Hb, Hi
R/ anemia dapat terjadi akibat defisit nutrisi /
pengenceran yang terjadi akibat reterisi cairan
sehubungan dengan glukokortikoid.
c) Intoleransi aktivitas b/d penurunan O2 ke jaringan otot
kedalam metabolisme, ketidak seimbangan cairan elektrolit
dan glukosa
Kriteria hasil :
- menunjukan peningkatan klien dan partisipasi dalam
aktivitas setelah dilakukan tindakan
- TTV N : 80 – 100 x/menit RR : 16 – 20 x/menit TD : 120/80
mmHg
Intervensi
1) Kaji tingkat kelemahan klien dan identifikasi aktivitas
yang dapat dilakukan oleh klien
51
Page 52
R/ pasien biasanya telah mengalami penurunan tenaga
kelemahan otot, menjadi terus memburuk setiap hari karena
proses penyakit dan munculnya ketidakseimbangan natrium
kalium
2) Pantau TTV sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
R/ kolapsnya sirkulasi dapat terjadi sebagai dari stress,
aktivitas jika curah jantung berkurang
3) Sarana pasien untuk menentukan masa atau periode antara
istirahat dan melakukan aktivitas
R/ mengurangi kelelahan dan menjaga ketenangan pada
jantung
4) Diskusikan cara untuk menghemat tenaga misal : duduk
lebih baik dari pada berdiri selama melakukan aktivitas
R/ pasien akan dapat melakukan aktivitas yang lebih banyak
dengan mengurangi pengeluaran tenaga pada setiap kegiatan
yang dilakukan
d) Gangguan harga diri b/d perubahan dalam kemampuan fungsi,
perubahan karakteristik tubuh
Kriteria hasil :
52
Page 53
- Menunjukan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan yang
terjadi pada tubuhnya
- Dapat beradaptasi dengan orang lain
- Dapat mengungkapkan perasaannya tentang dirinya.
Intervensi
1) Dorongan pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keadaannya misal : perubahan penampilan dan peran
R/ Membantu mengevaluasi berapa banyak masalah yang
dapat diubah oleh pasien
2) Sarankan pasien untuk melakukan manajemen stress
misal :
- Teknik relaksasi
- Visualisasi
- Imaginasi
R/ Meminimalkan perasaan stress, frustasi, meningkatkan
kemampuan koping.
3) Dorongan pasien untuk membuat pilihan guna
berpartisipasi dalam penampilan diri sendiri
53
Page 54
R/ dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri,
memperbaiki harga diri
4) Fokus pada perbaikan yang sedang terjadi dan pengobatan
misal menurunkan pigmentasi kulit
R/ ungkapkan seperti ini dapat mengangkat semangat
pasien dan meningkatkan harga diri pasien.
5) Sarankan pasien untuk mengunjungi seseorang yang
penyakitnya telah terkontrol dan gejalanya telah
berkurang
R/ dapat menolong pasien untuk melihat hasil dari
pengobatan yang telah dilakukan
6) Kolaborasi
Rujuk kepelayanan sosial konseling, dan kelompok
pendukung sesuai pendukubg
R/ pendekatan secara koprehensif dapat membantu memnuhi
kebutuhan pasien untuk memelihara tingkah laku pasien.
2.3 Krisis addisonian
2.3.1 Pengertian :
- Suatu keadaan gawat darurat yang berhubungan dengan
menurunnya ataukekurangan hormon yang relatif dan
54
Page 55
terjadinya kolaps sistem kardiovaskuler dan biasanya
gejala gejalanya non spesifik, seperti muntah dan nyeri
abdomen. (Huetter, 2005)
- Habisnya penyimpanan glukokortikoid pada penderita
hipofungsi adrenal akibta trauma, pembedahan, atau stress
fisiologis lainnya. (Lippincott, 2011)
2.3.2 Etiologi :
Menurut Kummar, dkk (2007), penyebab terjadinya
insufisiensi akut ini dikarenakakn beberapa hal, antara
lain :
a. Sindrom Waterhouse-Friderichsen
Perdarahan adrenal massif dapat menghancurkan korteks
adrenal sedemikian banyak sehingga terjadi insufisiensi
adrenal korteks akut.Keadaan ini dapat terjadi pada
pasien yang mendapat terapi pemeliharaan antikoagulan,
pada pasien pasca operasi yang mengalami koagulasi
intravaskuler diseminata, selama kehamilan, dan pada
pasien yang menderita sepsis berat (syndrome
waterhouse- friderichsen).syndrome waterhouse-
friderichsen adalah perdarahan adrenal hebat dengan
55
Page 56
sepsis berat yang mengakibatkan Krisis adrenal.
Pathogenesis syndrome ini belum jelas tetapi
kemungkinan berkaitan denngan cedera vaskuler akibat
endotoksin disertai koagulasi intravaskuler diseminata
(Kumar, 2007).
b. Penghentian mendadak terapi kortikosteroid jangka
panjang
Pasien yang mendapatkan terapi pemeliharaan
kortikosteroid eksopgen, penghen tian mendadak
kortikosteroid atau kegagalan meningkat dosis steroid
sebagai respon terhadap suatu stres akut dapat memicu
krisis adrenal serupa karena ketidakmampuan adrenal
yang atrofik untuk menghasilkan hormone glukokortikoid
(Kumar, 2007)
c. Stres pada pasien yang sudah mengidap insufisiensi
adrenal kronis
Krisis adrenal sering terjadi pada keadaan klinis
seperti tercantum. Seperti telah disinggung pada pasien
56
Page 57
ddengan insufisiensi adrenokoterks kronis dapat
mengalamai krisis akut setelah stress apapun yang
menguras cadangan fisiologik mereka yang terbatas.
(Kumar, 2007)
Pemicu Krisis Addison menurut Camer (2011) adalah :
1. Stress (infeksi, pembedahan, trauma, perdarahan, atau
distress psikologi)
Penggantian mendadak terapi hormone kortikosteroid
2. Dimana sering sekali terjadi pada pasien yang kurang
pengetahuan tentang penggantrian terapi.
3. Setelah pembedahan adrenal
4. Kerusakan kelenjar pitiutari
2.3.3 Patofisiologi
Korteks adrenal memproduksi 3 hormon streroid
yaitu hormon glukokortikoid (kortisol),
mineralkortikoid (aldosteron, 11
deoxycoticosterone) dan androgen
(dehydroepiandosterone). Hormon utama yang penting
dalam kejadian suatu krisisadrenal adalah produksi
dari kortisol dan adrenal aldolteron yang sangat sedikit.
57
Page 58
Kortisol meningkatkan glukoneogenesis dan
menyediakan zat - zat melalui proteolisis, penghambat
sintesis protein, mobilisasi asam lemak,dan
meningkatkan pengambilan asam amino di hati. Kortisol
secara tidak langsung meningkatkan sekresiinsulin
untuk mengimbangi hperglikemi tetapi juga
menurunkan sensitivitas dariinsulin.Kortisol juga
mempunyai efek anti inflamasi untuk mestabilkan
lisosom, menurunkan respon leukositik dan menghambat
produksi sitokin. Aktivitas fagositik dipertahankan
tetapi
sel mediated imunityhilang pada keadaan kekurangan
kortisoldan mensupresi sintesis adrenokortikotropik
hormon ( ACTH).
Aldosteron di keluarkan sebagai respon terhadap
stimulasi dari angiotensin IImelalui system renin
angiotensin, hiperkalemi, hiponatremi dan antagonis
dopamin.Efek nya pada target organ primer.Ginjal
meningkatkan reabsorpsi dari natrium dansekresi dari
kalium dan hidrogen. Mekanismenya masih belum jelas,
58
Page 59
peningkatan darinatrium dan kalium mengaktivasi enzim
adenosine triphosphatase ( Na/K ATPase)yang
bertangung jawab untuk trasportasi natrium dan juga
meningkatkan aktivitasdaricarbonic anhidraseefek nya
adalah meningkatkan volume intravaskuler. Sistem rennin
tidak di pengaruhi oleh glukokortikoid eksogen dan
kurangnya ACTH mempunyai efek yang sangat kecil untuk
kadar aldostreron atau kekurangan hormon adrenokortikal
menyebabkan efek yang menyebabkan gejala klinin yang di
temukan pada penyakit adrenal. (Mc phe Sj, 2003)
59
Page 60
Gambar 1 , Dikutip dari Adddison crisis pathway, Widebertha`s MESSAGE BOARD; available at :
http://pages.zdnet.com/nana200 3/id129,html
60
Page 61
2.3.4 Manifestasi klinis
Gejala klinis yang mendukung suatu diagnosis krisis adrenal
adalah sebagai berikut :
a. Syok yang sulit dijelaskan etiologinya
biasanya tidak ada pengaruh dengan pemberian
resusitasi cairan atau vasopresor.
b. Hipotermia atau hipertermia
Yang berhubungan dengan kekurangan kortisol yaitu
cepat lelah, lemah badan,anoreksia, mual mual dan
muntah , diare, hipoglikemi, hipotensi, hiponatremi
c. Yang berhubungan dengan kekurangan hormon aldosteron
yaitu hiperkalemia danhipotensi berat yang menetap
d.Lain lain tergantung dari penyebab, mungkin
didapatkan panas badan, nyeriabdomen dan pinggang
yang berhubungan dengan perdarahan kelenjar adrenal
(Cooper MS,Stewart PM, 2003)
2.3.5 Pemeriksaan diagnostik
a . D a t a l a b o r a t o r i u m m e m p e r l i h a t k a n k a d a r
g l u k o s a d a r a h y a n g r e n d a h . Biasanya kadar61
Page 62
natrium plasma juga rendah tetapi jarang dibawah
120 meq/L dankadar valium darah meningkat,
tetapi jarang diatas 7 meq.L. Penderita
biasanyamengalami asidosis dengan kadar bikarbonat
plasma antara 15-20 meq /L. Kadar ureum juga
meningkat. Kemungkinan diagnosa juga dapat di
lihat dari adanyaeosinofilia dan limpositosis pada
SADT, dan adanya gangguan kadar serum tiroid.
b. Diagnosa paling spesifik yaitu dengan memeriksa
kadar ACTH dan kortisol, jika terdapat banyak waktu.
Serum kotisol biasanya kadarnya kurang dari 20
mcg/dltetapi kita dapat menunggu untuk melakukan
pemeriksaan ini bila pasien sudah dapatdistabilkan. Jika
akan dilakukan test untuk menstimulasi ACTH setelah
memulai Stessdose steroid pastikanlah steroid sudah
diganti ke dexametason karena tidak akanmempengaruhi
test.
c. Cara melakukan ACTH test adalah pertama tetapkan
kadar kortisol plasma baseline, kemudian berikan ACTH
62
Page 63
250 mcg intavena yang diberi tekanan kemudian pantau
serum kortisol 30-60 menit setelah diberikan ACTH.
Kenaikan kurang dari 9mcg dapat dipikirkan sebagai
insuficiensi adrenal.
d. Pada foto thorax harus di cari dan di beri tanda
tuberculosis, histoplasmosis, kegaanasan, sarkoid dan
lymphoma.
e. Pada pemeriksaan CT scan abdomen menggmabarkan kelenjar
adrenal mengalami perdaran atropi, gangguan infiltrasi,
penyakit metabolic. Perdrahan adrenal terlihat sebagai
bayangan hiperdens, dan terdapat pembesaran kelenjar
yang bilateral.
f. Pada pemeriksaan EKG mempelihatkan adanya pemanjangan
dari interval QTyang dapat mengakibatkan ventikular
aritmia, gelombang t inverted yang dalam dapatterjadi
pada akut adrenal krisis.
g. Pemeriksaan histologis tergantung dari penyebab
kegagalan adrenal. Pada kegagalan adrenokortikal yang
primer, terlihat gambaran infeksi dan penyakit
infiltrative. Pada kegagalan adrenokortikal yang
63
Page 64
sekunder dapt menyababkan atrofi kelenjar adreanal.
Gmabaran dari perdarahan adrenal bilateral amungkin akan
di temukan gambaran drah saja ( Cooper MS,Stewart PM,
2003).
2.3.6 Penatalakasanaan
Tujuan immediate terapi adalahuntuk
mengelolatehhormonyang diperlukandan
mengembalikankeseimbangan cairan danelektrolit.
Hidrokortison, 100mgintravena, diberikansegera, diikuti
oleh100 mg setiap 6 sampai 8 jam. Resusitasi cairan juga
segera dengan normal saline dan larutan dekstrosa 5%.
Tingkat penggantian cairan dan elektrolit oleh tingkat
deplesi volume, kadar elektrolitserum, dan respon klinis
terhadap terapi (Morton, et al, 2009).
Masalah medis atau bedah yang terkait dapat
mengindikasikan kebutuhan untuk tekanan darah invasif dan
pemantauan hemodinamik. Tujuan manajemen lain adalah
untuk mencegah komplikasi. Ini termasuk tanda dan gejala
ketidakseimbangan elektrolit (hiponatremi dan
hiperkalsemi).Monitor pernafasan dan fungsi
64
Page 65
kardiovaskuler. Perawat mencari perubahan tekanan darah,
denyut jantung dan irama, warna kulit dan temprature,
CRT, dan CVP.Ini adalah risiko hipotensi ortostatik,
bradikardia, dan dysrthmias.Perawat juga memantau tanda
neuromuskuler, seperti kelemahan, berkedut,
neuromuskuler, dan parasthesia (Morton, et al, 2009).
Dukungan emosional, penjelasan sederhana,
danlingkungan yang cukupefektifdalam membantu pasien
secara emosional melalui krisis fisiologis. Setelah
krisis akut berakhir, pendidikan pasiena dalah tujuan
perawatan.Pasien pendidikan sangat diperlukan karena
prognosis akhir tergantung padakemampuan pasienuntuk
memahami dan menindaklanjuti dengan perawatan diri.
Perawatan diri termasuk mengetahui rejimen pengobatan,
faktorstres dan efeknya pada penyakit, dan tanda-
tandakrisis yang akan datang, mengenakan tanda medis atau
gelang, atau membawa kartu dompet, dan minum obatyang
diresepkan (Morton, et al, 2009).
Krisis adrenal , pasien membutuhkan suntikan
langsung dari hidrokortison melalui pembuluh darah
65
Page 66
( intravena ) atau otot ( intramuskular ) . Anda mungkin
menerima cairan infus jika Anda memiliki tekanan darah
rendah . Anda akan perlu pergi ke rumah sakit untuk
perawatan dan pemantauan . Jika infeksi yang disebabkan
krisis , Anda mungkin perlu terapi antibiotik(ULCA).
2.4 Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a) Identitas
Penyakit Addison bisa terjadi pada laki – laki maupun
perempuan yang mengalami krisis adrenal
b) Keluhan Utama
Pada umumnya pasien mengalami dehidrasi, hipotensi,
mengeluh kelemahan, fatique, nausea dan muntah
2.4.1 Pemeriksaan Fisik
a) Sistem Pernapasan
I : Bentuk dada simetris, pergerakan dada cepat,
adanya kontraksi otot bantu pernapasan (dispneu),
terdapat pergerakan cuping hidung
P : Terdapat pergesekan dada tinggi
P : Resonan
66
Page 67
A : Terdapat suara ronkhi, krekels pada keadaan
infeksi
b) Sistem Cardiovaskuler
I : Ictus Cordis tidak tampak
P : Ictus cordis teraba pada ICS 5-6 mid clavikula
line sinistra
P : Redup
A : Suara jantung melemah
c) Sistem Pencernaan
Mulut dan tenggorokan : nafsu makan menurun, bibir
kering
Abdomen : I : Bentuk simetris
A: Bising usus meningkat
P : Nyeri tekan karena ada kram abdomen
P : Timpani
d) Sistem muskuluskeletal dan integumen
Ekstremitas atas : terdapat nyeri
Ekstremitas bawah : terdapat nyeri
Penurunan tonus otot
e) Sistem Endokrin
67
Page 68
Destruksi kortek adrenal dapat dilihat dari foto
abdomen, Lab. Diagnostik ACTH meningkat
Integumen Turgor kulit jelek, membran mukosa kering,
ekstremitas dingin, cyanosis, pucat, terjadi
hiperpigmentasi di bagian distal ekstremitas dan buku
– buku pad ajari, siku dan mebran mukosa.
f) Sistem Eliminasi Urin
Diuresis yang diikuti oliguria, perubahan frekuensi
dan krakteristik urin
Eliminasi Alvi
Diare sampai terjadi konstipasi, kram abdomen
g) Sistem Neurosensori
Pusing, sinkope, gemetar, kelemahan otot, kesemutan
terjadi disorientasi waktu, tempat, ruang (karena
kadar natrium rendah), letargi, kelelahan mental, peka
rangsangan, cemas, koma ( dalam keadaan krisis)
h) Nyeri / kenyamanan
Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala, nyeri tulang
belakang, abdomen, ekstremitas
68
Page 69
i) Keamanan
Tidak toleran terhadap panas, cuaca udaha panas,
penngkatan suhu, demam yang diikuti hipotermi (keadaan
krisis)
j) Aktivitas / Istirahat
Lelah, nyeri / kelemahan pada otot terjadi perburukan
setiap hari, tidak mampu beraktivitas /
bekerja.Peningkatan denyut jantung / denyut nadi pada
aktivitas yang minimal, penurunan kekuatan dan rentang
gerak sendi.
k) Seksualitas
Adanya riwayat menopouse dini, aminore, hilangnya
tanda – tanda seks sekunder (berkurang rambut – rambut
pada tubuh terutama pada wanita) hilangnya libido.
l) Integritas Ego
69
Page 70
Adanya riwayat – riwayat fasctros stress yang baru
dialami, termasuk sakit fisik atau pembedahan,
ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tidak stabil.
(Doenges, 2000; Internasional, Nanda. 2010;)
2.4.2 Diagnosa Keperawatan:
1) Kekurangan volume cairan b/d ketidakseimbangan input
dan output
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d defisiensi
glukokortikoid.
3) Resiko terhadap penurunan curah jantung b.d
menurunnya aliran darah vena/volume sirkulasi;
berubahnya kecepatan, irama dan konduksi jantung
(akibat ketidakseimbangan elektrolit).
2.4.3 Intervensi
a. Kekurangan volume cairan b/d ketidakseimbangan input dan output
Kriteria hasil :
Pengeluaran urin adekuat (1 cc/kg BB/jam)
TTV dbn N : 80 – 100 x/menit S : 36 – 37oC TD : 120/80 mmHg
Tekanan nadi perifer jelas kurang dari 3 detik
Turgor kulit elastis70
Page 71
Pengisian kapiler naik kurang dari 3 detik
Membran mukosa lembab
Warna kulit tidak pucat
Rasa haus tidak ada
BB ideal (TB 100) – 10% (TB – 100) – H
Hasil lab
Ht :
- Wanita = 37 – 47 %
- Pria = 42 – 52 %
Ureum = 15 – 40 mg/dl
Natrium = 135 – 145 mEq/L
Calium = 3,3 – 5,0 mEq/L
Kretanium = 0,6 – 1,2 mg/dl
Intervensi
1) Pantau TTV, catat perubahan tekanan darah pada perubahan
posisi, kekuatan dari nadi perifer
R/ Hipotensi postural merupakan bagian dari hiporolemia
akibat kekurangan hormon aldosteron dan penurunan curah
jantung sebagai akibat dari penurunan kolesterol
71
Page 72
2) Ukur dan timbang BB klien
R/ Memberikan pikiran kebutuhan akan pengganti volume cairan
dan keefektifan pengobatan, peningkatan BB yang cepat
disebabkan oleh adanya retensi cairan dan natrium yang
berhubungan dengan pengobatan strois
3) Kaji pasien mengenai rasa haus, kelelahan, nadi cepat,
pengisian kapiler memanjang, turgor kulit jelek, membran
mukosa kering, catat warna kulit dan temperaturnya.
R/ mengidentifikasi adanya hipotermia dan mempengaruhi
kebutuhan volume pengganti
4) Periksa adanya status mental dan sensori
R/ dihidrasi berat menurunkan curah jantung, berat dan
perfusi jaringan terutama jaringan otak.
5) Auskultasi bising usus ( peristaltik usus) catat dan
laporkan adanya mual muntah dan diare
R/ kerusakan fungsi saluran cerna dapat meningkatkan
kehilangan cairan dan elektrolit dan mempengaruhi cara untuk
pemberian cairan dan nutrisi
6) Berikan perawatan mulut secara teratur
72
Page 73
R/ membantu menurunkan rasa tidak nyaman akibat dari
dehidrasi dan mempertahankan kerusakan membrane mukosa.
7) Berikan cairan oral 1500 cc – 2000 cc / hr sesegera
mungkin, sesuai dengan kemampuan klien
R/ adanya perbaikan pada saluran cerna dan kembalinya fungsi
cairan cerna tersebut memungkinkan cairan dana elektrolit
melalui oral.
Kolaborasi
8) Berikan cairan, antara lain :
Cairan Na Cl 0,9 %
R/ mungkin kebutuhan cairan pengganti 4 – 6 liter, dengan
pemberian cairan Na Cl 0,9 % melalui IV 500 – 1000 ml/jam,
dapat mengatasi kekurangan natrium yang sudah terjadi
larutan glukosa
R/ dapat menghilangkan hipovolemia
9 )Berikan obat sesuai dosis
Kartison (ortone) / hidrokartison (cortef) 100 mg
intravena setiap 6 jam untuk 24 jam
R/ dapat mengganti kekurangan kartison dalam tubuh dan
meningkatkan reabsorbsi natrium sehingga dapat
73
Page 74
menurunkan kehilangan cairan dan mempertahankan curah
jantung
Mineral kortikoid, flu dokortisan, deoksikortis 25 – 30
mg/hr per oral
R/ di mulai setelah pemberian dosis hidrokortisol yang
tinggi yang telah mengakbatkan retensi garam berlebihan
yang mengakibatkan gangguan tekanan darah dan gangguan
elektrolit.
10) Pasang / pertahankan kateter urin dan selang NGT sesuai
indikasi
R/ dapat menfasilitasi pengukuran haluaran dengan akurat
baik urin maupun lambung, berikan dekompresi lambung dan
membatasi muntah
11) Pantau hasil laboratorium
Hematokrit ( Ht)
R/ peningkatan kadar Ht darah merupakan indikasi
terjadinya hemokonsentrasi yang akan kembali normal
sesuai dengan terjadinya dehidrasi pada tubuh
Ureum / kreatinin
74
Page 75
R/ peningkatan kadar ureum dan kreatinin darah
merupakan indikasi terjadinya kerusakan tingkat sel
karena dehidrasi / tanda serangan gagal jantung
Natrium
R/ hiponatremia merupakan indikasi kehilangan melalui
urin yang berlebihan katena gangguan reabsorbsi pada
tubulus ginjal
Kalium
R/ penurunan kadar aldusteron mengakibatkan penurunan
natrium dan air sementara itu kalium tertahan sehingga
dapat menyebabkan hiperkalemia.
b. nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat
(mual, muntah, anoreksia) defisiensi glukortikoid
Kriteria hasil :
- Tidak ada mual mutah
- BB ideal (TB-100)-10%(TB-100)
- Hb :
Wanita : 12 – 14 gr/dl
75
Page 76
Pria : 13 – 16 gr/dl
Ht :
Wanita : 37 – 47 %
Pria : 42 – 52 %
Albumin : 3,5 – 4,7 g/dl
Glebulin : 2,4 – 3,7 g/dl
Bising Usus : 5 – 12 x/menit
- Nyeri kepala
- Kesadaran kompos mentis
- TTV dalam batas normal
(S : 36 – 372 oC)
(RR : 16 – 20 x/menit)
Intervensi
1) Auskultasi bising usus dan kaji apakah ada nyeri perut,
mual muntah
R/ Kekurangan kartisol dapat menyebabkan fejala intestinal
berat yang mempengaruhi pencernaan dan absorpsi makanan
2) Catat adanya kulit yang dingin / basah, perubahan tingkat
kesadaran, nyeri kepala, sempoyongan
76
Page 77
R/ Gejala hipoglikemia dengan timbulnya tanda tersebut
mungkin perlu pemberian glukosa dan mengindikasikan
pemberian tambahan glukokortikad
3) Pantau pemasukan makanan dan timbang BB tiap hari
R/ anoreksi, kelemahan, dan kehilangan pengaturan
metbolisme oleh kartisol terhadap makanan dapat
mengakibatkan penurunan berat badan dan terjadinya mal
nutrisi
4) Berikan atau bantu perawatan mulut
R/ mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan
5) Berikan lingkungan yang nyaman untuk makan contoh bebas
dari bau yang tidak sedap, tidak terlalu ramai
R/ Dapat meningkatkan nafsu makan dan memperbaiki
pemasukan makanan
6) Pertahankan status puasa sesuai indikasi
R/ mengistirahatkan gastro interstinal, mengurangi rasa
tidak enak
7) Berikan Glukosa intravena dan obat – obatan sesuai
indikasi seperti glukokortikoid
77
Page 78
R/ memperbaiki hipoglikemi, memberi sumber energi
pemberian glukokertikoid akan merangsang glukoogenesis,
menurunkan penggunaan mukosa dan membantu penyimpanan
glukosa sebagai glikogen
8) Pantau hasil lab seperti Hb, Hi
R/ anemia dapat terjadi akibat defisit nutrisi /
pengenceran yang terjadi akibat reterisi cairan
sehubungan dengan glukokortikoid.
2. Resiko terhadap penurunan curah jantung b.d menurunnya
aliran darah vena/volume sirkulasi; berubahnya kecepatan,
irama dan konduksi jantung (akibat ketidakseimbangan
elektrolit).
Intervensi :
1. Auskultasi TD.Bandingkan kedua tangan dan ukur dengan
posisi tidur, duduk, dan berdiri bila bisa.
R/ Hipotensi ortostatik terjadi karena status cairan
sedikit akibat defisiensi aldosteron
2. Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi.
78
Page 79
R/ Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya
kelemahan/kekuatan nadi. Ketidakteraturan diduga
disritmia, yang memerlukan evaluasi lanjut.
3. Catat terjadinya S3, S4.
R/ S3 biasanya dihubungkan GJK
4. Auskultasi bunyi napas.
R/ Krekels menunjukkan kongesti paru mungkin terjadi
karena penurunan fungsi miokardia
5. Pantau frekuensi jantung dan irama. Catat disritmia.
R/ Frekuensi dan irama jantung berespon terhadap obat dan
aktivitas sesuai dengan terjadinya komplikasi/disritmia
yang mempengaruhi fungsi jantung atau meningkatkan
kerusakan iskemik.
6. Kolaborasi berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
R/ Kelebihan latihan meningkatkan konsumsi / kebutuhan
oksigen. Meningkatkan jumlah sediaan oksigen untuk
menurunkan disritmia lanjut.
7. Observasi ulang seri EKG.
79
Page 80
R/ Memberikan informasi sehubungan dengan
kemajuan/perbaikan, keseimbangan elektrolit dan efek
teraphi obat
8. Pantau data laboratorium : contoh GDA, elektrolit.
R/ Adanya hipoksia menunjukkan kebutuhan tambahan oksigen.
Keseimbangan elektrolit, misal : hiperkalemia sangat besar
berpengaruh pada jantung.
80
Page 81
Daftar Pustaka
Brunner,dkk. 2000. Keperawatan medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC
Camera, Ian. M. 2011. Medical Surgical Nursing : Assessment and Managementof Clinical Problems. Elsevier : Missouri
Davey, Patrick. 2006. At a glace medicine.jakarta: erlangga
Doenges, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untukPerencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Greenstein, ben.2010. at glance system endokrin. Jakarta:Erlangga
Guyton & hall. 2008. Kalium dalam cairan ekstraselular. Jakarta : EGC
Huetther SE. Disorders of Adrenal Gland, Alteration ofHormonal Regulatin.In:Mc Cance KL, Huether SE. The biologicbasis for diseases in adult and children. 5thEdition; 2005: 720-728
Internasional, Nanda. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi2009-2011. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Isselbacher, Kurt J. 2000. Harrison : Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam.Jakarta : EGC
81
Page 82
Kumar, R, et al. 2007. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC
M c P h e e S J . D i s o r d e r s o f t h e A d r e n a l C o r t e x . I n :M c P h e e S J , L i n g g a p a VR,Ganong WF.eds. Pathophisiology ofDiseases. 4th Edition .New York: McGraw-Hill; 2003 : 597-61
Monica Ester, Skp. 2009. Klien Gangguan Endokrin : Seri AsuhanKeperawatan. Jakarta : EGC
Price, Sylvia A.2001.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed 4Buku 2.Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah Brunner &Suddarth. Edisi 8. Vol. 2. Jakarta : EGC.
Sloane, Ethel. (2003). Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC
William, Lippincot, 2010, Nursing the series of clinical exelence.Jakarta:Indeks
82