Revisi BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan Analisa Aspirin dan Kafeina dalam Tablet B. Tujuan Percobaan 1.Menentukan kadar aspirin dalam suatu tablet 2.Menentukan kadar kafein dalam suatu tablet
Revisi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
Analisa Aspirin dan Kafeina dalam Tablet
B. Tujuan Percobaan
1. Menentukan kadar aspirin dalam suatu tablet
2. Menentukan kadar kafein dalam suatu tablet
Revisi
BAB III
METODE
A. Alat dan Bahan
Alat :
1. Buret dan Statif
2. Lumpang dan Alu Porselin (mortar)
3. Erlenmeyer
4. Corong
5. Pipet Ukur
6. Pro Pipet
7. Pipet Tetes
8. Labu Ukur
9. Kertas saring
10. Kompor
11. Timbangan Elektrik
12. Gelas Ukur
13. Gelas Beker
14. Penjepit
Bahan :
1. Tablet Aspirin (Aspirin)
2. Tablet Kafein (Saridon)
3. Alkohol 95%
4. Aquades
5. Indikator PP
6. NaOH 0,1 N
7. Na2S2O3 0,1 N
8. H2SO4 10%
9. Iodin 0,1 N
10. Amilum
Revisi
B. Cara Kerja
1. Kadar Aspirin
Tablet aspirin ditimbang menggunakan timbangan elektrik kemudian
dicatat merk dan kadarnya. Tablet aspirin digerus di lumpang porselen hingga
halus, hasil dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian lumpang porselin
dicuci dengan alkohol 95% sebanyak 25 ml. Erlenmeyer digoyang-goyang
selama ± 5 menit, erlenmeyer dipanaskan menggunakan kompor hingga
mendidih, kemudian didinginkan. Larutan dimasukkan ke dalam labu ukur,
kemudian ditambahkan aquades sampai tanda batas,larutan diambil sebanyak
20 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan aquades
sebanyak 5 ml dan indikator PP sebanyak 3 tetes. Larutan dititrasi dengan
NaOH 0,1 N hingga berwarna merah muda, volume titran dicatat dan
percobaan diulangi 2 kali,kadar aspirin dihitung menggunakan rumus :
% Aspirin = 10020
×volume titran NaOH ×0,01802
berat tablet (gr )×100 %
mg/tablet =10020
× volume NaOH ×18,02
2. Kadar Kafein
Tablet kafein ditimbang menggunakan neraca digital kemudian dicatat
merk dan kadarnya, tablet kafein digerus menggunakan lumpang porselin
sampai halus dan dimasukkan ke dalam labu ukur. Lumpang porselin dicuci
dengan alkohol 95% sebanyak 25 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu
ukur dan digojog selama 5 menit. Kemudian ditambahkan H2SO4 10%
sebanyak 5 ml dan iod 0,1 N sebanyak 20 ml, aquades ditambahkan ke dalam
labu ukur sampai tanda batas dan disaring dengan menggunakan kertas
saring. Hasil penyaringan dikocok dan didiamkan selama 10 menit, lalu
larutan diambil sebanyak 20 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan
Revisi
ditambah amilum sebanyak 3 tetes. Setelah itu larutan dititrasi dengan
Na2S2O3 0,1 N hingga jernih, volume titran dicatat dan titrasi diulangi
sebanyak 2 kali, kadar kafein dihitung menggunakan rumus :
% Kafein = {20−( 10020
× Vol Na2 S2O3)}×0,00483
berat tablet (gr)× 100 %
mg/tablet = {20−(10020
×Vol Na2 S2O3)× 4,83}
Revisi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Percobaan
Tabel 1. Hasil Pengukuran Kadar Aspirin dalam Tablet
Berat
Tablet (gr)
Vol.NaOH (ml) Rata-rata
vol.NaOH (ml)
Kadar Aspirin
1 2 3 % Kadar mg/tablet
0,578 gr 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 77,94 % 450,5
mg/tablet
Tabel 2. Hasil Pengukuran Kadar Kafein dalam Tablet
Berat
Tablet (gr)
Vol.Na2S2O3 (ml) Rata-rata
vol.
Na2S2O3
(ml)
Kadar Aspirin
1 2 3 % Kadar mg/tablet
0,634 gr 2,4 ml 2 ml 2 ml 2,13 ml 7,12% 45,10
mg/tablet
B. Pembahasan
1. Aspirin
Pada percobaan kali ini adalah penentuan kadar aspirin dan kadar kafein
di dalam suatu tablet. Aspirin adalah turunan dari asam salisilat yang di
asetilisasikan dengan menggunakan asetil klorida atau anhidrin asam asetat
dengan katalis H2S04. Reaksi pembentukan aspirin adalah sebagai berikut :
Revisi
Gambar 1. Reaksi Pembentukan Aspirin (Dusek, 1987)
Reaksi dengan anhidrida asam asetat akan menghasilkan aspirin.
Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan ahidrida asam
asetat menggunakan katalis H2S04 10% sebagai zat penghidrasi. Aspirin
digunakan sebagai senyawa analgenik (penahan rasa sakit dan nyeri),
antipiretik (terhadap demam), dan anti inflamasi (peradangan). Apirin
memiliki sifat tidak larut dalam air, tetapi larut dalam eter dan etanol, serta
bersifat asam (Petruci, 1987).
Aspirin memiliki efek samping seperti hepatitis ringan,
pendarahan saluran pencernaan, penurunan pendengaran, alkolisis
respirasi dan bahkan dapat menyebabkan kematian apabila dikonsumsi
dalam dosis tinggi. Selain itu, aspirin juga tidak boleh diberikan pada
orang yang akan mendonorkan darahnya. Efek lain yang merugikan dari
aspirin adalah bagi wanita yang sedang mengalami menstruasi maka akan
dimungkinkan dirinya kehilangan banyak darah sehingga menyebabkan
anemia (Petruci, 1987)
Pertama aspirin ditimbang(0,58 gram), dicatat merknya (merk
tablet : Aspirin), dan dicatat juga kadarnya (0,5 mg/tablet), kemudian
digerus dalam lumpang porselin, dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
Lalu lumpang dicuci menggunakan alkohol 95% sebanyak 25 ml dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Penggerusan tablet aspirin bertujuan
untuk mempermudah agar aspirin yang semula berbentuk tablet dapat
menjadi butiran kecil yang halus dan dapat dengan mudah larut. Pencucian
lumpang bertujuan untuk membersihkan sisa gerusan aspirin yang
tertinggal di dalam lumpang, dan meminimalisir aspirin yang terbuang.
Setelah dimasukkan ke dalam erlenmeyer, larutan digoyang
kurang lebih selama 5 menit dan dipanaskan hingga mendidih, setelah itu
dimasukkan ke labu ukur. Erlenmeyer digoyang selama kurang lebih
Revisi
selama 5 menit bertujuan untuk membantu pencampuran antara alkohol
dan serbuk aspirin. Sedangkan pemanasan bertujuan untuk membantu
melarutkan aspirin di dalam alkohol. Alkohol berfungsi untuk melarutkan
aspirin, karena aspirin tidak dapat larut dalam air.
Kemudian aquades dimasukkan ke dalam labu ukur sampai tandai
batas. Hali tersebut bertujuan untuk mengencerkan larutan dan
mengurangi konsentrasi larutan aspirin. Setelah itu larutan diambil
sebanyak 20 ml dan dimasukkan ke erlenmeyer dan ditambahkan aquades
sebanyak 5 ml dan indikator PP sebanyak 3 tetes.
Indikator adalah suatu zat tambahan atau zat pembantu yang
digunakan untuk menunjukan perubahan warna pada percobaan titrasi ini.
Titik ekivalen yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan
konsentrasi basa, atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama
dengan jumlah asam yang dinetralkan. Titik akhir reaksi adalah suatu
keadaan dimana larutan telah mengalami perubahan warna (Raharjo,
1999).
Kemudian dititrasi menggunakan NaOH 0,1 N sebagai titran dan
sebagai larutan yang bersifat basa kuat yang berfungsi menangkap dan
menetralkan alkohol yang tidak ikut bereaksi dan aspirin yang bersifat
asam supaya titik keseimbangan terjadi, sehingga dengan demikian kadar
aspirin dapat diketahui.Titrasi dilakukan sebanyak tiga kali untuk
menghindari galat. Titran adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi
dan sudah diketahui kadarnya. Titran sering disebut zat penitrasi, zat
penitrasi ini biasanya dimasukkan ke dalam buret (Raharjo, 1999).
Menurut Pranata (1995), untuk mengetahui konsentrasi aspirin
dapat dilakukan dengan cara titrasi yang menggunakan titran berupa
larutan NaOH 0,1 N. Dalam reaksi netralisasi ini, gugusan asetil lebih
sukar dilepaskan daripada gugusan karboksil, sehingga terjadi reaksi
sebagai berikut:
Revisi
Gambar 2. Reaksi Netralisasi (Pranata, 1995).
Titrasi diakhiri bila telah terjadi perubahan warna yang konstan selama satu menit
dari indicator PP. Jika terjadi kelebihan NaOH maka akan terjadi reaksi sebagai
berikut:
.
Gambar 3. Reaksi Kelebihan NaOH (Pranata, 1995)
Penentuan kadar aspirin menggunakan titrasi jenis alkalimetri,
dimana titrasi yang menggunakan basa sebagai larutan standarnya. Reaksi
alkalimetri merupakan bagian dari analisis volumetri. Titrasi alkalimetri
pada percobaan ini memiliki prinsip penentuan kadar asam berupa larutan
aspirin dan ditentukan dengan menggunakan larutan standar yang bersifat
basa. Pada pengulangan pertama dan kedua jumlah NaOH yang digunakan
sebanyak 5 ml, rata-rata kedua pengulangan adalah 5 ml.
Setelah dilakukan dua kali pengulangan dan didapatkan volume
NaOH pengulangan pertama, kedua, dan ketiga yang digunakan untuk
menitrasi adalah 5 ml sehingga rata-ratanya 5 ml, maka dapat dihitung
kadar aspirin dan persentase kadar aspirin dengan menggunakan rumus :
% Aspirin = 10020
×volume titran NaOH ×0,01802
berat t ablet (gr)×100 %
mg/tablet =10020
× volume NaOH ×18,02
Revisi
Setelah dilakukan perhitungan didapatkan bahwa persentase kadar
aspirin sebesar 77,94% dan kadar aspirin 450,5 mg/tablet atau sama
dengan 0,450 gram/tablet. Sedangkan kadar sebenarnya dari tablet aspirin
yang digunakan adalah 0,5 gram/tablet. Dapat dilihat bahwa perbedaan
antara kedua kadar aspirin tidak berbeda jauh, hal ini berarti volume
NaOH yang digunakan cukup. Semakin banyak volume NaOH yang
digunakan, maka akan semakin besar perhitungan kadar yang dihasilkan.
Kandungan yang terdapat dalam satu tablet Aspirin adalah aspirin.
Dikemas dalam 500 mg x 12 per kemasan. Kandungan utama dalam tablet
tersebut adalah aspirin, tetapi tidak menutup kemungkinan ada kandungan
lainnya sehingga berat tablet mencapai 500 mg. Sehingga menyebabkan
selisih yang amat jauh dari hasil percobaan yang hanya sebesar 450,5 mg.
Kemungkinan yang terjadi adalah adanya zat aktif lain atau terjadi human
error atau ada galat pada alat timbang elektrik (Raharjo, 1999).
Aspirin juga berbahaya, penggunaan berulang dapat menyebabkan
pendarahan gastrointestinal dan satu dosis tinggi (10-20 gram) dapat
menyebabkan kematian. Satu gram=1000mg, dalam tablet terkandung
450,5 mg bila dikonversi kedalam gram adalah 0,4505 gram. Angka
tersebut sangat jauh dibawah 10 gram, jadi produk tablet Aspirin aman
diminum selama tidak diminum sebanyak 20 butir sekaligus karena bila 20
butir tablet Aspirin diminum dapat menyebabkan kematian (Hart dkk.,
2003).
2. Kafein
Kafein merupakan senyawa alkaloida turunan dari purin yang memiliki
nama lain 1,3,7 trimetil xanthine yang berbentuk kristal dan berasa pahit. Kafein
memiliki rumus molekul C8H10N4O2. Rumus bangun sebagai berikut :
Revisi
Gambar 1. Rumus Bangun Kafein (Pranata, 1995).
Pada umumnya kafein terdapat di kakao, biji kopi, dan daun teh.
Pada tumbuhan, kafein berperan untuk membunuh dan mematikan
serangga-serangga tertentu yang memakan tumbuhan tersebut. Kafein
biasanya dikonsumsi manusia dengan cara mengesktraknya terlebih
dahulu menjadi teh atau kopi. Kafein bukan termasuk zat yang berbahaya.
Kafein merupakan zat osikoaktif yang paling banyak dikonsumsi di dunia
(Shern, 1989).
Kafein memiliki sifat yang berbeda dengan aspirin, kafein
memiliki sifat tidak larut dalam etanol dan eter. Kafein dapat larut dalam
air, kafein juga tidak memiliki bau tertentu. Kafein memiliki kegunaan
seperti membantu melancarkan air seni, perangsang saraf pusat, dan dapat
mengusir rasa kantuk sementara waktu.Selain itu kafein juga memiliki
efek samping bila di konsumsi secara berlebih seperti jantung berdetak
lebih cepat, tidur mengigau, susah tidur, gemetaran, dan buang air kecil
secara terus menerus (Shearn, 1989).
Titrasi yang digunakan dalam percobaan penentuan kadar kafein
adalah titrasi iodometri,titrasi iodometri digunakan untuk mengetahui
kadar atau konsentrasi kafeina. Karena, ikatan rangkap dari kafein dapat
mengadisi iod, titrasi iodometri merupakan metode dalam analisis
titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator.
Titrasi ini memiliki prinsip, dimana zat ini akan mengoksidasi iodide yang
ditambahkan membentuk iodin. Iodin yang terbentuk akan ditentukan
dengan menggunakan larutan standar Na2S2O3.
Pertama kafein ditimbang (0,634gr), dicatat merknya (merk tablet:
Saridon), dan dicatat kadarnya (50 mg/tablet), kemudian digerus dalam
lumpang porselin dan dimasukkan ke dalam labu ukur. Lalu lumpang
Revisi
dibilas dengan alkohol 95% sebanyak 25 ml dan dimasukkan ke dalam
labu ukur. Penggerusan tablet kafein bertujuan untuk mempermudah agar
kafein yang semula berbentuk tablet dapat menjadi butiran kecil yang
halus dan dapat dengan mudah larut. Pencucian lumpang bertujuan untuk
membersihkan sisa gerusan kafein yang tertinggal di dalam lumpang, dan
meminimalisir kafein yang terbuang.
Setelah dimasukkan ke dalam labu ukur, larutan digoyang kurang
lebih 5 menit yang bertujuan untuk membantu pencampuran antara
alkohol dan serbuk dari kafein. Alkohol 95% dalam percobaan penentuan
kadar kafein berfungsi sebagai pengekstraksi agar zat kafein terpisah dari
zat lainnya. Sehingga kafein yang bercampur dengan zat lain dapat
terpisah dan dapat dihitung kadarnya.
Ditambahkan H2SO4 10% sebanyak 5 ml dan iod 0,1 N sebanyak
20 ml, lalu ditambahkan aquades hingga tanda batas. Larutan
H2SO4bertujuan untuk memberi suasana asam pada suatu larutan, larutan
iod berfungsi sebagai pereaksi reduksi serta sebagai katalis untuk adasi
kafein dengan iod, dan aquades berfungsi sebagai pengencer. Setelah itu
disaring menggunakan kertas saring dan hasil penyaringan dikocok dan
didiamkan selama 10 menit. Penyaringan bertujuan untuk memisahkan
larutan kafein dengan endapannya sehingga menghasilkan hasil yang
akurat saat dititrasi. Pengocokan bertujuan untuk mencampur larutan atau
meratakan larutan.
Setelah itu larutan diambil sebanyak 20 ml dan dimasukkan ke
dalam erlenmyer dan ditambahkan amilum sebanyak 3 tetes,amilum
merubah warna larutan yang awalnya coklat menjadi biru tua pekat.
Perubahan warna terjadi karena adanya indikasi amilum terhadap iod yang
ada pada larutan.
Lalu dititrasi dengan Na2S2O30,1 N sampai jernih dan dilakukan
pengulangan sebanyak tiga kali. Amilum berfungsi sebagai indikator
Revisi
titrasi iodometri. Penambahan amilum dilakukan saat mendekati akhir
titrasi agar amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan
amilum sukar dititrasi untuk kembali ke senyawa
semula.Na2S2O3berfungsi untuk menetralkan iod yang tidak bereaksi (iod
yang berlebihan dalam reaksi).
Saat dititrasi akan terlihat warna biru tua pekat perlahan-lahan
berubah menjadi jernih. Perubahan warna dari biru tua pekat menjadi
bening menandakan bahwa sudah tidak ada lagi kandungan iod, iod telah
habis bereaksi dengan peniter. Saat terjadi perubahan warna itulah yang
disebut titik akhir reaksi.
Reaksi kimia yang berlangsung dalam percobaan antara lain, reaksi
antara kafein yang direasikkan dengan iod menggunakaan katalis H2SO4.
Berikut hasilnya:
Gambar 2. Reaksi antara Kafein dan Iod (Pranata, 1995).
Pada waktu tersebut ikatan rangkap dari kafein dapat mengadisi iod sehingga
terjadi perubahan ikatan dari rangkap menjadi tunggal (Pranata, 1986).
Menurut Respati (1986), dalam titrasi ini terjadi reaksi iodium-
thiosulfat, yaitu jika larutan iodium dalam KI pada suasana netral maupun
asam dititrasi akan berikatan dengan thiosulfat, sehingga:
I3- + 2S2O3
2- 3I- + S4O62-.
Selama reaksi zat antara 2S2O3I- yang tidak berwarna adalah terbentuk sebagai
S2O32- + I3
- S2O3I- + 2I-
Yang mana bila terus berjalan menjadi
2S2O3I- + I- S4O62- + I3
-
Warna indikator muncul kembali pada
S2O3I- + S2O32- S4O6
2- + I-.
Revisi
Ketika larutan dititrasi dengan natrium thiosulfat sebagaian larutan yang
mengadisi kafein berikatan dengan thiosulfat, reaksinya
2NaS2O3 + I2 2NaI + Na2S4O6
I2- + 2S2O3
2- 2I- + S4O62-.
Setelah dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali, maka
didapatkan volume Na2S2O3pada pengulangan pertama sebanyak 2 ml,
pengulangan kedua sebanyak 2 ml, dan pengulangan ketiga sebanyak 2 ml.
Sehingga diperoleh rata-ratanya 2,13 ml. Selanjutnya dapat dilakukan
penghitungan kadar kafein dan persentase kadar kafein dengan
menggunakan rumus :
% Kafein = {20−( 10020
× Vol Na2 S2O3)}×0,00483
berat tablet (gr)× 100 %
mg/tablet = {20−(10020
×Vol Na2 S2O3)× 4,83}Setelah dilakukan penghitungan, maka didapatkan persentase kadar
kafein sebesar 7,12% dan kadar kafein sebanyak 45,1605 mg/tablet atau
0,045 gr/tablet. Padahal, kadar sesungguhnya dari tablet kafein adalah 50
mg/tablet. Terdapat selisih perbedaan kadar kafein sebesar 4,84 mg/tablet.
Hal tersebut dapat disebabkan karena ketidaktelitian dalam melakukan
proses titrasi, dimana volume Na2S2O3yang digunakan sedikit sehingga
kadar yang dihasilkan lebih rendah. Semakin banyak volume Na2S2O3yang
digunakan, maka akan semakin besar perhitungan kadar yang dihasilkan.
Ketidak telitian saat penentuan titik akhir tirasi :
1. Ketidak telitian pada saat penentuan volume titran yang digunakan
2. Kadar tertulis belum tentu kadar yang sebenarnya
3. Larutan atau reagen telah terkontaminasi atau rusak
4. Kesalahan dalam cara kerja
5. dll.
Revisi
BAB V
KESIMPULAN
Pada percobaan analisa aspirin dalam tablet dapat disimpulkan
beberapa hal yaitu sebagai berikut :
1. Presentase kadar aspirin dalam tablet adalah 77,94% dan kadar aspirin 450,5
mg/tablet.
2. Presentase kadar kafein 7,12% dan kadar kafein 45,10 mg/tablet atau 0,045
gr/tablet.
Revisi
3. Tirasi yang dilakukan untuk mengetahui kadar aspirin dalam tablet adalah
titrasi alkalimetri dengan indikator PP dan NaOH sebagai penitrasi.
4. Untuk mengetahui kadar kafein digunakan titrasi iodometri dengan indikator
amilum dan Na2S2O3sebagai penitrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A. dan Underwood, A.L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 5.
Erlangga. Jakarta.
Dusek,E.D. 1987. Drugs A Factual Account. Newberry Award Record. USA.
Revisi
Hart, H., Craine, L. E. dan Hart, D. J. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat.
Erlangga. Jakarta.
Petrucci, R.H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi 4 Jilid 2.
Erlangga. Jakarta.
Pranata, F. S. 1995. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Laboratorium Teknobio
Pangan FTB UAJY. Yogyakarta.
Raharjo. 1999. Kimia untuk Ilmu Keperawatan dan Farmasi Jilid 3 Edisi Revisi.
Bumi Aksara. Jakarta.
Respati. 1986. Dasar-dasar Ilmu Kimia untuk Universitas. Aksara Baru. Jakarta.
Rivai, H.1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Kimia Press. Jakarta.
Shearn, M.A. 1989. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta.
Revisi
LAMPIRAN
1. Presentase Aspirin :
% Aspirin= 10020
×volume titran NaOH ×0,01802
berat tablet (gr )×100 %
¿
10020
x 5 x0,01802
0,578x 100 %
= 77,94%
2. Kadar Aspirin :
mg/tablet =10020
× volume NaOH ×18,02
=10020
×5 ×18,02
= 450,5 mg/tablet
3. Presentase Kafein :
% Kafein = {20−( 10020
× Vol Na2 S2O3)}×0,00483
berat tablet (gr)× 100 %
= {20−( 10020
× 2,13)}×0,00483
0,643×100 %
= 7,12%
4. Kadar Kafein :
mg/tablet = {20−(10020
×Vol Na2 S2O3)× 4,83}
Revisi
= {20−(10020
x2,13)× 4,83}= 45,1605 mg/tablet= 0,045 gr/tablet
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Revisi
Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus –
OH dan –COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi
yang berbeda yaitu reaksi asam dan basa. Reaksi dengan anhidrida asam asetat
akan menghasilkan aspirin. Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat
dengan anhidrida asam asetat menggunakan katalis H2S04 10% sebagai zat
penghidrasi (Dusek, 2008). Rumus bangun dari aspirin adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Rumus Bangun Aspirin (Dusek, 2008).
Menurut Raharjo (1999), aspirin atau asam asetilsalisilat adalah sejenis
obat dari turunan salisilat yang digunakan sebagai senyawa analgenik (penahan
rasa sakit dan nyeri), antipiretik (terhadap demam), dan anti inflamasi
(peradangan). Asam salisilat merupakan turunan asam benzoate dengan nama
orthohidroksi benzoate. Aspirin disebut sebagai asam asetilsalisitik karena
terbuat dari asam salisilik yang diasetilisasikan dengan asetil klorida yang
bersifat asam, dengan rumus bangun :
Gambar 2. Reaksi Pembentukan Apirin (Raharjo, 1999).
Aspirin memiliki efek samping bagi wanita yang sedang
mengalami menstruasi maka akan dimungkinkan dirinya akan kehilangan
banyak darah bahkan menyebabkan anemia. Selain itu aspirin juga tidak
boleh diberikan pada orang yang akan mendonorkan darahnya (Dusek,
Revisi
1987).Efek lain yang merugikan dari aspirin adalah hepatitis ringan,
pendarahan saluran pencernaan, penurunan pendengaran, alkolisis
respirasi, bahkan dapat menyebabkan kematian apabila dikonsumsi dalam
dosis yang tinggi. Aspirin sukar larut dalam air namun larut dalam etanol
dan eter, aspirin yang larut adalah garam Ca (Shearn, 1989).
Berdasarkan metodenya dikenal beberapa jenis titrasi, yaitu titrasi
asidimetri dan titrasi alkalimetri. Titrasi asidimetri adalah titrasi yang
menggunakan asam sebagai larutan standarnya. Sedangkan titrasi
alkalimetri adalah titrasi yang menggunakan basa sebagai larutan
standarnya. Titrasi alkalimetri digunakan untuk menganalisis kadar aspirin
(Respati, 1986).
Kafeina ialah senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan
berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang. Alkaloid secara umum
mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang bersifat basa dan
merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan alkaloid berbentuk
padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau mempunyai kisaran
dekomposisi. Alkaloid dapat juga berbentuk amorf atau cairan (Day dan
Underwood, 2007). Berikut rumus bangun kafein :
Gambar 3. Rumus Bangun Kafein (Day dan Underwood, 2007).
Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil
asam amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik,
fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan
triftopan yang menurunkan alkaloid indol (Respati, 2007). Dalam proses
analitik iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri) dan ion
idodie digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri), beberapa zat
Revisi
merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi langsung
dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodimetrik sedikit, tetapi banyak
pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodide,
dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Satu kelebihan ion iodide
ditambahkan pada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan
iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan natirum tiosulfat. Reaksi
antara iodium dan tiosulfat berlangsung secara sempurna (Day dan
Underwood, 1986).
Kafein sebagai diuretik yang membantu pelancar air seni, dan
perangsang saraf pusat, pada konsumsi satu atau dua cangkir kopi, yang
berarti dosis sekitar 100-200 mg kafeine dan dosis aspirin sekitar 500 mg.
Selain itu jika kafein dikonsumsi dalam dosis yang tinggi maka akan
menyebabkan susah tidur, tidur mengigau, jantung berdetak lebih cepat,
dan sering buang air kecil. Fakta-fakta tentang kafein, yaitu kafein bersifat
adiktif, kafein menyebabkan dehidrasi, kafein dapat memperburuk
penyakit jantung, kafein menyebabkan kerapuhan tulang, dan kafein tidak
sehat bagi wanita hamil (Raharjo, 2012). Titrasi iodimetri merupakan
metode analisis titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang
bersifat oksidator. Titrasi ini memiliki prinsip, dimana zat ini akan
mengoksidasi iodide yang ditambahkan membentuk iodine atau titrasi
iodometri adalah cara titrasi redoks yang menggunakan larutan iodide
sebagai peniter (Rivai, 1995).