PAGE
Skenario
Berlari Secepat Komet
Komet,laki laki 17 tahun adlah seorang bintang basket di
sekolahnya. Suatu soreketika menjalani latihan rutin, seperti biasa
ia tampil sangat baik. Sekeika saat timnya melakukan serangan
balik, komet berlari sangat cepat (sprint) ke daerah lawan, namun
seketika pula is terhenti karena bertabrakan dengan pemain tim
lawan. Saat bertabrakan dengan pemain tim lawan posisikaki kiri
berada di depan dengan artikulsio genu semiekstensi dan digunakan
komet untuk mengerem laju dan menumpuberat badannya, namun disaat
yang bersamaan pemain yang menghalangi komet juga berlari dengan
kecepatan tinggi menghantam kaki kirinya, tepat disebelah lateral
kiri artikulasio genu dan komet pun terpelanting hebat kearah kiri.
Sontak suasana hening dan yang terdengar adlah erangan komet yang
kesakitan. Saat diperiksa komet tidak bias menggerakkan lututnya
kerena sangat nyeri sehinggaROMnya mengalami keterbatasan. Jika
diamati sesaat setelah kejadian tidak ada kelainan yang berarti
pada lutut komet, hanya terdapat ekskoriasi dan hematoma pada
pretibial dan sekitar otot quadriceps femoris. Namun beberapa saat
kemudian lutut komet dirujukk ke RSUP NTB untuk mendapatkan
perawatan lebih lanjut. Setelah diperiksa oleh dokter UGD,dokter
belum bisa menyimpulkan cedera yang dialami komet, dokter
berpendapat perlu dilakukan imoilisasi, pemeriksaan penunjang dan
diberikan pengobatan untuk mengatsi tanda-tanda akutnya, setelah
itu baru dapat dinilai kelainannya dengan pemeriksaan fisis
ortopedi. Namun dari keterangan temanteman komet tentang mekanisme
trauma yang dialami komet, dokter mencurigai cedera komet mengenai
beberapa ligament disekitar lutut serta meniscus lateral et
medialis dankemungkinan fraktur belum dapat disingkrkan.Learning
Objective
1. Anatomi ekstremitas inferior
2. Mekanisme kontraksi otot dan metabolisme energy
3. Histologi system musculoskeletal
4. Cedera system musculoskeletal dan recoverynya
5. Proses radang dan penyembuhannya
Mind Mapping
SYSTEM MUSCULOSKELETALANATOMI
1. system skelet
AXIAL SKELETONTulang axial terdapat di sepamjang axis
longitudinal [Pusat gravitasi tubuh], terdiri dari:
1. Cranium
2. Columna vertebrae
3. Cavum thorax
1. CRANIUM, terbagi menjadi :
Neurocranium/ cranial bones/ braincase 8 bones
Frontal (1)
Parietal (2)
Temporal (2)
Occipital (1)
Sphenoid (1)
Ethmoid (1)
Fungsinya yaitu melindungi otak
Viscerocranium/ facial bones 14 tulang
Nasal (2)
Maxillae (2)
Zygomatic (2)
Mandible (1)
Lacrimal (2)
Palatine (2)
Inferior nasal conchae (2)
Vomer (1)
2. COLUMNA VERTEBRAE
Cervical Vertebrae ( 7 tulang )( 1-7
Thoracic Vertebrae ( 12 tulang )( 8-19
Lumbar Vertebrae ( 5 tulang )( 19-24
Sacrum ( 24-29
Coccyx ( 29-34
3. STERNUM1. Manubrium
2. Body
3. Xiphoid process
Ribs/ costae Connect to sternum by costal cartilage
Pairs 1-7 true ribs/ costae vera
Pairs 8-12 false ribs/ costae spuria
Pairs 11 & 12 floating ribs/ costae fluctuantes
APENDICULAR SKELETON
Apendicular skeleton terdiri dari tulang-tulang yang menyusun
ekstremitas atas dan ekstremitas bawah, serta suatu girdle (suatu
sabuk atau zona tempat melekatnya apendicular skeleton. Pada
apendicular skeleton terdapat dua girdle yaitu pectoralis girdle
yang merupakan tempat melekatnya ekstremitas superior dan pelvic
girdle yang merupakan tempat perlekatan bagi ekstremitas
inferior
Ekstremitas Atas
Ekstremitas atas 3 regio yaitu regio brachii, antebrachii, dan
manus. Sedangkan girdle yang menghubungkannya dengan tubuh adalah
pectoralis girdle.
Pectoralis Girdle
Pectoralis girdle merupakan sabuk atau zona yang menghubungkan
upper limb dengan tubuh kita yang terdiri dari dua pasang tulang,
yaitu kedua os scapula yang terletak di daerah posterior tubuh dan
kedua os clavicula yang terletak pada kompartemen anterior tubuh.
Kedua os clavicula dihubungkan dengan manubrium sternii.
Os scapula merupakan tulang yang berbentuk segitiga datar.
Terletak pada kompatermen posterior dari tubuh. Tulang ini menutupi
costae I VII. Pada bagian lateralnya terdapat processus acromion
yang memiliki tiga fungsi, yaitu :
1. Membentuk perlindungan untuk sendi bahu
2. Memberikan tempat perlekatan bagi os clavicula
3. Menyediakan tempat perlekatan bagi beberapa otot bahu,
seperti musculus deltoideus.
Dibagian posterior dari os scapula, terdapat suatu tonjolan
panjang yang membentang dari processus acromion ke daerah medial
dari os scapula yaitu spina scapula. Spina scapula membagi daerah
posterior os scapula menjadi dua fossa, yaitu fossa supraspinosus
dan fossa infraspinosus. Pada kompartemen anterior terdapat
processus coracoideus yang merupakan tempat melekatnya musculus
coracobrachialis. Pada bagian lateral, terdapat cavitas glenoideus
yang merupakan tempat melekatnya os humerus, sehingga akan
terbentuk articulatio glenohumerus.
Regio Brachii (Lengan Atas)
Regio brachii merupakan bagian dari ekstremitas atas yang
terbentang dari ujung bahu hingga siku. Regio brachii hanya terisi
oleh satu tulang yaitu os humerus. Pada bagian superior terdapat
suatu bentuk menyerupai kepala yang disebut caput humerii. Caput
ini akan membentuk persendian dengan cavitas glenoideus dari os
scapula. Di bagian distal dari caput humerii terdapat collum
anatomicum yang merupakan leher dari os humerii. Bagian distal dari
collum anatomicum terdapat satu bagian yang sering terjadi fraktur
yang dikenal dengan surgical neck. Di sebelah distal dari collum
anatomicum terdapat dua tonjolan kecil yaitu tuberculum mayor
-terletak pada kompartemen lateral- dan tuberculum minor terletak
pada kompartemen anterior. Kedua tuberculum tersebut merupakan
tempat perlekatan dari beberapa otot lengan, seperti musculus teres
minor. Diantara kedua tuberculum mayor dan tuberculum minor
terdapat suatu lekukan, yaitu sulcus intertubercularis yang
merupakan tempat melekatnya salah satu tendon dari musculus biceps
brachii.
Pada kompartemen lateral terdapat tuberositas deltoideus yang
merupakan tempat melekatnya tendon dari musculus deltoideus. Ujung
distal dari os humerus akan membentuk suatu persendian dengan os
ulna dan os radialis. Bagian lateral dari ujung distal os humerus
akan melekat dengan os radius. Tempat perlekatannya disebut
capitulum humerii. Dan bagian medialnya akan menyatu dengan os
ulna, dan tempat melekatya os ulna tersebut adalah trochlea
humerii. Pada daerah anterior dari ujung distal os humerii terdapat
fossa coronoida yang merupakan tempat melekatnya processus
coronaoida yang ada pada os ulna. Dan pada daerah posterior
terdapat fossa olecranon yang merupakan tempat melekatnya processus
olecranon dari os ulna. Adanya kedua fossa tersebut memungkinkan
gerakan fleksi dan ekstensi terhadap sendi siku.
Regio Antebrachii (Lengan Bawah)
Regio ini tersusun atas dua tulang yaitu os ulna dan os radius.
Os ulna terletak lebih medial dari os radius. Bagian proksimal dari
os ulna yang berbentuk huruf C akan membentuk suatu persendian
dengan os humerii. Bentuk C tersebut dibentuk oleh dua processus
yaitu processus coronoida dan processus olecranon. Dan daerah yang
akan menyatu dengan os humerii disebut incisura throclearis. Pada
bagian medial dari ujung distal os ulna terdapat processus
styloideus yang merupakan tempat menempelnya ligamen-ligamen yang
memfiksasi pergelangan tangan.
Ujung proksimal dari os radius tersusun atas suatu lempengan
yang istimewa yang dapat berputar secara bebas terhadap os humerus
saat melakukan gerakan pronasi dan supinasi. Pada bagian medial
tepat dibagian distal dati caput radii, terdapat tuberositas radii
yang merupakan tempat melekatnya tendon dari musculus biceps
brachii. Pada ujung distal dari os radius terdapat beberapa bagian
seperti :
1. Pada bagian lateral terdapat processus styloideus yang dapat
diraba.
2. Dua facies articularis yang merupakan tempat melekatnya dua
dari delapan ossa carpii, yaitu os lunatum dan os scaophoideum.
3. Dan incisura ulnaris yang merupakan tempat melekatnya
melekatnya ujung distal dari os ulna.
Os ulna dan os radius keduanya saling mengikat akibat adanya
suatu ligamenyang disebut membrana interosseum.
Regio Manus (Tangan)
Regio manus dapat dibagi menjadi tiga lagi yaitu carpal,
metacarpal, dan pahalangs. Daerah carpal terdiri dari 8 buah ossa
carpii yaitu :
1. Os scaphoideus
2. Os capitatum
3. Os triquetrum
4. Os pisiformis
5. Os hamatum
6. Os lunatum
7. Os trapezoideus
8. Os trapezium
Kedelapan tulang kecil tersebut tersusun atas dua baris, yaitu
beris pertama terisi oleh os. Scaphoideus (navicular), os lunatum,
os triquetrum, dan os pisiformis. Dan sisanya terletak pada baris
kedua.
Ossa metacarpal terdiri dari 5 tulang yang melekat pada ossa
carpii yang terletak pada baris kedua (pada barisan distal).
Tulang-tulang tersebut dibagi atas tiga daerah yaitu basis (base)
terletak pada ujung proksimal, caput (head) yang terletak pada
ujung distal, dan diantara caput dan basis merupakan corpus
(body).
Daerah phalangs merupakan daerah yang diisi oleh jari kita.
Setiap jari tersusun oleh beberapa phalangs (tulang panjang yang
kecil). Jempolkita tersusun oleh dua buah phalang, sedangkan
jari-jari yang lain tersusun oleh 3 buah phalangs.
Ekstremitas Bawah
Ekstremitas bawah menopang tubuh dan secara esensial membantu
tubuh dalam kegiatan berjalan, berdiri, dan berlari. Susunan dari
ekstremitas bawah hampir mirip dengan ekstremitas atas, namun
perbedaan terletak pada tulangnya. Dimana tulang yang menyusun
ekstremitas bawah lebih besar, lebih panjang, dan lebih berat
daripada tulang yang menyusun ekstremitas atas. Hal tersebut
dikarenakan fungsi ekstremitas bawah sebagai penopang tubuh dan
pergerakan dari tubuh.
Pelvic Girdle
Pelvic girdle merupakan sutu zona atau sabuk yang tersusun oleh
os coxae dextra dan sinistra. Kedua os coxae tersebut akan saling
menyatu didaerah anterior dan meyatu dengan sacrum didaerah
posterior untuk membentuk suatu cincin tulang yang disebut pelvis.
Setiap coxae terdiri dari tulang yang besar, konkaf, dan berbentuk
flat pada bagian superior, sedikit lebih sempit dibagian tengah,
dan pada bagian inferior terdapat tulang yang tersusun melingkar
yang mengelilingi foramen obturatum. Fossa yang biasa disebut
asetabulum terletak pada kompartemen lateral dari tiap coxae dan
merupakan tempat persendian dari ekstremitas bawah dengan pelvic
girdle.
Setiap os coxae terbentuk oleh perpaduan tiga buah tulang
seiring dengan perkenmabngan tubuh yaitu ilium, ischium, dan pubis.
Ketiga tulang tersebut akan menyatu didekat dari pertengahan
asetabulum. Bagian superior dari ilium disebut crista iliaca.
Crista iliaca akan berakhir pada bagian anterior sebagai spina
iliaca anterior superior, dan pada daerah posterior akan berakhir
sebagai spina iliaca superior posterior. Incisura ischiadica major
terletak dibagian posterior dari ilium. Pertemuan antara os ilium
dan sacrum akan membentuk suatu persendian yang disebut articulatio
sacroiliaca.
Tuberositas ischadicum merupakan tulang yang biasa kita gunakan
untuk duduk dan merupakan tempat melekatnya paha bagian posterior.
Crista pubica terbentuk dari os pubis merupakan tempat melekatnya
otot-otot abdomen. Dibagian inferior dari crista pubica terdapat
symphysis pubica.
Perbandingan antara pelvis pada wanita dan pria
Pria memiliki pelvis yang lebih besar daripada wanita, hal
tersebut disebabkan oleh ukuran tubuh dan berat pria yang lebih
besar daripada wanita. Sedangakn pelvis pada wanita lebih luas, hal
tersebut dibutuhkan untuk kemudahan fetus untuk keluar dalam proses
melahirkan. Beberapa perbedaan antara pelvis pada pria dan wanita
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Regio Femur (Paha)
Paha tersusun oleh hanya satu tulang yaitu os femur. Pada ujung
proksimal terdapat caput femoris yang akan bersendi dengan
asetabulum dan dipertegas lagi oleh collum femoris. Keduanya
terletak pada sudut yang miring terhadap batang dari os femur. Di
daerah proksimal dari batang os femur terdapat dua tuberositas
yaitu trochanter major yang terletak di bagian lateral dari collum
femoris dan trochanter minor yang terletak didaerah posteroinferior
dari collum femoris. Kedua trochanter tersebut merupakan tempat
melekatnya otot-otot yang menyatukan pinggul dan paha seperti
musculus iliacus dan musculus gluteus medius.
Pada ujung distal dari os femur terdapat condylus lateralis dan
condylus medialis yang akan membentuk persendian dengan os tibia.
Dan pada bagian proksimal dari kedua condylus tersebut terdapat
epicondylus medialis dan epicondylus lateralis yang merupakan
tempat perlekatan ligamen.
Patella, merupakan tulang sesamoid yang berukuran besar dan
terletak didalam tendon dari musculus quadriceps femoris. Patella
memfiksasi tendon dari m. Quadriceps femoris pada ujung distal dari
os femur sehingga dapat mengubah sudut dari tendon M. Quadriceps
femoris dan os tibia. Perubahan sudut ini menyebabkan peningkatan
kekuatan yang digunakan otot tersebut terhadap os tibia. Akibatnya
kontraksi otot yang digunakan untuk memindahkan os tibia tidak
terlalu besar.
Regio Cruris
Regio ini merupakan bagian dari ekstremitas bawah yang terletak
antara lutut dan pergelangan kaki. Regio ini tersusun oleh dua
tulang yaitu os tibia dan os fibula. Os tibia memiliki ukuran yang
lebih besar dan terletak lebih medial daripada os fibula. Dibagian
anterior terdapat tuberositas tibialis yang merupakan tempat
melekatnya tendon dari M. Quadriceps femoris. Di ujung proksimal
dari os tibia terdapat condylus medialis dan condylus lateralis,
yang bersendi dengan condylus dari os femur. Diantara kedua
condylus tersebut terdapat eminentia intercondylaris. Pada ujung
distal dari os tibia terjadi perluasan yang membentuk malleolus
medialis yang membentuk sisi medial dari ankle joint.
Os fibula tidak bersendi dengan os femur namun memiliki caput
yang kecil dan bersendi dengan os tibia. Ujung distal dari os
fibula mengalami sedikit perluasan sehingga terbentuk malleolus
lateralis yang membentuk dinding lateral dari ankle joint.
Regio Pedis (kaki)
Bagian proksimal dari kaki tersusun atas 7 ossa tarsi (dapat
dilihat pada gambar). Os talus akan membentuk suatu persendian
dengan os tibia dan os fibula yaitu ankle joint atau articulatio
talcruralis. Os calcaneus terletak dibagian inferior dari os talus
dan menyangga os talus. Os calcaneus menonjol kedaerah posterior.
Dimana tonjolan tersebut merupakan tempat melekatnya tendon dari
musculus triceps surae.
Ossa metatarsi dan ossa phalangs memilii cara susunan yang sama
dengan ossa metacarpi dan phalangs yang ada di tangan. Terdapat
bola-bola yang terletak antara daerah metatarsal dan phalangs yang
berfungsi sebagai penghubung. Kaki berbentuk konkaf dibagian
ventral dan konveks dibagian dorsal. Hal tersebut menyebabkan
terbentuknya lengkung kaki.
Kaki meiliki tiga lengkungan besar yang mendistribusikan berat
badan diantara tumit dan bola-bola kaki. Karena kaki terletak
paling bawah dan menempel dengan tanah, berat badan ditranfer dari
os tibia dan os fibula menuju os talus. Dari os talus, berat badan
didistribusikan pertama kali ke tumit kemudian melalui sistem
lengkungan kaki sepanjang daerah lateral dari kaki. Kemudian
didistribusikan ke bola-bola kaki yang terletak antara metatarsal
dan phalangs.
1. HUBUNGAN ANTAR TULANG (ARTIKULASI)
Artikulasi = tempat satu atau lebih ujung tulang bertemu.
Artikulasi yang memungkinkan pergerakan disebut persendian
Berdasarkan dapat tidaknya digerakkan, persendian dibedakan atas
3 macam :
1. Diartosis (sendi gerak) : Hubungan antar tulang yang dapat
digerakkan.
Struktur / bentuknya : bonggol sendi, tulang rawan sendi, dan
mangkok sendi yang berisi cairan sendi (sinovial) yang berfungsi
sebagai minyak pelumas
Terdiri atas 5 macam , yaitu :
a. Sendi putar:Sendi yang memungkinkan tulang yang satu bergerak
mengitari ujung tulang yang lain dan bergerak memutar setengah
lingkaran.
Contoh:
Antara tulang atlas dengan tulang pemutar (pada ruas tulang
leher)
b. Sendi engsel:Sendi yang hanya bisa bergerak satu arah
sajaContoh:
Pada lutut, yaitu antara tulang paha dengan tulang kering
Pada siku, yaitu antara tulang lengan atas dengan tulang
belikat.
Ruas antar jari.
c.Sendi peluru:Sendi yang memungkinkan terjadinya gerakan ke
segala arah (gerak bebas)
Contoh:
Tulang paha dengan tulang gelang pinggul.
Tulang lengan atas dengan tulang belikat.
d. Sendi pelana:Sendi yang hanya memungkinkan terjadinya gerak
ke dua arah.
Contoh: Antara tulang-tulang telapak dengan ruas tulang jari
tangan
e.Sendi geser:Sendi yang hanya memungkinkan terjadinya sedikit
gerakan.
Contoh:
Pada tulang-tulang pergelangan tangan
dan tulang-tulang pergelangan kaki
2. Amfiartrosis (sendi kaku):Sendi yang masih memungkinkan
terjadinya gerak yang sangat terbatas.
Terdapat pada penghubung antar tulang-tulang rawan
Contoh:
Tulang-tulang pada gelang panggull.
Pada tulang rusuk dengan tulang dada.
3. Sinartrosis (sendi mati):Sendi yang tidak dapat digerakkan
sama sekali
Contoh:artikulasi pada tulang-tulang tengkorak
Artikulatio membri inferioris (sendi ekstremitas bawah)
Sendi gelang panggul (juncture cinguli pelvici) :
Nama sendiTipe sendiPergerakan
Articulatio sacroiliacaSendi kaku (Amphiartrosis)
Ligg. Sacroiliaca anteriorSyndesmoses
Ligg. Sacroiliaca posteriorSendi fibrosa
Ligg. Sacroiliaca interosseaArticulatio fibrosaPergeseran dan
rotasi terbatas (hanya beberapa milimeter); sebagai konsekuensi
dari deformasi pelvis pada waktu berjalan atau menanggung beban
Lig. Sacrotuberale
Lig. Sacrospinale
Simfisis pubisSendi kartilago, syncondrosis dengan discus
interpubicus
Lig. Pubicum superius
Lig. Pubicum inferius
Persendian bagian bebas ekstremitas bawah, articulations membri
inferioris liberi
Nama sendiTipe sendiPergerakan
Articulatio coxae (sendi panggul)Sendi peluruFleksi, ekstensi,
adduksi, abduksi, rotasi medial dan lateral
Articulatio genu (knee joint)Sendi engselFleksi, ekstensi,
rotasi medial dan lateral (hanya pada posisi fleksi)
Sendi tibiofibular superior (Articulatio tibiofibularis)Sendi
kaku (Amphiartrosis)Pergeseran terbatas kea rah transversal dan
vertikal, rotasi terbatas
Sendi tibiofibular inferiorSendi fibrosaMenopang penyangga
malleolus, yang sedikit menyebar pada waktu ekstensi dorsal di
sendi pergelangan kaki
Sendi pergelangan kaki (articulatio talocruralis)Sendi
engselFleksi plantar dan fleksi dorsal
Sendi talotarsalis
a) Articulatio talocalcaneonavicularis (bag.anterior)
b) Articulatio subtalaris (bag.posterior)Sendi peluru
Sendi konoidSupinasi dan pronasi
Sendi tarsal transversal (sendi CHOPART)
a) Articulatio talocalcaneonavicularis
b) Articulatio calcaneocuboideaSendi kaku
(amphiartrosis)Pergerakan plantar dan dorsal minimal, rotasi,
menopang arcus longitudinalis kaki
Sendi intertarsal
a) Articulatio cuneonavicularis
b) Articulations intercuneiformes
c) Articulatio cuneocuboideaSendi kaku (amphiartrosis)Gerakan
minimal pada deformasi kaki sewaktu meletakkan kaki ke tanah
Sendi tarsometatarsalSendi kaku (amphiartrosis)Pergerakan
plantar dan dorsal minimal dan rotasi kaki bagian depan
Sendi intermetatarsalSendi kaku (amphiartrosis)Gerakan minimal
selama rotasi kaki bagian depan
Sendi metatarsofalangeaSendi peluru dengan fungsi
terbatasFleksi, ekstensi, adduksi, abduksi
Sendi imterfalangeaSendi engselFleksi, ekstensi jari kaki
2. OTOT
Tersusun dari Sel-sel otot serabut otot tendon (urat) Otot dalam
istilah sehari-hari = daging. Pada tubuh manusia beratnya sekiitar
40% berat tubuh Fungsi : Sebagai alat gerak aktif yang menghasilkan
gerak dengan adanya kontraksi dan relaksasi
Jenis otot berdasarkan bentuk, susunan dan cara kerjanya dibagi
dalam 3 jenis :
1. Otot polos (otot tak sadar)2. Otot lurik (otot rangka) 3.
Otot jantungSifat gerak otot
1. Berlawanan / Antagonis: Otot yang satu berkontraksi, sedang
otot lain berelaksasi.
Contoh:
Fleksor dan Ekstensor, yaitu menekuk dan meluruskan pada gerak
otot lengan atas (Bisep & Trisep).
Abduktor dan Adduktor, yaitu menjauhi dan mendekati tubuh pada
gerak meregangkan jari-jari.
Depresor dan Elevator, yaitu menurunkan dan mengangkat pada
gerak membuka dan menutup mulut .Bersamaan / Sinergis:Dua otot yang
kerjanya bersamaaan. Penamaan ototAdapun karakteristik yang
digunakan untuk menamai otot adalah berdasarkan origo dan
insertio,ukuran,jumlah origo,arah pergerakan,bentuk,lokasi dan
jenis geras yang ditimbulkan ketika berkontraksi seperti yang
tercantum pada tabel dibawah ini.
Otot-otot pinggul bagian ventral
m. iliacusOrigo: fossa iliaca, spina iliaca anterior inferior,
bagian anterior kapsu sendi pinggulInsersio: trochanter minor dan
daerah didekat labium mediale lineae asperae
m. psoas majorO: lapisan superfisial: permukaan lateral corpus
vertebrae thoracicae 12 lumbaris 4, disci intervertebrales
Lapisan dalam: proc. Costalis vertebrae lumbales 1-4I :
trochanter minor dan daerah didekat labium mediale lineae
asperae
m. psoas minorO: permukaan lateral corpus vertebrae thoracicae
12 dan lumbalis 1I: fascia m. iliopsoas, arcus iliopectineus
Otot-otot pinggul bagian dorsal
m. gluteus maximusO: facies glutea alae ossis ilium di sebelah
dorsal linea glutea posterior, facies posterior iossis sacri,
fascia thoracolumbalis, lig.sacrotuberaleI: bagian kranial via
tractus iliotibialis: tibia tepat dibawah condyles lateralis,
bagian kaudal: tuberositas glutea, septum intermusculare femoris
laterale
m. gluteus mediusO: fascies glutea alae ossis ilium di antara
linea gluteae anterior dan posteriorI: ujung dan tepi lateralis
trochanter major
m. gluteus minimusO: facies glutea alae ossis ilium di antara
linea gluteae anterior dan posteriorI: ujung dan tepi lateralis
trochanter major
m. piriformisO: ke lateral dan di antara foramina sacralia
pelvica (segmen sacral 3-5) pada facies pelvica ossis sacri,
incisura ishiadica major didekat os sacrumI: permukaan dalam ujung
trochanter major
m. obturatorius internusO: lingkar foramen obturatorum,
permukaan medial membrane obturatoriaI: fossa trochanterica
m. gemellus superiorO: spina ischidicaI: fossa trochanterica
m. gemellus inferiorO: tuber ischiadicumI: fossa
trochanterica
m. quadratus femorisO: tepi laterl tuber ischidiacumI: crista
itertrochanterica
Otot-otot paha bagian ventral
m. quadriceps femorisO: m. rectus femoris, caput rectum: spina
iliaca anterior inferiorm.rectus femoris, caput reflexum: tepi
kranial acetabulum
m. vastus medialis: dua pertiga bawah labium mediale lineae
asperae
m. vastus lateralis: lingkar distal trochanter major, labium
lateral lineae asperae
m. vastus intermedius: dua pertiga atas facies anterior dan
aspek lateral femur
m. articularis genus: seperempat distal facies nterior femurI:
tepi proximal, lateral dan medial patella, tuberositas tibia via
lig. Patella, daerah-daerah di lateral tuberositas tibia via
retinacula patella
m. SartoriusO: spina iliaca anterior superiorI: permukaan medial
tuberositas tibia
m. tensor fasciae lataeO: spina iliaca anterior superiorI: tibia
dibawah condyles
Otot-otot paha bagian medial
m. pectineusO: pectin ossis pubisI: linea pectinea femoris
m. gracilisO: tepi medial ramus inferior ossis pubis di
sepanjang simphisisI: ujung proximal tibia di sebelah medial
tuberositas tibiae
m. addyctor brevisO: ramus inferior ossis pubis lebih dekat ke
foramen obturatorius daripada lke m. adductor longusI: sepertiga
proximal labium mediale lineae asperae
m. adductor longusO: os pubis dibawah crista pubica sampai ke
simphisisI: sepertiga tengah Lbium mediale lineae asperae
m. adductor magnusO: tepi medial ramus inferior ossis pubis,
ramus dan tuberossis ischiaI: dua pertiga proximal labium mediale
lineae asperae, tuberositas, tuberculum adductorium, m. adductor
minimus, tuberositas glutea
m. obturatorius externusP: lingkar foramen obturatum, permukaan
lateral membrane obturatoriaI: fossa trochanterica
Otot-otot paha bagian dorsal
m. bicpes femorisO: caput longum: tuber ischiadicum bersama
dengan m. semitendinosusCaput breve: spsertiga tengah labium
laterale lineae asperaeI: caput fibulae (membungkus lig.
Collaterale fibulare), menyebar ke dalam fascia cruris
m. semitendinosusO: tuber ischiadicum bersama dengan caput
longum pada m.biceps femorisI: permukaan medial tuberositas
tibie
m. semi membranosusO: tuber ischiadicumI: ujung proximal tibia
dibawah condyles medialis, kapsul posterior sendi lutut, lig.
Popliteum obliquum, fascia musculi poplitei
Otot-otot tungkai bawah bagian ventral
m. tibialis anteriorO: ujung proximal tibia tepat di bawah
condyles lateralis, dua pertiga atas facies lateralis tibiae,
fascia cruris, (membrane interossea)I: tepi medial basis ossis
metatarsi I, permukaan plantar os cneiforme mediale
m. extensor halluces longusO: dua pertiga distal facies medialis
fibulae, membrane interosssea, fascia crurisI: basis phalangis
distalis dan phalanx proximalis halluces
m. extensor digitorum longusO: ujung proximal tibia tepat di
bawah condyles lateralis, margo anterior fibulae, membrane
interossea cruris, septum intermusculare cruris anterius, fascia
crurisI: aponeurosis dorsalis pada jari 2-5
m. fibularis tertiusO: bagian distal m. extensor digitorum
longusI: bassis ossis metatarsi V
Otot-otot tungkai bagian bawah lateral
m. fibularis longusO: caput fibulae, dua pertiga proksimal
facies lateralis dan margo posterior fibulae, septa intermuscularia
cruris anterius et posterius, fascia crurisI: tuberositas ossis
metatarsi I (II), permukaan plantar ossis cuneiformis
intermedii
m. fibularis breviO: setengah distal facies lateralis dan margo
posterior fibulae, speta intermuscularia cruris anterius et
posteriusI: tuberositas ossis metatarsi V, tendo-tendo jari
kelingking kaki
Otot-otot tungkai bawah bagian dorsal superfisial
m. triceps surae (tendonya lebar: tendo achilles)O: m.
gastrocnemius, caput mediale: facies popliteal femoris di sebelah
proksimal condyles medialism. gastrocnemius, caput lateral: facies
popliteal femoris disebelah proksimal condyles lateralis
m. soleus: caput fibulae, sepertiga proksimal facies posterior
dan margo posterior fibulae, facies posterior tibiae dan tepat
dibawah linea musculi solei, arcus tendineus musculi solei
m. planytaris: facies popliteal femoris di sebelah proksimal
condyles lateralisI: tuber calcanei
Otot- otot tungkai bawah bagian dorsal profundus
m. popliteus O: epicondylus lateralis femorisI: facies posterior
tibiae tepat di atas linea musculi solei
m. tibialis posteriorO: tiga perempat atas membrane interossea,
daerah-daerah di sekitar tibia dan fibulaI: tuberositas ossis
navicularis, permukaan plantar ossa cuneiformia I-III, pangkal ossa
metatarsi II-IV
m. flexor digitorum longusO: facies posterior tibia di sebelah
distal linea musculi solei, tendo-tendo di antara tibia dan fibula
disebelah proksimal chiasma cruraleI: phalanx distalis jari 2-5
m. flexor halluces longusO: dua pertiga distal facies posterior
fibulae, membrane interossea, septum intermusculare cruris
posteriusI: phalanx distalis ibu jari kaki
Otot-otot punggung kaki
m. extensor digitorum brevisO: permukaan dorsal dan
lateralcalcaneusI: aponeurosis dorsalis jari 2-4
m. extensor halluces brevisO: permukaan dorsal calcaneus, sinus
tarsiI: phalanx proximalis ibu jari
Otot-otot telapak kaki sebelah medial
m. abductor hallucesO: proc. Medialis tuberis calcanei,
aponeurosis plantaris, retinaculum musculorum flexorumI: os
sesamoideum mediale di kapsul sendi metatarsophalangeal ibu jari,
sisi medial pangkal phalanx proximalis ibu jari
m. flexor halluces brevisO: perm. Plantar ossa cuneiformia, lig.
Calcaneocuboideum plantare, lig. Plantare longum, tendo m. tibialis
posteriorI: bagian medial: os sesamoideum mediale sendi
metatarsophalangeal ibu jari, pangkal phalanx proksimalis I
Bagian lateral: os sesamoideum laterale sendi
metatarsophalangeal ibu jari, pangkal phalanx proximalis I
m. adductor hallucisO: caput obliquum: os cuboideum, os
cuneiforme laterale, lig. Plantar longum, lig. Calcaneocuboideum
plntare
Caput transversum: kapsul sendi metatarsophalangea jari III-V,
lig. Metatarsal transversum profundumI: os sesamoideum laterale
pada kapsul sendi metatarsophalangeal ibu jari, pangkal phalanx
proximalis ibu jari
Otot-otot kaki bagian tengah
m. flexor digitorum brevis (tepat sebelum berinsersi, tendonya
ditembus oleh tendo-tendo m. flexor digitorum longus)O: permukaan
plantar tuber calcanei, aponeurosis plantarisI: phalanx media jari
2-5
m. quadratus plantae (m. flexor accessorius)O: perm. Plantar
calcaneus, lig. Plantar longumI: tepi lateral tendo m. flexor
digitorum longus tepat sebelum bercabang
mm. lumbricales pedis I-IVO: m. lumbricales pedis I : sisi
medial tendo m. flexor digitorum longus ke jari 2
Mm . lumbricales pedis II-IV: sisi-sisi tendo m. flexor
digitorum longus yang berhadapan ke jari 3-5I: sisi medial phalanx
proximalis jari 2-5, kadang-kadang menyebar ke aponeurosis
dorsalis
mm. interossei plantares pedis I-IIIO: perm. Plantar ossa
metatarsi III-V, lig. Plantar longumI: sisi medial pangkal phalanx
proximalis jari 3-5
mm. interossei dorsalis pedis I-IV (otot-otot berkaput dua)O:
sisi-sisi ossea metatarsi I-V yang berhadapan, lig. Plantare
longumI: m. interossus dorsalis I: sisi medial pangkal phalanx
proximalis jari 2
mm. interossei dorsales II-IV: sisi lateral pangkal phalanx
proximalis jari 2-4, berinsersi ke aponeuroses extensores
Otot-otot telapak kaki bagian lateral
m. abductor digiti minimiO: proc. Lateralis pada tubercalcanei,
aponeurosis plantarsi, tuberositas ossis metatarsi VI: pangkal
phalanx proksimalis jari 5
m. flexor digiti minimi brevisO: basis ossis metatarsi V, lig.
Plantare longum, selubung tendo m. fibularis longusI: phalanx
proximalis jari 5
m. opponens digiti minimiO: lig. Plantare longum, selubung tendo
m. fibularis longusI: tepi lateral os metatarsi V
HISTOLOGI
1. TULANG
Kartilago
Kartilago terdiri dari kartilago hyaline, fibrosa, dan elastic.
Kartilago hyaline tersusun atas sel yang terspesialisasi yang
membentuk matriks yang mengelilingi sel. Sel yang memproduksi
matriks kartilago baru disebut kondroblas. Ketika matriks
mengelilingi kondroblas, akan menjadi kondrosit, yang berbentuk sel
bulat yang menempati ruangan dalam matriks yang disebut lacuna.
Matriks berisi kolagen untuk mempertahankan kekuatan dan
proteoglikan yang membuat kartilago lunak. Perikondrium adalah
jaringan ikat berlapis ganda yang menutupi kebanyakan
kartilago.bagian terluar perikondrium adalah jaringan ikat padat
irregular yang berisi fibroblast. Bagian dalam perikondrium,
lapisan lebih lembut yang memiliki sedikit serat dan berisi
kondroblas. Pembuluh darah dan saraf masuk ke lapisan luar
perikondrium tapi tidak masuk ke matriks, sehingga nutrisi harus
berdifusi lewat matriks kartilago untuk mencapai kondrosit.
Kartilago sendi, yaitu kartilago yang menutupi ujung-ujung tulang
pembentuk sendi tidak memiliki perikondrium., pembuluh darah,
ataupun saraf.
2. OsteonMatriks osteon normalnya tersusun atas 35% bahan
organic dan 65% inorganic. Bahan organic antara lain kolagen dan
proteoglikan. Bahan inorganic terdiri atas hidroksiapatit yang
memiliki rumus molekul Ca10(PO4)6(OH)2.
Bila seluruh mineral dibuang dari tulang panjang, kolagen
menjadi unsure primer dan tulang menjadi sangat rapuh.
Sel tulang dikategorikan sebagai osteoblas, osteosit, and
osteoklas yang berfungsi berbeda-beda. Osteoblas memiliki reticulum
endoplasma yang luas dan ribosom yang banyak. Osteoblas memproduksi
kolagen terutama tipe 1 dan proteoglikan yang dimuat dalam vesikel
oleh badan golgi dan dilepaskan dari sel dengan eksositosis.
Osteoblas juga membentuk vesikel yang mengakumulasi ion calcium dan
fosfat, serta berbagai macam enzim. Isi vesikel dikeluarkan dari
sel secara eksositosis dan dipakai untuk membentuk Kristal
hidroksiapatit. Akhirnya terbentuklah matriks tulang
bermineral.
Sekali osteoblas menjadi dikelilingi oleh matriks tulang, sel
tulang matur disebut osteosit. Osteosit agak inaktif jika
dibandingkan dengan osteoblas, namun memungkinkan untuk osteosit
memproduksi komponen-komponen yang dibutuhkan untuk menjaga matriks
tulang.
Ruang yang ditempati badan-badan sel osteosit disebut lacuna.
Ruang yang ditempati prosesus sel osteosit disebut kanalikuli.
Osteoklas adalah sel besar dengan beberapa nucleus dan
bertanggungjawab terhadap resorpsi atau pemecahan tulang. Osteoklas
melepas enzin-enzim yang mencerna protein komponen matriks tulang.
Melalui endositosis, beberapa produk pecahan resorpsi tulang
diambil osteoklas. Osteoblas membantu resorpsi tulang oleh
oeteoklas dengan memproduksi enzim-enzim yang memecah lapisan tipis
matriks tulang tak bermineral yang normalnya melapisi tulang.
3. OTOT
Otot Rangka
Otot rangka tersusun atas serat-serat otot yang berasosiasi
dengan jaringan ikat, pembuluh darah, dan syaraf dalam jumah yang
lebih sedikit. Serat-serat otot rangka merupakan sel otot rangka
itu sendiri. Masing-masing serat otot merupakan sebuah sel
silindrik yang mengandung beberapa nukleus yang terletak pada
bagian tepi serat dekat dengan membran plasma. Serat otot
berkembang dari sel-sel yang belum matur dengan jumlah nukleus yang
banyak yang disebut myoblast. Nukleus yang banyak tersebut berasal
dari penggabungan sel prekursor myoblast. Myoblast kemudian
berkembang menjadi serat otot saat protein kontraktil mulai
berakumulasi di dalam sitoplasmanya. Tidak lama setelah myoblast
terbentuk, syaraf mulai tumbuh ke dalam dan menginervasi serat otot
yang berkembang.
Jumlah serat otot rangka tetap relatif konstan sejak lahir.
Pembesaran atau hipertrofi dari otot setelah lahir bukanlah hasil
dari peningkatan jumlah serat otot, melainkan pembesaran dari
ukurannya. Hal yang sama juga terjadi pada hipertrofi dari otot
pada respon karena olah raga yang mengakibatkan peningkatan pada
ukuran serat otot.
Seperti yang tampak pada penampang longitudinal, pita-pita
terang dan gelap memberi serat otot sebuah tampilan yang lurik.
Sebuah serat otot dapat membentang dari satu ujung otot kecil
sampai ke ujung yang lain, tetapi beberapa serat otot yang
terbentang dari satu ujung ke ujung lainnya biasanya membentang
secara keseluruhan pada otot yang lebih panjang.
Serat Otot
Sebuah serat otot adalah sebuah sel yang terdiri dari membran
plasma (sarcolemma), cytoplasm (sarcoplasm), beberapa nukleus, dan
myofibrilis.
Myofibrilis terbentuk dari dua buah serat protein utama: actin
dan myosin.
Myofilamen actin merupakan sebuah double helix dari F actin
(terbentuk dari monomer-monomer G actin),tropomyosin, dan
troponin.
Molekul-molekul myosin, mengandung 2 kepala globulus dan sebuah
porsi yang mirip tongkat, yang menyusun myofilamen myosin.
Actin dan myosin teroganisasi untuk membentuk sarcomer-
sarcomer.
Sarcomer- sarcomer terikat oleh diskus Z yang membawa myofilamen
actin.
6 myofilamen actin (filamen tipis) mengelilingi sebuah
myofilamen myosin (filamen tebal).
Myofibril tampak lurik karena terdapat pita A dan pita I.
Di bagian tengah dari pita A, terdapat pita yang lebih kecil
yaitu zona H, di mana myofilamen actin dan myosin tidak tumpang
tindih (hanya ada myofilamen myosin).
Sebuah pita gelap yang disebut zona M terletak ditengah-tengah
zona H dan mengandung filamen halus yang berhubungan dengan bagian
tengah dari myofilamen myosin.
Berdasarkan diameter serat, kuantitas mioglobin, jumlah
mitokondria, konsentrasi beberapa enzimnya, dan kecepatan
kontraksi, serat otot dibagi menjadi dua, yaitu serat otot merah
dan serat otot putih. Perbandingan keduanya dapat dilihat pada
table di bawah ini.
KarakteristikSerat otot merahSerat otot putih
Mitokondria Banyak Sedikit
MyoglobinBanyak Sedikit
Diameter seratKecilBesar
Kontraksi Pelan dan berulang, tidak mudah lelah, kekuatan
kontraksi lemahCepat tapi mudah lelah, kekuatan kontraksi lebih
besar
Retikulum sarkoplasmicTidak extensiveExtensive
Jaringan ikat pada otot rangka / otot skelet :
Endomysium mengelilingi setiap serat otot.
Perimysium melapisi gabungan dari beberapa serat otot. Epimysium
melapisi otot yang mengandung fasciculi.
Untuk lapisan lapisan otot, lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Otot Jantung Otot jantung bersifat involunter, berkontraksi
secara ritmis dan automatis.
Hanya terdapat pada lapisan miokard dan dinding pembuluh darah
besar yang secara langsung berhubungan dengan jantung.
Terdapat suatu satuan linear yang terdiri atas sejumlah sel otot
jantung yang terikat end-to-end yaitu Diskus Interkalaris.
Di antara serat-serat otot terdapat jaringa ikat halus yaitu
Endomisisum.
Terbungskus suatu sarkolem tipis, serupa pada otot skeletal.
Terdapat sarkoplasma dengan banyak mitokondria.
Otot Polos Merupakan jenis otot involunter.
Terutama tedapat pada bagian visceral, membentuk bagian
kontraktil.
Otot-otot ini terdapat pada sistem pernapasan, sistem urinaria,
dan sistem reproduksi.
Pada sarkoplasma sekitar inti, terdapat mitokondria, sejumlah
elemen dar retikulum granular dan ribosom-ribosom bebas, suatu
aparat golgi kecil, glikogen dan sedikit titik-titik lipid.
Serat-serat retikuler dan elastin mengisi celah-celah
interseluler sempit.
Tabel: Perbandingan Jenis Otot
AspekOtot RangkaOtot PolosOtot Jantung
LokasiMelekat pada tulang atau rangkaDinding dari organ
berrongga, pembuluh darah, mata, kelenjar, dan kulit.Jantug
Bentuk selSangat panjang dan silindrik, tidak bercabang (panjang
1 mm 4 cm, diameter 10 100 m)Menyerupai gelendong atau kumparan
(panjang 15 200 m, diameter 5 8 m)Silindrik dan bercabang-cabang
(panjang 100 500 m, diameter 12 20 m)
NucleusBanyak, terletak di tepiTunggal, terletak di
tengahTunggal, terletak di tengah
Penghubung khusus antar selTidak adaGap junction menghubungkan
beberapa otot polos visceral menjadi satuIntercalated disks
menghubungkan sel yang satu dengan yang lainnya
Pola lurik (striations)YaTidakYa
KontrolVolunter dan involunter (refleks)InvolunterInvolunter
Mampu untuk berkontraksi secara spontanTidakYa (beberapa otot
polos)Ya
FungsiPergerakan tubuhPergerakan makanan melelui traktus
digestivus, mengosongkan urinary bladder, regulasi diameter
pembuluh darah, mengubah ukuran pipil, kontraksi berbagai saluran
kelenjar, pergerakan rambut, dan berbagai fungsi lainnya.Memompa
darah; kontraksinya merupakan energi utama untuk mendorong darah
melalui pembuluh darah
3 SENDIJenis sendi berdasarkan susunannya :
1. Sendi fibrosa (disatukan oleh jaringan ikat padat
fibrosa)
Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Sendi tipe ini tidak
memiliki lapisan tulang rawan. Tulang yang satu dengan yang lain
dihubungkan oleh jaringan ikat fibrosa.
Macam-macamnya :
Sutura : Bila penyatuannya sangat kuat, hanya terdapat di
tengkorak. Sendi ini tidak permanen, karena dapat diganti dengan
tulang di kemudian hari
Sindesmosis : Bila disatukan oleh jaringan ikat fibrosa yang
lebih banyak dari sutura
Ex :sendi radioulnar, sendi tibiofibular
Gomfosis : Bila jaringan fibrosa penyatu membentuk membran
periodontal
Ex : pada gigi dalam maksila dan mandibula
2. Sendi tulang rawan / sendi kartilaginosa sekunder
Permukaan tulang yang berhadapan dilapisi lembar-lembar tulang
rawan hialin yang dipersatukan oleh lempeng fibrokartilago.
Merupakan sendi yang ujung-ujungnya dibungkus oleh tulang rawan
hialin , disokong oleh ligamen dan hanya dapat sedikit
bergerak.
Terdiri atas dua tipe:
1. Sinkondrosis, adalah sendi-sendi yang seluruh persendiannya
dilapisi oleh tulang rawan hialin.
2. Simfisis, yaitu sendi yang tulang-tulangnya memiliki suatu
hubungan fibrokartilago antara tulang dan selapis tipis rawan
hialin yang menyelimuti permukaan sendi.
Ex: simfisis pubis dan sendi pada tulang punggung.
3. Sendi Sinovia
Tulang-tulang ditahan menjadi 1 oleh simpai sendi dan permukaan
yang berhadapan dilapisi tulang rawan sendi (C. Hialin atau C.
Fibrosa hanya pada fosa glenoid dan acetabulum)
Simpai sendi, lapisan luarnya ialah jaringan ikat padat kolagen
yang menyatu dengan periosteum yang membungkus tulang dan di
beberapa tempat menebal membentuk ligamen sendi.
Lapis dalam simpai (membran sinovia), membatasi rongga sendi,
mengandung kapiler lebar.
Jenis sel sinovia :
- Sel A/M : paling banyak, mirip makrofag (fagositosis aktif),
sitoplasmanya banyak
mengandung mitokondria, vesikel mikropinositik, lisosom, aparat
Golgi
- Sel B/F : kurang berkembang, menyerupai fibroblas, RE granular
sangat luas
Membran sinovial sering menjulur ke dalam rongga sendi berupa
lipatan kasar/vili sinovia, dan dapat menonjol keluar menembus
lapis luar simpai di antara tendo dan otot membentuk saku yang
disebut bursa.
Juga menghasilkan cairan sinovia : hasil dialisis plasma darah
dan limf, mengandung musin (asam hialuronat terikat protein).
Fungsi : pelumas dan nutritif untuk sel tulang rawan sendi
Rongga sendi terbagi sebagian / seluruhnya (terkadang) oleh
diskus intra-artikular.
Jenis-jenis sendi sinovial:
1. Sendi engsel, hanya memungkinkan gerak fleksi dan ekstensi,
memiliki satu sumbu. Ex: elbow joint/sendi skiu.
2. Sendi pelana, bentuknya seperti pelana berbentuk cekung dan
cembung. Memiliki dua sumbu. Ex: sendi metakarpal.
3. Sendi datar, memungkinkan gerakan meluncur atan geser.
Ex: articulatio acromioclaviculare.
4. Sendi pivot, memungkinkan gerak rotasi, bersumbu satu. Ex:
sendi antara atlas dan axis.
5. Condyloid, bersumbu dua, memungkinkan gerak fleksi dan
ekstensi, abduksi dan adduksi, serta sirkumduksi. Ex: articulatio
metacarpophalangeae jari-jari tangan.
6. Sendi peluru, bersumbu banyak, memungkinkan gerak menurut
berbegai sumbu. Ex: acetabulum caput femoris.MEKANISME KONTRAKSI
OTOT RANGKA
A. Secara Umum urutan dari rangkaian potensial aksi pada otot
rangka tersebut adalah :
1. Potensial aksi pada saraf motorik sampai ke ujung
neuromuscular.
2. Di ujung saraf, asetilkolin disekresikan dalam jumlah
sedikit.
3. Asetilkolin bekerja di area setempat pada membrane serat otot
untuk membuka banyak saluran bergerbang asetilkolin.
4. Saluran asetilkolin yang terbuka memungkikan ion Na mengalir
ke dalam membrane serat otot pada titik terminal saraf sehingga
akan timbul potensial aksi dalam serat otot.
5. Potensial aksi kemudian menjalar di sepanjang serat otot.
6. Potensial aksi kemudian menimbulkan sepolarisasi membrane
yang kemudian menyebabkan reticulum sarkoplasma mengeluarkan ion Ca
ke myofibril.
7. Ion Ca dalam myofibril menimbulkan pergerakan filament aktin
dan myosin yang menyebabkan kontraksi otot.
8. Kurang dari satu detik kemudian, ion Ca dilepas dan
dikembalikan ke reticulum sarkoplasma sampai ada potensial aksi
selanjutnya.
B. Filamen Kontraktil
1. Aktin:
Tersusun atas:
Molekul globular G aktin:
Memiliki 1 molekul ADP yang digunakan untuk berinteraksi dengan
jembatan silang myosin.
Memiliki sisi aktif tenpat berikatan dengan kepala miosin
2 rantai fibrous actin (F aktin)
Membentukuntai ganda double helix yang setiap perputarannya
terdiri atas 13 G aktin.
Terdiri atas 200 G aktin
Tropomyosin
Tropomiosin menutup sisi aktif di 7 G aktin pada setiap pilin
double helix sehingga sisi aktifnya tidak dapat berikatan dengan
myosin dan terjadi relaksasi otot.
Troponin
Troponin I: berafinitas tinggi terhadap aktin
Troponin T: berafinitas tinggi terhadap tropomiosin.
Troponin C: berafinitas tinggi terhadap ion Ca
Bagian dasar filament aktin disisipkan dengan kuat ke lempeng Z,
sedangkan ujung lainnya menonjol ke dalam sarkomer yang berdekatan
dan berada di ruang antar molekul.
2. Miosin
Memiliki 2 rantai berat yang saling berpilin dengan kepala
menonjol di setiap ujungnya.
Memiliki 2 rantai ringan pada setiap kepala
Bagian penting:
Bagian kepala dapat berikatan dengan sisi aktif aktin membentuk
cross bridges.
Bagian kepala menempel pada bagian berpilin oleh lengan.
Bagian kepala memiliki aktivitas ATPase untuk menghasilkan
energy untuk membengkokkan lengan saat kontraksi sehingga filament
aktin bergerak.
Dibentuk oleh 200 atau lebih filament miosin tunggal.
C. Mekanisme Kontraksi dan relaksasi Otot Secara Molekular
1. Sebuah potensial aksi diproduksi di neuromuscular junction
yang berjalan sepanjang sarkolema otot lurik, menyebabkan
depolarisasi menyebar di sepanjang membrane tubulus T.
2. Depolarisasi pada tubulus T menyebabkan terbukanya
voltage-gated Ca channels dan meningkatkan permeabilitas RS
terhadap Ca, sehingga Ca keluar ke sarkoplasma.
3. Ca dalam sarkoplasma kemudian berikatan dengan protein
troponin menyebabkan tropomiosin bergeser sehingga sisi aktif G
aktin terbuka.
4. Kepala myosin kemudian berikatan dengan sisi aktif aktin
membentuk cross-bridges dan kepala myosin melepas 1 molekul
fosfat.
5. Energi di kepala myosin digunakan untuk menggerakkan kepala
myosin menyebabkan aktin bergerak, dan ADP dilepaskan dari kepala
myosin.
6. Kedua Z disk pada sarkomer saling mendekat, sehingga
mempersempit H zone.
7. Sebuah molekul ATP berikatan dengan kepala myosin menyebabkan
myosin melepaskan ikatan dengan sisi aktif aktin.
8. ATP dipecah menjadi ADP dan fosfat, namun masih berikatan
dengan kepala myosin.
9. Bila Ca masih melekat pada troponin, maka cross-bridges akan
terbentuk kembali, namun bila Ca sudah tidak melekat, terjadi fase
relaksasi.
EKSITASI KONTRAKSI OTOT RANGKA
HUBUNGAN NEUROMUSCULAR
Serat otot rangka disarafi oleh serat saraf besar dari
motoneuron dari medula spinalis => serat-serat saraf bercabang
beberapa kali => merangsang beberapa ratus serat otot rangka
=> ujung-ujungnya membuat sambungan neuromuscular => ketika
serat otot mendekati pertengahan serat => potensial aksi serat
menjalar dalanm 2 arah menuju ujung-ujung serat otot. Neuromuscular
=> serat saraf yang bercabang => kompleks terminal cabang
saraf => invaginasi ke dalam serat otot (diluar membran) =>
terminal akson memiliki banyak mitokondria yang menyediakan energi
untuk sintesis transmiter perangsang (asetilkolin).
Asetilkolinesterase => merusak asetilkolin. Impuls saraf =>
sambungan neuromuscular => potensial aksi (depolarisasi)
menyebar ke seluruh terminal => saluran kalsium bergerbang
voltase terbuka => difusi ion kalsium ke bagian dalam terminal
=> ion Ca menarik vesikel asetilkolin ke membran saraf =>
asetilkolin keluar ke celah saraf dengan eksositosis.
Kompleks reseptor => 5 protein subunit : 2 protein alfa dan
masing-masing 1 protein beta, delta. Dan gamma.
Saluran akan terbuka jika 2 molekul asetilkolin melekat secara
berurutan pada dua protein subunit alfa.
Asetilkolin => diameter besar => memungkinkan ion (+)
masuk : Na, K, dan Ca.
Beberapa penyebab banyaknya ion Na yang mengalir melalui saluran
asetilkolin adalah karena :
Hanya ada 2 ion utama yang cukup besar memberi pengruh muatan
kuat (Na di cairan ekstraseluler; K di intraseluler)
Nilai potensial (-) pada bagian dalam membran otot menarik
ion-ion Na ke dalam serat
Keseluruhannya menimbulkan perubahan potensial setempat pada
membran serat-serat otot (potensial akhir) => potensial aksi
=> kontraksi ototPEMBUANGAN ASETILKOLIN
Asetikolin dibuang dengan 2 cara :
1. Dihancurkan oleh enzim asetilkolinesterase
2. Difusi keluar dari ruang sinaptik dan tidak lagi tersedia
untuk bekerja pada serat otot
Kesemuanya mencegah perangsangan otot kembali dan dipulihkan
dari potensial aksi.
POTENSIAL AKSI
Untuk menimbulkan kontraksi => arus listrik harus menembus ke
semua miofibril yang terpisah => dicapai melalui penyebaran di
sepanjang tubulus transversus (tubulus T) => yang berjalan dari
satu sisi ke sisi yang lain => retikulum sarkoplasmik segera
melepas ion-ion Ca ke semua miofibril => kontraksi (mekanisme
eksitasi-kontraksi).
RETIKULUM SARKOPLASMA
Tubulus vesikuler => mempunyai ion-ion Ca dalam konsentrasi
tinggi dilepas jika potensial aksi terjadi di tubulus T yang
berdekatab => ion Ca yang dilepaskan berdifusi ke myofibril yang
berdekatan, tempat ion Ca berikatan kuat dengan Troponin C sehingga
akan kontraksi. Kontraksi otot berlangsung => selama konsentrasi
ion-ion Ca myofibril tetap tinggi => jika potensial aksi
berhenti => pompa Ca yang ada di dinding retikulum sarkoplasma
(yang terus - menerus aktif) => akan memompa ion-ion Ca keluar
dari myofibril kembali ke tubulus sarkoplasma. Retikulum
sarkoplasma => memiliki protein bernama calsequestrin yang
berguna mengikat Ca 40x lebih banyak dari ikatan ionik sehingga
mengikat ion Ca lebih banyak.
Pemindahan Ca ke dalam retikulum => pengosongan total ion-ion
Ca dalam cairan myofibril => konsentrasi ion Ca dalam derajat
rendah (kecuali sesaat setelah potensial aksi). Perangsangan penuh
sistem tubulus T-retikulum sarkoplasma => akan banyak ion Ca
yang dilepas => untuk meningkatkan konsenrrasinya dalam
myofibril sampai sekian molar konsentrasi => lalu ion akan
dikosongkan lagi. Pulsasi Ca dalam serat otot rangka berbeda-beda,
tergantung komposisi dan sifat serat ototnya, tapi pada umumnya
terjadi 1/20 detik.
SUMBER ENERGI KONTRAKSI OTOT
Setiap kontraksi otot membutuhkan ATP, tak ada sumber enrgi lain
yang dapat menggantikan kedudukannya. Persediaan ATP bergantung
pada ketersediaan oksigen dan bahan organik lain seperti glukosa
dan asam lemak. Untuk memahami bagaimana otot mengatur kebutuhan
ATPnya kita harus mengenal dua proses sintesis ATP-anaerobic
fermentation dan aerobic respiration. Masing-masing proses ini
memiliki keuntungan dan kerugian. Anaerobik fermentation
memungkinkan sel untuk memproduksi ATP tanpa adanya oksigen dengan
kata lain tanpa bantuan oksigen, tetapi ATP yang dihasilkan sangat
terbatas dan proses akhirnya mengeluarkan toksik, asam laktat, yang
menjadi faktor utama penyebab terjadinya keletihan otot.
Perbedaannya dengan aerobic respiration adalah mampu menghasilkan
ATP lebih banyak dan prosuksi akhirnya sedikit menghasilkan toksik
(karbondioksida dan air), tetapi proses ini membutuhkan persediaan
oksigen yang berkelanjutan. Walaupun aerobic respiration
sebagaimana yang kita ketahui adalah proses yang terbaik untuk
oksidasi glukosa, ini membutuhkan energi ekstra dari senyawa
organik lainnya. Pada otot yang beristirahat banyak ATP yang
dihasilkan oleh aerobic respiration dari asam lemak.
Baik kontraksi maupun relaksasi otot skeletal dibutuhkan energi
berupa ATP melalui proses metabolisme. Berikut adalah berbagai
mekanisme penyediaan ATP untuk otot :
1. Glikolisis dengan menggunakan glukosa darah atau glikogen
otot
Glikolisis merupakan salah satu bentuk metabolisme energi yang
dapat berjalan secara anaerobik tanpa kehadiran oksigen. Proses
metabolisme energi ini mengunakan simpanan glukosa yang sebagian
besar akan diperoleh dari glikogen otot atau juga dari glukosa yang
terdapat di dalam aliran darah untuk menghasilkan ATP. Inti dari
proses glikolisis yang terjadi di dalam sitoplasma sel ini adalah
mengubah molekul glukosa menjadi asam piruvat dimana proses ini
juga akan disertai dengan membentukan ATP. Jumlah ATP yang dapat
dihasilkan oleh proses glikolisis ini akan berbeda bergantung
berdasarkan asal molekul glukosa. Jika molekul glukosa berasal dari
dalam darah maka 2 buah ATP akan dihasilkan namun jika molekul
glukosa berasal dari glikogen otot maka sebanyak 3 buah ATP akan
dapat dihasilkan. Mokelul asam piruvat yang terbentuk dari proses
glikolisis ini dapat mengalami proses metabolism lanjut baik secara
aerobik maupun secara anaerobik bergantung terhadap ketersediaan
oksigen di dalam tubuh. Pada saat berolahraga dengan intensitas
rendah di mana ketersediaan oksigen di dalam tubuh cukup besar,
molekul asam piruvat yang terbentuk ini dapat diubah menjadi CO2
dan H2O di dalam mitokondria sel. Dan jika ketersediaan oksigen
terbatas di dalam tubuh atau saat pembentukan asam piruvat terjadi
secara cepat seperti saat melakukan sprint, maka asam piruvat
tersebut akan terkonversi menjadi asam laktat.
Selain itu glikogen yang disimpan dalam otot dapat dipecah
menjadi glukosa, kemudian digunakan untuk energi. Tahap awal dari
proses ini, disebut glikolisis, terjadi tanpa menggunakan oksigen
(metabolisme anaerobik). Selama glikolisis, setiap molekul glukosa
dipecahkan menjadi 2 molekul asam piruvat., dan energi dilepaskan
untuk membentuk 4 molekul ATP untuk setiap molekul glukosa asal.
Biasanya, asam piruvat kemudian masuk ke mitokondria sel otot dan
bereaksi dengan oksigen untuk membentuk lebih banyak molekul ATP.
Akan tetapi, bila tidak terdapat oksigen yang cukup untuk
melangsungkan tahap kedua (tahap oksidatif) metabolisme glukosa
ini, sebagian besar dari asam piruvat akan diubah menjadi asam
laktat, yang kemudian berdifusi keluar dari sel otot masuk ke dalam
cairan interstisial dan darah. Oleh karena itu, banyak glikogen
otot menjadi asam laktat, tetapi dalam perjalanannya, sejumlah ATP
sangat banyak dibentuk seluruhnya tanpa memakai oksigen.
2. Melalui fosforilasi oksidatif
Sintesis ATP melalui fosforilasi oksidatif memerlukan pasokan
oksigen. Otot yang sangat membutuhkan oksigen sebagai akibat dari
kontraksi yang terus-menerus akan menyimpan oksigen dalam bentuk
terikat pada moietas heme dari mioglobin. Glukosa yang berasal dari
glukosa darah atau dari glikogen endogen, dan asam lemak yang
berasal dari triasilgliserol pada jaringan adipose, merupakan
substrat utama yang digunakan bagi metabolisme aerob dalam
otot.
3. Kreatin fosfat,
ATP disintesis ulang dari ADP dengan penambahan satu grup
fosfat. Di dalam otot sendiri terdapat senyawa fosfat berenergi
tinggi yang dapat memasok energi dibutuhkan ini untuk jangka
pendek, yaitu fosforilkreatin. Fosforilkreatin (keratin fosfat)
dihidrolisis menjadi kreatin dan grup fosfat dalam jumlah tinggi.
Dalam keadaan istirahat, sebagian ATP di mitokondria melepaskan
fosfatnya pada keratin, sehingga terbentuk simpanan fosforilkretin.
Pada waktu kerja, fosforilkreatin mengalami hidrolisis di tempat
pertemuan kepala miosin dan aktin, membentuk ATP dari ADP, yang
menyebabkan pproses kontraksi dapat berlanjut. Enzim yang
mengatalisis fosforilasi keratin adalah keratin kinase (CK), yitu
enzim spesifik otot.
4. Dua molekul ADP dalam sebuah reaksi yang dikatalisis oleh
oleh enzim adenilil kinase
Adenilil kinase mengatalisis pembentukan 1 molekul ATP dan 1
molekul AMP dari 2 molekul ATP. Reaksi ini dirangkaikan dengan
hidrolisis ATP oleh miosin ATPase pada saat kontraksi otot.
Jumlah ATP dalam otot skeletal hanya cukup untuk menghasilkan
energi untuk kontraksi selama 1-2 detik sehingga ATP harus
diperbaharui dari satu atau lebih sumber di atas menurut keadaan
metaboliknya.
Cedera Muskuloskeletal1. Gangguan sendi
1. Artritis sika : Peradangan sendi karena sendi kekurangan
cairan sehingga sendi menjadi kering dan menimbulkan rasa sakit
bila sendi digerakkan.
Penyebab : Kuman penyakit kelamin (gonorrhoe atau sifilis).
2. Artritis eksudatif : Peradangan sendi karena rongga sendi
terisi oleh getah radang
Penyebab : Kuman penyakit kelamin (gonorrhoe atau sifilis)
3. Penyakit polio : Kelumpuhan pada kaki yang di sebabkan karena
infeksi virus polio.
4. Retak tulang (Fisura)5. Patah tulang (Fraktura) Patah tulang
tertutup: Bila tulang patah, tetapi tidak menembus otot dan
kulit.
Patah tulang terbuka: Bila tulang patah sampai menembus otot dan
kulit.
Memar:Robeknya selaput sendi
6. Urai sendi : Robeknya selaput sendi yang diikuti oleh
lepasnya ujung tulang sendi.
7.Rakhitis: Pembengkokan kaki ke arah luar sehingga berbentuk
seperti huruf O atau ke arah dalam sehingga berbentuk seperti huruf
X
Penyebabnya:Kekurangan vitamin D dan zat kapur
2. Gangguan Otot
Akibat Infeksi
1. Tetanus: otot berkontraksi terus-menerus sehingga menjadi
kejang
Penyebabnya:infeksi kuman Clostridium tetani (tetanus)
Pencegahan:dengan pemberian suntikan ATS (Anti Tetanus
Serum)
2. Atrofi otot:otot yang kehilangan kemampuan untuk berkontraksi
sehingga fungsi otot menurun dan otot menjadi kecil.
Penyebab:infeksi kuman poliomyelitis.
Akibat Aktivitas
3. Kram: kekejangan otot karena otot terus-menerus melakukan
aktivitas sehingga ptot tidak mampu berkontraksi lagi.
4. Kaku leher/stiff: karena hentakan kesalahan gerak yang
mengakibatkan otot trapesius leher meradang
Akibat Bawaan (Genetis)
1. Distrofi otot : penyakit kronis pada otot.
3. Gangguan Tulang
1) SPRAIN
Adalah bentuk cedera berupa penguluran atau kerobekan pada
ligament (jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau
kapsul sendi, yang memberikan stabilitas sendi. Kerusakan yang
parah pada ligament atau kapsul sendi dapat menyebabkan
ketidakstabilan pada sendi. Gejalanya dapat berupa nyeri,
inflamasi/peradangan, dan pada beberapa kasus, ketidakmampuan
menggerakkan tungkai. Sprain terjadi ketika sendi dipaksa melebihi
lingkup gerak sendi yang normal, seperti melingkar atau memutar
pergelangan kaki.
Berdasarkan Van Mechelen (2003) berat ringannya cedera sprain
dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu
a) Sprain Tingkat I
Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan
hanya beberapa
serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan,
pembengkatan dan rasa sakit pada daerah tersebut.
b) Sprain Tingkat II
Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus,
tetapi lebih
separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa
sakit, nyeri tekan,
pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak
dapat menggerakkan persendian tersebut.
c) Sprain Tingkat III
Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya
terpisah.
Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah
dalam persendian,
pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat
gerakangerakan yang abnormal.2) STRAINAdalah bentuk cedera berupa
penguluran atau kerobekan pada struktur muskulo-tendinous (otot dan
tendon). Strain akut pada struktur muskulo-tendinous terjadi pada
persambungan antara otot dan tendon. Strain terjadi ketika otot
terulur dan berkontraksi secara mendadak, seperti pada pelari atau
pelompat. Tipe cedera ini sering terlihat pada pelari yang
mengalami strain pada hamstringnya. Beberapa kali cedera terjadi
secara mendadak ketika pelari dalammlangkah penuh. Gejala pada
strain otot yang akut bisa berupa nyeri, spasme otot, kehilangan
kekuatan, dan keterbatasan lingkup gerak sendi. Strain kronis
adalah cedera yang terjadi secara berkala oleh karena penggunaan
berlebihan atau tekakan berulang-ulang, menghasilkan tendonitis
(peradangan pada tendon). Sebagai contoh, pemain tennis bisa
mendapatkan tendonitis pada bahunya sebagai hasil tekanan yang
terus-menerus dari servis yang berulang- ulang.Bahr (2003)membagi
strain menjadi 3 tingkatan, yaitu:
a) Strain Tingkat I
Pada strain tingkat I, terjadi regangan yang hebat, tetapi belum
sampai terjadi robekan
pada jaringan otot maupun tendon.
b) Strain Tingkat II
Pada strain tingkat II, terdapat robekan pada otot maupun
tendon. Tahap ini
menimbulkan rasa nyeri dan sakit sehingga terjadi penurunan
kekuatan otot.
c) Strain Tingkat III
Pada strain tingkat III, terjadi robekan total pada unit musculo
tendineus. Biasanya
hal ini membutuhkan tindakan pembedahan, kalau diagnosis dapat
ditetapkan.
Adapun strain dan sprain yang mungkin terjadi dalam cabang
olahraga renang yaitu punggung, dada, pinggang, bahu, tangan,
lutut, siku, pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
Penanganan Strain dan Sprain
Bahr (2003) menyatakan bebrapa hal dapat mengatasi strain dan
sprain yaitu :
(a) Sprain/strain tingkat satu
Pada keadaan ini, bagian yang mengalami cedera cukup
diistirahatkan untuk memberi
kesempatan regenerasi.
(b) Sprain/strain tingkat dua
Pada keadaan ini penanganan yang dilakukan adalah berdasarkan
prinsip RICE (Rest,
Ice, Compession and Elevation). Tindakan istirahat yang
dilakukan sebaiknya dalam bentukm fiksasi dan imobilisasi (suatu
tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat
digerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs. Tindakan
imobilisasi dilakukan selama 3-6 minggu. Terapi dingin yang
dilakukan dilakukan pada fase awal cedera. Pada fase lanjut terapi
dingin digantikan dengan terapi panas. Pada keadaan subkronis
dimana tanda tanda peradangan sudah menurun dilakukan terapi manual
berupa massage. Pada fase akhir dapat dilakukan terapi latihan
untuk memaksimalkan proses penyembuhan.
(c) Sprain/strain tingkat tiga
Pada keadaan ini, penderita diberi pertolongan pertama dengan
metode RICE dan
segera diikirim kerumah sakit untuk dijahit dan menyambung
kembali robekan ligamen, otot maupun tendo.
3) FRAKTUR
Atau patah tulang adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas
tulang, yang terjadi karena tekanan pada tulang yang
berlebihan.Fraktur dapat di klasifikasikan berdasarkan:
a) Etiologisnya :
i) Fraktur traumatik. Sebagisan fraktur disebabkan oleh kekuatan
yang tiba- tiba berlebihan yang dapat berupa pemukulan,
penghancuran, perubahan pemuntiran atau penarikan. Bila tekanan
kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan
jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya
menyebabkan fraktur lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan
biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit
diatasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur
komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
ii) Fraktur stress. Akibat peristiwa kelelahan atau tekanan.
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda
lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering
dikemukakan pada tibia, fibula atau matatarsal terutama pada atlet,
penari atau calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak
jauh.
iii) Fraktur patologik, karena kelemahan pada tulang. Fraktur
dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak
(misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh.b)
Luas dan garis traktur meliputi:
i) Fraktur komplit
Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas
sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya
menyeberang dari satu sisi ke sisi lain serta mengenai seluruh
kerteks.
ii) Fraktur inkomplit
Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis
patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada
korteks yang utuh).
c) Berdasarkan hubungan dengan dunia luar, meliputi:i) Fraktur
tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh,
tulang tidak menonjol malalui kulit.
ii) Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit,
karena adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka
potensial terjadi infeksi.Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 grade
yaitu:
(a) Grade I
: Robekan kulit dengan kerusakan kulit otot
(b) Grade II: Seperti grade I dengan memar kulit dan otot
(c) Grade III:Luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh
darah, syaraf otot dan kulit.
d) Berdasarkan radiologist
e) Lokalisasi
i) Diafisial
ii) Metafisial
iii) Intra-artikuler
iv) Fraktur dengan dislokasi
f) Konfigurasi
i) Fraktur transversal yang garis patahnya melintang.ii) Fraktur
spiral, yang garis patahnya melingkar
iii) Fraktur Z
iv) Fraktur segmental
v) Fraktur komunitif, lebih dari dua fragmen.
vi) Fraktur depresi, karena trauma langsung
(1) Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo,
misalnya fraktur epikondilus humeri, fraktur trokanter mayor.
vii) Fraktur impaksi
viii) Fraktur pecah/burst, dimana terjadi fragmen kecil yang
berpisah, misalnya pada fraktur vertebra, patela, talus,
kalkaneus.
4) Menurut ekstensinya:
a) Fraktur total
b) Fraktur tidak total
c) Fraktur buckle/torus
d) Fraktur garis rambut
i) Fraktur green stick/tidak sempurna, yaitu pada sebelah sisi
dari tulang, korteks tulangnya sebagian masih utuh, demikian juga
periosteum. Sering terjadi pada anak-anak dengan tulang lembek.
5) Menurut hubungan antar-fragmen
a) Tidak bergeser/undisplaced
b) Bergeser/displaced, dapat terjadi dgn cara:
i) Bersampingan
ii) Angulasi
iii) Rotasi
iv) Distraksi
v) Impaksi
vi) Over-riding
c) Berdasarkan garis fraktur, yaitu:i) Fisura, atau retak.
ii) Patah tulang sederhana.
iii) Fraktur komunitif.
iv) Fraktur segmental.
v) Fraktur dahan hijau.
vi) Fraktur impaksi.
vii) Fraktur kompresi, terjadi ketika sua tulang menumbuk tulang
yang ke tiga yang berada di antaranya.
viii) Fraktur impresi.
ix) Fraktur oblik, garis patahnya membentuk sudut terhadap
tulang.
d) Berdasarkan kedudukan fragmen yaitu:
i) Tidak ada dislokasi
ii) Adanya dislokasi, yang dibedakan menjadi:
(1) Disklokasi at axim yaitu membentuk sudut
(2) Dislokasi at lotus yaitu fragmen tulang menjauh
(3) Dislokasi at longitudinal yaitu berjauhan memanjang
(4) Dislokasi at lotuscum controltinicum yaitu fragmen tulang
berjauhan dan memendek.
e) Berdasarkan usia pasieni) Fraktur pada anak
ii) Fraktur pada orang dewasa(a) Lebih banyak menderita fraktur
tulang panjang.iii) Fraktur pada orang tua (a) Lebih sering
menderita fraktur pada tulang yang osteoporotik, seperti vertebra
atau kolum femur.6) DISLOKASI
Dislokasi
Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya yang
seharusnya. Dislokasi
yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi di bahu,
angkle (pergelangan kaki), lutut dan panggul. Faktor yang
meningkatkan resiko dislokasi adalah ligamen-ligamennya yang kendor
akibat pernah mengalami cedera, kekuatan otot yang menurun ataupun
karena faktor eksternal yang berupa tekanan energi dari luar yang
melebihi ketahanan alamiah jaringan dalam tubuh (Stevenson et al.
2000).
Penanganan Dislokasi
Menurut Stevenson (2000) prinsip dasar penanganan dislokasi
adalah reposisi. Reposisi
pada keadaan akut (beberapa saat setelah cedera sebelum
terjadinya respon peradangan) dapat dilakukan dengan lebih mudah.
Pada keadaan akut dimana respon peradanagan sudah terjadi, reposisi
relatif sukar untuk dilakukan. Pada keadaan ini, direkomendasikan
untuk menunggu berkurangnya respon peradangan. Pada keadaan kronis
dimana respon peradanagn sudah berkurang, reposisi dapat dilakukan
dengan jalan melemaskan kembali persendian supaya dapat dilakukan
penarikan dan pergeseran tulang dengan lebih mudah. Pelemasan
jaringan persendian dapat dilakukan dengan terapi panas maupun
dengan manual therapy pada bagian proksimal dan distal lokasi yang
mengalami dislokasi. Penanganan yang dilakukan pada saat terjadi
dislokasi adalah melakukan reduksi ringan dengan cara menarik
persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang. Setelah reposisi
berhasil dilakukan, sendi tersebut difiksasi selama 3-6 minggu
untuk mengurangi resiko terjadinya dislokasi ulang. Apabila rasa
nyeri sudah minimal, dapat dilakukan exercise therapy secara
terbatas untuk memperkuat struktur persendian dan memperkecil
resiko dislokasi ulang (Meeuwisse 1994).
Selama aktivitas, mekanisme sintesis ATP juga berbeda-beda
sesuai dengan durasi atau lama aktivitas yang dilakukan. Mekanisme
pembentukan ATP menurut durasi aktivitas dibagi menjadi:
Immediate Energy
ATP dibutuhkan segera untuk memenuhi kebutuhan energi ketika
memulai kerja berat, sedangkan respiratori dan kardiovaskular
sistem membutuhkan waktu untuk mengantarkan kebutuhan oksigen yang
meningkat ke jaringan otot. Sebagai kompensasinya, proses respirasi
tetap berlangsung dengan menggunakan sumber oksigen simpanan pada
myoglobin otot.
Tapi pada aktivitas yang sangat singkat dan segera, supplai ATP
dipenuhi dengan mentransfer gugus phosfat dari molekul lain kepada
ADP untuk membentuk ATP. Gugus phosfat ini dapat ditransfer dari
molekul ADP satu kepada molekul ADP lain dengan bantuan enzim
myokinase dapat membentuk ATP dan menyisakan ADP. Selain itu, gugus
phosat dapat diambil dari Creatine Phosphat (CP) yang merupakan
molekul penyimpanan energi. Pada saat dibutuhkan, Creatine Phosfat
akan melepas gugus fosfat dengan bantuan enzim creatine kinase dan
mentransfernya pada ADP untuk membentuk ATP. Jalur ini adalah jalur
tercepat untuk memenuhi kebutuhan energi segera sebelum proses
respirasi mengahasilkan energi. Proses pembentukan ATP-CP ini
disebut juga phosphagen sistem. Pada tiap satu kilogram jaringan
otot terdapat sekitar 5 mmol ATP dan 15 mmol CP yang dapat
digunakan untuk kompensasi energi pada saat aktivitas selama
sekitar 6 detik.
Short-term Energy
Bila penyediaan energi melewati jalur intermediet belum mampu
mengkompensasi kebutuhan energi segera sebelum pasokan oksigen yang
adekuat terpenuhi, maka tubuh akan mengkompensasi dengan melakukan
metabolism anaerobik. Metabolisme anaerobik yang terjadi di otot
adalah fermentasi asam laktat dari substat glukosa yang berasal
dari glikogen maupun glukosa darah. Proses fermentasi mampu
menghasilkan ATP lebih cepat disbanding respirasi aerob, tetapi
lebih kurang efisien disbanding respirasi aerob ditambah lagi
produk akhir asam laktat dapat menyebabkan rasa pegal pada otot.
Untuk itu, proses ini hanya mampu menyediakan energi selama sekitar
40 dtk kerja berat.
Long-term EnergySetelah 40 dtk atau lebih, sistem respirasi dan
kardiovaskuler telah mampu mengantarkan oksigen ke jaringan otot
dengan jumlah adekuat sehingga sel otot siap dalam keadaan
metabolisme aerob. Setelah 3- 4 menit, umumnya konsumsi ksigen
terus meningkat hingga mencapai suatu keadaan setimbang dimana
konsumsi oksigen tidak akan meningkat atau berkurang. Pada latihan
selama 10 menit, kebutuhan ATP dipenuhi sebagian besar (90%) dari
respirasi aerob. Pada keadaan setimbang, hanya sedikit asam laktat
yang dihasilkan, tapi tidak berarti kontraksi bisa dilakukan
terus-menerus, karena seiring berjalannya aktivitas, jumlah
glikogen dan glukosa darah menurun serta kehilangan air dan
elektrolis selama berkeringat.
Perbaikan Tulang Setelah FrakturPerbaikan tulang ketika fraktur
meliputi empat tahap, yaitu :
1. Hematoma Formation
2. Callus Formation
3. Callus Ossification
4. Bone Remodeling.
Hematoma Formation
Ketika tulang retak, pembuluh darah di tulang dan periosteum
sekitarnya rusak, dan membentuk hematoma. Hematoma adalah darah
yang dikeluarkan dari pembuluh darah tetapi terbatas dalam organ
atau ruang. Biasanya darah dalam hematoma bentuk gumpalan, yang
terdiri dari protein berserat yang menghentikan perdarahan.
Gangguan pembuluh darah dalam kanal sentral mengakibatkan
pengiriman darah tidak memadai untuk osteosit, dan jaringan tulang
yang berdekatan ke situs fraktur mati. Peradangan dan pembengkakan
jaringan di sekitar tulang sering terjadi setelah cedera.
Callus Formation
Kalus adalah suatu massa dari jaringan yang terbentuk di lokasi
fraktur dan menghubungkan ujung-ujung tulang yang patah.Kalus
internal antara ujung-ujung tulang patah, dan di rongga sumsum jika
fraktur terjadi di diaphysis tulang panjang. Beberapa hari setelah
patah tulang, pembuluh darah tumbuh ke dalam bekuan darah. Seperti
melarutkan bekuan, makrofag membersihkan puing-puing sel, osteoklas
menghancurkan jaringan tulang mati, dan fibroblas memproduksi
kolagen dan bahan ekstraselular lainnya untuk membentuk jaringan
granulasi. fibroblast terus menghasilkan serat kolagen, diproduksi
jaringan fibrosa padat, yang membantu untuk memegang tulang.
Kondroblas berasal dari sel progenitor osteochondral dari
periosteum dan endosteum mulai menghasilkan tulang rawan di
jaringan fibrosa. Karena peristiwa ini terjadi di interna, sel-sel
progenitor osteochondral di endosteum menjadi osteoblas dan
menghasilkan tulang baru yang memberikan kontribusi untuk kalus
internal.
Kalus eksternal terbentuk disekitar ujung berlawanan dari
fragmen tulang. Osteochondral progenitor sel dari periosteum
menjadi osteoblast, yang menghasilkan tulang, dan kondroblas, yang
menghasilkan tulang rawan. Produksi tulang rawan lebih cepat
daripada produksi tulang. Kalus eksternal adalah tulang-tulang
rawan yang menstabilkan ujung tulang yang patah. Dalam praktek
medis modern, stabilisasi tulang dibantu dengan menggunakan gips
atau implantasi bedah mendukung logam.
Callus Ossification
Seperti model kartilago terbentuk selama perkembangan janin,
tulang rawan dalam kalus eksternal digantikan oleh tenunan tulang
cancellous melalui osifikasi endokhondral. Hasilnya adalah kalus
eksternal kuat. Bahkan saat kalus internal membentuk dan mengganti
hematoma, osteoblas dari periosteum dan endosteum di kalus internal
dan mulai memproduksi tulang. Akhirnya serat dan tulang rawan dari
kalus internal digantikan oleh tenunan tulang cancellous, yang
selanjutnya menstabilkan tulang yang patah
Bone Remodeling
Mengisi kesenjangan antara fragmen tulang dengan tulang kalus
internal oleh tenunan tulang bukanlah akhir dari proses perbaikan
karena tulang tenun ini tidak memiliki struktural yang kuat sebagai
tulang pipih asli. Perbaikan tidak lengkap sampai tulang tenunan
dari kalus internal dan tulang yang mati yang berdekatan dengan
lokasi fraktur digantikan oleh tulang kompak. Dalam tulang kompak,
osteons dari kedua sisi istirahat memperpanjang melintasi garis
fraktur untuk "mematok" fragmen tulang bersama-sama. Proses
renovasi memakan waktu dan mungkin tidak lengkap bahkan setelah
satu tahun. Sebagai kalus internal direnovasi dan menjadi kuat,
kalus eksternal berkurang ukurannya oleh aktivitas osteoklas.
Akhirnya zona yabg diperbaiki biasanya tetap sedikit lebih tebal
dari tulang yang berdekatan. Jika fraktur terjadi di diaphysis dari
tulang panjang, renovasi juga mengembalikan rongga medulla.
Inflamasi
Macam Macam Inflamasi
Inflamasi Akut
Inflamasi akut merupakan reaksi jaringan yang segera dalam waktu
singkat, terhadap cedera jaringan.
Gambaran makroskopis
1. Redness / Rubor
Disebabkan karena adanya hiperemi aktif karena bertambah
banyaknya vaskularisasi di daerah idera tersebut.
2. Heat / Calor
Disebabkan karena hiperemi aktif.
3. Swelling / Tumor
Sebagian disebabkan karena hiperemi aktif dan sebagian lagi
disebabkan karena edema setempat serta stasis darah.
4. Pain / Dolor
Disebabkan karena terangsangnya serabut saraf pada daerah
radang. Belum jelas apakah karena adanya edema atau karena iritasi
zat kimia yang terlepas, misalnya asetilkolin dan histamin. Tetapi
sesungguhnya rasa nyeri itu mendahului proses radang. Hal ini
mungkin karena terbentuknya suatu zat oleh sel mast. Zat ini
berguna untuk meningkatkan permeabilitas dinding pembukuh darah.
Bahan lain yang berperan penting adalah bradikinin, dimana jika
seseorang disuntik bradikinin tidak murni, zat ini akan menyebabkan
rasa nyeri pada permukaan kulit sebelum terjadi migrasi sel darah
putih.
5. Loss of Function / Functiolaesa
Berkurangny fungsi karena adanya rasa sakit akibat saraf yang
terangsang sehingga bagian organ tubuh lain tidak berfungsi.
Penyebab lain penurunan fungsi tubuh adalah edema.
Post Peradangana. Margination & Rolling
1. Marginasi
Sel darah merah yang bergerak lebih cepat dan meningkatnya
permeabilitas vaskular mengakibatkan leukosit terdorong kesumbu
sentral dan berinteraksi dengan sel endotel yang melapisinya dan
akan terjadi akumulasi leukosit ditepi pembuluh darah.
2. Rolling
Leukosit berguling-guling pada permukaan endotel untuk sementara
melekat di sepanjang perjalanannya (adhesi transien) . melibatkan
peran reseptor selektin pada leukosit dan endotel yang khusus
terdapat pada daerah cedera dan diinduksi setelah adanya
perangsangan mediator inflamasi seperti IL-1 dan TNF.
Pasangan molekul Adhesi endotel dan leukosit :
Selektin P berikatan dengan protein yang
dimodifikasi-sialil-Lewis X
GlyCam-1, CD34 dengan selektin L
Selektin-E dengan protein yang dimodifikasi-sialil-Lewis X
b. Adhesi dan Transmigrasi
Merupakan tahap dimana leukosit akhirnya melekat kuat pada
permukaan endotel, sebelum merayap di antara sel endotel dan
melewati membran basalis masuk ke ruang intravaskular (diapedesis).
Proses ini diperantarai ole molekul super famili imunoglobulin pada
sel endotel yang berinteraksi dengan integrin yang muncul pada
permukaan sel leukosit.
Pasangan molekul Adhesi endotel dan leukosit :
Terjadi ikatan antara :
ICAM-1 dengan Integrin LFA-1 dan MAC-1
VCAM-1 dengan Integrin VLA-4
Setelah terjadi ikatan barulah lekosit keluar ke jaringan
interstisial melalui ruang inter endotel.
a. Kemotaksis dan aktivasi
Leukosit bermigrasi menuju tempat jejas mendekati gradien
kimiawi. Molekul kemotaksis akan berikatan pada reseptor permukaan
sel spesifik sehingga menyebabkan aktivasi fosfolipase C yang
diperantarai protein G. Zat eksogen dan endogen yang bersifat
kemotaksik terhadap leukosit meliputi :
1. Peptida dengan N-formil-metionin termini
2. komponen sistem komplemen, terutama C5a
3. produk metabolisme asam arakkidonat (AA) jalur hipoksigenasi,
terutam leukotrien B44. sitokin , terutama kelompok kemokin.
b. Fagositosis dan Degranulasi
Fagositosis terdiri atas 3 langkah berbeda tetpai saling
terkait.
1. Pengenalan dan perlekatan partikel pada leukkosit yang
menelan
Difasilitasi oleh protein serum yang secara umum disebut
opsonin
2. Penelanan dengan pembentukan vakuola fagositik
3. pembunuhan dan degradasi material yang ditelan
DAFTAR PUSTAKA
Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of Medical Physiology.
Eleventh edition. Philadelphia: Elsevier Inc.
Murray, Robert K, Granner, Daryl K, etc, 2007 Biokimia Harper.
EGC; Jakarta
Ganong, W.F.2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 20. EGC;
Jakarta. Seeley. 2004. Anatomy and Physiology, Sixth Edition.
Chapte 6 Skeletal System: Bones and Bone Tissue. The McGrawHill
Sudoyo, W. ed. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna
Publishing: Jakarta. Waspadji, S. (1996), Ilmu Penyakit Dalam,
Edisi V, Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Kenneth S. Saladin. 2007. Anatomy & Physiology, the Unity of
Form and Function. Fourth Edition.
Keith L. Moore, Athur F. Dalley. 5thEd. 2006.Clinically Oriented
Anatomy.
Leeson dan Leeson. 2000. Buku Ajar Histologi. Penerbit EGC :
Jakarta
Murray, Robert K, Granner, Daryl K, etc, 2007 Biokimia Harper .
Penerbit EGC, Jakarta
Moore, Keith L. Dan Anne M. R. Agur.2002. Anatomi Klinis Dasar.
Jakarta. Hipokrates
29