LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA Oleh : KELOMPOK B-10 Puput Indah P. 1102009224 Puspita Mahaputri 1102009225 Puspita Sari 1102009226 Puti Intan S. 1102009227 Putri Indah Permata 1102009228 R. A. Wita Ferani K. 1102009229 R.A. Nurafrilya F.S. 1102009230 Rachmah Kurniasari 1102009231 Radi Tri Hadrian 1102009232 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI 2011/2012
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI
BLOK PANCA INDERA
Oleh :
KELOMPOK B-10
Puput Indah P. 1102009224
Puspita Mahaputri 1102009225
Puspita Sari 1102009226
Puti Intan S. 1102009227
Putri Indah Permata 1102009228
R. A. Wita Ferani K. 1102009229
R.A. Nurafrilya F.S. 1102009230
Rachmah Kurniasari 1102009231
Radi Tri Hadrian 1102009232
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
2011/2012
DAFTAR ISI
Daftar Isi............................................................................................................................... 2
Dari hasil terlihat batas pandangan normal, dan mata lebih peka/batas lapang pandang lebih luas
saat melihat titik berwarna dibandingkan warna gelap/putih,
III. MENJAWAB PERTANYAAN
P-VI.3.3 Bagaimana caranya memilih warna dan mengatur diameter bulatan?
Jawab:
Dengan cara menggeser titik fiksasi yang ada di busur Perimeter
P-VI 3.4 Bagaimana caranya mencatat tempat itu pada formulir?
Jawab:
Dengan cara memperlihatkan besar sudut Perimeter
P-VI.3.5 Apa kriteria lapang pandang yang normal untuk cahaya putih dan berwarna?
Jawab:
Lapang pandang normal
Temporal : 85º
Temporal bawah : 85º
Bawah : 65º
Nasal bawah : 50º
Nasal : 60º
Nasal atas : 55º
Atas : 45º
Temporal atas : 55º
24 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
Luas pandang total = 500º
Lapang pandang yang normal untuk cahaya putih adalah dengan penglihatan binocular
sedangkan warna abu-abu atau berwarna dengan penglihatan monookular.
IV. Kesimpulan
Lapangan pandang mata adalah luas lapangan penglihatan seorang individu. Terdapat tiga jenis
lapangan pandang; lapangan makular yaitu lapangan pandang yang paling jelas dilihat oleh kedua
mata, lapangan binokular yang dilihat oleh kedua mata secara umumnya dan lapangan monokular
yaitu kawasan yang bisa dilihat oleh salah satu mata saja.
Pada pemeriksaan lapangan pandang, kita menentukan batas perifer dari penglihatan, yaitu
batas sampai mana benda dapat dilihat, jika mata difiksasi pada satu titik. Sinar yang datang dari
tempat fiksasi jatuh di makula, yaitu pusat melihat jelas (tajam), sedangkan yang datang dari
sekitarnya jatuh di bagian perifer retina.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah dengan Perimeter. Pada Perimeter, pemeriksaan ini
berguna untuk membantu diagnosis pada keluhan penglihatan, melihat progresifitas turunnya lapang
pandangan, merupakan pemeriksaan rutin pada kelainan susunan saraf pusat, memeriksa adanya
histeria atau malingering.
Konsep warna tergantung dalam benak yang melihat. Sebagian besar kita lihat, karena kita
memiliki jenis sel-sel kerucut yang sama dan menggunakan jalur-jalur saraf yang sama untuk
membandingkan keluaran mereka. Lapang pandang menjadi lebih luas ketika harus melihat objek
berwarna karena lebih terang untuk dilihat oleh mata.
DAFTAR PUSTAKA
Ganong,F.William. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed.20. Jakarta:EGC
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem ed.2. Jakarta:EGC
Sloane, Ethel. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC
Lumbantobing, S. M. Saraf Otak. Dalam Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. h. 2530
25 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
26 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
PRAKTIKUMFISIOLOGI II
PRAKTIKUM FISIOLOGI II
PENDENGARAN
I. Dasar Teori
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah
getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi
(pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan
rendah karena penjarangan molekul tersebut. (Sherwood, 2001).
Sewaktu suatu gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta suatu gelombang tekanan di
telinga dalam. Gelombang tekanan menyebabkan perpindahan mirip-gelombang pada membran
basilaris terhadap membrana tektorium. Sewaktu menggesek membrana tektorium, sel-sel
rambut tertekuk. Hal ini menyebabkan terbentuknya potensial aksi. Apabila deformitasnya cukup
signifikan, maka saraf-saraf aferen yang bersinaps dengan sel-sel rambut akan terangsang untuk
melepaskan potensial aksi dan sinyal disalurkan ke otak (Corwin, 2001).
Frekuensi gelombang tekanan menentukan sel-sel rambut yang akan berubah dan, neuron
aferen yang akan melepaskan potensial aksi. Misalnya, sel-sel rambut yang terletak dibagian
membrana basilaris dekat jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh suara
berfrekuensi tinggi, sedangkan sel-sel rambut yang terletak dimembrana basilaris yang paling
jauh dari jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh gelombang berfrekuensi
rendah. Otak menginterpretasikan suatu suara berdasarkan neuron-neuron yang diaktifkan. Otak
menginterpretasikan intensitas suara berdasarkan frekuensi impuls neuron dan jumlah neuron
aferen yang melepaskan potensial aksi (Corwin, 2001).
Penghantaran (konduksi) gelombang bunyi ke cairan di telinga dalam melalui membran
timpani dan tulang-tulang pendengaran, yang merupakan jalur utama untuk pendengaran normal,
disebut hantaran osikular. Gelombang bunyi juga menimbulkan getaran membran timpani kedua
yang menutupi fenestra rotundum. Proses ini, yang tidak penting untuk pendengaran normal,
disebut hantaran udara. Hantaran jenis ketiga, hantaran tulang, adalah penyaluran getaran dari
tulang-tulang tengkorak ke cairan di telinga dalam. Hantaran tulang yang cukup besar terjadi
apabila kita menempelkan garpu tala atau benda lain yang bergetar langsung ke tengkorak. Jaras
ini juga berperan dalam penghantaran bunyi yang sangat keras (Ganong, 2002).
Untuk memeriksa pendengaran :
1. Pemeriksaan dengan menggunakan garpu tala merupakan tes kualitatif, yaitu:
a. Tes Rinne
Tujuan: untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang
pada telinga yang diperiksa.
Cara: garpu tala digetarkan dan tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus.
Setelah tidak terdengar garpu tala dipegang di depan telinga kira-kira 2,5 cm. Bila
masih terdengar disebut Rinne (+), bila tidak terdengar disebut Rinne (-). Dalam
keadaan normal hantaran melalui udara lebih panjang daripada hantaran tulang.
27 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
b. Tes Weber
Tujuan: untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan.
Cara: garpu tala digetarkan dan tangkai garpu tala diletakkan di garis tengah dahi atau
kepala. Bila bunyi terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut lateralisasi ke
telinga tersebut. Bila terdengar sama atau tidak terdengar disebut tidak ada
lateralisasi. Bila pada telinga yang sakit (lateralisasi pada telinga yang sakit) berarti
terdapat tuli konduktif pada telinga tersebut,bila sebaliknya (lateralisasi pada telinga
yang sehat) berarti pada telinga yang sakit terdapat tuli saraf.
c. Tes Schwabach
Tujuan: membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa
yang pendengarannya normal.
Cara: garpu tala digetarkan dan tangkai garpu tala diletakkan pada prosesus
mastoideus sampai tidak terdengar bunyi kemudian dipindahkan ke prosesus
mastoideus pemeriksa yang pendengarannya dianggap normal. Bila masih dapat
mendengar disebut memendek atau tuli saraf, bila pemeriksa tidak dapat mendengar,
pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya. Bila pasien masih mendengar, disebut
memanjang atau terdapat tuli konduktif. Jika kira-kira sama mendengarnya disebut
sama dengan pemeriksa.
28 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach DiagnosisPositif
Negatif
Positif
Tidak ada lateralisasi
Lateralisasi ke telinga yang sakit
Lateralisasi ke telinga yang sehat
Sama dengan pemeriksa
Memanjang
Memendek
Normal
Tuli konduktif
Tuli sensorineural
Catatan: Pada tuli konduktif <30 dB, Rinne bisa masih positif
Secara fisiologik telinga dapat mendengar nada antara 20 sampai 18.000 Hz. Untuk
pendengaran sehari-hari yang paling efektif antara 500-2.000 Hz. Oleh karena itu untuk
memeriksa pendengaran dipakai garpu tala 512, 1.024, dan 2.048 Hz. Penggunaan ketiga
garpu tala ini penting untuk pemeriksaan secara kualitatif. Bila salah satu frekuensi ini
terganggu penderita akan sadar adanya gangguan pendengaran. Bila tidak mungkin
menggunakan ketiga garpu tala itu, maka diambil 512 Hz karena penggunaan garpu tala ini
tidak terlalu dipengaruhi suara bising disekitarnya (Soepardi et al, 2007).
2. Pemeriksaan dengan menggunakan Audiometer merupakan tes kuantitatif
Audiometri nada murni
Teknik untuk mengidentifikasi prilaku dari kehilangan kemampuan mendengar dan untuk
mendapatkan tingkat pendengaran dengan cara merekam respon dari pasien setelah
memberikan pasien tersebut rangsangan auditory dengan berbagai intensitas level.
Untuk pemeriksaan audiogram, dipakai grafik AC (air conductor) yaitu dibuat dengan
garis lurus penuh (intensitas yang diperiksa antara 125 – 8000 Hz) dan grafik BC (bone
conductor) yaitu dibuat dengan garis terputus-putus (intensitas yang diperiksa 250 – 4000
Hz). Untuk telinga kiri dipakai warna biru, sedangkan telinga kanan warna merah.
Pemeriksaan audiometri nada murni bisa didapatkan tuli sensorineural pada frekwensi tinggi
(umumnya 3000 – 6000 Hz) dan pada frekwensi 4000 Hz sering terdapat takik (notch) yang
patognomonik untuk jenis ketulian ini.
Tes audiometri yang sederhana merupakan tes terhadap suara mesin dengan hantaran
udara untuk masing-masing telinga dengan frekuensi tertentu (500, 1000, 2000, 4000 dan
6000 Hz). Tes audiometri yang kompleks dilakukan dalam ruangan kedap suara dan masing-
masing telinga dengan frekuensi (250, 500, 1000, 2000, 3000,4000, 6000 dan 8000 Hz)
29 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
Pure Tone Audiometry
Merupakan bunyi yang hanya mempunyai satu frekuensi, dinyatakan dalam jumlah
getaran per detik.
Memberikan gambaran yang luas mengenai tingkat kehilangan pendengaran pasien dan
penyebabnya. Pasien akan memberikan respon terhadap rangsangan tone yang diberikan.
Tone yang diberikan dengan cara dari frekuensi rendah ke tinggi .
Tone sebesar 30dB diberikan kepada pasien sebagai rangsangan awal, jika respon
positif maka level tone diturunkan sebesar 10 dB sampai pasien tidak memberikan respon.
Pada rangsangan pertama jika pasien tidak mendengar maka level tone dinaikkan 10 dB HL
sampai terdengar oleh pasien kemudian diturunkan per 5 dB atau naik 5 dB HL. Frekuensi
yang diujikan berkisar 125-500 Hz.
Tone Decay Test (TDT)
Digunakan untuk mendeteksi kelainan pada jalur sensorineural. Prosedurnya, operator
memilih frekuensi kemudian pasien mendapat rangsangan dan memberikan respon lagi pada
saat tidak menerima rangsangan, durasi diantara keduanya diukur. Tone yang dipakai
diberikan dari frekuensi, tinggi ke rendah. Dengan 30 dB pada saat pertama kemudian
selama 1 menit pasien mendengarkan maka tone level diturunkan dengan skala 5 dB, hal ini
diulangi sampai tone tidak terdengar selama kurang dari 1 menit
Short Increment Sensitivity Index (SISI)
SISI untuk mendeteksi penyakit di cochlea atau recrocochlear lesions. Menggambarkan
kapasitas pasien untuk mendeteksi perbedaan kenaikan intensitas 1 dB yang dalam rentan
waktu 5 detik pada frekuensi tertentu. Operator akan menset frekuensi pada 20 dB, Tone
yang diberikan dengan madulasi singkat 1 dB diatas carrier tone setiap 5 detik. Kenaikan 1
dB dipresentasikan dengan interval 300 ms, dengan rise time danfall time sebesar 50 ms.
Respon pasien pada saat dapat membedakan perbedaan level adalah yang diukur.
Bekesy Audiometry
Test audiometry yang dijalankan secara automatis. Karena frekuensi dan intensita
akanturun dan naik secara otomatis
Speech Audiometry
Pure tone audiometry adalah test pada sensitivitas pasien sedangkan speech audiometry
mengacu pada integritas seluruh sistem auditory (mengacu kemampuan mendengarkan dan
mengerti pembicaraan)
30 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
II. Pelaksanaan Praktikum
Tujuan :
1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fungsi pendengaran.
2. Mengukur ketajaman pendengaran dengan menggunakan Audiometer (Pemeriksaan Audiometer)
3. Menmbuat kesimpulan menegenai “hearing loss” dari hasil pemeriksaan audiometer sehingga
dapat menetapkan apakah pendengaran orang percobaan dalam batas-batas normal atau tidak
Alat yang diperlukan :
1. Audiometer merek ADC lengkap dengan telepon telinga dan formulir
2. Penala berfrekuensi 256
3. Kapas untuk menyumbat telinga
I. TES PENALA
A. Tata Kerja
Pemeriksaan Pendengaran dengan Penala
a. Cara Rinne
1. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara memukulkan salah satu ujung jarinya ke
telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulkannya pada benda yang keras.
2. Tekanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga o.p.
3. Tanyakanlah kepada o.p. apakah ia mendengar bunyi penala mendengung di telinga
yang diperiksa, bila demikian o.p. harus segera memberi tanda bila dengungan bunyi itu
menghilang.
4. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari processus mastoideus o.p. dan
kemudian ujung jari penala ditempatkan sedekat-dekatnya di depan liang telinga yang
sedang diperiksa itu.
5. Catatlah hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut :
Positif : Bila o.p. masih mendengar dengungan secara hantaran aerotimpanal.
Negatif : Bila o.p. tidak mendengar dengungan secara hantaran aerotimpanal.
b. Cara Webber
1. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara seperti nomor A.1.
2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada dahi o.p. di garis median.
3. Tanyakan kepada o.p. apakah ia mendengar dengungan bunyi penala sama kuat di
kedua telinganya atau terjadi lateralisasi.
4. Bila pada o.p. tidak terdapat lateralisasi, maka untuk menimbulkan lateralisasi secara
buatan, tutuplah salah satu telinganya dengan kapas dan ulangi pemeriksaan.
c. Cara Schwabach
1. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara seperti no A.1.
2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga o.p.
31 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
3. Suruhlah o.p. mengacungkan tangannya pada saat dengungan bunyi menghilang.
4. Pada saat itu dengan segera pemeriksa memindahkan penala dari processus mastoideus
o.p. ke processus mastoideus sendiri. Pada pemeriksaan ini telinga si pemeriksa
dianggap normal. Bila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh o.p. masih
dapat didengar oleh si pemeriksa maka hasil pemeriksaan ialah Schwabach memendek.
5. Apabila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh o.p. juga tidak dapat
didengar oleh si pemeriksa maka hasil pemeriksaan mungkin Schwabach normal atau
Schwabach memanjang. Untuk memastikan hal ini maka dilakukan pemeriksaan
sebagai berikut :
Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula-mula ditekankan ke processus mastoideus
si pemeriksa sampai tidak terdengar lagi. Kemudian ujung tangkai penala segera
ditekankan ke processus mastoideus o.p.. bila dengungan (setelah dinyatakan berhenti
oleh si pemeriksa) masih dapat didengar oleh o.p. hasil pemeriksaan adalah Schwabach
memanjang. Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa juga tidak
dapat didengar oleh o.p. maka hasil pemeriksaan adalah Schwabach normal.
B. Hasil Pengamatan
Tabel Pengamatan Pemeriksaan Pendengaran
Orang
Percobaan
Cara Rinne
Cara WebberCara
Schawabach
Telinga (penala
digetarkan pada
processus mastoideus)
Telinga (penala
digetarkan lewat
udara)
Kanan Kiri Kanan Kiri
Wita (OP1)
426.6 Hz
+ + + + Lateralisasi ke
kanan = kiri
Schwabach
normal
Puspita (OP2)
288 Hz
+ + + + Lateralisasi ke
kanan = kiri
Schwabach
normal
Radi (OP3) + + + + Lateralisasi ke
kanan = kiri
Schwabach
normal
Intan (OP4)
512 Hz
+ + + + Lateralisasi ke
kanan = kiri
Schwabach
normal
C. Pembahasan
Pada percobaan rinne, bertujuan untuk membandingkan hantaran melalui udara dan
hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa. Saat penala digetarkan pada processus
mastoideus, terdengar suara dengungan, baik ditelinga kiri maupun telinga kanan, seluruh orang
percobaan. Begitu pula saat penala digetarkan di udara ,tanpa menyentuh processus
mastoideus, suara dengungan terdengar jelas.
Pada percobaan cara webber, bertujuan untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri
dengan telinga kanan. Saat penala yang sudah digetarkan ditaruh pada dahi, semua orang
32 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
percobaan memperoleh hasil yang sama, yaitu lateralisasi pada telinga kanan dan kiri. Hal ini,
menandakan bahwa telinga semua orang percobaan normal terhadap dengungan yang terjadi.
Pada percobaan schwabach, bertujuan membandingkan hantaran tulang orang yang
diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal. Saat dengungan penala suda tidak
terdengar lagi oleh orang percobaan juga tidak terdengar oleh si pemeriksa, begitu pula
sebaliknya. Hal ini berlaku pada semua orang percobaan dan pemeriksanya sehingga hasil
pemeriksaan tersebut adalah schwabach normal.
D. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan pendengaran didapatkan bahwa semua orang percobaan dapat
mendengar dengungan penala dengan baik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa telinga
orang percobaan masih bekerja secara normal.
II. AUDIOMETRI
Keterangan teknis mengenai audiometer.
p- VI. 4. 1 Apa guna audiometer dan bagaimana cara kerjanya?
Pada bagian muka audiometer ADC terdapat berbagai tombol dan skala yang berfungsi sebagai
berikut :
Tombol 1 (T) : Tombol utama.
Gunanya untuk menghidupkan atau mematikan alat
Tombol 2 (T2) : Tombol frekwensi nada.
Dengan menggunakan T2 ini kita memilih frekwensi nada yang dapat dibangkitkan
oleh Alat. Frekwensi tersebut dapat dibaca pada skala (82) yang dinayatakan
dalam satuan hertz.
p-VIA. 2 Apa yang dimaksud dengan frekwensi hertz?
Tombol 3 (T3) : Tombol kekuatan nada.
Dengan tombol ini kita dapat mengatur kekuatan nada, kekuatan nada dapat
dibaca pada skala (51) yang dinyatakan dengan dB
p-VIA. 3 Apa yang dimaksud dengan satuan dB?
Tombol 4 (T4) : Tombol pemilih telepon telinga.
Bila tombol ini menunjukkan ke “B”, berarti nada yang dihantarkan ketelepon
berwarna black. Bila tombol menunjuk ke “G” yang bekerja hanya telepon grey.
Tombol 5 (T5) : Tombol penghubung nada.
Dengan memutar tombol ini kekiri, nada akan terdengar ditelepon bila tombol
dilepas, nada tidak terdengar lagi
p-VIA.A 4 Apa yang dimaksud dengan pemutusan nada pada periksaan?
33 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
A. Tata Kerja
Pemeriksaan Pendengaran dengan Audiometri
1. Pemeriksaan menyiapkan alat sebagai berikut :
a. Memutar tombol utama T1 pada “off”
b. Memutar tombol frekuensi nada (T2) pada 125.
c. Memutar tombol kekuatan nada (T3) pada 10 Db.
p- VIA. 5 Apa arti fisiologis intensitas 0 dp pada a/at ?
2. Hubungkan audiometer dengan sumbu listrik (125V) dan putar T1 ke “ON”, S1 danS2 akan
menyala, bila tidak demikian halnya maka melaporkan pada supervisor.
3. Menyuruh orang percobaan duduk membelakangi audiometer dan memasang telepon pada
telingnya, sehingga telepon “black” ditelinga kiri.
4. Memberikan petunjuk pada orang percobaan untuk mengacungkan tangannya ke
atas pada saat mulai dan selama ia mendengar nada melalui salah satu telepon danmenurun
kan tangannya pada saat nada mulai tidak terdengar lagi.
5. Menunggu 2 menit untuk “memanaskan” alat
6. Memutar T5 ke kiri dan mempertahankannya selama pemeriksaan
7. Memutar tombol kekuatan nada T3 perlahan-lahan searah dengan jarum jam sampaiorang
percobaan mengacungkan tangannya keatas.
8. Meneruskan memutar tombol tersebut sebesar 10 dB dan kemudian memutar tombolT3
tersebut perlahan-lahan berlawanan dengan jarum jam sampai orang percobaa nmenurunkan
tangannya. Mencatat angka dB pada saat itu
9. Mengulangi tindakan 7 dan 8 dua kali lagi dan mengambil angka terkecil sebagai “hearing
loss” orang percobaan pada frekuensi 125 Hz.
10. Selama percobaan ini T5 dilepaskan sekalikali pada waktu orang percobaanmengacungkan t
angannya untuk menguji apakah orang percobaan benar-benar mendengar nada atau hanya
pura-pura mendengar.
11. Mengukur “hearing loss” untuk telinga yang sama dengan cara yang sama pula
padafrekuensi 250, 500, 1000, 2000, 4000, 8000, 12.000 Hz dan mencatat data
hasil pengukuran pada formulir yang telah disediakan.
12. Mengulangi seluruh pengukuran ini pada telinga yang lainnya.
13. Membuat audiogram orang percobaan pada formulir yang telah disediakan dengan data yang
diperoleh pada pengukuran
34 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
B. Hasil Pengamatan
C. Pembahasan
Untuk pemeriksaan audiogram, dipakai grafik AC yaitu dibuat dengan garis lurus penuh
(intensitas yang diperiksa antara 125 – 8000 Hz) dan grafik BC yaitu dibuat dengan garis
terputus-putus (intensitas yang diperiksa 250 – 4000 Hz). Untuk telinga kiri dipakai warna biru,
sedangkan telinga kanan warna merah.
Pada hasil pemeriksaan bertujuan untuk memberikan gambaran luar mengenai tingkat
kehilangan pendengaran pasien dan penyebabnya. Pasien akan memberikan respon terhadap
rangsangan tone yang diberikan. Tone yang diberikan dengan cara dari frekuensi rendah ke
tinggi .
Pada awal, tone sebesar 30dB diberikan kepada pasien sebagai rangsangan awal, jika
respon positif maka level tone diturunkan sebesar 10 dB sampai pasien tidak memberikan
respon. Pada rangsangan pertama jika pasien tidak mendengar maka level tone dinaikkan 10 dB
HL sampai terdengar oleh pasien kemudian diturunkan per 5 dB atau naik 5 dB HL. Frekuensi
yang diujikan berkisar 125-500 Hz.
Diskriminasi nada (kemampuan membedakan berbagai frekuensi gelombang suara yang
datang) bergantung pada bentuk dan sifat membrana basilaris yang menyempit dan kaku diujung
jendela ovalnya dan lebar serta lentur di ujung helikotremanya. Berbagai daerah di membrana
basilaris secara alamiah bergetar secara maksimum pada frekuensi yang berbeda.Ujung sempit
paling dekat jendela oval bergetar maksimum pada nada-nada tinggi sedangkan ujung lebar
paling dekat dengan helikotrema bergetar maksimum pada nada-nada rendah
Dengan membaca audiogram ini kita dapat mengetahui jenis dan derajat kurang
pendengaran seseorang. Gambaran audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran
35 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
normal merupakan nilai ambang baku pendengaran untuk nada murni. Derajat ketulian menurut
ISO, yaitu :
Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran pasien pada stimulus nada
murni. Nilai ambang diukur dengan frekuensi yang berbeda-beda. Secara kasar bahwa
pendengaran yang normal grafik berada diatas. Grafiknya terdiri dari skala decibel, suara
dipresentasikan dengan aerphon (air kondution) dan skala skull vibrator (bone conduction). Bila
terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai ambang pendengaran
oleh bone conduction menggambarkan SNHL.
D. Menjawab Pertanyaan
p- VI. 4. 1 Apa guna audiometer dan bagaimana cara kerjanya?
Jawab:
Teknik untuk mengidentifikasi prilaku dari kehilangan kemampuan mendengar dan untuk
mendapatkan tingkat pendengaran dengan cara merekam respon dari pasien setelah
memberikan pasien tersebut rangsangan auditory dengan berbagai intensitas level.
p-VIA. 2 Apa yang dimaksud dengan frekwensi hertz?
Jawab:
Hertz adalah jumlah getaran setiap satuan waktu. Standar Internasional untuk frekuensi. Hertz
menyatakan banyaknya gelombang dalam waktu satu detik (1 Hertz = 1 gelombang per detik).
36 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
p-VIA. 3 Apa yang dimaksud dengan satuan dB?
Jawab:
Desibel merupakan ukuran yang digunakan untuk menentukan nilai kebisingan suatu tempat
dengan membandingkan antara lemah kuatnya amplitudo yang ditransmisi dengan gangguan
dalam proses transmisi tersebut.
p-VIA.A 4 Apa yang dimaksud dengan pemutusan nada pada periksaan?
Jawab:
Maksud pemutusan nada pada pemeriksaan adalah melepas tombol sehingga nada tidak
terdengar lagi untuk menguji apakah orang percobaan benar-benar mendengar atau hanya pura-
pura mendengar
p- VIA. 5 Apa arti fisiologis intensitas 0 dB pada a/at ?
Jawab:
Dalam fisika, 0 dB sama dengan tingkat tekanan yang mengakibatkan gerakan molekul udara
dalam keadaan udara diam, yang hanya dapat terdeteksi dengan menggunakan instrumen fisika,
dan tidak akan terdengar oleh telinga manusia. Oleh karena itu, di dalam audiologi ditetapkan
tingkat 0 yang berbeda, yang disebut 0 Db klinis atau 0 audioetrik. Nol inilah yang tertera dalam
audiogram, yang merupakan gafik tingkat ketunarunguan. Nol audiometrik adalah intensitas bunyi
terendah yang dapat terdeteksi oleh telinga orang rata-rata dengan telinga yang sehat pada
frekuensi 1000Hz
E. Kesimpulan
Semakin tinggi frekuensi suara maka intensitas yang dapat didengar semakin rendah. Bila terjadi
air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai ambang pendengaran oleh
bone conduction menggambarkan SNHL. Dari hasil pemeriksaan pendengaran didapatkan
bahwa orang percobaan memberikan respon terhadap rangsangan tone yang diberikan (dari
frekuensi rendah ke tinggi). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa fungsi pendengaran telinga
orang percobaan masih tuli ringan “mild hearing loss” pada saat AC telinga kanan (35dB), telinga
kiri (30dB) sedangkan BC telinga kiri (35dB) → (liat hasil pengamatan serta batas ambang
pendengaran menurut ISO).
DAFTAR PUSTAKA
Ganong WF. 2006. Review of medical physiology. 22nd Ed. USA: The McGraw-Hill companies
Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of medical physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier.. p663-6.
Marieb EN, Hoehn K. 2010. Human anatomy & physiology. 7th Ed. Pearson education,Inc
Sherwood, Lauralee. 1996. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC
Soepardi EA, Iskandar N, dkk. 2010. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga. Dalam: Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6. Jakarta: FKUI. ; hal.
17-8
37 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
38 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
PRAKTIKUMFISIOLOGI III
PRAKTIKUM FISIOLOGI III
SISTEM SENSORIK
I. TUJUAN
1. Membedakan perasaan subjektif panas dan dingin
2. Menetapkan adanya titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri dikulit.
3. Memriksa daya menentukan tempat rangsangan taktil (lokalisasi taktil).
4. Memeriksa daya membedakan dua titik tekan (diskriminasi taktil) pada perangsangan
serentak (simultan) dan perangsangan berurutan (suksetif).
5. Menentukan adanya perasaan iringan dan menerangkan mekanisme terjadinya (afterimage).
6. Memeriksa daya membedakan berbagai sifat benda:
a. Kekerasan permukaan
b. Bentuk
c. Bahan pakaian
7. Memriksa daya menetukan sikap anggota tubuh.
8. Mengukur waktu reaksi.
9. Menyebutkan faktor-faktor sikap anggota tubuh.
II. BAHAN DAN ALAT
1. 3 waskom dengan air bersuhu 20˚C, 30˚C dan 40˚C.
2. Gelas beker dan thermometer kimia.
3. Alcohol atau eter.
4. Es.
5. Kerucut kuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estesiometer rambut Frey dan jarum.
6. Pensil + jangka + pelbagai jenis amplas + benda-benda kecil + bahan-bahan pakaian.
7. Mistar pengukur reaksi.
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
I. Perasaan Subyektif Panas dan Dingin
A. Dasar Teori
Temperatur reseptor/ thermoreseptor merupakan free nerve ending yang terletak pada dermis,
otot skeletal, liver, hipotalamus. Reseptor dingin tiga/ empat kali lebih banyak daripada reseptor
panas. Tidak ada strukur yang membedakan reseptor dingin dan panas.
Sensasi temperature diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri. Mereka dikirim ke
formation retikularis, thalamus dan korteks primer sensoris. Thermoreseptor merupakan phasic
reseptor, aktif bila temperature berubah, tetapi cepat beradaptasi menjadi temperature yang
stabil.
B. Tata Kerja
1. Sediakan 3 waskom masing-masing berisi air suhu 200.300,400C
39 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
2. Masukkan tangan kanan ke dalam air bersuhu 200 dan tangan kiri ke dalam 40 0 +- 2 menit.
Catat kesan yang sdr alami!
3. Masukkan kedua tangan itu segera serentak ke dalam air bersuhu 300C. catat kesan yang sdr
alami!
4. Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak +_ 10 cm
5. Basahi kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup sekali lagi dengan kecepatan
seperti diatas. Bandingkan kesan yang sdr alami hasil tiupan pada sub 4 dan 5!
6. Olesi sebagian kulit punggung tangan dengan alcohol atau eter
VII.2. Apakah ada perbedaan antara ke 3 hasil akhir tindakan pada sub 4,5 dan 6 apa
sebabnya ?
C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
o.p.: Puput Indah P.
Tangan kanan ke dalam air bersuhu 200 dan tangan kiri ke dalam 40 0 +- 2 menit:
Baskom berisi 200 lama-lama tidak dingin
Baskom berisi 400 lama-lama tidak panas
Tangan segera serentak ke dalam air bersuhu 300C.:
Baskom 400 dingin
Baskom 200 hangat
Antara kesan hasil tiupan pada sub 4 dan 5 tidak ada perubahan.
D. Menjawab Pertanyaan
Apakah ada perbedaan antara ke 3 hasil akhir tindakan pada sub 4,5 dan 6 apa sebabnya ?
Jawab:
tangan kanan kering di pegang masih terasa lembab
tangan kiri benar-benar kering saat dipegang
Sebab: eter/alkohol lebih cepat menguap saat terkena udara luar
E. Kesimpulan
Terdapat perbedaan subyektif antara rasa panas dan dingin
II. Titik-titik panas, dingin, tekan, dan nyeri di kulit
A. Dasar Teori
Reseptor sensorik
Reseptor sensorik berupa sel-sel khusus atau proses sel yang memberikan informasi tentang
kondisi di dalam dan diluar tubuh kepada susunan saraf pusat. Indera peraba dikulit adalah
indera yang digunakan untuk merasakan sensitivitas temeperatur, nyeri, sentuhan, tekanan,
getaran dan proprioseptif.
Adapun indera-indera khusus pada tubuh kita seperti penciuman, penglihatan, perasa pada
lidah, keseimbangan dan pendengaran. Sensasi yang dating pada tubuh kita diterima oleh
reseptor yang khusus yang strukturnya lebih kompleks daripada reseptor pada kulit. Reseptor ini
terletak pada indera khusus pada manusia seperti mata, telinga dimana reseptornya dilindungi
oleh jaringan-jaringan disekitarnya.
40 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
a. Nosiseptor
Reseptor nyeri/nosiseptor terletak pada daerah superficial kulit, kapsul sendi, dalam periostes
tulang sekitar dinding pembuluh darah. Jaringan dalam dan organ visceral mempunyai
beberapa nosiseptor. Reseptor nyeri merupakan free nerve ending dengan daerah reseptif
yang luas, sebagai hasilnya sering kali sulit membedakan sumber rasa nyeri yang tepat.
Nosiseptor sensitive terhadap temperature yang ekstrim, kerusakan mekanis dan kimia
seperti mediator kimia yang dilepaskan sel yang rusak. Bagaimanapun juga rangsangan yang
kuat akan diterima oleh ketiga tipe reseptor. Untuklah kita bias merasakan sensasi rasa nyeri
yang disebabkan oleh asam, panas, luka yang dalam. Rangsangan pada dendrite di
nosiseptor menimbulkan depolarisasi, bila segmen akson mencapai batas ambang dan
terjadi potensial aksi di susunan saraf pusat
b. Thermoreseptor
Temperatur reseptor/ thermoreseptor merupakan free nerve ending yang terletak pada
dermis, otot skeletal, liver, hipotalamus. Reseptor dingin tiga/ empat kali lebih banyak
daripada reseptor panas. Tidak ada strukur yang membedakan reseptor dingin dan panas.
Sensasi temperature diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri. Mereka dikirim
ke formation retikularis, thalamus dan korteks primer sensoris. Thermoreseptor merupakan
phasic reseptor, aktif bila temperature berubah, tetapi cepat beradaptasi menjadi temperature
yang stabil.
c. Mechanoreseptor
Mechanoreseptor sangat sensitif terhadap rangsangan yang terjadi pada membrane sel.
Membran sel memiliki regulasi mekanis ion channel dimana bias terbuka ataupun tertutup bila
ada respon terhadap tegangan, tekanan dan yang bias menimbulkan kelainan pada
membrane. Terdapat tiga jenis mechanoreseptor antara lain:
- Tactile reseptor memberikan sensasi sentuhan, tekanan dan getaran. Sensasi sentuhan
memberikan inforamsi tentang bentuk atau tekstur, dimana tekanan memberikan sensasi
derajat kelainan mekanis. Sensasi getaran memberikan sensasi denyutan/ debaran.
- Baroreseptor untuk mendeteksi adanya perubahan tekanan pada dinding pembuluh
darah dan pada tractus digestivus, urinarius dan system reproduksi.
- Proprioseptor untuk memonitor posisi sendi dan otot, hal ini merupakan struktur dan
fungsi yang kompleks pada reseptor sensoris.
d. Chemoreseptor
Spesialisasi pada neuron chemoreseptor dapat dideteksi dengan perubahan kecil dari
konsentrasi kimia. Umumnya chemoreseptor berespon terhadap substansi water-soluble dan
lipid soluble yang larut dalam cairan.
Chemoreseptor tidak mengirim informasi pada korteks primer sensoris, jadi kita tidak tahu
adanya sensai yang diberikan kepada reseptor tersebut. Saat informasi datang lalu
diteruskan menuju batang otak yang merupakan pusat otonomik yang mengatur pusat
respirasi dan fungsi cardiovascular
41 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
Reflek mempunyai waktu reaksi yang terukur, waktu yang dibutuhkan dari saat perangsangan
sampai timbulnya respon tersebut disebut waktu refelks. Respon dari aksi reflex yang sederhana
akan lebih cepat ketimbang respons dari aksi reflex yang kompleks. Waktu reaksi dipengaruhi
oleh intensitas rangsangan dan kompleksitas aksi reflex. Pada umumnya makin kuat intensitas
rangsangan maka waktu reaksi makin pendek sedangkan makin komleks aksi reflex maka waktu
reaksi makin lama.
B. Tata Kerja
1. Letakkan punggung tangan kanan diatas sehelai kertas dan tarik garis pada pinggir tangan
dan jari-jari sehingga terdapat lukisan tangan
2. Gambarkan ditelapak tangan suatu daerah 3 x 3 cm dan gambarkan pula dilukisan tangan
pada kertas
3. Tutup mata o.p dan letakkan punggung tangan kanannya santai di meja
4. Selidiki secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang memberikan kesan panas
yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah
dipanasi. Cara memanasi kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejana
berisi kikiran kuningan yang di rendam dalam airpanas bersuhu 500 C. tandai titik-titik panas
yang diperoleh dengan tinta
5. Ulangi penyelidikan yang serupa pada sub 4 dengan kerucut kuningan yang telah didinginkan
dgn cara menempatkandi dalam bejana air es
6. Selidiki pula menurut cara diatas titik-titik yang memberikan kesan tekan dengan
menggunakan estesioner rambut Frey dan titik-titik yang memberikan kesan nyeri dengan
jarum
7. Gambar dengan symbol yang berbeda semua titik yang diperoleh pada lukisan tangan di
kertas
VII.3. Menurut teori, kesan apakah yang diperoleh bila titik dingin dirangsang oleh benda
panas? Bagaimana keterangannya ?
C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
o.p.: Puput Indah
O.P. merasa panas ketika kerucut
kuningan yg telah didiamkan terlebih
dahulu di air panas, diletakkan pada
titik2 P. Dan merasa dingin ketika
kerucut kuningan diletakkan pada titik D
42 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
D. Menjawab Pertanyaan
Menurut teori, kesan apakah yang diperoleh bila titik dingin dirangsang oleh benda panas?
Bagaimana keterangannya ?
Jawab:
Perubahan suhu tubuh dikedua arah mengubah aktivitas sel-peningkatan suhu mempercepat
reaksi-reaksi kimia sel, sedangkan penurunan suhu memperlambat reaksi-reaksi tersebut.
Karena fungsi sel sensitif terhadap fluktuasi suhu internal maka manusia secara homeostasis
mempertahankan suhu tubuh pada tingkat yang optimal agar metabolisma sel berlangsung stabil.
Panas berlebihan berakibat lebih serius darpada pendinginan. Bahkan peningkatan moderat suhu
tubuh mulai menyebabkan malfungsi syaraf dan denaturasi protein ireversibel.
E. Kesimpulan
Titik panas,dingin,tekan dan nyeri berbeda pada tiap tempat di kulit
III. Lokalisasi Taktil
A. Dasar Teori
Reseptor taktil adalah Mekanoreseptor, Mekanoreseptor berespons terhadap perubahan
bentuk dan penekanan fisik dengan mengalami depolarisasi dan menghasilkan potensial aksi.
Apabila depolarisasinya cukup besar, maka serat saraf yang melekat ke reseptor akan
melepaskan potensial aksi dan menyalurkan informasi ke korda spinalis dan otak. Reseptor taktil
yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula.
Kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda dari dua ujung disebut
diskriminasi dua titik. Tubuh bervariasi dalam kemampuan membedakan dua titik pada tingkat
derajat pemisaha bervariasi. Normalnya dua titik terpisah 2-4mm. Dapat dibedakan pada ujung
jari tangan, 30-40mm dapat dibedakan pada dorsum pedis. Sensasi taktil dibawa ke korda
spinalis oleh satu dari tiga jenis neuron sensorik : serat tipe A beta yang besar, serat tipe A delta
yang kecil, dan serat tipe C yang paling kecil. Kedua jenis serat tipe A mengandung mielin dan
menyalurkan potensial aksi dengan sangat cepat; semakin besar serat semakin cepat
transmisinya dibanding serat yang lebih kecil. Informasi taktil yang dibawa dalam serat A
biasanya terlokalisasi baik. Serat C yang tidak mengandung mielin dan menyalurkan potensial
aksi ke korda spinalis jauh lebih lambat daripada serat A. Hampir semua informasi mengenai
sentuhan, tekanan, dan getaran masuk ke korda spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang
sesuai. Setelah bersinap di spina, informasi dengan lokalisasi dibawa oleh serat-serat A yang
melepaskan potensial aksi dengan cepat (beta dan delta) di kirim ke otak melalui sistem
lemniskus kolumna dorsalis. Serat-serat saraf dalam sisitem ini menyebrang dari kiri ke kanan di
batang otak sebelum bersinaps di talamus. Informasi mengenai suhu dan sentuhan yang
lokalisasi kurang baik di bawa ke korda spinalis melalui serat-serat C yang melepaskan potensial
aksi secara lambat. Info tersebut dikirim ke daerah retikularis di batang otak dan kemudian ke
pusat-pusat yang lebih tinggi melalui serat di sitem anterolateral.
43 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
Indera raba (taktil): reseptor taktil adalah alat indera yang paling luas, terletak diseluruh
permukaan kulit dan beberapa selaput lendir. Ada dua fungsi penting yaitu untuk survival; dengan
mengidentifikasi sentuhan ringan secara umum, temperatur, dan rasa nyeri. Sedangkan fungsi
diskriminasi yang berkembang kemudian, penting untuk mengenal tekstur, bentuk, lokasi akurat
dari suatu sentuhan dan berperan penting dalam perkembangan persepsi tubuh, keterampilan
motorik halus dan praksis.
Reseptor indera taktil terletak pada kulit dan beberapa lokasi selaput lendir. Indera
taktil memberikan informasi tentang kualitas benda-benda yang diraba (keras, halus, dsb), arah
gerak dari input taktil dan lokasi dari input tersebut (= fungsi diskriminatif). Selain itu system taktil
juga menerima rasa raba halus, nyeri dan temperatur (=fungsi protektif).
Reseptor taktil, terdapat paling sedikit 6 jenis reseptor, tapi sebenrnya masih banyak reseptor
taktil yang serupa.
1. Beberapa ujung saraf bebas, yang terdapat di jumpai di semua bagian kulit dan jaringan-
jaringan lain,dapat mendeteksi rabaan dan tekanan.
2. Reseptor raba dengan sensitivitas khusus,yakni badan meisner, yang meupakan juluran saraf
bermeilin dari sensorik besar meilin jenis (A&B). Reseptor ini terutama peka terhadap
pergerakkan objek di atas permukaan kulit seperti juga terhadap getaran berfrekuensi
rendah.
3. Ujung jari dan daerah-daerah lainnya yang mengandung banyak sekali badan meissner
biasanya juga mengandung reseptor taktil yang ujung nya meluas,yang salah satu jenis nya
diskus Merkel. Berperan penting dalam melokalisasi sensasi raba di daerah permukaan tubuh
yang spesifik dan menentukan bentuk apa yang dirasakan.
4. Pergerakkan sedikit saja pada setiap rambut tubuh akan merangsang serabut saraf yang
pangkal nya melilit.jadi setiap rambut, dan bagian dasar serabut saraf yang disebut organ
ujung rambut. Reseptor ini dapat mendeteksi, pergerakkan objek pada permukaan tubuh atau
kontak awal dengan tubuh.
5. Ruffini reseptor ini berguna untuk menjalarkan sinyal perubahan bentuk jaringan yang terus-
menerus, missal nya sinyal raba dan tekan yang besar dan berkepanjangan.
6. Badan paccini . reseptor ini hanya dapat dirangang oleh penekkanan local jaringan yang
cepat karena reseptor ini beradaptasi dalam waktu sepersekian detik.
B. Tata Kerja
1. Tutup mata orang percobaan dan tekankan ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung jari nya.
2. Suruh sekarang orang percobaan melokalisasi tempat yang baru d rangsang tadi dengan
ujung sebuah pensil pula.
3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dang titik yang d tunjuk.
4. Ulangi percobaaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung jari,telapak
tangan,lengan bawah,lengan atas dan tengkuk.
VII.4. Apakah kemampuan lokalisasi taktil seseorang sama besarnya untuk seluruh bagian
tubuh?
VII.5. Apakah istilah kemampuan seseorang untuk menentukan tempat rangsang taktil?
44 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
o.p : Puspita SariNo Ujung jari Telapak tangan Lengan bawah Lengan atas Tengkuk
1 0,3 0,6 2,3 1,5 1,52 Sesuai titik 1 1,5 1 Sesuai titik3 1,9 1,6 1 1 0,84 Sesuai titik 0,5 2 1 1,55 0,8 0,8 1,3 1,5 1
o.p. : R. Ayu ApriliaNo. Ujung Jari Telapak Tangan Lengan Bawah Lengan Atas Tengkuk1 0 cm 0,5 cm 1 cm 2 cm 1 cm2 0 cm 0,7 cm 0,8 cm 0,5 cm 1,5 cm3 0 cm 1 cm 3 cm 1,5 cm 0,5 cm4 0,3 cm 0,2 cm 0,5 cm 1 cm 2 cm5 0,3 cm 0 cm 1 cm 1,5 cm 1,5 cm
Rata2 0,36 cm 2,4 cm 6,3 cm 6,5 cm 6,5 cmLokalisasi taktil di tiap bagian tubuh berbeda, dan paling sulit melokalisasi di lengan bawah dapat
terlihat di hasil percobaan dimana jarak perangsangan dan lokalisasi nya berbeda cukup jauh.
Jika kurang dari 5 cm maka hasilnya adalah baik, dan jika lebih dari 5 cm maka hasilnya adalah
tidak baik pada syaraf perabanya.
TPL (Two Point Localization) lebih peka pada bagian yang menonjol, seperti hidung, mata,
bibir, dan lain-lain; merupakan suatu system yang bersifat menyebar dan melingkar
Waktu mempengaruhi sehingga ada penyebaran sensasi.
D. Menjawab Pertanyaan
VII.4. Apakah kemampuan lokalisasi taktil seseorang sama besarnya untuk seluruh bagian
tubuh?
Jawab: kemampuan lokalisasi taktil tidak sama besarnya di seluruh bagian tubuh, reseptor
taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula.
VII.5. Apakah istilah kemampuan seseorang untuk menentukan tempat rangsang taktil?
Nuklei vestibular adalah untuk mengatur secara selektif sinyal-sinyal eksitatorik berbagai otot
antigravitasi untuk menjaga keseimbangan,sebagi responnya terhadap sinyal dari aparatus
vestibular.
Hewan Deserebrasi mengalami kekakuan spastik bila batang otak seekor hewan d potong
dibawah garis tengah mesensefalon,tetapi pontin sistem retikular mendular juga sistem vestibular
dibiarkan tetap utuh, hewan tersebut mengalami keadaan yang disebut kekauan deserebasi.
Kekakuan inni tidak timbul disemua otot tubuh tetapi hanya otot antigravitasi yaitu otot leher dan
batang tubuh serta ekstensor tungkai.
Aparatus vestibular merupakan organ sensoris untuk mendeteksi sensasi keseimbangan. Alat
ini terbungkus salam satu tabung tulang dan ruangan-ruangan yang terletak dalam bagian
petrosus (bagian seperti batu,bagian keras) dari tulang temporal, yang disebut labirin tulang. Di
dalam sistem ini terdapat tabung membran dan ruangan yang di sebut labirin membranosa yang
merupakan bagian fungsional aparatus vestibular.
65 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
Labirin ini terdiri atas koklea (duktus koklearis), tiga kanalis semisirkularis dan dua ruangan
besar yang dikenal sebagai utrikulus dan sakulus. Koklea merupakan organ sensorik utama
pendengaran.dan hampir tidak berhub dg keseimbangan.kanalis semirikularis,utrikulus dan
sakulus ,semua ini merupakan bagian intragal dr mekanisme keseimbangan.
Makula organ sensorik utrikulus dan sakulus untuk mendeteksi orientasi kepala sehubungan
dengan gravitasi. Makula pada utrikulus terutama terletak pada bidang horizontal permukaan
inferior utrikulus dan berperan penting dalam menentukan orientasi kepala ketika kepala dalam
posisi tegak. Sebaliknya, makula pada sakulus terutama terletak dalam bidang vertikal dan
memberikan sinyal orientasi kepala saat seseorang berbaring.
Setiap makula d tutupi oleh lapisan gelatinosa yang dilekati oleh banyak krista kalsium
karbonat kecil kecil yang di sebut statokonia.dalam makula juga didapati beribu-ribu sel rambut,
pangkal dan sisi sel-sel rambut bersinaps denganujung-ujung sensorik saraf vestibular.
Dalam aparatus vestibular terdapat kanalis semisirkularis,dikenal sebagai kanil semisrikularis
anterior, posterior dan lateral tersusun tegak lurus satu sama lain sehingga kanalis ini terdapat 3
bidang.
Bila kepala tunduk kira-kira 30 derajat ke depan,kanalis semirikularis lateral kira-kira aada pd
bidang horizontal sesuai dengan permukaan bumi, kemudian kanalis anterior ada pd bidang
vertikal yang arah ptoyeksinya ke depan dan 45 derajat ke luar, dankanalis posterior ada pada
bidang vertikal yang berproyeksi ke belakang dan 45 derajat keluar.
Pada setiap ujung kanalis semisirkualris terdapat pembesaran yang disebut ampula, dan
kanlis serta ampula ini terisi oleh cairan yang disebut endolimfe. Aliran cairan melalui canalis dan
ampulanya merangsang organ sensorik.
Pada puncak krista ini terdapat jaringan longgar massa gelatinosa,yang disebut kupula. Bila
seseorang mulai memutar ke suatu arah, inersia cairan didalam satu atau lebih kanalis
semisirkularis akan mempertahankan cairan agar tetap seimbang sementara kanalis
semisirkularis berputar searah dengan kepala. Hal iini menyebabkan cairan mengalir dari kanalis
menuju ampula,membelokkan kupula ke satu sisi. Putaran kepala dalam arah yang berlawanan
menyebabkan kupula berbelok ke sisi yang berlawanan.
Kedalam kupula terdapat ratusan penjuluran silia dari sel-sel rambut yang terletak pada
sepanjang krista ampularis. Kinosilia sel-sel rambut ini semuanya beorientasi ke arah sisi yang
sama dalam kupula,dan pembelokkannya ke arah yang berlawanan mengakibatkan
hiperpolarisasi sel rambut. Kemudian, dari sel-sel rambut sinyal-sinyal yang sesuai dikirimkan
melalui nervus vestibular untuk memberitahu sistem saraf pusat mengenai perubahan perputaran
kepala dan kecepatan perubahan pada setiap tiga bidang ruangan.
Setiap kepala berputar tiba-tiba,sinyal yang berasal dari kanalis semisirkularis menyebabkan,
mata berputar dengan arah yang berlawanan dengan arah putaran kepala. Keadaan ini timbul
akibat adanya refleks yang dijalarkaan melalui nuklei vestibular dan fasikulus longitudinalis medial
menuju nuklei okulomotor.
66 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
IV. Pelaksanaan Praktikum
I. Percobaan pada katak
A. Cara Kerja
1. Meletakkan seekor katak dipapan fiksasi dan menutup dengan gelas beker
2. Memegang papan fiksasi dan gelas beker itu dengan kedua belah tangan dan menggerakkan
keatas, kebawah dan memutar kekanan dan ke kiri.
3. Memperhatikan dengan seksama perubahan-perubahan sikap pada katak
a. Posisi kepala
b. Fleksi/ekstensi ekstermitas
4. Membuka gelas beker dan memalingkan kepala katak kanan, memperhatikan sikapdan
kedudukan kakinya.
P. VI. 4.6 .Apa maksud kita memalingkan kepala katak ?
5. Memasukkan katak itu kedalam bak yang berisi air dan memperhatikan gerakankaki dan arah
berenangnya.
6. Membuang labirin kanan katak itu dengan cara sebagai berikut :
a. Membius katak dengan cara memasukkan bersama-sama dengan kapas yang telah
dibasahi dengan eter ke dalam gelas beker yang ditelungkupkan.
b. Setelah katak itu terbius, meletakkan katak telentang dipapan fiksasi dan sematkan
jarum-jarum pentul pada kakinya.
P. VIA. 4.7.Bagaimana kita mengetahui bahwa katak sudah terbius ?
c. Fiksasi rahang atas katak dengan jarum pentul pada papan fiksasi dan membuka mulut
selebar-lebarnya.
d. Mengunting selaput lendir rahang atas di garis median dengan guting halus sesuai
dengan garis y pada gambar.
e. Membebaskan selaput lender itu dari jaringan dibawahnya dan mendorong kea rah
lateral. Mencegah perdarahan sedapat-dapatnya.
f. Memperhatikan dasar tengkorak katak terutama os. Parabasalenya yang membayang (=
p pada gambar).
g. Merusak labirin kanan dengan jalan member os parabasale di tempatyang diberikan
tanda X secara hati-hatu sedalam ± 1-2 mm (sampai terasa bahwa bor telah menembus
tulang yang keras)
h. Membersihkan daerah operasi dengan kapas dan mengembalikan selaput lender
ketempat semula dengan demikian alat keseimbangan kanantelah dibuang.
7. Setelah efek pembiusan pada katak menghilang, mengulangi tindakan no. 1 s/d no.5
8. Membuang sekarang labirin kiri dengan cara yang sama seperti sub. 6 dengan demikian
kedua alat keseimbangan telah dibuang.
9. Menggulangi sekarang tindakan no. 1 s/d no. 5
10. Mencatat hasil pengamatan pada formulir yang tersedia.
67 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
B. Hasil Pengamatan
Tabel Pengamatan Percobaan Katak
NOPerubahan yang
diamati
Sebelum dibius (Labirin masih utuh)
I
Labirin kanan dibuangII
Setelah labirin kanan+kiri dibuang
III1. Perubahan sikap
a. Posisi kepalaMenunduk (ke arah
bawah)Condong ke arah kiri
Menunduk (ke arah bawah)
b. Fleksi/ekstensi ekstremitas
Fleksi pada ekstremitasFleksi pada ekstremitas
Fleksi pada ekstremitas
2. Memalingkan kepala katak
a. Sikap Tidak meresponAda perlawanan tubuh
ke arah kiriAda perlawanan tubuh
ke arah kirib. Kedudukan
kakinyafleksi fleksi fleksi
3. Katak berenanga. Gerakan kaki Fleksi lalu ekstensi Kearah kiri Fleksi lalu ekstensi
b. Kedudukan kaki SeimbangLebih condong
mendorong ke kiriSeimbang
C. Pembahasan
Aparatus vestibular merupakan organ sensoris untuk mendeteksi sensasi keseimbangan. Alat
ini terbungkus salam satu tabung tulang dan ruangan-ruangan yang terletak dalam bagian
petrosus (bagian seperti batu,bagian keras) dari tulang temporal, yang disebut labirin tulang. Di
dalam sistem ini terdapat tabung membran dan ruangan yang di sebut labirin membranosa yang
merupakan bagian fungsional aparatus vestibular
Bila batang otak seekor hewan di potong dibawah garis tengah mesensefalon, tetapi pontin
sistem retikular mendular juga sistem vestibular dibiarkan tetap utuh, hewan tersebut mengalami
keadaan yang disebut kekakuan deserebasi. Kekakuan ini tidak timbul disemua otot tubuh tetapi
hanya otot antigravitasi yaitu otot leher dan batang tubuh serta ekstensor tungkai.
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam
keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di
dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta
sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine.
Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut.
Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek
yang bergerak.
Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di
batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke serebelum, formatio
retikularis, thalamus dan korteks serebri.
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular formasi, dan
serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula
spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada
68 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehigga
membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural
D. Menjawab Pertanyaan
P. VI. 4.6 .Apa maksud kita memalingkan kepala katak ?
Jawab:
Melihat sikap dan kedudukan kaki yang normal bila kepala katak dimiringkan ke kanan
P. VIA. 4.7.Bagaimana kita mengetahui bahwa katak sudah terbius ?
Jawab:
Cara mengetahuinya adalah katak yang terbius maka pergerakannya kurang dan tidak begitu
aktif daripada saat katak tersebut dalam keadaan tidak terbius (normal), ditusuk dengan jarum
pentul tidak memberikan respons
E. Kesimpulan
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam
keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di
dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta
sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine
Bila batang otak seekor hewan di potong dibawah garis tengah mesensefalon, tetapi sistem
vestibular dibiarkan tetap utuh, hewan tersebut mengalami keadaan yang disebut kekakuan
deserebasi. Kekakuan ini tidak timbul disemua otot tubuh tetapi hanya otot antigravitasi yaitu otot
leher dan batang tubuh serta ekstensor tungkai.
Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut.
Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek
yang bergerak. Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehigga membantu mempertahankan
keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural
II. Percobaan pada Manusia
A. Cara Kerja
Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal terhadap keseimbangan badan:
1. Suruhlah orang percobaan berjalan mengikuti suatu garis lurus dengan mata terbuka dan
sikap kepala dan badan yang biasa. Perhatikan jalannya dan tanyakan apakah ia mengalami
kesukaran dalam mengikuti garis lurus tersebut.
2. Ulangi percobaan di atas (no.1) dengan mata tertutup
3. Ulangi percobaan di atas (no. 1 dan 2) dengan:
a. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri
b. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan
P.VI.4.8. Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan badan?
69 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
B. Hasil Pengamatan dan Analisa Data
Informasi keseimbangan berasal dari visual, vestibular, dan somatosensori. Dimana 50% yang paling
berpengaruh pada keseimbangan adalah vestibular. Kompensasi ketika terjadi pengeliminasian dari
isyarat visual (OP memejamkan mata) dan kepala dimiringkan dengan kuat ke satu bagian
(kanan/kiri) dalam mempertahankan keseimbangan adalah terjadinya kecenderungan adanya deviasi
kearah berlawanan dimana OP memiringkan kepalanya agar tidak jatuh.
C. Menjawab Pertanyaan:
Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan badan?
Jawab:
Ketika mata terbuka masukan informasi keseimbangan berasal dari mata dan posisi kepala,
maka jika mata tertutup dengan kepala, tubuh cenderung ingin jatuh ke arah kepala miring dan
diseimbangkan dengan berjalan berlawanan dengan miringnya kepala supaya tidak jatuh,
D. Kesimpulan
Mata (visual) sangat berpengaruh dengan keseimbangan atau arah berjalan kita.
70 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
Perlakuan Hasil
Jalan lurus ke depan jalan lurus, tidak terjadi deviasiJalan lurus ke depan dengan mata tertutup jalan lurus, tidak terjadi deviasiJalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri
Terjadi sedikit deviasi ke kanan
Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri serta mata tertutup
Terjadi deviasi ke kanan
Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan
Terjadi sedikit deviasi ke kiri
Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan serta mata tertutup
Terjadi deviasi ke kiri
PERCOBAAN KESEIMBANGAN PADA MANUSIA
I. DASAR TEORI
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika di
tempatkan di berbagai posisi. Definisi menurut O’Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan
untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak.
Selain itu menurut Ann Thomson, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan
tubuh dalam posisi kesetimbangan maupun dalam keadaan statik atau dinamik, serta
menggunakan aktivitas otot yang minimal.
Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat massa
tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of
support). Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di dukung
oleh sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan massa
tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan
efisien.
Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan statis : kemampuan tubuh
untuk menjaga kesetimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas
papan keseimbangan); keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan
kesetimbangan ketika bergerak.
Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem sensorik
(vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot, sendi,
dan jar lunak lain) yang dimodifikasi/diatur dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia,
cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi internal dan eksternal.
Dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan, kelelahan, pengaruh
obat dan pengalaman terdahulu.
Fisiologi Keseimbangan
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas
motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam
pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah :
menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat
massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika
bagian tubuh lain bergerak.
Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :
Sistem informasi sensoris
Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.
a. Visual
Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin (1969) menyatakan
bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap
fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh
selama melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber utama
71 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan memegang peran penting
untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada.
Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak
pandang.
Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan
bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh.
b. Sistem vestibular
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam
keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di
dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta
sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem
labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Melalui
refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang
bergerak. Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang
berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke
serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular formasi, dan
serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula
spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot
pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat
cepat sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-
otot postural.
c. Somatosensoris
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-kognitif. Informasi
propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar
masukan (input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks
serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada impuls
yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung
saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari
reseptor raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran
akan posisi tubuh dalam ruang.
Adaptive systems
Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran motorik (output) ketika
terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik lingkungan.
Lingkup gerak sendi (Joint range of motion)
Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan terutama saat
gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan
72 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
a. Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)
Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda, pusat gravitasi terletak tepat di
tengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan
mendistribusikan massa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka
tubuh dalam keadaan seimbang. Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan
arah atau perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah tepat di atas
pinggang diantara depan dan belakang vertebra sakrum ke dua.
Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu : ketinggian dari titik pusat
gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan bidang
tumpu, serta berat badan.
b. Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)
Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi dengan
pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah
menentukan derajat stabilitas tubuh.
c. Bidang tumpu (Base of Support-BOS)
Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpuan.
Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang.
Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu,
semakin tinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding
berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka
stabilitas tubuh makin tinggi.
Keseimbangan Berdiri
Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk menjaga pusat massa tubuh
(center of body mass) dalam keadaan stabil dengan batas bidang tumpu tidak berubah kecuali
tubuh membentuk batas bidang tumpu lain (misalnya : melangkah). Pengontrol keseimbangan
pada tubuh manusia terdiri dari tiga komponen penting, yaitu sistem informasi sensorik (visual,
vestibular dan somatosensoris), central processing dan efektor.
Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitifity (membedakan pola dan
bayangan) dan membedakan jarak. Selain itu masukan (input) visual berfungsi sebagai kontrol
keseimbangan, pemberi informasi, serta memprediksi datangnya gangguan. Bagian vestibular
berfungsi sebagai pemberi informasi gerakan dan posisi kepala ke susunan saraf pusat untuk
respon sikap dan memberi keputusan tentang perbedaan gambaran visual dan gerak yang
sebenarnya. Masukan (input) proprioseptor pada sendi, tendon dan otot dari kulit di telapak kaki
juga merupakan hal penting untuk mengatur keseimbangan saat berdiri static maupun dinamik
Central processing berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi, menata respon sikap, serta
mengorganisasikan respon dengan sensorimotor. Selain itu, efektor berfungsi sebagai perangkat
biomekanik untuk merealisasikan renspon yang telah terprogram si pusat, yang terdiri dari unsur
lingkup gerak sendi, kekuatan otot, alignment sikap, serta stamina.
Postur adalah posisi atau sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak postur yang
memungkinkan tubuh dalam posisi yang nyaman selama mungkin. Pada saat berdiri tegak,
73 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10
hanya terdapat gerakan kecil yang muncul dari tubuh, yang biasa di sebut dengan ayunan tubuh.
Luas dan arah ayunan diukur dari permukaan tumpuan dengan menghitung gerakan yang
menekan di bawah telapak kaki, yang di sebut pusat tekanan (center of pressure-COP). Jumlah
ayunan tubuh ketika berdiri tegak di pengaruhi oleh faktor posisi kaki dan lebar dari bidang
tumpu.
Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat kesimetrisannya dengan : kaki selebar sendi pinggul,
lengan di sisi tubuh, dan mata menatap ke depan. Walaupun posisi ini dapat dikatakan sebagai
posisi yang paling nyaman, tetapi tidak dapat bertahan lama, karena seseorang akan segera
berganti posisi untuk mencegah kelelahan.
II. TUJUAN :
1. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan
keseimbangan badan pada manusia.
2. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :
a. Dengan kursi barany terhadap : gerakan bola mata
b. Dengan berjalan mengelilingi statif
III. ALAT YANG DIPERLUKAN :
Kursi Brany + Tongkat/statif yang panjang
IV. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Percobaan dengan kursi Barany 1
1. Tata Kerja
Nistagmus
a. Suruh orang percobaan duduk tegak dikursi Barany dengan kedua tangannya memegang
erat tangan kursi.
b. Tutup kedua matanya dengan sapu tangan dan tundukkan kepala o.p 30 derajat kedepan.
P.VIA.9. Apa maksud tindakan penundukan o.p 30 derajat kedepan?
c. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa sentakan
d. Hentikan pemutaran kursi tiba-tiba
e. Bukalah sapu tangan dan suruhlah o.p melihat jauh kedepan
f. Perhatikan adanya nistagmus
Tetapkanlah arah komponen lambat dan cepat nistagmus tersebut
P.VIA.10. Apa yang dimaksud dengan rotatory nistagmus dan postrotatory nystagmus ?
2. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
Pada percobaan ini, setelah o.p diputar dengan kursi ke kanan sebanyak 10 kali. Maka pada
mata o.p terjadi nistagmus
Setelah berputar ke kanan, terdapat nistagmus komponen cepat ke arah kiri dan komponen
lambat ke arah kanan. Hal ini disebabkan oleh adanya refleks vestibulo-okular (VOR) yang
merupakan refleks gerakan mata untuk menstabilkan gambar pada retina selama gerakan kepala