BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangLimfoma Non-Hodgkin (LNH)
adalah kelompok keganasan primer limfosit yang dapat berasal dari
limfosit B, limfosit T dan kadang (amat jarang) berasal dari sel NK
(natural killer) yang berada dalam sistem limfe; yang sangat
heterogen, baik tipe histologis, gejala, perjalanan klinis, respon
terhadap pengobatan, maupun prognosis. LNH merupakan kumpulan
penyakit keganasan heterogen yang mempengaruhi sistem limfoid: 80%
berasal dari sel B dan yang lain dari sel T. Pada LNH sebuah sel
limfosit berproliferasi secara tak terkendali yang mengakibatkan
terbentuknya tumor. Seluruh sel LNH berasal dari satu sel limfosit,
sehingga semua sel dalam tumor pasien LNH sel B memiliki
imunoglobulin yang sama pada permukaan selnya. Pada tahun 2000 di
Amerika Serikat diperkirakan terdapat 54.900 kasus baru, dan 26.100
orang meninggal karena LNH. Di Amerika Serikat, 5% kasus LNH baru
terjadi pada pria, dan 4% pada wanita per tahunnya. LNH secara umum
lebih sering terjadi pada pria. Insidensi LNH meningkat seiring
dengan bertambahnya usia dan mencapai puncak pada kelompok usia
80-84 tahun. Saat ini angka pasien LNH di Amerika semakin meningkat
dengan pertambahan 5-10% per tahunnya, menjadikannya urutan kelima
tersering dengan angka kejadian 12-15 per 100.000 penduduk. Di
Perancis penyakit ini merupakan keganasan ketujuh tersering. Di
Indonesia sendiri LNH bersama-sama dengan penyakit Hodgkin dan
leukemia menduduki urutan keenam tersering. Sampai saat ini belum
diketahui sepenuhnya mengapa angka kejadian LNH terus meningkat.
Adanya hubungan yang erat antara penyakit AIDS dan LNH kiranya
memperkuat dugaan adanya hubungan antara LNH dengan infeksi.Limfoma
non hodgkin merupakan proliferasi kronal yang ganas limfosit T dan
B yang terdapat bersama berbagai tingkat beban tumor. Keganasan ini
tidak boleh dirancukan dengan kelainan limfoproliferatif
poliklonal. Kedua kelompok penyakit tadi terjadi dengan frekuensi
meningkat pada anak dengan status imunodefisiensi herediter seperti
ataksia-telangiektasia, sindrom wikott-aldrich, imunodefisiensi
campuran, dan sindrom limfoproliferatif terkait-X (XLP). Sindrom
XLP ditandai dengan sensitivitas mencolok terhadap penyakit
akibat-EBV, termasuk mononukleosis infeksiosa yang fatal, yang
terjadi pada lebih kurang 57% kasus.LNH yang melibatkan sumsum
tulang dibedakan dari leukimia limfoblastik akut dengan stadium
keterlibatan sumsum tulang. Penderita yang menunjukkan lebih dari
25% penggantian sumsum tulang dimasukkan kedalam leukimai
limfoblastik akut (LLA) dan kasus lainnya disebut sebagai LNH
dengan keterlibatan sumsum.
Klasivikasi Limfoma Non HodgkinPenggolongan histologis LNH
merupakan masalah yang rumit dan sukar, yang kerap menggunakan
istilah-istilah yang dimaksudkan untuk tujuan yang berbeda-beda
sehingga tidak memungkinkan diadakannya perbandingan yang bermakna
antara hasil dari berbagai pusat penelitian. Terdapat lebih dari 20
klasifikasi yang berbeda untuk NHL. Perkembangan terakhir
klasifikasi yang banyak dipakai dan diterima di banyak pusat
kesehatan adalah formulasi praktis (Working Formulation/WF) dan
REAL/WHO (Revised European-American Classification of Lymphoid
Neoplasms). WF menjabarkan karakteristik klinis dengan deskriptif
histopatologis, namun belum menginformasikan jenis sel limfosit B
atau T, maupun berbagai patologis klinis yang baru. WF membagi LNH
atas derajat keganasan rendah, menengah dan tinggi yang
mencerminkan sifat agresifitas mereka. Klasifikasi WHO/REAL
beranjak dari karakter imunofenotif (sel B, sel T dan sel NK) dan
analisa lineage sel limfoma. Klasifikasi terakhir ini diharapkan
menjadi patokan baku cara berkomunikasi di antara ahli
hematologi-onkologi medik.
1.1.1 NHL derajat rendahIni termasuk penyakit seperti limfoma
folikular dan makroglobulinemia Waldenstrm. Biasanya kelainan
timbul lambat, dengan progresi yang lambat pula. Kelainan ini
biasanya bisa dikontrol dengan kemoterapi oral. Seseorang dengan
limfoma derajat rendah, jaringan limfoid terkait mukosa, yang
berbatasan dengan lambung, dianggap terkait dengan infeksi
Helicobacter pylori dan memberikan respon terhadap antibiotik.
Sampai saat ini, belum tersedia penyembuhan limfoma derajat rendah.
Harapan hidup median adalah 8 10 tahun, tetapi angka kematian
bervariasi.1.1.2 NHL derajat menengah dan tinggiPenyakit-penyakit
ini adalah penyakit yang agresif dengan onset dan progresivitas
yang cepat. Pasien dengan limfoma derajat sedang, jenis
limfositik-nodular, pada awalnya cenderung berada pada stadium yang
lebih lanjut, dengan sekitar 60 80 % insiden terkenanya sumsum
tulang. Jaringan limfatik tonsilar pada orofaring dan nasofaring
(disebut cincin Waldeyer) juga merupakan tempat yang diserang pada
15 30 % pasien. Limfoma Burkitt dan imunoblastik merupakan limfoma
derajat tinggi dan mempunyai kecenderungan mengenai SSP. SSP juga
merupakan daerah yang sering terkena pada pasien relaps dengan
penyakit stadium IV bersama daerah lain yang sebelumnya terkena.
Meskipun limfoma derajat sedang dan tinggi sangat agresif dan fatal
tanpa pengobatan, limfoma ini berespon terhadap kemoterapi dan
berpotensi untuk sembuh. Dengan kemoterapi intensif, 20 40 % pasien
berusia < 60 tahun dapat sembuh. Sisanya meninggal karena
penyakit ini.1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Apa pengertian Limfoma Non
Hodgkin? 1.2.2 Bagaimana etiologi dan faktor resiko limfoma non
hodgkin?1.2.3 Bagaimana Manifestasi klinis limfoma non
hodgkin?1.2.4 Bagaimana patofisiologi/WOC limfoma non hodgkin?1.2.5
Bagaimana Klasifikasi limfoma non hodgkin? 1.2.6 Bagaimana Tahapan
penyakit limfoma non hodgkin?1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan
limfoma non hodgkin?
1.3 Tujuan Masalah1.3.1 Untuk mengetahui pengertian limfoma non
hodgkin.1.3.2 Untuk mengetahui etiologi dan faktor resiko limfoma
non hodgkin.1.3.3 Untuk mengetahui manifestasi klinis Limfoma non
hodgkin.1.3.4 Untuk mengetahui patofisiologi limfoma non
hodgkin.1.3.5 Untuk mengetahui Klasifikasi limfoma non
hodgkin.1.3.6 Untuk mengetahui tahapan penyakit pada limfoma non
hodgkin1.3.7 Untuk mengetahui penatalaksanaan limfoma non
hodgkin
BAB 2PEMBAHASAN2.1 Pengertian Limfoma Non HodgkinLimfoma non
hidgkin adalah keganasan limfosit-B dan sistem sel limfosit T.
Kebanyakan pasien dengan limfoma hodking masuk dalam kategori besar
karena gambaran klinisnya: nodular, tipe lamban dan menyebar,
limfoma agresif. Untuk tujuan pengobatan, pembagian ini juga
diklasifikasikan sebagai limfoma rendah, intermediet, atau derajat
tinggi. Pengobatan pada limfoma non hodgkin meliputi radioterapi
atau kemoterapi (biasanya kombinasi agen antineoplastik).Lebih dari
45.000 pasein di diagnosis sebagai limfoma non hodgkin (LNH) setiap
tahun di amerika serikat. Limfoma non hodgkin, khususnya limfoma
susunan saraf pusat biasa ditemukan pada pasien dengan keadaan
defisiensi imun dan yang mendapat obat-obat imunosupresif, seperti
pada pasien dengan transplantasi ginjal dan jantung.LNH adalah
suatu penyakit yang heterogen. Bergantung pada gambaran his telogis
tumomnya, perjalanan penyaldt penderita dapat bermacam-macam mulai
dari yang perkembangannya amat lambat dan dapat disandang dengan
baik sampai pada yang cepat berkembang menjadi fatal.
Penderita-penderita penyakit LNH derajat keganasan rendah acapkali
tidak memerlukan pengobatah selama bertahun-tahun, namun
penyembuhan yang sempurna jarang terjadi. Sebaliknya beberapa
kelompok dengan penyakit yang cepat menjadi fatal bila tidak
diobati, mempunyai harapan untuk sembuh jika mendapat pengobatan
yang tepat. Selain bergantung pada gambaran histologis tumor,
pengobatan LNH bergantung juga pada tingkat penyakit penderita.
Hingga saat ini belum ada keseragaman mengenai
pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan dalam penatalaksanaan
penderita penyakit LNH. Dinegar-negara maju acapkali dilakukan
berbagai pemeriksaan yang rumit dan mahal untuk dapat memperoleh
keterangan yang lengkap mengenai penyakit penderita. Selain biaya
pemeriksaannya, biaya pengobatan penyait LNH juga sangat mahal,
sedangkan hasil yang dicapai acapkali mengecewakan. Memperpanjang
masa harapan hidup penderita dengan beberapa bulan mungkin
pentingnya artinya dalam rangkaian up coba klinis untuk perbaikan
pengobatan penderita di masa depan, tetapi agaknya tidak relevan
untuk negara yang mempunyai keterbatasan dana seperti di indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengenal pola penyakit LNH di
indonesia (meliputi aspek histologis, sitologis, imunologis dan
klinis) serta menentukan strategi yang paling berdaya guna dan
tepat guna dalam menetapkan diagnosis, tingkat penyaldt dan
pengobatan penyakit LNH di negara ini, dengan mempertimbangkan
hambatan segi kedokteran maupun ekonomi yang terdapat disini. 2.2
Etiologi dan Faktor Resiko Limfoma Non HodgkinEtiologi sebagian
besar LNH tidak diketahui. Namun terdapat beberapa faktor resiko
terjadinya LNH antara lain :2.2.1 ImunoDefisiensi: 25% kelainan
herediter langka yang berhubungan dengan terjadinya LNH antara lain
adalah: severe combined immunodeficiency, hypogammaglobulinemia,
common variable immunodeficiency, Wiskott-Aldrich syndrome, dan
ataxia-telangiectasia. Limfoma yang berhubungan dengan
kelainan-kelainan tersebut seringkali dihubungkan pula dengan
Epstein-Barr virus (EBV) dan jenisnya beragam, mulai dari
hiperplasia poliklonal sel B hingga limfoma monoklonal.2.2.2 Agen
Infeksius: EBV DNA ditemukan pada 95% limfoma Burkitt endemik, dan
lebih jarang ditemukan pada limfoma Burkitt sporadik. Karena tidak
pada semua kasus limfoma Burkitt ditemukan EBV, hubungan dan
mekanisme EBV terhadap terjadinya limfoma Burkitt belum diketahui.
Sebuah hipotesis menyatakan bahwa infeksi awal EBV dan faktor
lingkungan dapat meningkatkan jumlah prekursor yang terinfeksi EBV
dan meningkatkan resiko terjadinya kerusakan genetik. EBV juga
dihubungkan dengan posttransplant lymphoproliferative disorders
(PTLDs) dan AIDS-associated lymphomas.1. Paparan Lingkungan dan
Pekerjaan: Beberapa pekerjaan yang sering dihubungkan dengan resiko
tinggi adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini
disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut organik.2. Diet dan
Paparan L ainnya: Resiko LNH meningkat pada orang yang mengkonsumsi
makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan yang terkena paparan
ultraviolet.Penyebab pasti limfoma Hodgkin maupun non-Hodgkin masih
belum diketahui. Namun diperkirakan aktivasi abnormal gen tertentu
mempunyai peran dalam timbulnya semua jenis kanker, termasuk
limfomaa. HODGKIN : Pada penyakit ini ditemukan adanya perkembangan
sel B abnormal atau dinamakan sel Reed-Sternberg akibat pengaruh
paparan virus epstein barr (EBV). Terkait Proses Transkripsi sel B
yang terganggu.b. NON HODGKIN : Pada limfoma jenis ini penyakit
berkembang dari limfosit yang abnormal yang akan terus membelah dan
bertambah banyak dengan tidak terkontrol akibat faktor keturunan,
kelainan sistem kekebalan, infeksi virus atau bakteria (HIV, HCV,
EBV, Helicobacter Sp) dan toksin lingkungan (herbisida, pengawet
dan pewarna kimia). Pembelahan yang tak terkendali dari limfosit B
dan T akibat mutasi sel menjadi sel ganas.Penyebab pasti limfoma
Hodgkin masih belum diketahui (idiopatik).Namun, orang yang
mengidap penyakit ini atau yang sudah mengalami remisi
memperlihatkan mengalami penurunan imunitas yang diperantarai oleh
sel T. selain itu kelompok kelompok kasus sporadic mengisyaratkan
bahwa suatu virus, mungkin dari kelompok herpes, ikut berperan.
Mungkin terdapat kecenderungan genetic untuk mengidap penyakit ini.
Diperkirakan aktivasi gen abnormal tertentu mempunyai peran dalam
timbulnya semua jenis kanker, termasuk limfoma. Penyebabnya tidak
diketahui, walaupun beberapa ahli menduga bahwa penyebabnya adalah
virus, seperti virus Epstein Barr dan penyakit ini tampaknya tidak
menular. Namun terdapat beberapa faktor risiko terkait timbulnya
penyakit limfoma, yaitu : Orang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) atau yang mendapat terapi
imunosupresan memiliki risiko tinggi untuk timbulnya limfoma.1.
Orang yang sering kontak dengan herbisida atau pestisida, misalnya
petani2. Infeksi virus Epstien-Barr atau human T-cell
lymphocytotropic virus (HTVL). HTVL menyebabkan limfoma sel T3.
Genetik4. Jenis kelamin2.3 Manifestasi Klinis Gejala yang biasa
muncul pada pasien dengan Limfoma Non-Hodgkin yaitu :2.3.1
Demam2.3.2 Berkeringat pada malam hari2.3.3 Kehilangan berat
badan2.3.4 Keletihan2.3.5 Sakit perut2.3.6 Pembengkakan2.3.7
Nyeri2.3.8 Pembesaran kelenjar limfe2.3.9 Anoreksia2.3.10
MualGejala awal yang dapat dikenali adalah pembesaran kelenjar
getah bening di suatu tempat (misalnya leher atau selangkangan)
atau di seluruh tubuh. Kelenjar membesar secara perlahan dan
biasanya tidak menyebabkan nyeri.Kadang pembesaran kelenjar getah
bening di tonsil (amandel) menyebabkan gangguan menelan. Pembesaran
kelenjar getah bening jauh di dalam dada atau perut bisa menekan
berbagai organ dan menyebabkan:1 Gangguan pernafasan2 Berkurangnya
nafsu makan3 Sembelit berat4 Nyeri perut5 Pembengkakan tungkai
Jika limfoma menyebar ke dalam darah bisa terjadi leukemia.
Limfoma dan leukemia memiliki banyak kemiripan. Limfoma non-Hodgkin
lebih mungkin menyebar ke sumsum tulang, saluran pencernaan dan
kulit. Pada anak-anak, gejala awalnya adalah masuknya sel-sel
limfoma ke dalam sumsum tulang, darah, kulit, usus, otak dan tulang
belakang; bukan pembesaran kelenjar getah bening. Masulknya sel
limfoma ini menyebabkan anmeia, ruam kulit dan gejala neurologis
(misalnya kelemahan dan sensasi yang abnormal).Biasanya yang
membesar adalah kelenjar getah bening di dalam, yang menyebabkan:a.
pengumpulan cairan di sekitar paru-paru sehingga timbul sesak
nafasb. penekanan usus sehingga terjadi penurunan nafsu makan atau
muntahc. penyumbatan kelenjar getah bening sehingga terjadi
penumpukan cairan.
2.4 WOC
2.5 Klasifikasi Limfoma Non Hodgkin Ada 2 klasifikasi besar
penyakit ini yaitu: 2.5.1 Limfoma non Hodgkin agresif.Limfoma non
Hodgkin agresif kadangkala dikenal sebagai limfoma non Hodgkin
tumbuh cepat atau level tinggi. Karena sesuai dengan namanya,
limfoma non Hodgkin agresif ini tumbuh dengan cepat. Meskipun nama
agresif kedengarannya sangat menakutkan, limfoma ini sering
memberikan respon sangat baik terhadap pengobatan.Meskipun pasien
yang penyakitnya tidak berespon baik terhadap standar pengobatan
lini pertama,sering berhasil baik dengankemoterapidantransplantasi
sel induk. Pada kenyataannya, limfoma nonHodgkin agresif lebih
mungkin mengalamikesembuhantotal daripada limfoma non
Hodgkinindolen. 2.5.2 Limfoma non Hodgkin indolen.Limfoma non
Hodgkin indolen kadang-kadang dikenal sebagai limfoma non Hodgkin
tumbuh lambat atau level rendah. Sesuai dengan namanya, limfoma non
Hodgkin indolen tumbuh hanya sangat lambat. Secara tipikal ia pada
awalnya tidak menimbulkan gejala, dan mereka sering tetap tidak
terditeksi untuk beberapa saat. Tentunya, mereka sering ditemukan
secara kebetulan, seperti ketika pasien mengunjungi dokter untuk
sebab lainnya. Dalam hal ini, dokter mungkin menemukan pembesaran
kelenjar getah bening pada pemeriksaan fisik rutin. Kadangkala,
suatu pemeriksaan, seperti pemeriksaan darah, atau suatusinar-X,
dada, mungkin menunjukkan sesuatu yang abnormal, kemudian diperiksa
lebih lanjut dan ditemukan terjadi akibat limfoma non Hodgkin.
Gejala yang paling sering adalah pembesarankelenjar getah bening,
yang kelihatan sebagai benjolan, biasanya di leher, ketiak dan
lipat paha. Pada saat diagnosis pasien juga mungkin mempunyai
gejala lain dari limfoma non Hodgkin. Karena limfoma non Hodgkin
indolen tumbuh lambat dan sering tanpa menyebabkanstadiumbanyak
diantaranya sudah dalam stadium lanjut saat pertama
terdiagnosis.
2.6 Tahapan PenyakitPenyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam
4 stadium. Stadium I dan II sering dikelompokkan bersama sebagai
stadium awal penyakit, sementara stadium III dan IV dikelompokkan
bersama sebagai stadium lanjut. 2.6.1 Stadium I : Penyebaran
Limfoma hanya terdapat pada satu kelompok yaitu kelenjar getah
bening. 2.6.2 Stadium II : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau
lebih kelompok kelenjar getah bening, tetapi hanya pada satu sisi
diafragma, serta pada seluruh dada atau perut. 2.6.3 Stadium III :
Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar getah
bening, serta pada dada dan perut. 2.6.4 Stadium IV : Penyebaran
Limfoma selain pada kelenjar getah bening setidaknya pada satu
organ lain juga seperti sumsum tulang, hati, paru-paru, atau
otak.Penentuan stadium merupakan salah satu pola penting dalam
manajemen LNH yang bertujuan untuk mengetahui status penyakit dan
memilih pengobatan yang relevan serta memudahkan evaluasi hasil
terapi. Klasifikasi yang populer digunakan adalah klasifikasi
menurut Arnn Arborr (1971) sebagai berikut:2.7
PenatalaksanaanTerapi yang dilakukan biasanya melalui pendekatan
multidisiplin. Terapi yang dapat dilakukan adalah:2.7.1
RadioterapiLNH sangat radiosensitif. Radioterapi ini dapat
dilakukan untuk penyakit lokal, paliatif, dan stadium I limfoma
indolen.Terapi radiasi (atau radioterapi) menggunakan sinar energi
tinggi untuk membunuh sel-sel NHL. Prosedur ini dapat membantu
menyusutkan tumor dan mengendalikan rasa sakit. Ada 2 tipe
radioterapi yang digunakan untuk mengobati pasien dengan limfoma:
1. Radiasi Eksternal: Mesin penyinar diarahkan pada bagian tubuh
dimana terdapat kumpulan sel limfoma terbesar/terbanyak. Terapi
yang terlokalisir ini hanya berdampak pada sel-sel yang terdapat
pada area pengobatan. Umumnya pasien datang berobat ke rumah sakit
atau klinik selama 5 kali dalam seminggu dan berjalan selama
beberapa minggu. 2. Radiasi Sistemik: Beberapa pasien Limfoma
menerima suntikan yang berisi materi radioaktif yang menyebar ke
seluruh tubuh. Materi radioaktif tersebut diikat pada sistem
antibodi yang mengincar serta menghancurkan sel-sel limfoma.
2.7.2 Kemoterapi, dapat dilakukan pada1. LNH indolen derajat
ringan dengan menggunakan klorambusil atau siklofosfamid, dengan
atau tanpa prednison.2. Limfoma stadium I atau II derajat menengah
atau tinggi, biasanya berespons baik terhadap kombinasi kemoterapi
dengan atau tanpa radioterapi. Angka penyembuhan sekitar 80-90%.3.
Limfoma agresif derajat menengah atau tinggi, seperti limfoblastik
atau limfoma burkitt, dapat langsung mendapatkan regimen kombinasi
kemoterapi, seperti CHOP (siklofosfamid, doksorubisnis, vinkristin,
dan prednison)
Pengobatan Kemoterapi menggunakan obat yang disebut cytotoxics.
Obat ini membunuh sel kanker, namun juga dapat membunuh sel-sel
normal seperti sel darah. Dengan demikian komplikasi seperti anemia
dan rentan terhadap infeksi mungkin terjadi. Karena itu, infeksi
mendadak dan infeksi yang mengancam keselamatan jiwa saat tingkat
sel darah putih rendah, sangat dikhawatirkan.
2.7.3 Kombinasi radioterapi dan kemoterapi setelah biopsi bedah,
biasa dilakukan sebagai modalitas pengobatan.2.7.4 Terapi
biologisProsedur ini umumnya terdiri dari monoclonal antibodies,
yang terdiri dari molekul-molekul protein yang dirancang khusus
untuk mengikat sel-sel limfoma tertentu (melalui cell serface
markers) dan membunuh mereka. Contoh dari monoclonal antibodies
MabThera untuk limfoma sel B yang memiliki CD-20 surface markers
dan campath untuk limfoma sel T.2.7.5 Pencangkokan sel
puncaProsedur ini dapat dilakukan sebagai pengobatan limfoma, dalam
konteks bila limfoma kembali menyerang. Prosedur ini juga dikenal
sebagai kemoterapi dosistinggi. Pada prinsipnya, prosedur ini
menggunakan dosis besar kemoterpi untuk membunuh atau mengatasi sel
limfoma yang melakukan perlawanan. Sel punca kemudian digunakan
untuk menyelamatkan pasien agar efek samping dari prosedur ini
dapat diatasi dengan cepat. Beberapa penderita bisa mengalami
kesembuhan total, sedangkan penderita lainnya harus menjalani
pengobatan seumur hidupnya. Kemungkinan penyembuhan atau angka
harapan hidup yang panjang tergantung kepada jenis limfoma dan
stadkum penyakit pada saat pengobatan dimulai. Biasanya jenis yang
berasal dari limfosit T tidak memberikan respon sebaik limfosit
B.Angka kesembuhan juga menurun pada:1. Penderita yang berusia
diatas 60 tahun2. Limfoma yang sudah menyebar keseluruh tubuh3.
Penderita yang memiliki tumor (pengumpulan sel-sel limfoma) yang
besar4. Penderita yang fungsinya dibatasi oleh kelemahan yang berat
dan ketidak mampuan bergerak Penderita pada stadium awal (stadium I
dan II) seringkali diobati dengan terapi penyinaran yang terbatas
pada sisi limfoma dan daerah di sekitarnya. Terapi penyinaran
biasanya tidak menyembuhkan limfoma tingkat rendah, tetapi dapat
memperpanjang harapan hidup penderita sampai 5-8 tahun.Terapi
penyinaran pada limfoma tingkat menengah biasanya akan
memperpanjang harapan hidup penderita sampai 2-5 tahun, sedangkan
pada limfoma tingkat tinggi hanya 6 bulan sampai 1 tahun. Jika
dimulai sesegera mungkin, pemberian kemoterapi dengan atau tanpa
terapi penyinaran pada limfoma tingkat menengah dan tingkat tinggi,
bisa menyembuhkan lebih dari separuh penderitanya.Sebagian besar
penderita sudah mencapai stadium lanjut (stadium III dan IV) pada
saat penyakitnya terdiagnosis. Penderita limfoma tingkat rendah
mungkin tidak memerlukan pengobatan segera, tetapi harus menjalani
pemeriksaan sesering mungkin untuk meyakinkan bahwa penyakitnya
tidak menyebabkan komplikasi yang serius.Kemoterapi dilakukan pada
penderita limfoma tingkat menengah. Penderita limfoma tingkat
tinggi memerlukan kemoterapi intensif segera karena penyakit ini
tumbuh dengan cepat.Tersedia beberapa sediaan kemoterapi yang
sangat efektif. Obat kemoterapi bisa diberikan tunggal (untuk
limfoma tingkat rendah) atau dalam bentuk kombinasi (untuk limfoma
tingkat menengah dan tingkat tinggi). Pemberian kemoterapi disertai
faktor pertumbuhan dan pencangkokan sumsum tulang masih dalam tahap
penelitian.Pengobatan baru yang masih dalam penelitian adalah
antibodi monoklonal yang telah digabungkan dengan racun, yang
memiliki bahan racun (misalnya senyawa radioaktif atau protein
tanaman yang disebut risin), yang menempel di antibodi tersebut.
Antibodi ini secara khusus akan menempel pada sel-sel limfoma dan
melepaskan bahan racunnya, yang selanjutnya akan membunuh sel-sel
limfoma tersebut.Pada pencangkokan sumsum tulang, sumsum tulang
diangkat dari penderita (dan sel limfomanya dibuang) atau dari
donor yang sesuai dan dicangkokkan ke penderita. Prosedur ini
memungkinkan dilakukannya hitung jenis darah, yang berkurang karena
kemoterapi dosis tinggi, sehingga penyembuhan berlangsung lebih
cepat. Pencangkokan sumsum tulang paling efektif dilakukan pada
penderita yang berusia dibawah 55 tahun dan bisa menyembuhkan
sekitar 30-50% penderita yang tidak menunjukkan perbaikan terhadap
pemberian kemoterapi.Tetapi pencangkokan sumsum tulang memiliki
resiko, sekitar 5% penderita meninggal karena infeksi pada minggu
pertama, sebelum sumsum tulang membaik dan bisa menghasilkan sel
darah putih yang cukup untuk melawan infeksi. Pencangkokan sumsum
tulang juga sedang dicoba dilakukan pada penderita yang pada
awalnya memberikan respon yang baik terhadap kemoterapi tetapi
memiliki resiko tinggi terjadinya kekambuhan.
BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIENDENGAN LIMFOMA NON
HODGKIN3.1 Pengkajian3.1.1 Pengumpulan data 1. IdentitasIdebtitas
terdiri dari Nama, umur, jenis kelamin, agama , suku dana
kebangsaan, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor regester, tanggal
Masuk Rumah Sakit , diagnosa medis2. Keluhan UtamaPada umumnya
pasien mengeluh tidak nyaman karena adannya bejolan.3. Riwayat
penyakit sekarangPada umumnya pasien dengan limfoma didapat keluhan
benjolan terasa nyeri bila ditelan kadang-kadang disertai dengan
kesulitan bernafas, gangguan penelanan, berkeringat di malam hari.
Pasien biasanya mengalami demam dan disertai dengan penurunan BB.4.
Riwayat kesehatan DahuluPada Limfoma biasanya diperoleh riwayat
penyakit seperti pembesaran pada area leher , ketiak dan lain-lain.
pasien dengan transplantasi ginjal atau jantung.
5. Riwayat kesehatan keluargaMelihat apakah terdapat riwayat
pada keluarga dengan penyekit vaskuler : HT, penyakit metabolik :DM
atau penyakit lain yang pernah diderita oleh keluarga pasiena. ADL
1. Nutrisi : Perlu dikaji keadaan makan dan minum pasien meliputi :
porsi yang dihabiskan susunan menu, keluhan mual dan muntah,
sebelum atau pada waktu MRS, dan yang terpenting adalah perubahan
pola makan setelah sakit, terutama menyangkut dengan keluhan utama
pasien yaitu kesulitan menelan2. Istirahat tidur : dikaji kebiasaan
tidur siang dan malam, berapa jam sehari dan apakan ada kesulitan
waktu tidur dan bagaimana perunbahannya setelah sakit klien dengan
LNH3. Aktifitas : Aktifitas dirumah atau dirumah sakit apakah ada
kesenjangan yang berarti misalnya pembatasan aktifitas, pada klien
ini biasanya terjadi perubahan aktifitas karena adanya limfoma dan
penuruna aktifitas sosial karena perubahan konsep diri4. Eliminasi
: Mengkaji kebiasaan eliminasi alvi dan urin meliputi jumlah,
warna, apakah ada gangguan.5. Personal Hygiene : mengkaji
kebersihan personal Hygiene meliputi mandi, kebersihan badan, gigi
dan mulut, rambut, kuku dan pakaian dan kemampuan serta kemandirian
dalam melakukan kebersihan diri6. Data PsikologiPerlu dikaji konsep
diri apakah ada gangguan dan bagaimana persepsi klien akan
penyakitnya terhadap konsep dirinya
Perlu dikaji karena pasien sering mengalami kecemasan terhadap
penyakit dan prosedur perawatana. Data SosialBagaimana hubungan
klien dengan keluarga dan bagaiman peran klien dirumah dan dirumah
sakit. Pada klien dengan LNH mungkin terjadi gangguan interaksi
sosial karena perubahan body image sehingga pasien mungkin menarik
dirib. Data SpiritualBagaimana persepsi klien terhadap penyakit dan
hubungan dengan agama yang dianutc. Pemeriksaan FisikSecara umum1.
Meliputi keadaan pasien2. Kesadaran pasien3. Observasi tanda tanda
vital : tensi, nadi, suhu dan respirasi4. TB dan BB untuk
mengetahui keadaan nutrisiSecara khusus :Dilakukan secara inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi yang meliputi dari kepala ke kaki
terhadap semua organ tubuh antara lain1. Rambut2. Mata telinga3.
Hidung mulut4. Tenggorokan5. Telinga6. Leher sangat penting untuk
dikaji secara mendetail karena LNH berawal pada serangan di
kelenjar lymfe di leher mel;iputi diameter (besar), konsistensi dan
adanya nyeri tekan atau terjadi pembesaran7. Dada Abdomen8.
Genetalia9. Muskuloskeletal10. integumen11. Pemeriksaan
penunjangLaboratorium. EKG, Rontgen thoraks serta therapy yang
diperoleh klien dari dokter3.1.2 Analisa DataData yang dikumpulkan
dikelompokkan meliputi : data subyektif dan data obyektif kemudian
dari data yang teridentifikasi masalah dan kemungkinan penyebab
dapat ditentukan yang menjadi acuan untuk menentukan diagnosa
keperawatan.3.2 Diagnosa KeperawatanDiagnosa Keperawatan yang
mungkin muncul pada pasien dengan penyakit Limfoma Non-Hodgkin
diantaranya :3.2.1 Hipertermi berhubungan dengan perubahan
rangsangan imunologik akibat penyakit3.2.2 Nyeri berhubungan dengan
penekanan saraf oleh tumor3.2.3 Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat
(mual, anoreksia, iritasi lambung)3.2.4 Ansietas berhubungan dengan
kurang informasi mengenai penyakit yang diderita (Limfoma
Non-Hodgkin).3.2.5 RENCANA
KEPERAWATANNoDiagnoseTujuanIntervensi
1.Gangguan rasa nyaman: nyeri akut berhubumgan dengan cidera
biologi (iritasi lambung)Tujuan : Nyeri berkurang atau hilangNOC I
: Kontrol NyeriKriteria Hasil :1. Mengetahui faktor penyebab
nyeri2. Mengetahui permulaan terjadinya nyeri3. Menggunakan
tindakan pencegahan4. Melaporkan gejala5. Melaporkan kontrol
nyeriNOC II : Tingkat NyeriKriteria Hasil :1. Melaporkan nyeri
berkurang atau hilang2. Frekuensi nyeri berkurang3. Lamanya nyeri
berlangsung4. Ekspresi wajah saat nyeri
NIC I : Manajemen NyeriAktivitas:Mandiri:11. Lakukan pengkajian
nyeri secara menyeluruh meliputi lokasi, durasi, kualitas,
keparahan nyeri dan faktor pencetus nyeri.22. Observasi
ketidaknyamanan non verbal.33. ajarkan untuk teknik nonfarmakologi
misal relaksasi, guide imajeri, terapi musik, distraksi.44.
Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan misal suhu, lingkungan, cahaya,
kegaduhan.Kolaborasi : pemberian Analgetik sesuai indikasiNIC II :
Manajemen AnalgetikAktivitas:Mandiri:1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas dan tingkat nyeri sebelum mengobati
pasien.2. Cek obat meliputi jenis, dosis, dan frekuensi pemberian
analgetikKolaboasi:1. Tentukan jenis analgetik ( Narkotik,
Non-Narkotik) disamping tipe dan tingkat nyeri.2. Tentukan
Analgetik yang tepat, cara pemberian dan dosisnya secara tepat.3.
Monitor tanda tanda vital sebelum dan setelah pemberian
analgetik.
2.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
masukan makanan tidak adekuat dan rangsangan muntah.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhiNOC : Status GiziKriteria
Hasil :11. Mempertahankan berat badan dalam batas normal22.
Toleransi terhadap diet yang dianjurkan33. Melaporkan keadekuatan
tingkat energi dan pasien tidak lemas dan lemah44. Nilai
laboratorium dalam batas normal55. Menyatakan keinginan untuk
mengikuti diet66. Pasien mau makan.
NIC : Pengelolaan NutrisiAktivitas:Mandiri:11. Kaji tentang
makanan yang membuat klien alergi.22. Tentukan makanan kesukaan
klien.33. Dorong pasien untuk memilih makanan yang lunak.44.
Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C55. Hindari
makanan pedas, asam atau berminyak.66. Monitor jumlah pemasukan
nutrisi dan kalori.Kolaborasi :11. Diskusikan dengan ahli gizi
dalam menentukan jumlah kebutuhan kalori dan protein.22. Diskusikan
dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan
pelengkap.
3.Hipertermi b.d Proses infeksi pada mukosa lambungTujuan :
Tidak terjadi peningkatan suhu tubuhNOC : TermoregulasiKriteria
Hasil :1. 1. Suhu tubuh dalam batas normal2.2. Tidak ada perubahan
warna kulit.3.3. Warna kulit tidak sianosis, turgor kulit baik.4.4.
Denyut nadi normal5.5. Respirasi normal6.6. Cairan seimbang (intake
dan out put) dalam 24 jam7.7. Tekanan darah dalam batas normal
NIC I : Regulasi tubuhMandiri:11. Observasi tanda tanda vital22.
Berikan minuman per oral33. Kompres dengan air hangat44. Monitor
masukan dan keluaran cairan dalam 24 jamKolaborasi:Kolaborasi
pemberian Antipiretik
4.Resiko kekurangan volume cairan b.d Muntah, Haematoemesis,
MelenaNOC : Fluid NOC: Fluid balanceKriteria Hasilkriteria
hasil:11.Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam22.Tidak
terlihat mata cekung33.Kelembaban kulit dalam batas
normal44.Membran mukosa lembab55.Berat badan stabil
NIC : Fluid ManagementAktivitas:Mandiri:11.Timbang popok jika
diperlukan22.Pertahan intake dan output yang akurat33.Monitor
status hidrasi (kelembaban membran mucosa, nadi adekuat, tekanan
darah)44.Monitor vital sign55.Dorong masukan oral66.Dorong keluarga
untuk membantu pasien makanKolaborasikolaborasi:11.Pemberian cairan
IV22.Pemberian tranfusi darah jika perlukan
5.Resiko tinggi infeksi b.d Imunitas menurun dan Proses
penyakit
Tujuan : Tidak terjadi infeksi lebih lanjutNOC I : Imune
StatusKriteria Hasil :1 1. Pasien bebas dari tanda dan gejala
infeksi2. 2.Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya
infeksi3.3.Menunjukan perilaku hidup sehat4.4.Personal hygiene
pasien terpenuhi baik sacara mandiri maupun dibantu keluarga. NOC
II : Pengendalian ResikoKriteria Hasil :11.Status gastrointestinal,
pernafasan, genitouria dan imun dalam batas normal22.Tidak ada
konstipasi atau diare.
NIC : Infection ProtectionAktivitasMandiri:11.Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik dan lokal2.2.Monitor terhadap kerentanan
infeksi3 3.Batasi pengunjung44.Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas dan drainase55.Dorong masukan nutrisi
yang cukup66.Dorong masukan cairan yang cukup77.Dorong pasien untuk
istirahat88.Informasikan kepada keluarga kapan jadwal imunisasi
(DPT, Polio, Campak, Rubella)99.Jelaskan keuntungan
imunisasi110.Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan setiap
kali masuk dan keluar dari ruangan klien.Kolaborasi : Berikan
antibiotik jika diperlukan
3.3 ImplementasiPelaksanaan merupakan pengolahan dari perwujudan
rencana tindakan yang meliputi beberapa kegiatan yaitu validasi
rencana tindakan keperawatan mendokumentasikan rencana tindakan
keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan mengumpulkan data
(Lismidar, 1990).3.4 EvaluasiEvaluasi merupakan tahap dan langkah
dalam proses keperawatan yang dilaksanakan dengan sengaja dan
terus-menerus yang dilakukan oleh perawat dan anggota tim kesehatan
lainnya dengan tujuan untuk memenuhi apakah tujuan dan rencana
keperawatan tercapai dan tidak, serta untuk melakukan pengkajian
ulang sehingga dapat diperoleh penilaian sebagai berikut :3.4.1
Tujuan tercapai : kx mampu menunjukkan prilaku pada waktu yang
telah ditentukan sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah
ditentukan.3.4.2 Tujuan tercapai sebagian : kx mampu menunjukkan
prilaku Hp hanya sebagian dari tujuan yang diharapkan.3.4.3 Tujuan
tidak tercapai : bila kx tidak mampu atau tidak sama sekali
menunjukkan prilaku yang harapkan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan (Lismidar, 1990)
BAB IVPENUTUP4.1 KesimpulanLimfoma non hidgkin adalah keganasan
limfosit-B dan sistem sel limfosit T. Kebanyakan pasien dengan
limfoma hodking masuk dalam kategori besar karena gambaran
klinisnya: nodular, tipe lamban dan menyebar, limfoma agresif.
Untuk tujuan pengobatan, pembagian ini juga diklasifikasikan
sebagai limfoma rendah, intermediet, atau derajat tinggi.
Pengobatan pada limfoma non hodgkin meliputi radioterapi atau
kemoterapi (biasanya kombinasi agen antineoplastik).Penyebab pasti
limfoma Hodgkin masih belum diketahui (idiopatik).Namun, orang yang
mengidap penyakit ini atau yang sudah mengalami remisi
memperlihatkan mengalami penurunan imunitas yang diperantarai oleh
sel T. selain itu kelompok kelompok kasus sporadic mengisyaratkan
bahwa suatu virus, mungkin dari kelompok herpes, ikut berperan.
Mungkin terdapat kecenderungan genetic untuk mengidap penyakit ini.
Diperkirakan aktivasi gen abnormal tertentu mempunyai peran dalam
timbulnya semua jenis kanker, termasuk limfoma.Gejala yang bisa
muncul pada pasien dengan Limfoma Non Hodgkin adalah demam,
berkeringat dimalam hari, kehilangan berat badan, keletihan, sakit
perut, pembengkakan, nyeri, pembesaran kelenjar limfa, anoreksia,
dan mual.Limfoma non Hodgkin agresif kadangkala dikenal sebagai
limfoma non Hodgkin tumbuh cepat atau level tinggi. Karena sesuai
dengan namanya, limfoma non Hodgkin agresif ini tumbuh dengan
cepat. Limfoma non Hodgkin indolen kadang-kadang dikenal sebagai
limfoma non Hodgkin tumbuh lambat atau level rendah. Sesuai dengan
namanya, limfoma non Hodgkin indolen tumbuh hanya sangat
lambat.Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium.
Stadium I dan II sering dikelompokkan bersama sebagai stadium awal
penyakit, sementara stadium III dan IV dikelompokkan bersama
sebagai stadium lanjut.Terapi yang dapat dilakukan pada Limfoma Non
Hodgkin adalah radioterapi, kemoterapi, kombinasi radioterapi dan
kemoterapi setelah biopsi bedah, biasa dilakukan sebagai modalitas
pengobatan, terapi biologis, pencangkokan sel punca.4.2
SaranLimfoma Non-Hodgkin dapat dihindari/dikurangi kemungkinana
terjadinya dengan mengurangi faktor risiko seperti pajanan zat
kimia berbahaya dan radiasi yang dapat menimbulkan risiko
terjadinya LNH. Selain itu dikatakan mengkonsumsi makanan yang bai
dan sehat, istirahat yang cukup serta menjalankan prilaku hidup
sehat juga dapat membantu mengurangi risiko terkena penyakit
ini.
BAB VDAFTAR PUSTAKASetiawan, Lyana. 2002. Kapita Selekta
Hematologi. EGC. JakartaSylvia A.price, wilson Lorraine M. 2006.
Patofisiologi. EGC. JakartaArif Mansjoer, Triyanti Kuspuji, dkk.
2001. Kapita selekta kedoktern. JakartaMarilynn E.Doenges,
Moorhouse Mary Frances, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC.
Jakarta
18