LAPORAN PRAKTIKUM EPIDEMIOLOGI PENYAKIT CAMPAK SWADANA/ IV ANTIKA NAVYA EDIYATI P27833112021 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PRODI D III KESEHATAN LINGKUNGAN SURABAYA
LAPORAN PRAKTIKUM EPIDEMIOLOGI
PENYAKIT CAMPAK
SWADANA/ IV
ANTIKA NAVYA EDIYATI
P27833112021
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D III KESEHATAN LINGKUNGAN SURABAYA
TAHUN 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Campak dalam sejarah anak telah dikenal sebagai pembunuh terbesar, meskipun adanya
vaksin telah dikembangkan lebih dari 30 tahun yang lalu, virus campak ini menyerang 50 juta
orang setiap tahun dan menyebabkan lebih dari 1 juta kematian. Insiden terbanyak berhubungan
dengan morbiditas dan mortalitas penyakit campak yaitu pada negara berkembang, meskipun
masih mengenai beberapa negara maju seperti Amerika Serikat.
Campak adalah salah satu penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi dan
masih masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini umumnya menyerang anak umur di bawah
lima tahun ( balita ) akan tetapi campak bisa menyerang semua umur. Campak telah banyak
diteliti, namun masih banyak terdapat perbedaan pendapat dalam penanganannya. Imunisasi
yang tepat pada waktunya dan penanganan sedini mungkin akan mengurangi komplikasi
penyakit ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian campak?
2. Bagaimana riwayat alamiah dari penyakit campak?
3. Bagaimana etiologi,dan patofisiologi penyakit campak?
4. Bagaimana masa inkubasi dan diagnosis penyakit campak?
5. Bagaimana cara penularan dan pencegahan penyakit campak?
6. Bagaimana penanggulangan serta pengobatan penyakit campak?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian campak.
2. Untuk mengetahui riwayat alamiah dari penyakit campak.
3. Untuk mengetahui etiologi, dan patofisiologi penyakit campak.
4. Untuk mengetahui masa inkubasi dan diagnosis penyakit campak.
5. Agar kita mengetahui cara penularan dan pencegahan penyakit campak.
6. Agar kita mengetahui penanggulangan serta pengobatan penyakit campak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Penyakit campak dikenal juga dengan istilah morbili dalam bahasa latin dan measles
dalam bahasa inggris atau dikenal dengan sebutan gabagen (dalam bahasa Jawa) atau kerumut
(dalam bahasa Banjar) atau disebut juga rubeola (nama ilmiah) merupakan suatu infeksi virus
yang sangat menular, yang di tandai dengan demam, lemas, batuk, konjungtivitas (peradangan
selaput ikat mata /konjungtiva) dan bintik merah di kulit (ruam kulit)
Ada beberapa pengertian tentang campak menurut beberapa ahli, yaitu :
a. Campak atau morbili adalah penyakit virus akut , menular yang di tandai dengan 3
stadium yaitu stadium prodromal (kataral), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang
di manifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik (Ilmu Kesehatan Anak
Edisi 2, th 1991. FKUI ).
b. Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala
utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta
nyeri limpa nadi (Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000).
c. Campak adalah penyakit menular yang ditularkan melalui rute udara dari seseorang yang
terinfeksi ke orang lain yang rentan (Brunner & Suddart, vol 3, 2001).
B. RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT CAMPAK
Riwayat alamiah penyakit campak melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a. Tahap prepatogenesis
b. Tahap pathogenesis
c. Tahap Akhir/ pasca pathogenesis.
a. Tahap prepatogenesis
Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal/ sehat tetapi mereka Pada
dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen Penyakit (stage of
susceptibility). Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara
pejamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih terjadi di luar tubuh, dalam arti
bibit penyakit masih ada diluar tubuh pejamu dimana para kuman mengembangkan potensi
infektifitas, siap menyerang pejamu. Pada tahap ini belum ada tanda-tanda sakit sampai
sejauh daya tahan tubuh pejamu masih kuat. Namun begitu pejamunya ‘lengah’ ataupun
memang bibit penyakit menjadi lebih ganas ditambah dengan kondisi lingkungan yang
kurang menguntungkan pejamu, maka keadaan segera dapat berubah. Penyakit akan
melanjutkan perjalanannya memasuki fase berikutnya, tahap pathogenesis.
b. Tahap pathogenesis
Tahap ini meliputi 4 sub-tahap yaitu :
- Tahap Inkubasi - Tahap Lanjut
- Tahap Dini - Tahap Akhir
Tahap Inkubasi
Masa inkubasi dari penyakit campak adalah 10-20 hari. Pada tahap Ini individu masih
belum merasakan bahwa dirinya sakit.
Tahap Dini
Mulai timbulnya gejala dalam waktu 7-14 hari setelah infeksi, yaitu Berupa :
Panas badan
Nyeri tenggorokan
Hidung meler (coryza)
Batuk (cough)
Bercak koplik
Nyeri otot
Mata merah (conjunctivitis)
Tahap Lanjut
Munculnya ruam-ruam kulit yang berwarna merah bata dari mulai Kecil-kecil dan jarang
kemudian menjadi banyak dan menyatu Seperti pulau-pulau. Ruam umumnya muncul
pertama dari daerah wajah dan tengkuk, dan segera menjalar menuju dada, punggung,
perut serta terakhir kaki-tangan. Pada saat ruam ini muncul, panas si anak mencapai
puncaknya (bisa mencapai 40C), ingus semakin banyak, hidung semakin mampat,
tenggorokan semakin sakit dan batuk-batuk kering dan juga disertai mata merah.
c. Tahap akhir/ pasca pathogenesis
Berakhirnya perjalanan penyakit campak. Dapat berada dalam lima pilihan keadaan,
yaitu :
- Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi pulih, sehat
kembali.
- Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak ada, tetapi
tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang permanen berupa
cacat.
- Carrier, dimana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masih tetap ada dalam
tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.
- Penyakit tetap berlangsung kronik.
- Berakhir dengan kematian.
C. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI PENYAKIT CAMPAK
1. ETIOLOGI
Penyakit campak disebabkan oleh virus campak yang termasuk golongan
paramyxovirus genus morbilivirus merupakan salah satu virus RNA. Virus ini terdapat
dalam darah dan secret (cairan) nasofaring (jaringan antara tenggorokan dan hidung) pada
masa gejala awal (prodromal) hingga 24 jam setelah timbulnya bercak merah di kulit dan
selaput lendir.
a. Bentuk virus
Virus berbentuk bulat dengan tepi kasar dan bergaris tengah 140 nm dan di bungkus oleh
selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein. Di dalamnya terdapat nukleokapsid
yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA ),
merupakan struktur heliks nucleoprotein dari myxovirus. Selubung luar sering
menunjukkan tonjolan pendek, satu protein yang berada di selubung luar muncul sebagai
hemaglutinin.
b. Ketahanan virus
Pada temperature kamar virus campak kehilangan 60 % sifat infeksifitasnya selama 3-5
hari pada 37oC waktu paruh umurnya 2 jam, pada 56oC hanya satu jam. Pada media
protein ia dapat hidup dengan suhu -70oC selama 5,5 tahun, sedangkan dalam lemari
pendingin dengan suhu 4- 6oC dapat hidup selama 5 bulan. Virus tidak aktif pada PH
asam. Oleh karena selubung luarnya terdiri dari lemak maka ia termasuk mikroorganisme
yang bersifat ether labile, pada suhu kamar dapat mati dalam 20 % ether selama 10 menit
dan 50% aseton dalam 30 menit. Dalam 1/4000 formalin menjadi tidak efektif selama 5
hari, tetapi tidak kehilangan antigenitasnya. Tripsin mempercepat hilangnya potensi
antigenik.
c. Struktur Antigenik
Infeksi dengan virus campak merangsang pembentukkan neutralizing antibody,
complement fixing antibody, dan haemagglutinine inhibition antibody. Imunoglobulin
kelas IgM dan IgG muncul bersama-sama diperkirakan 12 hari setelah infeksi dan
mencapai titer tertinggi sekitar 21 hari. Kemudian IgM menghilang dengan cepat
sedangkan IgG tinggal tidak terbatas dan jumlahnya terukur, sehingga IgG menunjukkan
bahwa pernah terkena infeksi walaupun sudah lama. Antibodi protektif dapat terbentuk
dengan penyuntikan antigen haemagglutinin murni.
2. PATOFISIOLOGI
Penularan terjadi secara droplet dan kontak virus ini melalui saluran pernafasan dan
masuk ke system retikulo endothelial, berkembang biak dan selanjutnya menyebar ke
seluruh tubuh. Hal tersebut akan menimbulkan gejala pada saluran pernafasan, saluran
cerna, konjungtiva dan disusul dengan gejala patoknomi berupa bercak koplik dan ruam
kulit. Antibodi yang terbentuk berperan dalam timbulnya ruam pada kulit dan netralisasi
virus dalam sirkulasi. Mekanisme imunologi seluler juga ikut berperan dalam eliminasi
virus.
D. MASA INKUBASI DAN DIAGNOSIS PENYAKIT CAMPAK
1. Masa inkubasi
Masa tunas/ inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih 10 – 20 hari dan kemudian timbul
gejala-gejala yang di bagi dalam 3 stadium, yaitu :
a. Stadium Kataral atau Prodromal
Biasanya berlangsung 4-5 hari, ditandai dengan panas, lesu, batuk-batuk dan mata merah.
Pada akhir stadium, kadang-kadang timbul bercak Koplik`s (Koplik spot) pada mukosa
pipi/daerah mulut, tetapi gejala khas ini tidak selalu dijumpai. Bercak Koplik ini berupa
bercak putih kelabu, besarnya seujung jarum pentul yang dikelilingi daerah kemerahan.
Koplik spot ini menentukan suatu diagnose pasti terhadap penyakit campak.
b. Stadium Erupsi
Batuk pilek bertambah, suhu badan meningkat oleh karena panas tinggi, kadan-kadang
anak kejang-kejang, disusul timbulnya rash (bercak merah yang spesifik), timbul setelah
3 – 7 hari demam. Rash timbul secara khusus yaitu mulai timbul di daerah belakang
telinga, tengkuk, kemudian pipi, menjalar keseluruh muka, dan akhirnya ke badan.
Timbul rasa gatal dan muka bengkak
c. Stadium Konvalensi atau penyembuhan
Erupsi (bercak-bercak) berkurang, meninggalkan bekas kecoklatan yang disebut
hiperpigmentation, tetapi lama-lama akan hilang sendiri. panas badan menurun sampai
normal bila tidak terjadi komplikasi.
2. Diagnosis penyakit campak
Diagnosis dapat di tegakkan dengan :
a. anamnese (berdasarkan riwayat timbulnya penyakit seperti adanya kontak dengan
penderita) yaitu :
a) Anak dengan panas 3-5 hari (biasanya tinggi,mendadak) batuk Pilek, harus dicurigai
atau di diagnosis banding morbili (artinya kemungkinan penyakit lain yang mirip
campak, misal : infeksi virus lain).
b) Mata merah, menambah kecurigaan.
c) Dapat disertai diare dan muntah.
d) Dapat disertai gejala pendarahan (pada kasus yang berat)
e) Anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili (1 atau 2 minggu
sebelumnya) dan belum pernah vaksinasi Campak.
b. Gejala klinis Meliputi pemeriksaan fisik (physic diagnostic ) yaitu :
a) Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam ( biasanya
tinggi ) dan tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis.
b) Pada umumnya anak tampak lemah
c) Koplik spot pada hari ke 2-3 panas ( akhir stadium kataral )
d) Pada stadium erupsi timbul ruam ( rash ) yang khas : ruam makulopapular yang
munculnya mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi, muka
dan kemudian ke seluruh tubuh.
c. Pemeriksaan laboratorium Meliputi :
a) Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni, Dimana jumlah leukosit
cenderung menurun disertai limfositosis relative.
b) Pemeriksaan serologic dengan cara hemaglutination inhibition test dan complement
fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-3 hari setelah
timbulnya ras dan puncaknya pada 2-4 minggu kemudian.
E. CARA PENULARAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT CAMPAK
1. Cara Penularan
Cara penularan penyakit ini adalah melalui droplet dan kontak, yakni karena
menghirup. Percikan ludah (droplet) dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita
morbili atau campak. Artinya seseorang dapat tertular campak bila menghirup virus
morbili, bisa di tempat umum, di kendaraan atau dimana saja. Penderita bisa menularkan
infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada.
Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.
Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap
2-3 tahun, terutama pada anak usia pra- sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah
menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini. Kekebalan
terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada
seorang bayi yang lahirdari ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun).
Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah :
a. Bayi berumur lebih dari 1 tahun
b. Bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
c. Remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.
2. Cara Pencegahan Penyakit Campak
a. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya factor predisposisi/
resiko terhadap penyakit Campak. Sasaran dari pencegahan primordial adalah anak-
anak yang masih sehat dan belum memiliki resiko yang tinggi agar tidak memiliki
faktor resiko yang tinggi untuk penyakit Campak. Edukasi kepada orang tua anak
sangat penting peranannya dalam upaya pencegahan primordial. Tindakan yang perlu
dilakukan seperti penyuluhan mengenai pendidikan kesehatan, konselling nutrisi dan
penataan rumah yang baik.
b. Pencegahan Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok beresiko,
yakni anak yang belum terkena Campak, tetapi berpotensi untuk terkena penyakit
Campak. Pada pencegahan primer ini harus mengenal faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap terjadinya Campak dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor tersebut.
b.1. Penyuluhan
Edukasi Campak adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai
Campak. Disamping kepada penderita Campak, edukasi juga diberikan kepada anggota
keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana
kebijakan kesehatan. Berbagai materi yang perlu diberikan kepada pasien campak
adalah definisi penyakit Campak, faktor-faktor yang berpengaruh pada timbulnya
campak dan upaya-upaya menekan campak, pengelolaan Campak secara umum,
pencegahan dan pengenalan komplikasi Campak
b.2. Imunisasi
Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit campak dilakukan dengan vaksinasi
Campak secara rutin yaitu diberikan pada bayi berumur 9 – 15 bulan. Vaksin yang
digunakan adalah Schwarz vaccine yaitu vaksin hidup yang dioleh menjadi lemah.
Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml. vaksin campak tidak boleh
diberikan pada wanita hamil, anak dengan TBC yang tidak diobati, penderita leukemia.
Vaksin Campak dapat diberikan sebagai vaksin monovalen atau polivalen yaitu vaksin
measles-mumps-rubella (MMR). vaksin monovalen diberikan pada bayi usia 9 bulan,
sedangkan vaksin polivalen diberikan pada anak usia 15 bulan. Penting diperhatikan
penyimpanan dan transportasi vaksin harus pada temperature antara 2ºC - 8ºC atau ±
4ºC, vaksin tersebut harus dihindarkan dari sinar matahari. Mudah rusak oleh zat
pengawet atau bahan kimia dan setelah dibuka hanya tahan 4 jam.
Dimana imunisasi ini terbagi atas 2 yaitu :
a) Imunisasi aktif
Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada
bayi berumur 9 bulan atau lebih. Pada tahun 1963 telah dibuat dua macam
vaksin campak, yaitu (1) vaksin yang berasal dari virus campak hidup yang
dilemahkan (tipe Edmonstone B), dan (2) vaksin yang berasal dari virus campak
yang dimatikan (dalam larutan formalin dicampur dengan garam alumunium).
Namun sejak tahun 1967, vaksin yang berasal dari virus campak yang telah
dimatikan tidak digunakan lagi, oleh karena efek proteksinya hanya bersifat
sementara dan dapat menimbulkan gejala atypical measles yang hebat. Vaksin
yang berasal dari virus campak yang dilemahkan berkembang dari Edmonstone
strain menjadi strain Schwarz (1965) dan kemudian menjadi strais Moraten (1968).
Dosis baku minimal pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah 0,5 ml,
secara subkutan,namun dilaporkan bahwa pemberian secara intramuskular
mempunyai efektivitas yang sama. Vaksin ini biasanya diberikan dalam bentuk
kombinasi denganondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles,
rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. Jika hanya mengandung
campak vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama
diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.
Vaksin campak sering dipakai bersama-sama dengan vaksin rubela dan
parotitis epidemika yang dilemahkan, vaksin polio oral, difteri-tetanus-polio vaksin
dan lain-lain. Laporan beberapa peneliti menyatakan bahwa kombinasi tersebut
pada umumnya aman dan tetap efektif.
b) Imunisasi pasif
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum
konvalesens, globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma adalah
efektif untuk pencegahan dan pelemahan campak. Campak dapat dicegah dengan
Immune serum globulin (gamma globulin) dengan dosis 0,25 ml/kgBB
intramuskuler, maksimal 15 ml dalam waktu 5 hari sesudah terpapar, atau sesegera
mungkin. Perlindungan yang sempurna diindikasikan untuk bayi, anak-anak dengan
penyakit kronis, dan para kontak di bangsal rumah sakit serta institusi
penampungan anak. Setelah hari ke 7-8 dari masa inkubasi, maka jumlah antibodi
yang diberikan harus ditingkatkan untuk mendapatkan derajat perlindungan yang
diharapkan.Kontraindikasi vaksin : reaksi anafilaksis terhadap neomisin atau
gelatin, kehamilan imunodefisiensi (keganasan hematologi atau tumor padat,
imunodefisiensi kongenital, terapi imunosupresan jangka panjang, infeksi HIV
dengan imunosupresi berat.
b.3. Isolasi
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena penyakit campak
dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita campak untuk diisolasi
selama 20-30 hari guna menghindari penularan lingkungan sekitar.
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat timbulnya
komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang ditujukan untuk
pendeteksian dini campak serta penanganan segera dan efektif. Tujuan utama
kegiatan-kegiatan pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang
tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk
mengembangkan atau memperparah penyakit. Memberikan pengobatan penyakit
sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya
komplikasi. Edukasi dan pengelolaan campak memegang peran penting untuk
meningkatkan kepatuhan pasien berobat.
d. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat komplikasi.
Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari komplikasi menjadi
kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang
mengalami kecacatan. Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien-
pasien dengan dokter maupun antara dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya.
Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien untuk
mengendalikan penyakit campak.
F. PENANGGGULANGAN DAN PENGOBATAN PENYAKIT CAMPAK
1. Penanggulangan Campak
Pada sidang CDC/ PAHO / WHO, tahun 1996 menyimpulkan bahwa penyakit Campak
dapat dieradikasi, karena satu-satunya pejamu/ reservoir campak hanya pada manusia
serta tersedia vaksin dengan potensi yang cukup tinggi yaitu effikasi vaksin 85% dan
dirperkirakan eradikasi dapat dicapai 10 – 15 tahun setelah eliminasi.
World Health Organisation (WHO) mencanangkan beberapa tahapan dalam upaya
eradikasi (pemberantasan) penyakit Campak dengan tekanan strategi yang berbeda-beda
pada setiap tahap yaitu :
a. Tahap Reduksi
Tahap ini dibagi dalam 2 tahap :
a) Tahap Pengendalian Campak
Pada tahap ini ditandai dengan upaya peningkatan cakupan imunisasi campak
rutin dan upaya imunisasi tambahan di daerah dengan morbitas campak yang
tinggi. Daerah ini masih merupakan daerah endemis campak, tetapi telah terjadi
penurunan insiden dan kematian, dengan pola epidemiologi kasus Campak
menunjukkan 2 puncak setiap tahun.
b) Tahap Pencegahan KLB
Cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi ≥ 80% dan merata,terjadi penurunan
tajam kasus dan kematian, insidens campak telah bergeser kepada umur yang lebih
tua, dengan interval KLB antara 4-8 tahun.
b. Tahap Eliminasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi ≥ 95% dan daerah-daerah dengan cakupan imunisasi
rendah sudah sangat kecil jumlahnya, kasus campak sudah sangat jarang dan KLB
hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai rentan (tidak terlindung) harus
diselidiki dan diberikan imunisasi campak.
c. Tahap Eradikasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi dan merata, serta kasus Campak sudah tidak ditemukan.
Pada siding The World Health Assambley (WHA) tahun 1998, menetapkan kesepakatan
Eradikasi Polio (ERAPO), Eliminasi Tetanus Noenatorum (ETN) dan Reduksi Campak
(RECAM). Kemudian pada Technical Consultative Groups (TGC) Meeting di Dakka
Bangladesh tahun 1999, menetapkan bahwa reduksi campak di Indonesia berada pada
tahap reduksi dengan pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB). Strategi operasional yang
dilakukan ditingkat Puskesmas untuk mencapai reduksi Campak tersebut adalah :
a) Imunisasi rutin pada bayi 9 –11 bulan (UCI Desa ≥ 80)
b) Imunisasi tambahan (suplemen)
c) Surveilans (surveilan rutin, system kewaspadaan dini dan respon kejadian luar biasa).
d) Penyelidikan dan penanggulangan kejadian luar biasa Setiap kejadian luar biasa harus
diselidiki dan dilakukan penanggulangan secepatnya yang meliputi pengobatan
simtomatis pada kasus, pengobatan dengan antibiotika bila terjadi komplikasi,
pemberian vitamin A dosis tinggi, perbaikan gizi dan meningkatkan cakupan
imunisasi campak/ring vaksinasi (program cepat, sweeping) pada desa-desa risiko
tinggi.
e) Pemeriksaan laboratorium
Pada tahap reduksi Campak dengan pencegahan kejadian luar biasa :
Pemeriksaan laboratorium dilakukan terhadap 10 – 15 kasus baru pada setiap
kejadian luar biasa.
Pemantauan kegiatan reduksi Campak pada tingkat Puskesmas dilakukan dengan
cara kenaikan sebagai berikut :
1) Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Imunisasi untuk mengetahui
pencapaian cakupan imunisasi.
2) Pemetaan kasus Campak untuk mengetahui penyebaran lokasi kasus Campak.
3) Pemantauan data kasus campak untuk melihat kecenderungan kenaikan kasus
campak menurut waktu dan tempat.
4) Pemantauan kecenderungan jumlah kasus campak yang ada untuk melihat
dampak imunisasi campak.
Evaluasi kegiatan reduksi campak dilakukan dengan menggunakan beberapa
indikator yaitu :
- Cakupan imunisasi tingkat desa/kelurahan. Apakah cakupan imunsasi campak
sudah > 90 %.
- Jumlah kasus Campak (laporan W2). Diharapkan kelengkapan laporan W2> 90
%.
- Indikator manajemen kasus campak dengan kecepatan rujukan. Diharapkan CFR
< 3%.
- Indikator tindak lanjut hasil penyelidikan. Dimana cakupan sweeping hasil
Imunisasi di daerah potensial KLB > 90 %, dan cakupan sweeping vitamin A
dosis tinggi > 90 %.
2. Pengobatan Penyakit Campak
Penderita Campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan.Sehingga pengobatannya bersifat
symptomatic, yaitu memperbaiki keadaan umum atau untuk mengurangi gejalanya saja
dalam hal ini :
anak memerlukan istirahat di tempat tidur
kompres dengan air hangat bila demam tinggi namun dapat diberikan antipiretik bila
suhu tinggi parasetamol 7,5-10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam
ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50-100 mg tiap 2-6 jam, dosis
maksimum 600 mg/hari.
Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu
narcotic antitussive (codein) tidak boleh digunakan.
Mukolitik bila perlu.vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium
kataral sangat bermanfaat. Pemberian vitamin A 100.000 IU per oral satu kali.
Vitamin A dosis tinggi ( menurut rekomendasi WHO dan UNICEF)
Usia 6 bln-1 thn :100.000 unit dosis tunggal p.o
Umur > 1 thn : 200.000 unit dosis tunggal p.o
Dosis tersebut diulangi pada hari ke-2 dan 4 minggu kemudian bila telah didapat
tanda defisiensi vitamin A. Apabila terdapat malnutrisi maka pemberian vitamin A
ditambah dengan 1500 IU tiap hari.
G. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT CAMPAK
Epidemiologi penyakit Campak mempelajari tentang frekuensi, penyebaran dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya.
1. Distribusi Penyakit Campak
a. Orang
Campak adalah penyakit menular yang dapat menginfeksi anak-anak pada usia
dibawah 15 bulan, anak usia sekolah atau remaja. Penyebaran penyakit Campak
berdasarkan umur berbeda dari satu daerah dengan daerah lain, tergantung dari
kepadatan penduduknya, terisolasi atau tidaknya daerah tersebut. Pada daerah urban
yang berpenduduk padat transmisi virus Campak sangat tinggi.
b. Tempat
Berdasarkan tempat penyebaran penyakit Campak berbeda, dimana daerah perkotaan
siklus epidemi Campak terjadi setiap 2-4 tahun sekali, sedangkan di daerah pedesaan
penyakit Campak jarang terjadi, tetapi bila sewaktu-waktu terdapat penyakit Campak
maka serangan dapat bersifat wabah dan menyerang kelompok umur yang rentan.
Berdasarkan profil kesehatan tahun 2008 terdapat jumlah kasus Campak yaitu 3424
kasus di Jawa barat, di Banten 1552 kasus, di Jawa tengah 1001 kasus.
c. Waktu
Dari hasil penelitian retrospektif oleh Jusak di rumah sakit umum daerah Dr. Sutomo
Surabaya pada tahun 1989, ditemukan Campak di Indonesia sepanjang tahun, dimana
peningkatan kasus terjadi pada bulan Maret dan mencapai puncak pada bulan Mei,
Agustus, September dan oktober.
2. Frekuensi Penyakit Campak
Campak merupakan penyakit endemis, terutama di Negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia. Karena hampir semua anak Indonesia yang mencapai usia 5
tahun pernah terserang penyakit campak, walaupun yang dilaporkan hanya sekitar 30.000
kasus pertahun.
Mortalitas/kematian kasus campak yang dirawat inap di Rumah Sakit pada tahun
1982 adalah sebesar 73 kasus kematian dengan angka fatalitas kasus atau case fatality rate
(CFR) sebesar 4,8%. Kemudian pada tahun 1984-1988 berdasarkan studi kasus di rawat
inap di rumah sakit terjadi peningkatan kasus pada bulan maret,dan mencapai puncak pada
bulan mei,agustus,September dan oktober. Dengan menunjukkan proporsi yang terbesar
dalam golongan umur balita dengan perincian 17,6% berumur<1 tahun, 15,2% berumur 1
tahun, 20,3% berumur 2 tahun, 12,3% berumur 3 tahun dan 8,2% berumur 4 tahun. Wabah
terjadi pada kelompok anak yang rentan terhadap campak,yaitu daerah dengan populasi
balita banyak mengidap gizi buruk dan daya tahan tubuh yang lemah serta daerah dengan
cakupan imunisasi yang rendah.
Distribusi kelompok umur pada KLB umumnya terjadi pada kelompok umur 1-4
tahun dan 5-9 tahun, dan pada beherapa daerah dengan cakupan imunisasi tinggi dan
merata cenderung bergeser pada kelompok umur yang lebih tua (10-I4 tahun) Selanjutnya
kasus campak mengalami penurunan sebesar 80% pada tahun 1996 (16 kematian,CFR
0,6%).
3. Determinan Penyakit Campak
Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya kasus Campak pada balita di suatu daerah
adalah :
a. Faktor Host
a) Status Imunisasi
Balita yang tidak mendapat imunisasi Campak kemungkinan kena penyakit Campak
sangat besar. Dari hasil penyelidikan tim Ditjen PPM & PLP dan Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia tentang KLB penyakit Campak di Desa Cinta
Manis Kecamatan Banyuasin Sumatera Selatan (1996) dengan desain cross sectional,
ditemukan balita yang tidak mendapat imunisasi Campak mempunyai risiko 5 kali
lebih besar untuk terkena campak di banding balita yang mendapat Imunisasi.
b) Status Gizi
Balita dengan status gizi kurang mempunyai resiko lebih tinggi untuk terkena
penyakit Campak dari pada balita dengan gizi baik. Menurut penelitian Siregar
(2003) di Bogor, anak berumur 9 bulan sampai dengan 6 tahun yang status gizinya
kurang mempunyai risiko 4,6 kali untuk terserang Campak dibanding dengan anak
yang status gizinya baik.
b. Faktor Agent
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam secret (cairan)
nasofaring(jaringan antara tenggorokan dan hidung) dan darah selama masa prodromal
sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus ini berupa virus RNA yang termasuk
famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus.
c. Faktor Environment
a) Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan
Desa terpencil, pedalaman, daerah sulit, daerah yang tidak terjangkau pelayanan
kesehatan khususnya imunisasi, daerah ini merupakan daerah rawan terhadap
penularan penyakit Campak
b) Tingkat pengetahuan orangtua tentang penyakit campak
Tingkat pengetahuan dari orang tua pun sangat penting dalam penyebaran penyakit ini
oleh karena itu kita perlu memberikan pengetahuan kepada orang tua tentang penyakit
ini, tentang penyebab, serta proses perjalanan dari penyakit ini. juga tentang cara
pencegahan dan pengobatannya. Dimana kita tahu bahwa tindakan pencegahan yang
dapat dilakukan adalah dengan vaksinasi campak dan peningkatan gizi anak agar tidak
mudah timbul komplikasi yang berat.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Campak ialah penyakit infeksi virus akut, menular, secara epidemiologi merupakan
penyebab utama kematian terbesar pada anak. Menurut etiologinya campak disebabkan oleh
virus RNA dari family paramixoviridae, genus Morbilivirus , yang ditularkan secara droplet.
Gejala klinis campak terdiri dari 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadium
konvalesensi. Campak dapat dicegah dengan melakukan imunisasi secara aktif, pasif dan
isolasi penderita. Serta pada Technical Consultative Groups (TGC) Meeting di Dakka
Bangladesh tahun 1999, menetapkan bahwa reduksi campak di Indonesia berada pada tahap
reduksi dengan pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada tahap ini terjadi penurunan
kasus dan kematian yang tajam, dan interval terjadinya KLB relative lebih panjang
B. SARAN
Kita harus menerapkan pola hidup sehat, utamanya untuk anak dan balita perlu
mendapatkan asupan gizi yang cukup sehingga status gizi anak pun menjadi lebih baik.
Selalu menjaga kebersihan dengan selalu mencuci tangan anak sebelum makan.
Jika anak belum waktunya menerima imunisasi campak, atau karena hal tertentu dokter
menunda pemberian imunisasi campak (MMR), sebaiknya anak tidak berdekatan dengan
anak lain atau orang lain yang sedang demam dan jika sudah terkena penyakit ini sebaiknya
secepatnya berobat dan jika dalam kondisi yang lebih akut sebaiknya perlu dirujuk ke rumah
sakit.
Untuk para orangtua jangan mengabaikan vaksinasi untuk anak karena anak atau
balita yang tidak mendapat imunisasi campak memiliki resiko 5 kali lebih besar untuk
terkena penyakit campak dibanding dengan anak atau balita yang mendapat imunisasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://askep-akper.blogspot.com/2009/11/campak-measles-rubeola.html Diakses pada tanggal 11
Mei 2014 pukul 20.15 WIB
http://nurse87.wordpress.com/2011/10/25/askep-morbilicampak-pada-anak/ Diakses pada
tanggal 11 Mei 2014 pukul 20.15 WIB
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33691/4/Chapter%20II.pdf Diakses pada
tanggal 11 Mei 2014 pukul 20.15 WIB
http://adhienbinongko.blogspot.com/2012/05/makalah-penyakit-campak.html Diakses pada
tanggal 11 Mei 2014 pukul 20.15 WIB