Page 1
A. THYRISTOR
Thyristor berakar kata dari bahasa Yunani yang berarti ‘pintu'.
Dinamakan demikian barangkali karena sifat dari komponen ini yang
mirip dengan pintu yang dapat dibuka dan ditutup untuk melewatkan arus
listrik. Istilah Thyristor berasal dari tabung Thyratron-Transistor, dimana
dengan perkembangan teknologi semikonduktor, maka tabung-tabung
elektron yang bentuknya relatip besar dapat digantikan oleh tabung-tabung
transistor yang berukuran jauh lebih kecil tanpa mengurangi kemampuan
operasionalnya.
Yang termasuk dalam keluarga thyristor adalan Silicon Controlled
Rectifier, Diac, Triac yang semuanya didasari dari Dioda Lapis Empat
(Four Layers Diode). Bahan dasar thyristor ini adalah dari silicon dengan
pertimbangan jauh lebih tahan panas dibandingkan dengan bahan
germanium. Thyristor ini banyak digunakan sebagai alat pengendali
tegangan atau daya yang tinggi dengan kemampuan yang tinggi.
Simbol Thyristor :
Gambar A.1 Simbol Thyristor
Bentuk Fisik Thyristor :
Gambar A.2 Bentuk Thyristor
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 1
Page 2
Struktur Thyristor
Ciri-ciri utama dari sebuah thyristor adalah komponen yang terbuat
dari bahan semiconductor silicon. Walaupun bahannya sama, tetapi
struktur P-N junction yang dimilikinya lebih kompleks dibanding
transistor bipolar atau MOS. Komponen thyristor lebih digunakan sebagai
saklar (switch) ketimbang sebagai penguat arus atau tegangan seperti
halnya transistor.
Gambar A.3 Struktur Thyristor
Struktur dasar thyristor adalah struktur 4 layer PNPN seperti yang
ditunjukkan pada gambar A.3 (a). Jika dipilah, struktur ini dapat dilihat
sebagai dua buah struktur junction PNP dan NPN yang tersambung di
tengah seperti pada gambar A.3 (b). Ini tidak lain adalah dua buah
transistor PNP dan NPN yang tersambung pada masing-masing kolektor
dan base. Jika divisualisasikan sebagai transistor Q1 dan Q2, maka struktur
thyristor ini dapat diperlihatkan seperti pada gambar A.4 yang berikut ini.
Gambar A.4 visualisasi dengan transistor
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 2
Page 3
Terlihat di sini kolektor transistor Q1 tersambung pada base
transistor Q2 dan sebaliknya kolektor transistor Q2 tersambung pada base
transistor Q1. Rangkaian transistor yang demikian menunjukkan adanya
loop penguatan arus di bagian tengah. Dimana diketahui bahwa Ic= Ib,
yaitu arus kolektor adalah penguatan dari arus base.
Aplikasi Thyristor
Gambar A.5 Thyristor diberi tegangan
Bagaimana kalau pada thyristor ini kita beri beban lampu dc dan
diberi suplai tegangan dari nol sampai tegangan tertentu seperti pada
gambar A.5. Apa yang terjadi pada lampu ketika tegangan dinaikkan dari
nol. Ya betul, tentu saja lampu akan tetap padam karena lapisan N-P yang
ada ditengah akan mendapatkan reverse-bias (teori dioda).
Pada saat ini disebut thyristor dalam keadaan OFF karena tidak
ada arus yang bisa mengalir atau sangat kecil sekali. Arus tidak dapat
mengalir sampai pada suatu tegangan reverse-bias tertentu yang
menyebabkan sambungan NP ini jenuh dan hilang. Tegangan ini disebut
tegangan breakdown dan pada saat itu arus mulai dapat mengalir
melewati thyristor sebagaimana dioda umumnya. Pada thyristor tegangan
ini disebut tegangan breakover Vbo.
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 3
Page 4
B. SCR (Silicon Control Rectifier)
SCR singkatan dari Silicon Control Rectifier. Adalah Dioda yang
mempunyai fungsi sebagai pengendali. SCR atau Tyristor masih termasuk
keluarga semikonduktor dengan karateristik yang serupa dengan tabung
thiratron. Sebagai pengendalinya adalah gate (G). SCR sering disebut
Therystor. SCR sebetulnya dari bahan campuran P dan N. Isi SCR terdiri
dari PNPN (Positif Negatif Positif Negatif) dan biasanya disebut PNPN
Trioda.
Kegunaan SCR:
Sebagai rangkaian Saklar (switch control)
Sebagai rangkaian pengendali (remote control)
Simbol SCR :
Gambar B.1 Simbol SCR
Bentuk fisik SCR :
Gambar B.2 Bentuk SCR
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 4
Page 5
Struktur SCR
Struktur SCR terbentuk dari dua buah junction PNP dan NPN.Untuk
memudahkan analisa, SCR dapat digambarkan sebagai dua transistor yang
NPN dan PNP yang dirangkai sebgai berikut :
Gambar B.3 Struktur SCR
SCR mempunyai 3 kaki yaitu Anoda (A), Katoda(K) dan Gate (G).
Dalam kondisi normal Antara Anoda dan Katoda tidak menghantar seperti
dioda biasa. Anoda dan Katoda akan terhubung setelah pada Gate diberi
trigger minimal sebesar 0.6Volt lebih positif dari Katoda. SCR akan tetap
menghantar walaupun trigger pada Gate telah dilepas. SCR akan kembali
ke kondisi tidak menghantar setelah Masukan tegangan pada Anoda
dilepas.
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 5
Page 6
Karakteristik SCR
SCR berbeda dengan dioda rectifier biasanya. SCR dibuat dari
empat buah lapis dioda. SCR banyak digunakan pada suatu sirkuit
elekronika karena lebih efisien dibandingkan komponen lainnya terutama
pada pemakaian saklar elektronik.
SCR biasanya digunakan untuk mengontrol khususnya pada
tegangan tinggi karena SCR dapat dilewatkan tegangan dari 0 sampai 220
Volt tergantung pada spesifik dan tipe dari SCR tersebut. SCR tidak akan
menghantar atau on, meskipun diberikan tegangan maju sampai pada
tegangan breakovernya SCR tersebut dicapai (VBRF). SCR akan
menghantar jika pada terminal gate diberi pemicuan yang berupa arus
dengan tegangan positip dan SCR akan tetap on bila arus yang mengalir
pada SCR lebih besar dari arus yang penahan (IH).
Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) SCR adalah
dengan mengurangi arus Triger (IT) dibawah arus penahan (IH). SCR
adalah thyristor yang uni directional,karena ketika terkonduksi hanya bisa
melewatkan arus satu arah saja yaitu dari anoda menuju katoda. Artinya,
SCR aktif ketika gate-nya diberi polaritas positif dan antara anoda dan
katodanya dibias maju. Dan ketika sumber yang masuk pada SCR adalah
sumber AC, proses penyearahan akan berhenti saat siklus negatif terjadi.
Gambar B.4 Karakteristik kurva I-V SCR
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 6
Page 7
Pada gambar tertera tegangan breakover Vbo, yang jika tegangan
forward SCR mencapai titik ini, maka SCR akan ON. Lebih penting lagi
adalah arus Ig yang dapat menyebabkan tegangan Vbo turun menjadi lebih
kecil. Pada gambar ditunjukkan beberapa arus Ig dan korelasinya terhadap
tegangan breakover. Pada datasheet SCR, arus trigger gate ini sering
ditulis dengan notasi IGT (gate trigger current). Pada gambar ada
ditunjukkan juga arus Ih yaitu arus holding yang mempertahankan SCR
tetap ON. Jadi agar SCR tetap ON maka arus forward dari anoda menuju
katoda harus berada di atas parameter ini.
Aplikasi SCR
SCR merupakan piranti industri yang dapat menangani arus-arus
besar berukuran dari 1A sampai lebih dari 2500A tergantung dari tipenya.
Karena sifatnya sebagai piranti arus tinggi, SCR mempunyai arus picu dan
arus penahan yang relatif besar. Misalnya saja piranti 2N4444 dapat
menghantar arus sebesar 8A secara terus menerus. Arus picunya adalah
10mA, dan begitu pula arus penahannya. Ini berarti bahwa untuk
mengendalikan arus anode sebesar 8A diperlukan masukan arus minimum
pada gerbang SCR sebesar 10mA. Sebagai contoh yang lain, piranti C701
merupakan SCR yang dapat menghantar arus sampai sebesar 1250A
dengan arus picu 150mA dan arus penahannya sebesar 500mA.
Dengan adanya kapasitans dalam SCR maka piranti ini dapat
dipicu oleh tegangan catu yang berubah secara cepat. Jadi dengan kata
lain, jika laju kenaikan dari tegangan catu cukup tinggi, maka arus
pengisian kapasitif dapat memulai proses regenerasi. Untuk menghindari
sinyal pemicuan yang salah pada SCR, laju perubahan tegangan pada
anode tidak boleh melenihi laju kritis kenaikan tegangan yang tercantum
pada lembar data.
Sebagai contoh misalnya kita tinjau piranti 2N4444 yang
mempunyai laju kritis kenaikan tegangan sebesar 50V/µs. Untuk
menghindari terjadinya proses dadal-jenuh yang tidak diinginkan,
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 7
Page 8
tegangan anode tidak boleh naik lebih cepat dari 50V/µs. Contoh yang
lainnya adalah piranti C701 yang mempunyai laju kritis kenaikan tegangan
sebesar 200V/µs.
Gejala transien-penyaklaran yang terjadi pada penyalur catu
tegangan adalah penyebab utama dari pelanggaran laju kritis kenaikan-
tegangan. Salah satu cara untuk mengurangi pengaruh transien tersebut
adalah menggunakan pembatas atau penekan RC seperti terlihat pada
Gambar B.5. Bila gejala transien berkecepatan tinggi terjadi pada tegangan
catu, maka laju kenaikannya pada anode akan dikurangi oleh rangkaian
RC tersebut. Laju kenaikan dalam tegangan anode tidak hanya bergantung
pada harga R dan C, tetapi juga bergantung pada besarnya hambatan
beban.
Piranti SCR yang lebih besar masih dikenakan batas lain berupa
laju kritis kenaikan arus. Misalnya piranti C701 diketahui mempunyai laju
kritis kenaikan arus sebesar 150A/µs. Jika arus anode bertambah lebih
cepat dari laju ini, SCR yang bersangkutan dapat menjadi rusak akibat
bintik-bintik panas (hot spots) yang terjadi didalamnya. Penggunaan
sebuah inductor secara seri seperti ditunjukkan pada Gambar B.5 akan
mengurangi laju kenaikan arus, dan membantu pembatas RC dalam
menekan laju kenaikan tegangan.
Gambar B.5 Induktor dalam rangkaian seri
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 8
Page 9
Gambar (a) Penekan RC (RC snubber).
(b) Penekanan laju kenaikan arus dengan induktor
Suatu SCR memiliki tegangan gerbang . Saat tegangan ini lebih
dari , SCR akan hidup dan tegangan keluaran akan jatuh dari
ke suatu nilai yang rendah. Kadang-kadang, hambatan gerbang digunakan
disini. Hambatan ini membatasi arus gerbang ke suatu nilai yang aman.
Tegangan masukan yang dibutuhkan untuk memicu sebuah SCR harus
lebih dari:
Dalam persamaan ini, dan adalah tegangan dan arus
pemicu gerbang untuk piranti. Keuntungan utama dari SCR adalah
penekanan tombol yang sangat pendek berdasarkan penekanan tombol
yang regeneratif. Ini mengurangi penurunan tegangan di dan mengijinkan
produksi komponen SCR, yang bisa menahan arus yang sangat besar (100
ampere).
Keburukan dari SCR adalah pematian. Pematian dari SCR hanya
ada satu cara yaitu mengurangi arus yang mengalir melalui ini disamping
arus yang utama.
Sebuah transistor bisa juga menekan tombol arus dalam cara yang
sama. Keuntungan dari transistor adalah pematian ini dilakukan dengan
sederhana yaitu menghentikan arus di base. Kerugiannya adalah waktu
penekanan tombol lebih lama dan selama penekanan tombol dalam
keadaaan tegangan yang tinggi dibangun dalam ini,dengan demikian ini
tidak bisa digunakan untuk penekanan tombol untuk arus yang besar.
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 9
Page 10
C. DIAC ( Diode Alternating Current )
DIAC singkatan dari Diode Alternating Current merupakan salah
satu anggota dari thyristor dan termasuk dalam jenis “Bidirectional
Thyristor” yang juga dikenal sebagai “Bilateral Trigger Diode”. Istilah
DIAC diambil dari “ Dioda AC”. DIAC mempunyai dua buah terminal dan
dapat menghantar dari kedua arah jika tegangan breakovernya (VBB)
terlampaui.
Symbol DIAC :
Gambar C.1 Simbol DIAC
Bentuk fisiknya :
Gambar C.2 Bentuk DIAC
DIAC mempunyai impedansi yang tinggi bagi arus dalam dua arah,
hingga bias DIAC melewati breakover arah mundurnya. Biasanya bias
untuk DIAC agar mencapai breakover ini adalah antara 28 sampai 6
volt,namun demikian tergantung dari pada tipenya. Agar kita mengetahui
prinsip kerja DIAC, maka kita nggap pemberian catu dayanya seperti
terlihat pada gambar berikut :
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 10
Page 11
Gambar C.3 Prinsip Kerja DIAC
Jika tegangan yang diberikan pada DIAC menyamai atau melebihi
tegangan breakover, maka salah satu Latch akan menutup juga. DIAC
adalah suatu komponen yang berkelakuan seperti dua buah thyristor yang
dihubungkan saling bertolak belakang. Oleh karena itu DIAC mempunyai
dua buah tegangan penyalaan. Tegangan penyalaan pertama berada pada
tegangan maju (+Vbo) sedangkan yang kedua ada pada tegangan baliknya
(-Vbo). karakteristik tegangan terhadap arus dapat dilihat pada Gambar
Karakteristik DIAC
Gambar C.4 Karakteristik DIAC
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 11
Page 12
Dari kurva diatas kita dapat melihat bahwa DIAC selalu
mempunyai karakteristik tahanan negatif yang secara terus menerus pada
saat arus lebih besar daripada arus breakovernya. DIAC banyak digunakan
sebagai pemicu rangkaian pengendali daya yang menggunakan TRIAC.
Gambar memperlihatkan salah satu contoh rangkaian yang
memperlihatkan peran DIAC dalam rangkaian pengendali daya.
Aplikasi DIAC
Pada komponen diac, konsentrasi pengotorannya tidak seperti pada
pengotoran transistor tetapi mempunyai jumlah yang sama pada kedua
pertemuannya sehingga memungkinkan terjadinya operasi yang simetris.
Jadi tidak ada yang dapat disebut anoda atau katoda secara eklusif. Karena
lapisan p dan n dalam komponen tersebut disusun secara seri maka diac
tidak akan konduksi dalam arah maju tetapi selalu mempunyai perilaku
seperti diioda bandangan yang diberi pra tegangan terbalik. Hal ini terjadi
tanpa memandang arah tegangan yang diberikan.
Gambar C.5 Aplikasi DIAC dalam rangkaian pengendali daya
Pada saat suatu tegangan diberikan ke komponen, suatu arus bocor
yang sangat kecil akan mengalir. Keadaan ini disebut keadaan “off” dari
diac. Pada titik ini terjadi jebolan bandangan dan tiba-tiba akan mengalir
arus yang besar. Ini merupakan keadaan “on” diac. Sekali diac dijadikan
on dengan menggunakan tegangan postif atau negatif, komponen ini akan
terus menghantarkan arus sampai tegangannya dihilangkan atau dikurangi
menjadi nol.
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 12
Page 13
Di sini, arus bocor yang kecil (IBO+ untuk tegangan positif atau
IB0- untuk tegangan negatif). Mengalir sampai tegangan yang diberikan
mencpai tegangan breakover. Pada saat tegangan breakover dicapai, arus
akan meningkat dengan tajam dari I+ atau I- . Efek resistansi negatif akan
muncul seperti terlihat pada kurva lengkung ke arah belakang. Akibatnya
arus menaik jika teganganya sedikit diturunkan.
Penggunaannya yang utama adalah untuk memberi denyut picu ke
triac. Tetapi tentu saja denyut pemicu dan sifat konduksi dua arahnya
dapat digunakan pada berbagai tujuan selain pengoperasian triac.
Salah satu penggunaan diac yang paling sederhana adalah sebagai
penyaklar otomatis. Sebuah diac akan memberikan resistansi yang sangat
tinggi baik dalam AC maupun DC sampai tegangan yang diberikan
mencapai nilai VBO kritis. Apabila nilai ini sudah tercapai atau dilampaui
maka diac akan konduksi. Dengan demikian komponen dua terminal yang
sederhana ini dapat disakelarkan dengan tegangan kendali yang menaik
dan tetap terkonduksi sampai tegangan tersebut diturunkan ke nol.
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 13
Page 14
D. TRIAC (Triode for Alternating Current )
TRIAC, atau Triode for Alternating Current (Trioda untuk arus
bolak-balik) adalah sebuah komoromen elektronik yang kira-kira ekivalen
dengan dua SCR yang disambungkan antiparalel dan kaki gerbangnya
disambungkan bersama. Nama resmi untuk TRIAC adalah Bidirectional
Triode Thyristor. Ini menunjukkan sakelar dwiarah yang dapat
mengalirkan arus listrik ke kedua arah ketika dipicu (dihidupkan). Ini
dapat disulut baik dengan tegangan positif ataupun negatif pada elektroda
gerbang. Sekali disulut, komponen ini akan terus menghantar hingga arus
yang mengalir lebih rendah dari arus genggamnya, misal pada akhir paruh
siklus dari arus bolak-balik.
Hal tersebut membuat TRIAC sangat cocok untuk mengendalikan
kalang AC, memungkinkan pengendalian arus yang sangat tinggi dengan
arus kendali yang sangat rendah. Sebagai tambahan, memberikan pulsa
sulut pada titik tertentu dalam siklus AC memungkinkan pengendalian
persentase arus yang mengalir melalui TRIAC (pengendalian fasa).
Symbol TRIAC :
Gambar D.1 Simbol TRIAC
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 14
Page 15
Bentuk fisiknya :
Gambar D.2 Bentuk Fisik TRIAC
Low-Current TRIAC dapat mengontak hingga kuat arus 1 ampere
dan mempunyai maksimal tegangan sampai beberapa ratus volt. Medium-
Current TRIACS dapat mengontak sampai kuat arus 40 ampere dan
mempunyai maksimal tegangan hingga 1.000 volt.
Struktur TRIAC
TRIAC tersusun dari lima buah lapis semikonduktor yang banyak
digunakan pada pensaklaran elektronik. TRIAC biasa juga disebut
thyristor bi directional. TRIAC merupakan dua buah SCR yang
dihubungkan secara paralel berkebalikan dengan terminal gate bersama.
Adapun gambar dari struktur TRIAC sebagai berikut :
Gambar D.3 Struktur TRIAC
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 15
Page 16
Karakteristik TRIAC
TRIAC tersusun dari lima buah lapis semikonduktor yang banyak
digunakan pada pensaklaran elektronik. TRIAC biasa juga disebut
thyristor bi directional. TRIAC merupakan dua buah SCR yang
dihubungkan secara paralel berkebalikan dengan terminal gate bersama.
Berbeda dengan SCR yang hanya melewatkan tegangan dengan
polaritas positif saja, tetapi TRIAC dapat dipicu dengan tegangan polaritas
positif dan negatif, serta dapat dihidupkan dengan menggunakan tegangan
bolak-balik pada Gate. TRIAC banyak digunakan pada rangkaian
pengedali dan pensaklaran.
TRIAC hanya akan aktif ketika polaritas pada Anoda lebih positif
dibandingkan Katodanya dan gate-nya diberi polaritas positif, begitu juga
sebaliknya. Setelah terkonduksi, sebuah TRIAC akan tetap bekerja selama
arus yang mengalir pada TRIAC (IT) lebih besar dari arus penahan (IH)
walaupun arus gate dihilangkan. Satu-satunya cara untuk membuka
(meng-off-kan) TRIAC adalah dengan mengurangi arus IT di bawah arus
IH.
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 16
Page 17
E. UJT (Triode for Alternating Current )
Uni junction Transistor (UJT) adalah piranti elektronik yang tidak
mempunyai elektroda kolektor sebagaimana transistor bipolar ataupun
dioda rectifier, dan sebagai penggantinya ditambahkan sebuah elektoda
basis sehingga piranti ini mempunyai dua basis dan sebuah emitter.
Simbol UJT :
Gambar E.1 Simbol UJT
Bentuk fisiknya :
Gambar E.2 Bentuk Fisik UJT
UJT mempunyai tiga saluran, sebuah emitor (E) dan dua basis (B1
dan B2). Basis dibentuk oleh batang silikon tipe-n yang terkotori ringan.
Dua sambungan ohmik B1 dan B2 ditambahkan pada kedua ujung batang
silikon. Resistansi diantara B1 dan B2 ketika emitor dalam keadaan
rangkaian terbuka dinamakan resistensi antarbasis (interbase resistance).
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 17
Page 18
Tipe
Ada dua tipe dari transistor pertemuan tunggal, yaitu:
Transistor pertemuan tunggal dasar, atau UJT, adalah sebuah
peranti sederhana yang pada dasarnya adalah sebuah batangan
semikonduktor tipe-n yang ditambahkan difusi bahan tipe-p di suatu
tempat sepanjang batangan, menentukan parameter η dari peranti.
Peranti 2N2646 adalah versi yang paling sering digunakan.
Transistor pertemuan tunggal dapat diprogram, atau PUT,
sebenarnya adalah saudara dekat tiristor. Seperti tiristor, ini terbentuk
dari empat lapisan P-N dan mempunyai sebuah anoda dan sebuah
katoda yang tersambung ke lapisan pertama dan lapisan terakhir, dan
sebuah gerbang yang disambungkan ke salah satu lapisan tengah.
Penggunaan PUT tidak dapat secara langsung dipertukarkan dengan
penggunaan UJT, tetapi menunjukkan fungsi yang mirip. Pada
konfigurasi sirkuit konvensional, digunakan dua resistor pemrogram
untuk mengeset parameter η dari PUT, pada konfigurasi ini, UJT
berlaku seperti UJT konvensional. Peranti 2N6027 adalah contoh dari
peranti ini.
Cara Kerja
UJT dipanjar dengan tegangan positif diantara kedua basis. Ini
menyebabkan penurunan tegangan disepanjang peranti. Ketika tegangan
emitor dinaikkan kira-kira 0,7V diatas tegangan difusi P (emitor), arus
mulai mengalir dari emitor ke daerah basis. Karena daerah basis dikotori
sangat ringan, arus tambahan (sebenarnya muatan pada daerah basis)
menyebabkan modulasi konduktifitas yang mengurangi resistansi basis
diantara pertemuan emitor dan saluran B2.
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 18
Page 19
Pengurangan resistansi berarti pertemuan emitor lebih dipanjar
maju, dan bahkan ketika lebih banyak arus diinjeksikam. Secara
keseluruhan, efeknya adalah resistansi negatif pada saluran emitor. Inilah
alasan mengapa UJT sangat berguna, terutama untuk sirkuit osilator
sederhana.
Penggunaan
Selain penggunaan pada osilator relaksasi, salah satu penggunaan
UJT dan PUT yang paling penting adalah untuk menyulut tiristor (seperti
SCR, TRIAC, dll). Faktanya, tegangan DC dapat digunakan untuk
mengendalikan sirkuit UJT dan PUT karena waktu hidup peranti
meningkat sesuai dengan peningkatan tegangan kendali DC. Penggunaan
ini penting untuk pengendalia AC arus tinggi.
Cara Pengujian
Gambar E.3 Pengujian UJT
1. Cara kerja UJT (Uni Junktion Transistor) adalah seperti switch, UJT
kalau masih bisa on off berarti masih baik.
2. Jangkah pada 10 VDC dan potensio pada minimum, tegangan harus
kecil.
3. Setelah potensio diputar pelan-pelan jarum naik sampai posisi tertentu
dan kalau diputar terus jarum tetap disitu.
4. Bila jarum diputar pelan-pelan ke arah minimum lagi, pada suatu
posisi tertentu tiba-tiba jarum bergerak ke kiri dan bila putaran
potensio diteruskan sampai minimum jarum tetap disitu. Bila
peristiwa tersebut terjadi, maka UJT masih baik.
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 19
Page 20
F. TERMISTOR (Thermally Sensitive Resistor )
Nama termistor berasal dari Thermally Sensitive Resistor.
Termistor biasanya termasuk material-material semikonduktor yang dibagi
dua golongan: oksida logam dan semikonduktor kristal tunggal. Negative
Temperature Coefficient (NTC) pertama kali ditemukan oleh Faraday pada
perak sulfid pada tahun 1833. Pemahaman tentang termistor oksida ini
mengalami perkembangan yang sangat pesat oleh becker, Vervey dkk
pada akhir tahun 1940-an.
Simbol
Gambar F.1Simbol Termistor
Gambar
Gambar F.2 Termistor NTC yang tersambung pada kabel terisolasi
Struktur Termistor
Termistor atau thermal resistor adalah suatu jenis resistor yang
sensitive terhadap perubahan suhu. Prinsipnya adalah memberikan
perubahan resistansi yang sebanding dengan perubahan suhu. Perubahan
resistansi yang besar terhadap perubahan suhu yang relatif kecil
menjadikan termistor banyak dipakai sebagai sensor suhu yang memiliki
ketelitian dan ketepatan yang tinggi.
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 20
Page 21
Termistor yang dibentuk dari bahan oksida logam campuran
(sintering mixture), kromium, kobalt, tembaga, besi, atau nikel,
berpengaruh terhadap karakteristik termistor, sehingga Pemilihan bahan
oksida tersebut harus dengan perbandingan tertentu.
Termistor dapat dibentuk dalam bentuk yang berbeda-beda,
bergantung pada lingkungan yang akan dicatat suhunya. Lingkungan ini
termasuk kelembaban udara, cairan, permukaan padatan, dan radiasi dari
gambar dua dimensi. Maka, termistor bisa berada dalam alat–alat seperti
disket, mesin cuci, tasbih (manik-manik), balok, dan satelit. Ukurannya
kecil dibandingikan dengan termometer lain, ukurannya dalam range
0.2mm sampai 2mm. Pengambaran struktur dan sambungannya
diperlihatkan pada gambar F.1
Gambar F.3Struktur UJT
Termistor dibedakan dalam 2 jenis, yaitu termistor yang
mempunyai koefisien negatif, yang disebut NTC (Negative Temperature
Coefisient), temistor yang mempunyai koefisien positif yang disebut PTC
(Positive Temperature Coefisient). kedua jenis termistor ini mempunyai
fungsinya masing masing, tetapi di pasaran, yang lebih banyak digunakan
adalah termistor NTC. Karena termistor NTC material penyusunnya yaitu
metal oksida, dimana harganya lebih murah dari material penyusun PTC
yaitu Kristal tunggal.
1. NTC
NTC merupakan termistor yang mempunyai koefisient negatif.
Dimana bahannya terbuat dari logam oksida yaitu dari serbuk yang
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 21
Page 22
halus kemudian dikompress dan disinter pada temperatur yang tinggi.
Kebanyakan pada material penyusun termistor biasa mengandung
unsur – unsur seperti Mn2O3, NiO,CO2O3, Cu2O, Fe2O3, TiO2, dan
U2O3. Oksida-oksida ini sebenarnya mempunyai resistansi yang sangat
tinggi, tetapi dapat diubah menjadi bahan semikonduktor dengan
menambahkan beberapa unsur lain yang mempunyai valensi yang
berbeda disebut dengan doping dan pengaruh dari resistansinya
dipengaruhi perubahan temperatur yang diberikan.
Thermistor logam oksida digunakan dalam daerah 200K
sampai 700K. Untuk digunakan pada temperatur yang sangat tinggi,
thermistor dibuat dari Al2O3, BeO,MgO,Y2O3 dan Dy2O3. Struktur
termistor NTC secara umum dapat dilihat pada gambar E.5
Gambar F.4 Struktur UJT
2. PTC
PTC merupakan termistor dengan koefisien yang positif. Termistor
PTC memiliki perbedaan dengan NTC antara lain:
a. Koefisien temperatur dari thermistor PTC bernilai positif hanya
dalam interfal temperatur tertentu, sehingga diluar interval
tersebut akan bernilai nol atau negatif
b. Harga mutlak dan koefisien temperatur dari termistor PTC jauh
lebih besar dari pada termistor NTC
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 22
Page 23
Jenis – jenis PTC
Jenis pertama terdiri dari thermally sensitif silicon resistors,
kadang-kadang disebut sebagai "Silistors". Device ini menunjukkan
nilai koefisien suhu positif yang cukup seragam (sekitar 0,77% /°C)
kebanyakan dari silistor melalui berbagai wilayah/rentang operasional,
tetapi dapat juga menujukkan koefisien suhu negatif di wilayah
temperatur yang melebihi 150° C. Device ini paling sering digunakan
untuk kompensasi terhadap device semiconducting silicon dalam kisaran
temperature antara -60° C ke 150°.
Jenis kedua merupakan polycrystalline bahan keramik yang
biasanya resistivitasnya tinggi tetapi terbuat dari semiconduktor dengan
penambahan dopants. Umumnya dibuat dari campuran barium, timah dan
strontium titanates dengan tambahan seperti yttrium, manganese,
tantalum dan silika. Device ini memiliki daya tahan-suhu karakteristik
negatif yang sangat kecil. Koefisien suhu device ini hingga mencapai
suhu yang kritis, yang disebut sebagai "Curie", perubahan atau transisi
suhu. Suhu kritis ini merupakan pendekatan, device ini mulai
menunjukkan peningkatan, resistansi suhu coefficient positif seperti
peningkatan resistansi yang besar.
Karakteristik Termistor
Termistor pada dasarnya adalah resistor, maka konduktivitasnya
dapat diberikan pada persamaan :
Kebanyakan termistor digunakan pada daerah temperatur dalam
konsentrasi inonisasi (n atau p) yang berpengaruh terhadap fungsi
temperatur, diberikan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 23
Page 24
Dimana energy aktivasi Ea adalah hubungan pada energy gap dan
tingkat impuritas. Dimana nilai hambatan semakin kecil ketika
temperaturnya dinaikkan, ini yang biasa disebut termistor NTC. Secara
empiris dapat dideskripsikan sebagai:
Dimana R adalah hambatan pada suhu T, R0 adalah hambatan awal
ketika T0 (pada temperatur ruang), B adalah Konstanta termistor dimana
besarnya bergantung dari jenis bahan dan memiliki dimensi yang sama
dengan suhu. Harga konstanta termistor yang memenuhi pasar biasanya
antara rentang 2000-5000 K. untuk menentukan harga konstanta
termistor (B) ini, maka persamaan (3.1) dapat dinyatakan dalam bentuk:
Dengan merupakan resistivitas listrik termistor.
Selain konstanta termistor (B), sensitivitas (α) juga menentukan
karakteristik dari termistor. Nilai sensitivitas menentukan sejauhmana
termistor yang dibuat dapat dengan cepat mendeteksi perubahan
temperatur lingkunagn termistor. Termistor yang baik sensitifitasnya
lebih besar dari -2,2%/K. nilai sensitifitas termistor (α) ini, dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
Tanda negative menandakan NTC, Perubahan resistansi yang
timbul dari perubahan temperatur
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 24
Page 25
Ciri khas harga dari adalah sekitar yang mana 10 kali
lebih sensitive dari pada detector temperatur resistansi metal.
Karakteristik kualitatif dari termistor ditunjukkan pada gambar 3.1.
Resistansi dari thermistor berada pada daerah 1k sampai 10M .
Pada temperatur yang lebih tinggi atau dalam device doped yang
penuh, dopant sepenuhnya terionisasi, dan penurunan dari mobilitas
ketika mulai terjadi hamburan phonon untuk mendominasi
ketergantungan pada temperatur. Hal ini memberikan kenaikan untuk
PTC. Secara umum PTC tidak lebih sensitive dari NTC sehingga jarang
digunakan.
Perlu diperhatikan untuk menghindari pemanasan sendiri dari
termistor akibat pemberian arus yang terlalu tinggi. Dengan kata lain
pemanasan sendiri ini dapat berubah menjadi suatu keuntungan untuk
aplikasi spesifik yang mana akan didiskusikan nanti. Karakteristik I-V
hasil dari pemanasan sendiri yang berbeda dengan NTC dan PTC.
Dalam termistor NTC, induksi pemanasan sendiri menurun dalam
hambatan dan mulai memberikan sesuatu yang positif untuk sumber
tegangan gambar F.6 (a), lebih mudah untuk arus yang lebih tinggi.
Dalam termistor PTC, resistansi pemanasan sendiri meningkat dan hasil
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 25
Gambar F.5 Struktur UJT
Page 26
nya memberikan nilai yang negatif untuk sumber arus gambar F.6 (b).
Dibawah ini merupakan 2 kurva yang serupa untuk resistansi diferensial
negative dengan S dan N bentuk karakteristik.
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 26
0 2 4 6 8 100
2
4
6
8
10I
V0 2 4 6 8 10
0
2
4
6
8
10I
V
Gambar F.6 (b)Karakteristik I-V akibat pemanasan
sendiri untuk PTC
Gambar F.6 (a)Karakteristik I-V akibat pemanasan
sendiriuntuk NTC
Page 27
G. PHOTO TRANSISTOR
Fototransistor merupakan salah satu komponen yang berfungsi
sebagai detektor cahaya yang dapat mengubah efek cahaya menjadi sinyal
listrik. Karena itu fototransistor termasuk dalam detektor optik.
Fototransistor dapat diterapkan sebagai sensor yang baik, karena
memiliki kelebihan dibandingkan dengan komponen lain yaitu mampu
untuk mendeteksi sekaligus menguatkannya dengan satu komponen
tunggal. Fototransistor memiliki
Bahan utama dari fototransistor adalah silikon atau germanium
sama seperti pada transistor jenis lainnya. Fototransistor juga memiliki dua
tipe seperti transistor yaitu tipe NPN dan tipe PNP. Fototransistor
sebenarnya tidak berbeda dengan transistor biasa, hanya saja fototransistor
ditempatkan dalam suatu material yang transparan sehingga
memungkinkan cahaya (cahaya inframerah) mengenainya (daerah basis),
sedangkan transistor biasa ditempatkan pada bahan logam dan tertutup.
Simbol dari fototransistor seperti pada terlihat pada gambar simbol
fototransistor.
Gambar G.1 FotoTransistor (a) Simbol foto transistor, (b) Foto transistor terkena cahaya, (c) Foto transistor tidak terkena cahaya
Prinsip kerja foto transistor sama persis dengan kerja transistor
sebagai saklar. Perbedaannya terletak pada denyut yang masuk ke dalam
basis. Jika pada transistor biasa denyut yang diberikan berupa arus DC,
maka pada foto transistor denyut yang dikenakan pada basis adalah
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 27
Page 28
intensitas cahaya yang sesuai dengan karakteristik foto transistor tersebut.
Dalam kondisi normal, kolektor mendapat reverse bias, dan emitor
mendapat forward bias.
Pada kaki kolektor akan selalu ada sedikit arus bocor (Ico), yaitu
arus bocor antara kolektor dan basis. Ico selain dipengaruhi oleh
temperature juga dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang datang pada
daerah pengosongan antara kolektor dan basis. Sifat inilah yang
dimanfaatkan oleh foto transistor untuk dapat menghantar atau on.
Saat foto transistor tidak terkena cahaya, Basis – Emitor tidak
mendapatkan bias, electron tidak dapat bergerak bebas, sehingga depletion
layer melebar, dengan demikian arus tidak dapat mengalir, transistor
dalam keadaan Cut off. Sebaliknya, saat foto transistor terkena cahaya
dengan intensitas cahaya yang sesuai dengan karakteristik foto transistor
tersebut, maka terjadi perpindahan electron di sekitar lapisan pengosongan
yang akhirnya membentuk sebuah ikatan ion di sekitar lapisan
pengosongan, sehingga lapisan pengosongan menyempit dan transistor
akan bersifat menghantar atau transistor on.
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 28
Page 29
Karakteristik foto transistor :
1. Basis terbuka, semua Ico akan mengalir ke basis, transistor menghasilkan
arus kolektor Ic = β.Ico, sehingga IbocorC - EIco, Iceo = β.Ico + Ico = (β+1)co.
Iceo = β Ico
2. Dengan demikian pengaruh cahaya pada sebuah foto transistor adalah β
kali lebih besar terhadap foto diode. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa foto transistor lebih peka cahaya dibanding dengan foto dioda.
3. Untuk system yang membutuhkan sensitifitas besar, biasanya basis selalu
terbuka dan transistor dirangkai dengan rangkaian darlington.
4. Dengan rangkaian darlington akan diperoleh sensitifitas yang besar,
namun sebagai imbasnya akan diperoleh respons yang kurang begitu cepat.
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 29
Page 30
H. LDR ( Dependent Resistor )
LDR (Light Dependent Resistor) adalah suatu bentuk komponen
yang mempunyai perubahan resistansi yang besarnya tergantung pada
cahaya Input cahaya → Output resistansi/tahanan
Simbol : atau atau
Gambar H.1Simbol LDR
Konstruksi
Dari atas
Bagian peka cahaya, bahan: Si, Ge, Cds, dan semikonduktor lain
Si: Silicon, Ge: Germanium
Alas / substrat Cds: Cadnium sulfida
Dari samping
Penutup transparan : plastik / glass
Kaki
Gambar H.2 Struktur LDR
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 30
Page 31
Karakteristik
Karakteristik LDR terdiri dari dua macam yaitu Respon Spektral dan Laju
Recovery
Gambar H.3 Karakteristik LDR
* Respon Spektral
Gambar H.4 Respon Spektral LDR
* Laju Recoveri (KΩ/dtk)
satuan ukuran untuk mengetahui laju perubahan LDR dari kondisi satu
ke kondisi lain contoh:
saat 400 lux, R: 1KΩ
saat tertutup → iluminasi: 10
lux
R LDR: 105Ω: 100.000KΩ/dtk
yang paling lambat dalam LR = 50 KΩ/dtk
Contoh Aplikasi LDR sebagai sensor cahaya diantaranya: Rangkaian
alarm, indikator, counter (penghitung), fungsi potensiometer.
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 31
Lampu dengan
lm: 400 lux
BotolLDR
101 102 103
103
102
101
Iluminasi / kilau / kuat cahaya sat : lm/m2, fc }
R (KΩ)
% Iluminasi
100%
10%
400Ao : Panjang gelombang → sat : panjang
Page 32
I. FET
Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai
penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi
tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat
berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT)
atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang
sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya.
Simbol FET :
P-channel
N-channel
FET
Gambar I.1 Simbol FET
Bentuk Fisiknya :
Gambar I.2 Bentuk Fisiknya
FET (juga dinamakan transistor unipolar) hanya menggunakan satu
jenis pembawa muatan (elektron atau hole, tergantung dari tipe FET).
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 32
Page 33
Dalam FET, arus listrik utama mengalir dalam satu kanal konduksi sempit
dengan depletion zone di kedua sisinya (dibandingkan dengan transistor
bipolar dimana daerah Basis memotong arah arus listrik utama). Dan
ketebalan dari daerah perbatasan ini dapat dirubah dengan perubahan
tegangan yang diberikan, untuk mengubah ketebalan kanal konduksi
tersebut. Lihat artikel untuk masing-masing tipe untuk penjelasan yang
lebih lanjut.
FET dibagi menjadi dua keluarga: Junction FET (JFET) dan
Insulated Gate FET (IGFET) atau juga dikenal sebagai Metal Oxide
Silicon (atau Semiconductor) FET (MOSFET). Berbeda dengan IGFET,
terminal gate dalam JFET membentuk sebuah dioda dengan kanal (materi
semikonduktor antara Source dan Drain). Secara fungsinya, ini membuat
N-channel JFET menjadi sebuah versi solid-state dari tabung vakum, yang
juga membentuk sebuah dioda antara grid dan katode. Dan juga, keduanya
(JFET dan tabung vakum) bekerja di "depletion mode", keduanya
memiliki impedansi input tinggi, dan keduanya menghantarkan arus listrik
dibawah kontrol tegangan input.
FET lebih jauh lagi dibagi menjadi tipe enhancement mode dan
depletion mode. Mode menandakan polaritas dari tegangan gate
dibandingkan dengan source saat FET menghantarkan listrik. Jika kita
ambil N-channel FET sebagai contoh: dalam depletion mode, gate adalah
negatif dibandingkan dengan source, sedangkan dalam enhancement
mode, gate adalah positif. Untuk kedua mode, jika tegangan gate dibuat
lebih positif, aliran arus di antara source dan drain akan meningkat. Untuk
P-channel FET, polaritas-polaritas semua dibalik. Sebagian besar IGFET
adalah tipe enhancement mode, dan hampir semua JFET adalah tipe
depletion mode.
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 33
Page 34
Gambar I.3 Menentukan Jenis FET
1. Penentuan jenis FET dilakukan dengan jangkah pada x100 penyidik
hitam pada Source dan merah pada Gate.
2. Bila jarum menyimpang, maka janis FET adalah kanal P dan bila
tidak, FET adalah kanal N.
3. Kerusakan FET dapat diamati dengan rangkaian pada gambar.
Jangkah diletakkan pada x1k atau x10k, potensio pada minimum,
resistansi harus kecil.
4. Bila potensio diputar ke kanan, resistansi harus tak terhingga. Bila
peristiwa ini tidak terjadi, maka kemungkinan FET rusak.
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 34
Page 35
J. MOSFET
Transistor efek-medan semikonduktor logam-oksida
(MOSFET) adalah salah satu jenis transistor efek medan. Prinsip dasar
perangkat ini pertama kali diusulkan oleh Julius Edgar Lilienfeld pada
tahun 1925 . MOSFET mencakup kanal dari bahan semikonduktor tipe-N
dan tipe-P, dan disebut NMOSFET atau PMOSFET (juga biasa nMOS,
pMOS). Ini adalah transistor yang paling umum pada sirkuit digital
maupun analog, namun transistor pertemuan dwikutub pada satu waktu
lebih umum.
Simbol MOSFET :
Pengayaan kanal-P Pemiskinan kanal-P
Pengayaan kanal-N Pemiskinan kanal-N
Gambar J.1 Simbol MOSFET
Bentuk Fisiknya :
Gambar J.2 Bentuk Fisiknya
Berbagai simbol digunakan untuk MOSFET. Desain dasar
umumnya garis untuk saluran dengan kaki sumber dan cerat
meninggalkannya di setiap ujung dan membelok kembali sejajar dengan
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 35
Page 36
kanal. Garis lain diambil sejajar dari kanal untuk gerbang. Kadang-kadang
tiga segmen garis digunakan untuk kanal peranti moda pengayaan dan
garis lurus untuk moda pemiskinan.
Pada dasarnya, MOSFET adalah peranti empat saluran, dan di
sirkuit terpadu banyak MOSFET yang berbagi sambungan badan, tidak
harus terhubung dengan saluran sumber semua transistor.
Karakteristik MOSFET
FET semikonduktor oksida-logam (metal-oxide semikonduktor
FET),atau disingkat MOS-FET. Berbeda dengan JFET, gerbang
diisolasikan dari saluran. Oleh karena itu , arus gerbang menjadi sangat
kecil. Hal ini tidak dipengaruhi oleh positif atau negatifnya gerbang itu.
MOSFET kadang-kadang disebut sebagai IGFET, singkatan dari insulated-
gate fet (FET gerbang terisolasi)
Terdapat 2 (dua) tipe cara kerja karakteristik pada MOSFET,
diantaranya tipe pengosongan dan tipe peningkatan
MOSFET Tipe Pengosongan (depletion-type MOSFET)
Elektron bebas dapat mengalir dari gate menuju drain melaui
bahan n, daerah p disebut substrat (tubuh) secara fisik daerah ini
mengurangi jalur penghantar menjadi saluran yang sempit.
Lapisan tipis silicon dioksida SiO2 ditempelkan pada sisi kiri
saluran. Yang merupakan isolator (penyekat). Pada MOSFET
gerbangnya terbuat dari logam karena gerbang terpisah dari saluran,
maka hanya sedikit sekali arus gerbang yang mengalir, walaupun bila
tegangan berharga positif. Dioda pn yang terdapat dalam JFET itu
telah ditiadakan pada MOSFET
Seperti telah diterangkan sebelumnya, tegangan gerbang dapat
mengendalikan lebar saluran. Makin negatif tegangan gate, makin
kecil nilai drainnya. Bila tegangan gatenya negatif, arus drain putus.
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 36
Page 37
Dengan demikian , pada tegangan gate negatif, operasi MOSFET
sama dengan operasi JFET. Karena prilaku dengan gate negatif
tergantung pada pengosongan saluran dari electron-elektron bebas.
Terminal gate pada MOSFET tempat dan meletakan SiO2 materi
lapisan penyekat secara saluran. Materi baja telah ditanamkan pada
lapisan SiO2.
MOSFET tipe Peningkatan (Enhancement Type MOSFET)
Dengan mengubah susunan dari dalam MOSFET saluran-n, kita
dapat menghasilkan MOSFET jenis baru yang hanya dapat
menghantar pada tipe penigkatan saja. MOSFET tipe ini banyak
digunakan pada mikroprosesor dan memori komputer karena ia
berlaku seperti switch yang biasanya mati. Untuk mendapatkan arus
drain, maka harus menerapkan tegangan gate positif
Gambar J.3 (a) menunjukan karakteristik dari chanel n pada
MOSFET, karena kanal pada mode pengosongan konduktor bersifat
normal maka pada J-FET aliran arus berkurang dan dapat berubah
menjadi cut off yang cukup mempengaruhi tegangan Gate.
Gambar J.3 Karakteristik MOSFET
Pada mode peningkatan, status pada kanal cut off kondisinya normal
dan dapat terjadi pengurangan atau penambahan yang dapat
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 37
Page 38
mempengaruhi tegangan pada gate dan dapat dikontrol. Depleksi
(penipisan) MOSFET dapat terjadi jika dioperasikan pada mode
penigkatan ditunjukan pada gambar J.3 (b).
Kapasitor elektron pada gate sangatlah kecil dan impedansi inputnya
sangatlah besar. Karena gate dapat menerima muatan dengan mudah.
Saat J-FET terjadi kebocoran arus pada input meningkat sesuai dengan
temperatur,efeknya tempertur berada pada level paling rendah pada
MOSFET. MOSFET merupakan semikonduktor yang mudah tepengaruh
oleh temperatur.
Gambar J.3 Struktur dan Karakteristik MOSFET
Tar. Tri hendarto Fajar N Page 38