BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keasaman atau kebasaan suatu larutan tergantung dari ion hidrogen yang dikandungnya. Peningkatan kadar H + akan menurunkan pH sehingga larutan menjadi lebih asam. Penurunan H + akibat penambahan basa ke dalam plasma akan menaikkan pH. Tubuh manusia dapat mempertahankan keseimbangan asam basa dengan mengganti basa dan asam kuat dengan basa atau asam lemah. Kadar ion hidrogen dalam serum adalah 0,0000001 gr/l atau 10 -7 gr/l, angka yang sulit untuk diperhitungkan sehingga biasanya dipakai logaritma negative dari angka tersebut yang dinamakan pH. Nilai pH cairan ekstraseluler normal adalah 7,4 + 0,05 (sedikit alkalis), sedangkan cairan intraseluler 6,8-7,00 (lebih netral). Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa diperlukan system penyangga (BUFFER), system respirasi, dan system renal. Dalam cairan ekstraseluler dan cairan intraseluler terdapat beberapa kombinasi kimiawi yang bertindak sebagai penyangga terhadap perubahan kadar H + yang mendadak. Substansi-substansi ini akan mempertahankan cairan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keasaman atau kebasaan suatu larutan tergantung dari ion hidrogen
yang dikandungnya. Peningkatan kadar H+ akan menurunkan pH sehingga
larutan menjadi lebih asam. Penurunan H+ akibat penambahan basa ke dalam
plasma akan menaikkan pH. Tubuh manusia dapat mempertahankan
keseimbangan asam basa dengan mengganti basa dan asam kuat dengan basa
atau asam lemah.
Kadar ion hidrogen dalam serum adalah 0,0000001 gr/l atau 10-7 gr/l,
angka yang sulit untuk diperhitungkan sehingga biasanya dipakai logaritma
negative dari angka tersebut yang dinamakan pH. Nilai pH cairan
ekstraseluler normal adalah 7,4 + 0,05 (sedikit alkalis), sedangkan cairan
intraseluler 6,8-7,00 (lebih netral).
Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa diperlukan system
penyangga (BUFFER), system respirasi, dan system renal. Dalam cairan
ekstraseluler dan cairan intraseluler terdapat beberapa kombinasi kimiawi
yang bertindak sebagai penyangga terhadap perubahan kadar H+ yang
mendadak. Substansi-substansi ini akan mempertahankan cairan tubuh dalam
keadaan pH relative konstan. Sistem penyangga selalu terdiri dari dua bagian,
yaitu asam lemah (donor H+) dan garam dari asam tersebut. Jadi, bila asam
kuat ditambahkan ke dalam larutan, proton bebas (H+) akan bergabung
dengan penerima proton (basa) untuk membentuk asam lemah. Demikian
pula bila basa kuat (OH) ditambahkan ke dalam larutan, akan menarik H+ dari
asam lemah membentuk H2O, sehingga mengurangi perubahan kadar H+.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah Umum
Apa yang dimaksud dengan gangguan keseimbangan asam basa?
1
1.2.2 Rumusan Masalah Khusus
1. Bagaimana pertimbangan fisiologi terhadap gangguan
keseimbangan asam basa?
2. Bagaimana cara penilaian ketidakseimbangan asam basa?
3. Penyakit apa saja yang dapat disebabkan karena adanya gangguan
keseimbangan asam basa?
4. Apa yang dimaksud dengan gangguan asam basa campuran?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang gangguan keseimbangan asam basa.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pertimbangan fisiologi terhadap gangguan
keseimbangan asam basa.
2. Untuk mengetahui cara penilaian ketidakseimbangan asam basa.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit yang timbul karena adanya
gangguan keseimbangan asam basa.
4. Untuk mengetahui tentang gangguan asam basa campuran.
1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan
bagi pembaca tentang Gangguan Keseimbangan Asam Basa beserta jenis-
jenis penyakit yang dapat timbul karena adanya gangguan keseimbangan
asam basa.
2
BAB II
ISI
2.1 Pertimbangan Fisiologi
Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hydrogen
(H+) pada cairan tubuh. Asam terus menerus diproduksi dalam metabolism
yang normal. Meskipun terbentuk banyak asam sebagai hasil metabolisme,
namun H+ cairan tubuh tetap rendah. Kadar H+ normal darah arteri adalah
0,00000004 (4x10-8) mEq/L atau sekitar 1 persejuta dari kadar Na+. meskipun
rendah , H+ yang stabil perlu dipertahankan agar fungsi sel dapat berjalan
normal, karena sedikit fluktuasi (naik turun) sangat mempengaruhi aktivitas
enzim sel. Perubahan H+ yang relatif kecil dapat sangant mempengaruhi
hidup seseorang karena berefek terhadap enzim sel.
Skala pH
Larutan H+ menyebabkan laritan menjadi bertambah asam dan
penurunannya menyababkan larutan berubah bertambah basa. H+ berada
dalam jumlah yang kecil, sehingga para ahli kimia menggunakan skala pH
sebagai cara untuk menyatakan H+. pH adalah logaritma negatif dari kadar
ion hydrogen (pH = -log H+). Dengan demikian H+ sebesar 0,0000001 g/L,
sama dengan pH 7. Nilai pH berbanding terbalik dengan H+. apabila H+
meningkat, pH menurun, demikian juga jika H+ menurun maka pHmeningkat.
Kadar pH yang rendah berarti larutan itu lebih asam, sedangkan pH yang
tinggi berarti larutan lebih alkali atau basa. Air mempunyai pH 7, dan bersifat
netral karena jumlah ion hidrogennya tepat sama denhan ion hidroksil.
Larutan asam mempunyai pH kurang dari 7, sedangkan larutan basa
mempunyai pH lebih dari 7. Skala pH berkisar dari 1(paling asam) sampai 14
paling basa.
Nilai pH rata-rata darah atu cairan ekstrasel (ECF) adalah sedikit basa,
yaitu 7,4. Batas normal pH darah adalah dari 7,38-7,42 (deviasi standard 1
dari nilai rata-rata) atau 7,35-7,45 (deviasi standard 2 dari nilai rata-rata).
3
Asam
Asam adalah suatu substansi yang mengandung 1 atau lebih ion H+ yang
dapat dilepaskan dalam larutan (donor proton). Asam kuat, seperti asam
hidroklorida (HCl), hampir terurai sempurna dalam larutan, sehingga
melepaskan lebih banyak ion H+. Asam lemah, seperti asam karbonat
(H2CO3), hanya terurai sebagian dalam larutan sehingga lebih sedikit ion H+
yang dilepaskan.
Basa
Berlawanan dengan asam, basa adalah substansi yang dapat menangkap
atau bersenyawa denagn ion hiodrogen sebuah larutan (akseptor proton). Basa
kuat, saperti natrium hidroksida (NaOH), terurai dengan mudah dalam larutan
dan bereaksi kuat dengan asam. Basa lemah, seperti natrium bikarbonat
(NaHCO3), hanya sebagian yang terurai dalam larutan dan kurang bereaksi
kuat dengan asam.
Tinjauan Ketidakseimbangan Asam-Basa Primer
Batas normal pH darah yaitu sekitar 7,4 dan batas terjauh yang masih
dapat ditanggulangi adalah antara 6,8 sampai 7,8 atau interval dari satu unit
pH. Batas normal pH adalah dari 7,38 sampai 7,42 jika menggunakan nilai
yang lebih sensitif yaitu satu standar deviasi dari nilai rata-rata 7,4. Tetapi,
umumnya para klinisi memakai nilai yang kurang sensitif yaitu 7,35-7,45,
dengan dua standar deviasi dari nilai rata-rata. pH darah yang kurang dari
7,35 disebut asidemia dan proses penyebabnya disebut asidosis. pH 7,25 atau
kurang dari itu dapat membahayakan jiwa dan pH 6,8 sudah tidak dapat
ditanggulangi oleh tubuh. Demikian juga, pH darah yang lebih besar dari 7,45
disebut alkalemia dan proses penyebabnya disebut alkalosis. pH yang lebih
besar dari 7,55 dapat membahayakan jiwa dan pH yang lebih besar dari 7,8
tidak dapat ditanggulangi lagi oleh tubuh.
pH darah normal adalah 7,40 ± 0,02 (1SD) atau ± 0,05 (2SD).
Keseimbangan asam-basa terjadi jika perbandingan bikarbonat terhadap asam
4
karbonat adalah 20:1. Setiap perubahan dalam perbandingan ini akan
mengganggu keseimbangan an menggeser jarum penunjuk ke sisi asidosis
atau alkalosis. pH kurang dari 7,25 atau lebih dari 7,55 dapat membahayakan
jiwa dan pH yang ekstrim yaitu 6,8 atau 7,8 dapat menyebabkan kematian.
Respons Kompensatorik Terhadap Perubahan pH
Apabila pH berubah akibat gangguan asam-basa primer, maka tubuh
segera menggunakan respons kompensatorik untuk mengembalikan pH ke
nilai normal. Tiga respons kompensatoriknya yang telah dibicarakan
sebelumnya adalah: (1) bufer ICF dan ECF; (2) respons pernapasan terhadap
PaCO2 melaui hipoventilasi atau hiperventilasi, dan (3) respons ginjal
terhadap [HCO3¯] atau [H+]. Bufer ECF dan ICF mencakup perpindahan H+
ke dalam atau ke luar sel sebagai penukar K+, yang akan dibicarakan
kemudian. Respons kompensatorik respiratorik dan ginjal mudah dipelajari
melalui persamaan Handerson-Hasselbalch.
Asidosis metabolik primer (penurunan [HCO3¯]) dikompensasi dengan
hiperventilasi respiratorik, sehingga menurunkan PaCO2 dan memulihkan pH
ke nilai normal. Respons kompensatorik pernapasan terjadi dalam beberapa
menit. Sebaliknya, kompensasi ginjal untuk asidosis respiratorik primer
(peningkatan PaCO2 ) atau alkalosis (penurunan PaCO2) terjadi melalui
retensi atau ekskresi ion HCO3¯ atau H+. Namun demikian, kompensasi yang
dilakukan ginjal berlangsung lambat sehingga efeknya tidak dapat terlihat
sampai kira-kira 24 jam. Kompensasi penuh memerlukan waktu sekitar 2
sampai 3 hari. Dengan demikian, asidosis respiratorik diklasifikasikan
sebagai keadaan akut bila tidak terjadi kompensasi ginjal dan HCO3¯ masih
dalam keadaan normal; bila terjadi kompensasi ginjal dan HCO3¯ telah
meningkat, maka keadaan ini diklasifikasikan sebagai kronis. Alkalosis
respiratorik primer juga dapat digolongkan dalam keadaan akut atau kronis,
bergantung pada kompensasi ginjal yang terjadi sebagian atau lengkap.
Apabila pembilang dalam persamaan Handerson-Hasselbalch meningkat,
maka penyebut harus meningkat pula agar perbandingan tetap 20:1, dan
5
memperkecil penyimpangan pH dari normal. Kompensasi selalu melibatkan
perubahan kompensatorik pada pembilang (atau penyebut), dengan arah yang
sama seperti pada gangguan primer. Tabel memperlihatkan ringkasan
keempat gangguan asam-basa primer.
2.2 Penilaian Ketidakseimbangan Asam Basa
Penegakan diagnosis dan penanganan gangguan asam basa membutuhkan
pengertian yang mendalam mengenai patofisiologi dan patogenesis
gangguan-gangguan ini. Banyak berbagai metode yang disederhanakan untuk
menafsirkan nilai-nilai komponen metabolik dan pernapasan dari gas darah
arteri, untuk mengenali ketidakseimbangan primer atau gangguan campuran.
Metode ini mencakup penggunaan nomogram asam basa, bikarbonat, dan
mengukur kelebihan dan kekurangan basa untuk mengenali adanya gangguan
metabolik. Namun demikian harus ditekankan bahwa, tidak ada satupun
metode yang sempurna dan tidak dapat menimbulkan salah penafsiran. Pada
akhirnya, gangguan campuran seperti gangguan asam basa (asidosis
respiratorik dengan alkalosis metabolik) terkompensasi baik, jika tidak
disertai keterangan klinis yang jelas.
Penting sekali untuk menafsirkan niali-nilai laboratorium untuk
menegakkan diagnosis gangguan asam basa. PaCO2 tidak dapat ditafsirkan
secara tersendiri sebagai suatu indikator dariadanya gangguan pernapasan,
demikian HCO3- tidak dapat dilihat secara terpisah dari gangguan metabolik.
Kadar PaCO2 yang rendah dapat menunjukkan alkalosis respiratorik primer
atau dapat disebabkan oleh kompensasi pernapasan yang terjadi pada asidosis
metabolik. Demikian, peningkatan HCO3- dapat mencerminkan adanya
alkalosis metabolik primer atau respon kompensatorik terhadap asidosis
respiratorik kronis. Selain itu dari kebanyakan gangguan asam basa sudah
terkompensasi sebagian ketika pertama kali diketahui dan sering terjadi
gangguan campuran. Singkatnya, tidak ada jalan pintas terhadap adanya
gangguan asam basa. Variabel laboratorium tidak dapat ditafsirkan secara
6
terpisah tetapi harus dikaitkan dengan pengetahuan mengenai keadaan klinis
dan pemahaman terhadap asam basa.
2.3 Gangguan Asam Basa
a. Asidosis Metabolik
Asidosis metabolik (kekurangan HCO3) merupakan suatu
gangguan sistemik yang ditandai dengan adanya penurunan primer kadar
bikarbonat plasma, sehingga menyebabkan terjadinya penurunan pH
(peningkatan [H+]. [HCO3]. Kompensasi pernapasan kemudian segera
dimulai untuk menurunkan PaCO2 melalui hiperventilasi sehingga asidosis
metabolik jarang terjadi secara adekuat.
Etiologi Dan Patogenesis
Penyebab mendasar asidosis metabolik adalah penambahan asam
terfiksasi (non karbonat), kegagalan ginjal untuk mengekskresi beban
asam harian, atau kehilangan bikarbonat basa. Dimana hal ini dihitung
berdasarkan dari pengurangan kadar Na+ dari jumlah kadar Cl- dan HCO3
plasma. Dimana angka normalnya adalah 12. Penyebab asidosis metabolik
umumnya dibagi manjadi 2 kelompok berdasar selisih anion normal dan
selisih anion meningkat.
Apabila asidosis disebabkan oleh kehilangan bikarbonat (seperti
pada diare), atau bertambahnya asam klorida (contohnya, pada pemberian
amonium klorida), maka selisih anion akan normal. Selisih anion normal
(hiperkloremik) dibedakan menjadi :
1. Kehilangan bikarbonat
Kehilangan melalui saluran cerna, misalnya diare.
Ileostomi : fistula pankreas, biliaris, atau usus halus
Ureterosigmoidostomi
2. Kehilangan melalui ginjal:
Asidosis tubulus proksimal ginjal (RTA)
Inhibitor karbonik anhidrase (asetazolamid)
7
Hipoaldosteronisme
3. Peningkatan beban asam
Amonium klorida (NH4ClNH3 + HCl)
Caiaran – cairan hiperalimentasi
4. Lain-lain
Pemberian IV larutan salin secara cepat, biasanya bersifat sementara
dan ringan, biasanya disebut dengan asidosis dilusional.
Penyebab asidosis metabolik dengan selisih anion yang tinggi
adalah peningkatan anion yang tidak terukur seperti asam sulfat, asam
fosfat, asam laktat, dan asam-asam organik lainnya. Jika asidosis
disebabkan karena peningkatan produksi asam organik (seperti asam laktat
pada syok sirkulasi) atau retensi asam sulfat dan asam fosfat (contohnya
pada gagal ginjal), maka kadar anion tak terukur (selisih anion) akan