LAPORAN KASUS PEDIATRI NEONATAL SEIZURE OLEH : Fita Nirma Listya H1A 011 022 Harvey Alvin Hartono H1A 011 028 Meita Religia Putri H1A 011 044 PEMBIMBING : dr. I Wayan Gede Sugiharta, SpA DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK RSU DAERAH PRAYA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN KASUS PEDIATRI
NEONATAL SEIZURE
OLEH :
Fita Nirma Listya H1A 011 022
Harvey Alvin Hartono H1A 011 028
Meita Religia Putri H1A 011 044
PEMBIMBING :
dr. I Wayan Gede Sugiharta, SpA
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
DI BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK RSU DAERAH PRAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Kejang merupakan suatu manifestasi klinis yang sering dijumpai di ruang gawat
darurat. Hampir 5% anak berumur di bawah 16 tahun setidaknya pernah mengalami sekali
kejang selama hidupnya. Kejang penting sebagai suatu tanda adanya gangguan neurologis.
Keadaan tersebut merupakan keadaan darurat. Kejang mungkin sederhana, dapat berhenti
sendiri dan sedikit memerlukan pengobatan lanjutan, atau merupakan gejala awal dari
penyakit berat, atau cenderung menjadi status epileptikus.1
Kejang adalah manifestasi klinis khas yang berlangsung secara intermitten dapat
berupa gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik, dan atau otonom yang
disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang berlebihan di neuron otak. Kejang demam ialah
bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 380C) yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur
6 bulan – 5 tahun. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang
demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi yang
berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur kurang
dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan
kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama
demam. Status epileptikus adalah kejang yang terjadi lebih dari 30 menit atau kejang
berulang lebih dari 30 menit tanpa disertai pemulihan kesadaran.2
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang
lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang lama terjadi pada
8% kejang demam. Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang
didahului kejang parsial. Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, di
antara 2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% di antara anak yang
mengalami kejang demam. Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus.
Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah 3:
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%,
sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam hanya
10%-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.Faktor
risiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor risiko menjadi epilepsi adalah 3:
1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama.
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
Kejang demam terbagi menjadi 2, yaitu2:
1. Kejang demam sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan
berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan
fokal.Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana
merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.
2. Kejang demam kompleks
Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:
1. Kejang lama > 15 menit
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
Manifestasi kejang pada anak-anak dapat bervariasi, antara lain2:
1. Kejang parsial
- Kejang fokal sederhana
- Kejang parsial kompleks
- Kejang parsial yang menjadi umum
2. Kejang umum
- Absens
- Mioklonik
- Klonik
- Tonik
- Tonik-klonik
- Atonik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kejang pada Neonatus
Pada umumnya kejang pada neonatus terjadi hanya beberapa hari, dan hanya beberapa
yang berulang atau mempengaruhi di masa mendatang. Kejang pada neonatus tidak bisa
disebut epilepsi karena hanya merupakan gejala akut. Kejang pada neonatus merupakan hal
yang umum dengan berbagai macam manifestasi klinis. Kebanyakan kejang pada neonates
fokal meskipun ada juga yang kejang umum, tetapi sangat jarang. Kejang subtle paling umum
terjadi pada bayi cukup bulan daripada bayi premature. Berdasarkan studi kejang subtle
termasuk mengunyah, mengayuh sepeda, dan pergerakan mata1.
Kejang pada neonatus merupakan manifestasi disfungsi neurologis. Pada umumnya
aktivitas kejang neonatus yang direkam menggunakan EEG paroksismal yang sering diikuti
dengan manifestasi motoric dan kadang-kadang autonomic atau manifestasi klinis behaviour
yang mempengaruhi respirasi, denyut jantung dan tekanan darah. Kejang yang terlalu lama
dapat menyebabkan kerusakan otak. Kejang neonatus dapat berupa elektroklinikal dengan
kedua tanda dan kejang EEG atau kejang EEG tanpa manifestasi klinis5.
2.2 Insidensi & Epidemiologi
Kejang terjadi lebih sering pada neonatus periode 28 hari pertama setelah lahir.
Insidensi pada bayi baru lahir adalah sebesar 1.5-3.5 per 1000 aterm kelahiran hidup, 10-130
per 1000 preterm kelahiran hidup. Kejang sangat sering terjadi hamper 70% bayi preterm
dengan intraventricular hemoragik atau periventricular leukomalasia. Insidensi kejang
neonatus di Amerika Serikat belum dapat dipastikan jumlahnya, meskipun frekuensinya
diperkirakan sekitar 80-120 kasus per 100.000 neonatus per tahun1, 5.
Tabel 1. Prevalensi etiologi berbeda kejang pada neonatus 5
2.3 Etiologi
Kejang terjadi ketika sekelompok besar neuron terus berdepolarisasi terus
bersinkronisasi. Depolarisasi dapat terjadi sebagai hasil pelepasan sejumlah besar asam
amino seperti glutamate atau defisiensi neurotransmitter penghinhibisi seperti GABA1. Selain
itu kejang dapat disebabkan oleh:
a. Hipoksia-iskemik ensefalopati
Penyebab lain adalah terganggunya membran potensial ATP-dependent yang
menyebabkan sodium mengalir kedalam neuoron dan potassium keluar dari neuron.
Hipoksia-iskemik ensefalopati mengganggu pompa sodium-potassium yang
menyebabkan depolarisasi berlebihan yang mengakibatkan kejang pada
neonatus.Kejang dapat berupa subtle, klonik, atau kejang umum.
b. Hemoragik
Pendarahan Intracranial terjadi lebih sering pada bayi prematur. Membedakan bayi
dengan hipoksia-iskemik ensefalopati murni dengan pendarahan hemoragik seringkali
sulit. Pendarahan subarachnoid sering terjadi pada bayi cukup bulan. Pendarahan
germinal matrix-intraventricular hemorrhage sering terjadi pada bayi prematur
premature, khususnya pada bayi dengan usia kehamilan 34 minggu. Kejang jenis Subtle
sering muncul dengan pendarahan tipe germinal. Subdural hemorrhage berhubungan
dengan kontusio serebral dan sering terjadi pada bayi cukup bulan.
c. Kelainan metabolik
Kelainan metabolic termasuk hypoglycemia, hypocalcemia, and hypomagnesemia.
d. Infeksi intrakranial
Infeksi Intracranial infections merupakan penyebab penting terjadinay kejang pada
neonatus yang terdiri dari meningitis, encephalitis, toxoplasmosis, and cytomegalovirus
(CMV).Bakteri penyebab utamanya adalah Escherichia coli and Streptococcus
pneumoniae.
e. Sindrom malformasi
Sementara kebanyakan malformasi cerebral muncul dengan kejang pada umur
selanjutnya, malformasi penting untuk dipertimbangkan.Lissencephaly, pachygyria,
polymicrogyria, dan sindrom linear sebaceous nevus dapat muncul bersamaan dengan
kejang pada periode neonatus.
f. Kejang neonatal benign
Sindrom kejang neonatal benign dapat dikarakteristikan oleh kejang yang familiar
ataupun idiopatik. Kejang neonatal benign yang familiar pada umumnya terjadi pada
48-72 jam pertama kehidupan dan akan menghilang pada usia 2-6 bulan. Riwayat
kejang keluarga pasti ada, dan biasanya perkembangan bayi tersebut akan normal1,4.