Top Banner
LAPORAN KASUS MENINGKATNYA KEJADIAN GIZI BURUK DI PUSKESMAS PANDANARAN PERIODE BULAN JANUARI – DESEMBER 2014 Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Program Pendidikan Profesi Dokter Pada Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat .. Disusun oleh: 1. Dedy Yulianto (012095858) 2. Linda Megasari Sumanto (012095939) 3. Lusi Pratiwi (012095941) 4. Mudhita Kurnia Syarifa (012095957) KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
44

Laporan Kasus Gizi buruk

Jan 27, 2016

Download

Documents

Laporan Kasus Gizi buruk
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Kasus Gizi buruk

LAPORAN KASUS

MENINGKATNYA KEJADIAN GIZI BURUK

DI PUSKESMAS PANDANARAN

PERIODE BULAN JANUARI – DESEMBER 2014

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Program Pendidikan Profesi Dokter Pada Bagian

Ilmu Kesehatan Masyarakat

..

Disusun oleh:

1. Dedy Yulianto (012095858)

2. Linda Megasari Sumanto (012095939)

3. Lusi Pratiwi (012095941)

4. Mudhita Kurnia Syarifa (012095957)

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PUSKESMAS PANDANARAN

PERIODE 10 FEBRUARI – 22 FEBRUARI 2014

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

Page 2: Laporan Kasus Gizi buruk

SEMARANG 2014

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat

Puskesmas Pandanaran 10 Februari – 22 Februari 2014

Telah Disahkan

Semarang, Februari 2014

Mengetahui

Kepala Puskesmas Pandanaran Kepala Departemen IKM

dr. Antonia Sadniningtyas dr. Ophi Indria Desanti

Page 3: Laporan Kasus Gizi buruk

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, yang telah memberikan rahmat

karunia dan hidayah, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul

“Meningkatnya Kejadian Gizi Buruk” di Puskesmas Pandanaran.

Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu

Kesehatan Masyarakat.Laporan ini memuat data tentang kasus Gizi Buruk di Puskesmas

Pandanaran, Kota Semarang.

Laporan ini dapat terselesaikan berkat kerjasama tim dan bantuan dari berbagai pihak.

Untuk ini kami mengucapkan terima kasih sebesar - besarnya kepada yang terhormat :

1. dr. Ophi Indria Desanti, kepala departemen IKM FK Unissula Semarang

2. dr. Ophi Indria Desanti, Koordinator Pendidikan IKM FK Unissula Semarang

3. dr. Antonia Sadniningtyas, Kepala Puskesmas Pandanaran Semarang

4. dr. Djoko Sulistiono selaku pebimbing di Puskesmas Pandanaran Kota Semarang.

5. Seluruh Staf Puskesmas Pandanaran Semarang

6. Semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan laporan kasus ini.

Kami menyadari bahwa hasil penulisan Laporan kasus ini masih jauh dari kata

sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan.Oleh karena itu kritik dan saran yang

membangun guna kesempurnaan dan perbaikan laporan kasus ini agar lebih baik.

Akhir kata kami berharap semoga laporan kasus Meningkatnya Kejadian Gizi Buruk

di Puskesmas Pandanaran Kota Semarang ini bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Februari 2014

Penyusun

Page 4: Laporan Kasus Gizi buruk

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii

KATA PENGANTAR................................................................................. iii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ................................................................ 1

1.2. Tujuan ............................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 4

2.1. Gizi Buruk....................................................................... 4

2.1.1. Definisi ............................................................. 4

2.1.2. Penyebab........................................................... 4

2.1.3. Manifestasi klinik............................................. 6

2.1.4. Penatalaksanaan ............................................... 7

BAB III STATUS PRESENT............................................................... 8

A. Data Pasien........................................................................ 8

1. Identitas .................................................................. 8

2. Anamnesis ............................................................. 8

B. Data Perkesmas.................................................................. 9

1. Identitas Keluarga.................................................... 9

2.Data Lingkungan...................................................... 9

3. Data perilaku........................................................... 10

Page 5: Laporan Kasus Gizi buruk

4. Data akses pelayanan terdekat……………………… 10

BAB IV ANALISA/PEMBAHASAN.................................................. 11

BAB V MASALAH ........................................................................ 14

BAB VI SARAN ...................................................................... 16

BAB VII IMPLEMENTASI DAN EVALUASI.................................... 18

BAB VIII SIMPULAN ...................................................................... 20

BAB IX PENUTUP ...................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 22

LAMPIRAN................................................................................................ 23

Page 6: Laporan Kasus Gizi buruk

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat sangat diperlukan dalam mengisi

pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia. Salah satu upaya

peningkatan derajat kesehatan adalah perbaikan gizi masyarakat jika gizi tidak

seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali ditanggulangi oleh

Indonesia, masalah gizi yang tidak seimbang itu adalah Kurang Energi Protein (KEP),

Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dan

Anemia Gizi Besi. Khusus untuk masalah Kurang Energi Protein (KEP) atau biasa

dikenal dengan gizi kurang atau yang sering ditemukan secara mendadak adalah gizi

buruk (Depkes RI, 2004 ).

Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penaggulangannya

tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan saja, dan disamping

merupakan sindroma kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan

pangan  di tingkat rumah tangga juga menyangkut aspek pengetahuan dan perilaku

yang kurang mendukung pola hidup sehat (Depkes RI, 2004).

Keadaan gizi masyarakat akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan umur

harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan keberhasilan

pembangunan negara yang dikenal dengan istilah Human Development Index ( HDI ).

Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama yaitu kurang gizi makro

dan kurang gizi mikro. Kurang gizi makro adalah makanan yang disediakan

mencukupi namun keseimbangan kebutuhan dalam tubuh tidak seimbang. Masalah

Page 7: Laporan Kasus Gizi buruk

gizi makro adalah masalah gizi yang utamanya disebabkan oleh ketidakseimbangan

antara kebutuhan dan asupan energi dan protein. Kurang gizi mikro adalah

ketidakseimbangan dalam menyediakan asupan yang dibutuhkan oleh tubuh

(Dinkespurworejo, 2012).

Data Susenas menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang menurun dari 37,5

% ( 1989 ) menjadi 24,6 % ( 2000 ) dan 14 % (2007). Namun kondisi tersebut tidak

diikuti dengan penurunan prevalensi gizi buruk bahkan prevalensi gizi buruk

cenderung meningkat dari 5,8% (2005) menjadi 6,36% (2007).  Di Puskesmas

Pandanaran tahun 2011 terdapat 2 balita dengan gizi buruk yang ditemukan.

Sedangkan pada tahun 2012 terdapat 8 balita dengan gizi buruk. Hal ini

memperlihatkan adanya peningkatan angka gizi buruk dari tahun ke tahun. Kurang

gizi menyebabkan gangguan pertumbuhan  dan perkembangan fisik maupun mental,

mengurangi tingkat kecerdasan, kreatifitas  dan produktifitas penduduk. Timbulnya

krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan  penurunan kegiatan

produksi yang drastis akibatnya lapangan kerja berkurang dan pendapatan perkapita

turun. Hal ini jelas berdampak terhadap status gizi dan kesehatan masyarakat karena

tidak terpenuhinya kecukupan konsumsi makanan dan timbulnya berbagai penyakit

menular akibat lingkungan hidup yang tidak sehat (Dinkespurworejo, 2012).

Mulai tahun 1998 upaya penanggulangan balita gizi buruk mulai ditingkatkan

dengan penjaringan kasus, rujukan dan perawatan gratis di Puskesmas maupun

Rumah Sakit, Pemberian Makanan Tambahan ( PMT ) serta upaya-upaya lain yang

bersifat Rescue. Bantuan pangan ( beras Gakin dll ) juga diberikan kepada keluarga

miskin oleh sektor lain untuk menghindarkan masyarakat dari ancaman kelaparan.

Namun semua upaya tersebut nampaknya belum juga dapat mengatasi masalah dan

Page 8: Laporan Kasus Gizi buruk

meningkatkan kembali status gizi masyarakat, khususnya pada balita. Balita gizi 

buruk dan gizi kurang yang mendapat bantuan dapat disembuhkan, tetapi kasus-kasus

baru muncul yang terkadang malah lebih banyak sehingga terkesan penanggulangan

yang dilakukan tidak banyak artinya, sebab angka balita gizi buruk  belum dapat

ditekan secara bermakna (Dinkespurworejo, 2012).

Berdasarkan uraian diatas perlu pengkajian untuk mengetahui faktor – faktor

yang mempengaruhi terjadinya Gizi Buruk di Wilayah Kerja Puskesmas Pandanaran

Kota Semarang pada tahun 2014 dilihat dengan H.L.Blum.

1.2. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui dan menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Gizi

Buruk pada penderita Bagas berdasarkan pendekatan H.L. Blum.

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan rumah dengan kejadian Gizi

buruk pada penderita Bagas.

2. Untuk mengetahui pengaruh perilaku dengan kejadian Gizi buruk pada

penderita Bagas.

3. Untuk mengetahui pengaruh pelayanan kesehatan dengan kejadian

Gizi buruk pada penderita Bagas.

4. Untuk mengetahui pengaruh genetik dengan kejadian Gizi buruk pada

penderita Bagas.

Page 9: Laporan Kasus Gizi buruk

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gizi Buruk

2.1.1 Definisi

Balita Gizi Buruk adalah anak yang berusia 0-5 tahun yang BB/TB nya ≤- 3 SD dan

atau mempunyai tanda-tanda klinis ( marasmus, kwashiorkor, dan marasmik-

kwashiorkor ). Z – score untuk status gizi kurus yaitu -3 SD s/d < -2 SD sedangkan untuk

status gizi sangat kurus < -3 SD. Atau lingkar lengan atas ≤11,5 cm (WHO, 2000).

2.1.2 Penyebab

Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini

merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi.

Selain faktor lingungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak

lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis besar sebab-sebab

marasmus ialah sebagai berikut (Dinkes, 2005):

1) Masukan makanan yang kurang

Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan

yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan.

2) Infeksi

Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral

misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis

kongenital.

Page 10: Laporan Kasus Gizi buruk

3) Kelainan struktur bawaan

Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas

palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus,

cystic fibrosis pancreas.

4) Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus

Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang kibat reflek mengisap

yang kurang kuat.

5) Gangguan metabolik

Misalnya: renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose

tolerance.

6) Tumor hypothalamus

Jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab marasmus yang lain telah

disingkirkan.

7) Penyapihan

Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang

akan menimbulkan marasmus.

8) Urbanisasi

Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya

marasmus; meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan

penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang

Page 11: Laporan Kasus Gizi buruk

terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu; dan bila disertai dengan infeksi

berulang, terutama gastro enteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus.

2.1.3 Manifestasi Klinis

Tanda-tanda Marasmus :

1. Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit.

2. Wajah seperti orangtua

3. Cengeng, rewel

4. Perut cekung.

5. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada.

6. Sering disertai diare kronik atau konstipasi / susah buang air, serta penyakit

kronik.

7. Tekanan darah, detak jantung dan pernafasan berkurang (Dinkes. 2005).

Page 12: Laporan Kasus Gizi buruk

Tanda-tanda Kwashiorkor :

1. Edema umumnya di seluruh tubuh terutama pada kaki ( dorsum pedis )

2. Wajah membulat dan sembab

3. Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan duduk,

anak berbaring terus menerus.

4. Perubahan status mental : cengeng, rewel kadang apatis.

5. Anak sering menolak segala jenis makanan ( anoreksia ).

6. Pembesaran hati

7. Sering disertai infeksi, anemia dan diare / mencret.

8. Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut.

9. Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi hitam

terkelupas ( crazy pavement dermatosis ).

10. Pandangan mata anak nampak sayu (Dinkes. 2005).

1. Penatalaksanaan

Page 13: Laporan Kasus Gizi buruk

(Dinkes. 2005)

BAB III

STATUS PRESENT

1. Data Pasien

Data diperoleh dari observasi langsung (home visit), wawancara dengan pasien

dan catatan medis selama pasien berobat.

Page 14: Laporan Kasus Gizi buruk

1. Identitas Pasien

Nama : An. Bagas Saputra

Jenis kelamin : laki – laki

Umur : 2 tahun 6 bulan

Berat badan : 8,5 kg

Tinggi badan : 82,9 cm

Agama : Islam

Alamat : Kertanegara selatan rt 8/02 peleburan, Semarang

2. Anamnesis

1. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mulai mendapatkan perawatan dan pemeriksaan rutin oleh

Dinas Kesehatan Kota Semarang sejak bulan September 2011. Setelah

dilakukan edukasi pemberian susu formula, beberapa vitamin dan PMT

(Pemberian Makanan Tambahan) berat badan pasien mulai naik.

2. Riwayat kehamilan dan persalinan

Kehamilan ke 1 dengan ANC : 9 kali (2 kali pada trimester pertama, 4

kali pada trimester kedua, dan 3 kali menjelang kelahiran) di

Puskesmas Pandanaran.

Persalinan normal dibantu oleh bidan dengan usia kandungan 9 bulan

dengan berat lahir 2600 gram.

3. Riwayat imunisasi

Imunisasi lengkap

- Riwayat keluarga

Page 15: Laporan Kasus Gizi buruk

Tidak ada keluarga pasien yang menderita gizi buruk.

4. Riwayat Sosial Ekonomi

Ayah pasien sebagai buruh bangunan dan tukang las (serabutan), ibu

pasien bekerja sebagai buruh pabrik. Pasien tinggal bersama kedua

orangtua , kakek dan nenek, dan 2 keluarga lainnya. Kesan ekonomi:

kurang dengan pendapatan yang tidak menentu (rata-rata Rp. 700 .000

per bulan).

- Pemenuhan kebutuhan dasar

Pasien minum susu formula dari usia 6 bulan sampai sekarang.

- Keadaan saat ini:

BB pasien tidak sesuai dengan umur pasien, karena pasien sebelumnya

mempunyai riwayat gizi buruk. Pada usia 29 bulan seharusnya balita

mempunyai BB antara 10,5-16,9 kg untuk anak laki-laki menurut

WHO. Sedangkan berat badan hanya 8,5 kg.

3. Data Perkesmas

1. Identitas keluarga

Nama KK : Amat Supriyadi

2. Data Lingkungan

1. Data Individu :

Pasien anak ke-1 dari 1 bersaudara, pasien tinggal serumah dengan kedua orang

tuanya , Nenek dan kakek beserta 2 keluarga lainnya.

Page 16: Laporan Kasus Gizi buruk

2. Ekonomi

Pasien belum sekolah. Ayah pasien bekerja sebagai tukang las dan buruh bangunan

dengan pendapatan yang tidak menentu (rata-rata Rp. 7.000 per hari). Ibu pasien

bekerja sebagai buruh pabrik dengan penghasilan 150.000 per minggu. Pasien berobat

dengan Jamkesmas. Status rumah pasien adalah tinggal dengan keluarga besar.

3. Masyarakat

Pasien tinggal di daerah padat penduduk dimana tingkat kebersihan lingkungan

cukup baik dengan kesadaran kebersihan dan kesehatan penduduknya cukup

baik.

3. Lingkungan rumah

1. Berdasarkan data hasil laporan kasus didapatkan luas tanah rumah

pasien ± 9m x 10 m = 90m2 yang dan dihuni oleh 11 orang sehingga

didapatkan kepadatan rumah 8,1m2/orang.

2. Ventilasi rumah pasien berupa lubang angin di atas sebanyak 6 buah

@15cm x 15cm, 6 jendela, dan 6 pintu terdiri dari 1 pintu di depan rumah, 4

pintu kamar dan 1 pintu dibelakang sehingga udara dalam ruangan terasa

pengap.

3. Terdapat 2 MCK

4. Lantai rumah : lantai rumah kering terbuat dari keramik tempo dulu.

5. Data Perilaku

Keluarga pasien kurang mengetahui pentingnya penataan rumah yang baik. Hal ini

terlihat dengan penataan barang- barang yang kurang baik di dalam rumah sehingga

rumah terasa pengap. Pasien minum susu formula 4 kali sehari, 50 cc. Pasien diberi

susu formula dengan menggunakan botol susu sejak 6 bulan dan berlanjut sampai

Page 17: Laporan Kasus Gizi buruk

sekarang tanpa di sapih. Saat ini pasien bisa berjalan dan berbicara beberapa kata.

Pasientidak pernah sakit. Ibu membawa pasien ke Posyandu rutin.

6. Data Akses Pelayanan yang Terdekat

Akses pelayanan terdekat adalah Puskesmas Pandanaran dan Posyandu yang

diadakan sebulan sekali. Petugas kader kesehatan dan Puskesmas aktif dalam

memberikan penyuluhan kesehatan atau pelayanan kesehatan di daerah tersebut.

7. Data Genetika

BAB IV

ANALISA/PEMBAHASAN

Berdasarkan pemeriksaan pada bulan februari 2014 didapatkan pasien dengan

usia 29 bulan dengan keluhan berupa Berat badan sudah naik tapi belum sesuai umur,

mempunyai BB/TB : 8,5 kg / 82,9 cm. dan Z-score menurut menurut BB/U : -3 SD -

<-2 SD, TB/U : < -3 SD, BB/TB : -2 SD – -2 SD (normal), IMT/U : -2 SD – -2 SD

(normal). Dimana balita dengan gizi kurang adalah anak yang berusia 0 – 60 bulan

Suami Istri

Anak I

Page 18: Laporan Kasus Gizi buruk

yang BB/U : -3 SD - <-2 SD dan balita dengan kriteria sangat pendek adalah yang

memiliki TB/U : < -3 SD. Sedangkan diagnosis pasien sebelum mendapat penanganan

termasuk gizi buruk dengan BB/U : < -3SD.

Faktor – faktor H.L Blum:

1. Lingkungan

Terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya gizi buruk pada kasus ini:

1. Kepadatan rumah

Secara umum penilaian kepadatan penghuni dengan menggunakan

ketentuan standar minimum, yaitu kepadatan penghuni yang memenuhi syarat

kesehatan diperoleh dari hasil bagi antara luas lantai dengan jumlah penghuni 10

m2/ orang.

2. Berdasarkan data hasil laporan kasus didapatkan luas tanah ± 9m x 10

m = 90m2 yang dan dihuni oleh 11 orang sehingga didapatkan kepadatan

rumah 8,1m2/orang. Hal ini menunjukkan kepadatan rumah dalam kasus ini

tidak memenuhi syarat yang seharusnya.

Kepadatan penghuni dalam 1 rumah tinggal akan memberikan pengaruh

bagi penghuninya. Luas rumah yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya

akan menyebabkan perjubelan (over crowded). Hal ini tidak sehat karena

disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen, juga bila salah satu

anggota keluarga terkena penyakit akan mudah menular kepada anggota keluarga

yang lain.

3. Sosial ekonomi

Page 19: Laporan Kasus Gizi buruk

Keadaan sosial ekonomi sangat erat dengan keadaan rumah, lingkungan

perumahan, kepadatan hunian, lingkungan dan sanitasi tempat tinggal yang

buruk. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan pendapatan keluarga sangat erat juga

dengan kejadian gizi buruk karena pendapatan yang kurang membuat orang tidak

dapat hidup layak terutama hubungannya dengan asupan makanan yang

memenuhi syarat-syarat kesehatan.

Berdasarkan dari data yang di dapat pasien tinggal di rumah nenek yang

berada di seita rumah kontrakan, pekerjaan orangtua seorang buruh dengan

pendapatan Rp 23.000 per hari.

4. Masyarakat

Pasien tinggal di daerah padat penduduk dimana tingkat kebersihan

lingkungan cukup baik dengan kesadaran kebersihan dan kesehatan penduduknya

cukup baik.

5. Perilaku

1. Pasien hanya diberi susu formula 4 kali sehari. Disamping itu ibu pasien kurang

mengetahui asupan makanan yang baik untuk anaknya. Pasien diberi ASI eksklusif

sampai umur 6 bulan dan dilanjutkan MP-ASI pada usia lebih dari 6 bulan.

2. Ibu pasien memberikan susu formula menggunakan botol susu mulai umur 6 bulan

samapi sekarang.

3. Pasien makan 3 kali sehari @4 sendok makan

6. Manajemen Penanganan Gizi Buruk

Puskesmas Pandanaran menangani pasien gizi buruk ini dengan memberikan

Page 20: Laporan Kasus Gizi buruk

1. Vit A (biru), Zink

2. F-100 (susu, gula, minyak, mineral Mixs) diberikan 12 kali sehari

3. Asam folat, sanbe kompleks

4. Pemberian MP ASI ( SUN )

5. Pemeriksaan rutin Gizi buruk dari DKK:

2 bulan pertama 1x/minggu

Selanjutnya – sekarang ; 1x/2 minggu

1. Konseling gizi

2. Konseling laktasi

3. Fisioterapi

4. Pembinaan tumbuh kembang.

BAB V

MASALAH

1. Masalah Individu

5.1.1 Dari penilaian status gizi

Page 21: Laporan Kasus Gizi buruk

Pasien dengan usia 29 bulan mempunyai BB/TB : 8,5 kg / 82,9 cm dan

Z-score menurut BB/U : -3 SD - <-2 SD, TB/U : < -3 SD. Dimana balita

dengan gizi kurang adalah anak yang berusia 0 – 60 bulan yang BB/U : -3 SD

- <-2 SD dan balita dengan kriteria sangat pendek adalah yang memiliki

TB/U : < -3 SD.

2. Masalah Lingkungan

5.2.1 Keadaan lingkungan rumah :

1. Rumah pasien terlalu sempit

2. Ruangan gelap dan pengap karena kurang ventilasi.

3. Kebersihan dan penataan rumah buruk.

5.2.2 Sosial ekonomi :

Pasien kadang tidak memakan makanan bergizi karena kekurangan ekonomi

1. Masalah Perilaku

5.3.1 Ibu

Ibu kurang memperhatikan asupan makanan pada anaknya .

5.3.2 Balita

Tidak makan banyak karena jenis makanan yang tidak menarik.

2. Masalah Manajemen Penanganan Gizi Buruk

Page 22: Laporan Kasus Gizi buruk

Tidak terpantaunya pemberian asupan oleh DKK dimana penderita harusnya

diberikan asupan makanan lebih dan formula F 100.

BAB VI

SARAN

Page 23: Laporan Kasus Gizi buruk

3. Untuk keluarga

1. Memotivasi keluarga agar makan makanan dengan gizi seimbang secara teratur.

2. Memotivasi keluarga untuk memperbaiki kondisi lingkungan rumah sehingga tercipta

rumah sehat. Yaitu dengan cara memperbaiki tatanan rumah agar lebih rapi.

3. Memotivasi keluarga untuk memperbaiki pola asuh dan pola makan pasien.

4. Untuk Puskesmas

5. Melakukan pencegahan meluasnya kasus dengan lebih meningkatkan koordinasi lintas program

dan lintas sektor. Memberikan bantuan pangan, memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-

ASI), pengobatan penyakit, penyediaan air bersih, memberikan penyuluhan gizi dan kesehatan

6. Dinas Kesehatan dan Pemerintah

1. Pemberdayaan keluarga di bidang ekonomi, pendidikan dan bidang ketahanan pangan

untuk meningkatkan pengetahuan dan daya beli keluarga.

2. Advokasi dan Pendampingan untuk meningkatkan komitmen ekskutif dan legislatif,

tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuka adat dan media massa agar peduli dan

bertindak nyata di lingkungannya untuk memperbaiki status gizi anak.

3. Pemantauan terus menerus situasi pangan dan gizi masyarakat, untuk melakukan

tindakan cepat dan tepat untuk mencegah timbulnya bahaya rawan pangan dan gizi

buruk.

Page 24: Laporan Kasus Gizi buruk

BAB VII

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

1. Implementasi oleh keluarga

Page 25: Laporan Kasus Gizi buruk

Tanggal Implementasi Tanggal Evaluasi

15 Februari 2014 Memotivasi keluarga

penderita agar makan

makanan dengan gizi

seimbang secara teratur

2. Implementasi oleh Puskesmas

Tanggal Implementasi Tanggal Evaluasi

15 Februari 2014 Agar lebih meningkatkan kegiatan

kunjungan rumah yang dirasa efektif

untuk meningkatkan pengetahuan

dan kesadaran masyarakat mengenai

pencegahan dan pengobatan gizi

buruk serta faktor resikonya.

17 Februari

2014

Kegiatan kunjungan rumah

telah dilaksanakan oleh

dokter muda pada tanggal

15 Februari

dan 17 Februari 2014

Page 26: Laporan Kasus Gizi buruk

15 Februari 2014 Meningkatkan penyuluhan kepada

keluarga dan tetangga tentang resiko

dan bahaya penyakit gizi buruk

17 Februari

2014

Penyuluhan dilakukan

dengan cara pemberian

edukasi telah dilaksanakan

oleh dokter muda pada

tanggal 17 Februari 2014

BAB VIII

SIMPULAN

Page 27: Laporan Kasus Gizi buruk

Dari kegiatan yang telah dilakukan selama kunjungan Perkesmas pada pasien An

Bagas Saputra dengan usia 29 bulan mempunyai BB/TB : 8,5 kg / 82,9 cm. dan Z-score

menurut menurut BB/U : -3 SD - <-2 SD, TB/U : < -3 SD. Sehingga termasuk dalam gizi

kurang dan balita dengan kriteria sangat pendek. Maka dapat diambil kesimpulan tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit tersebut adalah sebagai berikut:

1. Lingkungan

Sanitasi lingkungan rumah, penataan rumah dan sosial ekonomi kurang baik.

2. Perilaku

Ibu kurang telaten dalam memberi asupan pada pasien.

3. Pelayanan Kesehatan

Kurangnya pemantauan dalam memberikan bantuan asupan.

4. Genetika

Penyakit Gizi Buruk bukan merupakan penyakit yang diturunkan, maupun penyakit

yang ditularkan.

Page 28: Laporan Kasus Gizi buruk

BAB IX

PENUTUP

Demikianlah laporan dan pembahasan mengenai hasil peninjauan kasus Gizi Buruk di

wilayah kerja Puskesmas Pandanaran. Kami menyadari bahwa kegiatan ini sangat penting

dan bermanfaat bagi para calon dokter, khususnya yang kelak akan terjun di masyarakat

sebagai Health Provider, Decision Maker, dan Communicator sebagai wujud peran serta

dalam pembangunan kesehatan.

Akhir kata kami berharap laporan ini bermanfaat sebagai bahan masukan dalam usaha

peningkatan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pandanaran.

Page 29: Laporan Kasus Gizi buruk

DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Dinkes. 2005. Modul Manajemen Gizi Buruk. Dinkes : Semarang

Dinkes. 2007. Pedoman Penyelenggaraan pelatihan tatalaksana anak gizi buruk bagi tenaga

kesehatan. Dinkes : Jakarta

Dinkes. 2006. Petunjuk Teknis Tatalaksana anak gizi buruk. Dinkes : Jakarta

Dinkespurworejo. 2012. Dinas Kabupaten Purworejo Media Informasi Kesehatan

Prima.http://www.dinkespurworejo.go.id/index.php?

option=com_content&task=view&id=4&Itemid=1&limit=1&limitstart=0. Dikutip tanggal 31 Juli

2013.

Menkes, RI. 2011. Standard Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta.

Page 30: Laporan Kasus Gizi buruk

LAMPIRAN

1

3

2

4

Page 31: Laporan Kasus Gizi buruk

Keterangan gambar :

1. Lantai depan rumah2. MCK3. Dapur4. Dapur5. Meja makan6. Kamar tidur7. Kamar tidur8. Meja kamar9. Bagas saputra

5

6

8

7