Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI NON STERIL SEDIAAN suspenSI “TETRASIKLIN” Kelompok 2B Panji Faisal 09012040 Resti Andriani Perdana 09012045 Ria Ayi Kurniasih 09012046 Uli Sulhiyyah 09012050 Waode Elshy Manuar 09012052 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI
32

Laporan Praktikum Suspensi Tetrasiklin

Jul 24, 2015

Download

Documents

Uli Sulhiyyah
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Praktikum Suspensi Tetrasiklin

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI NON STERIL

SEDIAAN suspenSI

“TETRASIKLIN”

Kelompok 2B

Panji Faisal 09012040

Resti Andriani Perdana 09012045

Ria Ayi Kurniasih 09012046

Uli Sulhiyyah 09012050

Waode Elshy Manuar 09012052

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI

BOGOR

2012

KATA PENGANTAR

Page 2: Laporan Praktikum Suspensi Tetrasiklin

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa karena atas berkat

rahmat-Nyalah kami dapat menyusun dan menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah

teknologi non steril yang berjudul sediaan suspensi dengan zat aktif tetrasiklin.

Kami menyadari bahwa laporan yang kami susun ini masih jauh dari sempurna

oleh sebab itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Kami

harap laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Akhir kata kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan yang disengaja maupun

yang tidak disengaja.

Bogor, Juni 2012

Penyusun

BAB I

Page 3: Laporan Praktikum Suspensi Tetrasiklin

PENDAHULUAN

I.1 Dasar Teori

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang

terdispersi dalam fase cair.

Suspensi terdiri dari beberapa jenis yaitu :

1. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi

dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukkan untuk

penggunaan oral.

2. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi

dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit.

3. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang

terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata.

4. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus

yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.

5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair

yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.

6. Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan bahan

pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan

untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.

A. Suspensi Oral

Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat

yang terbagi secara halus (dikenal sebagai suspensisoid) disebarkan secara merata dalam

pembawa dimana obat menunjukkan kelarutan yang sangat minimum.

Ada beberapa alasan pembuatan suspensi oral. salah satu adalah karena obat-obat

tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutn tapi stabil dalam disuspensi. dalam

hal seperti ini suspensi oral menjamin stabilitas kimia dan memungkinkan terapi dengan

cairan. untuk banyak pasien, benyuk cair lebih disukai ketimabang bentuk padat (tablet

atau kapsul dari obat yang sama), karena mudahnya menelan cairan dan keluwesan dalam

pemberian dosis, pemberian lebih mudah serta lebih mudah untuk memberikan dosis

Page 4: Laporan Praktikum Suspensi Tetrasiklin

yang relatif sangat besar, aman, mudah diberikan untuk anak-anak, juga mudah diatur

penyesuaian dosisnya untuk anak.

Kerugian dari obat tertentu yang mempunyai rasa tidak enak bila diberikan

sebagai partikel yang tidak larut dalam suspensi. nyatanya untuk obat-obat yang tidak

enak rasanya telah dikembangkan bentuk-bentuk kimia khusus menjadi bentuk yang tidak

larut dalam pemberian yang diinginkan sehingga didapatkan sediaan cair yang rasanya

enak. dengan suspensi dapat menutupi rasa obat yng tidak enak dan pemilihan zat

pemberi rasa dapat lebih disesuaikan dengan rasa yang diinginkan, bukan untuk menutupi

rasa yang tidak enak dari suatu obat. kebanyakan suspensi oral berupa sediaan air dengan

pembawa yang diharumkan dan dimaniskan untuk memenuhi selera pasien.

Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara

memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari pertikel. Cara

tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.

Beberapa faktor yang mempengaruhi stabiltas suspensi adalah :

1. Ukuran Partikel

Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya

tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan

perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antar luas penampang

dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran

partikel maka semakin kecil luas penampangnya.

2. Kekentalan / Viskositas

Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut,

makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Hal ini dapat

dibuktikan dengan hukum ” STOKES”

V= d2 (p-po) g /n

Ket :

Page 5: Laporan Praktikum Suspensi Tetrasiklin

V = Kecepatan Aliran

d = Diameter Dari Partikel

p = Berat Jenis Dari Partikel

p0 = Berat Jenis Cairan

g = Gravitasi

ŋ = Viskositas Cairan

3. Jumlah Partikel / Konsentrasi

Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel

tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan

antara partikel tersebut.

Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena

itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan

partikel dalam waktu yang singkat.

4. Sifat / Muatan Partikel

Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran

bahan yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi

interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan

tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alami, maka kita tidak

dapat mempengruhi.

Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer,

homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat

dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan

tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan

pensuspensi), umumnya besifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).

Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :

1. Bahan pensuspensi dari alam.

Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom /

hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran

tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka

viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi.

Page 6: Laporan Praktikum Suspensi Tetrasiklin

Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, PH, dan proses fermentasi

bakteri.

a. Termasuk golongan gom :

Contonya : Acasia ( Pulvis gummi arabici), Chondrus, Tragacanth , Algin

b. Golongan bukan gom :

Contohnya : Bentonit, Hectorit dan Veegum.

2. Bahan pensuspensi sintesis

a. Derivat Selulosa

Contohnya : Metil selulosa, karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil

selulosa.

b. Golongan organk polimer

Contohnya:Carbaphol934.

Dalam pembuatan suspensi, serbuk mula-mula dibasahi dulu oleh zat

pembasah agar serbuk tersebut lebih bisa dipenetrasi oleh medium dispersi.

alkohol, gliserin dan cairan higroskopis lainyya digunakan sebagaizat pembasah

bila suatu pembawa air akan digunakan sebagai fase dispersi. kemudian bahan

pensuspensi dicampur dengan air, sehingga terbentuk mucilago. Serbuk yang

telah dibasahi dicampur dengan mucilago yang telah dibuat.

Cara Mengerjakan Obat Dalam Suspensi

1. Metode pembuatan suspensi :

Suspensi dapat dibuat dengan cara :

ø Metode Dispersi

ø Metode Precipitasi

2. Sistem pembentukan suspensi :

ø Sistem flokulasi

ø Sistem deflokulasi

Page 7: Laporan Praktikum Suspensi Tetrasiklin

Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi adalah :

a. Deflokulasi

Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.

o Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing patikel mengendap

terpisah dan ukuran partikel adalah minimal.

Sediaan terbentuk lambat.

o Diakhir sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi

lagi.

b. Flokulasi

Partikel merupakan agregat yang basa

Sedimentasi terjadi begitu cepat

o Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah

terdispersi kembali seperti semula.

Formulasi suspensi

Membuat suspensi stabil secara fisis ada 2 kategori :

Pada penggunaan ”Structured Vehicle” untuk menjaga partikel deflokulasi dalam

suspensi Structured Vehicle, adalah larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit,

dan lain-lain.

Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat

pengendapan, tetapi dengan pengocokan ringan mudah disuspensikan kembali.

Pembuatan suspensi sistem flokulasi ialah :

1. Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium.

2. Lalu ditambah zat pemflokulasi, biasanya berupa larutan elektrolit, surfaktan atau

polimer.

3. Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir.

4. Apabila dikehendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka ditambah

Structured Vehicle.

5. Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam Structured Vehicle.

Penilaian Stabilitas Suspensi

Page 8: Laporan Praktikum Suspensi Tetrasiklin

1. Volume sedimentasi

Adalah Suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume mula mula

dari suspensi (Vo) sebelum mengendap.

2. Derajat flokulasi.

Adalah Suatu rasio volume sedimentasi akhir dari suspensi flokulasi (Vu) terhadap

volume sedimentasi akhir suspensi deflokulasi (Voc).

3. Metode reologi

Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan redispersibilitas, membantu menemukan

perilaku pengendapan, mengatur vehicle dan susunan partikel untuk tujuan

perbandingan.

4. Perubahan ukuran partikel

Digunakan cara Freeze-thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampai titik beku,

lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan

kristal, yang pokok menjaga tidak terjadi perubahan ukuran partikel dan sifat kristal.

Contoh suspensi oral:

1. Antasida : Suspensi oral Alumina dan Mangnesida (Aludrox Oral Suspension),

Alumina dan Magnesium Trisilikat(Alma-Mag liquid), Magaldrat(Riopan oral

suspension) , Aluminia Magnesia dan Kalsium karbonat(Camalox). Ini digunakan

untuk bekerja melawan hiperasiditas gastrik dan mengurangi tekanan pada saluran

cerna bagian atas.

2. Antelmintik : Suspensi oral pirantel Pamoat (Antiminth oral 250 mg/5ml

suspension), tiabendazol(Mintezol Oral 500 mg/5 ml). ini digunakan untuk

membebaskan tubuh dari infeksi cacing .

3. Antibakteri: Suspensi oral sulfametoksazol (Gantanol Suspension), Sulfisoksazol

Asetil (Gantrisin Syrup 500 mg/5 ml dan gantrisin Pediatric Suspension). Obat ini

digunakan untu pengobatan infeksi saluran urin dan dapat menghambta sintesis

asam folat serta garm para amino benzoat dari bakteri.

B. Monografi

Page 9: Laporan Praktikum Suspensi Tetrasiklin

1. Tetracycline / tetrasiklin

Merupakan kelompok antibiotika yang dihasilkan oleh jamur

Streptomyces Aureofaciens. Antibiotika ini merupakan derivate dari senyawa

hidronaftalen dan berwarna kuning. Dalam kedokteran hewan golongan

tetracycline yang sering digunakan adalah khlortetrasiklin, oksitetrasiklin dan

tetrasiklin.

Sifat kimiawi tetrasiklin

Tetrasiklin mudah membentuk garam dengan ion NA+ maupun Cl- . Obat

ini dalam bentuk kering bersifat stabil, tidak demikian halnya bila antibiotika ini

berada dalam larutan air. Untuk tetrasiklin sediaan basah perlu ditambahkan

buffer. Dalam larutan tetrasiklin yang biasa digunakan untuk injeksi mengandung

buffer dengan pelarut propylen glikol pada pH 7,5, dapat tahan 1 tahun pada suhu

kamar sampai 45O C. Bila pH lebih tinggi dari 7,5 maka tingkat kestabilan

tetrasiklin akan menurun.

Mekanisme kerja tetrasiklin

Tetrasiklin bersifat bakteriostatik dengan jalan menghambat sintesis

protein. Hal ini dilakukan dengan cara mengikat unit ribosoma sel kuman 30 S

hingga mencegah terbentuknya amino asetil RNA. Antibiotik ini dilaporkan juga

berperan dalam mengikat ion Fe dan Mg. Meskipun tetrasiklin dapat menembus

sel mamalia namun pada umumnya tidak menyebabkan keracunan pada individu

yang menerimanya.

Penggunaan topical

Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi radang infeksi pada kulit, biasanya

sediaan tetrasiklin dikemas dalam bentuk salep 1%. Dapat digunakan untuk

mengobati penyakit mata seperti opthalmik, selain itu dapat juga digunakan untuk

mengatasi pink eye.

2. Na CMC

Page 10: Laporan Praktikum Suspensi Tetrasiklin

Karboksimetil selulosa (CMC) atau gusi selulosa adalah selulosa   turunan

dengan kelompok karboksimetil (-CH 2 -COOH) terikat untuk beberapa hidroksil

kelompok dari glukopiranosa   monomer  yang membentuk selulosa

tulang punggung. Hal ini sering digunakan sebagai nyanatrium   garam  , natrium

karboksimetil selulosa.

Penggunaan

CMC digunakan dalam ilmu makanan sebagai viskositas pengubah

atau pengental , dan untuk menstabilkan   emulsi  dalam berbagai produk

termasuk es krim. Sebagai tambahan makanan, ia memiliki sejumlahE E466. 

Ini juga merupakan konstituen dari banyak non-produk makanan, seperti KY

Jelly , pasta gigi , obat pencahar , diet pil, air berbasis cat , deterjen , tekstil

ukuran dan berbagai kertas produk. Hal ini digunakan terutama karena

memiliki tinggi viskositas , tidak beracun, dan hypoallergenic. Dalam

deterjen digunakan sebagai polimer suspensi tanah dirancang untuk deposit

ke kapas dan kain selulosa lainnya menciptakan penghalang bermuatan

negatif ke tanah dalam larutan pencuci. CMC digunakan sebagai pelumas

non- volatil  tetes mata ( air mata buatan ). Kadang-kadang metil selulosa

(MC) yang digunakan, tetapi non-polar metilkelompok (-CH 3 ) tidak

menambahkan kelarutan atau reaktivitas kimia pada selulosa dasar.

Setelah reaksi awal campuran yang dihasilkan menghasilkan sekitar

60% CMC ditambah garam 40% ( natrium klorida dan natrium

glikolat ).Produk ini adalah CMC disebut Teknis yang digunakan

dalam deterjen . Proses pemurnian lebih lanjut digunakan untuk

menghilangkan garam-garam ini untuk menghasilkan CMC murni yang

digunakan untuk makanan, farmasi dan pasta gigi (odol) aplikasi. Sebuah

peralihan "semi-murni" kelas juga diproduksi, biasanya digunakan dalam

aplikasi kertas.

CMC juga digunakan dalam obat-obatan sebagai agen penebalan. CMC

juga digunakan dalam industri pengeboran minyak sebagai bahan lumpur

pemboran, di mana ia bertindak sebagai pengubah viskositas dan agen retensi

Page 11: Laporan Praktikum Suspensi Tetrasiklin

air. Poli-anionik selulosa atau PAC berasal dari CMC dan juga digunakan

dalam praktek ladang minyak.

Karboksimetil selulosa yang tidak larut microgranular digunakan

sebagai resin pertukaran-kation dalam pertukaran ion kromatografi untuk

pemurnian protein. Agaknya tingkat derivatisasi jauh lebih rendah sehingga

sifat kelarutan dari selulosa microgranular dipertahankan sambil

menambahkan yang cukup negatif karboksilat kelompok dibebankan untuk

mengikat protein bermuatan positif.

CMC juga digunakan dalam paket es untuk membentuk campuran

eutektik mengakibatkan titik beku lebih rendah dan kapasitas pendinginan

karena itu lebih daripada es.

Aqueous solusi CMC juga telah digunakan untuk membubarkan

nanotube karbon. Diperkirakan bahwa molekul CMC panjang membungkus

sekitar nanotube, yang memungkinkan mereka untuk terdispersi dalam air.

3. Propilen Glikol (PG)

Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak

berbau, menyerap air pada udara lembab.

Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan

kloroform, larut dalam eter dan dalam beberapa minyak

esensial, tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak

lemak.

Propylene glycol juga disebut 1,2-propanadiol atau propana-1 ,2-diol ,

adalah senyawa organik (suatu diol atau double alkohol ) dengan rumus

C3H8O2 atau HO-CH 2 -CHOH-CH3 . Ini adalah tidak berwarna, tidak berbau

hampir, jelas, cairan kental dengan rasa sedikit

manis, higroskopis dan larutdengan air , aseton , dan kloroform.

Senyawa ini kadang-kadang disebut α-propilen glikol untuk

membedakannya dari isomer yang propana-1 ,3-diol HO-(CH 2 ) 3 -OH, juga

disebut β-propilen glikol.

Page 12: Laporan Praktikum Suspensi Tetrasiklin

Toksisitas akut lisan dari propilen glikol sangat rendah, dan jumlah besar

dibutuhkan untuk menyebabkan kerusakan kesehatan pada manusia jelas;

propilen glikol dimetabolisme dalam tubuh manusia menjadi asam

piruvat (bagian normal dari proses metabolisme glukosa, mudah diubah menjadi

energi ), asam asetat (ditangani oleh etanol-metabolisme), asam laktat (asam

yang normal umumnya berlimpah selama pencernaan), dan propionaldehida (zat

yang sangat beracun). toksisitas Serius umumnya hanya terjadi pada konsentrasi

plasma lebih dari 1 g / L, yang membutuhkan asupan yang sangat tinggi selama

waktu yang relatif singkat. Ini akan hampir mustahil untuk mencapai tingkat

beracun dengan mengkonsumsi makanan atau suplemen, yang mengandung

paling banyak 1 g / kg PG .

Kasus keracunan propilen glikol biasanya berhubungan dengan baik

pemberian intravena tidak tepat atau konsumsi disengaja dalam jumlah besar

oleh anak-anak. Potensi jangka panjang Toksisitas oral juga rendah. Dalam satu

studi, tikus diberi pakan yang mengandung sebanyak 5 PG% dalam pakan

selama 104 minggu dan mereka tidak menunjukkan efek sakit jelas. Karena

toksisitas rendah lisan kronis, propilen glikol telah diklasifikasikan oleh

AS Food and Drug Administration sebagai " umumnya diakui sebagai

aman "(GRAS) untuk digunakan sebagai aditif makanan langsung.

Kontak dengan propilen glikol pada dasarnya tidak menyebabkan iritasi

pada kulit. propilen glikol ternyata dapat minimal mengiritasi mata, dan dapat

menghasilkan konjungtivitis sementara sedikit (mata pulih setelah terkena akan

dihapus). Paparan kabut dapat menyebabkan iritasi mata, serta iritasi saluran

pernafasan atas. Menghirup uap propilen glikol muncul untuk menyajikan tidak

ada bahaya yang signifikan dalam aplikasi biasa. Namun, pengalaman manusia

yang terbatas menunjukkan bahwa menghirup kabut propilen glikol dapat

menyebabkan iritasi pada beberapa individu.

Beberapa penelitian telah menyarankan bahwa propilen glikol tidak

digunakan dalam aplikasi dimana inhalasi paparan atau kontak mata manusia

dengan kabut semprotan materi-materi ini mungkin , seperti kabut untuk

produksi teater atau solusi antibeku untuk stasiun mencuci darurat mata.

Page 13: Laporan Praktikum Suspensi Tetrasiklin

Propilen glikol tidak menyebabkan sensitisasi dan menunjukkan tidak ada

bukti menjadi karsinogen atau menjadi genotoksik. Tanggapan negatif terhadap

pemberian intravena obat yang menggunakan PG sebagai eksipien telah terlihat

di sejumlah orang, terutama dengan dosis besar daripadanya. Responses

mungkin termasuk "hipotensi, bradikardia. QRS dan T kelainan pada EKG,

aritmia, henti jantung, hyperosmolality serum, asidosis laktat, dan

hemolisis". Persentase yang tinggi (12% menjadi 42%) dari disuntikkan

langsung- propilen glikol dihilangkan / dikeluarkan dalam urin berubah

tergantung pada dosis, dengan sisanya muncul di glukuronat form-

nya. Kecepatan filtrasi ginjal menurun dengan meningkatnya dosis, yang

mungkin karena propilen glikol yang bius ringan / SSP-depresan-sifat sebagai

sebuah alkohol. Dalam satu kasus, pemberian melalui IV dari nitrogliserin PG-

ditangguhkan ke tua pria mungkin disebabkan koma dan asidosis.

Menurut sebuah studi 2010 oleh Universitas Karlstad , konsentrasi PGEs,

propilen glikol dan eter glikol di udara dalam ruangan, udara terutama kamar

tidur, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko pernapasan banyak dan

gangguan kekebalan tubuh pada anak-anak, termasuk asma , demam , eksim ,

dan alergi, dengan peningkatan risiko mulai dari 50% sampai 180%. Konsentrasi

ini telah dikaitkan dengan penggunaan cat berbasis air dan berbasis air

pembersih.

4. Syrupus simplex

Sirupus simpleks (Jerman: "Sirup Sederhana") disebut di sektor farmasi,

persiapan air murni dan gula. Ada sejumlah aturan produksi dalam farmakope

atau koleksi resep, yang mewakili tapi akhirnya sebuah komposisi akhir dari

sekitar 36 bagian air gula dan 64 bagian.

Jumlah yang telah ditentukan gula yang dimasukkan ke dalam wadah yang

sesuai dengan jumlah yang tepat dari air dan dipanaskan sampai

mendidih. Para sirup sekitar 120 detik dari titik didih awalcairan diharapkan

untuk dimasak. Proses perebusan berfungsi tidak hanya solusi lengkap gula

kristal, tetapi juga penghancuran protein sisa gula, dengan pembentukan busa

Page 14: Laporan Praktikum Suspensi Tetrasiklin

sedikit diamati, yang menghilang setelah waktu memasak yang

ditentukan. Mungkin ada reaksi dari bebas gugus amino dari protein ( struktur

peptida ) dengan kelompok aldehida gula datang, tetapi hal ini dapat diakui oleh

semburat kuning sedikit sirup didinginkan (→ reaksi Maillard ).

Dalam alat memasak tertimbang segera dengan air panas ditambahkan ke

jumlah dihitung dan kemudian segera dituangkan ke dalam wadah yang

sesuai. Isi dari 64 wt -% gula dan air 36% diperlukan, misalnya, dengan rumus

"formulasi standar SR". Beberapa aturan memerlukan penambahan bahan

pengawet , seperti PHB -ester atau penambahan alkohol sebelumnya. Pada kadar

gula terlalu rendah selama penyimpanan adalah fermentasi atau pertumbuhan

jamur digunakan. Dengan kandungan gula lebih tinggi setelah pendinginan,

kristalisasi dapat mengambil tempat gula.

Sebagai cairan pembawa untuk sirup lain, seperti sirup buah atau untuk

produksi sirup batuk. Sirup jadi harus pada suhu kamar, disimpan yaitu sekitar

15-25 ° C. Pada suhu terlalu rendah, misalnya di lemari es, gula akan disimpan

dalam bentuk Kandiskristallen dan memulai pertumbuhan kristal.

5. Tween 80

Polisorbat 80 adalah hasil kondensasi oleat dari sorbitol dan anhidridanya dengan

etilenoksida.

Pemerian : cairan kental seperti minyak, jernih, kuning, bau asam lemak, dank

has.

Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam etanol 95%, dalam etil asetat, dan

dalam methanol. Sukar larut dalam paraffin cair, dan dalam minyak biji kapas.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Khasiat dan penggunaan : zat tambahan.

Hlb Butuh : 15

Page 15: Laporan Praktikum Suspensi Tetrasiklin

BAB II

METODE KERJA

II.1 Alat Dan Bahan

Alat

Mortir

Stemper

Gelas Ukur 50 ml

Pipet tetes

Batang pengaduk

Cawan

Beaker Gelas

Bahan

Aquadest

Emulsifier tween 80 0,5 gram

Na CMC 0,5 gram

Tetrasiklin 1,25 gram

Propilen glikol 10 gram

Syrupus simplex 15 gram

II.2 Cara Kerja

1. Ditimbang bahan-bahan sesuai kebutuhan.

2. Na CMC dikembangkan dengan menggunakan air panas/hangat secukupnya,

didiamkan hingga dingin.

3. Kemudian ditambahkan tween 80 dan propilen glikol ke dalam mortar, diaduk hingga

homogen.

4. Ditambahkan zat aktif yaitu tetrasiklin ke dalam mortar, diaduk hingga homogen.

5. Ditambahkan syrupus simplex, diaduk homogeny.

6. Ditambahkan aquadest ad 50 ml

Page 16: Laporan Praktikum Suspensi Tetrasiklin

Penimbangan

Tetrasiklin 125mg/5mL 125

5= x

50x=125 × 50

5=1250 mg=1,25 g

Na CMC 505

= x50

x=50 × 505

=500 mg

Tween 80 505

= x50

x=50 × 505

=500 mg

Propilen glikol 1000

5= x

50x=1000 × 50

5=10.000 mg=10 g

Syrupus simplex 1500

5= x

50x=1500 × 50

5=15.000 mg=15 g

Aquadest ad 50 ml

Page 17: Laporan Praktikum Suspensi Tetrasiklin

BAB III

DATA DAN EVALUASI DATA

III.1 Data Pengamatan

No Gambar Keterangan

1. Hari pertama : volume emulsi 50 mL

2.

Hari pertama : volume emulsi 50 mL

Ket : suspensi warna kuning zat aktif =

tetrasiklin

Suspense warna putih zat aktif =

kloramfenikol

Page 18: Laporan Praktikum Suspensi Tetrasiklin

3.

Tanggal 31 mei 2012

Kel IA : terbentuk 3 fase yaitu fase atas =

±15ml (putih), fase tengah = 25ml (keruh),

fase bawah = 13ml (putih)

Kel IIA : terbentuk 3 fase yaitu fase atas =

±22ml (putih susu), fase tengah = 13ml

(keruh), fase bawah = 16ml (putih keruh)

Kel IIIA : terbentuk 3 fase yaitu fase atas =

22ml (putih susu), fase tengah = 21ml

(jernih), fase bawah = 7ml (keruh)

Kel IB : terbentuk satu fase yaitu suspensi

mengendap dan volume stabil

Kel IIB : terbentuk 3 fase yaitu fase atas =

5ml (kuning keruh), fase tengah = 37ml

(kuning, endapan), fase bawah = 7ml

(kuning jernih). Volume menurun 1ml 49

ml

Kel IIIB : terbentuk 3 fase yaitu fase atas =

7,5ml (kuning keruh), fase tengah = 25ml

(kuning kecoklatan), fase bawah = 17,5ml

(endapan kuning)

Page 19: Laporan Praktikum Suspensi Tetrasiklin

4.

Tanggal 1 juni 2012

Kel IA : terbentuk 3 fase yaitu fase atas =

±15ml (putih), fase tengah = 25ml (keruh),

fase bawah = 13ml (putih)

Kel IIA : terbentuk 3 fase yaitu fase atas =

24 ml, fase tengah = 11 ml, fase bawah = 15

ml

Kel IIIA : fase atas = 23,5 ml, fase tengah =

21,5 ml, fase bawah = 5 ml

Kel IB : tidak ada perubahan, larutan

suspensi tetap stabil

Kel IIB : fase atas = 6 ml, fase tengah = 37

ml, fase bawah = 7 ml. volume larutan

suspensi turun 1 ml menjadi 49 ml

Kel IIIB : fase atas = 7,5 ml, fase tengah =

24,5 ml, fase bawah = 18 ml

5.

Hari terakhir

Kel IB : larutan suspensi tetap atau stabil

Kel IIB : fase atas = 6 ml, fase tengah = 37

ml, fase bawah = 7 ml. volume larutan

suspensi turun 1 ml menjadi 49 ml

Page 20: Laporan Praktikum Suspensi Tetrasiklin

III.2 Evaluasi Data

Pada praktikum kali ini, dilakukan pembuatan suspensi dengan zat aktif yang

digunakan adalah tetrasiklin, sebagai bahan tambahan digunakan tween 80, propilen

glikol, Na CMC dan sirupus simpleks. Warna suspensi untuk zat aktif klorampenikol

adalah berwarna kuning, sedangkan untuk suspense dengan zat aktif amoxcilin adalah

berwarna putih.

Langkah pertama yang dilakukan dalam pembuatan suspensi ini adalah

mengembangkan Na CMC di air panas dengan suhu 700-800C dalam mortir. Disisihkan

sampai dingin. Setelah Na CMC mengembang dimasukkan tween dan propilen glikol

diaduk homogen. Kemudian ditambahkan zat aktif tetrasiklin dan diauk homogen.

Ditambahkan sirupus simpleks aduk homogen. Kemudian di ad sampai 50 ml. disimpan

dan diamati selama 2 minggu.

Pada pembuatan sediaan suspense ini tidak ada kendala yang signifikan. Semua

langkah dapat dikerjakan sebaik mungkin. Untuk kelompok A zat aktif nya berupa

amoxcilin.

Pada pengamatan hari pertama semua sediaan suspense masih dalam keadaan

stabil. Berbeda dengan hari berikutnya yaitu pada hari ketiga sediaan yang dibuat

mengalami perubahan untuk Kel IA, sediaan susupensi terbentuk 3 fase yaitu fase atas =

±15ml (berwarna putih), fase tengah = 25ml (berwarna keruh) dan fase bawah = 13ml

(berwarna putih). Untuk Kel IIA sediaan suspense terbentuk 3 fase yaitu fase atas =

±22ml (putih susu), fase tengah = 13ml (keruh), fase bawah = 16ml (putih keruh). Kel

IIIA : terbentuk 3 fase yaitu fase atas = 22ml (putih susu), fase tengah = 21ml (jernih),

fase bawah = 7ml (keruh). Kel IB : terbentuk satu fase yaitu suspensi mengendap dan

volume stabil. Kel IIB : terbentuk 3 fase yaitu fase atas = 5ml (kuning keruh), fase tengah

= 37ml (kuning, endapan), fase bawah = 7ml (kuning jernih). Volume menurun 1ml 49

ml. Kel IIIB : terbentuk 3 fase yaitu fase atas = 7,5ml (kuning keruh), fase tengah = 25ml

(kuning kecoklatan), fase bawah = 17,5ml (endapan kuning). Untuk ke enam sediaan

suspensi yang dibuat, sediaan yang dibuat kelompok IB paling stabil karena tidak terjadi

penambahan maupun pengurangan volume. secara fisik pun sediaan ini stabil. Tidak

terjadi beberapa fase. Sedangkan untuk sediaan lain terjadi 2 sampai 3 fase pada sediaan.

Hal itu dikarenakan penggunaan tween 80 yang berbeda, sehingga kestabilan sediaan pun

Page 21: Laporan Praktikum Suspensi Tetrasiklin

menjadi berbeda tiap suspense yang dibuat. Hal ini dibuktikan dengan hasil percobaan

kelompok 1B, yaitu bobot tween 80 sebesar 25 mg.

Page 22: Laporan Praktikum Suspensi Tetrasiklin

BAB IV

PENUTUP

IV.1 SIMPULAN

Bobot Penggunaan Na CMC yang berbeda mempengaruhi kestabilan sediaan suspense

yang dibuat. Bobot tween yang stabil adalah 25 mg dalam sediaan suspensi.

DAFTAR PUSTAKA

Anief. Moh. 2000. Farmasetika. Gajah Mada University Press : Yogyakarta

Ansel, Howard C.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi keempat. UI

Soetopo. Seno, dkk. 2001. Teori Ilmu Resep. Jakarta

http://www.pojok-vet.com/Obat-dll/tetrasiklin.html