DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan BAB II PEMBAHASAN ANTIBIOTIKA 2.1 Sejarah 2.2 Penegrtian 2.3 Prinsip Dasar Penggunaan Antibiotika Rasional 2.4 Pembuatan Antibiotika 2.5 Mekanisme Kerja 2.6 Penggolongan Antibiotika BAB III PEMBAHASAN ANTIBIOTIKA TETRASIKLIN 3.1 Sejarah 3.2.Struktur Molekul Tetrasiklin 3.3 Biosintesis dan Reaksi-Reaksi Pokok Tetrasiklin 3.4 Sifat Fungsi dan Mekanisme Kerja Tetrasiklin 3.5 Sintesa Tetrasiklin 3.6 Efek samping Tetrasiklin 3.7 Hasil Analisis Jurnal 3.8 Manfaat Tetrasiklin Untuk penyakit
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
DAFTAR ISIKATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN ANTIBIOTIKA2.1 Sejarah2.2 Penegrtian2.3 Prinsip Dasar Penggunaan Antibiotika Rasional2.4 Pembuatan Antibiotika2.5 Mekanisme Kerja2.6 Penggolongan AntibiotikaBAB III PEMBAHASAN ANTIBIOTIKA TETRASIKLIN
3.1 Sejarah
3.2.Struktur Molekul Tetrasiklin
3.3 Biosintesis dan Reaksi-Reaksi Pokok Tetrasiklin
3.4 Sifat Fungsi dan Mekanisme Kerja Tetrasiklin
3.5 Sintesa Tetrasiklin
3.6 Efek samping Tetrasiklin
3.7 Hasil Analisis Jurnal3.8 Manfaat Tetrasiklin Untuk penyakit
BAB IV PENUTUP
4.1 Saran
4.2 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini banyak macam antibiotik tersedia di pasaran . Begitu banyak macamnya
sehingga kadang-kadang membingungkan bagi dokter yang ingin menggunakannya. Apalagi
dengan adanya ” tekanan promosi ” yang sangat gencar, tidak jarang merangsang pemakaian
antibiotik yang menjurus ke arah ketidakrasionalan .
Walaupun diagnosa mikrobiologik hanya dapat dilakukan pada sebagian kecil kasus
penyakit infeksi, tetapi agar kita tetap ada dalam garis pemakaian antibiotik yang rasional kita
harus tetap berfikir secara mikrobiologik. Kalau kita menghadapi suatu penyakit infeksi dengan
berbagai macam simtomnya harus kita bayangkan kira-kira kuman apa yang menyebabkannya
gram positif atau gram negatif, ataukah anaerob/dan terhadap antibiotika yang mana kuman
tersebut diperkirakan masih sensitif .
Anggapan bahwa antibiotik yang lebih baru dan lebih mahal mujarab dari antibiotika
yang sudah lama digunakan merupakan anggapan yang salah . Justru banyak antibiotika yang
baru menpunyai spesifikasi tertentu sehingga bila tidak dipergunakan sesuai dengan
spesifikasinya maka khasiatnya tidak seperti yang diharapkan .
1.2 Rumusan Masalah
1. Sejarah antibiotika?
2. Apa yang dimaksud dengan antibiotika?
3. Prinsip dasar penggunaan antibiotika rasional?
4. Bagaimana cara pembuatan antibiotika?
5. Bagaimana mekanisme kerja dari obat antibiotika?
6. Pengelompokan jenis antibiotika?
7. Antibiotika tetrasiklin?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang golongan obat antibiotic.
2. Untuk mengetahui tentang cara pembuatan obat antibotika pada umumnya dan golongan
Tetrasiklin secara khusus.
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Medisinal
BAB II
PEMBAHASAN ANTIBIOTIKA
2.1 Sejarah
Antibiotik pertama (penisilin) ditemukan pada tahun 1928 oleh Alexander Fleming,
seorang ahli mikrobiologi dari Inggris. Tahun 1930-an, penisilin mulai diresepkan untuk
mengobati penyakit-penyakit infeksi. Sebelum antibiotik ditemukan, banyak infeksi yang tidak
bisa disembuhkan dan menyebabkan kematian. Namun sejak penisilin ditemukan, jutaan
penderita infeksi di seluruh dunia, bisa diselamatkan nyawanya. Begitu hebatnya antibiotik,
sehingga sejak tahun 1944 – 1972, rata-rata harapan hidup manusia meningkat delapan tahun.
Antibiotik, seperti yang kita ketahui saat ini ternyata berasal dari bakteri yang
dilemahkan, tidak ada yang menduga bahwa bakteri lemah tersebut mampu membunuh bakteri
lain yang berkembang dalam tubuh makhluk hidup. Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh
mikroba terutama jamur, yang dapat menghambat pertumbuhan ataupun membunuh mikroba
lain.
Namun seiring berjalannya waktu, satu demi satu bakteri mulai kebal terhadap antibiotik.
Tahun 1950-an, telah muncul jenis bakteri baru yang tidak lagi bisa dilawan dengan penisilin.
Untungnya, para ilmuwan terus-menerus melakukan penelitian. Untuk sementara waktu, dunia
masih boleh bergembira karena para ilmuwan berhasil menemukan antibiotik - antibiotik baru.
Antara tahun 1950-1960-an, jenis bakteri yang resisten masih belum mengkhawatirkan,
karena penemuan antibiotik baru masih bisa membasminya. Namun sejak akhir 1960-an, tidak
ada lagi penemuan baru yang bisa diandalkan. Baru pada tahun 1999, ilmuwan berhasil
mengembangkan antibiotik baru. Itu pun harus adu cepat dengan semakin banyaknya bakteri-
bakteri super yang kebal antibiotik.
Antibiotik berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan membunuh
kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.
Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun seperti strychnine,
antibiotik dijuluki "peluru ajaib": obat yang membidik penyakit tanpa melukai tuannya.
Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya, dan
setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada
antibiotik yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya
lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik
mencapai lokasi tersebut.
Antibiotik oral (yang dimakan) mudah digunakan bila efektif, dan antibiotik intravena
(melalui infus) digunakan untuk kasus yang lebih serius. Antibiotik kadangkala dapat digunakan
setempat, seperti tetes mata dan salep. 3
Istilah antibiotik muncul pada literatur mikrobiologi awal tahun 1928. Menurut Selman
Waksman, antibiotik adalah substansi kimia yang diperoleh dari mikroorganisme, dalam larutan
encer mereka mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan dan membinasakan mikroba
lain.
Pada tahun 1929, Fleming mengamati substansi bakteri-ostatik yang dihasilkan jamur
Penicillium notatum dan diberi nama Penicillin. Sejak itu penisilin dikenal dan diketahui dapat
diproduksi oleh berbaga jamur. Namun karena kurang stabil terutamabio-aktivitasnya akan
hilang bila diuapkan sampai kering, maka penisilin kemudian ditinggalkan. Sekitar tahun 1939,
Florey dan kawan-kawan melakukan percobaan kembali terhadap kemungkinan penggunaan
penisilin Fleming untuk terapi. Tahun 1940, Chain dan kawan-kawan juga melakukan penelitian
penisilin, mereka membiakkan organisme Fleming dan pada waktu ekstraksi dikontrol pada
temperatur rendah; akhirnya mereka mampu memekatkan penisilin sampai 1000 kali, serta dapat
menghasilkan garam penisilin berbentuk bubuk kering yang mempunyai stabilitas baik terutama
bila disimpan. Hasil ini merupakan kemajuan besar dalam perkembangan produksi antibiotik
terutama penisilin dan merupakan tonggak sejarah manusia dalam memerangi penyakit infeksi.
Pada waktu yang hampir sama, di Rockefeller Institute for Medical Research New York.
Dubos menemukan antibiotik komplek tyrothricin yang diproduksi oleh bakteri tanah Baccilus
brevis. Selanjutnya Dubos, Waksman dan Woodruff menemukan aktinomisin yang diperoleh
dari biakan aktinomisetes. Pada tahun 1944 Selman Waksman menemukan streptomisin yang
merupakan salah satu antibiotik yang dihasilkan oleh Streptomyces anggota dari aktinomisetes.
Streptomisin merupakan anti tuberkulosis yang mujarab.perkembangan ini merangsang
penelitian lebih lanjut terhadap genus streptomises dalam usaha mencari mikroorganisme
penghasil antibiotik. Sejak itu aktinomisetes terutama streptomises menjadi gudang utama untuk
memperoleh antibiotik baru. Di berbagai lembaga penelitian dilakukan pencarian antibiotik dari
berbagai tipe mikroorganisme terutama aktinomisetes dan telah berhasil mendapatkan antibiotik
baru. Pada tahun 1945 telah ditemukan basitrasin yang dihasilkan oleh Bacillus, diikuti
khloramfenikol oleh Strepto-myces venezuelae dan polimiksin oleh B. polymyxa pada tahun
1947, khlortetrasiklin oleh S. aureofaciens pada tahun 1948 dan neomisin oleh S. fradiae tahun
1949, oksitetrasiklin 1950 dan eritromisin 1952, keduanya dihasilkan oleh Streptomyces.
Kanamisin ditemukan oleh Umezawa dan koleganya tahun 1957 dari biakan streptomyces.
Semua ini merupakan antibiotik yang sangat penting dan sampai saat ini masih diperhitungkan
sebagai salah satu antibiotik untuk melawan infeksi.
Pada tahun enam puluhan, penemuan antibiotik agak berkurang tetapi usaha penemuan
dilakukan untuk aplikasi yang lebih luas yaitu untuk mencari antifungal, anti mikoplasmal, anti
spirochetal, anti protozoal, anti tumor, anti virus, dan antibiotik untuk penggunaan non-medis.
Pada dekade ini problem resistensi bakteri terhadap antibiotik mulai muncul dan telah
berkembang, sehingga memacu mencari antibiotik baru atau derivat antibiotik yang telah dikenal
untuk menggantikan antibiotik yang sudah ada.
2.2 Pengertian
Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek
menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses
infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotik khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit
infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi
terhadap mutan atau transforman. Antibiotik bekerja seperti pestisida dengan menekan atau
memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri.
2.3 Prinsip Dasar Penggunaan Antibiotika Rasional
Tepat indikasi
Tepat penderita
Tepat pemilihan jenis antibiotika
Tepat dosis
Efek samping minima
Bila di perlukan : Kombinasi yang tepat
Ekonomik
Ada beberapa hal penting mengenai antibiotika yang perlu di ketahui sebelum kita memilih
dan menggunakannya yaitu:
1. Sifat aktifitasnya
2. Spektrum
3. Mekanisme kerja
4. Pola resistensi
5. Efek samping
Di samping itu perlu diperhatikan pengalaman-pengalaman klinik sebelumnya.
1. Sifat aktifitasnya
Bakteriostatik : menghambat pertumbuhan kuman dengan cara menghambat metabolisme
kuman
Bakteriosidik : Membunuh kuman misalnya dengan cara merusak dinding sel
Untuk infeksi yang berat apalagi kalau keadaan pertahanan tubuh penderita kurang baik
maka sebaiknya dipilih antibiotik yang bersifat bakteriosidik.
Pengetahuan tentang sifat aktifitas ini juga penting kalau kita ingin menggabung antibiotika.
Pemakaian gabungan antibiotika yang bersifat bakteriostatik bersama antibiotika yang
bakteriosidik akan mengurangi khasiat antibiotika bakteriosidik . Hal ini disebabkan karena
antibiotika yang bersifat bakteriosidik umumnya khasiatnya baik bila kuman tersebut
membelah dengan cepat, sedangkan antibiotik yang bersifat bakteriostatik akan
menyebabkan pembelahan kuman yang menurun sehingga akan menghambat khasiat
antibiotika yang bersifat bakteriosidik.
2. Spektrum antibiotika
Spektrum sempit : Hanya menghambat atau membunuh kelompok kuman tertentu
Spektrum luas : Dapat menghambat baik kuman gram positif maupun gram negatif
Pemakaian antibiotika spektrum sempit dilakukan bila jenis kuman yang menyebabkan infeksi
sudah diperkirakan atau dipastikan. Sedangkan bila jenis kuman tidak dapat dipastikan maka
dipakai antibiotika spektrum luas.
3. Mekanisme kerja antibiotika
Antibiotika yang menghambat metabolisme sel kuman
Contoh : Sulfonamid
Trimetophrim
Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel kuman
Contoh : Penicillin
Sefalosporin
Antibiotik yang mengganggu keutuhan membran sel kuman
Contoh : Polimiksin
Antibiotik yang menghambat sintesa protein sel kuman
Contoh : Aminoglikosid
Makrolid
Tetrasiklin
Kloramfenikol
Antibiotik yang menghambat sintesa asam nuleat kuman
Contoh : Rifampisin
Kuinolon
4. Pola Resistensi
Dalam pemakaian antibiotika perlu diperhatikan pola resistensi kuman setempat,
misalnya : Campylobacter jejuni di Indonesia masih sensitif terhadap siprofloksasin tetapi di
Thailand banyak resisten terhadap Siprofloksasin karena di sana Siprofloksasin banyak di
pakai untuk terapi STD.
5. Efek Samping
Ada 3 macam efek samping yaitu
- reaksi alergi
- reaksi idiosikratik
- dan reaksi toksik.
Contoh dari reaksi idiosinkratik adalah pemakaian Primaquin dapat merangsang
terjadinya anemia hemolitik berat pada individu-individu tertentu. (Blackwater fever)
Contoh reaksitoksik adalah gangguan pertumbuhan gigi akibat pemakaian tetrasiklin.
2.4 Pembuatan Antibiotika
Pembuatan antibiotika lazimnya dilakukan dengan jalan mikrobiologi dimana mikro
organisme dibiak dalam tangki-tangki besar dengan zat-zat gizi khusus. Kedalam cairan
pembiakan disalurkan oksigen atau udara steril guna mempercepat pertumbuhan jamur sehingga
produksi antibiotiknya dipertinggi setelah diisolasi dari cairan kultur, antibiotika dimurnikan dan
ditetapkan aktifitasnya beberapa antibiotika tidak dibuat lagi dengan jalan biosintesis ini,
melakukan secara kimiawi, antara lain kloramfenikol
Aktivitas Umumnya dinyatakan dalam suatu berat (mg),kecuali zat yang belum sempurna
pemurniannya dan terdiri dari campuran beberapa zat misalnya polimiksin B basitrasin, atau
karena belum diketahui struktur kimianya, seperti, nistatin.
2.5 Mekanisme Kerja
Beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel (penisilin dan sefalosforin) atau
membran sel (kleompok polimiksin), tetapi mekanisma kerja yang terpenting adalah perintangan
selektif metabolisme protein bakteri sehingga sintesis protein bakteri, sehingga sintesis protein
dapat terhambat dan kuman musnah atau tidak berkembang lagi misalnya kloramfenikol dan
tetrasiklin.
Diluar bidang terapi, antibiotik digunakan dibidang peternakan sebagai zat gizi tambahan
guna mempercepat pertumbuhan ternak, dan unggas yang diberi penisilin, tetrasiklin erithomisin
atau basitrasin dalam jumlah kecil sekali dalam sehari harinya, bertumbuh lebih besar dengan
jumlah makanan lebih sedikit.
2.6 Penggolongan Antibiotika
Antibiotika dapat dibagi menjadi beberapa kelompok utama yaitu :
1. Golongan betalaktam
2. Golongan Aminoglikosida
3. Golongan Sulfonamid
4. Golongan Tetrasiklin dan Chloramphenicol
5. Golongan Makrolid
6. Golongan Metronidazol
7. Golongan Rifampisin
8. Golongan Linkosamid
9. Golongan Kuinolon
BAB III
ANTIBIOTIKA TETRASIKLIN
3.1 Sejarah
Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang Tetrasiklin yang
dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin merupakan antibiotika yang memberi harapan
dan sudah terbukti menjadi salah satu penemuan antibiotika penting. Antibiotik golongan
tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces
aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri
dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari spesies
Streptomyces lain.
P protection for its fermentation and production was also first issued in 1950.Pada tahun
1950, Profesor Harvard Robert Woodward menentukan struktur kimia Terramycin, nama merek
untuk anggota keluarga tetrasiklin; paten perlindungan untuk fermentasi dan produksi juga
pertama kali diterbitkan pada tahun 1950. A research team of seven scientists at , in collaboration
with Woodward, participated in the two-year research leading to the discovery .
Alasan mengapa disebut tetrasiklin karena terdiri dari 4 ("tetra-") hidrokarbon cincin ("-
cycl-") derivasi ("-ine“) yang merupakan subclass dari poliketida yang memiliki kerangka
octahydrotetracene-2-karboksamida.
3.2. Struktur Molekul Tetrasiklin
Senyawa-senyawa yang termasuk kelompok tetrasiklin mempunyai kerangka dasar karbon
dari naftasen C-18 yang terhidrogenasi secara parsial, oleh karena itu disebut juga kerangka
hidronaftasen. Beberapa senyawa yang termasuk kelompok tetrasiklin tercantum pada gambar
berikut.
Struktur kimia golongan tetrasiklin
R1 R2 R3 R4 Nama senyawa
H H H H 6-Deoksi-6-dimetiltetrasiklin
H OH H H 6-dimetiltetrasiklin
H OH CH3 H Tetrasiklin (akromisin)
Cl OH H H 7-kloro-6- dimetiltetrasiklin
H OH CH3 OH 5-hidroksitetrasiklin (oksi-tetrasiklin, teramisin)
Cl OH CH3 H 7-klorotetrasiklin (klor-tetrasiklin, aureomisin)
Tetrasiklin adalah zat anti mikroba yang diperolah denga cara deklorrinasi klortetrasiklina,
reduksi oksitetrasiklina, atau denga fermentasi. Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut
dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau garam HClnya mudah larut. Dalam keadaan kering,
bentuk basa dan garam HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan
tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang potensinya.
Di antara senyawa-senyawa tetrasiklin tersebut di atas, yang termasuk tetrasiklin alam ialah
tetrasiklin atau akromisin, oksitetrasiklin atau teramisin dan klortetrasiklin atau auromisin.
Sedangkan 6-dimetiltetrasiklin dan 7-kloro-6-dimetiltetrasiklin kedua-duanya dihasilkan oleh
turunan mikroba yang semula berasal dari Streptomyces Aureus. Kedua senyawa yang terakhir
ini sangat sukar diuraikan baik oleh asam maupun basa, sehingga berguna untuk pengobatan
secara oral.
Dari struktur senyawa-senyawa tetrasiklin seperti tertera pada gambar di atas, terlihat bahwa
perbedaan antara tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin masing-masing terletak pada
adanya atom klor pada C-7 (cincin D) dan gugus hidroksi pada C-4 (cincin A) dari kerangka
hidronaftasen.
3.3 Biosintesis dan Reaksi-Reaksi Pokok Tetrasiklin
Tetrasiklin adalah senyawa-senyawa yang termasuk golongan poliketida. Percobaan-
percobaan menunjukkan bahwa tertrasiklin berasal dari delapan unit malonil-koenzim A, seperti
ditunjukkan oleh gambar.
Sebagaimana ditunjukkan oleh gambar, malonamoil-koenzim A bertindak sebagai inisiator
untuk polimerisasi delapan molekul malonil-koenzim A menghasilkan suatu poliketida-amida
yang linier. Poliketida-amida ini selanjutnya direka menghasilkan tetrasiklin, melalui serentetan
reaksi sederhana dan berlangsung secara bertahap. Melalui rangkaian reaksi ini, dihasilkan
senyawa-senyawa antara yang utama, seperti pret etramid dan 6-metilpretetramid, yang
mengandung semua atom karbon yang diperlukan pada hasil-hasil akhir.
Tetrasiklin dari deret 6-dimetil, seperti 6-demetiltetrasiklin dan 7-kloro-6-
deametiltetrasiklin, diturunkan dari pretetramid. Sedangkan, tetrasiklin, deret 7-klorotetrasiklin,
dan deret 5-hidrositetrasiklin diturunkan dari 6-metilpretetramid.
Biosintesis tetrasiklin bermula dari karboksilasi asetil-KoA membentuk malonil-KoA
dengan enzim asetil-KoA karboksilase. Malonil-KoA kemudian bereaksi dengan 2-
oksosuksinamat menghasilkan malonamoil-KoA. 2-oksosuksinamat merupakan hasil dari
transaminasi asparagin dengan enzim asam okso-asparagin transaminase. Malonamoil-KoA
kemudian dikonversi lebih lanjut menjadi 4-hidroksi-6-metilpretetramida melalui 6-
metilpretetramida. Senyawa inilah yang akan diubah menjadi 4-dedimethylamino-4-okso-
anhidrotetrasiklin, yang merupakan intermediat dalam menghasilkan klorotetrasiklin dan
tetrasiklin.
3.4 Sifat Fungsi dan Mekanisme Kerja Tetrasiklin
1. Sifat kimiawi tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau
garam HCl-nya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam HCl tetrasiklin
bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat
berkurang potensinya. Golongan tetrasiklin adalah suatu senyawa yang bersifat amfoter sehingga
dapat membentuk garam baik dengan asam maupun basa. Sifat basa tetrasiklin disebabkan oleh
adanya radikal dimetilamino yang terdapat didalam struktur kimia tetrasiklin, sedangkan sifat
asamnya disebabkan oleh adanya radikal hidroksi fenolik.
Tetrasiklin harus disimpan di tempat yang kering, terlindung dari cahaya. Tetrasiklin apabila
bereaksi dengan logam bervalensi 2 dan 3 (Ca, Mg, Fe ) maka akan membentuk kompleks yang
inaktif sehingga tetrasiklin tidak boleh diminum bersama dengan susu dan obat-obat antasida.
Obat ini dalam bentuk kering bersifat stabil, tidak demikian halnya bila antibiotika ini berada
dalam larutan air. Untuk tetrasiklin sediaan basah perlu ditambahkan buffer. Dalam larutan
tetrasiklin yang biasa digunakan untuk injeksi mengandung buffer dengan pelarut propylen
glikol pada pH 7,5, dapat tahan 1 tahun pada suhu kamar sampai 45˚C. Bila pH lebih tinggi dari
7,5 maka tingkat kestabilan tetrasiklin akan menurun.
2. Kegunaan Tetrasiklin
Kegunaan klinis tetrasiklin dalam kedokteran hewan yaitu:
Hewan Kecil
Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi yang disebabkan oleh kuman
gram positif maupun gram negatif, terutama pada penyakit saluran pernafasan, perkencingan,
leptospirosis (penyakit manusia dan hewan dari kuman dan disebabkan
kuman Leptospira yang ditemukan dalam air seni dan sel-sel hewan yang terkena), dan
panleukopenia (penyakit yang menyebabkan jumlah sel darah putih kucing menurun dengan
drastis).
Hewan besar
Antibiotika ini hampir selalu diberikan untuk mengatasi berbagai penyakit pada hewan
besar, hal ini mungkin disebabkan karena sifat obat yang mempunyai spectrum luas. Dalam
kasus lapangan antibiotika ini biasa digunakan untuk mengatasi penyakit-penyakit seperti