This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PRAKTIKUM
FAAL
DISUSUN OLEH :
SASKIA PRATHANA 405070088
NATHALIA SAFITRI 405070089
VIENCENSIA 405070090
LEDY DIANA 405070091
NINA AMELIA GUNAWAN 405070092
NANCY SUHENDRA 405070093
CYNTHIA A. LOWAY 405070094
JULIAN 405070095
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
MODEL MATA CENCO-INGERSOLL
TUJUAN:
1. Menyebutkan nama dan fungsi semua bagian model mata cenco-ingersoll
yang menirukan mata sebagai susunan optik.
2. Mendemonstrasikan berbagai keadaan di bawah ini dengan mengunakan
model mata cenco-ingersoll:
a. Peristiwa aberasi sferis serta tindakan koreksi
b. Mata emetrop tanpa atau dengan akomodasi
c. Mata miop serta tindakan koreksi
d. Mata hipermetropi serta tindakan koreksi
e. Mata astigmatisma serta tindakan koreksi
f. Mata afakia serta tindakan koreksi
ALAT DAN BAHAN:
1. bejanan berisi air hampir penuh
2. kornea buatan
3. retina buatan yang dapat diletakkan di 3 tempat yang berbeda
4. benda yang bercahaya (lampu). Perhatikan arah anak panah
5. kotak yang berisi:
a. iris buatan
b. 4 lensa sferis, masing-masing berkekuatan : +2D; +7D; +20D; -
1,75D
c. 2 lensa silindris masing-masing berkekuatan : +1,75D dan -5,5D
3. Mengarahkan model mata ke sebuah jendela yang jauhnya 7m
atau lebih.memperhatikan bayangan jendela yang terjadi pada
lempeng retina
4. Menempatkan iris buatan di G1 dan memperhatikan
perubahan bayangan yang terjadi
b. HIPERMETROPIA
1. Mengarahkan model mata tetap ke jendela dan tetap menggunakan
lensa sferis +7D sebagai lensa kristalina
2. Setelah diperoleh bayangan tegas (no A ad.4) kemudian memindahkan
retina buatan ke Rh. Bayangan menjadi kabur lagi.
3. Mengoreksi kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di S1
atau S2 sebagai kaca mata sehingga bayangan menjadi tegas kembali
4. Mencatat jenis dan kekuatan lensa yang dipasang di S1 atau S2
c. MIOPIA
1. Mengankat lensa sferis positif dari S1 atau S2. Mengembalikan
retina buatan ke R. Bayangan yang tetap tegas.
2. Memindahkan retina buatan ke Rm. Bayangan menjadi kabur.
3. Memperbaiki kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di
S1 atau S2 sebagai kaca mata sehinggga bayangan menjadi tegas.
4. Mencatat jenis dan kekuatan lensa yang dipasang di S1 atau S2.
d. ASTIGMATISME
1. Mengangkat lensa sferis negatif dari S1 atau S2 dan memindahkan
retina buatan ke R.
2. Meletakkan lensa silindris -5,5D di G2. Sebagian bayangan
menjadi kabur
3. Memperbaiki kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di
S1 atau S2, dan mengatur arah sumbunya sehingga seluruh
bayangan menjadi tegas.
4. Mencatat jenis, kekuatan, dan arah sumbu lensa yang dipasang di
S1 atau S2.
Catatan: untuk percobaan b,c,dan d model mata cenco-ingersoll disusun
sebagai mata dalam keadaan tidak berakomodasi (istrirahat)
e. AKOMODASI
1. mengangkat kedua lensa silindris yang dipasang di G2 dan S1 atau
S2.
2. Tanpa mengubah keadaan model mata cenco-ingersoll,
menempatkan benda yang bercahaya 25 cm di depan model mata
tersebut. Bayangan menjadi kabur.
3. Mengganti lensa sferis +7D (lensa kristalina) dengan sebuah lensa
sferis lainnya yang memberikan bayangan yang tegas pada retina
buatan. Selanjutnya menyebutkan analogi keadaan ini dengan mata
sebenarnya.
4. Mencatat jenis dan kekuatan lensa yang digunakan untuk
mengganti lensa kristalina (+7D)
f. MATA AFAKIA
1. Membuat susunan seperti yang didapatkan pada A ad.4
2. Mengangkat lensa kristalina sehingga terjadi mata afakia, yaitu mata
tanpa lensa kristalina.
3. Memperbaiki mata afakia ini dengan salah satu lensa sferi positif yang
dipasang sebagai kacamata di S1 atau S2 supaya bayangan menjadi
lebih tajam.
4. Mencatat jenis dan kekuatan lensa yang dipasang di S1 atau S2.
HASIL PERCOBAAN :
A. Lebar pupil dan aberasi sferis
Lensa kristalina yang dipakai dalam praktikum: +7D
Sebelum ada iris: bayangan terlihat jelas, terang
Setelah ada iris: bayangan terlihat kurang terang, tetapi garis bayangan terlihat lebih jelas sebab iris menutupi sebagian lensa dengan pupil ditengahnya dan adanya sel-sel tertentu di iris yang mengurangi jumlah cahaya yang masuk, sehingga bayangan terlihat kurang terang.
B. Hipermetropi
Jenis lensa yang dipakai pada S1 dan S2 adalah lensa konveks (lensa positif) dengan kekuatan +2D
C. Miopi
Jenis lensa yang dipakai pada S1 dan S2 adalah lensa konkaf (lensa positif) dengan kekuatan -1,75D
D. Astigmatisma
Bayangan terlihat lebih jelas dengan menggunakan Lensa silindris dengan kekuatan +2D yang diletakkan di S1 atau S2.
Arah sumbu lensa kristalina sejajar dengan lensa silindris.
E. Akomodasi
Supaya bayangan terlihat lebih jelas maka digunakan lensa silindris dengan kekuatan + 20D yang diletakkan di G1.
F. Afakia
Mata afakia adalah suatu keadaan mata yang tidak memiliki lensa kristalina, maka jenis lensa yang dipasang adalah lensa konveks dengan kekuatan +7D di S1 atau S2.
KESIMPULAN :
KONDISI MATA PERLAKUAN
Aberasi sferis Tanpa Iris: bayangan jelas,
terang
Iris: bayangan kurang terang
tetapi garis bayangan jelas.
Jadi fungsi iris untuk mengatur
intensitas cahaya yang masuk.
Hipermetropi Lensa cembung
Miopi Lensa cekung
Astigmatisma Lensa silindris
Akomodasi Relaks: pupil membesar
Akomodasi: pupil mengecil
Afakia Lensa cekung
Catatan : Hasil percobaan yang diperoleh mungkin tidak tepat karena
faktor ketidaktelitian pada pengamat maupun pada model mata cenco-
ingersoll.
VISUS
TUJUAN :
1. Menetapkan visus seseorang dengan menggunakan optotip Snellen
2. Melakukan pemeriksaan refraksi dan tindakan koreksi dengan menggunakan
optotip Snellen, seperangkat lensa dan gambar kipas Lancaster Regan.
ALAT DAN BAHAN :
1. Optotip Snellen
2. Bingkai kacamata penguji
3. Lensa dan penutup hitam
LANGKAH KERJA :
1. Meminta orang percobaan duduk menghadap optotip Snellen pada jarak 6,1m
(20 feet)
2. Memasang bingkai kacamata khusus pada orang percobaan dan menutup mata
kirinya dengan penutup hitam khusus yang tersedia dalam kotak lensa.
3. Memeriksa visus mata kanan orang percobaan dengan memintanya membaca
huruf yang ditunjuk. Mulai dari baris huruf yang paling besar sampai baris
huruf yang terkecil yang seluruhnya masih dapat dibaca orang percobaan
dengan lancar tanpa kesalahan.
4. Mencatat visus mata kanan orang percobaan.
5. Mengulangi pemeriksaan ini pada :
a. Mata kiri
b. Kedua mata bersama-sama
6. Mencatat hasil pemeriksaan.
HASIL PERCOBAAN :
Orang percobaan : Nina
Ket : tanpa menggunakan lensa
Mata yang ditutup Mata yang dibuka Visus
Kiri Kanan 20/13
Kanan Kiri 20/15
- Kedua mata 20/20
KESIMPULAN :
Nilai visus normal adalah 6/6. Namun adakalanya visus menjadi lebih kecil atau lebih
besar dari 6/6.
Visus lebih kecil dari 6/6 bisa karena :
- retina yang rusak
- Penerangan yang kurang
- Pembiasan mata yang terlalu besar
- Sumbu atau axis mata yang terlalu panjang
Visus dapat melebihi 6/6 karena :
pada mata yang E atau H yang berakomodasi, daya untuk membedakan dua
titik yang masih terpisah makin besar dan melampaui daya yang dapat
dipakai oleh mata yang berakomodasi.
REFRAKSI
Dari hasil pemeriksaan visus di atas, telah diketahui visus tanpa menggunakan lensa.
Pada pemeriksaan di bawah ini akan diperiksa daya bias susunan optik mata (refraksi
Mata)
Langkah Kerja :
A. Jika visus orang percobaan tersebut di atas tanpa lensa = 6/6, maka mata itu tidak
akan M (miop). Mata tersebut mungkin E (emetrop) atau H (hipermetrop)
Untuk membedakan kedua hal di atas dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
1. Memasang bingkai kacamata khusus pada orang percobaan dan menutup mata
kirinya dengan penutup hitam khusus.
2. Memasang di depan mata kanannya lensa sferis +0,25D dan memeriksa visus
matanya lagi.
3. Jika mata kanan orang percobaan E, pemeriksaan dihentikan.
4. Jika mata orang percobaan H, meneruskan pemasangan lensa-lensa dengan
setiap kali memberikan lensa positif yang 0,25D lebih kuat. Lensa positif yang
terkuat, yang memberikan visus maksimal merupakan ukuran bagi derajat H
yang dinyatakan dalam Dioptri.
5. Mencatat derajat H orang percobaan dalam Dioptri
B. Jika visus rata kanan orang percobaan tanpa lensa lebih kecil dari 6/6, maka mata
itu biasanya M. Untuk menetapkan derajat M, dilakukan pemeriksaan sebagai
berikut :
1. Memasang bingkai kacamata khusus pada orang percobaan dan tutup mata
kirinya dengan penutup mata khusus.
2. Memasang di depan mata kanannya dengan lensa sferis negatif, mulai dari -
0,25D dengan setiap kali memberikan lensa negatif yang 0,25D lebih kuat.
Memeriksa visus matanya lagi setiap kali setelah perubahan kekuatan lensa.
Lensa negatif yang terlemah, yang memberikan visus maksimal merupakan
ukuran bagi derajat M yang dinyatakan dalam Dioptri.
3. Mencatat derajat M orang percobaan dalam Dioptri.
C. Jika pada pemberian lensa sferis , visus tidak mencapai 6/6 maka harus diingat
adanya astigmatisma. Cara memperbaiki astigmatisma dilakukan dengan lensa
silindris sebagai berikut:
1. Memasang bingkai kaca mata khusus pada orang dan menutup mata
kirinya dengan penutup hitam khusus
2. Memasang di depan mata kanan nya lensa sferis sehingga visus orang
percobaan tersebut maksimal
3. Meminta orang percobaan melihat gambar kipas
bila warna hitam garis pada semua meridian terlihat merata berarti orang
percobaan tidak astigmatisma -> menghentikan pemeriksaan refraksi. Bila
terdapat gambar garis yang lebih kabur selanjutnya menentukan
meridiannya.
4. Menambahkan di depan lensa sferis tersebut lensa silindris positif atau
negatif yang sesuai dengan jenis lensa sferis di atas, dengan sumbu lensa
silindris tegak lurus pada garis meridian, yang terlihat paling tegas
sehingga warna hitam garis pada semua meridian merata.
5. Meminta orang percobaan melihat kembali ke optotip snellen. Menentukan dan
mencatat jenis serta kekuatan lensa sferis dan silindris yang memberikan visus
maksimal serta arah sumbu lensa tersebut.
HASIL PERCOBAAN : Orang percobaan: Nina
Mata Kiri Mata Kanan
Visus: 20/30 Visus: 20/70
Refraksi mata: -0.75D Refraksi mata: -1D
KESIMPULAN
- Lensa cembung digunakan untuk mata yang hypermetropi
- Lensa cekung digunakan untuk mata yang myopi
- Untuk normal visusnya adalah 6/6
- Untuk mata yang astigmatisma, kelainan mata pada sumbu vertikal
dapat ditolong pada sumbu horisontalnya, demikian pula sebaliknya.
KERASTOSKOPE PLACIDO
TUJUAN:
Memeriksa kelengkungan kornea pasien atau orang percobaan.
ALAT DAN BAHAN:
1. Kerastoskope placido
CARA KERJA :
1. Pengamat mengamati orang percobaan melalui lubang pada kerastoscope
placido.
2. Apabila pengamat menggunakan mata kanan, maka mata yang diamati
juga mata kanan.
3. Orang yang diamati diminta untuk melihat lingkaran-lingkaran hitam
putih pada keratoscope placido tanpa menggunakan alat bantu (kacamata).
HASIL PENGAMATAN :
Orang percobaan: Julian
Bayangan kerastoscope placido pada mata orang percobaan tampak simetris.
KESIMPULAN :
Bayangan simetris akan tampak pada mata orang normal (tidak
astigmatisma) sedangkan pada orang yang menderita astigmatisma, akan
tampak bayangan yang tidak simetris sebab adanya ketidak rataan pada
kornea/lensa mata.
PERIMETRI
TUJUAN:
Memeriksa luas lapang pandang untuk beberapa macam warna dengan
menggunakan perimeter.
ALAT DAN BAHAN:
1. Perimeter dan formulir
2. Warna bertangkai yang ditegakkan
3. Pensil warna
CARA KERJA:
1. Menyuruh orang percobaan duduk membelakangi cahaya menghadap alat
perimeter
2. Menutup mata kiri orang percobaan dengan sapu tangan / telapak tangan
3. Meletakkan dagu orang percobaan di tempat sandaran dagu yang dapat
diatur tingginya, sehingga tepi bawah mata kanannya terletak setinggi
bagian atas batang vertikal sandaran dagu.
4. Memasang formulir untuk mata kanan disebelah belakang piringan
perimeter sebagai berikut:
a. memutar busur perimeter sehingga letaknya horizontal dan Penjepit
formulir berada di bagian atas piringan
b. Menjepit formulir tersebut pada piringan sehingga garis 180-0 formulir
letaknya berhimpit dengan garis 0-180 piringan perimeter dan lingkaran
konsentris formulir letaknya sesuai dengan skala pada perimeter
5. Menyuruh orang percobaan memusatkan penglihatannya pada titik fiksasi di
tengah perimeter. Selama pemeriksaan, penglihatan orang percobaan harus
tetap dipusatkan pada titik fiksasi tersebut.
6. Menggunakan benda yang dapat digeser pada busur perimeter untuk
pemeriksaan luas lapang pandang. Memilih bulatan berwarna putih dengan
diameter sedang (+5mm) pada benda tersebut.
7. Menggerakkan perlahan –lahan bulatan putih itu menyusuri busur dari tepi
kiri orang percobaan ke tengah. Tepat pada saat orang percobaan melihat
bulatan putih tersebut, penggeseran benda dihentikan.
8. Membaca tempat perhentian tersebut pada busur dan catat pada formulir
dengan tepat.
9. Ulangi tindakan no. 7 dan no.8 pada sisi busur yang berlawanan tanpa
mengubah posisi busur
10. Ulangi tindakan no. 7 dan no.8 dan 9 setelah memutar busur tiap kali
diputar 30 derajat sesuai arah jarum jam dari pemeriksaan, sampai posisi
busur vertikal.
11.Mengembalikan posisi busur horizontal seperti semula. Pada posisi ini tidak
perlu dilakukan pencatatan lagi.
12.Mengulangi tindakan no7, 8 dan 9 setelah memutar busur tiap kali 30 derajat
berlawanan arah jarum jam dari pemeriksa, sampai tercapai posisi busur 60
derajat dari bidang horizontal
13.Memeriksa juga lapang pandang orang percobaaan untuk berbagai warna
lain; merah, kuning , hijau, dan biru dengan cara yang sama seperti di atas
14.Melakukan juga pemeriksaan lapang pandang untuk mata kiri hanya dengan