Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia. Hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas TB. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis ini pun tinggi. Tahun 2009, 1,7 juta orang meninggal karena TB (600.000 diantaranya perempuan) sementara ada 9,4 juta kasus baru TB (3,3 juta diantaranya perempuan). Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan TB dimana sebagian besar penderita TB adalah usia produktif (15-55 tahun) . Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu indikator keberhasilan MDGs yang harus dicapai oleh Indonesia, yaitu menurunkan angka kesakitan dan angka kematian menjadi setengahnya di tahun 2015. Berdasarkan baseline data tahun 1990 dan pencapaian di tahun 2010, Laporan WHO mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia Indonesia telah berhasil menurunkan insidens, prevalens, dan angka kematian. Insidens berhasil diturunkan sebesar 45% yaitu 343 per 100.000 penduduk menjadi 189 per 100.000 penduduk, prevalens dapat diturunkan sebesar 35% yaitu 443 per 100.000 penduduk menjadi 289 per 100.000 penduduk dan angka kematian diturunkan sebesar 71% yaitu 92 per 100.000, Total seluruh kasus TB tahun 2009 sebanyak 294731 1
51

Makalah Field Study Fix 2

Jan 03, 2016

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Field Study Fix 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia. Hingga

saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas TB. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman

Mycobacterium tuberculosis ini pun tinggi. Tahun 2009, 1,7 juta orang meninggal karena TB

(600.000 diantaranya perempuan) sementara ada 9,4 juta kasus baru TB (3,3 juta diantaranya

perempuan). Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan TB dimana sebagian besar

penderita TB adalah usia produktif (15-55 tahun) . Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu

indikator keberhasilan MDGs yang harus dicapai oleh Indonesia, yaitu menurunkan angka

kesakitan dan angka kematian menjadi setengahnya di tahun 2015. Berdasarkan baseline data

tahun 1990 dan pencapaian di tahun 2010, Laporan WHO mencatat peringkat Indonesia menurun

ke posisi lima dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan jumlah

terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia

Indonesia telah berhasil menurunkan insidens, prevalens, dan angka kematian. Insidens berhasil

diturunkan sebesar 45% yaitu 343 per 100.000 penduduk menjadi 189 per 100.000 penduduk,

prevalens dapat diturunkan sebesar 35% yaitu 443 per 100.000 penduduk menjadi 289 per

100.000 penduduk dan angka kematian diturunkan sebesar 71% yaitu 92 per 100.000, Total

seluruh kasus TB tahun 2009 sebanyak 294731 kasus, dimana 169213 adalah kasus TB baru

BTA positif, 108616 adalah kasus TB BTA negatif, 11215 adalah kasus TB Extra Paru, 3709

adalah kasus TB Kambuh, dan 1978 adalah kasus pengobatan ulang diluar kasus kambuh.

(Depkes RI 2010)

1.2 Tujuan

Tuberkulosis atau TBC menjadi masalah utama kesehatan di Indonesia. Hasil survei

Departemen Kesehatan sejak tahun 1995 menunjukkan bahwa penyakit Tuberkulosis masih

menjadi penyebab utama kematian, setelah jantung dan pernapasan.

1

Page 2: Makalah Field Study Fix 2

Indonesia sendiri merupakan negara pertama diantara negara-negara dengan beban TB

yang tinggi di wilayah Asia Tenggara yang berhasil mencapai target Millenium Development

Goals (MDG) untuk TB pada tahun 2006, yaitu 70% penemuan kasus baru BTA positif dan 85%

kesembuhan. Saat ini, Indonesia telah turun dari urutan ketiga menjadi urutan kelima negara

dengan beban TB tertinggidi dunia.

Dari data berdasarkan hasil survei Depkes untuk wilayah Kota Depok tahun 20011

ditemukan 54,52 orang penderita TBC dari 100.000 penduduk. Dengan pertumbuhan penduduk

Depok yang berjumlah 1,7 juta jiwa. Dimana angka tersebut telah berkurang dari data tahun

2009 yang berjumlah 107 orang penderita TBC dari 100.000 penduduk yang berarti sudah sedikit

terkendali.

Meskipun program pengendalian TB nasional dan regional telah berhasil mencapai target

di atas, penatalaksanaan TB di sebagian besar rumah sakit dan praktek swasta belum sesuai

dengan strategi DOTS dengan penerapan standar pelayanan berdasar International Standards for

Tuberculosis Care (ISTC.) ISTC merupakan serangkaian standar yang direkomendasikan secara

internasional dan diharapkan dapat digunakan oleh semua praktisi medis, baik swasta maupun

pemerintah. ISTC menunjang peningkatan pelayanan terhadap pasien TB dengan strategi

Directly Observed Treatment Short-course (DOTS) yang meliputi komitmen politis,

pemeriksaan dahak mikroskopis, pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung

pengobatan, jaminan ketersediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang bermutu serta pencatatan

dan pelaporan yang baku.

2

Page 3: Makalah Field Study Fix 2

Melihat cukup tingginya prevalensi penyakit tuberkulosis ini maka kami sebagai

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

mengadakan penyuluhan yang bertujuan untuk mendukung strategi nasional program

pengendalian TB 2011-2014 yang dilakukan oleh pemerintah yang memengusung tema

“Terobosan menuju Akses Universal” dengan tujuan semua pasien TB mendapatkan akses

layanan DOTS yang berkualitas dengan penerapan ISTC oleh seluruh pemberi pelayanan

kesehatan bertempat di kecamatan Sukmajaya Rw.11 Depok ini bertujuan sebagai tindakan

promotif dalam menanggulangi masalah penularan penyakit Tuberkulosis terutama bagi warga

Kecamatan Sukmajaya Rw. 11 itu sendiri.

Dalam penyuluhan ini kami memaparkan bagaimana tanda beserta gejala yang dapat

dikenali dari penyakit tuberkulosis, bagaimana pencegahan yang dapat dilakukan untuk

menghindarkan diri dari tertularnya penyakit tuberkulosis beserta pengobatan yang tepat bagi

penderita tuberkulosis itu sendiri. Pengobatan yang dilakukan juga harus disertai dengan

tindakan pemantuan minum obat bagi penderita tuberkulosis yang dikenal dengan Directly

Observed Treatment Short-course (DOTS),

3

Page 4: Makalah Field Study Fix 2

Penyuluhan yang kami lakukan pun terdiri atas pemberian materi, games, dan sesi tanya

jawab kepada warga di Kecamatan Sukmajaya Rw.11 Depok yang merupakan target

penyuluhan kami.

Kami berharap dengan diadakannya penyuluhan mengenai penyakit tuberkulosis di

Kecamatan Sukmajaya Rw. 11 Depok ini mampu meningkatkan perilaku masyarakat dalam

pengendalian tuberkulosis untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB,

meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam pencegahan dan pencarian

pengobatan TB, meningkatkan aksi nyata berbagai komponen masyarakat dalam pengendalian

TB di dalam lingkungannya dan meningkatkan penyebarluasan informasi tentang TB secara

terkoordinasi dan berkesinambungan terutama pada warga Kecamatan Sukmajaya Rw. 11

Depok.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat yang ingin kami capai adalah :

Melatih kemampuan verbal / komunikasi mahasiswa/i kedokteran untuk dapat lebih baik dalam

menyampaikan informasi dengan jelas tentang penyakit dari mulai definisi hingga

penatalaksanaan kepada pasien ataupun masyarakat

Dapat menerapkan ilmu pengetahuan dan menginformasikan dengan sejelas-jelasnya khususnya

mengenai penyakit TB, cara penularannya, dan cara penatalaksanaannya kepada masyarakat RW

11 Sawangan , Depok

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Waktu : Selasa , 11 desember 2012.

Jam : 16.00 WIB.

Tempat penyuluhan : Posyandu Kecamatan Sukmajaya Rw. 11 Depok, Jawa Barat.

4

Page 5: Makalah Field Study Fix 2

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tuberkulosis

DEFINISI

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

Micobacterium Tuberculosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga

memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru

dibandingkan bagian lain tubuh manusia (2).

EPIDEMIOLOGI

Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 2011, menunjukkan bahwa Tuberkulosis (TBC)

merupakan sudah mulai berkurang dengan target pencapaian sudah 100%. Pada tahun 2011 WHO

Global Surveilance memperkirakan di Indonesia terdapat insidens rate kira-kira 87 per 100.000

penduduk dengan prevalansi kira kira 281 per 100.000 penduduk. Kematian akibat

Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 27 penduduk per 100.000 penduduk (3).

Berdasarkan survei dari Depkes Tahun 2009, untuk Kota Depok ditemukan 107/100.000 orang

penduduk. Berdasarkan data Dinkes Kota Depok Pada tahun 2011, 897 penderita TBC berhasil

diobati dari target 1780 penderita ( hanya 52,2% )

(4).

MEKANISME PENULARAN

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium

tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi

umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di

dalam paru-paru akan berkembangbiak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan

tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening (2).

5

Page 6: Makalah Field Study Fix 2

Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru,

otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain - lain, meskipun demikian organ

tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru. Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil

menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk

globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha

dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru (PDPI, 2006).

Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan disekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC

akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai

tuberkel pada pemeriksaan fotorontgen (2).

FAKTOR RESIKO

Kemampuan untuk melawan infeksi adalah kemampuan pertahanan tubuh untuk mengatasi

organisme yang menyerang. Kemampuan tersebut tergantung pada usia yang terinfeksi. Namun

kekebalan tubuh tidak mampu bekerja baik pada setiap usia. Sistem kekebalan tubuh lemah pada

saat kelahiran dan perlahan-lahan menjadi semakin baik menjelang usia 10 tahun. Hingga usia

pubertas seorang anak kurang mampu mencegah penyebaran melalui darah, sekalipun

lambat laun kemampuan tersebut akan meningkat sejalan dengan usia (2).

Tinggal berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif Pekerjaan kesehatan yang merawat Pasien

TB. Pasien-pasien dengan dahak yang positif pada hapusan langsung (TB tampak di bawah

mikroskop) jauh lebih menular, karena mereka memproduksi lebih banyak TB dibandingkan

dengan mereka yang hanya positif positif pada pembiakan. Makin dekat seseorang berada

dengan pasien, makin banyak dosis TB yang mungkin akan dihirupnya (2).

Gizi Buruk 

Terdapat bukti sangat jelas bahwa kelaparan atau gizi buruk mengurangi daya tahan terhadap

penyakit ini. Faktor ini sangat penting pada masyarakat miskin, baik pada orang dewasa maupun

pada anak. Kompleks kemiskinan seluruhnya ini lebih memudahkan TB berkembang menjadi

penyakit. Namun anak dengan status gizi yang baik tampaknya mampu mencegah penyebaran

penyakit tersebut di dalam paru itu sendiri (2).

6

Page 7: Makalah Field Study Fix 2

Orang Berusia Lanjut atau Bayi Pengidap Infeksi HIV/AIDS

Pengaruh infeksi HIV/AIDS mengakibatkan kerusakan luas system daya tahan tubuh, sehingga

jika terjadi infeksi seperti tuberculosis maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan

bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah

penderita TBC akan meningkat, dengan demikian penularan TBC di masyarakat akan meningkat

pula (2).

GEJALA TBC

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai

dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru,

sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

1.      GEJALA SISTEMIK/UTAMA (2)

Demam tidak  terlalu  tinggi  yang  berlangsung  lama, biasanya dirasakan malam hari disertai

keringat malam.

a)      Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.

b)      Penurunan nafsu makan dan berat badan.

c)      Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

d)     Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

2.      GEJALA KHUSUS (2)

a)      Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus

(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang

membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.

b)      Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan

sakit dada.

7

Page 8: Makalah Field Study Fix 2

c)      Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat

dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya, pada muara  ini  akan keluar  cairan

nanah.

d)     Pada anak – anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai

meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi,  adanya penurunan kesadaran dan

kejang – kejang.

DIAGNOSIS

DIAGNOSIS PADA DEWASA (2)

Diagnosis Tuberkulosis Pada Orang Dewasa. Diagnosis TB paru pada orang dewasa dapat

ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil

pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga SPS BTA hasilnya positif. Bila

hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen

dada atau pemeriksaan spesimen SPS diulang. Kalau hasil rontgen mendukung TB, maka

penderita diidagnosis sebagai penderita TB BTA positif. Kalau hasil rontgen tidak mendukung

TB, maka pemeriksaan lain, misalnya biakan.

Apabila fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan pemeriksaan lain, misalnya biakan. Bila

tiga spesimen dahak negatif, diberikan antibiotik spektrum luas (misalnya kotrimoksasol atau

Amoksisilin) selama 1 - 2 minggu. Bila tidak ada perubahan, namun gejala klinis tetap

mencurigakan TB, ulangi pemeriksaan dahak SPS : Kalau hasil SPS positif, didiagnosis sebagai

penderita TB BTA positif. Kalau hasil SPS tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada,

untukmendukung diagnosis TB.

a)   Bila hasil rontgen mendukung TB, diagnosis sebagai penderita TB  BTA negatif rontgen

positif.

b) Bila hasil rontgen tidak mendukung TB, penderita tersebut bukan TB.UPK yang tidak

memiliki fasilitas rontgen, penderita dapat dirujuk untuk difotorontgen dada.

DIAGNOSIS MELALUI TEST KULIT

8

Page 9: Makalah Field Study Fix 2

Test kulit TBC dilakukan dilengan. Dalam waktu dua atau tigahari,pada lengan anda apakah ada

reaksi. Bila reaksinya “positif”, ini berartianda mungkin sudah terinfeksi TBC. Kadang kala, bila

seseorangsudah terinfeksi kuman HIV dan TBC, bisa saja terjadi reaksi“negatif”dalam tes kulit

TBC. Hal ini disebabkan sistim kekebalan tubuhandatidak berfungsi benar. Petugas Kesehatan

akan menyampaikanpada seseorang tersebut tentang risiko terinfeksi TBC ataupenyakit TBC.dan

mungkin perlu tes medis atau perawatan.

TBC PADA ANAK (5)

Penyakit TB ini mudah sekali menyerang pada anak-anak kecil yangbelum diimunisasi dengan

vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin), karena kurangnya gizi dan karena lingkungan

yang kurang sehat. Tidak cukup untuk sekedar memahami cara bagaimana anak-anak terinfeksi

tuberkulosis atau bagaimana penyakit tersebut dapat menyebar. Kemungkinan adanya

tuberkulosis pada anak yang kurusatau bila ditemukan:

1.      Berat badan tidak naik atau turun selama lebih dari 14 minggu (adanya grafik kenaikan

berat badan akan sangat berguna).

2.      Kehilangan gairah dan mungkin juga berat badan selama 2 sampai 3 bulan.

3.      Salah satu dari (1) atau (2) yang dijelaskan di atas disertai dengan menggigil atau batuk

yang sesekali dapat menyerupai batuk rejan.

4.      Demam atau meriang selama lebih dari satu minggu tanpa penyebab yang jelas.

5.      Salah satu diantara (1), (2), (3) serta tanda adanya cairan – pekak, pada salah

satu sisi dada.

6.      Perut membuncit, terutama bila teraba benjolan dan yang tetap bertahan setelah

pemberian obat cacing.

7.      Diare kronis dengan buang air besar tinja keputihan yang tidak sembuh setelah diberi obat

cacing atau obat untuk giardiasis (dengan metronidazole).

8.      Jalan timpang, punggung kaku sukar membungkuk.

9.      Tulang belakang membungkuk, tidak atau kaku saat berjalan.

9

Page 10: Makalah Field Study Fix 2

10.  Pembengkakan lutut atau pergelangan kaki, tangan, siku atau bahkan iga atau tulang atau

sendi yang manapun yang tidak disebabkan cedera.

11.  Pembengkakan kelenjar getah bening yang keras atau lembut, tidak nyeri, terkadang dengan

beberapa kelenjar getah bening kecil didekatnya dan terkadang melekat tak teratur

PENCEGAHAN TBC

1.      TUJUAN PENCEGAHAN (2)

a)      Menyembuhkan penderita

b)      Mencegah kematian

c)      Mencegah kekambuhan

d)     Menurunkan tingkat penularan

2.     PENCEGAHAN TBC (2)

a)      Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk lebih dari 3 minggu, merasa

sakit di dada dan kesukaran bernafas segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.

b)      Saat batuk memalingkan muka agar tidak mengenai orang lain.

c)      Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya bercampur darah segera

dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.

d)     Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah digunakan oleh penderita.

e)      Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan vaksin BCG. Karena

vaksin tersebut akan memberikan perlindungan yang amat bagus.

PEMBERANTASAN

1.      TUJUAN PEMBERANTASAN (2)

Pemberantasan penyakit TBC didasarkan untuk memutusmata rantai virulenci penularan

penyakit TBC supaya tidak terjadi prevalenci penyakit TB yang lebih besar.

10

Page 11: Makalah Field Study Fix 2

2.      PEMBERANTASAN PENYAKIT TBC

a)      Pengobatan pada penderita hingga sembuh (2)

b)      Perlakuan pada rumah penderita untuk lebih memperhatikan factor kesehatan lingkungan

dengan menambah ventilator sebagai pengganti udara, genteng kaca supaya sinar matahari dapat

masuk, dan faktor higiene lingkungan yang lain yang lebih baik.

c)      Sterilisasi Rumah pasca Penderita.

H.    PENGOBATAN

1.      JENIS OBAT (2)

a)      Isoniasid

b)      Rifampicin

c)      Pirasinamid

d)     Streptomicin

2.      PRINSIP OBAT (2)

Obat TB iberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis

tepat selama 6-8 bulan,supaya semua kuman dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap

lanjutan ditelan dalam dosis tunggal,sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan obat

yangdigunakan tidak adekuat, kuman TB akan berkembangmenjadi kuman kebal. Pengobatan

TB diberikan dalan 2 Tahap yaitu:

a)      Tahap intensif 

Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minumobat) setiap hari selama 2 - 3 bulan.

b)      Tahap lanjutan

Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minumobat) tiga kali seminggu selama 4 – 5

bulan.

11

Page 12: Makalah Field Study Fix 2

3.      EFEK SAMPING OBAT (2)

Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obatTB bervariasi mulai dari ringan hingga

berat. Efek samping ringan dapat berupa berubahnya warna urine menjadi kemerahan yang diakibatkan oleh

rifampisin. Efek samping lainnya dapat berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan, mual,

kesemutan dan rasa terbakar di hati, gatal dan kemerahan dikulit gangguan keseimbangan hingga

kekuningan (ikterus). Jika pasien merasakan hal-hal tersebut, pasien harus segera berkonsultasi

dengan dokter untuk memperoleh penanganan lebih lanjut, fase lanjutan. Dalam beberapa kasus pengobatan bisa

berlangsung hingga delapan bulan.

Pengobatan Penderita TBC adalah dengan kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah cukup

dan dosis yang tepat selama 6 – 8 bulan. Pengobatan penderita TBC terdiri atas 3 fase, yaitu:

1.      Fase Intensif yaiut Obat diminum setiap hari selama 2 bulan

2.      Fase Lanjutan yaitu Obat diminum seminggu 3 kali.

3.      Paduan OAT (Obat Anti Tuberkulosa) FDC.

Saat ini di Provinsi Kalimantan Selatan sudah menggunakan OAT FDC. Kemasan Obat FDC

(Fixed Dose Combination) 1 tablet obat mengandung 150 mg Rifamfisin, 75 mg INH, 400 mg

Pyrazinamid dan 275 mg Ethambutol.

2.2. Pembahasan dari aspek CRP

Pre Test

No Nama

Jawaban Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Benar Salah

Tidak

Terisi

1 A. Hapidz a  - c -  -  -  -  c -  -  1 2 7

12

Page 13: Makalah Field Study Fix 2

2 H. Warsih a A c a d c c a b b 4 6 -

3 Inung a B a c d b b a b b 4 6 -

4 Rini Novita b C c a a b a a b b 7 3 -

5

Mutik

Setyowati a C c c a b a a b b 7 3

-

6 Ida Farida b A c c d b a a b b 7 3 -

7 Rima Herawati a C c c c c a b b b 6 4 -

8 Enjanuddin -  A c a a d a a c c 2 7 1

9 Hindun b C c a d c a a b b 6 4 -

10 Siti Nafilah b A c c a c b b b b 6 4 -

11 Mulyani b C c c c b b a a b 9 1 -

12 Aini Gantini a A c c b c a a b c 5 5 -

13 Rika Widianti b C c c c b b a b b 10 0 -

14 Sri Sundari a C c c a b a a b b 7 3 -

15

Achmad Budi

Putra b C c c a b b a b b 9 1

-

16 Teguh Setiadi b C c c b b b a b c 9 1 -

17 Sulia a A c c d b -  -  d b 4 4 2

18 Syarifah a C c c a c c a b b 6 4 -

19 Kartika b C c c c b b a b b 10 0 -

20 Wuryanti a C c c b b a a c b 6 4 -

13

Page 14: Makalah Field Study Fix 2

21 Sri Winarsih a A d a a a a a a d 1 9 -

22 Endang W. b A c c c -  -  -  -  -  4 2 4

23 Handayani a B c d a b d a b b 5 5 -

24 Ibu Selamet a C c b d b b a b b 6 4 -

Persentase

jawaban yang

benar (%) 24 54 9 95 20 62,5 33,30 79 70 75

14% 2

9%

315%

416%5

3%6

10%

76%

813%

912%

1012%

Presentase Jawaban yang Benar Pretest

14

20

4

Jumlah Data Pre Test yang Terisi

LengkapTidak Lengkap

Page 15: Makalah Field Study Fix 2

Post Test

No Nama

Jawaban Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Benar Salah

Tidak

Terisi

1 A. Hapidz b c C c c a b d c c 6 4 -

2 H. Warsih b c C c a b b a b b 9 1 -

3 Inung b c C c a b b a b b 9 1 -

4 Rini Novita b c C c c b b a b b 10 0 -

5 Mutik Setyowati b c C c c b b a b b 10 0 -

6 Ida Farida b c C c c b a a c b 8 2 -

7 Rima Herawati b c C c c b b b b b 9 1 -

8 Enjanuddin b c C c b a b a b b 8 2 -

9 Hindun b c C c a b b a b b 9 1 -

10 Siti Nafilah b c C c a b b a b b 9 1 -

11 Mulyani b c C c c b b a b b 10 0 -

12 Aini Gantini b a C c b b b a b b 8 2 -

13 Rika Widianti b c C c c b b a b b 10 0 -

14 Sri Sundari b c C c c b b a b b 9 1 -

15 Achmad Budi Putra b c C c c b b a b b 10 0 -

16 Teguh Setiadi b c C c c b b a b b 10 0 -

17 Sulia b c C c c b  b a b b 9 1 -

15

Page 16: Makalah Field Study Fix 2

18 Syarifah b c C c c b b a b b 10 0 -

19 Kartika b c C c c b b a b b 10 0 -

20 Wuryanti b c C c c b a a c b 8 2 -

21 Sri Winarsih b c C c c b a b a b 7 3 -

22 Endang W. b c C c c b b b b b 9 1 -

23 Handayani b c C c a b b a b b 9 1 -

24 Ibu Selamet b c C c c b b a b b 10 0 -

Persentase jawaban

yang benar (%)

1

00 95

10

0 100 67 95 87,5

8

3 83 95 100

24

Jumlah Data Post Test yang Terisi

LengkapTidak Lengkap

112%

212%

312%

412%5

8%

612%

711%

810%

910%

Persentase Jawaban yang Benar Postest

No Nama Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan Jumlah Soal yang

Benar

16

Page 17: Makalah Field Study Fix 2

Kelamin Terakhir

Pre Test

Post

Test

1 A. Hapidz L 30-40 SD Pegawai Swasta 1 6

2 H. Warsih L >50 SMA Pegawai Negeri 4 9

3 Inung P 40-50 SMA

Ibu Rumah Tangga / Tidak

Bekerja 4 9

4 Rini Novita P 20-30 SMA

Ibu Rumah Tangga / Tidak

Bekerja 7 10

5

Mutik

Setyowati P >50 SMA

Ibu Rumah Tangga / Tidak

Bekerja 7 10

6 Ida Farida P 40-50 SMA

Ibu Rumah Tangga / Tidak

Bekerja 7 8

7 Rima Herawati P 30-40 SMA

Ibu Rumah Tangga / Tidak

Bekerja 6 9

8 Enjanuddin P >50 SD TNI / POLRI 2 8

9 Hindun L >50 SMA

Ibu Rumah Tangga / Tidak

Bekerja 6 9

10 Siti Nafilah P 40-50 SMA

Ibu Rumah Tangga / Tidak

Bekerja 6 9

11 Mulyani P 30-40 SD

Ibu Rumah Tangga / Tidak

Bekerja 9 10

12 Aini Gantini P >50 SMP

Ibu Rumah Tangga / Tidak

Bekerja 5 8

17

Page 18: Makalah Field Study Fix 2

13 Rika Widianti P 40-50 Sarjana

Ibu Rumah Tangga / Tidak

Bekerja 10 10

14 Sri Sundari P 40-50 SMA Ibu Rumah Tangga / Tidak

Bekerja

7 9

15 Achmad Budi

Putra

L 40-50 Sarjana Pegawai Swasta 9 10

16 Teguh Setiadi L 30-40 SMA Ibu Rumah Tangga / Tidak

Bekerja

9 10

17 Sulia P >50 SMP Ibu Rumah Tangga / Tidak

Bekerja

4 8

18 Syarifah P 30-40 SMA Ibu Rumah Tangga / Tidak

Bekerja

6 10

19 Kartika P 30-40 SMA Ibu Rumah Tangga / Tidak

Bekerja

10 10

20 Wuryanti P 40-50 SMA Ibu Rumah Tangga / Tidak

Bekerja

6 8

21 Sri Winarsih P 30-40 SMA Ibu Rumah Tangga / Tidak

Bekerja

1 7

22 Endang W. P 40-50 SMA Ibu Rumah Tangga / Tidak

Bekerja

4 9

23 Handayani P 30-40 SMA Ibu Rumah Tangga / Tidak

Bekerja

5 9

24 Ibu Selamet P 30-40 SMA Ibu Rumah Tangga / Tidak

Bekerja

6 10

18

Page 19: Makalah Field Study Fix 2

1

9

8

6

Usia Responden15-20 tahun20-30 tahun30-40 tahun40-50 tahun> 50 tahun

Ibu Rumah Tangga

83%

TNI/POLRI

4%

Pe-gawai Negeri

4%

Pegawai Swasta8%

Pekerjaan

SD13%

SMP4%

SMA75%

Sarjana8%

Pendidikan Terakhir

Uji yang digunakan adalah uji T berpasangan untuk melihat tingkat pengetahuan warga sebelum

dan sesudah penyuluhan.

Syarat

Distribusi normal

Ke 2 kelompok data dependen/pair

Jenis variabel : numerik dan katagori ( dua kelompok)

NPar Tests

Notes

19

Laki-laki21%

Perempuan79%

Jenis Kelamin Responden

Page 20: Makalah Field Study Fix 2

Output Created 03-Jan-2013 15:56:41

Comments

Input Data H:\field study blok RS

TUBERCULOSIS\CRP data.sav

Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working

Data File

24

Missing Value

Handling

Definition of Missing User-defined missing values are

treated as missing.

Cases Used Statistics for each test are based

on all cases with valid data for

the variable(s) used in that test.

Syntax NPAR TESTS

/K-S(NORMAL)=Pretest

Postest

/MISSING ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00,015

Elapsed Time 00:00:00,033

20

Page 21: Makalah Field Study Fix 2

Number of Cases

Alloweda

157286

a. Based on availability of workspace memory.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pretest Postest

N 24 24

Normal Parametersa,b Mean 5,88 8,96

Std. Deviation 2,525 1,083

Most Extreme

Differences

Absolute ,145 ,224

Positive ,120 ,168

Negative -,145 -,224

Kolmogorov-Smirnov Z ,709 1,096

Asymp. Sig. (2-tailed) ,696 ,181

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Hipotesis

Ho = Tidak terdapat perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan TB

H1 = Terdapat perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan TB

21

Page 22: Makalah Field Study Fix 2

Paired Samples Statistics

Mean N

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

Pair 1 TotalPR 5.88 24 2.525 .515

TotalPE 8.96 24 1.083 .221

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 TotalPR &

TotalPE

24 .793 .000

22

Page 23: Makalah Field Study Fix 2

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of

the Difference

Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper

Pair 1 TotalPR -

TotalPE

-3.083 1.792 .366 -3.840 -2.327

Paired Samples Test

T df Sig. (2-tailed)

Pair 1 TotalPR -

TotalPE

-8.431 23 .000

Dari hasil diatas didapatkan bahwa p = 0,000 ; α = 0,05

Nilai p < α maka kita dapat menolak Ho dan menerima H1

Sehingga kesimpulannya terdapat perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah

penyuluhan TB

23

Page 24: Makalah Field Study Fix 2

2.3 Aspek CHOP

PROMOSI KESEHATAN

WHO memberikan pengertian promosi kesehatan sebagai proses pemberdayaan individu

dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka mengendalikan determinan kesehatan

sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan mereka”. Sedangkan pengertian promosi

kesehatan menurut Departemen Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk

dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta

mengembangkankegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan

didukung oleh kebijakan public yang berwawasan kesehatan.”

Promosi Kesehatan merupakan upaya memasarkan, menyebarluaskan, mengenalkan atau

menjual kesehatan sehingga masyarakat menerima/membeli pesan-pesan kesehatan tersebut

sehingga masyarakat mau berperilaku sehat.

Promosi kesehatan yang dilakukan pada kasus tuberkulosis menurut rencana operasional

promosi kesehatan dalam pengendalian tuberkulosis berdasarkan strategi promosi pengendalian

TB, adalah Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial (AKMS). Mobilisasi Sosial sebagai

ujung tombak, yang didukung oleh Komunikasi dan Advokasi yang kesemuanya diarahkan agar

masyarakat mampu mempraktikkan perilaku pencegahan dan pengobatan TB.

1. Advokasi, merupakan upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan

komitmen dan dukungan dari seluruh pemangku kebijakan. Advokasi diarahkan untuk

menghasilkan kebijakan yang mendukung upaya pengendalian TB. Kebijakan yang

dimaksud disini dapat mencakup peraturan perundang-undangan di tingkat nasional

maupun kebijakan daerah seperti Peraturan Daerah (PERDA), Surat Keputusan

Gubernur, Bupati/Walikota, Peraturan Desa, dan lain sebagainya. Strategi advokasi

sekaligus menjawab isu strategis tentang kurangnya dukungan dari para pemangku

kepentingan (stakeholder) terkait di daerah dalam Pengendalian TB.

2. Komunikasi, merupakan upaya untuk menciptakan opini atau lingkungan sosial yang

mendorong masyarakat dan petugas kesehatan agar bersedia bersama-sama

24

Page 25: Makalah Field Study Fix 2

menanggulangi penularan TB. Lingkungan sosial yang mendukung dapat diartikan

sebagai :

a. Adanya dukungan positif dari masyarakat terhadap persepsi bahwa TB bukan

penyakit keturunan atau kena guna-guna.

b. Adanya dukungan keluarga sebagai Pengawas Menelan Obat bagi pasien TB agar

berobat sampai tuntas.

c. Adanya dukungan positif masyarakat terhadap perilaku pencegahan penularan TB.

d. Adanya kampanye STOP TB.

3. Mobilisasi Sosial, adalah proses pemberian informasi secara terus menerus dan

berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran,

agar memiliki pengetahuan, sikap dan mempraktikkan perilaku yang diharapkan.

Mobilisasi Sosial juga merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk

menumbuhkan kesadaran, kemauan, kemampuan masyarakat dalam pengendalian TB.

Melalui kegiatan ini, masyarakat diharapkan ekspansi dan akselarasi DOTS terwujud.

Sasaran utama dari pemberdayaan dalam konteks Pengendalian TB adalah pasien TB dan

keluarga. Dalam mobilisasi sosial diperlukan kemitraan untuk menjalin jejaring kerja

serta kerja sama dengan berbagai pihak untuk menjalankan program yang terintegrasi dan

koordinatif dalam setiap komponen program yang ditentukan melalui Stop TB

Partnership.

Strategi komunikasi sekaligus menjawab isu strategis tentang kurangnya pemahaman

masyarakat dalam pencegahan dan pencarian pengobatan TB, kurangnya kerjasama antar

lintas program, sektor serta mitra terkait dalam Pengendalian TB dan kurangnya akses dan

informasi bagi masyarakat tentang TB.

VISI PROMOSI KESEHATAN

- Mau (willingness) memelihara & menin

- gkatkan kesehatnnya

- Mampu (ability) memelihara & meningkatkan kesehatannya

- Memelihara kesehatan: mencegah, melindungi diri, mencari pertolongan

- Meningkatkan kesehatan (Sinta Fitriana, 2010)

METODE PROMOSI KESEHATAN

25

Page 26: Makalah Field Study Fix 2

1. Metode pendidikan individual (perorangan)

Meliputi 2 bentuk:

a. Bimbingan dan penyuluhan

b. Interview (wawancara)

2. Metode pendidikan kelompok

a. Kelompok besar

Ceramah: cocok untuk sasaran dengan pendidikan tinggi maupun

rendah

Seminar: cocok untuk sasaran dengan pendidikan menengah ke atas

b. Kelompok kecil

Diskusi kelompok: terdiri dari pimpinan diskusi/ penyuluh yang duduk

diantara para peserta sehingga tidak ada kesan lebih tinggi.

Curah pendapat (Brain storming): merupakan modifikasi diskusi

kelompok dimana peserta diberikan satu masalah dan kemudian peserta

memberikan tanggapan atau jawaban.

Bola salju (Snow balling): pada metode ini tiap orang dibagi menjadi

pasangan-pasangan yang kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau

masalah, setelah 5 menit tiap 2 pasang bergabung menjadi satu, begitu

seterusnya sampai terjadi diskusi seluruh kelas.

Kelompok kecil-kecil

Memainkan peranan (Role play)

Permainan simulasi (Simulation game)

3. Metode pendidikan massa

a. Ceramah umum (Public speaking) yang dilakukan pada acara tertentu,

misalnya Hari Kesehatan Nasional oleh menteri kesehatan.

b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV

maupun radio

c. Simulasi tentang penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio

d. Tulisan-tulisan di majalah atau koran

e. Bill board yang dipasang di pinggir jalan (Sinta Fitriana, 2010)

26

Page 27: Makalah Field Study Fix 2

Metode promosi kesehatan mengenai penyakit tuberkulosis yang kami gunakan adalah metode

kelompok besar yang lebih kepada pemberian ceramah kepada warga Rw. 11 Kecamatan

Sukmajaya Depok yang kami perkirakan berjumlah 30 orang atau lebih, meski saat penyuluhan

yang hadir hanya berjumlah 24 orang saja.

MEDIA PROMOSI KESEHATAN

Tujuan Media Promosi Kesehatan

1. Mempermudah penyampaikan informasi

2. Menghindari kesalahan persepsi

3. Memperjelaskan informasi

4. Mempermudah pengertian

5. Menampaikan obyek yang tidak bisa ditangkap oleh mata

6. Memperjelas komunikasi

A. Alat bantu (peraga)

Adalah alat-alat yang digunakan dalam menyampaikan bahan pendidikan/ pengajaran

yang berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu yang dapat mempermudah

penyampaian bahan pendidikan/ informasi sehingga mampu menimbulkan minat pada

27

Page 28: Makalah Field Study Fix 2

sasaran pendidikan, merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan

kesehatan, membantu sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima

kepada orang lain, mempermudah penerimaan informasi serta membantu menegakkan

yang diperoleh.

Macam-macam alat bantu promosi kesehatan:

a. Alat bantu lihat (visual aids)

Membantu menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu proses penyuluhan,

ada 2 bentuk, yaitu:

Alat yang diproyeksikan seperti slide, film dan sebagainya

Alat-alat yang tidak diproyeksikan seperti gambar, bagan, dan sebagainya

b. Alat bantu dengar (audio aids)

Adalah alat yang membantu menstimulasi indera pendengar saat proses penyuluhan

seperti piringan hitam, radio, dan sebagainya

c. Alat bantu lihat-dengar

Seperti televesi dan video cassette

B. Media pendidikan kesehatan

Adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan kesehatan yang mempermudah

penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat

a. Media cetak: booklet, leaflet, flyer, flip chart, rubrik atau tulisan pada surat kabar/

majalah, dan poster

b. Media elektronik: televisi, radio, video (Sinta Fitriana, 2010)

Meninjau dari jumlah peserta yang diperkirakan hadir dan yang hadir dalam penyuluhan ini

maka kami memutuskan untuk menggunakan media promosi yang kami lakukan di Kecamatan

Sukmajaya Rw.11 Depok berupa alat bantu lihat (visual aids) dan media cetak maupun

elektronik berupa slide presentasi, video yang menggambarkan akibat yang dapat ditimbulkan

dari penyakit tuberkulosis dan selebaran berupa leaflet yang berisi rangkuman presentasi kami.

28

Page 29: Makalah Field Study Fix 2

29

LEAFLET

Page 30: Makalah Field Study Fix 2

Selain menggunakan media yang atraktif dan menarik, untuk membangun suasana yang

kondusif namun tidak keluar dari pokok pembahasan penyuluhan, kami melakukan berbagai

pendekatan seperti yang diuraikan oleh T.R. Batten mengenai pendekatan direktif dan non-

direktif, dimana

Pada pendekatan yang bersifat direktif, diambil asumsi bahwa petugas tahu apa yang

dibutuhkan dan apa yang baik untuk masyarakat. Peran petugas bersifat lebih

dominan karena prakarsa kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk keperluan

pembangunan datang dari petugas. Interaksi yang muncul lebih bersifat instruktif dan

masyarakat dilihat sebagai objek

Pada pendekatan non direktif diambil asusumsi bahwa masyarakat tahu apa yang

sebenarnya yang mereka butuhkan dan apa yang baik untuk mereka. Peranan pokok

ada pada masyarakat, sedangkan lebih bersifat manggali dan mengembangkan potensi

masyarakat. Prakarsa kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan berasal dari

masyarakat. Sifat interaktif adalah partisipatif dan masyarakat dilihat sebagai subjek

Dalam penyuluhan ini kami menggunakan pendekatan direktif dimana kami sebagai

pemateri memberikan materi dan warga Rw.11 sebagai objek dari tujuan penyuluhan yang kami

lakukan. Setelah dilakukannya pendekatan, kami berharap pada masyarakat khususnya warga

Kecamatan Sukmajaya Rw.11 Depok akan timbul Self Directed Action dimana warga setelah

diberi penyuluhan mengenai bahaya, gejala serta cara penanggulangan penyakit tuberkulosis

merasakan bahwa mereka kurang puas terhadap keadaan lingkungan yang ada disekelilingnya

dan timbul keinginan untuk melakukan perubahan terhadap gaya hidup dan lingkungan sekitar

serta lebih memperhatikan kesehatan diri dan orang-orang terdekatnya dan berujung sepakat

untuk merubah keadaan lingkungannya menjadi lebih baik dan bersih agar terhindar dari

penularan kuman tuberkulosis itu sendiri.

SUMBER MATERI

Materi yang kami berikan saat penyuluhan penyakit tuberkulosis kepada warga Kecamatan

Sukmajaya Rw.11 Depok bersumber dari berbagai macam buku cetak maupun elektronik

mengenai penyakit tuberkulosis dan juga bersumber dari internet untuk media gambar dan video.

30

Page 31: Makalah Field Study Fix 2

MEMBANGUN SUASANA

Dalam promosi kesehatan selain media dan metode penyuluhan yang baik, maka

diperlukan komunikasi yang baik pula untuk membangun suasana yang nyaman dan kondusif

bagi peserta penyuluhan yang merupakan target utama penyuluhan ini. Komunikasi yang baik

dibutuhkan karena komunikasi merupakan suatu keterampilan yang sangat penting dalam

kehidupan manusia baik secara verbal maupun non-verbal. (Sinta Fitriana, 2010)

Komunikasi yang dilakukan baik dari segi teknik, bahasa, dan sarana yang digunakan

harus disesuaikan dengan daya nalar masyarakat yang dilihat dari segi pendidikan dan pola

pikirnya, serta teknik komunikasi yang dapat menarik perhatian dari masyarakat tersebut agar

penyuluhan yang dilakukan tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi masyarakat yang telah

diberikan penyuluhan tersebut mampu memahami dan mampu menerapkannya melalui tindakan

nyata.

Untuk menambah keakraban dan kenyamanan saat penyuluhan kami juga memberikan

sesi games yang disertai hadiah sebagai penyegaran yang pada akhirnya membuat para audiens

merasa segar dan lebih tertarik kepada penyuluhan yang kami lakukan sehingga penyuluhan pun

berjalan dengan lancar dan baik.

Kemudian untuk menilai efektivitas penyuluhan yang kami lakukan, kami mengadakan

sesi pretest yang dilakukan saat sebelum penyuluhan dilakukan dan sesi postest yang dilakukan

setelah penyuluhan

31

Page 32: Makalah Field Study Fix 2

1.2 Aspek BHP

Dari segi BHP adapun yang akan dibahas :

1. Dalam melakukan penyuluhan kami sebagai mahasiswa/i kedokteran yang juga berperan

sebagai penyuluh harus menguasai terlebih dahulu materi yang akan kami sampaikan

kepada masyarakat, bertutur kata yang sopan , dalam berkomunikasi menggunakan

kalimat yang sesuai dengan tingkat pendidikan masyrakat agar informasi yang

disampaikan dapat mengenai sasaran, membuat kondisi senyaman mungkin agar

masyarakat tidak merasa kikuk dengan suasananya. Dan semua hal tersebut dilakukan

agar tujuan dalam melakukan penyuluhan kali ini dapat mengenai sasaran dan dapat

membuat masyarakat lebih memahami dan lebih waspada terhadap penyakit TBC

2. Adapun isu etik tentang penyakit TBC di masyarakat

‘’ Suatu hari di tempat praktek, datang seorang pasien wanita. Umur 45 tahun,

berwajah cantik dan penampilan modis. Saya pikir pasien ini pasti dari kalangan atas.

Ternyata dugaan saya tidak meleset. Dia seorang sarjana akuntansi, saat ini memegang

jabatan yang cukup penting di suatu perusahaan besar.

Nafasnya agak sedikit sesak. Batuk ada sejak lebih kurang 1 bulan yang lalu, tapi

batuknya tidak hebat dan hanya sesekali saja dalam 1 hari. Dari pemeriksaan fisik

sederhana, memang ditemukan kelainan. Pasti ini bukan batuk biasa. Dicurigai adanya

infeksi TB paru. Setelah dilihatkan hasil rontgennya dan diterangkan apa penyakitnya,

wanita tersebut sangat terkejut dan cenderung tidak percaya. Diapun bercerita bagaimana

kehidupan sehari-harinya. Tinggal di rumah yang terbilang mewah, dengan suasana

lingkungan sekitar rumah yang juga asri. Tempat kerjanyapun sangat memperhatikan

masalah kebersihan. Kalau soal makanan yang bergizi dan tambahan vitamin untuk

meningkatkan daya tahun tubuh selalu dia konsumsi. Jadi kesimpulannya dia merasa

tidak mungkin menderita TB paru.

TB paru lebih banyak mengenai masyarakat miskin yang hidup di daerah kumuh

dan biasanya  daya tahan tubuh mereka juga kurang akibat kurangnya makan makanan

32

Page 33: Makalah Field Study Fix 2

bergizi. Sehingga tidak salah juga kalau sebagian masyarakat beranggapan bahwa

penyakit TB paru  identik dengan masyarakat miskin, kurang gizi dan lingkungan yang

tidak sehat. Tidak dapat dihindari penyakit ini pun dapat menjangkit masyarakat dari

semua kalangan karena indonesia Ternyata Indonesia termasuk tempat yang kondisi

lingkungan dan sosial ekonomi memudahkan hidupnya kuman TB. Ini dibuktikan dengan

sangat tingginya angka infeksi TB di negara kita. Indonesia menduduki peringkat ke 5

terbanyak di dunia yang terinfeksi TB, setelah India, China, Afrika Selatan dan Nigeria.

Penularan dapat melalui orang disekitar kita melalui berbicara, batuk ataupun bersin. ‘’

(Kompasiana, 2011).

Dari artikel diatas, bahwa penyakit TBC dalam masyarakat merupakan penyakit

yang sangat memalukan terlebih stigma masyarakat tentang penyakit tersebut adalah

‘penyakit orang miskin’ sehingga sebagian masyarakat sangat terpukul ketika mengetahui

mereka terkena penyakit tersebut. Selain karena penyakitnya yang sudah membuat

menderita ditambah lagi dengan adanya stigma masyarakat yang sangat negatif tentang

penyakit tersebut.

Disini kami sebagai penyuluh berusaha agar masyarakat khususnya warga RW 11

Sawangan, Depok dapat memahami bahwa penyakit ini bukanlah suatu kutukan kepada

orang miskin namun penyakit ini pun dapat menjangkit semua kalangan terutama jika

imunitas mereka dalam kondisi yang lemah. Oleh karena itu kami menginformasikan

penyakit TBC dari mulai definisi, gejala utama sampai dengan cara penatalaksanaannya

agar mereka lebih mengerti dan memahami tentang penyakit TB yang sama sekali tidak

ada hubungannya dengan kutukan

Berdasarkan dari hasil analisis statistik yang telah dilakukan berdasarkan

quesioner, quesioner yang berhubungan dengan pengetahuan tertera pada nomor 1-6,8-10

terjadi peningkatan presentasi dari 63,38% yang menjawab benar dalam pretest menjadi

90,8% yang menjawab benar dalam posttest. Adapun quesioner yang berhubungan dengan

sikap seperti tertera pada nomor 7 terjadi peningkatan presentase dari 33,3% yang

menjawab benar pada pretest menjadi 87,5 % yang menjawab benar pada postest.

Sehingga dapat disimpulkan terjadi peningkatan sikap dan pengetahuan dari masyarakat

33

Page 34: Makalah Field Study Fix 2

Rw 11, Sawangan-Depok terhadap penyakit TB setelah dilaksanakan penyuluhan tentang

penyakit TB yang telah kami lakukan.

Rata-rata persentase dari hasil pretest adalah 60,38 % yang menjawab benar dan

rata-rata presentase dari hasil posttest adalah 90,5% yang menjawab benar. Sehingga

rata-rata dari analisis hasil pretest maupun posttest dapat disimpulkan penyuluhan yang

kami lakukan telah mencapai target lebih dari 70 %.

34

Page 35: Makalah Field Study Fix 2

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan TB . Materi

yang di berikan saat penyuluhan penyakit tuberkulosis kepada warga Kecamatan Sukmajaya

Rw.11 Depok bersumber dari berbagai macam buku cetak maupun elektronik dan juga

bersumber dari internet untuk media gambar dan video. media promosi berupa alat bantu lihat

(visual aids) dan media cetak maupun elektronik berupa slide presentasi, video dan selebaran

berupa leaflet yang berisi rangkuman presentasi kami.Selain menggunakan media yang atraktif

dan menarik, Komunikasi yang dilakukan baik dari segi teknik, bahasa, dan sarana yang

digunakan harus disesuaikan dengan daya nalar masyarakat yang dilihat dari segi pendidikan

dan pola pikirnya, serta teknik komunikasi yang dapat menarik perhatian dari masyarakat

tersebut agar penyuluhan yang dilakukan tidak hanya menambah pengetahuan, dan masyarakat

yang telah diberikan penyuluhan tersebut mampu memahami dan mampu menerapkannya

melalui tindakan nyata. membangun suasana yang nyaman dan kondusif bagi peserta

penyuluhan yang merupakan target utama penyuluhan ini

Adanya stigma masyarakat yang sangat negatif tentang penyakit tersebut, Disini kami sebagai

penyuluh berusaha agar masyarakat khususnya warga RW 11 Sawangan, Depok dapat

memahami bahwa penyakit ini bukanlah suatu kutukan kepada orang miskin namun penyakit ini

pun dapat menjangkit semua kalangan terutama jika imunitas mereka dalam kondisi yang lemah.

Adapun mereka /pasien TB bukan lah untuk dijauhkan namun mereka justru harus diberikan

perhatian lebih,Sehingga setelah penyuluhan yang telah kami berikan dapat lebih memahami

penyakit TBC dan mereka menjadi tahu bagaimana cara menghadapi stigma masyarakat tentang

penyakit ini.

35

Page 36: Makalah Field Study Fix 2

3.2 Saran

Agar ada lagi kunjungan kunjungan seperti ini seperti penyuluhan TB di kecamatan

sukmajaya dan Kota Depok umumnya, agar masyarakat bisa lebih peka terhadap penyakit

tuberculosis dan bisa menurunkan prevalensi dari penyakit tersebut

36

Page 37: Makalah Field Study Fix 2

DAFTAR PUSTAKA

1. PROFIL_DATA_KESEHATAN_INDONESIA_TAHUN_2011.pdf [Internet]. [cited

2013 Jan 3]. Available from:

http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_DATA_KESEHATAN_INDONESIA_TA

HUN_2011.pdf

2. Sinta Fitriana, 2011, Promosi Kesehatan, Yogyakarta: Graha Ilmu.

3. Kuliah CHOP promosi kesehatan

4. http://www.tbindonesia.or.id/pdf/2012/stranas_ran/ran_ppm.pdf : Rencana operasional

promosi kesehatan dalam pengendalian tuberkulosis:kementrian kesehatan indonesia,

pusat promosi kesehatan tahun 2010

5. http://www.depkes.go.id/downloads/kunker/12_jabar.pdf : Data/ Infomasi kesehatan

provinsi jawa barat , pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

6. http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/mediaroom/pedoman-dan-buku?

download=32:tb&start=20: Rencana aksi nasional private mix pengendalian tuberkulosis

indonesia 2011-2014, kementrian kesehatan RI , direktorat jenderal pengendalian

penyakit dan penye(4)hatan lingkungan 2011

7. http://www.bbpkciloto.org/download/7140256617117b78e01b64d5aba9c85e..pdf : Modul

pelatihan bagi tenaga promosi kesehatan di puskesmas, Departemen Kesehatan RI tahun

2008

8. TUBERKULOSIS MASIH MERUPAKAN MASALAH KESEHATAN PENTING DI

DUNIA DAN DI INDONESIA [Internet]. [cited 2012 Dec 31]. Available from:

http://depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1923-tuberkulosis-masih-merupakan-

masalah-kesehatan-penting-di-dunia-dan-di-indonesia.html

9. PDPI. TUBERKULOSIS PEDOMAN DIAGNOSIS & PENATALAKSANAAN DI

INDONESIA [Internet]. 2006 [cited 2013 Jan 3]. Available from:

http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html

10. WHO. WHO | Global Health Observatory Data Repository [Internet]. www.who.int.

2012 [cited 2013 Jan 3]. Available from: http://apps.who.int/gho/data/?vid=500

37

Page 38: Makalah Field Study Fix 2

11. PROFIL_DATA_KESEHATAN_INDONESIA_TAHUN_2011.pdf [Internet]. [cited

2013 Jan 3]. Available from:

http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_DATA_KESEHATAN_INDONESIA_TA

HUN_2011.pdf

12. DIAGNOSIS & TATALAKSANA TUBERKULOSIS ANAK.pdf [Internet]. [cited 2013

Jan 3]. Available from:

http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/123456789/723/4/BK2008-G49.pdf

13. _jabar.pdf [Internet]. [cited 2013 Jan 3]. Available from:

http://www.depkes.go.id/downloads/kunker/12_jabar.pdf

14. Data/ Infomasi kesehatan provinsi jawa barat , pusat data dan informasi Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia.

15. ran_ppm.pdf [Internet]. [cited 2013 Jan 3]. Available from:

http://www.tbindonesia.or.id/pdf/2012/stranas_ran/ran_ppm.pdf

38