Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MTBS telah diadaptasi pada tahun 1997 atas kerjasama antara Kementerian Kesehatan RI, WHO, Unicef dan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan terpadu dalam tatalaksana balita sakit. MTBS bukan merupakan program kesehatan,tetapi suatu standar pelayanan dan tatalaksana balita sakit secara terpadu di fasilitas kesehatan tingkat dasar. WHO memperkenalkan konsep pendekatan MTBS dimana merupakan strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi dan anak balita di negara-negara berkembang.
29

Makalah Baru Fixs

Aug 10, 2015

Download

Documents

'Agustina Nilam
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Baru Fixs

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

MTBS telah diadaptasi pada tahun 1997 atas kerjasama antara

Kementerian Kesehatan RI, WHO, Unicef dan IDAI (Ikatan Dokter

Anak Indonesia).

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated

Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan

terpadu dalam tatalaksana balita sakit. MTBS bukan merupakan

program kesehatan,tetapi suatu standar pelayanan dan tatalaksana

balita sakit secara terpadu di fasilitas kesehatan tingkat dasar.  WHO

memperkenalkan konsep pendekatan MTBS dimana merupakan

strategi  upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan

angka kematian dan kesakitan bayi dan anak balita di negara-negara

berkembang.

Menurut data Riskesdas tahun 2007, penyebab kematian perinatal

0 – 7 hari terbanyak adalah gangguan/kelainan pernapasan (35,9 %),

prematuritas (32,4 %), sepsis (12,0 %).Kematian neonatal 7 – 29 hari

disebabkan oleh sepsis (20,5 %), malformasi kongenital (18,1 %) dan

pneumonia (15,4 %). Kematian bayi terbanyak karena diare (42 %)

dan pneumonia (24 %), penyebab kematian balita disebabkan diare

(25,2 %), pneumonia (15,5 %) dan DBD (6,8 %).

Page 2: Makalah Baru Fixs

2

Penyakit-penyakit terbanyak pada balita yang dapat di tata laksana

dengan MTBS adalah penyakit yang menjadi penyebab utama

kematian, antara lain pneumonia, diare, malaria, campak dan kondisi

yang diperberat oleh masalah gizi (malnutrisi dan anemia). Langkah

pendekatan pada MTBS adalah dengan menggunakan algoritma

sederhana yang digunakan oleh perawat dan bidan untuk mengatasi

masalah kesakitan pada Balita. Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa

MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi

masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan

Akut (ISPA), diare, campak malaria, kurang gizi, yang sering

merupakan kombinasi dari keadaan tersebut.

Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan

kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu,

Polindes, Poskesdes, dll). MTBS mengkombinasikan perbaikan

tatalaksana kasus pada balita sakit (kuratif) dengan aspek gizi,

imunisasi dan konseling ( promotif dan preventif). Agar penerapan

MTBS dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan, maka diperlukan

langkah-langkah secara sistematis dan menyeluruh, meliputi

pengembangan sistem pelatihan, pelatihan berjenjang, pemantauan

pasca pelatihan, penjaminan ketersediaan formulir MTBS,

ketersediaan obat dan alat, bimbingan teknis dan lain-lain.

Page 3: Makalah Baru Fixs

3

Dari kedua survey di atas, menunjukkan bahwa kematian neonatal

mendominasi penyebab kematian bayi dan balita. Puskesmas

dikatakan sudah menerapkan MTBS apabila memenuhi kriteria

melaksanakan/melakukan pendekatan MTBS minimal 60% dari

jumlah kunjungan balita sakit di puskesmas tersebut.

Mengingat MTBS telah diterapkan di Indonesia sejak 1997 dan

banyak pihak yang telah berkontribusi dalam pelatihan MTBS,

tentunya banyak tenaga kesehatan yang telah dilatih MTBS dan

banyak insitusi yang terlibat di dalamnya. Sudah banyak fasilitator

dilatih MTBS dan para fasilitator ini sudah melatih banyak tenaga

kesehatan, baik di tingkat desa dan puskesmas.

Hal tersebut mendorong saya sebagai mahasiswa kebidanan untuk

mempelajari secara menyeluruh serta membuat makalah mengenai

penatalaksanaan atau manajemen pada balita sakit

B. Manfaat

1. Bagi Ilmu Kebidanan

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi mengenai

manajemen terpadu balita sakit sehingga dapat digunakan untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan asuhan kebidanan terutama

balita

Page 4: Makalah Baru Fixs

4

2. Bagi Pengguna

a. Bagi STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta

Makalah ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan

informasi sehingga dapat dijadikan sebagai sarana peningkatan

kesehatan

b. Bagi Mahasiswa STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta

Makalah ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi dan

implementasi dalam penatalaksanaan sakit pada balita.

Page 5: Makalah Baru Fixs

5

BAB IITINJAUAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Pengertian MTBS

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan

yang digagas oleh WHO dan UNICEF untuk menyiapkan petugas

kesehatan melakukan penilaian, membuat klasifikasi serta

memberikan tindakan kepada anak terhadap penyakit-penyakit

yang umumnya mengancam jiwa. MTBS bertujuan untuk

meningkatkan keterampilan petugas, memperkuat sistem kesehatan

serta meningkatkan kemampuan perawatan oleh keluarga dan

masyarakat yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1999.

MTBS merupakan paket komprehensif yang meliputi aspek

preventif, promotif, kuratif maupun rehabilitative. Metode MTBS

ini dalam menangani balita sakit menggunakan suatu algoritme,

sehingga dapat mengklasifikasi penyakit secara tepat, jika

diperlukan  dapat melakukan rujukan secara cepat, melakukan

penilaian status gizi dan memberikan imunisasi kepada balita yang

membutuhkan. Selain itu, bagi ibu balita juga diberikan

memberikan konseling mengenai tata cara memberikan obat

kepada balitanya di rumah, pemberian nasehat mengenai makanan

yang seharusnya diberikan kepada balita tersebut dan memberi tahu

Page 6: Makalah Baru Fixs

6

kapan harus kembali ataupun kembali segera untuk mendapat

pelayanan tindak lanjut.

2. Sejarah penerapan MTBS

MTBS telah diadaptasi pada tahun 1997 atas kerjasama antara

Kementerian Kesehatan RI, WHO, Unicef dan IDAI (Ikatan Dokter

Anak Indonesia).

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated

Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan

terpadu dalam tatalaksana balita sakit.

MTBS bukan merupakan program kesehatan,tetapi suatu standar

pelayanan dan tatalaksana balita sakit secara terpadu di fasilitas

kesehatan tingkat dasar.  WHO memperkenalkan konsep

pendekatan MTBS dimana merupakan strategi  upaya pelayanan

kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian dan

kesakitan bayi dan anak balita di negara-negara berkembang.

Ada 3 komponen dalam penerapan strategiMTBS yaitu:

Komponen I : meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam

tatalaksana kasus balita sakit (dokter, perawat, bidan, petugas

kesehatan)

Komponen II : memperbaiki sistem kesehatan agar penanganan

penyakit pada balita lebih efektif

Komponen III : Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat

dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus

Page 7: Makalah Baru Fixs

7

balita sakit (meningkatkan pemberdayaan keluarga dan masyarakat,

yang dikenal sebagai “Manajemen Terpadu Balita Sakit berbasis

masyarakat”).

Untuk keberhasilan penerapan MTBS, proporsi penekanan pada

ketiga komponen harus sama besar.

3. Tujuan MTBS

Penatalaksanaan pada bayi balita sakit mempunyai tujuan

diantaranya adalah

a) Menurunkan secara bermakna angka kematian dan kesakitan

yang terkait penyakit tersering pada balita.

b) Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan

perkembangan kesehatan anak.

4. Cara menatalaksana balita sakit dengan pendekatan MTBS

Seorang balita sakit dapat ditangani dengan pendekatan MTBS

oleh Petugas kesehatan yang telah dilatih. Petugas memakai tool

yang disebut Algoritma MTBS untuk melakukan

penilaian/pemeriksaan dengan cara menanyakan kepada orang

tua/wali, apa saja keluhan-keluhan/masalah anak kemudian

memeriksa dengan cara 'lihat dan dengar' atau 'lihat dan raba'.

Setelah itu petugas akan mengklasifikasikan semua gejala

berdasarkan hasil tanya-jawab dan pemeriksaan. Berdasarkan

hasil klasifikasi penyakit, petugas akan menentukan

tindakan/pengobatan, misalnya anak dengan klasifikasi

Page 8: Makalah Baru Fixs

8

Pneumonia Berat atau Penyakit Sangat Berat akan dirujuk ke

dokter Puskesmas.

Berdasarkan hasil penilaian hal-hal tersebut di atas, petugas akan

mengklasifikasi keluhan/penyakit anak, setelah itu petugas

melakukan langkah-langkah tindakan/pengobatan yang telah

ditetapkan dalam penilaian/klasifikasi.

Bayi yang berusia s/d 2 bulan, dipakai penilaian dan klasifikasi

bagi Bayi Muda (0-2 bulan) memakai Manajemen Terpadu Bayi

Muda (MTBM) yang merupakan bagian dari MTBS. Penilaian

dan klasifikasi bayi

Pemeriksaan dan tindakan secara lengkap tentunya tidak akan

diuraikan disini karena terlalu panjang. Sebagai gambaran, untuk

penilaian dan tindakan/pengobatan bagi setiap balita sakit,

pendekatan MTBS memakai 1 set Bagan Dinding yang

ditempelkan di tembok ruang pemeriksaan dan dapat memenuhi

hampir semua sisi tembok ruang pemeriksaan MTBS di

Puskesmas dan formulir pencatatan baik bagi bayi muda (0-2

bulan) maupun balita umur 2 bulan-5 tahun. Sedangkan untuk

pelatihan petugas, diperlukan 1 paket buku yang terdiri dari 7

buku Modul, 1 buku Foto, 1 buku Bagan, 1 set bagan dinding

serta 1 set  buku Pedoman Fasilitator dengan lama pelatihan

selama 6 hari ditambah pelajaran pada sesi malam.

Page 9: Makalah Baru Fixs

9

B. Jurnal yang Mendukung

Penelitian yang dilaksanakan pada bulan September-

Nopember 2004 oleh Muhammad Tarmidzi dkk dengan subjek

penelitian diperoleh melalui laporan perkembangan status gizi balita

dan laporan hasil penimbangan bulan Agustus 2004 yang

dikelompokkan dalam daftar subjek penelitian untuk kelompok kasus

dan kontrol oleh petugas gizi puskesmas. Dari perhitungan kemudian

didapatkan jumlah kasus yang dibutuhkan di Puskesmas Kokap I

sebanyak 22 anak, Kokap II sebanyak 6 anak, Samigaluh I sebanyak

24 anak dan Samigaluh II sebanyak 19 anak. Jumlah kontrol sama

dengan sampel menurut wilayah puskesmas tersebut. Penelitian ini

dirancang sebagai studi kasus kontrol retrospektif bersarang.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kokap dan Samigaluh

Kecamatan selama 3 bulan periode yang dimulai pada Agustus 2004.

Kasus adalah anak-anak di bawah lima tahun yang menderita gizi dan

gizi buruk. Kontrol adalah anak-anak sehat yang tidak menderita

kekurangan gizi. Data diolah oleh program komputer. Analisis

bivariat dilakukan untuk menilai hubungan antara status gizi dan

malaria.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

antara malaria dan status gizi antar anak di bawah lima tahun di

Kecamatan Kokap dan Samigaluh Kecamatan dari Kulonprogo

Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta Provinsi (p = 0,308). Rasio

odds malaria antara kasus adalah 1,54 (95% CI = 0,62-3,87) dengan

kesimpulan tidak ada hubungan antara malaria dan status gizi balita di

Kokap dan Samigaluh Kecamatan dari Kulonprogo Daerah, Daerah

Istimewa Yogyakarta.

Page 10: Makalah Baru Fixs

10

BAB III

ASUHAN KEBIDANAN

Manajemen Terpadu Balita Sakit

An D Umur 11 Bulan Dengan Demam Bukan Malaria

Di BPS Atiek Pujiati

No RM : 044

Tanggal : 7 Februari 2013

Pengkajian data oleh Tria Harsiwi Nurul Insani

I. Data Subyektif

Identitas

Nama Anak : An.D

Umur : 11 bulan

Jenis Kelamin : perempuan

Alamat : Cebongan Kidul, Sleman

Nama Ibu : Ny. S Nama Ayah : Tn. A

Umur : 39 tahun Umur : 35 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku :Jawa/Indonesia Suku : jawa

Pendidikan : SMA Pendidikan : S1

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

1. Alasan Kunjungan : Ibu ingin memeriksakan anaknya

Page 11: Makalah Baru Fixs

11

2. Keluhan Utama : anak panas sejak tadi malam, tidak pilek,

tidak batuk

3. Riwayat Imunisasi

Ibu mengatakan anak telah mendapatkan imunisasi lengkap yaitu

Hb0, BCG, DPT I sampai III, Polio I sampai IV dan campak

4. Riwayat Kesehatan Anak dan Keluarga

a. Ibu mengatakan sejak tadi malam anak demam. Anak tidak

mempunyai riwayat penyakit sepeti TBC, Hepatitis, asma,

bronkhitis.

b. Ibu mengatakan keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit

menurun, menular dan menahun seperti hepatitis, HIV/AIDS,

TBC, Diabetes, Hipertensi, asma dan jantung

5. Riwayat pemenuhan kebutuhan sehari-hari

a. Pola Nutrisi

1) Makan

3x/hari, jenis makanan keluarga porsi kecil , tidak ada

keluhan

2) Minum

6-8 gelas/hari, jenis (air putih, susu) porsi 1 gelas belimbing,

tidak ada keluhan

b. Pola eliminasi

1) BAK : 5-6 x/hari, konsistensi cair, warna kuning jernih,

bau khas, tidak ada keluhan.

2) BAB : 1x/hari, konsistensi lembek, warna kuning

kecoklatan, bau khas, tidak ada keluhan

c. Pola Aktivitas ; anak sering bermain dengan temannya, saat

sakit ini aktivitas berkurang

d. Istirahat :

Page 12: Makalah Baru Fixs

12

Tidur siang 2 jam / hari

Tidur malam 10 jam/hari, keluhan anak saat ini sering

terbangun karena merasa tak enak badan

e. Personal Hygiene

Mandi 2x/hari, ganti pakaian 2x/hari

6. Riwayat Tumbuh Kembang

Menurut ibu tumbuh kembang anak normal

7. Riwayat Psikososialspiritual

Ibu dan keluarga khawatir dengan keadaan anak, ibu berharap anak

lekas sembuh, ibu dan keluarga selalu berdoa untuk kesembuhan

anak

II. Data Obyektif

Keadaan umum : baik Kesadaran : composmentis

BB ; 7,5 kg S ; 38,5 0C

R : 37 x/mnt

Pemeriksaan Fisik

Kepala : mesochepal, rambut bersih

Muka : tidak pucat

Mata : sklera putih, konjungtiva merah muda

Hidung : bersih, tidak ada polip, tidak ada lendir

Telinga : tidak ada pembengkakan, tidak ada nanah yang

keluar, tidak ada kemerahan

Dada : payudara simetris, auskultasi tidak ada suara

ronchi maupun wheezing

Abdomen : Bersih, tidak kembung

Eksremitas : simetris, gerakan aktif , telapak tangan tidak pucat,

akral hangat

Pemeriksaan penunjang : tidak dilakukan

Page 13: Makalah Baru Fixs

13

III. Analisa

An.S umur 11 bulan dengan demam bukan malaria

IV.Penatalaksanaan

1) Memberitahukan kepada ibu bahwa berdasarkan hasil

pemeriksaananak ibu saat ini demam bukan malaria, Suhu 38,5 oC. Ibu mengerti dan agak cemas

2) Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri anak,

menjaga dan memperhatikan makan dan minum anak, serta

menjaga istirahat anak agar terpenuhi. Ibu mengerti dan akan

melakukannya.

3) Menganjurkan ibu untuk melakukan kompres hangat pada

anak jika terasa panas. Ibu mengerti dan akan melakukannya.

4) Memberikan ibu terapi obat paracetamol ¼ tablet (500mg)

dalam bentuk puyer diminum tiap 6 jam sampai demam hilang.

Ibu mengerti dan akan meminumkannya

5) Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang 2 hari jika tetap

demam. Ibu mengerti dan akan mewaspadainya

6) Menganjurkan ibu untuk kembali segera apabila ada keluhan

lain / keadaan anak memburuk. Ibu mengerti dan akan

mewaspadainya

7) Melakukan Pendokumentasian pada buku register

Page 14: Makalah Baru Fixs

14

BAB IV

PEMBAHASAN

Kasus yang ada pada Bab III adalah kasus balita sakit dengan

keluhan panas/demam selama sehari tidak disertai pilek dan batuk. Daerah

anak tinggal merupakan daerah risiko rendah penyakit malaria. Tanya jawab

dengan orang tua mengenai keluhan yang dirasakan anak tersebut kemudian

diakukan pemeriksaan dengan ‘lihat dan raba’.

Dari lihat dan raba pada anak didapatkan hasil

a. Tidak ada tanda bahaya umum

b. Anak tidak kaku kuduk

c. Anak tidak pilek

d. Mata tidak merah

e. Tidak ada ruam merah pada kulit

Setelah didapatkan hasil tersebut kemudian dilakukan pengklasikasian

penyakit. Klasifikasi penyakit yang dari gejala yang dialami ana adalah

Demam Bukan Malaria. Hal ini dikarenakan daerah anak tinggal

merupakan daerah risiko rendah malaria, tidak ada tanda bahaya umum dan

tidak ada kaku kuduk pada balita.

Berdasarkan hasil klasifikasi penyakit tersebut, bidan menentukan

tindakan/pengobatan sesuai yang ada dalam buku bagan MTBS yaitu

1. Beri dosis pertama paracetamol yang sesuai

Page 15: Makalah Baru Fixs

15

Pamol diminum tiap 6 jam ¼ tablet 500 mg dalam bentuk puyer 10

bungkus. Diminum sampai demam hilang.

Hal ini sesuai dengan bagan MTBS yaitu dosis sesuai berat badan anak

(7,5 kg) adalah ¼ tablet paracetamol (500 mg) didapatkan 125 mg

sekali minum, diminum tiap 6 jam sekali smapai demam hilang

2. Obati penyakit lain dari demam

3. Jika demam lebih dari 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan

4. Nasihati kembali segera

5. Kunjungan ulang 2 hari jika anak tetap demam

Pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit pada kasus yang ditemukan

di lahan praktek dalam hal ini BPS Atiek Pujiati telah sesuai dengan teori-

teori relevan yang sudah ada. Hal ini dapat dilihat pada tabel kesesuaian

teori dan penatalaksanaan yang dilakukan di lahan berikut ini :

Teori Penatalaksanaan di Lahan Praktek

1. Melakukan Tanya jawab

pada ibu atau keluarga anak

mengenai keluhan yang

dirasakan

1. Tanya jawab dilakukan pada ibu

atau keluarga anak mengenai

keluhan yang dirasakan anak. Ibu

mengeluh anak demam sehari tidak

disertai pilek maupun batuk

Page 16: Makalah Baru Fixs

16

2. ‘Lihat dan Raba’ atau ‘Lihat

Dengar’

3. Mengklasifikasikan penyakit

sesuai hasil tanya jawab dan

lihat raba

4. Memberikan terapi

pengobatan/tindakan untuk

demam yang sesuai

Balita umur6 bulan - <3tahun

(7<14kg) yaitu

a. ¼ tablet 500mg

b. 1 tablet 100 mg

c. 5 ml pamol sirup

120mg/5ml

2. ‘Lihat dan Raba’ didapatkan hasil

a. Tidak ada tanda bahaya umum

b. Anak tidak kaku kuduk

c. Anak tidak pilek

d. Mata tidak merah

e. Tidak ada ruam merah pada

kulit

3. Mengklasifikasikan penyakit sesuai

hasil tanya jawab dan lihat raba

Klasifikasi “Demam Bukan

Malaria”

4. Memberikan terapi

pengobatan/tindakan yang sesuai

Terapi yang diberikan oleh lahan

praktek sesuai dengan teori yaitu

paracetamol ¼ tablet 500mg (125

mg) sekali minum diminum tiap 6

jam sampai demam hilang

Page 17: Makalah Baru Fixs

17

Diminum tiap 6 jam

sampai demam hilanh

5. Memberitahu kapan kembali

segera dan kunjungan ulang

6. Memberitahu kunjungan

ulang 2 hari jika tetap demam

5. Memberitahu kapan kembali segera

yaitu jika ada gejala lain maupun

demam tak kunjung turun

6. Kunjungan ulang 2 hari jika tetap

demam

Page 18: Makalah Baru Fixs

18

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

MTBS Bila dilaksanakan dengan baik, upaya ini tergolong lengkap untuk

mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi

dan balita. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya kuratif (pengobatan),

preventif (pencegahan), perbaikan gizi, imunisasi dan konseling

(promotif). Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa

pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang

dalam upaya menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi

dan balita.

Penerapan Manajemen terpadu pada balita sakit di BPS Atiek Pujiati

sudah sesuai dengan penatalaksanaan dalam teori dan modul MTBS.

Anamnesa dan penapisan awal dilakukan secara menyeluruh sehingga

klasifikasi penyakit yang diderita bayi atau balita dapat diketahui.

B. Saran

Setelah mengetahui berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian

pada bayi maupun balita dan mengetahui cara penilaian kesehatan

berdasarkan form MTBS diharapkan kepada petugas kesehatan untuk

dapat mengaplikasikannya dalam melakukan penilaian kesehatan secara

tepat sesuai teori yang sudah ada. Selain itu disarankan kepada mahasiswa

Page 19: Makalah Baru Fixs

19

kebidanan agar dapat membuat makalah yang lebih sempurna dari

makalah ini.

Page 20: Makalah Baru Fixs

20

Daftar Pustaka

1. Departemen Kesehatan RI, 2008, Modul MTBS Revisi tahun 2008

2. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1.

Jakarta : Salemba Medika

3. Mansjoer, Arif M, dkk . 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta :

Media Aesculapius

4. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

5. Tarmidzi, Muhammad. 2007. Hubungan Kejadian Malaria Dengan Status

Gizi Balita. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat Vol 23.