LAPORAN PRAKTIKUM
PEMBUATAN PEREAKSI
NAMA : RUHUL AENYNIM: H311 12 023KELOMPOK: II (DUA)HARI/TGL.PERC
: KAMIS/20 FEBRUARI 2014ASISTEN: SARTIKA
LABORATORIUM BIOKIMIAJURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR 2014BAB ISIFAT SIFAT
BAHAN
I.1 Natrium HidroksidaNatrium hidroksida (NaOH) juga dikenal
sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida,adalah sejenis basa
logam kaustik. Natrium hidroksida terbentuk dari oksida basa
Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk
larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Natrium
hidroksida digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan
digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas,
tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah
basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia. Natrium
hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk
pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50 % (Hikmah dan
Zuliyana, 2012). . Natrium hidroksida bersifat lembab cair dan
secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Natrium
hidroksida sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika
dilarutkan. Natrium hidroksida juga larut dalam etanol dan metanol,
walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada
kelarutan KOH. Natrium hidroksida tidak larut dalam dietil eter dan
pelarut nonpolar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan
meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas (Hikmah dan Zuliyana,
2012). Sifat sifat fisika dan kimia Natrium hidroksida (NaOH)
ditunjukkan pada tabel I berikut (Hikmah dan Zuliyana., 2012)
:Massa molar40 g/mol
Wujud Zatpadat putih
Specific gravity2,130
Tiitik leleh318,4 C (591 K)
Titik didih1390 C (1663 K)
Kelarutan dalam air111 g/100 ml (20 C)
Kebasaan(pKb) -2,43
I.2 Asam Sitrat
Asam sitrat termasuk dalam golongan flavorenhancer atau bahan
pemacu rasa. Bahan pemacu rasa merupakan tambahan yang diberikan
pada suatu produk pangan untuk memberikan nilai lebih pada rasa
sesuai dengan karakteristik produk pangan yang dihasilkan.
Biasanya, bahan pemacu rasa hanya ditambahkan dalam jumlah kecil.
Asam sitrat sebagai bahan pemacu rasa banyak digunakan dalam
industri, terutama industri makanan karena memiliki tingkat
kelarutan yang tinggi, memberikan rasa asam yang enak dan tidak
bersifat racun. Asam sitrat digunakan untuk mengatur pH, terutama
yang menggunakan buah-buahan dengan tingkat keasaman yang rendah
sehingga tidak cukup untuk menghasilkan pH seperti yang diinginkan.
Penggunaan asam sitrat juga berfungsi untuk meberikan rasa dan
aroma yang khas pada sari buah, meningkatkan flavor (mengimbangi
rasa manis), serta memperpanjang umur simpan (mengawetkan) sari
buah tersebut. Umumnya penambahan asam sitrat dilakukan hingga pH
sari buah yang dihasilkan mencapai 4,5, yaitu pH yang diinginkan
untuk sari buah (Fachruddin, 2002).
Asam sitrat mempunyai cita rasa sangan asam, karena itu sengaja
ditambahkan ke ratusan makanan olahan, dari minuman segar sehingga
selai dari buah-buahan beku agar terasa asam. Selain itu asam
sitrat melindung buah-buahan dari perubahan warna oleh enzim
oksidasi. Asam sitrat tidak sendirian menyumbangkan rasa asam.
Semua asam mempunyai rasa asam. Sesungguhnyalah, hanya asam yang
terasa asam. Asam sitrat 100 % dalam wujud kristal-kristal kecil,
jauh lebih asam daripada cuka, yang hanya larutan 5 % asam asetat
dalam air atau air jeruk lemon, yang hanya mengandung 7 % asam
sitrat. Asam sitrat unik karena memberikan rasa asam tanpa cita
rasa lain, sedangkan cita rasa keras air jerul lemon dan cuka harus
diperhitungkan ketika digunakan dalam sebuah resep (Wolk,
2005).
1.3 Asam AsetatAsam aasetat atau lebih dikenal sebagai asam cuka
(CH3COOH) memiliki rasa asam yang tajam dan larut di dalam air,
alkohol, gliserol, eter. Pada tekanan atmosferik, titik didihnya
118,1C. Asam asetat mempunyai aplikasi yang sangat luas dibidang
industri dan pangan (Hardoyo dkk., 2007).
Asam asetat adalah asam etanoat CH3COOH disebut pula asam cuka
merupakan asam organik lemah, zat cair tanpa warna dan berbau
sangit, dihasilkan melalui fermentasi alkohol oleh bakteri
Acetobacter aceti. Asam asetat murni membeku pada 290 K, terutama
digunakan dalam bentuk hidrida asam untukmembuat selulosa asetat
(Pudjaatmaka,2002).Proses produksi asam asetat dapat dilakukan
secara kimiawi dan biologis. Proses kimiawi produksi asam asetat
yang banyak dilakukan adalah oksidasi butana. Untuk kebutuhan
pangan, produksi asam asetat harus dilakukan melalui proses
biologis, salah satunya adalah fermentasi dari bahan baku alkohol.
Fermentasi dilakukan dengan menggunakan bakteri dari genus
Acetobacter dalam kondisi aerobik. Salah satu spesies yang paling
banyak digunakan untuk fermentasi asam asetat adalah Acetobacter
aceti (Hardoyo dkk., 2007).1.4 Glisin
Glisin adalah asam amino nonesensial yang disintesis terutama
dari serin dan treonin. Jalur katabolik utama memerlukan sistem
enzim pemecah glisin kompleks untuk memecah karbon pertama glisin
dan mengubahnya menjadi karbondioksida (Arvin,1996).
Untuk glisin, titik isoselektriknya adalah pada pH 6. Tentu
saja, dalam larutan glisin pada pH 6, setiap saat akan terdapat
beberapa molekul yang bermuatan positif, molekul yang bermuatan
negatif dengan jumlah yang sama dan bahkan sedikit molekul yang
tidak bermuatan. pH pada titik isolektrik dapat dihitung jika
diketahui pKa masing-masing larutan. Dalam larutan glisin pada
jilai pH dibawah 6, gugus amino bermuatan positif. Muatan positif
ini menstabilkan ion karboksilat yang bermuatan negatif melalui
interaksi elektrostatik. Ini berarti bahwa gugus karboksil pada
glisin akan kehilangan protonnya lebih mudah dan dengan demikian
merupakan asam yang lebih kuat (dengan nilai pKa lebih rendah)
(Kuchel dan Ralston, 2006).[[Glisin dimetabolisme melalui sejumlah
jalur yang berbeda. Glisin dibentuk dari serin melalui reaksi
reversilbel yang melibatkan tetrahidrofolat. Glisin juga
memindahkan sebuah atom karbon ke tetrahidrfolat, yang membentuk
CO2, dan NH4+. Tetra hidrofolat adalah koenzim yang memindahkan
gugus satu-karbon pada berbagai tahapan oksidasi. Senyawa ini
berasal dari vitamin folat. Walaupun treonin bukan sumber utama
glisin, penguraian treonin dapat menghasilkan glisin (Marks
dkk.,1996).
Glisin dapat mengalami reaksi deaminasi oksidatif oleh glisin
oksidase, yaitu enzim yang terdapat dalam jaringan hati dan ginjal.
Dalam reaksi ini glisin akan diubah menjadi asam glioksilat dan
ammonia. Asam glioksilat yang terbentuk dapat diuraikan lebih
lanjut menjadi formaldehida dan karbondioksida. Dalam tubuh glisin
dapat dibentuk dari serin dalam jumlah yang cukup, karena itu
glisin adalah asam amino nonessential. Serin dibentuk dari asam
3-fosfogliserat yang merupakan salah satu hasil antara dalam proses
glikolisis. Dengan demikian dapat dilihat bahwa ada hubungan antara
glikolisis dengan biosintesis glisin. Glisin dapat berfungsi dalam
proses penawar racun, misalnya apabila asam bensoat atau derivatnya
termasuk dalam makanan maka glisin akan bergabung dengan zat-zat
tersebut sehingga terbentuk asam hipurat yang tidak bersifat racun
(Poedjiadi,1994).Glisin berfungsi mengikat bahan-bahan toksik dan
mengubahnya menjadi bahan tidak berbahaya. Glisin juga digunakan
dalam sintesis porfirin nukleus hemoglobin dan merupakan bagian
dari asam empedu (Almatsier, 2009).
1.5 Dinatrium Hidrogen FosfatDinatrium hidrogen fosfat merupakan
katalis yang berfungsi untuk mempercepat reaksi. Reaksi yang
terjadi dengan penambahan dinatrium hidrogen fosfat adalah reaksi
hidrolisis amilosa dengan menggunakan variasi logam asam karena
terdapat logam natrium (Na) pada dinatrium hidrogen fosfat. Semakin
banyak konsentrasi dinatrium hidrogen fosfat yang digunakan dalam
perendaman beras menyebabkan semakin tinggi kadar air instan yang
dihasilkan karena ion H+ pada dinatrium hidrogen fosfat terlepas
dan membentuk ikatan hidrogen dengan gugus amilosa pada beras, pati
beras terdiri dari dua komponen yaitu amilosa dan amilopektin,
diamana amilosa lebih mudah larut dalam air disbanding dengan
amilopektin. Ion H+ kemudian akan menempel pada gugus OH amilosa
sehingga O menjadi positif dan H+ dilepas dalam bentuk H2O Dengan
semakin banyaknya dinatrium hydrogen fosfat yang digunakan maka
semakin banyak suplai H+ yang dilepas dalam bentuk H2O sehingga
menyebabkan kadar airnya meningkat (Hendra dan Widjanarko,
2010).
1.6 NinhidrinReagen ini memberikan bercak merah muda dengan amin
primer dan bercak kuning dengan amin tersier. Reagen ini digunakan
dalam uji identitas farmakope untuk beberapa antibioik
aminoglikosida seperti gentamisin, dalam suatu uji batas untul
aminobutanol dalam etambutol dan dapat digunakan sebagai pebapisan
umum untuk obat-obat yang mengandung nitrogen bersama dengan reagen
Dragendorff. Reagen Dragendorff akan menghasilkan bercak orange
dengan amin tersier dan dapat digunakan untuk menyemprot secara
berlebih pelat yang telah disemprot pada tahap pertama dengan
ninhidrin (Watson., 2010).
1.7 Natrium HiperkloratNatrium Hipoklorat merupakan suatu
pereaksi bahan, mengandung sekitar 5 % klorin yang tersedia. NaOCl
mempunyai bau yang kaustik, bersifat korosi terhadap metal, kurang
efektif pada saluran akar yang sempit. Dapat menyebabkan inflamasi
akut yang diikuti dengan nekrosis jaringan apabila NaOCl berkontak
dengan jaringan lunak yang vital kecuali epitelium yang
berkeratinisasi tinggi (Arifah, 2009).
1.8 Asam Klorida Pada kondisi tertentu (melebihi kadar 40 %)
asam klorida berkekuatan merusak, terutama terkadap jaringan halus
seperti dipermukaan usus (Sudiati dan Widyamartaya, 2005).Asam
klorida tidak dapat dianggap sebagai larutan baku primer, karena
kemurniannya cukup bervariasi. Baku primer adalah senyawa-senyawa
kimia stabil yang tersedia dalam kemurnian tinggi dan yang dapat
digunakan untuk membakukan larutan baku yang digunakan dalam
titrasi (Syarief, 2007).[
1.9 Amilum
Amilum yang dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai zat pati
atau zat tepung, yang merupakan suatu glukosan dan cadangan
persediaan makanan bagi tanaman. Dalam tanaman, amilum terutama
terdapat pada akar, umbi, atau biji tanaman. Rasa amilum tidak
manis dan terbentuk pada proses asimilasi dalam tanaman. Tanaman
yang mengandung amilum antara lain umbi kayu, kentang, sagu, dan
jenis gandum (Sumardjo, 2008).
Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya
adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28 %) dan
sisanya amilopektin. Amilosa terdiri dari 250-300 unit D-glukosa
yang terikat dengan ikatan 1,4-glikosidik, jadi molekulnya
merupakan rantai terbuka. Amilopeektin juga terdiri atas molekul
D-glukosa yang sebagian besar mempunai ikatan 14-glokosidik dan
sebagian besar lagi ikatan 1,6-glikosidik. Adanya ikatan ikatan
1,6-glikosidik ini menyebabkan terjadinya cabang, sehingga molekul
amilopektin terbentuk rantai terbuka dan bercabang (Pedjiadi,
1994).
1.10 Buffer Posfat[Buffer posfat memiliki pH antara 6-8. Buffer
posfat terdiri dari campuran Na3PO4 dan Na2HPO4 di mana
molekul-molekul tersebut mampu menyerap air. Buffer posfat
berfungsi untuk mengatur pH larutan agar tetap konstan di area yang
mendekati nilai 7. Besarnya nilai pH pada larutan tersebut
bergantung pada komposisi pencampuran NaH2PO4 dan Na2HPO4tersebut.
Buffer posfat akanmenghambat aktivitas dari beberapa metabolik
enzim termasuk karboksilase, fumarase dan posfoglukomutase. NaH2PO4
dan Na2HPO4 menyebabkan iritasi saluran pencernaan jika tertelan
serta iritasi saluran pernapasan jika terhirup (Hendra dan
Widjanarko, 2010).
1.11 L-Asparagin`L-Asparagin juga terbukti dapat menurunkan
kandungan akrilamida di dalam makanan. Banyak penelitian dilakukan
untuk menelusuri sumber potensial produksi L-Asparagin dari bakteri
termofilik untuk memperoleh L-Asparagin dengan aktivitas dan
stabilitas yang tinggi (Patta dkk., 2011).
1.12 Natrium karbonatCampuran dari karbonat dan bikarbonat, atau
karbonat dan hidroksida, dapat dititrasi dengan HCl standar sampai
kedua titik akhir (Underwood, 2002)Tabel 2 hubungan volume dalam
titrasi karbonatBAHANHUBUNGAN UNTUK IDENTIFIKASI KUALITATIFMILIMOL
BAHAN YANG ADA
NaOHV2 = 0M x V1
Na2CO3V1 = V2M x V1
NaHCO3V1 = 0M x V2
NaOH + Na2CO3V1 > V2NaOH : M (V1-V2)
Na2CO3 : M x V2
NaHCO3 + Na2CO3V1 < V2NaHCO3 : M (V2-V1)
Na2CO3 : M x V1
1.13 Asam AspartatBeberapa asam amino mempunyai rumus COOH
ataupun NH2 sebagai bagian dari grup R. sebagai contoh, asam
aspartat hidroklorida adalah sebuah
asam triprotik (Underwood, 2002).Asam aspartat mengandung asam
karboksilat pada rantai sisinya, sehingga
disebut asam amino asam (acidic). Bentuk asam amino yang
bermuatan negatif
disebut aspartat. Nilai pKa pada rantai sisi asam amino tersebut
adalah sekitar 4. Apabila pH sama dengan pKa, spesies yang
mengalami protonisasi (tidak
bermuatan) jumlahnya setara dengan jumlah spesies yang bermuatan
negatif, yaitu [[[jumlah molekul dengan muatan nol pada rantai sisi
setara dengan jumlah molekul
yang bermuatan negatif (William dan Wilkins, 1996).
1.14 TirosinTirosin adalah bahan dasar untuk pembuatan
adrenalin, dan noradrenalin-ransmiter saraf yang mengordinasi
fungsi-fungsi tubuh yang berorientasi pada tindakan. Tirosin juga
esensial bagi pembentukan transmitter saraf dopamin dari hormon
tiroid dan pigmen kulit yang disebut melanin (Batmanghelidj,
2013).Tirosin dapat mengganti sebagian atau 50 % dari kebutuhan
fenil alanin bagi pertumbuhannya. Tirosin diklasifikasikan sebagai
asam amino aromatic (Buwono, 2013).
BAB IIPERHITUNGAN DAN PEMBUATAN PEREAKSI
2.1 Buffer Fosfat pH 6,2
a. Perhitungan
Dik :Larutan A = 81,5 Natrium fosfat monobasis Larutan B = 18,5
Natrium fosfat dibasis
Dit :Buffer fosfat pH 6,2 = ...?[Peny:
Buffer fosfat pH 6,2 = 81,5 mL larutan A + 18,5 mL larutan B=
100 mL + 100 mL akuades= 200 mLb. Cara pembuatanMasukkan 81,5 mL
natrium fosfat monobasis kedalam gelas ukur lalu tambahkan 18,5 mL
natrium fosfat dibasis. Ditambahkan akuades sebanyak 100 mL, lalu
diaduk untuk dihomogenkan.2.2 Buffer Fosfat pH 6,8
a. Perhitungan
Dik :Larutan A = 51 mL Natrium fosfat monobasis
Larutan B = 49 mL Natrium fosfat dibasis
Dit :Buffer Fosfat pH 6,8 = ...?Peny : Buffer Fosfat pH 6,8= 51
mL larutan A + 49 mL larutan B= 100 mL + 100 mL akuades= 200 mLb.
Cara PembuatanMasukkan 51 mL natrium fosfat monobasis ke dalam
gelas ukur lalu tambahkan 49 mL natrium fosfat dibasis. Ditambahkan
akuades sebanyak100 mL. Lalu diaduk untuk dihomogenkan.
2.3 Buffer Fosfat pH 5,8
a. Perhitungan[Dik : M NaH2PO4 = 0,2 MM Na2HPO4 = 0,2 MV NaH2PO4
= 92 mLV Na2HPO4 = 8,0 MlLarutan Buffer Fosfat = 92 mL larutan
NaH2PO4 + 8 mL larutan Na2HPO4= 100 mL + 100 mL akuades = 200 mL[b.
Cara PembuatanMasukkan 92 mL NaH2PO4 ke dalam gelas ukur lalu
tambahkan 49 mL Na2HPO4. Ditambahkan akuades sebanyak 100 mL. Lalu
diaduk untuk dihomogenkan.
2.4 Buffer Sitrat2.4.1 Buffer Sitrat pH 5,4[a. Perhitungan
Dik :M Na2HPO4= 0,2 MM Asam Sitrat= 0,1 MV Na2HPO4= 11,15 mLV
Asam Sitrat= 8,85 mLLarutan buffer Sitrat= 11,15 mL larutan Na2HPO4
+ 8,85 mL larutan C6H8O7= 20 mLb. Cara PembuatanMasukkan 11,15 mL
Na2HPO4 ke dalam gelas ukur lalu tambahkan 8,85 mL C6H8O7.
2.4.2 Buffer Sitrat pH 5
a. Perhitungan[Dik :V Na2HPO4= 10,30 mLV Asam Sitrat= 9,70
mL[[Larutan Buffer Sitrat = 10,30 mL larutan A + 9,70 mL larutan B=
20 mL[b. Cara pembuatanMasukkan 10,30 mL Na2HPO4 ke dalam gelas
ukur lalu tambahkan 9,70 mL C6H8O7.[
2.5 Glisin[[a. PerhitunganDik :M Glisin= 0,01 MMr Glisin= 75,05
g/molV Glisin= 10 mLDit :m Glisin ?Penye :
M = x [[[[[
M = x [[[[
M =
M = 0,7507 g
b. Cara pembuatan
Glisin ditimbang dengan menggunakan neraca sebanyak 0,7507 gram.
Dimasukkan ke dalam gelas kimia kemudian diencerkan menggunakan
akuades sebanyak 10 mL. Larutan dihomogenkan.[[[
2.6 Nelson A[Ditimbang sebanyak 5 gram Na2CO3 anhidrat, 5 gram
garam Rochell, 4 gram NaHCO3, 40 gram Na2SO4 kemudian semua bahan
dilarutkan hingga volume 200 mL.
2.7 Asam Asetata. PerhitunganV1 M1 = V2 M2 V1M1V2 = M2
V2 = 100 mL x 0,1 M 0,2 MV2 = 50 mLb. Cara PembuatanDituang
sebanyak 50 mL CH3COOH 0.2 M ke dalam gelas ukur 100 mL, kemudian
ditambahkan 50 mL aquades lalu dihomogenkan.
2.8 Ninhidrin 2% dalam Aseton 100 mLa. Perhitungan
% Ninhidrin = x 100 %
2 % = x 100 %
Gram Ninhidrin = = 2 gramb. Cara pembuatanKristal Ninhidrin
ditimbang sebanyak 2 gram lalu dimasukkan ke dalam gelas kimia.
Kemudian ditambahkan Aseton sebanyak 100 mL dan diaduk hingga
homogen, kemudian pindahkan ke dalam botol reagen tertutup.2.9
Natrium Karbonat 2% dalam NaOH 0,1 M 100 mLa. Perhitungan
% = x 100 %Gram
Gram = Gram = 2
b. Cara PembuatanKristal Na2CO3 ditimbang sebanyak 2 gram lalu
dimasukkan ke dalam gelas kimia. Kemudian ditambahkan NaOH 0,1 M
sebanyak 100 mL dan diaduk hingga homogen, kemudian pindahkan ke
dalam botol reagen tertutup.2.10 NaOH 6 Ma. Perhitungan
M =
6 M= gram= 6 M x 40 g/mol x 0,25 L = 60 gram.b.
PembuatanDitimbang 60 gram NaOH ke dalam gelas piala 100 mL
kemudian dilarutkan dengan 250 mL akuades kedalam gelas piala 300
mL dan diaduk hingga semua NaOH larut dan homogen. Pada saat NaOH
dilarutkan gelas piala dimasukkan ke dalam baskom yang berisi air,
karena pada saat NaOH dilarutkan, NaOH akan melepaskan panas.
2.11 NaOH 2,5 Ma. Perhitungan
M =
2,5 M = gram = 2,5 M x 40 g/mol x 0,1 L = 10 gramb. Pembuatan
Ditimbang 10 gram NaOH ke dalam gelas piala 100 mL kemudian
dilarutkan dengan 100 mL akuades ke dalam gelas piala 200 mL dan
diaduk hingga semua NaOH larut dan homogen. Pada saat NaOH
dilarutkan gelas piala dimasukkan ke dalam baskom yang berisi air,
karena pada saat NaOH dilarutkan, NaOH akan melepaskan panas.
2.12 NaOCl 2%a. PerhitunganV1 x C1= V2 x C2V1 x 12 %= 200 mL x 2
%
V1 = V1= 33,33 mLb. PembuatanDipipet 33,33 mL NaOCl 12% ke dalam
gelas piala 250 mL kemudian ditambahkan akuades hingga volume
larutan 200 mL lalu diaduk hingga homogen.2.13 Amilum 1%a.
Perhitungan
% = x 100 %
1 % = x 100 %
gram = gram = 5 gram
b. Perhitungan Ditimbang 5 gram amilum ke dalam gelas piala 1 L
kemudian ditambahkan 50 mL akuades. Larutan diaduk hingga semua
amilum larut semua, selanjutnya larutan amilum dipanaskan sambil
terus diaduk hingga mendidih dan larutan berwarna bening.
2.14 L-Asparagin 0,01 Ma. Perhitungan
M =
0,01 M = gram= 0,01 M x 150,14 g/mol x 0,01 L = 0,0150 gram.b.
PembuatanDitimbang 0,0150 gram L-aspargin kedalam gelas piala 50 mL
kemudian dilarutkan dengan sedikit akuades hingga semua L-aspargin
larut, jika L-aspargin tidak dapat larut sempurna dengan akuades
maka ditambahkan beberapa tetes HCl hingga L-aspargin larut.
L-aspargin yang telah larut sempurna kemudian dimasukkan ke dalam
labu ukur 10 mL. Ditambahkan akuades ke dalam labu ukur hingga
garis batas kemudian dihomogenkan.
2.15 Na2HPO4 0,2 Ma. PerhitunganV1 x C1= V2 x C2V1 x 2 M= 500 mL
x 0,2 M
V1= V1= 50 mL
b. PembuatanDipipet 50 mL Na2HPO42 M ke dalam gelas piala 500 mL
kemudian ditambahkan akuades hingga volume larutan 500 mL lalu
diaduk hingga homogen.
2.16 Alanin 0,01 Ma. Perhitungan
M =
0,01 M = gram = 0,01 M x 89 g/mol x 0,1 L = 0,089 gramb.
PembuatanDitimbang 0,089 gram alanin ke dalam gelas piala 100 mL.
Dilarutkan dengan sedikit akuades hingga semua alanin larut
sempurna. Ditambahkan akuades hingga volume larutan 100 mL kemudian
diaduk hingga homogen.
2.17 HCl 6 Ma. Perhitungan
M =
M = M = 12,06 MV1 x C1 = V2 x C2V1 x 12,06 M= 200 mL x 6 M
V1 = V1 = 99,06 mL
b. PembuatanDiambil 99,50 mL HCl 37 % dengan gelas ukur 100 mL
kemudian sedikit demi sedikit dimasukkan kedalam gelas piala 250 mL
yang telah berisi 75 mL akuades sambil diaduk. Kemudian ditambahkan
akuades hingga volume larutan 200 mL setelah semua HCl 37 %
dimasukkan dan diaduk hingga homogen. Pada saat proses pembuat HCl
6 M gelas piala yang berisi HCl 6 M diletakkan di dalam baskom yang
berisi air karena HCl akan melepaskan panas pada saat
dilarutkan.
2.18 Asam Aspartat 0,01 Ma. Perhitungan
M =
0,01 M = gram= 0,01 M x 133 g/mol x 0,1 L = 0,133 gramb.
PembuatanDitimbang 0,133 gram asam aspartat ke dalam gelas piala
100 mL. Dilarutkan dengan sedikit akuades hingga semua asam
aspartata larut sempurna. Ditambahkan akuades hingga volume larutan
100 mL kemudian diaduk hingga homogen.