MATA KULIAH : TELAAH KURIKULUM FISIKAEVALUASI
KURIKULUMDISUSUNOLEH :KELOMPOK IVNAMA: 1. AISYAH (4123321003) 2.
HANA DAFOROSA R. SIAGIAN (4123321021) 3. LAINA MISKA
(4123321028)KELAS: EKS A 2012 / PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS NEGERI
MEDAN2015KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
waktu. Makalah ini berjudul Evaluasi Kurikulum. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam mempelajari mata kuliah Telaah Kurikulum
Fisika yang membahas tentang materi Evaluasi Kurikulum. Harapan
penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat menjadi
lebih baik.Penulis sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, hal itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita. Akhir kata, penulis memohon
maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan.
Medan, Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iDAFTAR ISI ii BAB I. PENDAHULUAN 11.1 Latar
Belakang 11.2 Rumusan Masalah 21.3 Tujuan Penulisan 2BAB II.
PEMBAHASAN 32.1 Pengertian Evaluasi Kurikulum 32.2 Peranan Evaluasi
Kurikulum 32.2.1. Evaluasi sebagai moral judgement 52.2.2. Evalausi
dan penentuan keputusan 52.2.3. Konsensus nilai 52.3 Aspek Aspek
Kurikulum Yang Dinilai 52.3.1. Keterkaitan Antara Evaluasi
Kurikulum dan Pengembangan Kurikulum 52.3.2. Prinsip-prinsip
Evaluasi Kurikulum 62.3.3. Jenis-jenis Strategi Evaluasi 72.3.4.
Prosedur Strategi Evaluasi 102.3.5. Komponen Desain Evaluasi
122.3.6. Proses Evaluasi Kurikulum 132.3.7. Rencana Evaluasi
Kurikulum 132.4 Model Model Evaluasi Kurikulum 142.4.1. Model
Evaluasi Kuantitatif 142.4.2. Model Ekonomi Mikro 212.4.3. Model
Evaluasi Kualitatif 222.4.4. Model Fenomena Sejarah 24BAB III.
PENUTUP 283.1 Kesimpulan 28DAFTAR PUSTAKA 29
ii
BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDalam pelaksanaan pendidikan,
kurikulum memiliki peranan sebagai arah yang digunakan dalam acuan
pencapaian visi dan misi pendidikan. Agar kurikulum pendidikan itu
tercapai sesuai relevansinya diperlukan bebagai macam upaya dalam
proses pelaksanaannya. Salah satu yang paling penting adalah
evaluasi kurikulum. Evaluasi kurikulum sangat penting sebagai
kontrol dan tolok ukur terintegrasinya perencanaan, proses, dan
hasil pendidikan. Meskipun pada dasarnya makna evaluasi sangatlah
luas, dilakukan secara berkelanjutan, namun pada konteks evaluasi
kurikulum lebih menekankan pada desain dan implementasi kurikulum,
serta kemajuan-kemajuan setiap unsur pendidikan.Setiap program,
kegiatan-kegiatan atau sesuatu yang lain yang direncanakan selalu
diakhiri dengan suatu evaluasi. Evaluasi dimaksudkan untuk melihat
kembali apakah suatu program/kegiatan telah sesuai dengan
perencanaan atau belum. Dari kegiatan evaluasi akan diketahui
hal-hal yang telah / akan dicapai sudahkah memenuhi kriteria yang
ditentukan. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut kemudian diambil
keputusan apakah program tersebut akan diteruskan ataukah direvisi
/ bahkan diganti seluruhnya.Kegiatan pengembangan kurikulum juga
tidak akan lepas dari unsur evaluasi, karena evaluasi merupakan
salah satu komponen yang amat penting yang tidak dapat diabaikan
begitu saja. Dalam banyak hal, komponen penilaian sangat berperan
dalam menunjang keberhasilan pengembangan kurikulum, seperti yang
kita ketahui, kurikulum yang dikembangkan itu masih berupa
perencanaan-perencanaan bersifat teoritis dan abstrak. Dengan
adanya evaluasi, kita akan memperoleh gambaran mengenai
keberhasilan kurikulum yang sedang / telah dikembangkan di
sekolah-sekolah. Dari kegiatan evaluasilah akan diketahui
kelebihan, kelemahan dan kekurangan-kekurangannya.Jadi, intinya
evaluasi kurikulum dilakukan sebagai pengawasan keberhasilan
pencapaian kurikulum pendidikan itu sendiri yang dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dengan kriteria-kriteria yang
telah ditentukan untuk kemajuan. Mengevalusi sistem pendidikan
adalah mengevaluasi seluruh komponen pendidikan termasuk didalamnya
evaluasi terhadap kurikulum. Sehingga akan didapatkan hasil dan
tujuan pendidikan yang maksimal. 1.2 Rumusan MasalahDari latar
belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah: 1.
Apa pengertian Evaluasi Kurikulum? 2. Bagaimana peranan Evaluasi
Kurikulum? 3. Apa aspek-aspek yang dinilai Kurikulum? 4. Apa
model-model Evaluasi Kurikulum? 1.3 Tujuan PenulisanTujuan dari
penulisan makalah ini adalah: 1. Mengetahui pengertian Evaluais
Kurikulum. 2. Memahami peranan Evaluasi Kurikulum. 3. Mengetahui
aspek-aspek kurikulum yang dinilai. 4. Mengapikasikan model-model
Evaluasi Kurikulum.
BAB IIPEMBAHASAN2.1 PENGERTIAN EVALUASI KURIKULUMPemahaman
mengenai pengertian evaluasi kurikulum dapat berbeda-beda sesuai
dengan pengertian kurikulum yang bervariasi menurut para pakar
kurikulum. Sebagian pendapat membedakan pengertian dan pemahaman
mengenai evaluasi dan kurikulum sebagai disiplin yang berdiri
sendiri, sebagian ada pula yang berpendapat bahwa evaluasi dan
kurikulum iru erat kaitannya karena memiliki hubungan kausalitas
yang kuat.Purwanto dan Atwi Suparman, 1999 mendefinisikan evaluasi
adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data
yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan tentang suatu
program. Rutman and Mowbray 1983 mendefinisikan evaluasi adalah
penggunaan metode ilmiah untuk menilai implementasi dan outcomes
suatu program yang berguna untuk proses membuat keputusan.
Chelimsky 1989 mendefinisikan evaluasi adalah suatu metode
penelitian yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi
dan efektifitas suatu program. Dari definisi evaluasi di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah
yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan
efektifitas suatu program.Sedangkan pengertian kurikulum adalah :a.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu (Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional);b. Seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pembelajaran serta metode yang digunakan
sebagai pedoman menyelenggarakan kegiatan pembelajaran (Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor: 725/Menkes/SK/V/2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelatihan di bidang Kesehatan.). c. Kurikulum
pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara
penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi
(Pasal 1 Butir 6 Kepmendiknas No. 232/U/2000 tentang Pedoman
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar
Mahasiswa);d. Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu
perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out- comes) yang diharapkan
dari suatu pembelajaran. Perencanaan tersebut disusun secara
terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman
dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran (Materi di
dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran
(goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan
dapat tercapai. Sedangkan menurut Harsono (2005), kurikulum
merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam praktik. Dalam
bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini
definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud
kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk
seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi
pendidikan.Dari pengertian evaluasi dan kurikulum diatas maka
penulis menyimpulkan bahwa pengertian evaluasi kurikulum adalah
penelitian yang sistematik tentang manfaat, kesesuaian efektifitas
dan efisiensi dari kurikulum yang diterapkan. Atau evaluasi
kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk
mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk membuat keputusan
tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan. Pada
dasarnya setiap langkah yang dilakukan baik dalam sistem
pembelajaran dan atau hal lainnya memerlukan evaluasi. Jika
diperhatikan secara seksama jelaslah bahwa evaluasi sangat erat
kaitannya dengan kurikulum dan evaluasi kurikulum menjadi hal yang
sangat penting karena diharapkan dengan adanya evaluasi kurikulum
akan membawa pada perbaikan-perbaikan kurikulum yang bervariasi
sesuai dengan visi dan misi pendidikan. Sederhananya dari sekian
banyak pengertian evaluasi kurikulum baik itu secara makro maupun
mikro, evaluasi kurikulum adalah serangkaian penilaian dan
perbaikan pada setiap aspek pedoman penyelenggaraan pendidikan yang
bersifat sistematis dan ilmiah. 2.2 PERANAN EVALUASI
KURIKULUMEvaluasi kurikulum dianggap penting karena memiliki
peranan khusus dan penting dalam sitem pendidikan. Adapun peranan
evaluasi kurikulum adalah:2.2.1Evaluasi sebagai moral judgement
Konsep utama dalam evaluasi adalah masalah nilai yang menjadi acuan
tindakan selanjutnya. Dengan ini, menunjukan bahwa evalausi
mengandung skala nilai moral dan perangkat kriteria praktis. 2.2.2
Evalausi dan penentuan keputusan Setiap peran dan tanggung jawab
membuat keputusan seuai dengan posisinya, sekecil apapun keputusan
yang diambil tetaplah sebuah proses untuk kebutuhan dan
kepentingannya. Hanya saja yang harus diperhatikan ternyata
masalahnya bukan hanya sebatas pada kebutuhan dan kepentingan
pribadi, namun bagaiamana pengambilan keputusan itu memberi manfaat
kapada pihak-pihak terkait. 2.2.3Konsensus nilai Dalam evaluasi
kurikulum konsensus tersebut berupa kerangka kerja penelitian yang
dipusatkan pada tujuan khusus, pengukuran belajar yang bersifat
behavioral, penggunaan analisis statistik dari pre test dan pest
test serta yang lainnya. Pada prinsipnya konsensus nilai ini
bearasal dari tes mental dan eksperimen. Evaluais jenis ini dapat
ditemukan pada para penelitu yang pekerjaannya semata-mata untuk
pengumpulan data. 2.3 ASPEK-ASPEK KURIKULUM YANG DINILAIEvaluasi
kurikulum merupakan suatu bidang yang berkembang dengan cepat.
Evaluasi kurikulum dalam implementasinya baik dalam teori dan
praktik pendidikan terdiri dalam berbagai aspek yaitu:2.3.1
Keterkaitan Antara Evaluasi Kurikulum dan Pengembangan Kurikuluma.
Evaluasi Kurikulum dan Sistem Kurikulum Secara fungsional evaluasi
kurikulum merupakan bagian dari sistem kurikulum. Sistem kurikulum
memiliki tiga fungsi yaitu pengembangan kurikulum, pelaksanaan
kurikulum, dan evaluasi efek sistem kurikulum. Adapun fokus yang
diembang evaluasi kurikulum meliputi empat bidang yaitu evaluasi
terhadap penggunaan kurikulum, desain kurikulum, hasil dari siswa,
dan sistem kurikulum. Pada dasarnya setiap aspek yang terkait
dengan kurikulum harus dievaluasi seperti seleksi pengorganisasian
pihak-pihak pengembangan kurikulum, fungsi koordinator dalam tim
penyusunan, pengaruh tingkat guru dan kondisi pengajaran terhadap
kurikulum. b. Evaluasi Kurikulum dan Pengembangan Kurikulum Menurut
Oemar Hamalik pengembangan meliputi kegiatan untuk melaksanakan
percobaan evaluasi, sehingga kekurangan yang ditemukan dapat
diperbaiki untuk hasil yang lebih baik. Kriteria evaluasi kurikulum
sangat bervariasi dan rumit dalam penyusunan dan perancangan
kurikulum. Sehingga untuk mengembangkan fungsi dan makna evaluais
kurikulum terhadap pengembangan kurikulum harus menghindari hal-hal
sebagai berikut: 1) Apabila dalam desain kurikulum sama sekali
tidak terdapat rancangan evaluasi, desain ini tidak perlu
dilaksanakan. 2) Apabila dalam proses evaluasi terjadi penyimpangan
tujuan evaluasi. 3) Apabila tidak menghiraukan kesimpulan dan
penilaian evaluais yang telah ada. 4) Evaluasi sering kali
digunakan sebagai alat didik, yang justru sebenarnya harus
menimbulkan kepercayaan diri pada peserta didik.
2.3.2Prinsip-prinsip Evaluasi KurikulumAdapun prinsip-prinsip
evaluasi kurikulum adalah: a) Tujuan tertentu, artinya setiap
program evaluasi kurikulum terarah dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan secara jelas dan spesifik serta tujuan tersebut harus
mengarahkan pada proses pelaksanaan evaluasi kurikulum. b) Bersifat
objektif, artinya evaluasi kurikulum berorientasi pada realita
dilapangan, bersumber dari data yang nyata dan akurat, dan
diperoleh dari intrumen yang handal. c) Bersifat komprehensif,
artinya evaluasi kurikulum mencangkup seluruh aspek yang terdapat
dalam ruang lingkup kurikulum. seluruh aspek kurikulum harus
mendapatkan perhatian dan pertimbangan secara seksama sebelum
dilakukan pengambilan keputusan. d) Kooperatif dan bertanggung
jawab dalam pelaksanaan. Tanggung jawab berhasilnya suatu
pelaksanaan dan keberhasilan evaluasi kurikulum adalah tanggung
jawab seluruh pihak yang terlibat dalam proses pendidikan yang
didalamnya bukan hanya murid dan guru beserta unsur-unsur sekolah
melainkan orang tua dan masyarakat ikut bertanggung jawab. e)
Efisien, dalam penggunaan waktu, biaya, tenaga, dan perlatan yang
menjadi unsur penunjang. Hasil evaluasi kurikulum diupayakan agar
lebih tinggi atau paling tidak seimbang secara materi yang
digunakan. f) Berkesinambungan. Karena evaluasi kurikulum adalah
untuk perbaikan sistem pendidikan disekolah yang tidak hanya
memiliki hubungan ke dalam melainkan adanya tuntutan dari luar
seklah sekolah, sehingga peran guru sangatlah diperlukan karena
guru adalah yang paling mengetahui pelaksanaan, permasalahan, dan
keberhasilan kurikulum. 2.3.3 Jenis-jenis Strategi EvaluasiDalam
melaksanakan evalusi, perlu adanya petimbangan-pertimbangan.
Pertimbangan tersebut dicerminkan dengan keputusan, berikut adalah
empat jenis keputusan yang berkaitan dengan pertimbangan dalam
menilai suatu program: a. Keputusan-keputusan perencanaan yang
ditunjukan bagi perbaikan yang dibutuhkan pada daerah tertentu,
tujuan umum dan tujuan khusus. b. Keputusan-keputusan pemograman
khusus yang berkenaan dengan prosedur, personel, fasilitas,
anggaran biaya, dan tuntutan waktu dalam pelaksanaan kegiatan yang
telah direncanakan. c. Keputusan-keputusan pelaksanaan
(implementasi) dalam mengarahkan kegiatan yang telah diprogram. d.
Keputusan-keputusan program perbaikan yang meliputi berbagai
kegiatan perubahan, penerusan, terminasi dan sebaginya. Selain
empat jenis keputusan yang telah diungkapkan di atas, berikut
adalah empat jenis strategi evaluasi diantaranya yaitu: a. Strategi
pertama berkaitan dengan penentuan lingkungan tempat terjadinya
perubahan, terdapat berbagai kebutuhan yang tidak atau belum
terpenuhi, dan juga berbagai masalah yang mendasari timbulnya
kebutuhan serta kesempatan untuk terjadinya perubahan.b. Strategi
kedua yaitu pengenalan dan penilaian terhadap berbagai kemampuan
yang relevan. strategi ini sangat besar gunanya dalam pencapaian
tujuan program dan desain yang berguna untuk mencapai tujuan-tujuan
khusus. c. Strategi ketiga yaitu pendekatan dan prediksi hambatan
yang mungkin terjadi dalam desain procedural atau implementasi
sepanjang tahap pelaksanaan program. d. Strategi keempat berkaita
dengan keefektifan proyek yang telah dilaksanakan, melalui
pengukuran dan penafsiran hasil-hasilyang telah dicapai sehingga
seorang evaluator dapat memilih strategi yang tepat. Dalam
kajian-kajian lain strategi evaluasi dibedakan menjadi: a) Evaluasi
reflektif Dipergunakan untuk menyebutkan jenis evaluasi yang
memusatkan perhatiannya terutama terhadap kurikulum sebagai ide.
Jenis evaluasi ini mencoba mengkaji mengenai ide yang dikembangkan
dan diajadikan landasan bagi kurikulum dalam dimensi lainnya.
Evaluasi terhadap ide tersebut dapat dilakukan pada waktu pertama
kali suatu ide dikemukakan seseorang, atau pada waktu
kurikulumsebagai rencana telah selesai ditulis, atau dapat pula
dilakukan apabila kurikulum dalam setiap dimensinya telah
dikembangkan. Persoalan evaluasi terhadap ide tidak akan pernah
mengalami kehabisan bahan selama masyarakat terus berkembang dan
penemuan-penemuan baru dalam pengetahuan terus berlangsung.
b) Evaluasi rencana Merupakan jenis evaluasi yang banyak
dilakukan sekarang terutama setelah banyak inovasi diperkenalkan
dalam pengembangan kurikulum, dan setelah teknologis pengembangan
kurikulum sebagai rencana menghasilkan format-format tertentu.
Proses pengembangan tujuan, umpamanya, telah berkembang sedemikian
rupa sehingga dikenal berbagai jenjang tujuan yang harus
diperhatikan, baik tujuan yang bersifat ideal maupun tujuan yang
bersifat operasional. Teknis-teknis yang demikian harus diikuti
dengan seksama oleh pengembang kurikulum sebagai rencana. Demikian
pula dengan proses pengembangan belajar (baik konten maupun proses)
yang dimiliki suatu kurikulum sebagai rencana, bahkan alat evaluasi
hasil belajar yang tercantum dalam kurikulum sebagai rencana
tersebut. Seperti juga evalusi reflektif, evaluasi rencana dapat
dilakukan baik pada waktu proses penulisan kurikulum sebagai
rencana sedang berlangsung maupun pada waktu penulisan itu telah
selesai dilaksanakan. c) Evaluasi proses Kadang-kadang disebut pula
dengan istilah evaluasi implementasi kurikulum. Di sini
dipergunakan istilah proses untuk memperkuat pengertian kurikulum
sebagai suatu proses, sebagai sesuatu yang terjadi di sekolah.
Lagipula, istilah evaluasi proses dianggap lebih memberikan
kedudukan yang sama antara dimensi kurikulum sebagai ide, rencana,
hasil dan kurikulum sebagai kegiatan. Tetapi tidak dalam suatu
nuansapun pengertian evaluasi proses dibedakan dengan pengertian
evaluasi implementasi. Jadi kedua istilah itu dapat saja
dipergunakan secara bergantian. Evaluasi proses berkembang sangat
cepat sejak tahun 70-an. Adanya kesadaran bahwa proses ternyata
banyak menentukan keberhasilan suatu kurikulum merupakan dorongan
yang kuat untuk memberikan perhatian yang seksama terhadap evaluasi
proses. Dalam evalusi proses ini perhatian evaluator telah
diarahkan tidak saja kepada apa yang terjadi dengan kurikulum
sebagai kegiatan. Evaluator telah pula mencoba melihat mengenai
berbagai faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum
sebagai kegiatan. Evaluasi terhadap kepemimpinan kepala sekolah,
pengetahuan dan siakap serta kegiatan guru, faktor siswa serta
peralatan belajar dianggap fokus yang penting. d) Evaluasi hasil
Merupakan jenis evaluasi kurikulum yang paling tua. Bahkan pada
mulanya yang dimaksudkan dengan evaluasi identik dengan evaluasi
hasil ini. Demikian pula yang dimaksudkan dengan evaluasi kurikulum
sering diartikan sebagai evaluasi hasil. Lebih lanjut, hasil yang
dimaksud adalah hasil belajar dalam pengertian pengetahuan. Jumlah
pengetahuan yang dimiliki siswa merupakan indikator keberhasilan
suatu kurikulum. 2.3.4Prosedur Strategi Evaluasia. Evaluasi
Kebutuhan dan Feasibility Evaluasi kebutuhan dan feasibility ini
dapat dilakukan oleh organisasi atau administrator tingkat
pelaksana. dan prosedur yang dilakukan diantaranya yaitu: 1)
Merumuskan tipe dan jenis mata pelajaran atau program yang sekarang
sedang disampaikan. 2) Menetapkan program yang dibutuhkan. 3)
Menilai (assess) data setempat berdasarkan tes baku, tes
intelegensi, dan tes sikap yang ada. 4) Menilai riset yang telah
ada, baik riset setempat maupun riset tingkat nasional yang sama
atau berhubungan. 5) Menetapkan feasibility pelaksanaan program
sesuai dengan sumber-sumber yang ada (manusiawi dan materil). 6)
Mengenali masalah-masalah yang mendasari kebutuhan. 7) Menentukan
bagaimana proyek akan dikembangkan guna berkontribusi pada sistem
sekolah atau sekolah setempat.
b. Evaluasi Masukan (Input) Evaluasi masukan melibatkan para
supervisor, konsultan, dan ahli mata pelajaran yang dapat
merumuskan pemecahan masalah. pemecahan masalah haruslah dilihat
dari hubungannya dengan hambatannya contoh: penerimaan pemecahan
masalah oleh guru dan siswa, kecakapan kerja (plaksanaan pemecahan
masalah dalam kelas atau sekolah), keampuhan (sejauh mana usaha
pemecahan masalah tersebut), dan biaya ekonomi (berkaitan dengan
biaya pemecahan masalah dengan hasil yang diharapkan). Maka,
evaluasi masukan menuju ke arah pengembangan berbagai strategi dan
prosedur, yang dalam pembuatan keputusannya sangat dibuthkan
informasi yang akurat. bukan hanya itu evaluasi masukan juga
berusaha mengenali dimana terjadi atau adanya masalah sehingga
dapat diawasi selama berlangsungnya implementasi. c. Evaluasi
Proses Evaluasi proses yaitu sistem pengolahan informasi dalam
upaya membuat keputusan yang berkenaan dengan ekspansi, kontraksi,
modifikasi, dan klarifikasi strategi pemecahan atau penyelesaian
masalah. dalam hal ini, staf perpustakaan memainkan peran yang
sangat penting, karena mereka secara langsung melakukan monitoring
terhadap desain dan prosedur pelaksanaan program, serta memberikan
informasi tentang kegiatan-kegiatan program. d. Evaluasi Produk
Evaluasi produk berkaitan dengan pengukuran hasil-hasil program dan
kaitannya dengan tercapainya tujuan. berbagai variable yang diuji
bergantung pada tujuan, perubahan sikap, perbakan kemampuan, dan
perbaikan tingkat kehadiran. Evaluasi yang seksama sebaiknya
meliputi semua komponen evaluasi tersebut. Tetapi yang sering
terjadi karena keaadaan yang tidak memungkinkan, tidak semua
komponen mendapat perhatian yang penuh. sehingga administrator
program harus pintar dalam memilih aspek mana yang harus
mendapatkan perhatian yang lebih atau intensif. berdasarkan
evaluasi tersebut akan didapatkan informasi dan data yang valid dan
dapat dipercaya dalam upaya pembuatan keputusan dan program
perbaikan. 2.3.5 Komponen Desain EvaluasiDesain Evaluasi
menguraikan tentang, data yang harus dikumpulkan dan analisis data
untuk membuktikan nilai dan efektikitas kurikulum. berikut adalah
beberapa komponen desain evaluasi diantaranya : a. Penentuan garis
besar evaluasi identifikasi tingkat pembuatan keputusan proyek
situasi keputusan bagi setiap tingkat pembuatan keputusan dengan
menentukan lokas, focus, waktu dan komposisi alternatifnya. b.
Pengumpulan informasi spesifikasi sumber-sumber informasi yang akan
dikumpulkan. spesifikasi instrument dan metode pengumpulan
informasi yang diperlukan. spesifikasi prosedur sampling ayng akan
digunakan. spesifikasi kondisi dan skedul informasi untuk
dikumpulkan. c. organisasi informasi spesifikasi format informasi
yang akan dikumpulkan. spesifikasi alat pengkodean,
pengorganisasian, dan penyimpanan informasi. d. Analisis informasi
Spesifikasi prosedur analisis yang akan dilaksanakan dan
spesifikasi alat untuk melaksanakan analisis. e. Pelaporan
informasi penentuan piahk penerima (audience) laporan evaluasi.
spesifikasi alat penyedia informasi pada penerima informasi.
spesifikasi format laporan informasi. jadwal pelaporan informasi.
f. administrasi evaluasi rangkuman jadwal evaluasi penentuan staf
dan berbagai tuntutan sumber, serta perencanaan pemenuhan tuntutan
tersebut. spesifikasi alat untuk memenuhi tuntutan kebijakan dalam
melaksanakan evaluasi. penilaian keampuhan desain evaluasi guna
menyediakan informasi yang valid, reliable, credible, dan sesuai
dengan waktu yang tersedia. 2.3.6Proses Evaluasi KurikulumJika
dikategorikan secara pesonal, evaluasi ini berupa evalusi eksternal
dan internal. Evaluasi internal dilaksanakn oleh pengembang
kurikulum, dan berhubungan dengan model desain kurikulum yang
bertujuan untuk memperbaki proses perkembangan kurikulum. Tugasnya
terutama untuk menegaskan apakah tujuan awal telah tercapai atau
belum. Adapun evaluasi eksternal dilaksanakan oleh pihak selain
pengembang kurikulum, dengan cara tes dan observasi. Apabila
dikategorikan secara sifat, terdapat dua macam evaluasi, yaitu
evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah proses
pengembang kurikulum memperoleh data untuk memperbaiki dan merevisi
kurikulum agar lebih evektif. Evaluasi dituntut dilaksanakan sejak
awal dan sepanjang proses pengembang kurikulum. Adapun evaluasi
sumatif bertujuan untuk memeriksa kurikulum, dan diadakan setelah
pelaksanaan kurikulum untuk memeriksa efesiensi secara keseluruhan.
Evaluasi sumatif menggunakan tehnik secara numerik, dan
menghasilkan kesimpulan berupa data yang diperlukan guru dan
administrasi pendidikan. 2.3.7Rencana Evaluasi KurikulumRencana
evaluasi kurikulum menyangkut beberapa aspek pengembangan
kurikulum, termasuk sejumlah metode dan tehnik yang sedang dipakai
dalam bidang lain selain bidang pendidikan. Evaluasi ini tidak
hanya menggunakan satu atau dua metode saja, melainkan menggunakan
beberapa metode evaluasi secara terpadu. Dalam hal ini, evaluasi
bersifat terbuka. Metode evaluasi dianggap cocok jika dapat
menghasilkan data yang diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Evaluasi yang lengkap meliputi cara pengumpulan dan pengolahan
data, analisis terpadu, dan laporan kesimpulan evaluasi. Dalam hal
ini pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara observasi,
wawancara, pembagian kuesioner dan sebagainnya. Pada saat pemilihan
teknik evaluasi kurikulum, terutama yang berkaitan dengan evaluasi
kuantitatif dan evaluasi kualitatif, terdapat beberapa perbedaan
pendapat. Ada pihak yang berpendapat bahwa pemilihan kuantitatif
dan kualitatif adalah kriteria penilaian evaluasi tersebut. Namun,
adapula pendapat yang mengatakan bahwa evaluasi kurikulum
memerlukan seperangkan teknik penilaiaan evaluasi. Dalam hal ini,
tidakalah mungkin semua data ditujukan dengan angka, karena pada
kenyataannya banyak data yang terdiri atas pendapat guru, ahli atau
pengembang kurikulum. Menurut pendapat ini, dibandingkan dengan
angka-angka, kesimpulan yang bersifat analisis akan lebih bernilai
terhadap perbaikan kurikulum. Oleh karena itu, secara umum dapat
disimpulkan bahwa tehnik kuantitatif dan kualitatif harus digunakan
secara terpadu.2.4MODEL-MODEL EVALUASI KURIKULUMEvaluasi kurikulum
dimaksudkan untuk memperbaiki subsantsi kurikulum, prosedur
implementasi kurikulum, metode intruksional, serta pengaruhnya pada
belajar dan perilaku siswa. Macam-macam model evaluasi yang
dipergunakan bertumpu pada aspek-aspek tertentu yang diutamakan
dalam proses pelaksanaan kurikulum. Model evaluasi yang bersifat
komparatif berkaitan erat dengan tingkah laku individu, evaluasi
yang menekakan tujuan berkaitan erat dengan kurikulum yang
menekankan pada bahan ajar atau isi kurikulum. Adapun model
(pendekatan) antropologis dalam evaluasi ditujukan untuk
mengevaluasi tingkah laku dalam suatu lembaga social. Dengan
demikian sesungguhnya terdapat hubungan yang sangat erat antara
evaluasi dengan kurikulum. Model evaluasi kurikulum sebagaimana
perkembangan evaluasi kurikulum di Amerika, Inggris dan Australia
adalah dibedakan menjadi 3 yaitu: pertama, model yang masuk dalam
kategori kuantitatif. Kedua, model kualitatif dan ketiga
model-model ekonomi. Adapun penjabarannya masing-masing adalah
sebagai berikut: 2.4.1 Model Evaluasi KuantitatifAdapun ciri yang
menonjol dari evaluasi kuantitatif adalah penggunaan prosedur
kuantitatif untuk mengumpulkan data sebagai konsekuensi penerapan
pemikiran paradigma positivisme. Sehingga model-model evaluasi
kuantitatif yang ada menekankan peran penting metodologi
kuantitatif dan penggunaan tes. Ciri berikutnya dari model-model
kuantitatif adalah tidak digunakannya pendekatan proses dalam
mengembangkan criteria evaluasi. Berikutnya model-model kuantitatif
ini sama-sama memiliki focus evaluasi yaitu pada dimensi kurikulum
sebagai hasil belajar. Dimensi ini (hasil belajar) adalah merupakan
criteria pokok bagi model-model kuantitatif. Adapun diantara
model-model evaluasi kurikulum yang terkategori sebagai model
evaluasi kuantitatif adalah sebagai berikut. a. Model Black Box
TylerModel Tyler dinamakan Black Box karena tidak ada nama resmi
yang diberikan oleh pengembangnya. Tyler menuangkan karyanya ini
dalam sebuah buku kecil tentang kurikulum. Berkat buku inilah
kemudian nama dia menjadi terkenal dan dia disegani. Model evaluasi
Tyler di bangun atas dua dasar, yaitu: evaluasi yang ditujukan
kepada tingkah laku peserta didik dan evaluasi harus dilakukan pada
tingkah laku awal peseta didik seb]elum suatu pelaksanaan kurikulum
serta pada saat peserta didik telah melaksanakan kurikulum
tersebut. Berdasar pada dua prinsip ini maka Tyler ingin mengatakan
bahwa evaluasi kurikulum yang sebenarnya hanya berhubungan dengan
dimensi hasil belajar. Adapun prosedur pelaksanaan dari model
evaluasi Tyler adalah sebagai berikut: 1) Menentukan tujuan
kurikulum yang akan dievaluasi. Tujuan kurikulum yang dimaksud
disini adalah model tujuan behavioral. Dan model ini di Indonesia
sudah dikembangkan sejak kurikulum 1975. Adapun untuk kurikulum
KTSP saat ini maka harus mengembangkan tujuan behavioral ini jika
berkenaan dengan model kurikulum berbasis kompetensi. 2) Menentukan
situasi dimana peserta didik mendapatkan kesempatan untuk
memperlihatkan tingkah laku yang berhubungan dengan tujuan. Dari
langkah ini diharapkan evaluator memberikan perhatian dengan
seksama supaya proses pembelajaran yang terjadi mengungkapkan hasil
belajar yang dirancang kurikulum. 3) Menentukan alat evaluasi yang
akan digunakan untuk megukur tingkah laku peserta didik. Alat
evaluasi ini dapat berbentuk tes, observasi, kuisioner, panduan
wawancara dan sebagainya. Adapun instrument evaluasi ini harus
teruji validitas dan reliabilitasnya. Inilah tiga prosedur dalam
evaluasi model Tyler. Adapun kelemahan dari model Tyler ini adalah
tidak sejalan dengan pendidikan karena focus pada hasil belajar dan
mengabaikan dimensi proses. Padahal hasil belajar adalah produk
dari proses belajar. Sehingga evaluasi yang mengabaikan proses
berarti mengabaikan komponen penting dari kurikulum. Adapun
kelebihan dari model Tyler ini adalah kesederhanaanya. Evaluator
dapat memfokuskan kajian evaluasinya hanya pada satu dimensi
kurikulum yaitu dimensi hasil belajar. Sedang dimensi dokumen dan
proses tidak menjadi focus evaluasi. b. Model Teoritik Taylor dan
MaguireModel evaluasi kurikulum Taylor dan Maguire ini lebih
mendasarkan pada pertimbangan teoritik. Model ini melibatkan
variabel dan langkah yang ada dalam proses pengembangan kurikulum.
Dalam melaksanakan evaluasi kurikulum sesuai model teoritik Taylor
dan Maguire meliputi dua hal, yaitu: pertama, mengumpulkan data
objektif yang dihasilkan dari berbagai sumber mengenai komponen
tujuan, lingkungan, personalia, metode, konten, hasil belajar
langsung maupun hasil belajar dalam jangka panjang. Dikatakan data
objektif karena mereka berasal dari luar pertimbangan evaluator.
Kedua, pengumpulan data yang merupakan hasil pertimbangan
individual terutama mengenai kualitas tujuan, masukan dan hasil
belajar. Adapun cara kerja model evaluasi Taylor dan Maquaire ini
adalah sebagai berikut: 1) Dimulai dari adanya tekanan/keinginan
masyarakat terhadap pendidikan. Tekanan dan tuntutan masyarakat ini
dikembangkan menjadi tujuan. Kemudian tujuan dari masyarakat ini
dikembangkan menjadi tujuan yang ingin dicapai kurikulum. Adapun
dalam pengembangan KTSP maka tekanan dari masyarakat ini
dikembangkan pada tingkat Nasional dalam bentuk Standar Isi dan
Standar Kompetensi Kelulusan. Dari dua standar ini maka satuan
pendidikan mengembangkan visi dan tujuan yang hendak dicapai satuan
pendidikan. Kemudian tujuan satuan pendidikan tersebut menjadi
tujuan kurikulum dan tujuan mata pelajaran. 2) Evaluator mencari
data mengenai keserasian antara tujuan umum dengan tujuan
behavioral. Maka tugas evaluator disini mencari relevansi antara
tujuan satuan pendidikan, kurikulum dan mata pelajaran yang berbeda
dalam tingkat-tingkat abstraksinya. Dalam tahap ini evaluator harus
menentukan apakah pengembagan tujuan behavioral tersebut membawa
gains atau lossesdibandingkan dengan tujuan umum ditahap pertama.
3) Penafsiran tujuan kurikulum. Pada tahap ini tugas evaluator
adalah memberikan pertimbangan mengenai nilai tujuan umum pada
tahap pertama. Adapun dua criteria yang dikemukan oleh Taylor dan
Maguaire dalam memberi pertimbangan adalah: pertama, kesesuaian
dengan tugas utama sekolah.kedua, tingkat pentingnya tujuan
kurikulum untuk dijadikan program sekolah. adapun hasil dari
kegiatan ini adalah sejumlah tujuan behavioral yang sudah tersaring
dan akan dijadikan tujuan yang akan dicapai oleh mata pelajaran
yang bersangkutan. 4) Mengevaluasi pengembangan tujuan menjadi
pengalaman belajar. Tugas evaluator disini adalah menentukan hasil
dari suatu kegiatan belajar. Menelaah apakah hasil belajar yang
telah diperoleh dapat digunakan dalam kehidupan dimasyarakat.
Karena kurikulum yang baik adalah kurikulum yang menjadikan hasil
belajar yang diperoleh peserta didik dapat digunakan dalam
kehidupannya di masyarakat. Demikianlah tahapan pelaksanaan model
evaluasi Taylor dan Maguaire. Adapun kelebihan dari model ini
adalah memberikan kesempatan pada evaluator untuk menerapkan kajian
secara komprenhensip. Baik nilai maupun arti kurikulum dapat dikaji
dengan menggunakan model ini. Adapun masalahnya bila diterapkan di
Indonesia bahwa model ini hanya diterapkan di tingkat satuan
pendidikan. Sehingga keseluruhan proses pengembangan kurikulum
tingkat nasional tidak dapat dievaluasi dengan model ini. c. Model
Pendekatan Sistem AlkinAdapun model Alkin ini sedikit unik karena
selalu memasukkan unsure pendekatan ekonomi mikro dalam pekerjaan
evaluasi. Adapun pendekatan yang digunakan disebut Alkin dengan
pendekatan Sistem. Dua hal yang harus diperhatikan oleh evaluator
dalam model ini adalah pengukuran dan control variable. Alkin
membagi model ini atas tiga komponen. Yaitu masukan, proses yang
dinamakannya dengan istilah perantara (mediating), dan keluaran
(hasil). Alkin juga mengenal sisitem internal yang merupakan
interaksi antar komponen yang langsung berhubungan dengan
pendidikan dan system eksternal yang mempunyai pengaruh dan
dipengaruhi oleh pendidikan. Model Alkin dikembangkan berdasarkan
empat asumsi. Apabila keempat asumsi ini sudah dipenuhi maka model
Alkin dapat digunakan. Adapun keempat asumsi itu yaitu: 1) Variable
perantara adalah satu-satunya variable yang dapat dimanipulasi. 2)
System luar tidak langsung dipengaruhi oleh keluaran system
(persekolahan). 3) Para pengambil keputusan sekolah tidak memiliki
control mengenai pengaruh yang diberikan system luar terhadap
sekolah. 4) Factor masukan mempengaruhi aktifitas factor perantara
dan pada gilirannya factor perantara berpegaruh terhadap factor
keluaran. Adapun kelebihan dari model ini adalah keterikatannya
dengan system. Dengan model pendekatan system ini kegiatan sekolah
dapat diikuti dengan seksama mulai dari variable-variable yang ada
dalam komponen masukan, proses dan keluaran. Komponen masukan yang
dimaksudkan adalah semua informasi yang berhubungan dengan
karakteristik peserta didik, kemampuan intelektual, hasil belajar
sebelumnya, kepribadian, kebiasaan, latar belakang keluarga, latar
belakang lingkungan dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan
proses disini meliputi factor perantara yang merupakan kelompok
variable yang secara langsung memperngaruhi keluaran. Adapun yang
masuk dalam variable perantara ini diantaranya adalah rasio jumlah
guru dengan peserta didik, jumlah peserta didik dalam kelas,
pengaturan administrasi, penyediaan buku bacaan, prosedur
pengajaran dan sebagainya. Adapun keluaran peserta didik adalah
setiap perubahan yang terjadi pada diri peserta didik sebagai
akibat dari pengalaman belajar yang diperolehnya. Perubahan ini
harus diikuti sejak peserta didik masuk sistem hingga keluar
system. Perubahan harus diukur meliputi setiap aspek perubahan yang
mungkin terjadi termasuk didalamnya kemampuan peserta didik dalam
melanjutkan pelajaran ditingkat pendidikan yang lebih tinggi, pada
waktu memasuki lapangan kerja, dalam melakukan pekerjaan bahkan
termasuk aktifitas dalam kehidupna di masyarakat. Dari uraian
diatas kita temukan kelemahan dari model Alkin adalah
keterbatasannya dalam focus kajian yaitu yang hanya focus pada
kegiatan persekolahan. Sehingga model ini hanya dapat digunakan
untuk mengevaluasi kurikulum yang sudah siap dilaksanakan
disekolah. d. Model Countenance StakeModel countenance adalah model
pertama evaluasi kurikulum yang dikembangkan oleh Stake. Stake
mendasarkan modelnya ini pada evaluasi formal. Evaluasi formal
adalah evaluasi yang dilakukan oleh pihak luar yang tidak terlibat
dengan evaluan. Model countenance Stake terdiri atas dua matriks.
Matrik pertama dinamakan matriks Deskripsi dan yang kedua dinamakan
matriks Pertimbangan. 1)Matrik Deskripsi Kategori pertama dari
matrik deskripsi adalah sesuatu yang direncanakan (intent)
pengembang kurikulum dan program. Dalam konteks KTSP maka kurikulum
tersebut adalah kurikulum yang dikembangkan oleh satuan pendidikan.
Sedangkan program adalah silabus dan RPP yang dikembangkan guru.
Kategori kedua adalah observasi, yang berhubungan dengan apa yang
sesungguhnya sebagai implementasi dari apa yang diinginkan pada
kategori pertama. Pada kategori ini evaluan harus melakukan
observasi mengenai antecendent, transaksi dan hasil yang ada di
satu satuan pendidikan atau unit kajian yang terdiri atas beberapa
satuan pendidikan. 2) Matrik Pertimbangan Dalam matrik ini terdapat
kategori standar, pertimbangan dan focus antecendent, transaksi,
autocamo (hasil yang diperoleh). Standar adalah criteria yang harus
dipenuhi oleh suatu kurikulum atau program yang dijadikan evaluan.
Berikutnya adalah evaluator hendaknya melakukan pertimbangan dari
apa yang telah dilakukan dari kategori pertama dan matrik
deskriptif. Adapun dua hal lain yang harus diperhatikan dalam
menggunakan model countenance adalah contingency dan congruence.
Kedua konsep ini adalah konsep yang memperlihatkan keterkaitan dan
keterhubungan 12 kotak tersebut. Contingency terdiri atas
kontigency logis dan contingency empiric. Contingency logis adalah
hasil pertimbangan evaluator terhadap keterkaitan logis antara
kotak antecedence dengan traksaksi dan hasil. Kemudian evaluator
juga harus memberikan pertimbangan empiric berdasarkan data
lapangan. Evaluator juga harus memberikan pertimbangan congr uence
atau perbedaan yang terjadi antara apa yang direncanakan dengan apa
yang terjadi dilapangan. Adapun kelebihan dari model ini adalah
adanya analisis yang rinci. Setiap aspek dicoba dikaji
kesesuainnya. Misalkan, analisis apakah persyaratan awal yang
direncanakan dengan yang terjadi sesuai apa tidak? Hasil belajar
peserta didik sesuai tidak dengan harapan. e. Model CIPPModel ini
dikembangkan oleh sebuah tim yang diketuai oleh Stufflebeam.
Sehingga sesuai dengan namanya, model CIPP ini memiliki 4 jenis
evaluasi yaitu: evaluasi Context (konteks), Input (masukan),
Process (proses), dan Product (hasil). Adapun tugas evaluator dari
keempat jenis evaluasi tersebut adalah sebagai berikut: 1)Evaluasi
Context Tujuan utama dari evaluasi context adalah untuk mengetahui
kekuatan dan kelemahan evaluan. Evaluator mengidentifikasi berbagai
factor guru, peserta didik, manajemen, fasilitas kerja, suasana
kerja, peraturan, peran komite sekolah, masyarakat dan factor lain
yang mungkin berpengaruh terhadap kurikulum. 2) Evaluasi Input
Evaluasi ini penting karena untuk pemberian pertimbangan terhadap
keberhasilan pelaksnaan kurikulum. Evaluator menentukan tingkat
kemanfaatan berbagai factor yang dikaji dalam konteks pelaksanaan
kurikulum. Pertimbangan mengenai ini menjadi dasar bagi evaluator
untuk menentukan apakah perlu ada revisi atau pergantian kurikulum.
4) Process Evaluasi proses adalah evaluasi mengenai pelaksanaan
dari suatu inovasi kurikulum. Evaluator mengumpulkan berbagai
informasi mengenai keterlaksanaan implementasi kurikulum, berbagai
kekuatan dan kelemahan proses implementasi. Evaluator harus merekam
berbagai pengaruh variable input terhadap proses. 5) Product Adapun
tujuan utama dari evaluasi hasil adalah untuk menentukan sejauh
mana kurikulum yang diimplementasikan tersebut telah dapat memenuhi
kebutuhan kelompok yang menggunakannya. Evaluator mengumpulkan
berbagai macam informasi mengenai hasil belajar, membandingkannya
dengan standard dan mengambil keputusan mengenai status kurikulum
(direvisi, diganti atau dilanjutkan). Dari uraian diatas diketahui
bahwa model CIPP adalah model evaluasi yang tidak hanya
dilaksanakan dalam situasi inovasi sedang dilaksanakan, tetapi
justru model ini dilakukan ketika inovasi akan dan belum
dilaksanakan. 2.4.2. Model Ekonomi MikroModel ekonomi mikro adalah
model yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Sebagaimana model
kuantitatif lainnya, maka model ekonomi mikro ini focus pada hasil
(hasil dari pekerjaan, hasil belajar dan hasil yang diperkirakan).
Adapun pertanyaan besar dalam ekonomi mikro adalah apakah hasil
belajar yang diperoleh peserta didik adalah sesuai dengan dana yang
dikeluarkan? Adapun model dilingkungan ekonomi mikro ada empat,
adapun yang tepat digunakan dalam evaluasi kurikulum adalah model
cost effectiveness. Dalam model cost effectiveness ini seseorang
evaluator harus dapat membandingkan dua program atau lebih, baik
dalam pengertian dana yang digunakan untuk masing-masing program
maupun hasil yang diakibatkan oleh setiap program. Perbandingan
hasil ini akan memberikan masukan bagi pembuat keputusan mengenai
program mana yang lebih menguntungkan dilihat dari hubungan antara
dana dan hasil. Dalam mengukur hasil di gunakan instrument yang
sudah di standarisasi. Pengunaan instrument standar penting karena
dengan demikian perbandingan antara biaya dan hasil dapat dilakukan
secara berimbang. 2.4.3Model Evaluasi KualitatifModel evaluasi
kualitatif selalu menempatkan proses pelaksanaan kurikulum sebagai
focus utama evaluasi. Oleh karena itulah dimensi kegiatan dan
proses lebih mendapatkan perhatian dibandingkan dimensi lain.
Terdapat tiga model evaluasi kualitatif, yaitu sebagai berikut: a.
Model Studi KasusAdapun model studi kasus (case study) adalah model
utama dalam evaluasi kualitatif. Evaluasi model studi kasus
memusatkan perhatiannya pada kegiatan pengembangan kurikulum di
satu satuan pendidikan. Unit tersebut dapat berupa satu sekolah,
satu kelas, bahkan terdapat seorang guru atau kepala sekolah.
Adapun datanya juga akan berupa data kualitatif yang dianggap lebih
memberikan makna dibanding data kuantitatif yang kering. Namun
demikian kualitatif tidak menolak secara mutlak data kuantitatif.
Dan dalam menggunakan model evaluasi studi kasus, tindakan pertama
yang harus dilakukan evaluator adalah familirialisasi dirinya
terhadap kurikulum yang dikaji. Apabila evaluator belum familiar
dengan kurikulum dan satuan pendidikan yang mengembangkannya maka
evaluator ini dilarang melakukan evaluasi. Familirialisasi ada dua
jenis. Pertama, familiriaslisasi terhadap kurikulum sebagai ide dan
sebagai rencana. Familiarialisasi kedua dilakukan ketika evaluator
dilapangan. Evaluator harus menguasai kebiasaan-kebiasaan dalam
satuan pendidikan yang dievaluasi. Setelah familiarilisasi
evaluator bisa melanjutkan pada observasi lapangan dengan baik.
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang sangat dianjurkan
dalam model studi kasus. Dengan observasi memungkinkan evaluator
menangkap suasana yang terjadi secara langsung ketika proses yang
diobservasi sedang berlangsung. Adapun ketentuan bagi evaluator
ketika menggunakan observasi adalah: pertama, haruslah evaluator
seorang yang memiliki visi dan pengetahuan luas mengenai focus
observasi. Kedua, kecepatan berfikir, hal ini penting karena
evaluator berfungsi sebagai instrument yang selalu terbuka untuk
refocusing ataupun membuka dimensi baru dari masalah yang sedang
diamati. Ketiga, evaluator harus cermat dalam menangkap informasi
yang diterimanya. Kecermatan ini ditandai oleh tiga hal. Pertama,
informasi tertulis sebagaimana yang disampaiakn oleh responden,
pemkanaan informasi, dan keterkaitan informasi dengan konteks yang
lebih luas. Selain observasi, pengumpulan data dapat dilakukan
dengan kuisioner dan wawancara. Setelah data selesai dikumpulkan
maka pengolahan data langsung dilakukan, sebaiknya ketika masih
dilapangan. Hal ini memudahkan evaluator apabila ada persoalan baru
masih memiliki kesempatan untuk menelusuri secara langsung. Selain
itu juga efisiensi waktu. Dari pengolahan data ini dilakukan dengan
tindakan evaluator yaitu mengklasifikasi data dan segera membuat
laporan hasil evaluasi. b. Model IluminatifModel ini mendasarkan
dirinya pada paradigma antropologi social. Model ini juga
memberikan perhatian tidak hanya pada kelas dimana suatu inovasi
kurikulum dilaksanakan. Adapun dua dasar konsep yang digunakan
model ini adalah: 1) System intruksi System intruksional disini
diartikan sebagai catalog, perpekstus, dan laporan-laporan
kependidikan yang secara khusus berisi berbagai macam rencana dan
pernyataan yang resmi berhubungan dengan pengaturan suatu
pengajaran. KTSP sebagai hasil pengembangan standar isi dan standar
kompetensi lulusan di suatu satuan pendidikan adalah suatu system
instruksi. 2) Lingkungan belajar Lingkungan belajar ialah
lingkungan social-psikologis dan materi dimana guru dan peserta
didik berinteraksi. Dalam langkah pelaksanaannya, model evaluasi
iluminatif memiliki tiga kegiatan. Yaitu: Observasi Observasi
adalah kegiatan yang penting. Dalam observasi evaluator dapat
mengamati langsung apa yang sedang terjadi disuatu satuan
pendidikan. Evaluator dapat melakukan studi dokumen, wawancara,
penyebaran kuesioner, dan melakukan tes untuk mengumpulkan
informasi yang diperlukan. Isu pokok, kecenderungan, serta
persoalan yang teridentifikasi merupakan pedoman bagi evaluator
untuk masuk kedalam langkah berikutnya. Inkuiri lanjutan Dalam
tahap inkuiri lanjutan ini evaluator tidak berpegang teguh terhadap
temuannya dalam langkah pertama. Kegiatan evaluator dalam tahap ini
adalah memantapkan isu, kecenderungan, serta persoalan-persoalan
yang ada sampai suatu titik dimana evaluator menarik kesimpulan
bahwa tidak ada lagi persoalan baru yang muncul. Usahan penjelasan
Dalam langkah memberikan penjelasan ini evaluator harus dapat
menemukan prinsip-prinsip umum yang mendasari kurikulum disatuan
pendidikan tersebut. Disamping itu evaluator harus dapat menemukan
pola hubungan sebab akibat untuk menjelasakan mengapa suatu
kegiatan dapat dikatakan berhasil dan mengapa kegiatan lainnya
dikatakan gagal. Penjelasan merupakan hal penting dalam metode
iluminatif. 2.4.4 Model Fenomena SejarahModel evaluasi kurikulum
sebagai fenomena sejarah merupakan suatu elemen dalam proses social
yang digubungkan dengan perkembangan pendidikan, meliputi tiga
model evaluasi.a. Evaluasi Model PenelitianModel evalusi kurikulum
yang menggunakan model penelitian didasarkan atas teori dan metode
tes psikologis serta eksperimen lapangan.Tes psikologis atau tes
psikometrik pada umumnya mempunyai dua bentuk, yaitu tes
intelegensi yang ditujukan untuk mengukur kemampuan bawaan, serta
tes hasil belajar yang mengukur perilaku skolastik. Eksperimen
lapangan dalam pendidikan, dimulai pada tahun 1930 dengan
menggunakan metode yang biasa digunakan dalam penelitian botani
pertanian. Para ahli botani pertanian mengadakan percobaan untuk
mengetahui produktivitas bermacam-macam benih. Berbagai macam benih
ditanam pada petak-petak tanah yang memilki kesuburan dan lain-lain
yang sama. Dari percobaan tersebut dapat diketahui benih mana yang
paling produktif. Percobaan serupa juga dapat digunakan untuk
mengetahui pengaruh tanah, pupuk dan sebagainya terhadap
produktivitas suatu macam benih. Model eksperimen dalam botani juga
dapat digunakan dalam pendidikan, anak dapat disamakan dengan
benih, sedang kurikulum serta berbagai fasilitas serta sisterm
sekolah dapat disamakan dengan tanah dan emeliharaannya. Untuk
mengetahui tingkat kesuburan benih (anak ) serta hasil yang dicapai
pada akhir program percobaan dapat digunakan test (pe tes dan post
tes). Comparative approach dalam evaluasi. Salah satu pendekatan
dalam evaluasi yang menggunkana eksperimen lapangan dan mengadakan
pembandingan antara dua macam kelompok anak, umpamanya yang
menggunakan metode belajar yang berbeda. Kelompok pertama membaca
dengan metode global dan kelompok lain menggunakan metode unsur.
Selanjutnya kita lihat kelompok mana yang akan lebih berhasil? Ada
beberapa kesulitan yang dihadapi dalam eksperimen tersebut.
pertama, kesulitan administratif, sedikit sekali sekolah yang
bersedia dijadikan sekolah eksperimen. kedua, masalah teknis dan
logis, yaitu mebciptakan kondisi kelas yang sama untuk
kelompok-kelompok yang diuji. ketiga, sukar untuk mencampurkan
guru-guru untuk mengajar pada kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol, pengaruh guru-guru tersebut sukar dikontrol. keempat, ada
keterbatasan mengenai manipulasi eksperimen yang dapat dilakukan.
b. Evaluasi Model ObjektifPerbedaan model objektif dengan model
komparatif adalah dalam dua hal. pertama, dalam model objektif,
evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dari proses
pengembangan kurikulum. Evaluasi dilakukan pada akhir pengembangan
kurikulum, kegiatan penilaiaan ini sering disebut evaluasi sumatif.
kedua, kurikulum tidak dibandingkan dengan kurikulum lain tetapi
diukur dengan seperangkat objektif (tujuan khusus), keberhasilan
pelaksanaan kurikulum diukur oleh penguasaan siswa akan
tujuantujuan tersebut. Tujuan dari comparative approach adalah
menilaai apakah kegiatan yang dilakukan kelompok eksperimen lebih
baik daripada kelompok kontrol. Oleh karena itu, kedua kelompok
tersebut harus ekuivalen, tetapi dalam model objektif hal itu tidak
menjadi soal. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh tim
pengembangan model objektif : 1) Ada kesepakatan tentang tujuan
kurikulum 2) Merumuskan tujuan tersebut dalam perbuatan siswa 3)
Menyusun materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan tesebut 4)
Mengukur kesesuaian antara perilaku siswa dengan hasil yang
diinginkan. c. Model Campuran MultivariasiYaitu strategi evaluasi
yang menyatukan unsur-unsur dari dua pendekata tersebut
(comparative approach dan model Tylor dan model Bloom). Strategi
ini memungkinkan perbandingan lebih dari satu kurikulumdan secara
serempak keberhasilan tiap kurikulum diukur berdasarkan kriteria
khusus dari masing-masing kurikulum. Langkah-langkah model
multivariasi tersebut adalah sebagai berikut : 1) Mencari sekolah
yang berminat untuk dievaluasi / diteliti. 2) Pelaksanaan program.
Bila tidak ada pencampuran sekolah tekanannya pada partisipasi
optimal, 3) Sementara tim penyusun meliputi semua tujuan dari
pengajaran umpamanya dengan metode global dan metde unsur, dapat
disiapkan tes tambahan. 4) Bila semua informasi yang diharapkan
telah berkumpul, maka mulaialah pekerjaan komputer. 5) Tipe
analisis dapat juga digunakan untuk mengukur pengaruh bersama dari
beberapa variabel yang berbeda. Beberapa kesulitan yang dihadapi
dalam metode ini: 1) Diharapkan memberikan tes statistik yang
signifikan, 2) Terlalu banyaknya variabel yang perlu dihitung pda
suatu saat, kemampuan komputer hanya sampai 40 variabel, sedangkan
dengan model ini dapat dikumpulkan sampai 300 variabel. 3) Meskipun
model multivariasi telah mengurangi masalah kontrol berkenaan
dengan eksperimen lapangan tetapi tetap menghadapi masalah-masalah
perbandingan.
BAB IIIPENUTUP3.1. SIMPULANEvaluasi kurikulum adalah serangkaian
penilaian dan perbaikan pada setiap aspek pedoman penyelenggaraan
pendidikan yang bersifat sistematis dan ilmiah. Evaluasi kurikulum
mempunyai peranan penting yaitu : 1. Evaluasi sebagai moral
judgement 2. Evaluasi dan penentuan keputusan 3. Konsensus nilai
Adapun aspek-aspek yang dinilai adalah sebagai berikut : 1.
Keterkaitan antara evaluasi kurikulum dan pengembangan kurikulum 2.
Prinsip-prinsip evaluasi kurikulum 3. Jenis-jenis strategi evaluasi
4. Prosedur strategi evaluasi 5. Komponen desain evaluasi 6. Proses
evaluasi kurikulum 7. Rencana evaluasi kurikulum Adapun evaluasi
kurikulum sebagai fenomena sejarah merupakan suatu elemen dalam
proses sosial yang digabungkan dengan perkembangan pendidikan,
meliputi tiga model evaluasi, yaitu: a) Evaluasi model penelitian
b) Evaluasi model objektif c) Evaluasi model campuran
multivariasi
DAFTAR PUSTAKAAli,Muhammad. 2009. Pengembangan Kurikulum di
Sekolah. Bandung: Sinar Baru Algensindo.Hamalik, Oemar. 2007.
Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hermawan, A. H. 2009. Kurikulum dan Pebelajaran. Bandung: Jurusan
kurtekpen. S. Hamid Hasan. 2008. Evaluasi Kurikulum. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. Sukmadinata, N.S. 1997. Pengembangan Kurikulum
Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
http://andybandex.blogspot.com/2012/12/makalah-evaluasi-kurikulum_3148.htmlhttp://anandaferin.blogspot.com/2013/01/makalah-evaluasi-kurikulum.htmlhttp://unicahyadotcom.wordpress.com/2011/09/17/pengertian-fungsi-dan-tujuan-evaluasi-pembelajaran/
PERTANYAAN1. Jelaskan prosedur pelaksanaan dari model evaluasi
Tyler!2. Apa kelemahan dari model evaluasi Taylor dan Maguire?3.
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang sangat dianjurkan
dalam model evaluasi studi kasus. Apa saja ketentuan bagi evaluator
ketika menggunakan teknik observasi?30