BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA LAPORAN KASUS FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2015 UNIVERSITAS NUSA CENDANA KATARAK SENILIS OLEH : Lestari Wacika, S.Ked (1008012004) PEMBIMBING : dr. Eunike Cahyaningsih, Sp. M DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2015
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KATARAK SENILIS
OLEH :
Lestari Wacika, S.Ked
(1008012004)
PEMBIMBING :
dr. Eunike Cahyaningsih, Sp. M
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG 2015
BAB 1
PENDAHULUAN
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhacies, Inggris Cataract, dan Latin
Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah
setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa dan denaturasi protein lensa, ataupun terjadi akibat
kedua-duanya.1 Sekitar 47,8% kasus kebutaan di dunia disebabkan oleh katarak.
Katarak dapat terjadi pada setiap usia, tetapi kebanyakan katarak terjadi pada usia
di atas 40 tahun dan dianggap sebagai penyakit mata terkait usia. Menurut WHO
(World Health Organization), katarak senilis lebih banyak terjadi pada usia di atas
50 tahun. Sebagian besar katarak diakibatkan oleh proses penuaan dan bila
berlanjut akan menyebabkan kebutaan.. Penyakit Katarak merupakan prioritas
pertama dari lima prioritas vision 2020 – The Right to Sight untuk menghilangkan
angka kebutaan pada tahun 2020.2 Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Nasional tahun 2007, didapatkan bahwa proporsi katarak di Indonesia
sekitar 1,8%, angka ini meningkat dari 1,2% berdasarkan Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) 2001. Patut diduga bahwa peningkatan jumlah kasus
katarak ini berkaitan erat dengan peningkatan umur harapan hidup penduduk
Indonesia. Angka harapan hidup periode 2005-2010 meningkat hingga usia 69,1
tahun dibanding periode 2000-2005 yang hanya sampai usia 66,2 tahun.3
Ada berbagai faktor timbulnya katarak antara lain karena proses penuaan,
faktor genetik, kelaianan bawaan, penyakit metabolik seperti diabetes melitus,
darah tinggi, merokok, alkohol, sinar ultraviolet, dan infeksi yang biasanya
didapatkan karena trauma pada mata.5 Gangguan penglihatan yang disebabkan
oleh katarak dapat ditangani dengan penanganan bedah dan non bedah.4
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. BA
Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Sesawi-Oepura
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Kristen Protestan
Status perkawinan : Sudah menikah
Bangsa/suku : Indonesia/ Sabu
No MR : 406529
2.2 Anamnesis
a. Keluhan utama
Pasien mengeluh mata kiri kabur sejak 1 tahun terakhir
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang pasien perempuan usia 64 tahun datang ke poli mata dengan keluhan
mata kiri terasa kabur ketika melihat. Keluhan tersebut dialami sejak 1 tahun
lalu. Selain itu, menurut pasien ada bintik putih pada bagian mata kirinya yang
makin meluas dalam 1 tahun terkahir. Bintik putih tersebut terdapat pada
bagian yang berwarna hitam dari bola mata. Mulai saat itu pasien merasa
penglihatannya mulai menjadi kabur seperti berasap dan seiring berjalannya
waktu semakin terasa kabur. Pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri, silau,
gatal, mata terasa berair,rasa seperti mengganjal pada mata baik itu pada
bagian mata kiri maupun kanan. Pada mata sebelah kanan, pasien mengaku
masih dapat melihat dengan jelas namun dengan jarak yang sangat dekat, tidak
seperti mata kiri. Pasien juga tidak menggunakan kacamata sejak merasa
matanya telah kabur karena pasien tidak terlalu aktif dalam membaca dan
sering meminta pertolongan orang lain. Pasien menyangkal bahwa sebelum
mata kirinya lebih bertambah kabur, pasien melihat suatu objek seperti
bergelombang atau melengkung maupun seperti ada bagian yang hilang. Saat
ini pasien tidak merasakan sakit kepala, demam maupun mual dan muntah.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien baru mengetahui kadar gula dalam darah tinggi setelah memeriksakan
diri ke poli penyakit dalam (29/02/2015), GDPP 286 mg/dl. Menurut pasien,
selama ini pasien tidak merasa sakit pada bagian tubuh tertentu kecuali mata
yang terasa kabur ketika melihat sejak 1 tahun terakir. Tanggal 02/02/2015,
GDPP 238 mg/dl. Data terakhir 10/02/2015, GDPP 127 mg/dl.
a. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak diketahui
b. Riwayat Pengobatan
Pasien saat ini rutin mengkonsumsi obat (Metformin) yang didapat dari rumah
sakit.
2.3 Pemeriksaan Tanda Vital dan Status Oftalmologis
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 70 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 36,6 oC
MATA OD OS
Palpebra Edema (-), hiperemi (-),
benjolan (-), ptosis (-),
trikiasis (-), xantelasma (-),
nyeri tekan (-)
Edema (-), hiperemi (-),
benjolan (-), ptosis (-), trikiasis
(-), xantelasma (-), nyeri tekan
(-)
Konjungtiva Perdarahan (-), sekret (-),
jaringan fibrovaskuler (-)
Perdarahan (-), sekret (-),
jaringan fibrovaskuler (-)
Kornea Keruh (-), benda asing(-),
abrasi (-), sikatrik (-),
infiltrate (-), ulkus (-)
Keruh (-), benda asing(-),
abrasi (-), sikatrik (-), infiltrate
(-), ulkus (-)
Bilik mata depan Kedalaman (dangkal), Kedalaman (N), hifema (-),
hifema (-), hipopion (-) hipopion (-)
Iris/pupil Intak, pupil di central,
reguler, refleks cahaya +
Intak, pupil di central,
reguler, refleks cahaya +
Lensa Sebagian keruh, dislokasi
lensa (-), pseudoafakia (-),
Shadow test +
Seluruh bagian keruh,
dislokasi lensa (-),
pseudoafakia (-), shadow test -
Vitreus humor Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
Visus 4/60 S-2.00 5/60 1/300 +
proyeksi sinar baik + +
+
Gerakan bola
mata
Bebas kesegala arah, nyeri
gerak (-) + + +
+ +
+ + +
Bebas kesegala arah, nyeri
gerak (-) + + +
+ +
+ + +
Lapang pandang Normal ke segala arah
+ +
+ +
- -
- -
Tekanan bola
mata
N/Palpasi
17,3 / 5,5
N/Palpasi
15,9 / 5,5
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
2.4 Diagnosis
- Katarak Senil Matur OS
- Katarak Senil Imatur OD
2.5 Tatalaksana
Pembedahan Katarak Matur OS dengan Exstra Capsuler Cataract Extraction/
ECCE dan Intraocular Lens/IOL
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan
transparan. Tebal sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris, lensa
digantung oleh zonula siliari yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di
sebelah anterior lensa terdapat humor aquous dan di sebelah posterior terdapat
vitreus.5 Struktur lensa terdiri dari :6
1. Kapsul : Tipis, transparan, dikelilingi oleh membran hialin yang lebih tebal
pada permukaan anterior dibanding posterior. Kapsul lensa merupakan
membran basal yang dihasilkan oleh sel epitel lensa, dimana komposisi
terbanyak adalah kolagen tipe IV. Kapsul lensa paling tebal di zona
preekuatorial anterior dan posterior dan paling tipis pada bagian posterior
sentral. Dengan pertambahan umur, kapsul anterior menebal sekitar 2 lipatan.
2. Epitel : Tepat di belakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapisan sel epitel.
Sel – sel ini aktif dalam metabolisme dan melakukan aktivitas-aktivitas sel,
termasuk biosintesis DNA, RNA, protein, dan lemak, juga ATP untuk
memberi energi yang dibutuhkan lensa. Di bagian ekuator, sel ini aktif
membelah dan membentuk serabut lensa baru sepanjang kehidupan. Dengan
pertambahan umur, tinggi sel epitel berkurang dan lebarnya bertambah.
Beberapa studi menunjukkan berkurangnya jumlah sel epitel terjadi pada
pembentukan katarak.
3. Nukleus dan Korteks
Nukleus : Bagian sentralnya terdiri serabut – serabut tua. Terdiri beberapa
zona berbeda, yang menumpuk ke bawah sejalan dengan perkembangan.
- Epinukleus adalah bagian nukleus terluar atau bagian korteks terdalam
- Nukleus dewasa adalah lapisan terdalam selanjutnya
- Nukleus fetal mengacu kepada area cotyledonous pada daerah penyebaran
cahaya pada lensa dewasa yang jernih
- Embrional nukleus adalah inti nukleus paling dalam
Korteks : Bagian perifer yang terdiri dari serabut – serabut lensa yang paling
muda. Bagian - bagian korteks lensa dewasa:
- Korteks perifer berada tepat dibawah epitel anterior atau kapsul posterior
- Korteks supranuklear dekat dengan nukleus
- Epinukleus sama dengan regio supranuklear
- Sutura adalah garis yang dibentuk oleh ujung serabut lensa
Lensa terdiri dari 65% air, 35% protein dan sedikit sekali mineral yang biasa
ada dijaringan tubuh lainnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat
lamelar epitel terus diproduksi sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang
elastik.1,5
3.2 Fisiologi Lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa
sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas
cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda
dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa
yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh
Gambar 1. Anatomi mata
peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris,
zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai
akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa
perlahan-lahan berkurang.5 Lensa dapat merefraksikan cahaya karena memiliki
indeks refraksi, normalnya sekitar 1,4 disentral dan 1,36 di perifer. Dalam
keadaan nonakomodasi kekuatannya 15-20 Dioptri.6
Gambar 2. Proses akomodasi pada mata
3.3 Metabolisme Lensa Normal
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium
dan kalium). Kedua kation berasal dari humor aquous dan vitreous. Kadar kalium
di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior dan kadar natrium di
bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke
aquous humor, dari luar Ion Na masuk sescara difusi dan bergerak ke bagian
anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase,
sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase.5,6
Metabolisme lensa melalui glikolisis anaerob (78%) dan hexose
monophosphate (HMP) shunt (5%), sebagian kecil melalui siklus Krebs. Jalur
HMP-shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga
untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktase adalah
enzim yag merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol diubah menjadi
fruktosa oleh enzim sorbitol dehidrogenase.5,6
3.4 Definisi Katarak
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhacies, Inggris Cataract, dan Latin
Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah
setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa dan denaturasi protein lensa, ataupun terjadi akibat
kedua-duanya. Katarak merupakan penyakit kekeruhan lensa yang mengakibatkan
lensa menjadi tidak transparan, sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu.1
Gambar 3. Katarak pada mata
Berbagai faktor timbulnya katarak lain karena proses penuaan, kelaianan
bawaan, penyakit metabolik seperti diabetes melitus, darah tinggi, merokok,
alkohol, sinar ultraviolet, dan infeksi yang biasanya didapatkan karena trauma
pada mata.4 Pada pasien ini yang dapat menjadi faktor timbulnya katarak yaitu
proses penuaan dimana usia pasien kini 64 tahun dan penyakit metabolik yaitu
diabetes melitus (kadar gula dalam darah tinggi). Pasien bukan perokok dan
peminum alkohol. Pasien juga tidak memiliki trauma pada bagian mata selama
hidupnya. Untuk paparan sinar matahari, sehari-hari pasien beraktifitas lebih
banyak berada dalam rumah sebagai ibu rumah tangga daripada berada diluar
rumah.
3.5 Klasifikasi katarak
Katarak dapat diklasifikasikan menurut 2 jenis, yaitu berdasarkan berdasarkan
usia timbulnya katarak dan letak kekeruhan lensa.1,5,6,7
Berdasarkan usia timbulnya katarak, katarak dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak kongenital, yaitu katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera
setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital
merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat
penanganan yang kurang tepat. Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital
diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubella pada
kehamilan trimester pertama dan pemakaian obat selama kehamilan. Kadang-
kadang pada ibu hamil terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus, atau
hepatosplenomegali. Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu
dilakukan karena ada hubungan katarak kongenital dengan diabetes mellitus,
kalsium, dan fosfor. Hampir 50% katarak kongenital adalah sporadik dan tidak
diketahui penyebabnya.
2. Katarak juvenil, yaitu katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
Katarak juvenil terjadi pada orang muda yang mulai terbentuknya pada usia
kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya
merupakan kelanjutan katarak kongenital.1 Katarak juvenil biasanya
merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya,
seperti :
Katarak metabolik
- Katarak diabetik dan galaktosemia
- Katarak hipokalsemik
- Katarak defisiensi gizi
- Penyakit Wilson
- Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain
Katarak traumatic
Katarak Komplikata
- Kelainan kongenital dan herediter
- Katarak degeneratif
- Katarak anoksik
- Toksik
- Katarak radiasi
3. Katarak senil, yaitu katarak yang terjadi setelah usia 50 tahun
Pada katarak senilis juga dapat dikelompokkan menjadi beberapa stadium,
yaitu :
1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji
menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal)
Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat di anterior
subkapsular posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan korteks berisi
jaringan degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipien