Page 1
MAKALAH KURIKULUM
Dosen pengampu:
Saiful Bahri, S.Ag
Disusun oleh :
1. Dwi Ernawati (2814133047)
2. Dwi Jayanti Endriani (2814133049)
3. Elva Mai Liana (2814133055)
TMT - 3B
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG
Page 2
Oktober 2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa
meridhoi kami.Atas taufik dan hidayah serta ridho-Nya kami
dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kurikulum” guna memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran dengan baik dan tepat waktu.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepangkuan
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman
Jahiliyyah menuju zaman Islamiyyah.
Tak lupa penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Saiful Bahri, S.Ag selaku dosen mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran.
2. Admisi IAIN Tulungagung yakni tenaga kerja perpustakaan
yang telah memberi ijin untuk meminjam buku sebagai
tambahan referensi.
3. Serta semua pihak yang ikut berpertisipasi untuk
menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya penulis juga menyadari bahwa makalah ini jauh
dari sempurna, masih banyak kekurangan yang kami buat dalam
pembuatan makalah ini. Saran dan kritik senantiasa kami
harapkan dalam menyempurnakan yang dimuat dalam makalah ini.
Page 3
Tulungagung, 24 Oktober 2014
Penyusun
Tim Penulis
Page 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................iiDAFTAR ISI.................................................iiiBAB IPENDAHULUAN..................................................1A. Latar Belakang...........................................1B. Rumusan Masalah..........................................1C. Tujuan...................................................1
BAB IIPEMBAHASAN...................................................2A. Pengertian Kurikulum.....................................2B. Landasan Kurikulum.......................................2C. Prinsip Pengembangan Kurikulum...........................4D. Pendekatan Kurikulum.....................................6E. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).....................11F. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.....................17G. Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Kurikulum..............24
BAB IIIPENUTUP.....................................................25A. Kesimpulan..............................................25
DAFTAR PUSTAKA..............................................26
Page 5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangKurikulum merupakan acuan pembelajaran dan pelatihn
alam pendidikan dan/atau pelatihan. Oleh sebab itu,
pengembangan kurikulum melibatkan pemikiran-pemikiran
secara filsafati, psikologi, ilmu pengetahuan, teknologi
dan budaya. Setelah Indonesia merdeka dalam pendidikan
dikenal beberapa masa pemberlakuan kurikulum yaitu
kurikulum sederhana (1947-1964), pembaharuan kurikulum
(1968 dan 1975), kurikulum berbasis keterampilan proses
(1984 dan 1994), dan kurikulum berbasis kompetensi (2004
dan 2006).
Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari
terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya,
ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan
bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana
pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan
tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua
kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang
sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada
penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan
dala merealisasikannya.
B. Rumusan Masalah1. Apa pengertian kurikulum?
2. Apa saja landasan kurikulum?
3. Apa prinsip pengembangan kurikulum?
4. Bagaimana pendekatan kurikulum?
1
Page 6
5. Bagaimana Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)?
6. Bagaimana Kurikulum Tigkat Satuan Pendidikan (KTSP)?
7. Apa saja faktor-faktor penyebab perubahan kurikulum?
C. Tujuan1. Mengetahui pengertian kurikulum.
2. Mengetahui landasan kurikulum.
3. Mengetahui prinsip pengembangan kurikulum
4. Mengetahui pendekatan kurikulum.
5. Mengetahui tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
6. Mengetahui tentang Kurikulum Tigkat Satuan Pendidikan
(KTSP).
7. Mengetahui faktor-faktor penyebab perubahan kurikulum.
2
Page 7
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Macam-macam definisi yang diberikan tentang kurikulum.
Lazimnya kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang
disusun untuk melancarkan proses belajar-mengajar di bawah
bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga
pendidikan beserta staf pengajarnya.
Ada sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat bahwa
kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang
direncanakan melainkan juga peristiwa-peristiwa yang
terjadi di bawah pengawasan sekolah, jadi selain kegiatan
kurikuler yang formal juga kegiatan yang tak formal.
Kurikulum formal meliputi :
Tujuan pelajaran, umum dan spesifik.
Bahan pelajaran yang tersusun sistematis.
Strategi belajar-mengajar serta kegiatan-kegiatannya.
Sistem evaluasi untuk mengetahui hingga mana tujuan
tercapai.
Kurikulum tak formal terdiri atas kegiatan-kegiatan
yang juga direncanakan akan tetapi tidak berkaitan
langsung dengan pelajaran akademis dan kelas tertentu.
Kurikulum ini dipandang sebagai pelengkap kurikulum
formal. Yang termasuk kurikulum tak-formal ini antara
lain: pertunjukan sandiwara, pertandingan antarkelas atau
3
Page 8
antarsekolah, perkumpulan berbagai hobby, pramuka, dan
lain-lain.1
B. Landasan Kurikulum1. Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan merupakan aktivitas berpikir
tinggi dalam pencarian teori dan praktik pendidikan.
Permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan bukanlah
masalah ketidakjelasan konseptual melainkan pada
masalah-masalah nyata dalam praktik pendidikan terutama
yang berkaitan dengan kurikulum dan implementasi
kurikulum. Landasan pengembangan kurikulum perlu mengacu
pada falsafah kehidupan bangsa Indonesia, dalam arti,
kurikulum dikembangkan berdasarkan cita-cita pembangunan
bangsa Indonesia, yakni yang dapat berdiri sejajar dengan
bangsa-bangsa lain di dunia.
Kesepakatan nasional menetapkan Tujuan Pendidikan
Nasional (Tupenas) adalah “… berkembangnya potensi peserta didik
agar mejadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” (UU-RI No.20
Tahun 2003 pasal 3).2
2. Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan mencoba member kontribusinya ke
dalam pendidikan dengan mengkaji beberapa karateristik
subjek pendidikan dari beberapa aspek psikologi. Pertama,
psikologi perkembangan yang mengkaji tentang perubahan
1Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Bumi Aksara:1989), hlm. 52 Tedjo Narsoyo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. (Bandung: 2010), hlm.22.
4
Page 9
progresif yang terjadi pada manusia. Ada beberapa kaidah
perkembangan manusia dalam pendidikan. Yaitu, sikap
kritis, peran kematangan dan belajar, pola perkembangan,
perbedaan individu, tahapan perkembangan, setiap tahap
perkembangan memiliki resiko, rangsangan, pengaruh
budaya, haran social pada etiap perkembangan, serta
keyakinan tradisional. Kedua, psikologi belajar yang
mengkaji bagaimana seseorang belajar baik secara individu
maupun kelompok. Berbagai teori belajar yang ditemukan
tampaknya masih relevan untuk dipertimbangkan dalam
proses pembelajaran.3
3. Masyarakat dan Budaya
S. Nasution mengemukakan: “Mendidik anak dengan baik
hanya mungkin jika kita memahami masyarakat tempat mereka
hidup. Oleh karena itu, setiap Pembina Kurikulum harus
senantiasa mempelajari keadaan, perkembangan, kegiatan,
dan aspirasi masyarakat. Melalui pendidikan manusia
memperoleh peradaban masa lalu, turut serta dalam
peradaban masa sekarang dan membuat peradaban masa yang
akan datang. Kebudayaan suatu bangsa akan berkembang
sebagai fungsi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu
melibatkan ketiga sentra pendidikan, yaitu lingkungan
keluarga, masyarakat dan sekolah.4
4. Orientasi ke Masa Depan
3 Ibid., hlm. 24.4 Ibid., hlm. 34.
5
Page 10
Kurikulum perlu dikembangkan berdasarkan
tujuan0tujuan yang ingin dicapai dan termanifestasikan
dalam pribadi-pribadi peserta didik, baik perilaku maupun
sika. Profil manusia yang diharapkan terbentuk melalui
pendidkan dan interaksi dengan masyarakat. Yurmaini
Mainuddin (1994:41) memprioritaskan pembekalan sifat-
sifat kreatif, berprakarsa dan mampu memcahkan masalah
yang dihadapi oleh para lulusan.5
C. Prinsip Pengembangan Kurikulum
Selama terjadinya perkembangan dan pengembangan kurikulum
sekolah di Indonesia, masing – masing mengikuti prinsip-
prinsip pengembangan kurikulum yang berbeda. Namun sasaran
yang hendak dicapai adalah sama, yaitu dalam rangka
mewujudkan cita-cita pembangunan nasional pada umumnya dan
tujuan pendidikan Pancasila dan UUD 45 yang diacukan pada
kerangka dasar pembangunan nasional yang tertuang dalam
Garis-Garis Besar Haluan Negara.6
a. Prinsip Relevansi
Relevansi adalah kesesuaian, keserasian pendididkan
dengan tuntutan masyarakat. Pendidikan dikatakan relevan
jika hasil pendidikan tersebut berguna secara fungsional
bagi masyarakat.
Masalah relevansi pendidikan dengan masyarakat :
1. Relevansi pendidikan dengan lingkungan kehidupan
peserta didik
5 Ibid., hlm. 40.6 H.M. Ahmad, Dkk, Pengembangan Kurikulum,Pustaka Setia, 1997, hlm. 66-70
6
Page 11
Relevansi pendidikan dengan lingkungan kehidupan
peserta didik berarti bahwa dalam mengembangkan
kurikulum atau dalam menetapkan bahwa pengajaran yang
diajarkan hendaknya dipertimbangkan atau disesuaikan
dengan kehidupan nyata di sekitar peserta didik.
2. Relevansi pendidikan dengan kehidupan sekarang dan
kehidupan yang akan datang
Apa yang diajarkan kepada peserta didik pada saat ini
hendaknya bermanfaat baginya untuk menghadapi
kehidupan di masa yang akan datang. Dengan kata lain,
kurikulum hendaknya disesuaikan dengan apa yang
terjadi dimasa yang akan datang.
3. Relevansi pendidikan dengan tuntutan dunia kerja
Disamping relevensi dari isi pendidikan, hal yang
dipertimbangkan relevansinya adalah berkenaan dengan
relevansi segi kegiatan belajar. Kurangnya relevansi
segi kegiatan belajar ini sering mengakibatkan
sukarnya lulusan dalam menghadapi tuntutan dari dunia
pekerjaan.
4. Relevensi pendidikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan
begitu cepat. Oleh karena itu, pendidikan harus dapat
menyesuikan diri dan bahkan dapat memberikan sumbangan
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
tersebut.
b. Prinsip-Prinsip Efektivitas dan Efesiensi
1. Prinsip Efektivitas
7
Page 12
Efektivitas mengajar guru terutama berkenaan dengan
sejauh mana kegiatan belajar-mengajar yang
direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik.
Efektifitas guru dalam melaksanakan proses belajar
mengajar akan sangat berpengaruh pada efektivitas
pencapaian tujuan pengajaran (pendidikan) yang telah
ditetapkan.
Efektivitas belajar peserta didik terutama berkenaan
dengan sejauh mana tujuan pelajaran yang diinginkan
telah dicapai melalui kegiatan belajar-mengajar.
Kemampuan peserta didik dalam menguasai tujuan yang
telah ditetapakan oleh guru secara optimal sangat
bergantung pada kemampuan guru dalam menyediakan
suasana pelajaran yang kondusif.
2. Prinsip Efesiensi
Efesiensi merupakan perbandingan antara hasil yang
dicapai dan pengeluaran (berupa waktu, tenaga, dan
biaya) yang diharapkan paling tidak menunjukkan hasil
yang seimbang. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan
kurikulum atau proses belajar-mengajar, maka proses
belajar-mengajar dikatakan efesiensi jika usaha, biaya
dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan program
pengajaran tersebut dapat merealisasikan hasil yang
optimal.
c. Prinsip Kesinambungan (kontinuitas)
Kurikulum sebagai wahana belajar yang dinamis perlu
dikembangkan teus menerus dan berkesinambunagn dalam
pengembangan kurikulum yang menyangkut saling hubungan
8
Page 13
dan saling menjalin antara berbagai tingkat dan jenis
program pendidikan atau bidang studi.
Kesinambungan antara berbagai tingkat sekolah
(pendidikan) dan bidang studi ini menuntut bahwa
kurikulum harus disusun dengan mempertimbangkan :
1. Bahan pelajaran yang diperlukan untuk sekolah yang
lebih tinggi harus sudah diajarkan di sekolah
sebelumnya.
2. Bahan pelajaran yang sudah diajarkan di sekolah yang
lebih rendah tidak perlu dajarkan lagi di sekolah yang
tinggi.
d. Prinsip Fleksibilitas
Prinsin fleksibilitas menunjukkan bahwa kurikulum adalah
tidak kaku. Tidak kaku arti bahwa ada semacam ruang
gerak yang memberikan sedikit kebebasan dalam bertindak.
Oleh karena itu, peserta didik harus diberi kebebasan
dalam memilih program pendidikan yang sesuai dengan
bakat, minat, kebutuhan dan lingkungannya.
e. Prinsip Berorientasi pada Tujuan
Prinsip berorientasi pada tujuan bahwa sebelum bahan
ditentuan maka langkah pertama yang dilakukan oleh guru
adalah menentukan tujuan terlebih dahulu. Hal ini
dimaksudkan agar segala jam dan kegiatan pengajaran yang
dilakukan oleh peserta didik maupun guru dapat benar-
benar terarah kepada tercapainya tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan tersebut.
f. Prinsip Pendidikan Seumur Hidup
9
Page 14
Prinsip pendidikan seumur hidup mengandung implikasi
lain, yaitu agar sekolah tidak saja memberi pengetahuan
dan ketrampilan yang diperlukan pada peserta didik tamat
dari sekolah namun juga memberikan bakal kemampuan untuk
dapat menumbuhkembangkan diri sendiri.
g. Prinsip dan Model Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum dilakukan secara bertahap dan
terus-menerus, yaitu dengan jalan mengadakannya terhadap
pelaksanaan dan hasil-hasil yang telah dicapai untuk
melakukan perbaikan, pemnatapan, dan pengembangan lebih
berlanjut.7
D. Pendekatan KurikulumPara ahli kurikulum selama ini telah mendapatkan sejumlah
pendekatan umum dalam pengembangan kurikulum masing-masing
berdasarkan fokus utama tertentu. Cara penggolongan oleh
para ahli itu agak berlainan, namun apa yang dikemukakan di
sini boleh dikatakan telah mencakup kebanyakan dari
pendekatan utama dewasa ini.8
1. Pendekatan Bidang Studi (Pendekatan Subjek atau Disiplin
Ilmu)
Pendekatan ini menggunakan bidang studi atau
matapelajaran sebagai dasar organisasi kurikulum,
misalnya matematika, sains, sejarah, geografi, atau IPA,
IPS, dan sebagainya seperti yang lazim kita dapati dalam
sistem pendidikan kita sekarang di semua sekolah dan
universitas.
7Ibid.,hlm. 70-728Ibid., hlm. 43-55
10
Page 15
Yang diutamakan dalam pendekatan ini ialah
penguasaan bahan dan proses dalam disiplin ilmu
tertentu. Pendekatan ini paling mudah dibandingkan
dengan pendekatan lainnya oleh sebab disiplin ilmu telah
jelas batasannya dan karena itu lebih mudah
mempertanggung jawabkan apa yang diajarkan.
2. Pendekatan Interdisipliner
Banyak usaha telah dijalankan selama ini untuk
mendobrak tembok pemisah yang dibuat-buat antara
berbagai matapelajaran atau disiplin ilmu yang terdapat
dalam pendekatan bidang studi. Masalah-masalah dalam
kehidupan tidak hanya melibatkan satu disiplin, akan
tetapi memerlukan berbagai ilmu secara interdisipliner.
Ada bebarapa pendekatan interdisipliner dalam
pengembangan kurikulum:
a. Pendekatan “Broad-Field
Pendekatan ini berusaha mengintegrasikan beberapa
disiplin atau matapelajaran yang saling berkaitan agar
siswa memahami ilmu pengetahuan tidak berada dalam vakum
atau kehampaan akan tetapi merupakan bagian integral
dari kehidupan manusia. Pendekatan broad-field ini juga
dapat digunakan agar siswa memahami hubungan yang
kompleks antara kejadian-kejadian di dunia.
b. Pendekatan kurikulum inti (Core Curiculum)
Kurikulum ini banyak persamaannya dengan broad-field,
karena juga menggabungkan berbagai disiplin ilmu.
Kurikulum diberikan berdasarkan suatu masalah sosial
atau personal. Untuk memecahkan masalah itu digunakan
11
Page 16
bahan dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan
masalah itu.
Kurikulum ini berusaha menghilangkan tembok pemisah
yang tak wajar antara berbagai disiplin ilmu agar siswa
dapat menerapkan secara fungsional pengetahuan dan
ketrampilan yang diperolehnya dari berbagai disiplin
ilmu guna memecahkan masalah sosial personal masa kini.
c. Pendekatan Kurikulum Inti di Perguruan Tinggi
Istilah inti (core) juga digunakan dalam kurikulum
Perguruan Tinggi. Dengan “core” dimaksud pengetahuan
inti yang pokok yang diambil dari semua disiplin ilmu
yang dianggap esensial mengenai kebudayaan dan ilmu
pengetahuan yang dianggap layak dimiliki oleh tiap orang
terdidik dan terpelajar. Pengetahuan umum ini layak
dimiliki tiap mahasiswa lepas dari jurusan yang
dipilihnya.
d. Pendekatan Kurikulum Fusi
Kurikulum ini men-fusi-kan atau menyatukan dua (atau
lebih) disiplin tradisional menjadi bidang studi baru,
misalnya: geografi + geologi +botani + arkeologi menjadi
earth sciences.
Semua pendekatan Interdisipliner mempunyai tujuan yang
sama, yakni agar mengajar-belajar lebih relevan dan
bermakna serta lebih mudah dipahami dalam konteks
kehidupan kita.
3. Pendekatan Rekonstruksionisme
12
Page 17
Pendekatan ini juga disebut Rekonstruksi Sosial
karena memfokuskan kurikulum pada masalah-masalah
penting yang dihadapi dalam masyarakat.
Dalam gerakan rekosnstruksionisme ini terdapat dua
kelompok utama yang sangat berbeda pandangannya tentang
kurikulum, yakni:
a. Rekonstruksionisme konservatif.
Aliran ini menginginkan agar pendidikan ditujukan
kepada peningkatan mutu kehidupan individu maupun
masyarakat dengan mencari penyelesaian masalah-
masalah yang paling mendesak yang dihadapi
masyarakat.
b. Rekonstruksionisme radikal.
Pendekatan ini berpendapat bahwa banyak negara
mengadakan pembangunan dengan merugikan rakyat kecil
yang miskin yang merupakan mayoritas masyarakat.
Kedua pendirian yang saling bertentangan ini mempunyai
unsur kesamaan. Masing-masing berpendirian bahwa misi
sekolah ialah untuk mengubah dan memperbaiki masyarakat.
Sedangkan perbedaannya terletak dalam definisi atau
tafsiran masing-masing tentang “perbaikan” dan cara
pendekatan terhadap masalah itu.
4. Pendekatan Humanistik
Kurikulum ini berpusat pada siswa, jadi “student-
centered”, dan mengutamakan perkembangan afektif siswa
sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari
proses belajar.hasil penelitian menunjukkan bahwa
konsep-diri siswa berkorelasi tinggi dengan prestasi13
Page 18
akademis. Selanjutnya siswa hendaknya diturutsertakan
dalam penyelenggaraan kelas dan keputusan instruksional.
Pendidikan yang berpusat pada siswa mefokuskan kurikulum
pada kebutuhan siswa baik personal maupun sosial.
Pendekatan humanistik dalam kurikulum didasarkan atas
asumsi-asumsi sebagai berikut:
a. Siswa akan lebih giat belajar dan bekerja bila harga
dirinya dikembangkan sepenuhnya.
b. Siswa yang diturut sertakan dalam perencanaan dan
pelaksanaan pelajaran akan merasa bertanggung jawab
atas keberhasilannya.
c. Hasil belajar akan meningkat dalam suasana belajar
yang diliputi oleh rasa saling mempercayai, saling
membantu, saling mempedulikan dan bebas dari
ketegangan yang berlebihan.
d. Guru yang berperan sebagai fasilitator belajar
memberi tanggungjawab kepada siswa atas kegiatannya
belajar dan memupuk sikap positif terhadap “apa
sebab” dan “bagiamana” mereka belajar.
e. Kepedulian siswa akan pelajaran memegang peranan
penting dalam penguasaan bahan pelajaran itu.
f. Evaluasi diri bagian penting dalam proses belajar
yang memupuk rasa harga diri.
5. Pendekatan “Accountability”
Accountability atau pertanggungjawaban lembaga
pendididkan tentang pelaksanaan tugasnya kepada
masyarakat, akhir-akhir ini tampil sebagai pengaruh yang
penting dalam dunia pendidikan. Namun, menurut bnayak
14
Page 19
pengamat pendidikan accountability ini telah mendesak
pendidikan dalam arti yang sebenarnya menjadi latihan
belaka. Akuntabilitas yang sistematis pertama kalinya
diperkenalkan Frederick Taylor kelak dikenal sebagai
“scientific management” atau manajemen ilmiah,
menetapkan tugas-tugas spesifik yang harus diselesaikan
pekerja dalam waktu tertentu. Tiap pekerja bertanggung
jawab atas penyelesaian tugas itu.
Walaupun akuntabilitas pendidikan bukan sesuatu yang
baru, pendekatan ini mulai mendominasi kurikulum dalam
seperempat abad akhir-akhir ini. Gerakan akuntabilitas
dalam 1960-an, 1970-an dan 1980-an menyebar dengan pesat
dan mendesak sistem pendidikan di seluruh dunia agar
lebih memperhatikan pengukuran efektivitas pendidikan
berdasarkan standar akademis yang ditetapkan lebih
dahulu secara cermat dengan mempertimbangkan sumber yang
tersedia. Suatu sistem yang accountable menetukan
standar dan tujuan spesifik yang jelas serta mengukur
efektivitasnya berdasarkan taraf keberhasilan siswa
mencapai standar itu.
Para pengritik mengemukakan, bahwa pada umumnya
standar yang ditentukan hanya mengenai pengetahuan
kognitif dan ketrampilan tingkat rendah dan gagal
merumuskan dan mengukur dimensi yang lebih tinggi
seperti berpikir kritis, kreativitas, dan aspek-aspek
afektif.
Dalam usaha mengembangkan standar yang dapat
dipertanggung jawabkan, pendekatan kurikulum beralih ke
15
Page 20
arah apa yang disebut sistem yang tertutup atau model
latihan.
6. Pendekatan Pembangunan Nasional
Pendekatan ini mengandung tiga unsur:
a. Pendidikan kewarganegaraan.
Berorientasi pada sistem politik negara yang
menetukan peranan, hak dan kewajiban tiap warganegara.
Dalam masyarakat demokratis, warganegara dapat
dimasukkan dalam tiga kategori;warganegara yang
apatis, warganegara yang pasif, warganegara aktif.
b. Pendidikan Pembangunan Nasional
Tujuan pendidikan ini ialah mempersiapkan tenaga
kerja yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan. Untuk itu harus diadakan proyeksi
kebutuhan tenaga kerja yang cermat. Sistem pendidikan
diatur sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan
tenaga kerja menurut spesifikasi yang tgelah
diproyeksikan dalam batas kemampuan keuangan negara.
Para pengembang kurikulum bertugas untuk mendisain
program yang sesuai dengan analisis jabatan yang akan
diduduki.
c. Pendidikan Ketrampilan untuk Kehidupan Praktis
Ketrampilan yang diperlukan bagi kehidupan sehari-
hari dapat dibagi dalam beberapa kategori yang tidak
hanya bercorak ketrampilan kan tetapi juga mengandung
aspek pengetahuan dan sikap, yakni:
1) Ketrampilan untuk mencari nafkah dan rangka sistem
ekonomi suatu negara.
16
Page 21
2) Ketrampilan untuk mengembangkan masyarakat.
3) Ketrampilan untuk menyumbang kepada kesejahteraan
umum.
4) Ketrampilan sebagai warga negara yang baik.
Pendekatan ini menggabungkan humanisme dengan
pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan pembangunan
nasional.
E. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)1. Konsep dasar kurikulum berbasis kompetensi
a. Pengertian Kompetensi dan Kurikulum Berbasis
Kompetensi
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan,
ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak.
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan
sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada
pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-
tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga
hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
b. Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi
Karakteristik KBK antara lain mencakup seleksi
kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-
indikator evaluasi untuk menentukan kesuksesan
pencapaian kompetensi; dan pengembangan sistem
pembelajaran.
17
Page 22
Karakteristik KBK memiliki enam karakteristik sebagai
berikut,
1. Sistem belajar dengan modul
2. Menggunakan keseluruhan sumber belajar
3. Pengalaman lapangan
4. Strategi individual personal
5. Kemudahan belajar
6. Belajar tuntas
c. Asumsi Kurikulum Berbasis Kompetensi
Dalam kurikulum berbasis kompetensi, asumsi
merupakan parameter untuk menentukan tujuan dan
kompetensi yang akan dispesifikasikan. Sedikitnya
terdapat tujuh asumsi yang mendasari kurikulum
berbasis kompetensi.
1.Banyak sekolah yang memilki sedikit guru
profesional, dan tidak mampu melakukan proses
pembelajaran secara optimal
2.Banyak sekolah yang hanya mengkoleksi sejumlah mata
pelajaran dan pengalaman
3.Peserta didik bukanlah tabung kosong atau kertas
putih bersih yang dapat diisi atau ditulis
sekehendak guru
4.Peserta didik memilki potensi yang berbeda dan
bervariasi
5.Pendidikan berfungsi mengkondisikan lingkungan untuk
membantu peserta didik mengembangkan berbagai
potensi yang dimilikinya secara optimal
18
Page 23
6.Kurikulum sebagai rencana pembelajaran harus berisi
kompetensi-kompetensi potensial yang tersusun secara
sistematis
7.Kurikulum sebagai proses pembelajaran harus
menyediakan berbagai kemungkinan kepada seluruh
peserta didik untuk mengembangkan berbagai
potensinya secara optimal9
2. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
a. Tingkat pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
seperti pengembangan pada umumnya terdiri dari
beberapa tingkat, yaitu tingkat nasional, tingkat
lembaga, tingkat bidang, dan tingkat satuan bahasan
(modul).
b. Pendekatan dalam pengembangan kurikulum
Pendekatan seseorang terhadap kurikulum akan
merefleksikan pandangannya tentang dunia, termasuk
didalamnya pandangan tentang kenyataan, nilai, dan
pengetahuan yang dianutnya. Pendekatan dalam
pengembangan kurikulum mempunyai arti yang sangat
luass. Hal tersebut bisa berarti penyusunan kurikulum
baru, bisa juga penyempurnaan terhadap kurikulum yang
sedang berlaku. Untuk melakukan pengembangan
kurikulum, terlebih dahulu perlu dipahami hal-hal yang
berkaitan dengan pendekatan pengembangan kurikulum.
1. Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berdasarkan
Sistem Pengelolaan
9 Mulyasa, kurikulum berbasis kompetensi, PT Remaja rosdakarya, Bandung, 2002, 37-57
19
Page 24
2. Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berdasarkan Fokus
Sasaran
3. Pendekatan Kompetensi
4. Keterkaitan KBK dengan Pendekatan Lain
5. Keunggulan KBK
c. Prinsip-prinsip pengembangan KBK
Sesuai dengsn kondisi negara, kebutuhan masyarakat,
dan berbagai perkembangan serta perubahan yang sedang
berlangsung, maka dalam pengembangan kurikulum
berbasis kompetensi (KBK) perlu memperhatikan dan
mempertimbangkan prinsip-prinsip:1.Keimanan, nilai,dan
budi pekerti luhur, 2. Penguatan integritas nasional,
3. Keseimbangan etika, logika, estetika dan
kinestatika, 4. Kesamaan memperoleh kesempatan; 5.
Abad pengetahuan dan teknologi informasi; 6.
Pengembangan ketrampilan hidup; 7. Belajar sepanjang
hayat; 8. Berpusat pada anak dengan penilaian yang
berkelanjutan dan komprehensif; dan 9. Pendekatan
menyeluruh dan kemitraan.
d. Pengembangan struktur KBK
Pengembangan struktur kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) sedikitnya mencakup tiga langkah kegiatan, yaitu
mengidentifikasi kompetensi, mengembangkan struktur
kurikulum, dan mendiskripsikan mata pelajaran.
3. Implementasi kurikulum berbasis kompetensi
Implementasi kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat
didefinisikan sebagai suatu proses penerapan ide, konsep,
dan kebijakan kurikulum (kurikulum potensial) dalam suatu
20
Page 25
aktifitas pembelajaran, sehingga pesrta didik menguasai
seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi
dengan lingkungan. Dalam garis besarnya implementasi
kurikulum berbasis kompetensi mencakup tiga kegiatan
pokok, yaitu pengembangan program, pelaksanaan
pembelajaran, dan evaluasi.10
a. Pengembangan program
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
mencakup pengembangan program tahunan, program
semester, program modul (pokok bahasan), program
mingguan dan harian, program pengayaan dan remedial,
serta program bimbingan dan konseling.
b. Pelaksanaan pembelajaran
Pembelajaran hakekatnya adalah proses interaksi
antara peseta didik dengan lingkungannya, sehingga
terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal: pre tes,
proses, dan post tes.
1) Pre tes (tes awal)
Pada umumya pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan
pre tes. Fungsi pre tes ini antara lain dapat
dikemukaan sebagai berikut:
a) Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses
belajar
b) Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta
didik sehubungan dengan proses pembelajaran
yang dilakukan.
10 Ibid., hlm 63-95
21
Page 26
c) Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah
dimiliki peserta didik mengenai bahan ajaran
yang akan dijadikan topik dalam proses
pembelajaran.
d) Untuk mengatahui darimana seharusnya proses
pembelajaran dimulai, tujuan-tujuan mana yang
telah dikuasai peserta didik dan perlu
mendapat penekanan dan perhatian khusus.
2) Proses
Proses disini dimaksudkan sebagai kegiatan dari
pelaksanaan proses pembelajaran, yakni bagaiman
tujuan-tujuan belajar direalisasikan melalui modul.
Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila
seluruh peserta didik terlibat secara aktif, baik
mental, fisik maupun sosialnya.
3) Post tes
Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri
dengan post tes. Fungsi post tes antara lain dapat
dikemukaan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta
didik terhadap kompetensi yang telah ditentukan.
b. Untuk mengetahui kompetensi dan tujuan-tujuan
yang dapat dikuasai oleh peserta didik serta
yang belum dikuasainya.
c. Untuk mengetahui peserta didik-peserta didik
yang perlu mengikuti kegiatan remedial.
d. Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan
terhadap komponen-komponen modul
22
Page 27
4) Evalausi hasil belajar
Evaluasi hasil belajar dalam implementasi kurikulum
berbasis kompetensi dilakukan dengan penilaian
kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan
pendidikan dan sertivikasi,benchmarking dan
penilaian program.
5) Peningkatan kualitas pembelajaran11
Dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi
(KBK), terdapat berbagai upaya yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal
tersebut antara lain peningkatan aktifitas dan
kreatifitas peserta didik, peningkatan disiplin
belajar, dan peningkatan motivasi belajar.
4. Perbedaan peserta didik dalam KBK
Terdapat lima perbedaan peserta didik yang perlu
diperhatikan dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK),
yaitu sebagai berikut :
a. Perbedaan tingkat kecerdasan
b. Perbedaan kreatifitas
c. Perbedaan cacat fisik
d. Kebutuhan peserta didik
e. Pertumbuhan dan perkembangan kognitif
f. Pengelompokan peserata didik dalam KBK
5. Reformasi sekolah dalam rangka implementasi KBK
Implementasi kurikulum berbasis kompetensi menuntut
perubahan terhadap berbagai aspek pendidikan, termasuk
11 Ibid., hlm 95-105
23
Page 28
reformasi sekolah. Reformasi sekolah merupakan suatu
konsep perubahan kearah peningkatan mutu pendidikan.
1. Perlunya reformasi sekolah
Perlunya reformasi sekolah dapat dilihat dari
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
berlangsung setiap saat, begitu cepatnya perkembangan
tersebut. Oleh karena itu sekolah dikondisikan agar
dapat mengikuti perkembangan dan perubahan tersebut,
hal ini jelas perlu adanya pembaruan sekolah.
2. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
reformasi sekolah
a. Tujuan dan sasaran pendidikan nasional dalam
pembangunan bukan hanya untuk menciptakan
golongan elit dan kaum intelektual, melainkan
membentuk manusia Indonesia secara utuh melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi
peranannya pada masa mendatang.
b. Peserta didik merupakan subjek sekaligus objek
pendidikan. Perubahan perilaku peserta didik
ditentukan oleh pengalaman belajarnya disamping
faktor-faktor bawaan (hereditas).
c. Mendidik merupakan pekerjaan profesional,
memberikan petunjuk bahwa tidak setiap orang
dapat melaksanakan profesi mendidik (pendidik).
3. Beberapa agenda reformasi sekolah
a. Modernisasi pengelolaan sekolah
Sekolah hendaknya tidak terpisah dari
masyarakat. Oleh karena itu, dalam modernisasi
24
Page 29
pengelolaan sekolah para pelaksana pendidikan
hendaknya bekerja sama dengan sektor-sektor lain
di masyarakat yang telah menjalankan usaha
modernisasi sesuai dengan perkembangan teknologi
dan kebutuhan masyarakat.
b. Modernisasi guru
Dari berbagai faktor yang mempengaruhi terhadap
efektifitas sekolah, guru perlu mendapat
perhatian yang utama. Baik buruknya kurikulum
pada akhirnya bergantung pada aktifitas dan
kreatifitas guru dalam menjabarkan dan
merealisasikan kurikulum tersebut.
4. Perencanaan reformasi sekolah
5. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam KBK
Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan dalam
implentasi kurikulum berbasis kompetensi antara
lain menyangkut tenaga guru, sumber belajar, bahasa
pengantar, pendidikan budi pekerti, dan akselerasi
belajar.
6. Beberapa inovasi dalam KBK
1. Kepala sekolah
Keberhasilan KBK sangat ditentukan oleh kepala
sekolah dalam mengkoordinasikan, menggerakkan dan
menselaraskansemua sumber daya pendidikan yang
tersedia. Kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan
manajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu
mengambil keputusan dan prakarsa untuk meningkatkan
mutu sekolah.
25
Page 30
2. Guru
Di samping kepala sekolah, guru merupakan faktor
penting yang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan
implementasi KBK, bahkan sangat menentukan berhasil-
tidaknya peserta didik dalam belajar. Agar
implementasi KBK berhasil memperhatikan perbedaan
individual, maka guru perlu memperhatikan hal-hal
berikut:
a. Mengurangi metode ceramah
b. Memberikan tugas yang berbeda bagi setiap peserta
didik
c. Mengelompokkan peserta didik berdasarkan
kemampuannya
d. Bahan harus dimodifikasi dan dipercaya
e. Ingat bahwa peserta didik tidak berkembang dalam
kecepatan yang sama
f. Usahakan untuk melibatkan peserta didik dalam
berbagai kegiatan
F. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan1. Pengertian Kurikulum
KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. KTSP merupakan kurikulum operasional
yang pengembangannya diserahkan kepada daerah dan satuan
pendidikan. Dengan demikian, melalui KTSP ini pemerintah
berharap jurang pemisah yang semakin menganga antara
pendidikan dan pembangunan, serta kebutuhan dunia kerja
deapat segera diatasi. Penyusunan KTSP dilakukan oleh
satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan
standar kompetensi serta kompetensi dasar yang26
Page 31
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP).12
KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-
undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 36 ayat 1 dan 2 sebagai berikut.
a. Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan untuk mewujudkan Tujuan Pendidikan
Nasional.
b. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan
dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai
dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta
didik.
2. Tujuan KTSP
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk
memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui
pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan
dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan
keputusan secara partisipatif dalam pengembangan
kurikulum.13
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan
inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum,
mengelola dan memberdayakan sumber daya yang
tersedia.
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat
dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan
keputusan bersama.12Mulyasa,Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,(Rosda:2006),hlm. 1913Ibid., hlm. 22
27
Page 32
c. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan
pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan
dicapai.
3. Landasan Pengembangan KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh
undang-undang dan peraturan pemerintah sebagai berikut.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan
Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan
permendiknas no. 22 dan 23.14
4. Karakteristik KTSP
Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari
bagaimana sekolah dan satuan pendidikan dapat
mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan
sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan,
serta sistem penilaian. Berdasarkan uraian di atas, dapat
dikemukakan beberapa karakteristik KTSP sebagai berikut:15
a. Pemberian Otonomi Luas Kepada sekolah dan satuan
Pendidikan.
b. Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua yang Tinggi.
c. Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional.
14Ibid., hlm. 2415Ibid., hlm. 29
28
Page 33
d. Tim-Kerja yang Kompak dan Transparan.
5. Kerangka Dasar Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar, dan
hasil belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
kompetensi dasar dan tujuan pendidikan. Kurikulum untuk
jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
a. Kelompok matapelajaran agama dan akhlak mulia.
b. Kelompok matapelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian.
c. Kelompok matapelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi.
d. Kelompok matapelajaran estetika.
e. Kelompok matapelajaran jasmani, olah raga dan
kesehatan.
Setiap kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan
secara holistik, sehingga pembelajaran masing-masing
kelompok mempengaruhi pemahaman dan penghayatan peserta
didik, dan semua kelompok mata pelajaran sama pentingnya
dalam menentukan kelulusan.16
6. Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata
pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam
kegitan pembelajaran. Struktur kurikulum pendidikan
dasar dan menengah mencakup struktur kurikulum16Ibid., hlm. 46
29
Page 34
pendidikan umum, pendidikan kejuruan dan pendidikan
khusus.17
a. Struktur Kurikulum Pendidikan Umum
Struktur kurikulum pendidikan umum terdiri dari
struktur kurikulum SD/MI, struktur kurikulum SMP/MTs,
dan struktur kurikulum SMA/MA.
b. Struktur Kurikulum Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia,
serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Mata pelajaran Dasar Kejuruan terdiri atas beberapa
mata pelajaran yang bertujuan untuk menunjang
pembentukan kompetensi kejuruan dan pengembangan
kemampuan menyesuaikan diri dalam bidang keahliannya.
Implikasi dari struktur kurikulum di atas adalah
sebagai berikut:
1) Di dalam penyusunan kurikulum SMK/MAK mata
pelajaran dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu
kelompok normatif, adaptif, dan produktif.
Kelompok adaptif dan produktif adalah mata
pelajaran yang alokasi waktunya disesuaiakan
dengan kebutuhan program keahlian.
2) Materi pembelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan dan
Kompetensi Kejuruan disesuaiakan dengan kebutuhan
program keahlian untuk memenuhi standar kompetensi
kerja di dunia kerja.
17Ibid., hlm. 50
30
Page 35
3) Pendidikan pada SMK/MAK diselenggarakan dalam
bentuk pendidikan sistem ganda.
4) Alokasi waktu satu jam pelajaran tatap muka adalah
45 menit.
5) Beban belajar pada SMK/MAK meliputi kegiatan
pembelajaran tatap muka, praktik di sekolah dan
kegiatan kerja praktik di dunia usaha ekuivalen
dengan 36 jam pelajaran per minggu.
6) Minggu efektif pada SMK/MAK adalah 38 minggu dalam
satu tahun pelajaran.
7) Lama penyelenggaraan pendidikan pada SMK/MAK tiga
tahun, maksimum empat tahun sesuai dengan tuntutan
program keahlian.
c. Struktur Kurikulum Pendidikan Khusus
Struktur kurikulum dikembangkan untuk peserta didik
berkelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan
sosial berdasarkan standar kompetensi lulusan,
standar kompetensi kelompok mata peljaran, dan
standar kompetensi mata pelajaran. Kurikulum
Pendidikan Khusus terdiri atas 8 sampai dengan 10
mata pelajaran, muatan lokal, program khusus, dan
pengembangan diri.
7. Mengembangkan KTSP
Pengembangan KTSP memfokuskan pada kompetensi tertentu,
berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang utuh dan
terpadu, serta dapat didemonstrasikan peserta didik
sebagai wujud hasil belajar.
Pengembangan KTSP mencakup beberapa tingkat, yaitu:18
18Ibid., hlm. 146-151
31
Page 36
a. Pengembangan Kurikulum Tingkat Nasional
Kurikulum tingkat nasional dikembangkan dengan
memperhatikan konteks pendidikan. Pada tingkat ini
pengembangan kurikulum dibahas dalam lingkup nasional,
meliputi jalur pendidikan sekolah dan laur sekolah,
baik secara vertikal maupun horizontal. Pengembangan
kurikulum tingkat nasional dilakukan dalam rangka
mengembangkan Standar Nasional Pendidikan, yang pada
saat ini mencakup standar kompetensi lulsan (SKL) dan
standar isi (SI) untuk setiap satuan pendidikan pada
masing-masing jenjang dan jenis pendidikan, terutama
pada jalur pendidikan sekolah.
b. Pengembangan KTSP
Pada tingkat ini dibahas pengembangan kurikulum untuk
setiap satuan pendidikan. Kegiatan yang dilakukan pada
tahap ini antara lain:
1) Menganalisis dan mengembangkan SKL dan SI.
2) Merumuskan visi dan missi, serta merumuskan tujuan
pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
3) Mengembangkan bidang studi-bidang studi yang akan
diberikan utnuk merealisasikan tujuan tersebut.
4) Mengembangkan dan mengidentifikasi tenaga-tenaga
kependidikan.
5) Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran yang
diperlukan untuk memberi kemudahan belajar.
c. Pengembangan Silabus
32
Page 37
Pada tingkat ini dilakukan pengembangan silabus untuk
setiap bidang studi pada berbagai satuan pendidikan.
Kegiatan yang dilakukan antara lain:
1) Mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi
dasar serta tujuan setiap bidang studi.
2) Mengembangkan kompetensi dasar dan materi standar
yang diperlukan dalam pembelajaran.
3) Mendeskripsikan kompetensi dasar serta
mengelompokkannya sesuai dengan ruang lingkup dan
urutannya,
4) Mengembangkan indikator untuk setiap kompetensi
serta kriteria pencapaiannya dan mengelompokkannya
sesuai dengan ranah pengetahuan, pemahaman,
kemampuan, nilai dan sikap.
5) Mengembangkan instrumen penilaian yang sesuai
dengan indikator pencapaian kompetensi.
Penyusunan silabus mengacu pada KTSP dan perangkat
komponen-komponen yang dikembangkan berdasrkan standar
kompetensi dan standar isi yang dikembangkan oleh
BSNP.
d. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Kegiatan pengembangan kurikulum pada tingkat ini
adalah menyusun dan mengembangkan rencana pelaksanaan
pembelajaran atau persiapan mengajar.
e. Kurikulum Aktual (Pelaksanaan Pembelajaran)
Kurikulum aktual atau pelaksanaan pembelajaran adalah
interaksi antara peserta didik dengan guru dan
lingkungan pembelajaran. Dalam hal ini dapat dikatakan
33
Page 38
bahwa bagaimanapun bagusnya suatu kurikulum maka
aktualisasinya sangat ditentukan oleh profesionalisme
guru dalam melaksanakan pembeljaran dan pembentukan
kompetensi peserta didik.
8. Prinsip Pengembangan KTSP
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan
peserta didik dan lingkungannya.
b. Beragam dan terpadu.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengethauan,
teknologi dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan.
f. Belajar sepanjang hayat.
g. Seimbang antara kepentingan global, nasional dan
lokal.19
9. Strategi Pengembangan KTSP
Terdapat beberapa strategi yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan dan pelaksanaan KTSP, diantaranya:20
a. Sosialisasi KTSP di sekolah.
b. Menciptakan suasana yang kondusif.
c. Menyiapkan sumber belajar.
d. Membina disiplin.
e. Mengembangkan kemandirian kepala sekolah.
f. Membangun karakter guru.
g. Memberdayakan staf.
10. Acuan Opersional Penyusunan KTSP
19Ibid., hlm. 15120Ibid., hlm. 153
34
Page 39
Acuan operasioanl penyusuna KTSP sedikitnya mencakup 12
poin, yakni:21
a. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak.
b. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai
dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta
didik.
c. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan
lingkungan.
d. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
e. Tuntutan dunia kerja.
f. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
g. Agama.
h. Dinamika perkembangan global.
i. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
j. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
k. Kesetaraan Jender.
l. Karakteristik satuan pendidikan.
11. Proses Menyusun KTSP
Proses penyusunan KTSP perlu diawali dengan melakukan
analisis konteks terhadap hal-hal sebagai berikut:
a. Analisis potensi, kekuatan, dan kelemahan yang ada di
sekolah dan satuan pendidikan.
b. Analisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat
dan lingkungan sekitar.
c. Mengidentifikasi Standar Isi dan Standar Kompetensi
Lulusan.
21Ibid., hlm. 168-169
35
Page 40
Terdapat tujuh langkah yang harus dilaksanakan dalam
proses penyusunan KTSP.
a. Menentukan fokus atau kompetensi dasar.
b. Menentukan variabel atau indikator.
c. Menentukan standar.
d. Membandingkan standar dan kompetensi.
e. Menentukan kesenjangan yang terjadi.
f. Merencanakan target untuk mencapai standar.
g. Merumuskan cara-cara dan program untuk mencapai
target.22
12. Mengembangkan Komponen KTSP
Dalam garis besarnya KTSP memiliki enam komponen penting
sebagai berikut.23
Visi dan Misi
Tujuan Pendidikan Satuan Pendidikan
Menyusun Kalender Pendidikan
Struktur muatan KTSP
Silabus
RPP
13. Pengesahan KTSP
Dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan SD, SMP,
SMA dan SMK dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah serta
diketahui oleh komite sekolah dan dinas kabupaten atau
kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
Dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan MI, MTs,
MA dan MAK dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah serta
22Ibid., hlm. 17223Ibid., hlm. 176
36
Page 41
diketahui oleh komite madrasah dan oleh departemen yang
menangani urusan pemerintahan di bidsang agama.
Dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan SDLB,
SMPLB dan SMALB dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah
serta diketahui oleh komite sekolah dan dinas provinsi
yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.24
F. Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Kurikulum
Menurut Soetopo dan Soemanto, ada sejumlah faktor yang
dipandang mendorong terjadinya perubahan kurikulum pada
berbagai Negara dewasa ini. Pertama, bebasnya sejumlah
wilayah tertentu di dunia ini dari kekuasaan kaum
kolonialis. Dengan merdekanya Negara-negara tersebut, mereka
menyadari bahwa selama ini mereka telah dibina dalam suatu
sistem pendidikan yang sudah tidak sesuai lagi dengan cita-
cita nasional merdeka. Untuk itu , mereka mulai merencanakan
adanya perubahan yang cukup penting di dalam kurikulum dan
sistem pendidikan yang ada.
Kedua, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
pesat sekali. Di satu pihak, perkembangan dalam berbagai
cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah
menghasilkan diketemukannya teori-teori yang lama. Di lain
pihak, perkembangan di dalam ilmu pengetahuan psikologi,
komunikasi, dan lain-lainnya menimbulkan diketemukannya
teori dan cara-cara baru di dalam proses belajar mengajar.
Kedua perkembangan di atas, dengan sendirinya mendorong
24Ibid., hlm. 185
37
Page 42
timbulnya perubahan dalam isi maupun strategi pelaksanaan
kurikulum.
Ketiga, pertumbuhan yang pesat dari penduduk dunia.
Dengan bertambahnya penduduk, maka makin bertambah pula
jumlah orang yang membutuhkan pendidikan. Hal ini
menyebabkan bahwa cara atau pendekatan yang telah digunakan
selama ini dalam pendidikan perlu ditinjau kembali dan kalau
perlu diubah agar dapat memenuhi kebutuhan akan pendidikan
yang semakin besar. Ketiga faktor di atas itulah yang secara
umum banyak mempengaruhi timbulnya perubahan kurikulum yang
kita alami dewasa ini.25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan1. Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk
melancarkan proses belajar-mengajar di bawah bimbingan
dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan
beserta staf pengajarnya.
2. Landasan kurikulum digunakan sebagai acuan pengembangan
kurikulum, diantaranya yaitu landasan filsafat
pendidikan, psikologi pendidikan, masyarakat dan budaya,
serta orientasi ke masa depan.
3. Prinsip pengembangan kurikulum terdiri dari prinsip
relevansi, penddidikan dan tuntutan dunia kerja,
efektivitas dan efisiensi, kesinambungan, fleksibilitas,25 http://lilisdisdik.wordpress.com/2012/10/30/perubahan-kurikulum/ diunduh pada
24/10/2014.09:39.
38
Page 43
orientasi pada tujuan, pendidikan seumur hidup, serta
model pengembangan kurikulum.
4. Pendekatan kurikulum meliputi pendekatan bidang studi,
interdisipliner, rekonstruksionisme, humanistic,
accountability, dan pembangunan nasional.
5. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan
sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada
pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-
tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga
hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
6. KTSP merupakan kurikulum operasional yang
pengembangannya diserahkan kepada daerah dan satuan
pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan
pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar
kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
7. Faktor-faktor penyebab perubahan kurikulum adalah
bebasnya sejumlah wilayah tertentu di dunia ini dari
kekuasaan kaum kolonialis, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang pesat sekali, serta pertumbuhan yang
pesat dari penduduk dunia.
39
Page 44
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, dkk. Pengembangan Kurikulum. 1997. Bandung: CV Pustaka
Setia.
http://lilisdisdik.wordpress.com/2012/10/30/perubahan-kurikulum/
http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti/Revisi_Bahan_Ajar_Cetak/
BAC_Pengkur_SD/UNIT-4_PERKEMBANGAN_KURIKULUM_.pdf
Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi. 2010. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 2006. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Reksoatmodjo, Tedjo Narsoyo. Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan. 2010. Bandung: PT Refika Aditama.
40