ANALISIS ASPIRIN DAN KAFEIN DALAM TABLET TUJUAN Menentukan konsentrasi aspirin dan kafein dalam tablet LANDASAN TEORI Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. (Anonim, 2013) Aspirin merupakan senyawa ester fenil yang tersubstitusi. Sebagaimana bentuk ester aromatik pada umunya. Aspirin mempunyai gugus rawan yang sangat peka. Dengan kata lain, aspirin relatif tidak stabil terhadap pengaruh hidrolisis dan proses pemindahan hasil yang lain, profil laju pH nya terkesan sebagai reaksi hidrolisis terhatifis asam spesifik dan basa spesifik. Ditambah bentuk kurva yang sigmoid sebagai hasil dari hidrolisis antar aspirin. (Gisvold, 1982) Pada pembuatan aspirin, asam salisilat (o-hydroxy benzoic acid) berfungsi sebagai alkohol dan reaksinya berlangsung pada gugus hidroksi. Biasanya aspirin dijual sebagai garam natriumnya, yaitu natriumasetil salisilat. (Irdoni.HS dan Nirwana.HZ. 2009 ) Reaksi pembentukan aspirin yaitu Kafein merupakan alkaloid dengan penamaan kimia 1, 3,7-trimetil xanthina. Dalam aktivitasnya secara faal, kafein berfungsi sebagai stimulat/perangsang. Kadar kafein dalam daun teh labih besar daripada di dalam biji kopi. Kadar kafein di dalam teh adalah sebesar 2- 4%, sedangkan di dalam biji kopi hanya mencapai 0,5%. (Vogel, 1985) Struktur kafein adalah sebagai berikut.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS ASPIRIN DAN KAFEIN DALAM TABLET
TUJUAN
Menentukan konsentrasi aspirin dan kafein dalam tablet
LANDASAN TEORI
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat
yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor),
antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efek
antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah
serangan jantung. (Anonim, 2013)
Aspirin merupakan senyawa ester fenil yang tersubstitusi. Sebagaimana bentuk
ester aromatik pada umunya. Aspirin mempunyai gugus rawan yang sangat peka. Dengan
kata lain, aspirin relatif tidak stabil terhadap pengaruh hidrolisis dan proses pemindahan
hasil yang lain, profil laju pH nya terkesan sebagai reaksi hidrolisis terhatifis asam spesifik
dan basa spesifik. Ditambah bentuk kurva yang sigmoid sebagai hasil dari hidrolisis antar
aspirin. (Gisvold, 1982)
Pada pembuatan aspirin, asam salisilat (o-hydroxy benzoic acid) berfungsi sebagai
alkohol dan reaksinya berlangsung pada gugus hidroksi. Biasanya aspirin dijual sebagai
garam natriumnya, yaitu natriumasetil salisilat. (Irdoni.HS dan Nirwana.HZ. 2009 )
Reaksi pembentukan aspirin yaitu
Kafein merupakan alkaloid dengan penamaan kimia 1, 3,7-trimetil xanthina. Dalam
aktivitasnya secara faal, kafein berfungsi sebagai stimulat/perangsang. Kadar kafein dalam
daun teh labih besar daripada di dalam biji kopi. Kadar kafein di dalam teh adalah sebesar 2-
4%, sedangkan di dalam biji kopi hanya mencapai 0,5%. (Vogel, 1985)
Struktur kafein adalah sebagai berikut.
Kafein terdapat pada teh, kopi, kola, mente dan coklat. Selain itu kafein juga dapat
diperoleh dari sintesa kimia. Kadar kafein dalam teh lebih besar dari pada di dalam kopi.
Kafein dapat bereaksi dengan iodium secara adisi, sehingga kadar kafein dapat diukur
dengan larutan Iodium. Untuk reaksi adisi dengan kafein digunakan iodium berlebih,
kelebihan iodium di analisa dengan titrasi redoks, yaitu penetapan kadar zat berdasarkan
atas reaksi reduksi dan oksidasi. (Syukri, 1999)
Titrasi yaitu suatu proses di mana larutan yang ditambahkan dari buuret sedikit demi
sedikit ke dalam suatu larutan, sampai jumlah zat-zat yang direaksikan tepat menjadi
ekivalen satu sama lain. Pada saat titran yang ditambahkan tampak telah ekivalen, maka
penambahan titran harus dihentikan. Larutan yang ditambahkan dari buret disebut titran,
sedangkan larutan yang ditamba titran itu disebut titrar. Karena jumlah titrat ekivalen
dengan jumlah titran, maka jumlah mol titrat dapat diketahui pula berdasar persamaan
reaksi koefisiennya (Harjadi, 1987).
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titran ataupun titrat. Titrasi
asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan
menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrat ditambahkan titran sedikit demi sedikit
sampai mencapai keadaan ekuivalen. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”. Pada
saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan. (Anonim, 2010)
Titrasi redoks merupakan analisis titrimetri yang didasarkan pada reaksi redoks. Pada
titrasi redoks, sampel yang dianalisis dititrasi dengan suatu indikator yang bersifat sebagai
reduktor atau oksidator, tergantung sifat dari analit sampel dan reaksi yang diharapkan
terjadi dalam analisis. Titik ekuivalen pada titrasi redoks tercapai saat jumlah ekuivalen dari
oksidator telah setara dengan jumlah ekuivalen dari reduktor. Bebrapa contoh dari titrasi
redoks antara lain adalah titrasi permanganometri dan titrasi iodometri/iodimetri. Titrasi
iodometri menggunakan larutan iodium (I2) yang merupakan suatu oksidator sebagai
larutan standar. Larutan iodium dengan konsentrasi tertentu dan jumlah berlebih
ditambahkan ke dalam sampel, sehingga terjadi reaksi antara sampel dengan iodium.
Selanjutnya sisa iodium yang berlebih dihiung dengan cara mentitrasinya dengan larutan
standar yang berfungsi sebagai reduktor (Karyadi, 1994). Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri) dan
ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri). Relatif beberapa zat merupakan
pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium. Maka
jumlah penentuan iodimetrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup
kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses
iodometrik. Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang
ditentukan, dengan pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium
tiosulfat. (Underwood, 1986).
METODE PERCOBAAN
BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi tablet aspirin,
alkohol 10%, larutan NaOH 0,1 M, indikator PP, akuades, larutan 0,1 M,
larutan 10%, larutan 0,1 M, indikator amilum, dan kertas saring.
ALAT
Alat-alat yang dibutuhkan dalam percobaan ini meliputi gelas beker 100 mL,
gelas arloji, gelas ukur 25 mL, gelas ukur 10 mL, lumpang porselin, erlenmeyer 50 mL,