Manajemen Kurikulum dan Sistem Evaluasi SM & PT Page 0 Makalah presentasi Jum’at, 3 Maret 2017 MANAJEMEN KURIKULUM DAN SISTEM EVALUASI SEKOLAH MENENGAH DAN PENDIDIKAN TINGGI Disusun untuk memenuhi tugas perkuliahan “Manajemen Kurikulum dan Sistem Penilaian Pendidikan Menengah dan Tinggi” Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Sutaryat Trisnamansyah OLEH: Dendih Heni Hasanah Mukhtarom Toto Thohir PROGRAM DOKTOR ILMU PENDIDIKAN PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA TAHUN 2017
28
Embed
MANAJEMEN KURIKULUM DAN SISTEM EVALUASI SEKOLAH …€¦ · Manajemen Kurikulum dan Sistem Evaluasi SM & PT Page 0 Makalah presentasi Jum’at, 3 Maret 2017 SEKOLAH MANAJEMEN KURIKULUM
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Manajemen Kurikulum dan Sistem Evaluasi SM & PT Page 0
Makalah presentasi Jum’at, 3 Maret 2017
MANAJEMEN KURIKULUM DAN SISTEM EVALUASI
SEKOLAH MENENGAH DAN PENDIDIKAN TINGGI
Disusun untuk memenuhi tugas perkuliahan
“Manajemen Kurikulum dan Sistem Penilaian Pendidikan Menengah dan Tinggi”
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Sutaryat Trisnamansyah
OLEH:
Dendih
Heni Hasanah
Mukhtarom
Toto Thohir
PROGRAM DOKTOR ILMU PENDIDIKAN PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
TAHUN 2017
Manajemen Kurikulum dan Sistem Evaluasi SM & PT Page 1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Manajemen
Kurikulum dan Sistem Evaluasi Sekolah Menengah dan Pendidikan Tinggi” dengan dosen
pengampu Prof. Dr. H. Sutaryat Trisnamansyah.
Laporan makalah ini terdiri atas pendahuluan, pembahasan, dan penutup. Pada bagian
pendahuluan berisi gambaran isi makalah, latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penulisan laporan makalah, dan manfaat penulisan laporan makalah. Pada bagian
pembahasan, menjelaskan isi laporan makalah, dan pembahasan laporan makalah.
Sedangkan pada bagian penutup berisi kesimpulan makalah dan rekomendasi.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan dan
perlu adanya penyempurnaan. Oleh karena itu, sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak demi perbaikan laporan makalah untuk kedepannya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama dosen yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan laporan
makalah ini. Semoga Alloh SWT senantiasa memberikan perlindungan kepada kita semua
dalam melaksanakan segala apa yang menjadi tugas dan kewajiban kita. Amiiin.
Bandung, Maret 2017
Penulis
Manajemen Kurikulum dan Sistem Evaluasi SM & PT Page 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
Bab I: PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penulisan Makalah 4
BAB II: PEMBAHASAN 5
A. Tahapan Kurikulum 5
B. Kurikulum sebagai Sistem 18
C. Kurikulum sebagai Ilmu 18
D. Landasan Pengembangan Kurikulum 20
BAB III: PENUTUP 25
A. Kesimpulan 25
B. Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27
Manajemen Kurikulum dan Sistem Evaluasi SM & PT Page 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umumnya, kurikulum merupakan ekspresi dari ide-ide pendidikan yang dituangkan
dalam sebuah praktik pendidikan karena kurikulum merupakan salah satu bagian penting
terjadinya suatu proses pendidikan. Konsep pendidikan memiliki berbagai makna. Namun,
salah satu definisi yang diterima secara umum menyatakan bahwa pendidikan adalah
proses perolehan dan pengembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Kurikulum
merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, dan sekaligus digunakan
sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada berbagai jenis dan
tingkat sekolah. Kurikulum menjadi dasar dan cermin falsafah pandangan hidup suatu
bangsa, akan diarahkan kemana dan bagaimana bentuk kehidupan bangsa ini di masa
depan, semua itu ditentukan dan digambarkan dalam suatu kurikulum pendidikan.
Kurikulum haruslah dinamis dan terus berkembang untuk menyesuaikan berbagai
perkembangan yang terjadi pada masyarakat dunia dan haruslah menetapkan hasilnya
sesuai dengan yang diharapkan.
Istilah 'kurikulum' berasal dari bahasa Yunani "curere" yang berarti "melintasi
lintasan". Oleh karena itu kurikulum merupakan suatu topik yang dibahas dan dipelajari
untuk mencapai tujuan atau target pendidikan tertentu. Carl (1986: 17) dikutip dalam Carl,
(2009:22), berpendapat bahwa kurikulum memiliki makna sempit, serta arti lebih luas.
Kurikulum dalam artian sempit hanya berfokus pada set mata pelajaran, sedangkan
kurikulum dalam artian lebih luas mencakup semua pengalaman belajar yang ditawarkan
oleh sekolah baik selama maupun setelah sekolah. Pratt (1994: 5) mengatakan bahwa
dalam arti sempit kurikulum berarti "sebuah rencana dalam proses belajar mengajar". Ia
menambahkan bahwa kurikulum tidak termasuk kedalam kegiatan belajar mengajar
melainkan hanya sebuah rencana untuk tindakan instruksional.
Barrow (1984: 11) dikutip dalam Carl, (2009:22) memberikan definisi yang jelas
dalam menggambarkan kurikulum sebagai program kegiatan oleh guru dan peserta didik -
didesain sehingga peserta didik dapat sejauh mungkin mencapai tujuan sekolah,
pendidikan, dan hal lainnya.
Berdasarkan pengertian diatas, maka studi kurikulum menggabungkan berbagai isu
dan proses yang meliputi:
Manajemen Kurikulum dan Sistem Evaluasi SM & PT Page 4
- Tahapan Kurikulum
- Perencanaan Kurikulum
- Desain Kurikulum
- Pengembangan Purikulum
- Pelaksanaan Kurikulum
- Evaluasi Kurikulum
Kurikulum yang diterapkan di sekolah dan perguruan tinggi memang sedikit
berbeda dalam substansinya. Namun, terdapat kesamaan yang mendasar terutama dalam
tujuan dibentuknya kurikulum tersebut yang tiada lain adalah untuk melayani peserta didik
mengembangkan kompetensinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah
yang berkaitan dengan kurikulum sebagai berikut:
1. Apa saja tahapan dalam kurikulum?
2. Apa fungsi kurikulum sebagai sistem?
3. Apa fungsi kurikulum sebagai ilmu?
4. Apa saja landasan pengembangan sebuah kurikulum?
C. Tujuan
Tujuan ditulisnya makalah ini adalah untuk menjawab rumusan masalah diatas
yaitu:
1. Mengetahui tahapan-tahapan dalam kurikulum.
2. Mengetahui fungsi kurikulum sebagai sistem.
3. Mengetahui fungsi kurikulum sebagai ilmu.
4. Mengetahui landasan pengembangan sebuah kurikulum.
Manajemen Kurikulum dan Sistem Evaluasi SM & PT Page 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. TAHAPAN KURIKULUM
Sebuah kurikulum memiliki berbagai tahapan dalam perjalananya untuk menjadi
sebuah program yang konkrit dan dapat diterapkan pada sebuah lembaga pendidikan, baik
sekolah menengah, maupun perguruan tinggi. Kurikulum umumnya diharapkan terdiri dari
unsur-unsur berikut:
• Tujuan dan sasaran.
• Subjek isi/ pengalaman belajar
• Metode / strategi penyampaian / kegiatan belajar
• Organisasi Pengalaman belajar
Para ahli mempunyai pendapat lain mengenai elemen atau tahapan-tahapan
kurikulum. Adapun tahapan-tahapan kurikulum tersebut yaitu rancangan atau desain
kurikulum (memuat tujuan, sasaran, substansi), pengembangan (memuat uji coba dan
implementasi), evaluasi, dan revisi. (Grace, 2000)
1. Rancangan/Desain Kurikulum
Sebuah kurikulum dibuat berdasarkan proses pengumpulan, memilih,
menyeimbangkan dan mensintesis informasi yang relevan dari berbagai sumber untuk
merancang pengalaman-pengalaman yang akan membantu pelajar mencapai tujuan
pendidikan (Hass, 1980). Oleh karena itu perencanaan kurikulum adalah pemikiran atau
konsepsi tahap proses pengembangan kurikulum. Dengan demikian, dalam perancanaan
kurikulum selalu berhubungan dengan mencari jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan
seperti berikut:
Apa yang harus diajarkan?
Bagaimana hal tersebut diajarkan?
Untuk siapa hal tersebut diajarkan?
Bagaimana hubungan antara berbagai komponen kurikulum?
Jika merancang kurikulum sama seperti merancang sebuah objek, proses, atau
sistem, berarti ia memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
Manajemen Kurikulum dan Sistem Evaluasi SM & PT Page 6
a. Desain Kurikulum Memiliki Tujuan.
Sebuah kurikulum tidak hanya bertujuan untuk memilikisuatu program studi namun
bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran siswa, atau mungkin memiliki tujuan lain
juga. Tujuan tersebut bisa selaras atau bertentangan, eksplisit maupun tersirat, langsung
atau jarak jauh, politik atau teknis, perancang kurikulum harus merancang sebuah
kurikulum dengan baik dan sejelas mungkin tentang apa tujuan sebenarnya dibuat
kurikulum tersebut.
b. Desain Kurikulum Tidak Tergesa-gesa
Agar efektif, desain kurikulum harus menjadi upaya perencanaan yang dilakukan
secara sadar. Hal ini tidak berdasarkan jumlah total banyak perubahan yang dibuat selama
beberapa minggu, bulan, dan tahun. Melainkan, ini melibatkan proses eksplisit yang
mengidentifikasi dengan jelas apa yang akan dilakukan, oleh siapa, dan kapan.
c. Desain Kurikulum Bersifat Kreatif.
Desain kurikulum bukan prosedur yang dapat ditempuh dalam serangkaian langkah
atau pemikiran yang kaku. Pada setiap tahap desain kurikulum ada peluang untuk berpikir
inovatif, konsep-konsep baru, dan penemuan yang akan diterapkan. Desain kurikulum
yang baik adalah desain yang sistematis sekaligus kreatif.
d. Desain Kurikulum Beroperasi Pada Berbagai Tingkatan.
Keputusan desain di satu tingkat harus kompatibel dengan tingkatan lainnya.
Sebagai contoh, sebuah desain kurikulum sekolah menengah yang tidak sesuai dengan
desain yang dibutuhkan oleh sekolah, hampir pasti akan menghasilkan kurikulum yang
cacat, tidak peduli seberapa baik masing-masing komponen kurikulum tersebut. Dengan
demikian, kurikulum sekolah menengah tersebut tidak dapat berfungsi efektif secara
keseluruhan.
e. Desain Kurikulum Membutuhkan Kompromi.
Dalam hal ini, sebuah kurikulum dirancang berdasarkan pertimbangan untuk
mencapai kesempurnaan. Dalam mengembangkan desainnya, hal yang harus
dipertimbangkan adalah manfaat, biaya, kendala, dan risiko. Tidak peduli seberapa
sistematis perencanaan kurikulum tersebut, desain kurikulum selalu berakhir tidak menjadi
segala sesuatu yang semua orang kehendaki.
Manajemen Kurikulum dan Sistem Evaluasi SM & PT Page 7
f. Desain Kurikulum Bisa Gagal
Ada banyak cara di mana desain kurikulum dapat gagal untuk beroperasi dengan
sukses. Sebuah desain dapat gagal karena satu atau lebih komponen yang gagal atau karena
komponen tidak bekerja sama dengan baik. Selain itu bisa juga orang-orang yang harus
melaksanakannya mungkin menolak desain tersebut karena mereka salah paham atau
merasa tidak nyaman. Dalam kebanyakan kasus desain kurikulum tidak sepenuhnya
merupakan kegagalan, dan atau tidak pula selalu memuaskan. Oleh karena itu, elemen
kunci dalam desain kurikulum adalah untuk memberikan koreksi berkelanjutan dan
perbaikan, baik selama proses desain maupun sesudahnya.
g. Desain Kurikulum Memiliki Tahapan
Desain kurikulum merupakan langkah sistematis mengenai cara menjalankan
perencanaan pengajaran. Keputusan kurikulum yang dibuat pada satu tahap tidak terlepas
dari keputusan yang dibuat pada tahap lainnya, sehingga proses desain nya cenderung
berulang, berbagai tahap dikembalikan untuk ditnjauan kembali dan kemudian
dimodifikasi. Namun, mengetahui aspek dan masalah yang berbeda pada setiap tahap
menjadi penting dalam membuat proses berjalannya kurikulum.
Desain kurikulum sebagian besar berkaitan dengan isu-isu mengenai apa yang akan
disertakan dalam kurikulum dan bagaimana menyajikannya sedemikian rupa sehingga
kurikulum dapat diimplementasikan dengan pemahaman dan keberhasilan (Barlow et al,
1984). Termasuk didalamnya aspek-aspek seperti; tujuan, sasaran, konten, kegiatan belajar
dan evaluasi. Oleh karena hal ini mengacu pada cara di mana komponen atau unsur-unsur
kurikulum telah diatur dalam rangka memfasilitasi pembelajaran (Shiundu & Omulando,
1992).
Selanjutnya, Desain Kurikulum berkaitan dengan bagaimana membuat pilihan
mengenai apa yang harus menjadi dasar organisasi atau kerangka struktural kurikulum
tersebut. Seperti konsep lainnya, desain kurikulum memiliki berbagai definisi tergantung
pada ahli yang terlibat. Misalnya, Doll (1992) mengatakan bahwa desain kurikulum adalah
cara mengorganisir ide kurikulum agar berfungsi dengan baik. Dia juga menambahkan
bahwa desain kurikulum mengacu pada struktur atau pola organisasi kurikulum. Proses
desain kurikulum menghasilkan dokumen kurikulum yang berisi berikut:
Manajemen Kurikulum dan Sistem Evaluasi SM & PT Page 8
1) Pernyataan tujuan
2) Panduan instruksional yang menampilkan tujuan perilaku dan organisasi konten
selaras dengan organisasi sekolah.
3) Pedoman (atau aturan) yang mengatur penggunaan kurikulum, dan
4) Skema evaluasi.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhitungkan saat merancang kurikulum yaitu
karakteristik pribadi guru, penerapan teknologi, latar belakang budaya dan status sosial-
ekonomi peserta didik, Interaksi antara guru dan peserta didik, dan pengelolaan kelas. Oleh
karena itu, kurikulum harus dirancang agar sesuai dengan pola organisasi sekolah
/perguruan tinggiyang dimaksudkan.
Bagaimana kurikulum dikonseptualisasikan, terorganisir, dikembangkan dan
diimplementasikan tergantung pada tujuan pendidikan suatu negara tertentu. Apapun
desain kurikulum sebuah negara tergantung juga pada filosofi pendidikan di negara
tersebut. Berikut ini adalah salah satu contoh desain kurikulum menurut Tyler (1949).
h. Model Ralph Tyler
Model Tyler (1949) didasarkan pada empat dasar / pertanyaan mendasar uang
bertujuan untuk membimbing proses desain kurikulum, yaitu:
1. Apa tujuan pendidikan yang harus sekolah capai?
2. Apa Pengalaman pendidikan yang dapat diberikan untuk mencapai tujuan
tersebut?
3. Bagaimana pengalaman-pengalaman pendidikan tersebut diatur secara efektif?
4. Bagaimana kita dapat menentukan apakah tujuan tersebut sedang dicapai?
Secara skematis, model Tyler dapat dijadikan acuan sebuah kurikulum. Dalam
menerapkan model Tyler untuk desain kurikulum, proses dimulai dengan menentukan
tujuan kurikulum. Karena penekanannya berpusat pada pentingnya tujuan kurikulum,
model ini dianggap berbasis objektif. Proses dimulai dengan menganalisis informasi dari
berbagai sumber data. Sumber data untuk kurikulum menurut Tyler meliputi:
1. Kehidupan masyarakat kontemporer. Untuk sumber ini, perancang kurikulum
menganalisa isu-isu yang mempengaruhi masyarakat yang dapat diselesaikan
melalui pendidikan. Contohnya masalah budaya, isu-isu sosial-ekonomi, dan isu-
isu kesehatan seperti HIV / AIDS dan lain-lain.
Manajemen Kurikulum dan Sistem Evaluasi SM & PT Page 9
2. Kebutuhan dan kepentingan Pelajar.
3. Pengajar/ materi pelajaran.
Berdasarkan sumber-sumber tersebut, seorang perancang kurikulum akan
berpegangan pada tujuan pendidikan/tujuan umum. Tujuan tersebut akan dikaji kedalam
proses peninjauan menggunakan filsafat pendidikan dan psikologi pembelajaran sebagai
pedoman utama. Selain itu, nilai-nilai sosial juga digunakan, hanya saja terkadang nilai-
nilai tersebut dikategorikan ke dalam filsafat pendidikan.
2. Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah istilah di mana semua proses dan kegiatan dari
kurikulum sekolah dilaksanakan. Pengembangan kurikulum adalah proses yang
komprehensif dan berkelanjutan yang melibatkan serangkaian tahapan. Dengan demikian
proses tersebut akan terus berevolusi terutama dalam perencanaan kurikulum. Berbagai
ahli mengusulkan beberapa langkah-langkah dalam proses perkembangan kurikulum.
Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut (Grace, 2000):
Studi kelayakan: menetapkan kebutuhan untuk meningkatkan atau mengubah
kurikulum yang sedang berjalan.
Menentukan dan menganalisis kebutuhan: Kebutuhan ini meliputi; faktor sosial,
ekonomi, politik, lingkungan, perubahan (yang berpengaruh pada pendidikan), dan
teknologi.
Perumusan tujuan dan sasaran
Desain pengalaman belajar; termasuk keputusan tentang konten dan kegiatan
belajar
Pemilihan sumber pembelajaran
Materi pembelajaran
Materi Guru
Fasilitas pendukung kelembagaan seperti ruang kelas, laboratorium, perpustakaan,
dan peralatan.
Pengujian/Pilot test
Implementasi
Evaluasi
Manajemen Kurikulum dan Sistem Evaluasi SM & PT Page 10
A. Tahap Uji Coba/Pilot Test
Pada tahap ini perubahan-perubahan yang terjadi pada kurikulum diujicobakan di
beberapa sekolah. Tahap ini kemudian diikuti dengan evaluasi selama dan setelah masa
percobaan dalam bentuk analisis hasil evaluasi dan modifikasi kurikulum. Setelah
menyempurnakan kurikulum dari proses uji coba, implementasi dilakukan pada semua
sekolah/perguruan tinggi yang berpartisipasi yang melibatkan (Grace, 2000):
a. Persiapan pelaksana: guru, administrator, dan tenaga kependidikan lainnya. Tahap
ini dilakukan melalui seminar atau workshop mengenai pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan.
b. Penyebaran informasi yang relevan pada publik dan stakeholder lainnya untuk
mendukung perubahan kurikulum.
c. Memulai pelaksanaan yang disertai oleh administrasi dan pengelolaan program
baru.
d. Pemantauan dan evaluasi; berupa evaluasi formatif dan sumatif.
e. Penilaian - membuat penyesuaian dan modifikasi atau perbaikan program
berdasarkan dengan hasil evaluasi.
Namun, para ahli lain menyajikan langkah-langkah yang lebih sedikit sebagai berikut:
a. Perumusan kebijakan, konseptualisasi dan pra-perencanaan
b. Perumusan tujuan dan sasaran
c. Pemilihan pengajaran dan pengalaman belajar
d. Pemilihan konten
e. Organisasi dan integrasi pengalaman belajar
f. Uji coba dan persiapan untuk pelaksanaan kurikulum
3. Implementasi Kurikulum
Implementasi adalah proses meletakkan atau menerapkan apa yang telah
direncanakan. (Grace, 2000). Hal ini melibatkan penerapan substansi yang ada pada desain
kurikulum dalam kegiatan kelas dan mengubah sikap masyarakat untuk menerima dan
berpartisipasi dalam kegiatan kurikulum. Proses ini juga melibatkan persiapan dan
pembuatan bahan ajar/sumber daya yang diperlukan untuk keberhasilan implementasi
kurikulum. Dengan demikian proses tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa materi-
materi untuk kurikulum tersedia untuk sekolah/perguruan tinggi dan lembaga yang
Manajemen Kurikulum dan Sistem Evaluasi SM & PT Page 11
ditargetkan oleh proyek pengembangan kurikulum. Implementasi dipandang sebagai
operasionalisasi yang sedang berjalan dari sebuah kurikulum.Dukungan administratif tak
kalah penting dalam melakukan koordinasi dan pengelolaan proses implementasi. Seperti
dijelaskan sebelumnya, implementasi kurikulum adalah proses di mana kurikulum
dioperasionalkan di semua sekolah/perguruan tinggi yang ditargetkan. Idealnya,
implementasi kurikulum harus mengikuti langkah-langkah berikut:
a. Kepekaan, Mobilisasi dan Orientasi Para Stakeholder
Tahap ini adalah tahap di mana semua pihak yang bersangkutan dengan
pelaksanaan: guru, orang tua, administrator, masyarakat dan peserta didik, peka dan
mengetahui kurikulum yang sedang diterapkan. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai
strategi termasuk melalui media massa. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk
menciptakan kepemilikan kurikulum dan dengan demikian meningkatkan dukungan
program (Grace, 2000).
b. Pra-pengujian Kurikulum
Pra-pengujian kurikulum ini melibatkan pengujian kurikulum di beberapa
sekolah/perguruan tinggi yang mencakup:
1) Pemilihan sampel:sekolah/perguruan tinggi
2) Mengadakan pelatihan kepada pelaksana kurikulum di tempat sampel
3) Persiapan dan distribusi bahan sampel
4) Pemantauan dan evaluasi
c. Monitoring dan Evaluasi tahap pra-pengujian
Hal-hal yang perlu di monitor dan evaluasi adalah:
1) Distribusi silabus
2) Cakupan dan urutan topik
3) Kompetensi yang dibutuhkan dan keterampilan pelaksana.
4) Keseuaian bahan ajar
5) Persiapan guru
d. Revisi Kurikulum Berdasarkan Hasil Monitoring dan Evaluasi
Berdasarkan umpan balik dari data di sekolah/perguruan tinggi yang berpartisipasi
dalam penerapan kurikulum perlu dilakukan revisi yang sesuai. Hal ini untuk memastikan
kurikulum yang relevan serta membahas kebutuhan yang diidentifikasi pada awal proses.
Manajemen Kurikulum dan Sistem Evaluasi SM & PT Page 12
e. Pelaksanaan Kurikulum untuk Semua Sekolah yang Ditargetkan dalam Skala
Besar
Setelah melalui tahap revisi, maka kurikulum akan mulai diterapkan dalam skala
besar. Pelaksanaannya melibatkan:
1) Distribusi silabus
2) Membuat bahan-bahan pendukung kurikulum yang tersedia
3) Persiapan pelaksana termasuk: Guru, orangtua, pengawas/inspektur pendidikan dan
petugas lapangan lainnya
4) Pemasaran sosial
Ketika sebuah kurikiulum diterapkan, terdapat dua tugas utama yang berkaitan dalam
proses implementasi yaitu:
1. Mengubah sikap stakeholders; meyakinkan dengan sikap positif pada semua orang
yang berpartisipasi dalam proses termasuk pembuat kebijakan, administrator, guru,
pelatih guru, staff kependidikan terutama pengawas, anggota masyarakat, dan
peserta didik.
2. Menyediakan bahan ajar dan dukungan administratif untuk keberhasilan
pelaksanaan kurikulum.
f. Strategi untuk Mengubah Sikap Stakeholders
Strategi utama untuk mengubah sikap para stakeholder diantaranya melakukan
persuasi, penyebaran informasi, dan mendidik mereka. Berikut adalah penjelasan singkat
mengenai masing-masing strategi:
1) Membujuk Stakeholder
Hal ini sangat penting karena implementasi sebuah kurikulum merupakan upaya
tim. Hal ini juga melibatkan proses perubahan dimana orang cenderung menolak
perubahan karena berbagai alasan. Untuk menerima kurikulum baru dan
mendukungnya, para stakeholder perlu diyakinkan bahwa kurikulum tersebut
adalah proyek yang berguna. Membujuk para stakeholder dapat dilakukan melalui
penggunaan media massa, seminar, lokakarya, kuliah umum dan lain-lain.
Manajemen Kurikulum dan Sistem Evaluasi SM & PT Page 13
2) Penyebaran Informasi dan Menjaga Informasi Tersampaikan
Pentingnya kurikulum baru perlu dipahami secara menyeluruh oleh semua pihak.
Penyebaran informasi dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti penggunaan
media massa, kontak pribadi, seminar, lokakarya, forum publik dan kuliah.
3) Mendidik dan Melatih Pelaksana
Semua pelaksana termasuk guru, guru - pelatih, administrator pendidikan,
pengawas, inspektur harus mendapatkan pelatihan. Fokus pelatihan tersebut adalah
pada keterampilan baru, praktek, konsep, pengetahuan dan ide-ide dalam kurikulum
baru.
g. Strategi Menyediakan Sumber Daya yang Diperlukan; Fasilitas, Peralatan dan
Bahan Ajar
Fasilitas yang diperlukan untuk mendukung kelancaran sebuah kurikulum yang
diterapkan adalah ruang kelas, laboratorium, aula, perpustakaan, dll. Perlengkapan dan
peralatan, serta bahan ajar seperti buku peajaran, bahan ajar audio-visual harus
disiapkan dan disediakan untuk semua sekolah/perguruan tinggi yang berpartisipasi.
Hal ini memudahkan proses implementasi kurikulum tersebut.
h. Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian mengenai sejauh mana tujuan sebuah program
telah tercapai. Evaluasi juga dapat didefinisikan sebagai proses objektif yang bertujuan
untuk menentukan kinerja dari sebuah program. Doll (1992) mendefinisikan evaluasi
sebagai upaya luas dan berkesinambungan dalam menyelidiki efek dari memanfaatkan
konten pendidikan dan proses untuk memenuhi tujuan yang jelas.
Definisi lain menyatakan bahwa "evaluasi adalah proses pengumpulan dan
penyediaan data demi memfasilitasi pengambilan keputusan di berbagai tahap
pengembangan kurikulum. (Shiundu & Omulando, 1992:185).
Ada tiga jenis evaluasi: Pre-assessment (awal), evaluasi formatif (pertengahan), dan
evaluasi sumatif (akhir), di akhir program. Evaluasi membantu dalam menentukan
seberapa berhasil sebuah kurikulum yang telah diterapkan dan membuat keputusan
leih lanjut tentang apakah akan melanjutkan, menghentikan, atau memodifikasi
kurikulum tersebut. Dengan demikian, evaluasi kurikulum mengacu pada proses
pengumpulan data secara sistematis untuk tujuan menilai kualitas, efektivitas dan
Manajemen Kurikulum dan Sistem Evaluasi SM & PT Page 14
kelayakan. Proses pengembangan kurikulum dan pelaksanaan harus memperhatikan
isu-isu seperti:
1. Apa tujuan dari program tersebut? Apakah tujuan tersebut relevan dengan
kebutuhan individu dan masyarakat?
2. Dapatkah tujuan tersebut tercapai?
3. Metode apa yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut?
4. Apakah metode tersebut adalah alternatif terbaik untuk mencapai tujuan tersebut?
5. Apakah ada sumber daya yang memadai untuk melaksanakan kurikulum?
Penilaian, Pengukuran dan Pengujian dalam Kaitannya dengan Evaluasi
Grace, (2000) berpendapat bahwa dalam evaluasi, terdapat hal-hal yang erat
kaitannya dengan evaluasi. Hal-hal tersebut perlu diketahui sehingga dapat membedakan
satu sama lainnya. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai hal-hal tersebut:
a. Penilaian: proses yang menunjukkan apakah telah terjadi perubahan perilaku
siswa. Perubahan yang diketahui melalui proses penilaian dapat diberikan nilai
dengan cara mengukur prosedur yang disebut sebagai pengukuran pendidikan.
b. Pengukuran: adalah sarana untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan atau
kompetensi tertentu. Hal ini mengacu pada penentuan hasil pendidikan yang
sebenarnya dan membandingkan dengan hasil yang diharapkan seperti yang
diungkapkan dalam tujuan program. Pengukuran memberikan nilai kuantitatif
untuk perubahan perilaku siswa.
c. Pengujian: adalah proses penggunaan instrumen untuk mengukur prestasi.
Pengukuran dan pengujian merupakan cara dan alat pengumpulan informasi untuk
penilaian dan evaluasi.
Kriteria Evaluasi Kurikulum
Ada berbagai usulan dalam literatur kurikulum tentang apa saja yang merupakan
kriteria evaluasi kurikulum. Evaluasi kurikulum dapat dinilai berdasarkan: konsistensi
evaluasi terhadap tujuan kurikulum, kelengkapan, validitas, reliabilitas, dan kontinuitas.
a. Konsistensi dengan Tujuan
Evaluasi kurikulum harus menilai dan mengukur pencapaian tujuan kurikulum.
Berbagai tingkat tujuan pembelajaran yang perlu diingat yaitu pengetahuan; pemahaman;
Manajemen Kurikulum dan Sistem Evaluasi SM & PT Page 15
aplikasi; analisis; perpaduan; dan evaluasi. Selain itu, berbagai domainyang perlu diingat
yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik (Grace, 2000).
Proses evaluasi juga harus mencari bukti bahwa tujuan tersebut telah
dikembangkan misalnya Konsep pendidikan untuk kewarganegaraan yang baik sering
dievaluasi dalam hal pengetahuan tentang struktur pemerintah atau pengetahuan tentang
kewarganegaraan. Tidak hanya itu, keterampilan praktis (psikomotor) dalam Sains,
Pertanian, Biologi dll perlu dievaluasi melalui pengecekan pengetahuan tentang topic-topic
yang dimuat dalam bidang tersebut (Grace, 2000).
b. Kelengkapan
Semua tujuan kurikulum harus dievaluas. Namun , seringkali hanya domain
kognitif sata yang diuji. Untuk menguji kelengkapan, pelaksana kurikulum dapat
melakukan:
1. Evaluasi terhadap aspek administrasi dan umum yang luas dari sistem pendidikan
dengan tujuan mencari tahu seberapa baik sistem pendidikan; seberapa relevan
sebuah program.
2. Evaluasi berkaitan dengan peningkatan melalui penilaian dari metode pembelajaran
bahan ajar untuk mengetahui orang-orang yang puas terhadap kurikulum tersebut
dan tidak.
3. Evaluasi terkait dengan individu peserta didik; kebutuhan mereka, sehingga dapat
melahirkan satu rencana yang lebih baik untuk proses pembelajaran.
4. Umpan balik untuk para guru, untuk mengetahui seberapa baik mereka mengajar.
Oleh larena itu, evaluasi berfungsi sebagai alat diagnostik pengajaran untuk
meningkatkan siswa belajar (Grace, 2000).
i. Revisi/ Memperbarui Kurikulum yang Telah Dirancang
Sebuah kurikulum jarang bekerja sesuai dengan desain yang diharapkan.
Untungnya, langkah perbaikan terhadap beberapa kebutuhan biasanya muncul selama
tahap akhir dari desain. Tak pelak, beberapa akan muncul hanya ketika desain sepenuhnya
dilaksanakan. Dan, di luar komponen tidak bekerja cukup seperti yang direncanakan, setiap
desain cenderung memiliki efek samping tak terduga. Bahkan jika kurikulum bekerja
cukup baik untuk sementara waktu, tidak didugabiasanya muncul beberapa hal yang
Manajemen Kurikulum dan Sistem Evaluasi SM & PT Page 16
menyimpang dan perlu diperbaiki. Dengan berjalannya waktu, tidak peduli seberapa lancar
kurikulum berfungsi, desain tersebut akan menjadi usang. Pengetahuan baru, metode baru,
teknologi baru, dan keadaan baru akan membuka kemungkinan baru. Jadi desain
kurikulum harus mencakup ketentuan untuk memantau pelaksanaan kurikulum dan
dampaknya. Aspek desain kurikulum yang sistematis berasal dari kurikulum yang sedang
digunakan yang telah sesuai dengan desain dan kebutuhan peserta didik. Hal tersebut
memungkinkan seorang perancang tahu apa yang harus diperhatikan dan membantu
mereka menghindari kemungkinan gagalnya sebuah kurikulum (Grace, 2000).
a. Hasil Belajar Peserta Didik
Meski kurikulum telah diterapkan dengan benar dan sedang dioperasikan dengan
baik, masih timbul pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
a. Apakah siswa belajar sesuai dengan yang tertuang di desain kurikulum?
b. Apakah mereka belajar hanya beberapa hal saja?
c. Apakah semua kategori siswa belajar sesuai yang dimaksudkan, atau hanya
beberapa dari mereka yang melakukan hal itu?
d. Apakah pembelajaran yang memadai terjadi pada setiap tingkat kelas? Di setiap
kelas?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar tersebut memerlukan rincian
mengenai apa yang harus dipelajari. Apapun standar pembelajaran yang digunakan, intinya
adalah bagaimana hasil pembelajaran tercapai, sebelum kurikulum baru dilembagakan,
sebagai tolok ukur keberhasilan dari sebuah kurikulum. Langkah-langkah pembelajaran
harus berasal dari atau setidaknya ditunjukkan untuk mencocokkan tujuan pembelajaran
yang ditetapkan di awal proses desain, dan menjadi tolak ukur kedepannya (Grace, 2000).
b. Konsekuensi Jangka Panjang
Memenuhi tujuan pembelajaran yang spesifikmerupakan sebuah ujuian pertama
untuk sebuah kurikulum yang diterapkan, tetapi hal tersebut hanya ukuran jangka pendek
semata. Dalam jangka panjang, kurikulum adalah jembatan dan bangunan dari sebuah
sistem pendidikan. Tidak hanya itu saja, dalam jangka panjang, sebuah kurikulum harus
mampu menjadi pedoman dalam melayani peserta didik (Grace, 2000).
Manajemen Kurikulum dan Sistem Evaluasi SM & PT Page 17
c. Kesesuaian Kurikulum dengan Desain Kurikulum
Untuk membuat penilaian tentang desain kurikulum, sebuah sekolah perlu
mengetahui sejauh mana kurikulum yang saat ini diterapkan sesuai dengan desain
kurikulum. Kita tidak bisa membuat penilaian yang valid terhadap desain kurikulum jika
kurikulum tersebut pada praktiknya menyimpang dari desain. Hal ini menunjukkan bahwa
secara berkala, terutama di tahun-tahun awal, kurikulum baru atau yang telah direvisi
untuk diperiksa kesesuaiannya dengan desain kurikulum yang dibuat. Dua langkah
komplementer yakni internal dan eksternal dapat diterapkan untuk mengecek kurikulum
tersebut. Berikut adalah penjelasannya:
a. Langkah Internal
Komite yang terdiri dari guru, administrator, siswa/mahasiswa, dan warga yang
terlibat, termasuk beberapa anggota tim desain kurikulum tersebut, harus dibentuk untuk
memantau aspek-aspek proses implementasi. Sebuah kelompok pengawasan dapat
dibentuk untuk mempelajari temuan-temuan komite dan menyiapkan laporan untuk dewan
pendidikan. Pengawasan tersebut harus dilakukan setiap tahun sampai terdapat keyakinan
bahwa kurikulum sesuai dengan desain kurikulum. Setelah itu, studi internal harus
dilakukan pada jadwal yang telah ditentukan misalnya setiap tiga atau empat tahun (Grace,
2000).
b. Langkah Eksternal
Semua lembaga pendidikan perlu masukan dari perspektif luar. Sistem sekolah
adalah lembaga yang kompleks yang bagian-bagiannya, termasuk kurikulum, harus
menjalani pemeriksaan berkala oleh ahli dari luar. Tradisi "kunjungan komite," yang
umum di perguruan tinggi dan pendidikan menengah, semakin meningkat sebagai cara
untuk mendapatkan opini yang berimbang terhadap seberapa jauh sebuah kurikulum sesuai
dengan desain kurikulum yang diadopsi (Grace, 2000).
Manajemen Kurikulum dan Sistem Evaluasi SM & PT Page 18
B. KURIKULUM SEBAGAI SISTEM
Walker (1990:5) dikutip dalam Carl (2009:22) menganggap kurikulum sebagai
sistem, isi dan tujuan dari program pendidikan di sekolah yang termasuk didalamnya mata
pelajaran, kegiatan belajar, pengalaman belajar dan hasil belajar. Kurikulum 2005
(C2005): 1997: 10) menyatakan bahwa kurikulum adalah segala sesuatu yang
direncanakan oleh guru yang akan membantu dalam mengembangkan peserta didik.
Sebagai sebuah sistem, kurikulum menghasilkan sebuah konsep. Kurikulum adalah
sebuah sistem yang luas yang mencakup semua kegiatan yang direncanakan termasuk juga
mata pelajaran/kuliah yang berlangsung termasuk kegiatan diluar pembelajaran.
Kurikulum adalah suatu sistem tertentu yang terus menerus harus di evaluasi
pelaksanaanya sehingga dapat memenuhi tujuan dibentuknya kurikulum tersebut.
Konsep kurikulum, dalam pembahasan kali ini, dapat dituangkan pada kurikulum
sekolah atau perguruan tinggi yang dibagi ke dalam fase yang bersangkutan. Sebuah
kurikulum sekolah yang relevan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
peserta didiknya. Kurikulum harus benar-benar direncanakan dan memuat ketentuan untuk
kegiatan belajar yang bersifat wajib dan pilihan, dalam bentuk mata pelajaran yang
diujikan dan tidak diujikan, serta merencanakan kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai. Hal
ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Oliva (1988: 9-10) dikutip dalam Carl
(2009:30) yang menegaskan bahwa kurikulum adalah sebuah unit, program, urutan
program, seluruh program studi sekolah yang terjadi di dalam dan di luar kelas atau
sekolah.
C. KURIKULUM SEBAGAI ILMU
Kurikulum sebagai ilmu mengacu pada serangkaian ide yang memberi makna pada
sekolah/perguruan tinggi dengan cara menunjukkan hubungan antara unsur-unsur,
perkembangan, penggunaan, dan evaluasi kurikulum. Hubungan tersebut memberi
pembenaran pada penerapan kurikulum di sekolah dan di perguruan tinggi.
Menurut Urevbu (1990), kurikulum sebagai ilmu harus memberikan panduan
praktis mengenai:
1. Apa yang diajarkan
2. Siapa yang diajarkan
3. Siapa yang mengontrol
4. Siapa yang akan diajarkan apa
Manajemen Kurikulum dan Sistem Evaluasi SM & PT Page 19
Dengan kata lain, poin-poin diatas adalah 'hal-hal' atau prinsip yang dijadikan panduan
untuk sebuah kurikulum. Selain itu,kurikulum sebagai ilmu memiliki fungsi sebagai
berikut:
Menggambarkan: sebuah kurikulum harus memuat kerangka serta desain yang
didalamnya terdapat serangkaian pemikiran, tujuan, program studi, dan evaluasi.
Menjelaskan: sebuah kurikulum harus mampu memberikan penjelasan
komprehensif mengenai serangkaian pemikiran, tujuan, program studi, dan
evaluasi yang akan diterapkan dalam sebuah institusi pendidikan, misalnya dalam
sekolah menengah dan perguruan tinggi.
Memprediksi: sebuah kurikulum harus mampu melihat hasil yang akan didapatkan
berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan sejak awal kurikulum tersebut dirancang.
Selain itu, sebuah kurikulum juga harus selalu di evaluasi penerapannya untuk
mengetahui kesesuaiannya sehingga dapat diperbaiki jika terdapat penyimpangan.
Dengan demikian, kurikulum sebagai ilmu membutuhkan pendidik dengan
perspektif kritis terhadap masyarakat dan lembaga pendidikan yang dapat menggambarkan
dan menjelaskan dari perspektif kritis. Kurikulum sebagai ilmu menjadi bagian penting
dalam perencanaan kurikulum sehingga membantu dalam membimbing proses
perencanaan dan pengembangan kurikulum.
1. Kurikulum sebagai bidang studi dan sebagai program pengajaran
Kurikulum dapat dilihat baik sebagai bidang studi atau sebagai program
pengajaran. Sebagai bidang studi, kurikulum dirancang untuk meningkatkan dan
memajukan pengetahuan tentang kurikulum, pengembangan dan penggunaan. Sebagai
disiplin untuk studi, kurikulum merupakan daerah yang memiliki konten pengetahuan yang
cukup yang dapat ditularkan melalui instruksi dan tumbuh melalui penelitian.
Di sisi lain, kurikulum sebagai program pengajaran menggabungkan program kerja
sekolah, berkaitan dengan semua pengalaman peserta didik, yaitu semua yang
direncanakan dan disediakan untuk peserta didik untuk pendidikan mereka termasuk
didalamnya silabus dan program studi.
Manajemen Kurikulum dan Sistem Evaluasi SM & PT Page 20
D. LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Landasan pengembangan kurikulum adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan kurikulum. Faktor-faktor tersebut meliputi landasan sejarah, filosofis, sosiologis
dan psikologis. Faktor penentu lainnya adalah isu-isu politik, dan faktor teknologi.
Pengembang Kurikulum harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut untuk
menghasilkan kurikulum yang relevan, dapat diterapkan, dan berguna untuk peserta didik
dan masyarakat (Grace, 2000).
Dalam mengembangkan sebuah kurikulum, manajemen kurikulum yang baik perlu
diterapkan. Manajemen adalah "proses bekerja baik melalui individu dan kelompok dan
sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan yang terorganisir". Selain itu, manajemen
adalah pencapaian tujuan sekolah melalui kepemimpinan, adalah hasil dari manajemen di
sekolah di mana setiap anggota staf memiliki peran masing-masing. Manajemen yang
efektif adalah ketika pengelola memiliki kapasitas kognitif untuk memahami masalah atau
isu-isu yang didapatkan pengalaman mereka. Selain itu, kualitas manajemen akan
memberikan kontribusi pada kualitas hidup dan standar kerja para guru dan peserta didik.
Dalam sekolah, manajemen dikaitkan dengan kemampuan kepala sekolah untuk
melakukan pengawasan perkembangan dan memberikan kepemimpinan kurikulum di
sekolah. Demikian juga, kepemimpinan instruksional menyiratkan bahwa kepala sekolah
sebagai manajer sekolah harus memberikan visi dan arah yang jelas dan dapat
mendelegasikan tanggung jawab tertentu untuk staf yang kompeten. Guru hanya dapat
melakukan tugas mereka mengajar di sekolah yang dikelola secara efektif pada setiap
tingkat.
Berdasarkan definisi di atas mengenai manajemen dan kurikulum, perspektif
tunggal dapat diperoleh pada pengertian dan konsep manajemen kurikulum yang harus
dipahami oleh pengelola atau pelaksana kurikulum. Sekolah atau perguruan tinggi
bertanggung jawab untuk menjalankan fungsi utama dari sistem pendidikan yaitu,
mengelola, memberikan pengajaran dan belajar. Namun, untuk melaksanakan fungsi ini
secara efektif, kepala sekolah harus memenuhi / peran kurikuler nya. Kepala sekolah
bertugas sebagai pengelola kurikulum.
Sejak manajemen kurikulum berhubungan dengan perbaikan kurikulum dan
pelaksanaan, kepala sekolah perlu menghabiskan sebagian besar waktu mereka melakukan
fungsi penting ini. Oleh karena itu, kepala sekolah biasanya menganggap manajemen
Manajemen Kurikulum dan Sistem Evaluasi SM & PT Page 21
kurikulum sebagai fungsi utama mereka dan di mana mereka ingin menghabiskan sejumlah
besar waktu mereka.
Namun, terdapat asumsi bahwa kepala sekolah menghabiskan waktu yang relatif
sedikit dalam mengamati ruang kelas dan bekerja dengan guru untuk meningkatkan
instruksi. Salah satu alasan utama kurangnya kegiatan manajemen kurikulum yang
dilakukan oleh kepala sekolah adalah kurangnya basis pengetahuan tentang instruksi dan
kurikulum. Hal tersebut memiliki dampak negatif, tidak hanya pada pencapaian tujuan
sekolah, tetapi juga pada individu yang terkait dengan sekolah.
Kinerja sekolah, staf dan para pelajar, sangat dipengaruhi oleh peran kepemimpinan
kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai manajer kurikulum harus memainkan peran positif
- terutama jika seluruh pendekatan pengajaran berubah. Ini berarti bahwa semua kepala
sekolah harus memastikan bahwa peran mereka sebagai manajer kurikulum selalu
diprioritaskan karena menyangkut perbaikan kurikulum dan pengembangan peserta didik.
Banyak para ahli mendefinisikan landasan kurikulum sebagai "Nilai, tradisi, faktor
dan daya yang mempengaruhi jenis, kuantitas dan kualitas yang sekolah tawarkan pada
peserta didik" (Shiundu & Omulando, 1992: 59). Oleh karena itu faktor-faktor tersebut
merupakan dasar dikembangkannya sebuah kurikulum. Pada umumnya, para ahli
mengusulkan empat kategori utama landasan pengembangan kurikulum. yaitu:
• Landasan sejarah
• Landasan filosofis
• Landasan psikologis
• Landasan sosiologis
Landasan Sejarah Kurikulum
Landasan sejarah kurikulum mengacu pada faktor-faktor dan masalah-masalah dari
masa lalu yang memiliki pengaruh pada kurikulum saat ini. Misalnya, sifat kurikulum saat
ini dalam sistem pendidikan di sebuah sekolah atau perguruan tinggi dipengaruhi oleh sifat
kurikulum di masa lalu. Baik isi dan praktek pedagoginya merupakan pertumbuhan dari
kondisi tertentu di masa lalu. Selain itu, berbagai gerakan sejarah dalam pendidikan
mempengaruhi kurikulum saat ini dalam beberapa aspek. Beberapa bentuk utama dari
pendidikan di masa lalu yang diakui secara global dalam pendidikan meliputi (Grace,
2000):
Manajemen Kurikulum dan Sistem Evaluasi SM & PT Page 22
a. Pendidikan Tradisional
b. Pendidikan Kuno yang meliputi: Pendidikan Yunani, Pendidikan Romawi
dan Pendidikan Kristen
c. Awal Era Modern yang meliputi: Renaissance, Reformasi dan Pencerahan
(Age of Reason)
d. Era Modern yang meliputi: progresivisme sistem pendidikan dan prakteknya
selama era 22olonial yang memiliki pengaruh pada kurikulum saat ini.
2. Landasan Filosofis Kurikulum
Landasan filosofis merupakan penentu penting dari sebuah kurikulum dan proses
pengembangannya. Landasan filosofis juga membantu memperjelas proses pemikiran
perancang kurikulum. Landasan filosofis selalu berkaitan dengan proses pemikiran. Ada
berbagai pemikiran filosofis yang digunakan dalam mengembangkan kurikulum
diantaranya: idealism, realism, pragmatism, dan eksistensialisme (Grace, 2000).
a. Idealisme
Menurut pemikiran ini, pendidikan adalah proses pengembangan seseorang,
kesadaran, dan spiritualnya. Tanggung jawab utama peserta didik adalah belajar. Sekolah
ada untuk mengembangkan karakter, meningkatkan pengetahuan dan menumbuhkan rasa
estetika peserta didik. Oleh karena itu, guru diharapkan menjadi model, teman, dan
pembimbing peserta didik (Grace, 2000).
b. Realisme
Pemikiran realisme memandang bahwa tujuan utama pendidikan adalah pencapaian
pengetahuan alam dan inner alam semesta. Selain itu, pendidikan pada dasarnya adalah
transmisi budaya yang diwariskan dari satu generasi ke generasi. Oleh karena itu disiplin
kurikulum harus mengandung unsur-unsur tertentu dari budaya. Siswa harus belajar
disiplin ilmu untuk mengembangkan keterampilan intelektual mereka dan untuk
menemukan prinsip-prinsip penting serta wawasan teoritis (Grace, 2000).
c. Pragmatisme
Pemikiran ini biasanya bereaksi terhadap apa yang mereka anggap kegagalan atau
kekurangan dari sistem sekolah tradisional. Pemikiran ini mengkritik beberap hal
diantaranya:
Manajemen Kurikulum dan Sistem Evaluasi SM & PT Page 23
(1) isi kurikulum tradisional memuat konten yang tidak perlu.
(2) kurikulum tradisional tidak memberikan manfaat pendidikan.
(3) Kurikulum bersifat kaku dan tidak memenuhi kebutuhan individu peserta didik
tertentu.
Oleh karena itu pemikiran ini menganggap hal yang terjadi dalam realitas dapat digunakan
sebagai alat untuk memecahkan masalah. Menurut pemikiran ini, sebuah kurikulum dapat
dikembangkan berdasarkan fakta lapangan yang ada (Grace, 2000).
d. Eksistensialisme
Pemikiran ini menganggap bahwa kurikulum harus memiliki berbagai materi
pelajaran yang dapat dipilih sesuai keinginan peserta didik. Pemikiran ini percaya pada
kebebasan individu dalam memilih program yang ada (Grace, 2000).
3. Landasan Sosiologis Kurikulum
Landasan sosiologi mengacu pada masalah yang ada pada masyarakat yang
memiliki pengaruh terhadap kurikulum. Sejak sekolah/perguruan tinggi ada dalam suatu
masyarakat tertentu; dan fakta bahwa 'produk' sekolah/perguruan tinggi yaitu 'lulusan'
kembali ke masyarakat, merupakan faktor penentu yang tak terelakkan dari kurikulum.
Ada banyak aspek dari masyarakat yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan
kurikulum.aspek tersebut meliputi: Perubahan yang terjadi dalam struktur social, transmisi
budaya, masalah sosial yang menjadi isu pada kurikulum dan masalah Ekonomi (Grace,
2000).
a. Perubahan sosial
Perubahan yang terjadi dalam budaya dan masyarakat dan memiliki pengaruh
terhadap kurikulum. Perubahan tersebut meliputi kehidupan keluarga dan mutasi
penduduk, misalnya, migrasi desa-kota. Masalah-masalah ini perlu dipertimbangkan dalam
pengembangan kurikulum (Grace, 2000).
b. Transmisi Budaya
Kurikulum dapat dianggap sebagai refleksi dari budaya. Didalamnya terdapat
beberapa kelompok yang mempengaruhi pengembangan kurikulum. Kelompok-kelompok
tersebut meliputi orang tua, kelompok agama, serikat atau organisasi, dan media. Masing-
Manajemen Kurikulum dan Sistem Evaluasi SM & PT Page 24
masing kelompok tersebutr memiliki nilai-nilai tertentu dalam pengembangan kurikulum
terutama dalam bentuk dukungan implementasi kurikulum (Grace, 2000).
c. Masalah Sosial
Masalah-masalah yang memiliki pengaruh terhadap kurikulum diantaranya adalah:
Kesetaraan dan Keadilan seperti sistem kelas dalam masyarakat, ras atau etnis, gender,