Top Banner
TUGAS PEMBELAJARAN INOVATIF I Model Pembelajaran Langsung Disusun oleh: Kelompok 6: 1. Cicik Fauziyah 13030174061 2. Ardian Dwi Kusuma Mukti 13030174081 2013 U 1
28

Kelompok 6 Pembelajaran Kooperatif Revisi

Dec 20, 2015

Download

Documents

ardiandwi

Kelompok 6 Pembelajaran Kooperatif Revisi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kelompok 6 Pembelajaran Kooperatif Revisi

TUGAS PEMBELAJARAN INOVATIF I

Model Pembelajaran Langsung

Disusun oleh:

Kelompok 6:

1. Cicik Fauziyah 13030174061

2. Ardian Dwi Kusuma Mukti 13030174081

2013 U

Jurusan Matematika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Surabaya

2014

1

Page 2: Kelompok 6 Pembelajaran Kooperatif Revisi

Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. atas berkat rahmat dan

rezekinya sehingga kita diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dalam rangka

mewujudkan cita-cita kita. Alhamdulillah pada kesempatan ini kita dapat

menyelesaikan tugas mata kuliah Inovatif Teaching and Learning 1 sebagai nilai

tugas berjudul “Model Pembelajaran Kooperatif” tepat pada waktunya. Selain

bertujuan dalam memenuhi tugas, makalah ini disusun agar pembaca atau mahasiswa

calon guru mengetahui bagaimana model atau metode pembelajaran kooperatif ini

diterapkan dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.

Makalah ini membahas tentang latar belakang, tujuan, sintaks/ fase/ tahapan,

lingkungan belajar/ manajemen kelas, dan asesmen/ evaluasi pada pembelajaran

kooperatif.

Ucapan terima kasih tak lupa saya sampaikan kepada Dosen Mata Kuliah

Inovatif Teaching and Learning 1, orang tua, teman-teman, serta referensi-referensi

yang kita dapat. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Kami

menyadari bahwa dalam penulisan dan pembuatan makalah ini, masih terdapat

banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami

butuhkan untuk dapat memperbaiki makalah ini.

Surabaya, 28 Februari 2015

Hormat Kami

Penulis

2

Page 3: Kelompok 6 Pembelajaran Kooperatif Revisi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………......2

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………3

BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………………4

BAB 2 PEMBAHASAN

BAB 1 2.1. Latar Belakang Pembelajaran Kooperatif……………………………..…6

2.2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif…………………………………...…….8

2.3. Sintaks/ Fase/ Tahapan Pembelajaran Kooperatif…………………........10

2.4. Lingkungan Belajar/ Manajemen Kelas Pembelajaran Kooperatif……..15

2.5. Assessment/ Penilaian Pembelajaran Kooperatif……….........................18

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….20

3

Page 4: Kelompok 6 Pembelajaran Kooperatif Revisi

BAB 1

PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk individual, berbeda satu sama lain, karena sifatnya

yang individual maka manusia yang satu membutuhkan manusia yang lainnya

sehingga sebagai konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial,

makhluk beriteraksi dengan sesamanya, selain itu manusia memiliki potensi, latar

belakang historis, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Dari adanya

perbedaan, manusia dapat silih asah (saling mencerdaskan), saling membutuhkan

maka harus ada interaksi yang silih asih (saling menyayangi atau saling mencintai).

Dalam dunia pendidikan, khususnya pada jenjang pendidikan formal banyak

dijumpai perbedaan-perbedaan mulai dari perbedaan gender, suku, agama, dan lain-

lain. Dari karakter yang heterogen tersebut, timbul suatu pertanyaan bagaimana guru

dapat memotivasi seluruh siswa mereka untuk belajar dan membantu saling belajar

satu sama lain? Bagaimana guru dapat menyusun kegiatan kelas sedemikian rupa

sehingga siswa akan berdiskusi, berdebat, dan menggeluti ide-ide, konsep-konsep,

dan keterampilan sehingga siswa benar-benar memahami ide, konsep dan

keterampilan tersebut? Bagaimana guru dapat memanfaatkan energi sosial seluruh

rentang usia siswa yang begitu besar di dalam kelas untuk kegiatan-kegiatan

pembelajaran roduktif? Bagaimana guru dapat mengorganisasikan kelas sehingga

siswa saling menjaga satu sama lain, saling mengambil tanggung jawab satu sama

lain, dan belajar untuk menghargai satu sama lain terlepas dari suku, tingkat kinerja,

atau ketidakmampuan karena cacat?

Model pembelajaran kooperatif nampaknya merupakan jawaban atas

pertanyaan tersebut. Pembelajaran kooperatif adalah kerja kelompok yang terkelola

dan terorganisasikan sedemikian sehingga peserta didik bekerja sama dalam

kelompok kecil untuk mencapai tujuan-tujuan akademik, effektif dan sosial (Johnson

dan Johnson, 1989). Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat lima prinsip yang

harus tercermin didalamnya. Lima prinsip tersebut adalah : 1) saling ketergantungan

4

Page 5: Kelompok 6 Pembelajaran Kooperatif Revisi

positif; 2) tanggung jawab perseorangan; 3) tatap muka; 4) komunikasi antar anggota;

dan 5)evaluasi proses kelompok (Lie, 2000).

Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif) merupakan salah satu model

pembelajaran yang berupaya membantu siswa untuk mempelajari isi akademis dan

berbagai keterampilan untuk mencapai berbagai sasaran, tujuan sosial dan hubugan

antar manusia yang penting.

5

Page 6: Kelompok 6 Pembelajaran Kooperatif Revisi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Latar Belakang Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif tidak berevolusi dari sebuah teori

individual atau dari sebuah pendekatan tunggal tentang belajar. ia berakar

pada masa yunani awal, tetapi perkembangan kontemporernya dapat dilacak

ke hasil karya para psikolog pendidikan dan para teoritisi di awal abad kedua

puluh, maupun teori-teori pemrosesan informasi yang terkait dengan belajar

dan teoritisi-teoritisi kognitif dan perkembangan, seperti Piaget dan Vigotsky.

1. Konsep Kelas Demokratis

Pada 1916, john Dewey menulis sebuah buku yang berjudul

Democracy and Education. Konsep Dewey tentang pendidikan

menyatakan bahwa kelas seharusnya mencerminkan masyarakat yang

lebih luas dan menjadi laboratorium bagi pembelajaran kehidupan nyata.

Pedagogi Dewey mengharuskan guru untuk menciptakan lingkungan

belajar yang ditandai oleh prosedur-prosedur yang demokratis dan proses-

proses ilmiah. Tanggung jawab utama guru adalah melibatkan siswa

dalam penyelidikan tentang berbagai masalah social dan interpersonal.

Prosedur-prosedur kelas spesifik yang dideskripsikan oleh Dewey

menekankan pada kelompok-kelompok kecil siswa yang berusaha

mengatasi masalah dengan mencari sendiri jawabannya dan mempelajari

prinsip-prinsip demokrasi melalui interaksi sehari-harinya.

Herbert Thelen (1954, 1960) mengembangkan prosedur-prosedur

yang lebih teliti untuk membantu siswa bekerja dalam kelompok. Seperti

Dewey, Thelen mengatakan bahwa kelas seharusnya merupakan

laboratorium atau miniatur demokrasi yang bertujuan mempelajari dan

menyelidiki berbagai masalah sosial dan interpersonal.

6

Page 7: Kelompok 6 Pembelajaran Kooperatif Revisi

Dewey dan Thelen melihat perilaku kooperatif sebagai fondasi

demokrasi dan melihat sekolah sebagai laboratorium untuk

mengembangkan perilaku demokratis.

2. Hubungan Antarkelompok

Pada 1954, Mahkamah agung AS menerbitkan keputusan

historisnya, Brown v. Board of Education of Topeka, yang memutuskan

bahwa sekolah-sekolah negeri di AS tidak boleh lagi beroperasi dengan

kebijakan separate-but-equal, tetapi harus terintegrasi secara rasial.

Shlomo Sharan dan rekan-rekan (1984, 1999) di Tel Aviv

University, Israel mendapat isu konflik antarkelompok sangat taja,

merangkum tiga kondisi dasar yang dibutuhkan untuk menangkal

prsangka rasial:

a. Kontak antaretnis tanpa mediasi.

b. Berlangsungnya dalam kondisi-kondisi yang setara diantara para

anggota berbagai kelompok yang berpartisipasi dalam setting

tertentu.

c. Setting tersebut memberikan sanksi resmi atas kerja sama antaretnis.

Banyak minat pada model pembelajaran kooperatif dewasa ini

yang tumbuh dari upaya untuk menstrukturisasikan kelas dan proses

mengajar yang sesuai dengan ketiga kondisi itu.

Hasil karya David dan Roger Johnsondan rekan-rekan (Johnson et

al., 1979; dan Johnson & Johnson, 2006) telah mengeksplorasi bagaimana

lingkungan kelas yang kooperatif dapat menghasilkan pembelajaran yang

lebih baik oleh dan pandangan yang lebih positif terhadap siswa-siswa

dengan kebutuhan khusus yang dimasukkan ke dalam kelas-kelas regular

maupun terhadap siswa lainnya.

3. Experiental Learning

Johnson dan Johnson (2005), teoritisi-teoritisi pembelajran

kooperatif terkemuka, mendeskripsikan experiental learning sebagai

berikut:

7

Page 8: Kelompok 6 Pembelajaran Kooperatif Revisi

“Experiental Learning” didasarkan pada tiga asumsi: belajar yang paling

baik adalah nila Anda terlibat secara pribadi dalam pengalaman

belajarnya; pengetahuan haru ditemukan Anda sendiri agar memiliki arti

atau dapat membuat perbedaan pada perilaku Anda; dan komitmen anda

terhadap belajar dalam keadaan paling tinggi bila Anda bebas

menentukan tujuan belajar Anda sendiri dan berusaha secar aktif untuk

mencapainya dalam kerangka kerja tertentu.” (hlm. 7)

4. Efek-efek Pembelajaran Kooperatif

a. Efek pada Pembelajaran Kooperatif

Studi-studi Sharan menujukkan dengan jelas bahwa metode-metode

instruksional itu mempengaruhi perilaku kooperatif dan kompetitif

siswa. Pembelajaran kooperatif menghasilkan lebih banyak perilaku

kooperatif, baik verbail maupun non verbal, disbanding pengajaran

seluruh kelas. Siswa-siswa dari kedua kelas pembelajaran langsung

menujukkan lebih sedikit perilaku kompetitif dan lebih banyak kerja

sama lintas-etnis dibanding mereka yang berasal dari kelas-kelas

pengajaran seluruh kelas.

b. Efek pada Toleransi terhadap Keanekaragaman

Studi-studi yang serupa dengan penelitian Johnson dan Johnson

(Gilles, 2002; Vedder & Veendrick, 2003) menujukkan bahwa

pembelajaran kooperatif tidak hanya dapat memengaruhi toleransi dan

penerimaan yang lebih luas terhadap siswa-siswa dengan kebutuhan

khusu, tetapi juga dapat mendukung terciptanya hubungan yang lebih

di antara siswa-siswa dengan ras dan etnis yang beranekaragam.

2.2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif) dikembangkan

untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting yaitu prestasi akademis,

toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman, dan pengembangan

keterampilan sosial.

1. Prestasi Akademis

8

Page 9: Kelompok 6 Pembelajaran Kooperatif Revisi

Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif) dapat

menguntungkan bagi siswa berprestasi rendah maupun tinggi yang

mengerjakan tugas akademik bersama-sama. Mereka yang berprestasi

tinggi mengajari teman-temannya yang berprestasi lebih rendah, sehingga

memberikan bantuan khusus dari sesame teman yang meiliki minat dan

bahasa berorientasi-kaum muda yang sama. Dalam prosesnya, mereka

yang berprestasi lebih tinggi juga memperoleh hasil secara akademik

karena bertindak sebagai tutor menuntut untuk berpikir lebih mendalam

tentang hubungan di antara berbagai ide dalam subyek tertentu.

2. Penerimaan Terhadap Keanekaragaman

Penerimaan terhadap keanekaragaman yaitu toleransi dan

menerima lebih luas terhadap orang-orang yang berbeda ras, budaya, kelas

sosial, atau kemampuannya. Menyusul premis-premis yang diikhtisarkan

oleh Allport (1954) lebih dari setengah abad lalu, diketahui bahwa kontak

fisik di antara kelompok-kelompok rasa atau etnik yang berbeda atau di

antara anak-anak dengan kebutuhan khusus semata tidak cukup dapat

mengurangi prasangka dan stereotype.

Cooperative Learning memberikan kesempatan kepada siswa-

siswa dengan latar belakang dan kondisi yang beragam untuk bekerja

secara interdependen pada tugas yang sama, dan melalui penggunaan

struktur reward kooperatif, belajar untuk saling menghargai.

3. Pengembangan Keterampilan Sosial

Keterampilan-keterampilan yang ada di masyarakat di mana

banyak pekerjaan orang dewasa dilaksanakan dalam kerangka organisasi

dan komunitas yang besar dan interdependen, dengan orientasi yang

semakin beragam secara kultural dan semakin global.

Akan tetapi, banyak orang muda maupun orang dewasa yang

kurang memiliki keterampilan sosial yang efektif. Situasi ini terbukti dari

betapa seringnya perselisihan terjadi di antara individu-individu yang

mencetuskan tindakan kekerasan dan betapa seringnya orang-orang

9

Page 10: Kelompok 6 Pembelajaran Kooperatif Revisi

menyatakan ketidakpuasaannya ketika diminta bekerja dalam situasi

situasi kooperatif.

2.3. Sintaks/ Fase/ Tahapan Pembelajaran Kooperatif

Sintaksis Model Pembelajaran Kooperatif

No. Fase Peran Guru

1 Mengklarifikasi tujuan

dan establishing set

Guru menjelaskan tujuan-tujuan pelajaran dan

establishing set.

2 Mempresentasikan

Informasi

Guru mempresentasikan informasi kepada

siswa secara verbal atau dengan teks.

3 Mengorganisasikan

siswa ke dalam tim-tim

belajar

Guru menjelaskan kepada siswa tatacara

membentuk tim-tim belajar dan membantu

kelompok untuk melakukan transisi yang

efisien.

4 Membimbing kerja-tim

dan belajar

Guru membantu tim-tim belajar selama mereka

mengerjakan tugasnya.

5 Mengujikan berbagai

materi

Guru menguji pengetahuan siswa tentang

berbagai materi belajar atau kelompok-

kelompok mempresentasikan hasil-hasil

kerjanya.

6 Memberikan

penghargaan

Guru mencari cara untuk mengakui usaha dan

presentasi individual maupun kelompok.

Berikut penjelasan dari keenam fase di atas:

1. Mengklarifikasikan Maksud dan Establishing Set

Guru memulai semua pelajaran dengan mereviu, menjelaskan

tujuan-tujuan mereka dengan bahasa yang dapat dmengerti, dan

menunjukkan kaitan pelajaran sebelumnya. Sebagai contoh, ketika guru

10

Page 11: Kelompok 6 Pembelajaran Kooperatif Revisi

mengintroduksikan sebuah pelajaran investigasi kelompok untuk pertama

kalinya, mereka seharusnya meluangkan waktu yang cukup untuk

memastikan bahwa siswa memahami langkah-langkah spesifiknya dan

peran mereka. Hal ini juga dapat menjadi waktu bagi guru yang ingin

membicarakan tentang cara siswa dapat memikul tanggung jawab atas

pembelajarannya sendiri dan tidak sepenuhnya menggantungkan diri pada

guru. Waktu itu juga dapat digunakan untuk mendiskusikan bagaimana

pengetahuan dapat datang dari banyak sumber, seperti buku, film, dan

interaksinya sendiri dengan orang lain.

Hal yang penting adalah siswa lebih berkemungkinan untuk

mengarah ke sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan penting bila maksud

pelajaran itu telah didiskusikan secara eksplisit. Sulit bagi siswa untuk

mengerjakan sebuah tugas dengan baik bila tidak jelas bagi mereka

mengapa mereka harus mengerjakan tugas itu atau bila kriteria

kesuksesannya dirahasiakan.

2. Mempresentasikan Informasi Secara Verbal atau Teks

Guru dari anak-anak yang masih muda tahu bahwa mengandalkan

teks untuk menyampaikan isi melibatkan membantu anak-anak untuk

belajar membaca materi yang diberikan. Guru di kelas-kelas lebih dari SD,

di sekolah menengah, dan di perguruan tinggi sering mengasumsikan

bahwa siswa dapat membaca dan memahami materi yang diberikan.

Asumsi ini sering kali keliru. Bila pembelajaran kooperatif menuntut

siswa untuk membaca teks, maka para guru efektif, terlepas dari umur

siswa atau subjek yang diajarkannya, bertanggung jawab untuk membantu

siswa agar dapat menjadi pembaca yang lebih baik.

3. Mengorganisasikan Siswa dalam Tim-Tim Belajar

Proses memasukkan siswa ke dalam tim-tim belajar dan membuat

mereka mulai mengerjakan tugasnya barangkali merupakan salah satu

langkah paling sulit bagi guru yang menggunakan pembelajaran

kooperatif. Fase dalam pembelajaran kooperatif inilah yang dapat

11

Page 12: Kelompok 6 Pembelajaran Kooperatif Revisi

mengalami kekacauan bila transisinya tidak direncanakan dan dikelola

secara cermat. Tidak ada yang lebih membuat frustasi bagi guru dibanding

situasi transisional yang ketika ketiga puluh siswanya bergegas masuk ke

kelompok-kelompok kecil, sementara itu, mereka tidak tahu pasti yang

akan dikerjakan, dan semua siswanya menuntut perhatian dan bantuan

guru.

Dari beberapa informasi yang ada, perlu dipertimbangkan guru

ketika mereka mengorganisasikan siswa ke tim-tim belajar adalah perlu

atau tidak perlu memberikan peran tertentu kepada siswa-siswa tertentu.

Sebagian guru lebih suka membuat siswanya bekerja dalam kelompok-

kelompok tanpa pemberian peran tertentu, percaya bahwa sebaiknya

membiarkan masing-masing siswa menjadi dirinya sendiri. akan tetapi,

sebagian lainnya lebih suka memberikan peran kepada masing-masing

siswa, percaya bahwa hal itu mendorong partisipasi dan mendukung

pembelajaran.

Beberapa penelitian (Pallincsar dan Herrenkolg, 2002) mendukung

pemberian peran dan mengajarkan tata cara menjalankan berbagai peran

yang dituntut oleh pelajaran yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif. guru yang memberikan peran tersebut dibagi menjadi dua

bagia, yaitu:

a. Peran-peran Berorientasi-Tugas

1) Taskmaster, yaitu menjaga agar para anggota kelompok tetap pada

tugasnya.

2) Material monitor, yaitu mengambil dan mengembalikan bahan-

bahan.

3) Coach atau content hapler, yaitu membantu para anggota dalam

hal isi pelajaran

4) Recorder, yaitu mencatat ide-ide, rencana-rencana, dan lain-lain.

Sebaiknya dilakukan di atas newsprint chart.

b. Peran-peran Berorientasi-Proses

12

Page 13: Kelompok 6 Pembelajaran Kooperatif Revisi

1) Gatekeeper, yaitu membantu para anggota berbagi; menyetarakan

partisipasi.

2) Encourager, yaitu mendorong para anggota yang tampak enggan

untuk berpartisipasi; memberikan pujian dan apersepsi untuk

setiap penyelesaian.

3) Checker, yaitu membantu para anggota memeriksa pemahaman.

4) Reflector/ timekeeper, yaitu mengingatkan para anggota tentang

kemajuan yang sudah atau belum dapat dicapai.

4. Membantu Kerja Tim dan Belajar

Kegiatan pembelajaran kooperatif yang tidak terlalu rumit

memungkinkan siswa untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan interupsi

atau bantuan minimum dari guru. Untuk kegiatan-kegiatan lain, guru

mungkin perlu mendampingi tim-tim belajar itu, mengingatkan tentang

tugas-tugas yang akan mereka kerjakan dan waktu yang dialokasikan

untuk setiap langkahnya.

Ada hal yang harus diikuti guru selama fase ini, yaitu jika terlalu

banyak interferensi dan bantuan tanpa diminta dari guru dapat

mengganggu siswa. Hal itu juga merenggut kesempatan inisiatif dan self—

direction siswa. Pada saat yang sama, bila guru menemukan siswanya

yang tidak jelas tentang pengarahan yang diberikan oleh guru atau bahwa

mereka tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang direncanakan, maka

interferensi langsung dan bantuan guru dibutuhkan.

5. Mengujikan Berbagai Materi

Untuk pendekatan STAD dan Jigsaw, guru mengharuskan siswa

untuk mengerjakan kuis-kuis tentang materi belajar. Soal-soal tes dalam

kuis-kuis ini harus bertipe objektif, sehingga dapat segera diskor di kelas

usai dikerjakan. Di kotak berikut mengilustrasikan bagaimana skor-skor

individual ditentukan.

13

Page 14: Kelompok 6 Pembelajaran Kooperatif Revisi

Skor dasar adalah skor atau nilai yang diperoleh siswa setelah

mengerjakan soal ulangan harian sebelumnya atau nilai dari mengerjakan

soal materi prasayarat dari materi yang akan diajarkan.

14

Langkah 1

Menetapkan garis dasar (skor dasar)

Masing-masing siswa diberi skor dasar berdasarkan kuis-kuis sebelumnya

Langkah 2

Menemukan skor kuis saat ini

Siswa menerima poin untuk kuis yang terkait dengan pelajaran saat ini

Langkah 3

Menemukan skor kemajuan

Siswa mendapatkan poin kemajuan sebesar selisih skor kuis saat ini dengan skor basil, menggunakan skala di bawah ini

Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar___________________0 poin

10 poin sampai 1 poin di bawah skor dasar_______________10 poin

Skor basal sampai 10 poin di atas skor dasar______________20 poin

Lebih dari 10 poin di atas skor dasar____________________30 poin

Karya tulis sempurna (berapapun skor dasarnya)___________30 poin

Page 15: Kelompok 6 Pembelajaran Kooperatif Revisi

Sistem poin kemajuan ini ternyata dapat meningkatkan kinerja

akademis siswa, meskipun tanpa tim, terutama penting sebagai komponen

STAD yang dapat menghindari kemungkinan siswa-siswa berprestasi

rendah untuk tidak diterima sebagai anggota kelompok karena tidak

mengkontribusikan banyak poin.

Tidak ada sistem skoring khusus untuk pendekatan GI. Laporan

atau persentasi kelompok berfungsi sebagai salah satu basis untuk

evaluasi, dan siswa-siswa seharusnya diberi hadiah atas produk individual

maupun kolektifnya.

6. Memberikan Pengakuan

Setelah melakukan pembelajaran, guru memberi pengakuan pada

usaha dan prestasi siwa. Slavin dan para pengembang the John Hopkins

menciptakan konsep newsletter kelas mingguan untuk digunakan pada

STAD dan Jigsaw. Guru melaporkan dan memublikasikan hasil-hasil

nelajar tim dan individual dalam surat kabar ini.

Para pengembsng pendekatan GI memberi pengakuan pada usaha

tim dengan menekankanprsentasi kelompok dan dengan mempertontonkan

hasil-hasil investigasi kelompok secara mencolok di kelas. Bentuk

pengakuan ini dapat lebih ditekankan lagi dengan mengundang tamu

(orang tua, siswa dari kelas lain, atau kepala sekolah) untuk

mendengarkan laporan akhir. Newsletter yang merangkum hasil-hasil

investigasi kelompok di kelas juga dapat diproduksi dan di kirimkan

kepada orang tua dan pihak-pihak lain di sekolah dan di masyarakat.

2.4. Lingkungan Belajar/ Manajemen Kelas Pembelajaran Kooperatif

Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif diperlukan strategi. Strategi

tersebut dapat mempermudah proses pembelajaran kooperatif. Strategi

tersebut antara lain:

1. Pengaturan ruangan

15

Page 16: Kelompok 6 Pembelajaran Kooperatif Revisi

Dalam pengaturan kelas, diperlukan kreatifitas guru dalam

menempatkan dan membentuk kondisi kelas yang baik. Guru harus

merencanakan terlebih dahulu, mengenai bentuk pengaturan kelas yang

akan digunakan. Perencanaan itu menjauhkan proses pembelajaran dari

pemborosan waktu. Guru harus dapat menata ruangan yang senyaman

mungkin untuk siswa dalam proses pembelajaran.

2. Prosedur Bicara dan Pergerakan

Ketika kegaduhan mulai muncul dalam proses pembelajaran, maka

guru bisa memberikan suatu peringatan pada setiap kelompok untuk tidak

bicara dengan keras – keras. Selain itu, guru juga dapat menyuruh setiap

anggota kelompok dapat berinteraksi dengan menggunakan catatan. Cara

tersebut dapat mengatasi masalah kegaduhan ketika penggunaan model

kooperatif.

3. Tanda perhatian kelompok

Tanda dapat digunakan guru sebagai cara memberikan stimulus

kepada siswa, selanjutnya guru juga dapat menilai respon yang diberikan

oleh siswa.

4. Mendorong Interdependensi dalam kelompok

Dalam model kooperatif, kerjasama sangat diperlukan dalam

menyelesaikan setiap tugas. Dengan interdependensi, maka kinerja dalam

kelompok menjadi meningkat.

5. Pertanggung jawaban individual

Walaupun model kooperatif cenderung berkelompok, tetapi

pertanggung jawaban setiap individu juga dinilai. Pertanggung jawaban

tersebutjuga mempunyai nilai tersendiri. Jadi, ketika pelaksanaan

16

Page 17: Kelompok 6 Pembelajaran Kooperatif Revisi

pembelajaran kooperatif, setiap individu harus berusaha memberikan hasil

pemikirannya.

6. Mengawasi Pekerjaan dan Perilaku siswa

Pemantauan terhadap pelaksanaan model kooperatif dapat

dilakukan dengan cara berkeliling kelompok. Pemantauan ini bertujuan

untuk melihat hasil kinerja setiap individu dalam kelompok.

7. Intervensi untuk kelompok

Berhubungan dengan pemantauan terhadap proses kerjasama

dalam kelompok. Ketika guru melakukan intervensi, maka guru dapat

memberikan suatu solusi apabial ada kelompok yang menagalami

kesulitan.

8. Kemampuan kerja efektif

Kemampuan ini meliputi keterampilan sosial dan keterampilan

berkelompok. Keterampilan sosial adalah perilaku-perilaku yang

mendukung kesuksesan hubungan sosial dan memungkinkan individu

untuk bekerja bersama orang lain secara efektif. Keterampilan sosial

sering dipelajari dari orang lain. Ada beberapa ketrampilan sosial yang

kurang didari orang lain. Seperti ketrampilan berbagi, keterampilan

berpartisipasi, dan keterampilan berkomunikasi. Dalam keterampilan

kelompok guru dapat mengarahkan anggotanya untuk focus kepada bab

yang dibahas. Sebelum siswa dapat bekerja dengan efektif mereka juga

harus belajar saling mengenal dan menghormati perbedaan satu sama lain.

2.5. Asesmen/ Penilaian Pembelajaran Kooperatif

Asesmen merupakan bagian yang sangat penting dan tidak bisa

dipisahkan dari kegiatan pembelajaran. Tujuan utama dari asesmen adalah

untuk meningkatkan kualitas belajar siswa, bukan sekedar untuk penentuan

17

Page 18: Kelompok 6 Pembelajaran Kooperatif Revisi

skor (grading). Oleh karena itu asesmen dimaksudkan sebagai suatu strategi

dalam pemecahan masalah pembelajaran melalui berbagai cara pengumpulan

dan penganalisisan informasi untuk pengambilan keputusan (tindakan)

berkaitan dengan semua aspek pembelajaran (Herman, 2012). Menurut

arends (Prajitno dan Mulyantini, 2008:31) model cooperative learning

mengubah sistem reward-nya dan konsekuensinya, membutuhkan pendekatan

dan pengakuan prestasi yang berbeda.

1. Menguji pembelajaran akademis

Untuk STAD dan beberapa versi jigsaw, guru mengharuskan siswa

untuk mengerjakan kuis-kuis tentang materi belajar. Soal-soal tes dalam

kuis harus bersifat objectif sehingga dapat di skors didalam kelas usai

dikerjakan. Tidak ada sistem scoring khusus untuk pendekatan Group

investigation. Laporan atau presentasi kelompok berfungsi sebagai salah

satu basis untuk evaluasi, dan siswa harusnya diberi reward atas produk

individual maupun kolektifnya.

2. Mengases kerja sama

Salah satu tujuan utama cooperative learning adalah pengembangan

keterampilan social, khususnya keterampilan-keterampilan ini tidak dapat

diakses dengan semudah ketrampilan akademis, siswa juga menganggap

dirinya tidak penting, kecuali jika ia menjadi bagian sistem assesmen

gurunya.

3. Memberikan nilai pada cooperative learning

Dalam kooperatif learning guru harus berhati-hati tentang struktur

rewardnya. Penting bagi guru untuk memberikan reward pada produk

kelompok baik hasil akhir maupun perilaku kooperatif yang

menghasilkannya. Guru juga ingin mengases kontribusi setiap anggota

terhadap produk akhir timnya. Akan tetapi dalam dual assessment terbukti

18

Page 19: Kelompok 6 Pembelajaran Kooperatif Revisi

dapat menylitkan guru ketika mereka mencoba memberikan nilai

individual untuk produk kelompok.

4. Memberikan pengakuan pada usaha kooperatif

Tugas pasca pengajaran lain yang unik untuk pembelajaran kooperatif

adalah penekanan yang diberikan pada pemberian pengakuan pada usaha

dan prestasi siswa. Guru dapat memberikan lembaran hasil belajar

mingguan pada siswa. Para pengembang pendekatan GI memberikan

pengakuan pada usaha tim dengan mennekankan presentasi kelompok dan

dengan mempertontonkan hasil-hasil investigasi kelompok secara

mencolok di kelas. Atau dapat dengan menghadirkan tamu serta di

rangkum dan dikirimkan kepada orangtua dan pihak lainnya.

19

Page 20: Kelompok 6 Pembelajaran Kooperatif Revisi

DAFTAR PUSTAKA

Soetjipto, H.P.dkk. 2008. Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tamsyani, Wiwik. Model Pembelajaran Kooperatif, (online),

(

http://www.academia.edu/5934158/MAKALAH_MODEL_PEMBELAJARAN_KOOPERAT

IF diakses 27 Februari 2015)

20