Top Banner

of 117

Laporan Diagnosis Baru (Repaired)

Mar 07, 2016

Download

Documents

RadiTriHadrian

asdf
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

LAPORAN DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KOMUNITAS

PERILAKU 3 M PLUS DALAM PEMBERANTASAN NYAMUK PADA KELUARGA BINAAN DI RT 002 RW 04 KAMPUNG SUKASARI, DESA PANGKALAN, KECAMATAN TELUK NAGA, KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN

PERIODE 29 JUNI 2 AGUSTUS 2015

Disusun Oleh Kelompok 10 :

Dyane Vatricia

110.2010.085

Hilda Herman

110.2010.123

Novi Alvirahmi

110.2010.209Rifky Jembardiansyah110.2010.241

Vanessya Adekanov

110.2009.290

Pembimbing :

dr. Sugma Agung Purbowo, MARS, DiplDK

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKATKEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

JUNI 2015 - AGUSTUS 2015

BAB ILATAR BELAKANG1.1 GAMBARAN UMUM Puskesmas Tegal Angus adalah salah satu puskesmas yang terletak di wilayah Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Propinsi Banten. Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang Propinsi Banten, mempunyai luas wilayah 4.763.198 Ha ( 47,631 Km2), terdiri dari luas daratan 2.170.120 Ha dan sawah 2.593.078 Ha dengan ketinggian dari permukaan laut 2-3 meter. Topografi Kecamatan Teluknaga meliputi : Daerah sawah

Daerah pantai

Dataran rendah dengan ketinggian antara 2-3 meter diatas permukaan laut

Daerah tambak

Wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus berada di wilayah kecamatan Teluknaga dipantai utara kabupaten Tangerang, dengan luas wilayah kerja 2.481. 599 Ha (30 km2) terdiri dari luas daratan1.085.060 Ha dan sawah 1.296.539 Ha dengan ketinggian dari permukaan laut 2-3 meter. Temperatur wilayah Puskesmas Tegal Angus cukup panas, yaitu rata rata antara 30C - 37 CGambar 1.1 Peta wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus

Sumber : Kantor Statistik Kecamatan Teluk Naga,2014Wilayah kerja Puskesmas Tegalangus terdiri dari 6 Desa Binaan yaitu :

1. Desa Lemo

2. Desa Pangkalan

3. Desa Tanjung Burung

4. Desa Tanjung Pasir

5. Desa Tegal Angus6. Desa Muara

Batas-batas wilayah Puskesmas Tegal Angus adalah sebagai berikut :

Batas Utara : Laut jawa/ DKI Jakarta

Batas Selatan : Kota Tangerang/Bandara Soeta

Batas Timur : Kecamatan Kosambi

Batas Barat: : Desa Kali Baru Kec Pakuhaji

Puskesmas Tegal Angus terletak di kompleks kantor desa Tegal Angus di Jl. Raya Tanjung Pasir. Jarak terjauh desa binaan adalah desa Tanjungburung dengan jarak tempuh 6 km. Transportasi dari dan ke Puskesmas Tegal Angus dari desa Tegal Angus, Pangkalan, Tanjung Burung, Tegal Angus dan Tanjung Pasir dapat ditempuh dengan angkutan umum baik sepeda motor maupun mobil. Akan tetapi dari desa Lemo dan Muara hanya dapat ditempuh dengan angkutan umum sepeda motor atau berjalan kaki. Perbaikan sistem transportasi seperti perbaikan jalan dan penyediaan sarana angkutan umum akan mempermudah akses masyarakat ke pelayanan kesehatan di Puskesmas Tegal Angus. Untuk mempermudah akses masyarakat ke pelayanan kesehatan saat ini telah dibangun pustu (puskesmas pembantu di desa Muara, yang dapat melayani masyarakat di desa Muara dan Lemo.1.1.1. Kependudukan

Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Tangerang pada tahun 2014 jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus adalah 53,831 jiwa yang tersebar di 6 desa seperti yang tercantum di tabel 1.1 dibawah ini :Tabel 1.1. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014NODESALUASJUMLAH PENDUDUKJUMLAHRATA-RATAKEPADATAN

WILAYAHRUMAHJIWA/RUMAHPENDUDUK

(km2)TANGGA TANGGA per km2

1234567

1PANGKALAN7.5416.8715.3624.082.24

2TANJUNG BURUNG5.247.7542,6854.51.48

3TEGAL ANGUS2.839,3782,9004.63.31

4TANJUNG PASIR5.649,7381,8234.61.73

5MUARA5.143,5244924.46.86

6LEMO3.616,5576554.41.82

JUMLAH30.0053,82213.9174.610.364

Sumber : Kantor Statistik Kecamatan Teluk Naga,2014Data penduduk dari BPS Kecamatan Teluk Naga menunjukkan fluktuasi jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus seperti yang terlihat pada grafik 1.1. di bawah ini. Grafik 1.1. Fluktuasi jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus (2009-2014)

Sumber : Kantor Statistik Kecamatan Teluk Naga,2014Jumlah penduduk yang berubah-ubah dikarenakan adanya kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Migrasi penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus cenderung terjadi dengan cepat, mengingat letak wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus yang berbatasan dengan provinsi DKI Jakarta dan Kota Tangerang. Akses jalan dan transportasi yang mudah dari dan keluar wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus memudahkan migrasi yang cepat tersebut.

Jumlah penduduk yang cukup besar dan adanya fluktuasi merupakan suatu tantangan dalam pembangunan kesehatan karena adanya perubahan sasaran dari program-program pembangunan kesehatan sekaligus menjadi factor pendorong pembangunan karena tersedia SDM (sumber daya manusia) yang cukup untuk menggerakkan pembangunan. Akan tetapi SDM bidang kesehatan masih sangat kurang di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus sehingga diharapkan Puskesmas dapat terus meningkatkan kerjasama lintas sektoral untuk menyesuaikan program puskesmas dengan keadaan penduduk di wilayah kerjanya.

Klasifikasi jumlah penduduk berdasar jenis kelamin di wilayah kerja Puskemas Tegal Angus dilihat pada tabel 1.2 dibawah ini : Tabel 1.2. Klasifikasi jumlah penduduk berdasar jenis kelaminNODESA/KELJumlah Penduduk

Laki-lakiPerempuanJUMLAH

1Pangkalan 8.6828.18916.871

2Tanjung Burung3.9713.7837.754

3Tegal Angus4.8104.5689.378

4Tanjung Pasir4.9894.7499.738

5Muara1.7941.7303.524

6Lemo3.3583.1996.557

JUMLAH27.60426.21853.822

Sumber : Kantor Statistik Kecamatan Teluk Naga,2014Isu gender menjadi penting saat ini karena arah pembangunan mulai diarahkan sesuai dengan populasi jenis kelamin. Pembangunan kesehatan juga sudah kearah isu gender dengan membuat laporan indicator kesehatan sesuai jenis kelamin. Data berdasarkan jenis kelamin seperti yang termuat dalam laporan profil kesehatan ini diharapkan dapat membantu membuat kebijakan sesuai kebutuhan gender. Seperti terlihat pada table di atas jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan. Kondisi ini menuntut perhatian khusus karena saat ini tingkat partisipasi terhadap program kesehatan di puskesmas lebih banyak perempuan baik sebagai sasaran kesehatan seperti bumil,bulin maupun sebagai kader kesehatan. Program-program seperti KIA-KB dan gizi identik dengan ibu-ibu (perempuan) padahal peran laki-laki juga dibutuhkan. Di lain pihak, kesehatan pengembangan seperti usaha kesehatan kerja mungkin perlu dikembangkan mengingat lebih banyak laki-laki yang bekerja bandingkan perempuan.1.1.2. Kondisi Sosial Ekonomi

Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus terdiri dari campuran budaya asli Tangerang dan budaya Cina yang sudah lama menetap di daerah Tangerang dan sekitarnya. Jumlah pemeluk agama di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus dapat dilihat pada tabel 1.3 di bawah ini :Tabel 1.3. Jumlah pemeluk agama di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2015No.AgamaJumlah Pemeluk

1Islam49232

2Budha3183

3Kristen771

4Khatolik203

5Khonghucu52

6Hindu3

Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang & Data Jamkesmas Puskesmas Tegal Angus, 2013

Sebagian besar wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus belum berkembang secara ekonomi. Mata pencaharian penduduk didominasi oleh nelayan, petani dan buruh dengan pendapatan yang tidak tetap. Jumlah penduduk miskin di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus pada tahun 2013 adalah 31.914 jiwa yaitu 59.7 % dari jumlah penduduk 53.444 jiwa. Hal ini menunjukkan hampir separuh dari jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas.Lapangan pekerjaan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus cukup beragam, hal ini berhubungan dengan geografis kecamatan Teluk Naga dimana terdapat persawahan dan berbatasan dengan laut serta daerah kota Tangerang dan akses ke daerah Jakarta.Tabel 1.4 Lapangan pekerjaan penduduk

No.Lapangan Kerja PendudukJumlah

1.Petani pemilik13316

2.Petani penggarap6063

3.Buruh 4592

4.Nelayan 386

5.Pedagang6373

6.Industri rakyat13536

7.Buruh industri13757

8.Pertukangan4109

9.PNS222

10.TNI/POLRI65

11.Pensiunan PNS45

12.Pensiunan TNI/POLRI43

13.Perangkat Desa141

14.Pengangguran4004

Sumber : Kantor Statistik Kecamatan Teluk Naga,2014Sebagian besar wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus belum berkembang secara ekonomi. Mata pencaharian penduduk didominasi oleh nelayan, petani dan buruh dengan pendapatan yang tidak tetap. Jumlah penduduk miskin di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus pada tahun 2014 adalah 31.898 jiwa yaitu 59,3 % dari jumlah penduduk 53.822 jiwa. Hal ini menunjukkan hampir separuh dari jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas Tegal Angus memepunyai tingkat ekonomi yang rendah seperti yang terlihat di grafik berikut ini. Grafik 1.2 persentase penduduk msikin di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus, 2014

Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang & Data Jamkesmas Puskemas Tegal Angus, 2014Jumlah penduduk miskin yang masih cukup besar menunjukkan kondisi ekonomi penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus masih belum berubah seperti tahun-tahun sebelumnya seperti yang terlihat pada grafik 1.3. dibawah ini.Grafik 1.3 Jumlah Penduduk dan Jumlah Penduduk Miskin di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus 2008-2013

Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang & Data Jamkesmas Puskesmas Tegal Angus, 2013

Masih banyaknya penduduk miskin di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus dapat menjadi hambatan dalam pembangunan kesehatan. Oleh karena itu kerjasama lintas sektoral perlu terus di tingkatkan, dalam hal ini pembangunan ekonomi harus juga ditingkatkan. Kesehatan masyarakat tidak hanya menjadi tanggungjawab sektor kesehatan tetapi berbagai faktor dimana salah satu factor yaitu factor ekonomi juga berperan penting dalam pembangunan kesehatan.1.1.3. Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat sangat berperan dalam membentuk sikap dan perilaku masyarakat terhadap program kesehatan sehingga pendidikan sangat berperan dalam pembangunan kesehatan. Sarana pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus seperti terlihat pada tabel 1.4. dibawah ini :Tabel 1.4 Sarana Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus

NONAMA DESAJUMLAH SEKOLAH

PAUDTKRASDMISMPMTSSMA SMKMA

1Pangkalan1205121010

2Tanjung Burung1002100000

3Tegal Angus0102221100

4Tanjung Pasir0202101000

5Muara0003000000

6Lemo0003000000

PUSKESMAS13012422100

Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang & Data Jamkesmas Puskesmas Tegal Angus, 2013Tingkat pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus masih rendah, dari jumlah 53.444 penduduk hanya sebagian kecil yang mengeyam pendidikan seperti yang terlihat pada tabel 1.5 di bawah ini :

Table 1.5 Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Jenjang Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014No.Jenjang PendidikanJumlah

1.Tidak/belum tamat SD12598

2.SD/MI15738

3.SLTP/MTS4060

4.SLTA/MA3601

5.AK/Diploma159

6.Universitas130

Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang & Data Jamkesmas Puskesmas Tegal Angus, 2013

Jumlah penduduk yang tidak/belum pernah sekolah dan tidak/belum tamat SD masih cukup besar yaitu 12.598 jiwa atau 25.5 % dari jumlah penduduk. Hal ini merupakan tantangan dalam pembangunan kesehatan, pelaksanaan program-program puskesmas harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan dari penduduk yang menjadi sasaran agar lebih diterima.

Kemampuan membaca dan menulis dapat dilihat dari angka melek huruf, yang diukur dari persentase penduduk usia 10 th keatas yang bisa membaca dan menulis. Berdasarkan data dari BPS Kecamatan Teluk Naga angka melek huruf di wilayah kerja Puskesmas adalah 88,97% untuk laki-laki dan 85,36% untuk perempuan. Angka melek huruf ini menurun dari tahun 2010 sebelumnya seperti terlihat dari diagram di bawah ini.Grafik 1.4 Angka Melek Huruf Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus 2009-2014

Sumber : Kantor Statistik Kecamatan Teluk Naga, 2014Penurunan angka melek huruf baik pada laki-laki maupun perempuan di tahun 2013 merupakan suatu hambatan dalam pembangunan kesehatan terutama program puskesmas yang memerlukan partisipasi masyarakat seperti UKBM , desa siaga maupun perekrutan kader-kader kesehatan.1.1.5 Kesehatan

Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir dengan instansi terkait, dalam hal ini, antara lain :

1. Peningkatan gizi keluarga Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita yang ada di setiap posyandu, pemeriksaan kesehatan kepada ibu hamil.

2. Pencegahan penyakit, vaksinasi Filariasis (kaki gajah), imunisasi Polio bagi balita, pemberian vitamin A.

3. Penyuluhan Kesehatan dan Penyakit antara lain Demam Berdarah Dengue, Flu Burung, Chikungunya, dan sejenisnya.

4. Penanganan bagi balita yang kekurangan gizi dengan memberikan susu dan makanan yang bernutrisi.

5. Penyuluhan kesehatan tentang bagaimana menjaga dan memelihara lingkungan dengan membersihkan rumah masing-masing dan lingkungan sekitarnya.

6. Pemanfaatan pekarangan dengan ditanami sayur mayur dan Tanaman Obat Keluarga (TOGA), Tabulapot dan Tabulakar.

7. Peningkatan kualitas kesehatan para LANSIA dengan diadakannya program senam LANSIA dan POSBINDU.

1.1.6. Data Puskesmas Tegal Angus

a. Pengkajian PHBS

Dalam rangka meningkatkan Rumah Tangga Ber-PHBS di Kabupaten Tanggerang Dinas Kabupaten Tanggerang melalui Bidang PPK dan puskesmas melaksanakan pendataan dan penilaian rumah tangga sehat yaitu rumah tangga yang melaksanakan 10 (sepuluh) indicator PHBS bagi rumah tangga yang memiliki bayi atau balita dan rumah tangga yang melaksanakan 7 (tujuh) indicator PHBS bagi rumah tangga yang tidak memiliki bayi atau balita. Sasaran dari kegiatan ini adalah 778.228 rumah tangga di 274 desa di Kabupaten Tanggerang. Dan berdasarkan hasil pengkajian, dari 62.371 rumah tangga yang dipantau hanya 29.070 (46,61%) rumah tangga yang dapat dikatakan sebagai rumah tangga sehat. Adapun hasil pengkajian selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.6 berikut :Table 1.6 Capaian PHBS di Kabupaten Tangerang Tahun 2013

NoNama KecamatanJumlah desa/kelurahanJumah rumah tanggaJumlah rumah tangga yang dipantauCapaian PHBS rumah tangga%

1.Salembaran Jaya515925105034733,05

2.Kosambi5223214398360481,95

3.Sindang Jaya718944147051835,24

4.Pagedangan1121.7312.3101.05445,63

5Panongan826.7911.68068941,01

6Cikuya716.0951.9171.40173,08

7Mauk1216.6822.52086134,17

8Pasir Jaya1023.63484042550,60

9

10Cikupa

Tegal Angus4

731.565

12.4212.100

1.260593

20328,24

16,11

11Teluk Naga620.3221.4701.05071,43

12Pakuhaji817.9361.68052030,95

13Sukawali612.4191.26048338,33

14Balaraja516.2171.05072368,86

15Gembong410.3971.46295165,05

16Kemiri712.2531.47016611,29

17Curug628.4001.26069355

18Binong115.8562107435,24

19Cisoka1019.3702.23590540,49

20Kelapa dua215.31042035384,05

21Bj. Nangka212.92042033880,48

22Jl. Kutai12.92821019492,38

23Jl. Emas112.39121018186,19

24Sukadiri815.6701.6801.07764,11

25Cisauk36.42194481185,91

26Suradita38.83575311815,67

27Kutabumi967.1121.89040321,32

28Kedaung barat826.2131.6801.21871,5

29Jambe109.6212.10032915,67

30Rajeg 819.3491.68036421,67

31Sukatani514,7471.05061858,86

32Kresek 913.1031.89073438,84

33Gunung kaler936.7001.89063433,54

NoNama KecamatanJumlah desa/kelurahanJumah rumah tanggaJumlah rumah tangga yang dipantauCapaian PHBS rumah tangga%

34Sepatan 820.9341.68097958,27

35Sukamulya818.0021.6801.17469,88

36Mekar baru1010.5701.6801056,25

37Kronjo815.9762.10075135,76

38Jayanti716.3401.68098858,81

39Tigaraksa78.7541.47076752,18

40Pasir nangka720.48674428037,63

41Legok534.8841.05035734

42Bojong kamal36.6981.03146044,62

43Caringin34.58579757772,40

Jumlah274778.22862.37129.07046,6

Dari tabel 1.6 diatas terlihat bahwa jumlah rumah tangga sehat di Kabupaten Tangerang pada tahun 2013 adalah 46.61%, pencapaian ini tidak sesuai target yang telah ditetapkan yaittu 65%, hal ini disebabkan karena:

Kurangnya dukungan lintas sector dan lintas program untuk mencapai PHBS yang tinggi.

Kurangnya pembinaan PHBS Petugas Promkes, Puskemas kepada rumah tangga yang ada di wilayahnya karena rata-rata petugas pengelola lebih dari satu program.

Masih rendahnya kemampuan petugas dalam pengelolaan program Promkes karena seringnya dilakukannya pergantiannya petuga Promkes.

Masih minimnya dukungan anggaran untuk pengkajian dan pembinaan PHBS di rumah tangga.

Dalam rangka meningkatkan PHBS di masyarakat, telah dilakukan upaya-upaya kemitraan dengan berbagai pihak, antara lain dengan:

Dua puluh Perguruan Tinggi Kesehatan yang telah membinaan 29 Desa binaan di Kabupaten Tanggerang.

Perusahaan swasta seperti PT. Sinar Sayap Emas, PT. Mayora, PT. Kalbe Farma, Bank BJB, dll. Forum Kabupaten Tanggerang Sehat.

Saka Bakti Husada.

Forum Kader.

b. Kesehatan Lingkungan

Empat indikator keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk menciptakan lingkungan sehat, yaitu presentase keluarga yang memiliki akses air bersih, presentase rumah sehat, keluarga dengan kepemilikan sanitasi dasar, Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) yang sehat.

Beberapa upaya untuk memperkecil resiko turunnya kualitas lingkungan telah dilaksanakan oleh berbagai instasi terkait, swasta, NGO, dll seperti pembangunan sarana sanitasi dasar, pemantauan dan penataan lingkungan, pengukuran dan pengendalian kualitas lingkungan, pemberdayaan masyarakat tentang sanitasi.

Pembangunan sarana sanitasi dasar bagi masyarakat yang berkaitan langsung dengan masalah kesehatan meliputi pembangunan sarana air bersih, jamban sehat, perumahan sehat yang ditanganin secara lintas sector. Sedangkan kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tanggerang meliputi pemberdayaan masyarakat tentang sanitasi melalui pemicuan STBM, stimulant sarana sanitasi dasar, pemantauan kualitas air minum dan air bersih, rehabilitasi sarana air bersih, pemantauan sanitasi rumah sakit, pembinaan dan pemantauan sanitasi tempat-tempat umum, tempat pengolahan makanan, tempat pengelolaan pestisida dsb. Indikator program kesehatan lingkungan sebagai berikut :Table 1.7 Hasil Pencapaian Sasaran Program Penyehatan Lingkungan di Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2013

NoSasaranTahun 2011Tahun 2012Tahun 2013

TargetRealTargetRealTargetReal

1.Prosentasi Rumah Sehat79%73,6%80%62,71%85%71,63%

2.Prosentasi SAB memenuhi syarat kesehata90%88,5%87%91,5%95%92,3%

3.Prosentasi Jamban keluarga memenuhi syarat kesehatan85%76,9%85%71,13%85%74,97%

NoSasaranTahun 2011Tahun 2012Tahun 2013

TargetRealTargetRealTargetReal

4.Prosentasi TTU memenuhi syarat kesehatan70%66,2%75%64,6%80%74%

5.Angka Bebas Jentik (ABJ)87%60,9%90%76,16%95%78,80%

6.Prosentase Instusi yang dibina memenuhi syarat kesehatan lingkungan70%71,2%75%69,84%80%67%

Sumber : Bidang P2P-PL Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2013

Beberapa indikator meningkat dari tahun sebelumnya diantaranya prosentase rumah sehat meningkat dari 62,7% menjadi 71,63%, prosentase jamban keluarga yang memenuhi syarat meningkat dari 71,13% menjadi 74,97% dan prosentasi TTU yang memenuhi syarat kesehatan dari 64,69% menjadi 74,72%. Namun demikian peningkatan tersebut belum mencapai target pada indicator rumah sehat, prosentase sarana air bersih yang memenuhi syarat, prosentase TTU memenuhi syarat kesehatan, ABJ, dan prosentase Institusi yang dibina memenuhi syarat kesehatan lingkungan. Kondisi ini terjadi kemungkinan karena adanya peningkatan jumlah keluarga yang diperiksa sedangkan sarana yang memenuhi syarat walaupun ada peningkatan tetapi jumlahnya kecil. Permasalahan bidang sanitasi tidak hanya masalah snitasi yang tidak memenuhi syarat tetapi juga perilaku. Perilaku sangat menentukan apakah individu mau menggunakan sarana yang ada atau tidak (akses terhadap sarana sanitasi) dan juga pemeliharaan sarana yang ada serta kebutuhan akan saran sanitasi. Upaya pemberdayaan masyrakat serta perubahan perilaku bidang sanitasi harus lebih intensif dilakukan. Upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan akses maupun kepemilikan sarana sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan meliputi sarana air bersih, jamban sehat, pengelolaan sampah, dan pengelolaan air limbah sehat. Sedangkan untuk peningkatan kualitas sarana sanitasi perlu dilakukan bersama sector terkait. Sesuai strategi sanitasi yangs sudah disusun untuk mengatasi masalah ditingkat individu maupun kawasan dan komitmen terhadap memorandum program sanitasi.c. Rumah Sehat

Rumah sehat adalah rumah yang memiliki sarana sanitasi dasar meliputi jamban/wc, sarana air bersih, tempat sampah dan sarana pembuangan air limbah, cukup ventilasi dan pencahayaan, bebas dari serangga dan binatang penular penyakit serta ada pemanfaatan pekarangan sebagai ruang terbuka hijau.

Hasil inspeksi sanitasi (IS) rumah pada tahun 2013 di 43 puskesmas di Kabupaten Tanggerang didapatkan hasil sebagai berikut : rumah yang diperiksa sebanyak 161.220 rumah, rumah yang sudah memenuhi syarat kesehatan sebanyak 115.482 rumah (71,63%). Jumlah rumah sehat meningkat 8,93% bila dibandingkan dengan hasil inspeksi sanitasi tahun 2012, demikian juga dengan jumlah rumah yang diperiksa. Hasil inspeksin sanitasi rumah tahun 2012 dari 143.217 rumah yang diperiksa, rumah yang sudah memenuhi syarat kesehatan sebanyak 89.811 (62,7%). Dari hasil inspeksi sanitasi permasalahan yang menyebabkan rumah tidak sehat adalah kualitas sarana sanitasi di rumah tersebut yang tidak memenuhi syarat.

Berbagai upaya sudah dilakukan untuk meningkatan untuk kualitas rumah menjadi rumah sehat, diantaranya melalui penyuluhan, pemicuan STBM, pemberian stimulan untuk pembuatan sarana sanitasi, pembuatan percontohan rumah sehat bekerja sama dengan SKPD terkait.

Melihat pencapaian tahun 2013 maka upaya penyuluhan terhadap masyarakat tentang rumah sehat sehingga masyarakat dapat meningkatkan kualitas lingkungan rumahnya dan memiliki rumah yang sehat masih perlu ditingkatkan.

d. Penggunaan dan Akses Air Bersih

Hasil inspeksi sanitasi oleh petugas Puskemas Tahun 2013 tentang penggunaan air bersih pada setiap keluarga, dari 166.601 KKyang diperiksa, sebagian keluarga (92,3%) memiliki akses air bersih dengan perincian sumur gali 18,5%, sumur pompa tahan 16%, ledeng 8,8%, PAH (Penampungan Air Hujan) 0,1%, dan sumur bor/jetpam 49%. Dibandingkan hasil 2012, prosentasi keluarga yang memiliki akses air bersih turun dari 97,5% menjadi 92,3%, karena jumlah yang diperiksa meningkat sedangkan jumlah pengakses air bersih peningkatan sangat kecil.

Selain digunakan untuk mandi dan mencuci baju, berdasarkan hasil inspeksi sanitasi yang dilakukan oleh Petugas Puskesmas, air bersih juga digunakan oleh masyarakat untuk minum. Adapun perincian penggunaan air minum di masyarakat adalah: 9,8% air kemasan, 20,1% air isi ulang, ledeng 8,8% (ledeng meteran 5,9%, ledeng eceran 2,9%), pompa 43,9%, SGL (Sumur Gali) terlindung 13,3%, SGL tidak terlindung 3,5%.

Inspeksi sanitasi air bersih adalah pemeriksaan sumber air yang digunakan untuk keperluan mandi dan cuci. Dari data diatas terlihat bahwa sumber air yang digunakan sudah memenuhi syarat yang masih ditingkatkan adalah pemantauan kualitas air dari sumber air tersebut. Upaya yang sudah digunakan pemberian stimulant untuk membuat percontohan sarana air bersih, menyediakan desinfektan air didaerah rawan diare dan daerah yang beresiko sanitasi.

e. Keluarga Dengan Kepemilikan Sanitasi Dasar

Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar meliputi kepemilikan jamban keluarga, tempat sampah, dan pengelolaan air limbah keluarga. Keseluruhan hal tersebut sangat diperlukan di dalam peningkatan kesehatan lingkungan.Tabel 1.8 Persentase Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Memenuhi Syarat Kesehatan Tahun 2011-2013

TahunJaga (%)Tempat sampah (%)SPAL (%)SAB (%)

201176,98182,588,5

201271,1374,7774,297,5

201387,477,683,592,3

Sumber : Bidang P2P-PL Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2013

Dari hasil inspeksi sanitasi pada tahun 2013 terhadap166.601 keluarga didapatkan, keluarga yang memiliki sanitasi dasar dengan rincian berikut : yang sudah memiliki jamban sebanyak 140.605 KK (87,4%). Sedangkan pada tahun 2012 jumlah keluarga yang memiliki jamban sehat adalah (75,89%). Disebut jamban sehat adalah apabila terdapat tempat buang air besar di suatu tempat yang telah ditentukan atau tidak di sembarang tempat dan memiliki pembuangan air akhir ke tempat septic tank. Di kabupaten Tangerang berdasarkan hasil inspeksi tahun 2013 masih ditemukan masyarakat yang buang air besar di sembarang tempat sebanyak 25% dan pembuangan akhirnya tidak di septic tank sebanyak 12,6%.

Keluarga yang memiliki tempat sampah dari hasil inspeksi pada tahun 2013 sebesar 120.901 KK, sedangkan rumah yang memiliki tempat sampah sehat sebanyak 93.830 KK (77,6%) meningkat 2,86% dibanding tahun 2012 dimana jumlah rumah yang memiliki tempat sampah sehat sebanyak 87.481 KK (74,77%). Indicator untuk menilai tempat sampah sehat adalah tempat sampah organik dan anorganik dipisah dalam tempat yang kedap air dan tertutup.

Pengelolaan air limbah dari hasil inspeksi sanitasi tahun 2013, jumlah rumah yang memiliki pengelolaan air limbah sehat sebanyak 99.796 KK (83,5%). Kondisi ini meningkat 9,3% bila dibandingkan tahun 2012 jumlah rumah yang memilikipengelolaan air limbah sehat sebanyak 87.867 KK (74,2%).

Berbagai upaya yang dilakukan pada tahun 2013 untuk meningkatkan kepemilikan maupun pemanfaatan sarana sanitasi sehat adalah melalui penyuluhan, pemberdayaan masyarakat dibidang sanitasi melalui pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di 30 desa dan pemberian stimulant untuk pembuatan percontohan sarana sanitasi di wilayah binaan dan desa resiko tinggi sanitasi. Stimulan percontohan sarana sanitasi dasar diberikan tidak hanya di tingkat rumah tangga tetapi juga di institusi pendidikan (sekolah) sebanyak 7 sekolah berupa sarsandas sekolah (pembuatan wc sekolah 2 pintu) dan percontohan sarana CTPS (cuci tangan pakai sabun).

f. Tempat-Tempat Umum

Tempat pengelolaan makanan tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pengolahan makanan yang meliputi tempat penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, penyediaan makanan dan pendistribusian makanan.

Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Pengelolaan yang baik dan benar pada dasarnya adalah mengelola makanan berdasarkan kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi makanan. Upaya penyehatan makanan ditujukan untuk melindungi masyarakat dan konsumen terhadap penyakit penyakit yang ditularkan melalui makanan dan mencegah keracunan makanan. Upaya tersebut pada dasarnya menyangkut orang yang menangani makanan, tempat pengolahan makanan dan proses pengolahannya, kendala dan permaslahan yang belum dapat ditangani adalah masih masih rendah hygiene dan sanitasi tempat pengolahan makanan. Hasil pengawasan terhadap kualitas penyehatan tempat umum dan pengolahan makanan tahun 2011-2013 menunjukan hasil sebagai berikut :a. Jasa Boga

Pemeriksaan hygiene sanitasi jasa boga dilakukan dalam rangka pemberian sertifikasi jasa boga dan uji petik terhadap jasa boga yang telah memiliki sertifikat laik sehat. Hasil pemeriksaan sarana jasa boga tahun 2013 dari 45 sarana yang telah dari 45 sarana yang telah diperiksa sebanyak 28 (62,22%) memenuhi syarat. Sampai tahun 2013 perusahaan jasa boga yang telah memiliki sertifikat laik sehat sebanyak 34 (23,44%) perusahaan dari 145 perusahaan jasa boga yang terdaftar di dinas kesehatan. Upaya yang telah dilakukan untuk menigkatkan presentase jasa boga yang memiliki sertifikat laik sehat adalah mengadakan kursus hygiene Sanitasi yang dilakukan secara periodic dan membuat surat edaran bahwa semua jasa boga penyedia makanan karyawan untuk perusahaan yang menyediakan karyawan wajib memiliki sertifikat laik sehat. Uji petik pemeriksaan bakteriologi dilakukan terhadap sampel makanan, usap dubur penjamah dan usap alat yang digunakan dalam mengolah makanan.

b. Rumah Makan/Restoran

Hasil Pemeriksaan sarana tangga/restoran dari 100 sarana rumah tangga/restoran yang diperiksa pada tahun 2013 didapatkan 85 orang yang memenuhi syarat (85%). Selain itu dari 256 sarana rumah makan restoran diperoleh 17 sarana yang memiliki sertifikat baik sehat rumah makan restoran (6,64%).

c. Industri Rumah Tangga Pangan

Hasil Pemeriksaan sarana industry rumah tangga pangan yang dilakukan pada tahun 2013 sebanyak 120 sarana, 97 sarana (80,83%) memenuhi syarat dan telah tersertifikasi/memiliki izin edar untuk produk pangan yang diproduksi. Uji petik pemeriksaan sarana industri rumah tangga pangan dilakukan terhadap sarana industry rumah tangga pangan yang telah memiliki Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga Pangan (SPP-IRT) dan industry rumah tangga pangan yang ingin mendapatkan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga Pangan (SPP-IRT). Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan industry rumah tangga pangan yang memiliki SPP-IRT dengan mengadakan Penyuluhan Keamanan Pangan bagi pengusaha dan penanggungjawab produksi. Uji petik pemeriksaan kualitas makanan hasil industry rumah tangga pangan dilakukan pada berbahaya (formalin, boraks, rhodamin b, methanyl yellow).

d. Depot Air Minum

Hasil pemeriksaan sarana Depot Air Minum (DAM) pada tahun 2013 dilakukan di 100 sarana, 28 sarana (28%) diantaranya Memenuhi Syarat (MS). Masih rendahnya sarana Depot Air Minum yang memenuhi syarat karena masih rendahnya hiegene sanitasi sarana dan hiegene sanitasi perorangan. Uji petik pemeriksaan depot air minum meliputi pemeriksaan kualitas air minum baik secara kimia, fisika dan bakteriologi.

Sampai tahun 2013 dari 414 sarana Depot Air Minum hanya 6 sarana yang memiliki sertifikat sehat. Kendala masih rendahnya sarana depot air minum yang memiliki sertifikat sehat adalah pengusaha sudah bisa melakukan kegiatan operasional tanpa rekomendasi dari Dinas Kesehatan.

e. Institusi Yang Dibina

Institusi meliputi sarana pelayanan kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah dan perkantoran. Persyaratan institusi sehat diantaranya persyaratan bangunan, ketersediaan sarana sanitasi yang memenuhi kualitas dan kuantitas serta persyaratan kebersihan suatu institusi. Tahun 2013 dari 4.047 institusi yang ada sebanyak 2.711 (67%) institusi yang dibina memenuhi syarat kesehatan.

f. Persalinan Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan

Berdasarkan data puskesmas mengenai persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yaitu:

a. Jumlah ibu yang bersalin: 928 orang dari 1.025 persalinan

b. Jumlah ibu yang nifas: 1.025 orang

Yankes

: 1.022 orang

Sumber: Program KIA Puskesmas Tegal Angus 2013

g. Kepemilikan Jamban

Presentasi keluarga dengan kepemilikan jamban menurut kecamatan dan puskesmas:

a. Jumlah keluarga: 12.421

b. Jumlah keluarga yang memiliki jamban: 4.968

c. Jumlah keluarga yang diperiksa: 117

d. Jumlah keluarga yang memiliki jamban sehat: 103

Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013

h. Tempat Sampah

Presentasi keluarga dengan kepemilikan tempat sampah menurut kecamatan dan puskesmas:

a. Jumlah keluarga: 12.421

b. Jumlah keluarga yang memiliki tempat sampah: 3.106

c. Keluarga yng diperiksa: 117

d. Jumlah keluarga yang memiliki tempat sampah yang sehat : 103

Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013

i. Air Minum

a. Presentasi keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan menurut kecamatan puskesmas:

Jumlah keluarga : 12.421

Jumlah keluarga yang diperiksa: 117

b. Jenis sarana air minum

Kemasan: (-)

Ledeng: 25 keluarga

Air isi ulang: 89 keluarga

Sumur terlindung: 3 keluarga

Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013j. Sarana dan Akses Air Bersih

a. Presentasi keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan menurut kecamatan dan puskesmas

Jumlah keluarga: 12.421

Jumlah keluarga yang diperiksa: 117

b. Jenis sarana air bersih

PDAM : 4 keluarga

SGL : 31 keluarga

Sumur Bor : 82 keluarga

Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013k. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

Presentasi rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat menurut kecamatan dan puskesmasa. Jumlah keluarga : 12.421

b. Keluarga yang diperiksa :1260

c. Jumlah yang sesuai dengan kriteria PHBS : 183

Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 20131.1.7 Situasi Derajat Kesehatan1.1.7.1 Angka Kematiana. Angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup

Angka kematian bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi di bawah satu tahun pada setiap 1000 kelahiran hidup. Angka ini merupakan indikator yang sensitive terhadap ketersediaan, pemanfaatan pelayanan kesehatan terutama pelayanan perinatal, disamping juga merupakan indikator terbaik untuk menilai pembangunan sosial ekonomi masyarakat secara menyeluruh

TAHUNJumlah Kematian Bayi

20095

20106

20111

20123

20134

20144

Tabel 1.8 Jumlah Kematian Bayi di Puskesmas Tegal Angus 2014Sumber: data program KIA puskesmas Tegal Angus , 2014Gambaran mengenai tingkat kesehatan masyarakat dapat ditunjukkan dengan Angka Kematian Bayi (AKB),di Puskesmas Tegal Angus tahun 2014 terjadi kesamaan angka kematian bayi seperti terlihat pada table di atas. Tiga kasus kematian bayi ini terdiri dari 4 bayi laki-laki. Berbagai upaya dilakukan untuk menekan angka kematian bayi seperti baik dari faktor ibu seperti pendataan ibu hamil risiko tinggi untuk menskrining kemungkinan bayi dengan risiko tinggi, kelas ibu balita di tiap desa untuk meningkatkan pengetahuan ibu, maupun dari faktor bayi seperti pelacakan kasus kematian sehingga dapat mencegah kasus tersebut berulang, penyuluhan kepada masyarakat untuk memberi imunisasi lengkap kepada bayi dan balita untuk mencegah kematian karena penyakit infeksi, deteksi dini bayi dan balita risiko tinggi seperti BBLR, deteksi dini tumbuh kembang balita untuk mengetahui kelainan tumbuh kembang seperti gizi buruk, upaya pengobatan kepada bayi dan balita yang sakit serta upaya rujukan. Namun masih ditemukan kendala seperti tingkat pendidikan dan ekonomi keluarga yang masih rendah, factor sosial seperti harus adanya persetujuan keluarga besar untuk melalukan perawatan pada bayi sakit sehingga terlambat merujuk. Sehingga diperlukan kerjasama lintas sektoral untuk menekan angka kematian bayi seperti meningkatkan tingkat pendidikan dan ekonomi keluarga, meningkatkan peran tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk menyampaikan penyuluhan tentang kesehatan bayi.

b. Angka kematian balita per 1000 kelahiran hidup

Angka kematian balita adalah jumlah kematian balita di bawah lima tahun pada setiap

1000 kelahiran hidup. Angka kematian Balita di Indonesia menurun dari 97 pada tahun 1991 menjadi 44 per 1.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2007 (SDKI). Target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 adalah 32/1.000 KH Jumlah kematian balita di wilayah kerja puskesmas Tegal Angus pada tahun 2014 adalah 1 balita yaitu 1 balita perempuan, bayi mati laki-laki 4. Jumlah kematian bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus kembali meningkat dari tahun sebelumnya seperti terlihat pada grafik dibawah ini.Grafik 1.4 Jumlah kematian bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus

th 2009 -2014.

Sumber : Data Program KIA Puskesmas Tegal Angus,2014.c. Angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidupAngka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu pada masa kehamilan, persalinan dan nifas pada setiap 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu ini berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu,kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan terutama pada ibu hamil, ibu bersalin dan masa nifas.

Seperti halnya Angka Kematian Bayi (AKB) tingkat kesehatan masyarakatpun dapat ditunjukkan dengan Angka Kematian Ibu (AKI), Jumlah kematian ibu bersalin yang tercatat di Puskesmas Tegal Angus pada tahun 2014 0. Salah satu cara yang paling efektif untuk menurunkan angka kematian ibu adalah dengan meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas kesehatan. Persalinan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Tegal Angus sudah mencapai taget yaitu100 %. Akan tetapi dalam rangka upaya menurunkan jumlah kematian ibu , pemeriksaan kehamilan di tenaga kesehatan juga perlu terus ditingkatkan. Untuk mencegah kematian ibu hamil dan ibu nifas perlu terus dilakukan dengan melakukan pemeriksaan ANC (ante natal care) dan PNC (post natal care) sesuai standar.

1.1.7.1 Angka Kesakitan

a. Sepuluh Besar Penyakit

Berdasarkan hasil laporan bulanan Penyakit (LB1) Puskesmas Tegal Angus didapatkan gambaran pola penyakit yang terjadi di Puskesmas Tegal Angus pada tahun 2013 menurut golongan semua umur seperti grafik berikut ini :Grafik 1.6 Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Tegal Angus tahun 2014

Sumber : Data surveillance Puskesmas Tegal Angus,2014Penyakit terbanyak adalah penyakit-penyakit menular seperti ISPA,disusul dengan penyakit batuk dan demam. Penyakit tidak menular (PTM) yang masuk dalam sepuluh besar penyakit adalah myalgia. Masih banyaknya penyakit dalam sepuluh besar penyakit tahun 2014 dikarenakan kurang spesifiknya diagnose pada saat pemeriksaan dan kurangnya komunikasi antara petugas pemeriksa dengan petugas yang menginput data. Usaha perbaikan yang dilakukan antara lain memasang kode diagnose ICD X di setiap tempat pemeriksaan dan koordinasi antara petugas pemeriksa dan petugas penginput data.

b. Penyakit Menular

AFP (Acute Flaccid Paralysys) Rate

Poliomyelitis ditargetkan untuk eradikasi. Surveilans yang sangat sensitif untuk acute flaccid paralysis (AFP), termasuk penyelidikan kasus langsung, dan pengumpulan spesimen sangat penting untuk mendeteksi virus polio liar sirkulasi dengan tujuan akhir pemberantasan polio. Surveilans AFP juga penting untuk mendokumentasikan tidak adanya sirkulasi virus polio untuk sertifikasi bebas polio. Indonesia telah mempertahankan status bebas polio yang sejak tahun 2005, namun usaha gigih diperlukan untuk mempertahankan status ini. Surveilans terus-menerus diperlukan untuk mempersempit kesenjangan kekebalan dan memastikan pemantauan surveilans memadai di setiap provinsi.

AFP Rate di puskesmas Tegal Angus tahun 2014 masih seperti tahun-tahun sebelumnya masih 0 , dapat dilihat pada table 18 di lampiran. Angka ini diharapkan memang benar-benar tidak ada kasus di masyarakat ,bukan karena factor ketidaktahuan masyarakat. Oleh karena itu selain dilakukan surveilan aktif di puskesmas juga dilakukan penyuluhan tentang penyakit AFP. Acute Flaccid Paralysis adalah semua anak yg berusia kurang dari 15 tahun dengan gejala kelumpuhan yg sifatnya flaccid (layuh), terjadi secara akut (mendadak) dan bukan disebabkan oleh ruda paksa. Ruda paksa itu adl segala hal yg disebabkan oleh trauma. TB ParuTB masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Upaya penanggulangan TB dilaksanakan dengan strategi DOTS (Direct Observed Treatment Shortcourse) yang sudah dilaksanakan secara nasional sejak tahun 2000. Strategi ini akan memutuskan penularanan TB dan dengan demikian menurunkan insidens TB di masyarakat. Saat ini penanggulangan TB di Indonesia mengalami kemajuan bermakna yang ditandai dengan tercapainya indikator utama (penemuan kasus dan keberhasilan pengobatan) serta turunnya jumlah penderita TB dari peringkat 3 ke peringkat 5 negara dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia.

Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien terutama pasien tipe menular (BTA +). Permasalahan utama program TB Paru di Puskesmas Tegal Angus adalah tidak adanya laboratorium untuk pemeriksaan dahak. Pasien tersangka TB Paru harus memeriksakan dahaknya di puskesmas rujukan yaitu Puskesmas Teluk Naga. Sehingga banyak kendala yang dihadapi pasien seperti masalah jarak, waktu dan biaya untuk ke puskesmas rujukan. Akibatnya banyak pasien tersangka yang tidak terjaring dan jumlah pasien dengan BTA positif selalu kurang dari target. Pada tahun 2014 ini jumlah pasien TB Paru dengan BTA positif masih kurang dari target yaitu 22 pasien dari target 40 orang. Akan tetapi terjadi peningkatan jumlah pasien BTA positif dari tahun sebelumnya seperti yang terlihat pada grafik dibawah ini.

Grafik 1.7 Data pasien TB di puskesmas Tegal Angus 2009 -2014

Sumber : Program TB Puskesmas Tegal Angus, 2014.

Angka kesembuhan yang kecil salah satunya disebabkan oleh tidak adanya pemeriksaan dahak di Puskesmas Tegal Angus, sehingga pasien BTA positif yang telah selesai tidak memeriksaan dahak di akhir pengobatan sehingga hanya tercatat sbagai pasien dengan pengobatan lengkap. Sebab lainnya karena Drop Out pengobatan yang disebabkan oleh jarak yang jauh dari puskesmas, malas atau bosan berobat.

Namun begitu dengan berbagai upaya kita lakukan untuk meningkatkan pencapaian target seperti motivasi ke pasien untuk patuh pengobatan maupun pemeriksaan dahak, kunjungan rumah pasien TB Paru yang tidak datang berobat (mangkir), penyuluhan ke PMO (pengawas minum obat) untuk memantau kepatuhan berobat pasien TB Paru. Salah satu upaya menanggulangi tidak ada laboratorium pemeriksaan dahaka adalah pemeriksaan laboratorium yang lebih sederhana yaitu fiksasi dahak sehingga pasien tidak perlu ke puskesmas rujukan, yang dirujuk slide hasil fiksasi dahak.

Pneumonia Balita

Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Episode penyakit batuk-pilek pada Balita di Indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun, ini berarti seorang Balita rata-rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan yaitu sebanyak 40% - 60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15% - 30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit.

Program pengendalian penyakit ISPA di Indonesia dimulai tahun 1984, bersamaan dengan dilancarkannya pengendalian penyakit ISPA di tingkat global oleh WHO. Sejak tahun 1990, pengendalian penyakit ISPA menitikberatkan kegiatannya pada penanggulangan pneumonia pada Balita. Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai Millennium Development Goals (MDGs) bidang kesehatan yang salah satunya adalah menurunkan 2/3 kematian balita pada rentang waktu antara 1990-2015. Apabila angka kematian yang disebabkan oleh pneumonia dapat diturunkan secara bermakna, maka dampaknya terhadap pencapaian MDGs akan besar pula.

Pneumonia merupakan pembunuh utama anak dibawah usia lima tahun (Balita) di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, Malaria dan Campak. Di dunia, dari 9 juta kematian Balita lebih dari 2 juta Balita meninggal setiap tahun akibat pneumonia atau sama dengan 4 Balita meninggal setiap menitnya. Dari lima kematian Balita, satu diantaranya disebabkan pneumonia Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan; prevalensi nasional ISPA: 25,5% (16 provinsi di atas angka nasional), angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada Bayi: 2.2 %, Balita: 3%, angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8%, dan Balita 15,5% .

Upaya pemerintah dalam menekan angka kematian akibat pneumonia diantaranya melalui penemuan kasus pneumonia Balita sedini mungkin di pelayanan kesehatan dasar, penatalaksanaan kasus dan rujukan. Adanya keterpaduan dengan lintas program melalui pendekatan MTBS di Puskesmas serta penyediaan obat dan peralatan untuk Puskesmas Perawatan dan di daerah terpencil.

Pengendalian penyakit pneumonia memiliki kendala diantaranya cakupan penemuan masih sangat rendah. Di Puskesmas Tegal Angus penemuan kasus pneumonia juga masih rendah seperti yang terlihat pada grafik di bawah ini Grafik 1.8 Data pasien Pneumonia di puskesmas Tegal Angus 2009 -2014

Sumber : Data surveillance Puskesmas Tegal Angus,2014Kendala yang dihadapi dalam penegakan diagnosis pneumonia sulit ditegakkan karena pasien anak yang tidak kooperatif, masyarakat menganggap penyakit ISPA sebagai penyakit biasa sehingga tidak berobat ke puskesmas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan penemuan pneumonia balita antara lain melatih petugas MTBS untuk penegakan diagnosis pneumonia, penyuluhan di posyandu dan desa mengenai gejala khas dan bahaya dari pneumonia sehingga masyarakat memeriksakan diri ke puskesmas.

IMS dan HIV/AIDS

IMS adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual. Diagnosis IMS di puskesmas dtegakkan melalui pendekatan sidrom atau pemeriksaan laboratorium. Puskesmas Tegal Angus belum memiliki laboratorium sehingga diagnosis dilakukan melalui pedekatan sindrom yaitu mendiagnosis pasen dari gejala-gejala yang dialami dan factor risiko yang dimiliki. Jumlah pasien IMS di puskesmas Tegal Angus mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, seperti yang terlihat pada grafik dibawah ini :Grafik 1.9 Data pasien IMS dan HIV/AIDS di puskesmas Tegal Angus 2009 -2014

Sumber : Data surveillance Puskesmas Tegal Angus,2014Jumlah pasien IMS telah dilakukan kerjasama lintas program melalui skrining pasien dibalai pengobatan umum dan poli KIA-KB. Penanganan pasien dengan memberikan terapi antibiotic yang adekuat, memskrining factor risiko untuk HIV/AIDS, memberikan penyuluhan tentang penggunaan kondom, seks yang aman dan pemberian kondom untuk kelompok risiko tinggi sudah baik. sedangkan terdapat 1 pasien HIV/AIDS di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus seperti terlihat pada grafik diatas. Upaya yang dilakukan untuk menurunkan jumlah pasien HIV/AIDS yaitu dengan melakukan penyuluhan pada remaja dan kelompok resiko tinggi.

DiareDiare adalah penyakit yang sering terjadi di msyarakat,yang banyak menyerang semua golongan umur . Kasus diare mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya seperti terlihat seperti grafik dibawah ini. Grafik 1.10 Jumlah pasien diare di Puskesmas Tegal Angus 2010 -2014

Sumber : Data Program Diare Puskesmas Tegal Angus, 2014

Angka ini disebabkan perilaku masyarakat yang BAB sudah pada tempatnya dan seringnya penyuluhan diare, kerjasama lintas program dengan promkes untuk mengubah kebiasaan BAB, dengan kesling untuk penyuluhan pembuatan jamban sehat di setiap rumah serta kerjasama lintas sektoral untuk pembanguan MCK umum yang dilakukan dari dana PNPM dan LSM. Kusta

Kusta adalah penyakit kulit kronis yang menyerang saraf terutama saraf tepi. Kerusakan saraf ini dapat menimbulkan kecacatan permanen jika terlambat ditangani. Jumlah pasien kusta di puskesmas Tegal Angus dapat dilihat pada tabel dibawah ini.Tabel 1.9 Jumlah pasien kusta di Puskesmas Tegal Angus 2010 - 2014

Tipe pasien20102011201220132014

DiobatiSelesai berobat (RFTDiobatiSelesai berobat (RFT)Diobati Selesai berobat (RFT)Diobati Selesai berobat (RFT)Diobati Selesai berobat (RFT)

PB100Tidak ada11?00

MB513139535343

Sumber : Data Program Kusta Puskesmas Tegal Angus, 2014Pada tahun 2014 tidak terjadi penurunan jumlah pasien yang selesai berobat dari tahun sebelumnya. untuk itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan angka penemuan kasus baru seperti skrining yang lebih ketat di lintas program seperti dibalai pengobatan umum, pusling, poli KIA atau pustu, skrining kontak survey dan school survey. Pada tahun 2014 kelompok perawatan diri (KPD) di Puskesmas Tegal Angus yaitu KPD Sehat Bersama mengalami kemajuan yang cukup pesat. Selain mengajarkan cara merawat diri kepada pasien kusta untuk menghindari kecacatan juga sudah mulai dilakukan pemberdayaan ekonomi untuk meningkatkan pendapatan pasien seperti pemberian modal untuk menanam kangkung, beternak bebek dan pemberian keterampilan pembuatan aksesories.

Penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3PI)

PD3I adalah macam-macam penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Upaya pencegahan dilakukan dengan pemberian imunisasi dan vaksin yang dipakai adalah DPT HB untuk mencegah penyakit Difteri,Pertusis, Tetanus dan Hepatitis-B, vaksin polio untuk mencegah penyakit Polio (lumpuh), vaksin campak untuk mencegah penyakit Campak (Measles) dan BCG untuk mencegah penyakit TBC.PD3I berpotensi menjadi kejadian luar biasa (KLB), beberapa penyakit bisa dikatakan KLB apabila ada kejadian kasus diatas rata-rata atau dari tidak ada menjadi ada. Pemantauan penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi dilakukan melalui surveillance. Pelaporan dilakukan setiap minggu untuk memberikan penanganan secara cepat jika terdapat kasus. Jumlah kasusnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Grafik 1.11 Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi di puskesmas Tegal Angus th 2014

Sumber : Data Surveilans Puskesmas Tegal Angus, 2014

Salah satu upaya untuk mengendalikan penyakit-penyakit seperti diatas adalah program desa Universal Child Immunization (UCI). Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan imunisasi secara lengkap pada kelompok bayi, imunisasi secara lengkap tersebut meliputi TN, Hepatitis, Campak dan Pertusis. Indikator yang dipakai untuk mengukur cakupan pencapaian UCI adalah campak. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah, berarti dalam wilayah tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat dan bayi (herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Pada tahun 2014 target desa UCI sudah mencapai 100%. Upaya yang sudah dilakukan dengan melakukan penyuluhan bumil,bulin dan swepping imunisasi.Campak masih merupakan penyakit yang paling banyak terjadi diantara kasus PD3I seperti terlihat pada table dibawah ini:

Tabel 1.10. Pola Kasus PD3I di wialayah PKM Tegal Angus

TahunTNHepatitisCampakPertusis

20090060

201000220

20110060

201200120

20130030

20140000

Sumber :Data Program Imunisasi Puskesmas Tegal Angus ,2014

Penyakit campak adalah yang paling banyak terjadi, akan tetapi pada tahun 2014 mengalami penuruna dari tahun-tahun sebelumnya. upaya yang dilakukan dengan sosialisasi kepada masyrakat untuk memberikan imunisasi lengkap pada bayi dan balita, adanya crash program campak untuk memberikan imunisasi campak pada balita berusia 9 -59 bulan yang belum diimunisasi dan sweeping imunisasi campak sudah berjalan dengan baik. Demam Berdarah Dengue (DBD)Penyakit DBD masih sulit diberantas di Indonesia. Hal ini karena penyebarannya yang melalui vector nyamuk Aedes Aegypti sehingga penangananya tidak hanya mengobati pasien DBD tetapi juga memberantas sarang nyamuk dan menjaga lingkungan agar tidak menjadi sarang nyamuk.

Jumlah pasien DBD yang tercatat di puskesmas Tegal Angus pada tahun 2014 adalah ada 20 pasien. Jumlah pasien ini semua pasien DBD yang dirujuk. Setelah ada surat keterangan dari rumah sakit pasien positif DBD maka petugas DBD dan surveillance puskesmas Tegal Angus akan melakukan PE (penyelidikan epidemiologi) untuk memeriksa lingkungan tempat tinggal pasien kemudian dilakukan fogging untuk memberantas nyamuk Aedes Aegypti sehingga dapat mencegah penularan DBD. Semua pasien yang tercatat ditangani sesuai prosedur sehingga prosentase pasien DBD ditangani 100%.

Penemuan kasus DBD berdasarkan laporan kader, bidan desa dan masyarakat dengan surat keterangan dari rumah sakit. Untuk meningkatkan penemuan kasus perlu dilakukan sosialisasi tentang penanganan DBD agar setiap pasien DBD dapat ditangani sesuai prosedur termasuk fogging. Untuk mencegah terjadi dan penularan DBD juga dilakukan pembinaan lingkungan seperti pemeriksaan rumah bebas jentik dan pembentukan kader jumantik (juru pantau jentik).Pada tahun 2009 berdasarkan data dari Ditjen PP & PL Depkes RI angka insiden di provinsi banten yang merupakan daerah tegal angus terletak insiden rate DBD ada sekitar 56,39 kasus per 100.000 penduduk dimana merupakan daerah dengan resiko tinggi, dan data terbaru pada tahun 2014 menurun menjadi 25,37 kasus per 100.000 penduduk, angka ini sudah mencapai target dibawah 50 kasus per 100.000 penduduk, namun angka case fatality rate masih tinggi pada tahun 2009 1,33 %, 2014 1,23%, anka ini masih belum mencapai target nasional dibawah 1%

Insidens rate dari kasus DBD dan DD di daerah tegal angus yang terdaftar di puskesmas tercatat dari mulai tahun 2012 sampai 2015, untuk DBD sekitar 17,77, 41,11 orang per 100.000 penduduk, insidens tertinggi terjadi pada tahun 2013, sedangkan untuk DD hanya tercatat pada tahun 2013 2014 dengan insidens rate yang sama yaitu 5 orang per 100.000 penduduk. Namun angka ini tidak menggambarkan jumlah sesunghnya, karena tidak semua orang melaporkan kejadian penyakit tersebut pada puskesmas didaerahnya.

Filariasis

Wilayah kerja puskesmas Tegal Angus yang menjadi daerah endemis filariasis adalah Tanjung Burung. Pasien filariasis di Tanjung Burung adalah pasien lama, pasien baru ditemukan pada tahun 2010 di Desa Muara tetapi meninggal Karena Pneumonia. Tidak ditemukan pasien baru pada 2014. Namun wilayah Puskesmas Tegal Angus masih melakukan pemberantasan filariasis dilakukan dengan pengobatan massal filariasis selama 5 tahun berturut-turut, yang memasuki tahun ke-5 pada tahun 2014 ini. Upaya yang perlu terus ditingkatkan adalah jumlah penduduk yang meminum obat filariasis saat pengobatan massal

Dari sumber data profil kesehatan masyarakat Indonesia untuk wilayah provinsi banten dari tahun 2012 2014 terdapat peningkatan jumlah penderita filariasis dari 88 penderita menjadi 91 penderita, sedangkan data yang tercatat di wilayah puskesmas tegal angus di desa pangkalan terdapat 1 orang yang tercatat sebagai penderita filariasis namun sama halnya dengan peyakit DBD yang tercatat di puskesmas angka ini tidak menggambarkan jumlah sesunghnya, karena tidak semua orang melaporkan kejadian penyakit tersebut pada puskesmas didaerahnya.

Tabel 1.11. Daftar banyaknya penderita yang disebabkan oleh nyamukNO.NAMA PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH NYAMUKBANYAKNYA PENDERITA/TAHUN

201020112012201320142015

1Demam Berdarah Dengue--31272

2Demam Dengue---11-

3Filariasis----1-

4Demam Chikunguya------

5Malaria Yang Tidak Diketahui ( Malaria Klinis)------

6Secara Parasitology Dianggap Malaria------

7Malaria P.Vivax (Tertiana)------

8Malaria P. Falciparum (Tropikal)------

Sumber :Data pasien Puskesmas Tegal Angus ,20151.1.7.3 STATUS GIZI

a. Bayi Baru Lahir DitimbangBerat bayi saat lahir merupakan salah satu unsur penting yang menentukan status kesehatan bayi selanjutnya. Bayi yang lahir dengan berat lahir yang lebih rendah atau lebih besar dari normal mempunyai risiko penyakit dan kematian yang lebih tinggi. Oleh karena itu setiap bayi yang lahir harus ditimbang untuk menilai factor risiko tersebut. Di Puskesmas Tegal Angus semua bayi yang lahir hidup akan ditimbang seperti yang terlihat pada grafik dibawah ini :

Grafik 1.12 Bayi baru lahir yang ditimbang di puskesmas Tegal Angus th 2014

Sumber : Bulan Penimbangan Balita Tahun 2010 2014b. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Hasil penimbangan bayi baru lahir diatas didapatkan angka bayi berat lahir rendah (BBLR) seperti yang terlihat pada grafik dibawah ini :

Grafik 1.13 Bayi Berat Lahir Rendah di puskesmas Tegal Angus tahun 2014

Sumber : Bulan Penimbangan Balita Tahun 2010 2014Bayi dengan berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat 7 ; buruk