Top Banner
PAPER II TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA Arip Sanjaya, Fiter Fernando, Liokta Lanima, Rahmat Nursyamli, Zhazha Ricky D SIKLUS KEHIDUPAN KELUARGA Dalam siklus kehidupan keluarga terdapat tahap-tahap yang dapat diprediksi. seperti individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berturut-turut, keluarga sebagai sebuah unit juga mengalami tahap-tahap perkembangan yang berturut-turut. Delapan Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Tahap I :Keluarga Pemula (juga menuju pasangan menikah atau tahap pernikahan) Tahap II:Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi sampai umur 30 bulan) Tahap III : Keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2 hingga 6 tahun) Tahap IV: Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur 6 hingga 13 tahun). Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13 hingga 25 tahun). Tahap VI:Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai anak terakhir) yang meninggalkan rumah. Tahap VII : Orangtua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiunan). 1
46

Makalah II Fix

Jan 27, 2016

Download

Documents

Arif Yudistira

u
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah II Fix

PAPER II

TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGAArip Sanjaya, Fiter Fernando, Liokta Lanima, Rahmat Nursyamli, Zhazha Ricky D

SIKLUS KEHIDUPAN KELUARGA

Dalam siklus kehidupan keluarga terdapat tahap-tahap yang dapat diprediksi.

seperti individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan

yang berturut-turut, keluarga sebagai sebuah unit juga mengalami tahap-tahap

perkembangan yang berturut-turut.

Delapan Tahap Siklus Kehidupan Keluarga

Tahap I :Keluarga Pemula (juga menuju pasangan menikah atau tahap

pernikahan)

Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi sampai umur

30 bulan)

Tahap III : Keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2 hingga 6

tahun)

Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur 6 hingga 13

tahun).

Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13 hingga 25

tahun).

Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak

pertama sampai anak terakhir) yang meninggalkan rumah.

Tahap VII : Orangtua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiunan).

Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia (juga menunjuk kepada

anggota keluarga yang berusia lanjut atau pensiun) hingga pasangan

yang sudah mengenalinya.

Diadaptasi dari Dupal, 1977 dan Miller, 1985

Formulasi tahap-tahap perkembangan keluarga yang paling banyak digunakan

untuk keluarga inti dengan dua orang tua adalah 8 tahap siklus kehidupan keluarga

dari Dupal, 1977 (lihat tabel 1) Selain itu Charter dan McGoldrick, 1988 belakangan

membuat model enam tahap yang sama bagi para ahli terapi keluarga. Tabel 2

membandingkan tahap-tahap perkembangan siklus kehidupan keluarga dari Dupall

dan Charter dan Goldrick.

1

Page 2: Makalah II Fix

Dalam paradigma dari Dupall, ia menggunakan tingkat umur dan tingkat

sekolah dari anak yang paling tua sebagai tonggak untuk interval siklus kehidupan,

dengan pengecualian untuk dua tahap terakhir kehidupan keluarga ketika anak-anak

sudah tidak ada lgi di rumah. Apalagi terdapat beberapa anak dalam keluarga, terjadi

beberapa tumpang tindih tahap-tahap yang berbeda. Sebaliknya Charter dan

McGoldrick, 1988 merumuskan tahap siklus kehidupan keluarga yang berfokus pada

hal-hal penting dimana anggota keluarga masuk dan keluar dari keluarga, jadi

mengganggu keseimbangan keluarga. Penekanan disini diletakkan pada hubungan-

hubungan yang berubah, yang menjadi syarat sehingga keluarga bisa bergerak dari

satu tahap siklus kehidupan ke tahap berikutnya.

Perbandingan Tahap-Tahap Siklus Kehidupan Keluarga menurut Duvall,

Miller, Charter dan McGoldrick

Charter dan McGoldrick

(Perspektif Terapi Keluarga)

Duvall dan Miller

(Perspektif Sosiologis)

1. Keluarga antara : dewasa muda

yang belum kawin

2. Penyatuan keluarga melalui

perkawinan : pasangan yang baru

menikah

3. Keluarga dengan anak kecil (masa

bayi hingga usia sekolah)

Tidak ada yang diidentifikasi di sini,

meskipun Duvall menganggap dewasa

muda sedang proses “dilepas”. Karena

terdapat waktu yang cukup antara masa

remaja dan pernikahan.

1. Keluarga pemula atau tahap

pernikahan.

2. Keluarga sedang mengasuh anak

(anak tertua adalah bayi sampai

umur 30 bulan)

3. Keluarga dengan anak usia

prasekolah (anak tertua berumur 2

½ hingga 5 tahun).

4. Keluarga dengan anak usia sekolah

(anak tertua umur 6 hingga 12

tahun)

5. Keluarga dengan akan remaja (anak

2

Page 3: Makalah II Fix

4. Keluarga dengan anak remaja

5. Keluarga melepaskan anak dan

pindah

6. Keluarga dalam kehidupan terakhir

tertua berumur 13 hingga 20)

6. Keluarga melepaskan anak dewasa

muda (semua anak meninggalkan

rumah)

7. Orangtua usia pertengahan (tidak

ada jabatan lagi hingga pensiun)

8. Keluarga dalam masa pensiun dan

lansia (mulai dari pensiun hingga

pasangan yang meninggal.

Adapted from Carter dan McGoldrick, (1988), Duvall and Miller, (1985)

1. Variasi Siklus Kehidupan Keluarga

Variasi-variasi dalam siklus kehidupan keluarga tradisional dapat dilihat pada

keluarga-keluarga dimana pasangan suami istri tidak menikah, dan terdapat

perkawinan sesama homoseksual, orangtua tunggal dan keluarga dengan orangtua tiri.

Makin banyak orang memilih berbagai bentuk keluarga dan karenanya konsep asal

tentang siklus kehidupan keluarga, mencakup keluarga inti dengan dua orangtua,

secara menyolok terbatas dalam aplikabilitasnya. Untuk keluarga-keluarga

nontradisional atau keluarga-keluarga miskin atau minoritas, terdapat variasi-variasi

pada penentuan tempo dan pengurutan kejadian keluarga (Teachman et al, 1987).

Karena pada saat ini keluarga dengan orangtua tunggal dan orangtua tiri berjumlah

cukup besar .

Bahkan dalam keluarga inti tradisional dengan dua orangtua terdapat

perubahan dalam penentuan tempo dari tahap-tahap siklus kehidupan keluarga.

Jumlah dewasa muda yang tinggal dengan tua, sendirian, atau dengan dewasa muda

lainnya semakin bertambah (“diantara tahap-tahap siklus kehidupan keluarga” dari

Charter dan McGoldrick). Banyak pasangan menunda menikah dan memperpendek

masa pengasuhan anak (hasil dari KB dan kerja), dan mempunyai lebih sedikit anak.

Dengan perubahan-perubahan ini dan umur harapan hidup yang lebih lama, terdapat

tahun-tahun yang cocok dalam dua tahap terakhir siklus kehidupan keluarga – tahap

usia pertengahan dan tahap pensiunan dan lansia.

3

Page 4: Makalah II Fix

2. Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Seperti individu-individu yang mempunyai tugas-tugas perkembangan yang

harus mereka capai agar mereka merasa puas selama suatu tahap perkembangan dan

agar mereka mampu beralih ke tahap berikutnya dengan berhasil, setiap tahap

perkembangan keluarga pun mempunyai tugas-tugas perkembangan yang spesifik.

Tugas-tugas perkembangan keluarga menyatakan tanggung jawab yang dicapai oleh

keluarga selama setiap tahap perkembangannya sehingga dapat memenuhi (1)

kebutuhan biologis keluarga, (2) imperatif budaya keluarga, dan (3) aspirasi dan nilai-

nilai keluarga (Duvall, 1977).

Bagaimana tugas-tugas perkembangan dalam keluarga berbeda dengan tugas-

tugas perkembangan individu anggota keluarga? Meskipun dalam kenyataan banyak

tugas-tugas tersebut adalah gabungan, tugas-tugas perkembangan keluarga

dibangkitkan bila keluarga sebagai sebuah unit berupaya memenuhi tuntutan-tuntutan

perkembangan mereka secara individual. Tugas-tugas perkembangan keluarga juga

diciptakan oleh tekanan-tekanan komunitas terhadap keluarga dan anggotanya untuk

menyesuaikan diri dengan harapan-harapan kelompok acuan keluarga dan masyarakat

yang lebih luas.

Selain itu, tugas-tugas perkembangan keluarga juga meliputi tugas-tugas spesifik pada

setiap tahap yang melekat dalam pelaksanaan lima fungsi dasar keluarga yang terdiri

dari (1) fungsi afektif (fungsi pemeliharaan kepribadian) ; (2) fungsi sosialisasi dan

penempatan sosial ; (3) fungsi perawatan kesehatan – penyediaan dan pengelolaan

kebutuhan-kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan ; (4) fungsi reproduksi ; dan (5)

fungsi ekonomi (lihat bab 5 untuk pembahasan yang lengkap tentang fungsi-fungsi

ini).

Tantangan nyata bagi keluarga adalah memenuhi setiap kebutuhan anggota

keluarga, dan juga untuk memenuhi fungsi-fungsi keluarga secara umum. Pertautan

kebutuhan-kebutuhan perkembangan individu dan keluarga tidak selalu mungkin

dilakukan. Misalnya, tugas anak usia bermain yang meliputi mengeksplorasi

lingkungan seringkali bertentangan dengan tugas seorang ibu memelihara rumah yang

teratur.

3. Tahap-Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan Dua Orangtua

Tahap-tahap siklus kehidupan keluarga berikut ini telah diuraikan oleh Duvall

dan Miller (1985) dan Charter dan McGoldrick (1988).

4

Page 5: Makalah II Fix

Tahap Transisi : Keluarga antara (Dewasa Muda yang Belum Kawin)

Tahap ini menunjuk ke masa dimana individu berumur 20 tahunan yang telah

mandiri secara finansial, dan secara fisik telah meninggalkan keluarganya namun

belum berkeluarga. Tahap-tahap keluarga antara tidak dianggap tahap siklus

kehidupan keluarga oleh Duvall dan sosiolog lainnya. Namun, karena masa ini

umumnya dialami seseorang (remaja tidak keluar secara langsung dari keluarga

asalnya dan membentuk keluarga, seperti yang sering ditemukan pada masa lalu), dan

karena masa ini merupakan masa transisi yang sangat penting, tahap ini dimasukkan

dalam naskah ini. Tahap ini benar-benar diabaikan oleh para profesional perawatan

kesehatan keluarga dan para ahli terapi keluarga (Aylmerm 1988).

Data demografi mendukung pentingnya tahap ini. Kini, di Amerika Serikat

lebih banyak dewasa muda menunda perkawinan, mereka hidup membujang atau

kumpul kebo. Perkawinan pertama di Amerika Serikat umumnya berlangsung 3 tahun

lebih lambat dari generasi sebelumnya. Kini, dewasa muda yang hidup bersama diluar

pernikahan lima kali lebih banyak dari pada tahun 1960 (Glick, 1989).

Tahap keluarga dianggap oleh Aymer (1988) dan ahli-hali terapi lainnya

sebagai dasar bagi semua tahap berikutnya : bagaimana dewasa muda melewati tahap

ini sangat mempengaruhi siapa yang dinikahinya dan juga kapan dan bagaimana

pernikahan berlangsung. Untuk melewati tahap ini dengan sukses, dewasa muda harus

pisah dari keluarga asalnya tanpa memutuskan atau secara reaktif berhubungan

dengan pergantian yang emonsional.

Tugas-Tugas Perkembangan.

1. Pembedaan diri dalam hubungannya dengan keluarga asalnya.

2. Menjalin hubungan dengan teman sebaya yang akrab.

3. Pembentukan diri yang berhubungan dengan kemandirian pekerjaan dan

finansial.

Tahap Transisi : Keluarga Antara dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga

yang Bersamaan.

Tahap Siklus

Kehidupan Keluarga

Tugas-Tugas

Perkembangan Keluarga

Tahap Transisi : 1. Pisah dengan keluarga asal.

5

Page 6: Makalah II Fix

Keluarga antara 2. Menjalin hubungan intim dengan

teman sebaya.

3. Membentuk kemandirian dalam hal

pekerjaan dan finansial.

Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)

a. Tahap I : Keluarga Pemula

Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru –

keluarga yang menikah atau prokreasi dan perpindahan dari keluarga asal atau status

lajang ke hubungan baru yang intim. Tahap perkawinan atau pasangan menikah saat

ini berlangsung lebih lmbat. Misalnya, menurut data sensus Amerika Serikat tahun

1985, 75 persen pria dan 57 persen wanita Amerika Serikat masih belum menikah

pada usia 21 tahun, ini merupakan suatu pergeseran yang berarti dari 55 persen dan 36

persen masing-masing dalam tahun 1970.

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga

1). Membangun Perkawinan yang Saling Memuaskan

Ketika dua orang diikat dalam ikatan perkawinan, perhatian awal mereka

adalah menyiapkan suatu kehidupan bersama yang baru. Sumber-sumber dari dua

orang digabungkan, peran-peran mereka berubah, dan fungsi-fungsi barupun diterima.

Belajar hidup bersama sambil memenuhi kebutuhan kepribadian yang mendasar

merupakan sebuah tugas perkembangan yang penting. Pasangan harus saling

menyesuaikan diri terhadap banyak hal kecil yang bersifat rutinitas. Misalnya mereka

harus mengembangkan rutinitas untuk makan, tidur, bangun pagi, membersihkan

rumah, menggunakan kamar mandi bergantian, mencari rekreasi dan pergi ke tempat-

tempat yang menyenangkan bagi mereka berdua. Dalam proses saling menyesuaikan

diri ini, terbentuk satu kumpulan transaksi berpola dan lalu dipelihara oleh pasangan

tersebut, dengan setiap pasangan memicu dan memantau tingkah laku pasangannya.

Tahap Pertama Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan Dua Orang Tua, dan

Tugas-Tugas Perkembangan yang bersamaan.

Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Keluarga Pemula 1. Membangun perkawinan yang

saling memuaskan.

2. Menghubungkan jaringan

6

Page 7: Makalah II Fix

persaudaraan secara harmonis.

3. Keluarga berencana (keputusan

tentang kedudukan sebagai

orangtua)

Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)

Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan tergantung pada saling

menyesuaikan diri yang baru saja dibicarakan, dan tergantung kepada

komplementaritas atau kecocokkan bersama dari kebutuhan dan minat pasangan.

Sama pentingnya bahwa perbedaan-perbedaan individu perlu diketahui. Dalam

hubungan yang sehat, perbedaan-perbedaan dipandang untuk memperkaya hubungan

perkawinan. Pencapaian hubungan perkawinan yang memuaskan tergantung pada

pengembangan cara-cara yang memuaskan untuk menangani “perbedaan-perbedaan

tersebut” (Satir, 1983) dan konflik-konflik. Cara yang sehat untuk memecahkan

masalah adalah berhubungan dengan kemampuan pasangan untuk bersikap empati ;

saling mendukung, dan mampu berkomunikasi secara terbuka dan sopan (Raush et al,

1969) dan melakukan pendekatan terhadap konflik atas rasa saling hormat

menghormati (Jackson dan Lederer, 1969).

Sejauhmana kesuksesan mengembangkan hubungan perkawinan tergantung pada

bagaimana masing-masing pasangan dibedakan atau dipisahkan dari keluarga asal

masing-masing (tugas perkembangan sebelumnya). Orang dewasa harus pisah dengan

orangtuanya dalam upaya untuk membentuk identitas dirinya sendiri dan hubungan

intim yang sehat. McGoldrick (1988) memberikan sebuah deskripsi yang amat bagus

tentang proses ini dan masalah-masalah psikososial selama masa ini.

Banyak pasangan mengalami masalah-masalah penyesuaian seksual, serikali

disebabkan oleh ketidaktahuan dan informasi yang salah yang mengakibatkan

kekecewaan dan harapan-harapan yang tidak realistis. Malahan, banyak pasangan

yang membawa kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan yang tidak terpenuhi

kedalam hubungan mereka, dan hal-hal ini dapat mempengaruhi hubungan seksual

secara merugikan. (Goldenberg dan Goldenberg, 1985).

2). Menghubungkan Jaringan Persaudaraan secara Harmonis.

Perubahan peran dasar terjadi dalam perkawinan pertama dari sebuah pasangan,

karena mereka pindah dari rumah orangtua mereka ke rumah mereka yang baru.

Bersamaan dengan itu, mereka menjadi anggota dari tiga keluarga, yaitu : menjadi

7

Page 8: Makalah II Fix

anggota keluarga dari keluarga mereka sendiri yang baru saja terbentuk. Pasangan

tersebut menghadapi tugas-tugas memisahkan diri dari keluarga asal mereka dan

mengupayakan berbagai hubungan dengan orangtua mereka, sanak saudara dan

dengan ipar-ipar mereka, karena loyalitas utama mereka harus diubah untuk

kepentingan hubungan perkawinan mereka. Bagi pasangat tersebut, hal ini menuntut

pembentukan hubungan baru dengan setiap orangtua masing-masing, yaitu hubungan

yang tidak hanya memungkinkan dukungan dan kenikmatan satu sama lain, tapi juga

otonomi yang melindungi pasangan baru tersebut dari campur tangan pihak luar yang

mungkin dapat merusak bahtera perkawinan yang bahagia.

3). Keluarga Berencana.

Keluarga berencana yang kurang diinformasikan dan kurang efektif

mempengaruhi kesehatan keluarga dalam banyak cara : mobiditas dan moralitas ibu-

anak ; menelatarkan anak ; sehat sakit orangtua ; masalah-masalah perkembangan

anak, termasuk inteligensia kemampuan belajar dan perselisihan dalam perkawinan.

Pembentukan keluarga dengan sengaja dan terinformasi meliputi membuat keputusan

sendiri tentang kapan dan/atau apakah ingin mempunyai anak, terlepas dari

pertimbangan kesehatan keluarga.

Akan tetapi, memaksakan keluarga berencana pada keluarga bukanlah sesuatu

yang etis, karena hal tersebut menghancurkan inisiatif, integritas, dan kompetensi.

Gadis-gadis remaja yang menginginkan bayi perlu mengkonsultasikan kesiapan fisik

dan emosi untuk menjadi orang tua dan perlindungan yang realistis terhadap

kehamilan bersama-sama dengan supervisi kesehatan yang baik. Tapi hanya sedikit

saja dilakukan untuk mengimbangi tekanan-tekanan masyarakat terhadap seks dan

perkawinan dengan pendidikan kontrasepsi yang realistis.

b. Tahap II : Keluarga yang Sedang Mengasuh Anak

Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama sehingga bayi berusia 30 bulan.

Biasanya orangtua tergetar hatinya dengan kelahiran pertama anak mereka, tapi agak

takut juga. Kekuatiran terhadap bayi biasanya berkurang setelah beberapa hari, karena

ibu dan bayi tersebut mulai saling mengenal. Akan tetapi kegembiraan yang tidak

dibuat-buat ini berakhir ketika seorang ibu baru tiba di rumah dengan bayinya setelah

tinggai di rumah sakit untuk beberapa waktu. Ibu dan ayah tiba-tiba berselisih dengan

semua peran-peran mengasyikkan yang telah dipercayakan kepada mereka. Peran

8

Page 9: Makalah II Fix

tersebut pada mulanya sulit karena perasaan ketidakadekuatan menjadi orangtua

baru ; kurangnya bantuan dari keluarga dan teman-teman, dan para profesional

perawatan kesehatan yang bersifat membantu dan sering terbangun tengah malam

oleh bayi yang berlangsung 3 hingga 4 minggu. Ibu juga letih secara psikologis dan

fisiologis. Ia sering merasakan beban tugas sebagai ibu rumah tangga dan barangkali

juga bekerja, selain merawat bayi. Khususnya terasa sulit jika ibu menderita sakit atau

mengalami persalinan dan pelahiran yang lama dan sulit atau seksio besar.

Kedatangan bayi dalam rumah tangga menciptakan perubahan-perubahan bagi setiap

anggota keluarga dan setiap kumpulan hubungan. Orang asing telah masuk ke dalam

kelompok ikatan keluarga yang erat, dan tiba-tiba keseimbangan keluarga berubah

setiap anggota keluarga memangku peran yang baru dan memulai hubungan yang

baru. Selain seorang bayi yang baru saja dilahirkan, seorang ibu, seorang ayah, kakek

nenekpun lahir. Istri sekarang harus berhubungan dengan suami sebagai pasangan

hidup dan juga sebagai ayah dan sebaliknya. Dan dalam keluarga yang memiliki anak

sebelumnya, pengaruh kehadiran seorang bayi sangat berarti bagi saudaranya sama

seperti pada pasangan yang menikah. Mengatakan pada seorang anak untuk

menyesuaikan diri dengan seorang adik laki-laki atau perempuan yang baru mungkin

sama dengan suami mengatakan pada istrinya bahwa ia membawa ke rumah seorang

nyonya yang ia cintai dan ia terima sama derajatnya (William dan Leanman, 1973).

Ini merupakan suatu perkembangan kritis bagi semua yang terlibat.

Oleh sebab itu, meskipun kedudukan sebagai orangtua menggambarkan tujuan yang

teramat penting bagi semua pasangan, kebanyakan pasangan menemukannya sebagai

perubahan hidup yang sangat sulit. Penyesuaian diri terhadap perkawinan biasanya

tidak sesulit penyesuaian terhadap menjadi orangtua. Meskipun bagi kebanyakan

orang tua merupakan pengalaman penuh arti dan menyenangkan, kedatangan bayi

membutuhkan perubahan peran yang mendadak. Dua faktor penting yang menambah

kesukaran dalam menerima peran orangtua adalah bahwa kebanyakan orang sekarang

tidak disiapkan untuk menjadi orang tua dan banyak sekali mitos berbahaya yang

tidak realistis meromantiskan pengasuhan anak didalam masyarakat kami (Fulcomer,

1977). Menjadi orangtua merupakan satu-satunya peran utama yang sedikit

dipersiapkan dan kesulitan dalam transisi peran mempengaruhi hubungan perkawinan

dan hubungan orangtua dan bayi secara merugikan.

Perubahan-perubahan sosial yang dramatis dalam masyarakat Amerika juga memiliki

pengaruh yang kuat pada orangtua baru. Banyaknya wanita yang bekerja di luar

9

Page 10: Makalah II Fix

rumah dan memiliki karier, naiknya angka perceraian dan masalah perkawinan,

penggunaan alat kontrasepsi dan aborsi yang sudah lazim, dan semakin meningkatnya

biaya perawatan dan memiliki anak merupakan faktor-faktor yang menyulitkan tahap

siklus awal kehidupan pengasuh anak (Bradt, 1988 ; Miller dan Myers-Walls, 1983).

Masa Transisi menjadi Orangtua.

Kelahiran anak pertama merupakan pengalaman keluarga yang sangat penting dan

sering merupakan krisis keluarga, sebagaimana yang digambarkan secara konsisten

pada penelitian keluarga selama tahap siklus kehidupan keluarga ini (Clark, 1966 ;

Hobbs dan Cole, 1976 ; LeMaster, 1957).

Untuk mengetahui bagaimana anak yang baru lahir mempengaruhi keluarga,

LeMaster, 1957, dalam studi klasik tentang penyesuaian keluarga terhadap kelahiran

anak pertama, mewawancarai 46 orang tua dari kalangan kelas menengah di Kota

(berusia 25 – 25 tahun) dan memperkirakan sejauhmana mereka dalam keadaan krisis.

Ia menemukan bahwa 17 persen pasangan tidak mengalami masalah atau hanya

masalah-masalah sedang, tapi sisanya mengalami masalah berat atau luar biasa.

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Setelah lahir anak pertama, keluarga mempunyai beberapa tugas yang penting (tabel

5). Suami, istri, dan bayi semuanya belajar peran-peran yang baru sementara keluarga

inti memperluas fungsi dan tanggungjawab. Ini meliputi penggabungan tugas

perkembangan yang terus menerus dari setiap anggota kelurga dan keluarga secara

keseluruhan (Duvall, 1977).

Tahap Kedua Siklus Kehidupan Keluarga Inti yang sedang mengasuh anak dan

Tugas-Tugas Perkembangan yang Bersamaan.

Tahap Siklus Kehidupan

Keluarga

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Keluarga sedang mengasuh

anak

1. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit

yang mantap (mengintegrasikan bayi baru ke

dalam keluarga).

2. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang

bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga.

3. Mempertahankan hubungan perkawinan yang

memuaskan.

10

Page 11: Makalah II Fix

4. Memperluas persahabatan dengan keluarga

besar dengan menambahkan peran-peran

orangtua dan kakek dan nenek.

Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988) ; Duvall dan Miller (1985)

Kelahiran seorang anak membuat perubahan-perubahan yang logika dalam

organisasi keluarga. Fungsi-fungsi pasangan suami istri harus dibedakan untuk

memenuhi tuntutan-tututan baru perawatan dan penyembuhan. Sementara pemenuhan

tanggungjawab ini bervariasi menurut posisi sosial budaya suami istri, sebuah pola

yang umum adalah untuk orang tua agar menerima peran-peran tradisonal atau

pembagian tanggungjawab (La Rossa dan La Rossa, 1981).

Hubungan dengan keluarga besar paternal dan maternal perlu disusun kembali

dalam tahap ini. Peran-peran baru perlu dibuat kembali berkenaan menjadi kakek

nenek dan hubungan antara orangtua dan kakek-nenek (Bradt, 1988).

Peran yang paling penting bagi perawat keluarga bila bekerja dengan keluarga

yang mengasuh anak adalah mengkaji peran sebagai orangtua bagaimana kedua

orangtua berinteraksi dengan bayi baru dan merawatnya, dan bagaimana respons bayi

tersebut. Klaus dan Kendall (1976), Kendall (1974), Rubbin (1967), dan yang lainnya

menguji dampak penting dari sentuhan dan kehangatan awal setelah melahirkan ;

hubungan positif antara orangtua anak pada hubungan orangtua dan anak di masa

datang. Sikap orangtua tentang mereka sendiri sebagai orangtua, sikap mereka

terhadap bayi mereka, karakteristik komunikasi orangtua dan stimulasi bayi (Davis,

1978) adalah bidang-bidang terkait yang perlu dikaji.

Perubahan-perubahan peran dan adaptasi terhadap tanggungjawab orangtua

yang baru biasanya lebih cepat dipelajari oleh ibu daripada ayah. Anak merupakan

realita pada calon ibu dari pada ayah, yang biasanya mulai merasa seperti ayah pada

saat kelahiran, tapi kadang-kadang jauh lebih lambat dari itu (Minuchin, 1974). Ayah

seringkali tetap netral pada awalnya sementara wanita secara cepat menyesuaikan diri

dengan struktur keluarga yang baru.

Kebiasaan dimana kebanyakan ayah secara tradisional tidak diikutsertakan

dalam proses perinatal secara pasti memperlambat pria melakukan perubahan peran

yang penting ini dan oleh karena itu menghalangi keterlibatan emosional mereka.

Sayangnya, kesadaran yang meningkat tentang peran penting yang dipangku ayah

dalam perawatan anak dan perkembangan anak telah menimbulkan keterlibatan ayah

11

Page 12: Makalah II Fix

yang lebih besar dalam perawatan bayi dikalangan kelas menengah (Hanson dan

Bozett, 1985).

Ibu dan ayah menumbuhkan dan mengembangkan peran orangtua mereka

dalam berespons terhadap tuntutan-tuntutan yang berubah terus menerus dan tugas-

tugas perkembangan dari orang muda yang sedang tumbuh, keluarga secara

keseluruhan, dan mereka sendiri. Menurut Friedman (1957), orangtua melewati 5

tahap perkembangan secara berturut-turut. Dua tahap pertama meliputi fase kehidupan

keluarga ini. Pertama, selama bayi, orangtua mempelajari arti dari isyarat-isyarat yang

dikekspresikan oleh bayi untuk mengutarakan kebutuhan-kebutuhannya. Dengan

setiap anak lahir berturut-turut, orangtua akan mengalami tahap yang sama ini

sehingga mereka menyesuaikan setiap isyarat-isyarat unik bayi.

Tahap kedua ini perkembangan orangtua adalah belajar untuk menerima

pertumbuhan dan perkembangan anak yang terjadi dalam masa usia bermain –

khususnya orangtua yang baru memiliki anak pertama – membutuhkan bimbingan dan

dukungan. Orangtua perlu memahami tugas-tugas yang harus dikuasai oleh anak dan

kebutuhan anak akan keselamatan, keterbatasan dan latihan buang air (toilet training).

Mereka perlu memahami konsep kesiapan perkembangan, konsep tentang “saat yang

tepat untuk mengajar mereka”. Pada saat yang sama pula orangtua perlu bimbingan

dalam memahami tugas-tugas yang harus mereka kuasai selama tahap ini.

Pola-pola komunikasi perkawinan yang baru berkembang dengan lahirnya

anak, dimana pasangan berhubungan satu sama lain baik sebagai suami istri maupun

sebagai orangtua. Pola transaksi suami istri terbukti telah berubah secara drastis.

Feldman (1961) mengamati bahwa orang tua bayi berbicara dan berkelakar lebih

sedikit, pembicaraan yang merangsang lebih sedikit dan kualitas interaksi perkawinan

yang menurun. Beberapa orangtua merasa kewalahan dengan bertambahnya

tanggungjawab, khususnya mereka yang suami maupun istri sama-sama bekerja

secara penuh.

Pembentukan kembali pola-pola komunikasi yang memuaskan termasuk

masalah dan perasaan pribadi, perkawinan dan orangtua adalah sangat penting.

Pasangan harus terus memenuhi setiap kebutuhan-kebutuhan psikologis dan seksual

dan juga berbagi dan berinteraksi satu sama lain dalam hal tanggungjawab sebagai

orangtua.

Hubungan seksual suami istri umumnya menurun selama kehamilan dan

selama 6 minggu masa postpartum. Kesulitan-kesulitan seksual selama masa

12

Page 13: Makalah II Fix

berikutnya umum terjadi, yang timbul dari faktor-faktor seperti ibu tenggalam dalam

peran barunya, keletihan dan perasaan menurunnya daya tarik seksual dan juga

perasaan suami bahwa ia “tersingkir” oleh bayinya.

Sekarang komunikasi keluarga termasuk anggota ketiga, membentuk tiga

serangkai. Orangtua harus belajar untuk merasakan dan melihat tangisan komunikasi

dari bayinya. Misalnya, tangisan bayi perlu dibedakan kedalam ekspresi

ketidaknyamanan, rasa lapar, rangsangan yang berlebihan, sakit, atau letih. Dan bayi

mulai memberikan respon terhadap rangkulan, timangan dan berbicara yang

kemudian diterima dan dikuatkan oleh orangtua.

Konseling keluarga berencana biasanya berlangsung saat pemeriksaan setelah

postpartum 6 minggu. Orangtua kemudian harus didorong secara terbuka untuk

mendiskusikan jarak kelahiran dan perencanaan. Melihat meningkatkan tuntutan-

tuntutan keluarga dan pribadi yang dibawakan oleh bayi, orangtua perlu menyadari

bahwa kehamilan dengan jarak rapat dan sering dapat berbahaya bagi ibu, dan juga

ayah, saudara bayi, dan unit keluarga.

Tahap siklus kehidupan ini memerlukan penyesuaian hubungan dalam

keluarga besar dan dengan teman-teman. Ketika anggota keluarga lain mencoba

mendukung dan membantu orangtua baru ini, ketegangan bisa muncul. Misalnya,

meskipun kakek nenek dapat menjadi sumber pertolongan yang besar bagi orangtua

baru, namun kemungkinan konflik tetap ada karena perbedaan nilai-nilai dan harapan-

harapan yang ada antar generasi tersebut.

Meskipun pentingnya memiliki jaringan sosial atau sistem pendukung sosial

untuk mencapai kepuasan dan perasaan positif tentang kehidupan keluarga, keluarga

muda perlu mengetahui kapan mereka butuh bantuan dan dari siapa mereka harus

menerima bantuan tersebut dan juga kapan mereka harus menggantungkan diri pada

sumber-sumber dan kekuatan merek sendiri (Duvall, 1977).

Hubungan perkawinan yang kokoh dan bergairah sangat penting bagi stabilitas

dan moral keluarga. Hubungan suami istri yang memuaskan akan memberikan

pasangan dengan kekuatan dan tenaga “bagi” bayi dan satu sama lain. Tuntutan-

tuntutan dan tekanan-tekanan yang bertentangan, seperti antara loyalitas ibu terhadap

bayi dan terhadap suami, merupakan persoalan dan dapat menyiksa. Tipe konflik

semacam ini dapat menjadi sumber sentral ketidakbahagiaan selama tahap siklus

kehidupan ini.

13

Page 14: Makalah II Fix

c. Tahap III : Keluarga dengan Anak Usia Prasekolah

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2

½ tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Sekarang, keluarga mungkin terdiri

dari tiga hingga lima orang, dengan posisi suami-ayah, istri-ibu, anak laki-laki-

saudara, anak perempuan-saudari. Keluarga lebih menjadi majemuk dan berbeda

(Duvall dan Miller, 1985).

Anak-anak usia prasekolah harus banyak belajar pada tahap ini, khususnya

dalam hal kemadirian. Mereka harus mencapai otonomi yang cukup dan mampu

memenuhi kebutuhan sendiri agar dapat menangani diri mereka sendiri tanpa campur

tangan orangtua mereka dimana saja. Pengalaman di kelompok bermain, taman

kanak-kanak, Project Head Start, pusat perawatan sehari, atau program-program sama

lainnya merupakan cara yang baik untuk membantu perkembangan semacam ini.

Program-program prasekolah yang terstruktur sangat bermanfaat dalam membantu

orangtua dengan anak usia prasekolah yang berasal dari dalam kota dan

berpendapatan rendah. Peningkatan yang tajam dalam IQ dan keterampilan sosial

telah dilaporkan terjadi setelah anak menyelesaikan sekolah taman kanak-kanak

selama 2 tahun (Kraft et al, 1968).

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga.

Kini, keluarga tumbuh baik dalam jumlah maupun kompleksitas. Perlunya anak-anak

usia prasekolah dan anak kecil lainnya untuk mengeksplorasi dunia sekitarnya, dan

kebutuhan orangtua untuk memiliki privasi mereka sendiri menjadikan perumahan

dan ruang yang adekuat sebagai masalah utama. Peralatan dan fasilitas-fasilitas juga

perlu bersifat melindungi anak-anak, karena pada tahap ini kecelakaan menjadi

penyebab utama kematian dan cacat. Mengkaji keamanan rumah merupakan hal yang

penting bagi perawat kesehatan komunitas dan penyuluhan kesehatan perlu

dimasukkan sehingga orangtua dapat mengetahui resiko yang ada dan cara-cara

menegah kecelakaan (Tabel 6).

Tahap III Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan anak usia pra sekolah dan

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan.

Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Tugas-Tugas Perkembangan

Keluarga

Keluarga dengan anak usia Prasekolah. 1. Memenuhi kebutuhan anggota

14

Page 15: Makalah II Fix

keluarga seperti rumah, ruang

bermain, privasi, keamanan.

2. Mensosialisasikan anak.

3. Mengintegrasi anak yang baru

sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak-anak yang lain.

4. Mempertahankan hubungan yang

sehat dalam keluarga (hubungan

perkawinan dan hubungan orangtua

dan anak) dan di luar keluarga

(keluarga besar dan komunitas).

Diadaptasi dari Carter dam McGoldrick (1988) ; Duvall dan Miller (1985)

d. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Usia Sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk

sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Keluarga

biasanya mencapai jumlah anggota maksimum, dan hubungan keluarga di akhir tahap

ini (Duvall, 1977). Lagi-lagi tahun-tahun pada masa ini merupakan tahun-tahun yang

sibuk. Kini, anak-anak mempunyai keinginan dan kegiatan-kegiatan masing-masing,

disamping kegiatan-kegiatan wajib dari sekolah dan dalam hidup, serta kegiatan-

kegiatan orangtua sendiri. Setiap orang menjalani tugas-tugas perkembangannya

sendiri-sendiri, sama seperti keluarga berupaya memenuhi tugas-tugas

perkembangannya sendiri (Tabel 7).

Tahap IV Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan anak usia sekolah, dan Tugas-

Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan.

Tahap Siklus Kehidupan

Keluarga

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Keluarga dengan anak usia

sekolah

1. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk

meningkatkan prestasi sekolah dan

mengembangkan hubungan dengan teman

sebaya yang sehat.

2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang

15

Page 16: Makalah II Fix

memuaskan.

3. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota

keluarga

Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Salah satu tugas orangtua yang sangat penting dalam mensosialisasikan anak pada

saat ini meliputi meningkatkan prestasi anak pada saat ini meliputi meningkatkan

prestasi anak di sekolah. Tugas keluarga yang signifikan lainnya adalah

mempertahankan hubungan perkawinan yang bahagia. Sekali lagi dilaporkan bahwa

kebahagiaan perkawinan selama tahap ini menurun. Dua buah penelitian yang besar

menguatkan observasi ini (Burr, 1970 ; Rollins dan Feldman, 1970). Meningkatkan

komunikasi yang terbuka dan mendukung hubungan suami istri merupakan hal yang

vital dalam bekerja dengan keluarga dan anak usia sekolah.

e. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja

Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus

kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun,

meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal

atau lebih lama jika anak masih tinggal di rumah hingga 19 atau 20 tahun. Anak-anak

lain dalam rumah biasanya masih dalam usia sekolah. Tujuan keluarga yang terlalu

enteng pada tahap ini yang melonggarkan ikatan keluarga memungkinkan

tanggungjawab dan kebebasan yang lebih besar bagi remaja dalam persiapan menjadi

dewasa muda (Duvall, 1977).

Preto (1988) dalam membahas tentang transformasi sistem keluarga dalam

masa remaja, menguraikan metamorfosis keluarga yang terjadi. Metamorfosis ini

meliputi “pergeseran yang luar biasa pada pola-pola hubungan antar generasi, dan

sementara pergeseran ini pada awalnya ditandai dengan kematangan fisik remaja,

pergeseran ini seringkali sejalan dan bertepatan dengan perubahan pada orangtua

karena mereka memasuki pertengahan hidup dan dengan transformasi utama yang

dihadapi oleh kakek nenek dalam usian tua”

Tahap kehidupan keluarga ini mungkin yang paling sulit, atau sudah tentu

yang paling banyak diperbincangkan dan ditulis (Kidwell et al, 1983). Keluarga

Amerika dipengaruhi oleh tugas-tugas perkembangan remaja dan orangtua dan

16

Page 17: Makalah II Fix

menciptakan konflik dan kekacauan yang luar biasa yang tidak bisa dihindarkan.

Tugas perkembangan remaja menghendaki pergerakan dari ketergantungan dan

kendali orangtua dan orang dewasa lainnya, melalui periode aktifitas dan pengaruh

kelompok teman sebaya yang kokoh hingga saat menerima peran-peran orang dewasa

(Adams, 1971).

Tantangan utama dalam bekerja dengan keluarga dengan anak remaja

bergerak sekitar perubahan perkembangan yang dialami oleh remaja dalam batasan

perubahan kognitif, pembentukan identitas, dan pertumbuhan biologis (Kidwell et al,

1983), serta konflik-konflik dan krisis yang berdasarkan perkembangan. Adams

(1971) menguraikan tiga aspek proses perkembangan remaja yang menyita banyak

perhatian, yakni emansipasi (otonomi yang meningkat), budaya orang muda

(perkembangan hubungan teman sebaya), kesenjangan antar generasi (perbedaan

nilai-nilai dan norma-norma antara orangtua dan remaja).

Peran, Tanggungjawab dan Masalah Orangtua.

Tidak perlu dikatana bahwa orangtua mengasuh remaja merupakan tugas

paling sulit saat ini. Namun demikian, orangtua perlu tetap tegar menghadapi ujian

batas-batas yang tidak masuk akan tersebut, yang telah terbentuk dalam keluarga

ketika keluarga mengalami proses “melepaskan.” Duvall (1977) juga mengidentifikasi

tugas-tugas perkembangan yang penting pada masa ini yang menyelaraskan

kebebasan dengan tanggungjawab ketika remaja menjadi matang dan mengatur diri

mereka sendiri. Friedman (1957) juga mendefinisikan serupa bahwa tugas orangtua

selama tahap ini adalah belajar menerima penolakan tanpa meninggalkan anak.

Ketika orangtua menerima remaja apa adanya, dengan segala kelemahan dan

kelebihan mereka, dan ketika mereka menerima sejumlah peran mereka pada tahap

perkembangan ini tanpa konflik atau sensitivitas yang tidak pantas, mereka membentu

pola untuk semacam penerimaan diri yang sama. Hubungan antara orangtua dan

remaja seharusnya lebih mulus bila orangtua merasa produktif, puas dan dapat

mengendalikan kehidupan mereka sendiri (Kidwell et al, 1983) dan orangtua/keluarga

berfungsi secara fleksibel (Preto, 1988).

Tahap Siklus V Kehidupan Keluarga Inti dengan anak remaja danTugas-Tugas

Perkembangan Keluarga yang Bersamaan

17

Page 18: Makalah II Fix

Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Keluarga dengan anak remaja 1. Menyeimbangkan kebebasan dan

tanggungjawab ketika remaja

menjadi dewasa dan semakin

mandiri.

2. Memfokuskan kembali hubungan

perkawinan.

3. Berkomunikasi secara terbuka

antara orangtua dan anak-anak.

Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga.

Tugas perkembangan yang utama dan pertama adalah menyeimbangkan

kebebasan dengan tanggungjawab ketika remaja matur dan semakin mandiri (Tabel

8). Orangtua harus mengubah hubungan mereka dengan remaja putri atau putranya

secara progresif dari hubungan dependen yang dibentuk sebelumnya ke arah suatu

hubungan yang semakin mandiri. Pergeseran yang terjadi pada hubungan anak-

orangtua ini salah satu hubungan khas yang penuh dengan konflik-konflik sepanjang

jalan.

Agar keluarga dapat beradaptasi dengan sukses selama tahap ini, semua

anggota keluarga, khususnya orangtua, harus membuat “perubahan sistem” utama

yaitu, membentuk peran-peran dan norma-norma baru dan “membiarkan” remaja.

Kidwell dan kawan-kawan (1983) meringkas perubahan yang diperlukan ini. “Secara

paradoks, sistem (keluarga) yang dapat membiarkan anggotanya adalah sistem yang

akan bertahan dan menghasilkan sistem itu sendiri secara efektif pada generasi-

generasi berikutnya”.

Orangtua yang dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri,

tidak membiarkan anak-anaknya, seringkali menemukan “revolusi” oleh remaja bila

perpisahan berlangsung kemudian. Orangtua dapat juga mempercayai anak agar

mandiri secara prematur, dengan mengabaikan kebutuhan-kebutuhan

ketergantungannya. Dalam hal ini remaja dapat gagal mencapai kemandirian (Wright

dan Leahey, 1984).

18

Page 19: Makalah II Fix

f. Tahap VI : Keluarga yang Melepaskan Anak Usia Dewasa Muda

Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama

meninggalkan rumah orangtua dengan “rumah kosong”, ketika anak-anak terakhir

meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada

berapa banyak anak yang ada dalam rumah atau berapa banyak anak yang melum

menikah yang masih tinggal di rumah setelah tamat dari SMA dan perguruan tinggi.

Meskipun tahap ini biasanya 6 atau 7 tahun, dalam tahun-tahun belakangan ini, tahap

ini berlangsung lebih lama dalam keluarga dengan dua orangtua, mengingat anak-

anak yang lebih tua baru meninggalkan orangtua setelah selesai sekolah dan mulai

bekerja. Motifnya adalah seringkali ekonomi-tingginya biaya hidup bila hidup sendiri.

Akan tetapi, trend yang meluas dikalangan dewasa muda, yang umumnya menunda

perkawinan, hidup terpisah dan mandiri dalam tatanan hidup mereka sendiri. Dari

sebuah survey besar yang dilakukan terhadap orang Kanada ditemukan bahwa anak-

anak yang berkembangan dalam keluarga dengan orangtua tiri dan keluarga dengan

orangtua tunggal meninggalkan rumah lebih dini dari pada mereka yang dibesarkan

dalam keluarga dengan dua orangtua. Perbedaan ini tidak dipandang karena

dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, melainkan karena perbedaan orangtua dan

lingkungan keluarga (Mitchel et al, 1989).

Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan dari dan oleh anak-anak

untuk kehidupan dewasa yang mandiri. Orangtua, karena mereka membiarkan anak

mereka pergi, melepaskan 20 tahun peran sebagai orangtua dan kembali pada

pasangan perkawinan mereka yang asli. Tugas-tugas perkembangan menjadi penting

karena keluarga tersebut berubah dari sebuah rumah tangga dengan anak-anak ke

sebuah rumah tangga yang hanya terdiri dari sepasang suami dan isteri. Tujuan utama

keluarga adalah reorganisasi keluarga menjadi sebuah unit yang tetap berjalan

sementara melepaskan anak-anak yang dewasa kedalam kehidupan mereka sendiri

(Duvall, 1977). Selama tahap ini pasangan tersebut mengambil peran sebagai kakek

nenek-perubahan lainnya dalam peran maupun dalam citra diri mereka.

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga.

Sebagaimana keluarga membantu anak tertua dalam melepaskan diri, orangtua juga

membantu anak mereka yang lebih kecil agar mandiri. Dan ketiga anak laki-laki atau

perempuan yang “dilepas” menikah, tugas keluarga adalah memperluas siklus

19

Page 20: Makalah II Fix

keluarga dengan memasukkan anggota keluarga yang baru lewat perkawinan dan

menerima nilai-nilai dan gaya hidup dari pasangan itu sendiri (Tabel 9)

Tahap VI Siklus Kehidupan Keluarga Inti yang melepaskan anak usia dewasa

muda dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan

Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Tugas-Tugas Perkembangan

Keluarga

Keluarga melepas anak dewasa muda 1. Memperluas siklus keluarga dengan

memasukkan anggota keluarga baru

yang didapatkan melalui

perkawinan anak-anak.

2. Melanjutkan untuk memperbaharui

dan menyesuaikan kembali

hubungan perkawinan.

3. Membantu orangtua lanjut usia dan

sakit-sakitan dari suami maupun

istri.

Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)

g. Tahap VII : Orangtua Usia Pertengahan

Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan bagi

orangtua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat

pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika

orangtua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat seorang pasangan

pensiun, biasanya 16-18 tahun kemudian. Biasanya pasangan suami istri dalam usia

pertengahannya merupakan sebuah keluarga inti meskipun masih berinteraksi dengan

orangtua mereka yang lanjut usia dan anggota keluarga lain dari keluarga asal mereka

dan juga anggota keluarga dari hasil perkawinan keturunannya. Pasangan

postparental (pasangan yang anak-anaknya telah meninggalkan rumah) biasanya tidak

terisolasi lagi saat ini ; semakin banyak pasangan usia pertengahan hidup hingga

20

Page 21: Makalah II Fix

menghabiskan sebagian masa hidupnya dalam fase postparental, dengan hubungan

ikatan keluarga hingga empat generasi, yang merupakan hal yang biasa (Troll, 1971).

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga.

Pada saat anak bungsu meninggalkan rumah, banyak wanita yang menyalurkan

kembali tenaga dan hidup mereka dalam persiapan untuk mengisi rumah yang telah

ditinggalkan anak-anak. Bagi sejumlah wanita, krisis usia pertengahan (telah

dibicarakan dalam tahap sebelumnya) dialami selama masa awal siklus kehidupan ini.

Wanita berupaya mendorong anak mereka yang sedang sedang tumbuh agar mandiri

dengan menegaskan kembali hubungan mereka dengan anak-anak tersebut (tidak

mengusik kehidupan pribadi dan kehidupan keluarga mereka). Dalam upaya untuk

mempertahankan perasaan yang sehat dan sejahtera, lebih banyak wanita memulai

gaya hidup yang lebih sehat yaitu pengontrolan peran badan, diet seimbang, program

olahraga yang teratur, dan istirahat yang cukup, dan juga memperoleh dan menikmati

karier, pekerjaan, kecakapan yang kreatif.

Tugas perkembangan yang penting pada tahap ini adalah penentuan

lingkungan yang sehat (Tabel 10). Dalam masa inilah upaya untuk melaksanakan

gaya hidup sehat menjadi lebih menonjol bagi pasangan, meskipun kenyataannya

bahwa mungkin mereka telah melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya merusak

diri selama 45 – 65 tahun. Meskipun dapat dianjurkan sekarang, mereka “lebih baik

sekarang dari pada tidak pernah” adalah selalu benar, agaknya terlalu terlambat untuk

mengembalikan perubahan-perubahan fisiologis yang telah terjadi serti aertritis akibat

in aktivitas, tekanan darah tinggi karena kurangnya olahraga, stress yang

berkepanjangan, menurunnya kapasitas vital akibat merokok.

Tahap VII Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan orang tua usia pertengahan

dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan

Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Tugas-Tugas Perkembangan

Keluarga

Orangtua usia pertengahan 1. Menyediakan lingkungan yang

meningkatkan kesehatan.

2. Mempertahankan hubungan-

hubungan yang memuaskan dan

penuh arti dengan para orangtua

lansia dan anak-anak.

21

Page 22: Makalah II Fix

3. Memperkokoh hubungan

perkawinan.

Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)

h. Tahap VIII : Keluarga dalam Masa Pensiun dan Lansia

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau

kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu

pasangan meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal (Duvall dan

Miller, 1985).

Persepsi tahap siklus kehidupan ini sangat berbeda dikalangan keluarga lanjut

usia. Beberapa orang merasa menyedihkan, sementara yang lain merasa hal ini

merupakan tahun-tahun terbaik dalam hidup mereka. Banyak dari mereka tergantung

pada sumber-sumber finansial yang adekuat, kemampuan memelihara rumah yang

memuaskan, dan status kesehatan individu. Mereka yang tidak lagi mandiri karena

sakit, umumnya memiliki moral yang rendah dan keadaan fisik yang buruk sering

merupakan anteseden penyakit mental dikalangan lansia (Lowenthal, 1972).

Sebaliknya lansia yang menjaga kesehatan mereka, tetap aktif dan memiliki sumber-

sumber ekonomi yang memadai menggambarkan proporsi orang-orang yang lebih tua

dan substansial dan senantiasa berpikir positif terhadap kehidupan ini.

Sikap Masyarakat terhadap Lansia.

Masyarakat kami menekankan prestasi-prestasi mereka di masa muda mereka, yaitu

masa jaya kaum muda. Oleh karena itu, kaum dewasa, dengan berdandan, berpakaian,

dan bergaya, mencoba mempertahankan penampilan muda mereka selama mungkin.

Disamping itu, masyarakat juga tidak membiarkan kebanyakan lansia tetap produktif.

Oleh karena itu, penilaian masyarakat yang negatif terhadap lansia mempengaruhi

citra diri mereka. Sikap kita terhadap penuaan dan lansia, meskipun masih negatif,

tampaknya muluai berubah..

Kehilangan-Kehilangan yang Lazim bagi Lansia dan Keluarga.

Ekonomi ; menyesuaikan terhadap pendapatan yang turun secara

substansial, mungkin kemudian menyesuaikan terhadap ketergantungan

ekonomi (ketergantungan pada keluarga atau subsidi pemerintah).

22

Page 23: Makalah II Fix

Perumahan ; sering pindah ke tempat tinggal yang lebih kecil dan

kemudian dipaksa pindah ke tatanan institusi.

Sosial ; kehilangan (kematian) saudara, teman-teman dan pasangan.

Pekerjaan ; keharusan pensiun dan hilangnya peran dalam pekerjaan dan

perasaan produktifitas.

Kesehatan ; menurunnya fungsi fisik, mental dan kognitif ; memberikan

perawatan bagi pasangan yang kurang sehat.

Pensiun.

Dengan hilangnya peran sebagai orangtua dan kerja, maka perlu ada suatu reorientasi

dikalangan individu dan pasangan lansia. Pensiun membutuhkan resosialisasi

terhadap peran-peran baru dan gaya hidup baru. Akan tetapi, perubahan macam apa

yang dikehendaki, benar-benar tidak jelas, karena peran dan norma-norma bagi lansia

adalah ambigu. Wanita yang benar-benar terpikat dengan peran sebagai ibu dan suami

dan atau istri yang terlibat penuh dalam pekerjaan mereka diprediksi memiliki derajat

kesulitan penyesuaian yang paling tinggi. Untuk mengisi pekerjaan yang kosong, kini

semakin banyak pria yang mengambil bagian dalam pekerjaan-pekerjaan rumah

tangga, menerima peran-peran yang lebih ekspresif, suatu perubahan yang menuntut

pertukaran peranan pada sisi wanita. Penyesuaian suami yang pensiun terhadap tugas-

tugas ibu rumah tangga yang dikerjakan sama-sama tergantung pada sistem nilai

suami. Jika suami memandang jenis pekerjaan tersebut sebagai “pekerjaan wanita”

dan menganggap pekerjaan-pekerjaan tersebut kurang memiliki arti baginya, maka ia

merasa harkatnya turun dalam pekerjaan semacam itu. Troll (1971) menemukan sikap

ini benar-benar terjadi pada pria dari golongan pekerja, yang lebih menghargai peran

tradisional sebagai pencari nafkah dari pada pria dari golongan pekerja, yang lebih

menghargai peran tradisional sebagai pencari nafkah dari pada pria kelas menengah.

Pensiun bagi kaum wanita cenderung tidak terlalu sulit untuk beradaptasi karena

mereka masih punya peran-peran domestik. Selanjutnya, wanita kemungkinan besar

pensiun atas permintaan.

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga.

Memelihara pengaturan kehidupan yang memuaskan merupakan tugas paling penting

dari keluarga-keluarga lansia (tabel 11). Perumahan setelah pensiun seringkali

menjadi masalah. Dalam tahun-tahun segera setelah pensiun, pasangan tetap tinggal di

rumah hingga pajak harta benda, kondisi tetangga, ukuran dan kondisi rumah atau

23

Page 24: Makalah II Fix

kesehatan memaksa mereka mencari akomodasi yang lebih sederhana. Meskipun

mayoritas lansia memiliki rumah sendiri, namun sebagian besar dari rumah-rumah

tersebut telah tua dan rusak dan banyak yang terletak di daerah-daerah tingkat

kejahatan yang tinggi dimana lansia kemungkinan besar menjadi korban kejahatan.

Seringkali, lansia tinggal di rumah ini karena tidak ada pilihan yang cocok (Kalish,

1975). Namun demikian, lansia yang tinggal di rumah mereka sendiri, umumnya

menyesuaikan diri lebih baik dari pada yang tinggal di rumah anak-anak mereka.

Orangtua biasanya pindah ke salah satu anak mereka karena penurunan kesehatan dan

status ekonomi, mereka tidak punya pilihan lain, dan ini terbukti merupakan suatu

pengaturan yang tidak memuaskan bagi lansia (Lopata, 1973).

Tahap VIII Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan keluarga dalam masa

pensiun dan lansia, dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan

Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Tugas-Tugas Perkembangan

Keluarga

Keluarga Lansia 1. Mempertahankan pengaturan hidup

yang memuaskan.

2. Menyesuaikan terhadap pendapatan

yang menurun.

3. Mempertahankan hubungan

perkawinan.

4. Menyesuaikan diri terhadap

kehilangan pasangan.

5. Mempertahankan ikatan keluarga

antar generasi.

6. Meneruskan untuk memahami

eksistensi mereka (penelaahan dan

integrasi hidup).

Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)

4. Tahap-Tahap Siklus Kehidupan Keluarga pada Keluarga Cerai

Keluarga bercerai dengan orangtua tunggal melewati tahap-tahap siklus

kehidupan yang sama, dengan tanggungjawab yang hampir sama seperti keluarga inti

dengan dua orangtua. Perbedaan dasarnya adalah tidak adanya orangtua kedua untuk

24

Page 25: Makalah II Fix

melakukan tugas-tugas keluarga bersama-sama berkenaan dengan dukungan,

pengasuhan anak, persahabatan dan menjadi model peran jenis kelamin bagi anak-

anak. Hill (1986) menerangkan bahwa “perbedaan pada jalur-jalur perkembangan

keluarga dengan orangtua tunggal dan keluarga dengan dua orang terutama akan

kelihatan bukan pada tahap-tahap yang dihadapi, melainkan dalam jumlah, waktu, dan

lamanya transisi-transisi kritis yang dialami” .

Carter dan McGoldrick (1988) mengkonseptualisasikan perceraian sebagai

suatu gangguan dan dislokasi siklus kehidupan keluarga. Perceraian, dengan

kehilangan-kehilangannya dan perubahan-perubahan keanggotaan keluarga,

menciptakan destabilisasi dan ketidakseimbangan pokok keluarga. Peck dan

Manocharian (1988) menekankan dampak perceraian secara emosional dan fisik

terhadap keluarga. “Perceraian mempengaruhi anggota keluarga disetiap tingkat

generasi seluruh keluarga inti dan keluarga besar, dengan demikian menghasilkan

krisis bagi keluarga secara keseluruhan dan juga setiap individu dalam keluarga

tersebut” .

Setelah terjadi perceraian, riset terhadap sistem keluarga menemukan bahwa

diperlukan waktu antara 1 hingga 3 tahun bagi keluarga cerai untuk memantapkan

keluarga tersebut. Jika sebuah keluarga dapat mengatasi krisis dan transisi penyerta

yang harus dialami dalam rangka untuk memantapkan kembali, keluarga tersebut

akan membentuk sistem yang lentur yang akan memungkinkan suatu kesinambungan

proses perkembangan keluarga yang normal” (Peck dan Manocharian, 1988, hal.

335). Carter McGoldrik membuat ringkasan tulisan-tulisan dari Ahrons (1980)

tentang proses penyesuaian yang dialami oleh keluarga-keluarga cerai, termasuk

proses emosional yang terjadi secara bersama-sama dan masalah-masalah

perkembangan keluarga.

5. Tahap-Tahap Siklus Kehidupan pada Keluarga dengan Orangtua Tiri.

Perceraian biasanya merupakan keadaan transisi, yang kemudian diikuti oleh

perkawinan kembali. Perkawinan kembali begitu menonjol dipertengahan tahun 1980-

an, dimana hampir setengah dari seluruh perkawinan merupakan perkawinan kembali

(Biro Servis Amerika Serikat, 1986). Sebelum usia 40 tahun, baik suami maupun istri

sama-sama melakukan perkawinan kembali, tapi setelah usia 40 tahun perkawinan

kembali secara tidak seimbang merupakan suatu tradisi bagi pria (Agestad, 1988).

25

Page 26: Makalah II Fix

Pembentukan Keluarga Perkawinan Kembali : Garis Besar Perkembangan

Langkah-Langkah Sikap yang menjadi

prasayarat

Isu-Isu Perkembangan

1. Memasuki hubungan

baru

2. Mengkonseptualisasi

dan merencanakan

perkawinan dan

keluarga baru.

Pulih dari kehilangan

perkawinan pertama

(“perceraian emosional”

yang adekuat)

Menerima perasaan takut

sendiri dan rasa takut dari

pasangan dan anak-anak

yang baru akan perkawinan

kembali dan membentuk

sebuah keluarga tiri.

Menerima bahwa perlu

waktu dan kesabaran untuk

penyesuaian terhadap

kompleksitas dan

ambiguitas dari :

1. Peran baru yang

multipel

2. Batas-batas : ruang,

waktu, keanggotaan dan

wewenang.

3. Masalah-masalah afektif

: rasa bersalah, konflik-

konflik loyalitas

keinginan untuk

melakukan hal yang

Komitmen terhadap

perkawinan dan upaya

pembentukan sebuah

keluarga dengan kesiapan

untuk menghadapi

kompleksitas dan

ambiguitas.

a. Mengupayakan

keterbukaan dalam

hubungan-hubungan

baru untuk

menghindari

hubungan timbal

balik yang palsu.

b. Rencana

pemeliharaan kerja

sama finansial dan

hubungan sebagai

orangtua dengan

mantan pasangan.

c. Rencana untuk

membantu anak-anak

untuk menghadapi

cemas, konflik-

konflik loyalitas dan

keanggotaan dalam

dua sistem.

d. Pembentukan kembali

26

Page 27: Makalah II Fix

3. Kawin kembali dan

membangun

keluarga kembali

bersifat mutualitas,

perasaan terluka di masa

lalu yang belum hilang.

Penyelesaian akhir ikatan

kasih dengan mantan

pasangan dan “keutuhan”

keluarga ; penerimaan

model keluarga yang

berbeda dengan batas-batas

yang permeabel.

hubungan dengan

keluarga besar untuk

memasukkan

pasangan dan anak-

anak yang baru.

a. Restrukturisasi batas-

batas keluarga untuk

memungkinkan

memasukkan

pasangan/ orang tua

tiri baru.

b. Pembentukan

hubungan baru dan

pengaturan keuangan

di seluruh subsistem

agar bisa

menciptakan jalinan

beberapa sistem.

c. Menciptakan ruang

bagi hubungan semua

anak-anak dengan

orangtua kandung,

kakek-nenek, dan

keluarga besar lainya.

d. Berbagi kenang-

kenangan dan sejarah

untuk memperkokoh

penyatuan keluarga

tiri.

6. Pengaruh Sakit dan Cacat terhadap Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga

Sakit yang serius atau cacat amat mempengaruhi perkembangan keluarga, dan

perkembangan anggota keluarga secara individual, khususnya anggota yang sakit atau

27

Page 28: Makalah II Fix

cacat. Seringkali bila keluarga lambat dalam memenuhi tugas-tugas

perkembangannya, interaksi dari tuntutan lain stressor perkembangan dan

tuntutan/stressor situasi memperburuk dan membebani keluarga. Stres tambahan

yang ditimbulkan oleh kedua jenis stressor tersebut sering menurunkan fungsi

keluarga, akibatnya penguasaan tugas-tugas perkembangan terhalang atau terhambat.

Faktor penting lain yang menciptakan perbedaan mengenai dampak sakit atau

cacat terhadap perkembangan keluarga adalah sumber-sumber formal dan informal

yang digunakan oleh keluarga. Sebuah sistem pendukung sosial yang baik dari

keluarga besar dan teman-teman, dan juga dukungan psikososial dan kesehatan yang

kompeten akan memperbesar pengertian keluarga untuk kembali pada jalur

perkembangan agar lebih cepat.

Bila bekerja dengan sebuah keluarga dengan sakit yang serius atau cacat,

adalah sangat bermanfaat untuk membandingkan tugas-tugas perkembangan keluarga

yang “ideal” dalam suatu tahap siklus kehidupan yang sesuai dengan tingkah laku

keluarga yang aktual (Friedman, 1987). Tipe perbandingan ini bermanfaat untuk

mengevaluasi dampak yang mungkin dari sakit atau cacat pada keluarga.

28