KEBIJAKAN DIVIDEN COVER OLEH: Kelompok 4 Putu Agus Nadiarta (1406305109) Luh Putu Cintya Wijayanti (1406305115) Ni Wayan Ristiari Jananti (1406305118) Ni Made Mei Anggreni (1406305120) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA
KEBIJAKAN DIVIDEN
COVER
OLEH:
Kelompok 4
Putu Agus Nadiarta (1406305109)
Luh Putu Cintya Wijayanti (1406305115)
Ni Wayan Ristiari Jananti (1406305118)
Ni Made Mei Anggreni (1406305120)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
Manajemen Keuangan | Kebijakan Dividen
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan paper yang berjudul Kebijakan Dividen. Paper ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan. Kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga paper ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Paper ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya paper ini.
Semoga paper ini memberikan informasi bagi teman-teman dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Denpasar, 4 Desember 2015
Penyusun
ii
Manajemen Keuangan | Kebijakan Dividen
DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................
2.1. PENGERTIAN DEVIDEN...............................................................................................
2.2. PENGERTIAN KEBIJAKAN DEVIDEN.......................................................................
2.3. PROSEDUR PEMBAYARAN DEVIDEN......................................................................
2.4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DEVIDEN.................
2.5. DANA YANG BISA DIBAGIKAN SEBAGAI DEVIDEN............................................
2.6. JENIS JENIS PEMBAYARAN DIVIDEN....................................................................
2.7. TEORI KEBIJAKAN DEVIDEN...................................................................................
2.8. STOCK DIVIDEND DAN STOCK SPLIT....................................................................
2.9. REPURCHASE OF STOCK..........................................................................................
2.10. KEBIJIKAN DIVIDEN DALAM PRAKTIK................................................................
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................
iii
Manajemen Keuangan | Kebijakan Dividen
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Deviden merupakan bagian laba yang diperoleh pemegang saham. Kebijakan
deviden menyangkut keputusan untuk membagikan laba sebagai deviden atau
menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam perusahaan (laba ditahan). Deviden
yang dibayarkan kepada para pemegang saham tergantung kepada kebijakan masing-
masing perusahaan, sehingga memerlukan pertimbangan yang lebih serius dari
manajemen perusahaan.
Manajer keuangan dituntut untuk bisa menetukan kebijakan deviden yang
optimal, yang menciptakan keseimbangan antara deviden saat ini dan pertumbuhan di
masa akan datang. Oleh karena itu, dalam menentukan kebijakan deviden, perusahaan
perlu mempertimbangakan berbagai faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat
memaksimalkan nilai perusahaan.
Kebijakan deviden menyangkut tiga masalah yaitu seberapa banyak laba yang
harus dibagikan secara rata – rata selama jangka waktu tertentu, apakah pembagian
tersebut dalam bentuk tunai atau pembelian kembali, dan apakah perusahaan sebaiknya
mempertahankan tingkat pertumbuhan deviden yang stabil. Dalam kenyataannya,
kebijakan deviden menuai beberapa kontroversi dari para ahli keuangan. Banyak hal yang
perlu dipelajari dan dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan deviden, baik resiko
maupun manfaatnya bagi perusahaan, pemegang saham, sekaligus buruh yang berperan
dalam kenaikan laba perusahaan. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk
mengulas paper berjudul “Kebijakan Deviden” ini.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan dividen?
2. Apa yang dimaksud dengan kebijakan dividen?
3. Bagaimana prosedur pembayaran dividen ?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pembayaran dividen ?
5. Apa saja dana yang dapat dibagikan sebagai dividen?
1
Manajemen Keuangan | Kebijakan Dividen
6. Apa saja jenis-jenis pembayaran dividen
7. Apa saja macam-macam teori kebijakan dividen ?
8. Apa yang dimaksud dengan stock dividend dan stock split ?
9. Apa yang dimaksud dengan repurchase of stock ?
10. Bagaimanakah kebijakan dividen dalam praktik?
1.3. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan paper ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dividen
2. Untuk mengetahui pengertian kebijakan deviden
3. Untuk mengetahui prosedur pembayaran dividen
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembayaran deviden
5. Untuk mengetahui dana yang bisa dibagikan sebagai dividen
6. Untuk mengetahui jenis-jenis pembayaran dividen
7. Untuk mengetahui teori-teori kebijakan dividen
8. Untuk mengetahui stock dividend dan stock split
9. Untuk mengetahui repurchase of stock
10. Untuk mengetahui kebijakan deviden dalam praktik
2
Manajemen Keuangan | Kebijakan Dividen
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN DEVIDEN
Deviden berasal dari bahasa Latin yaitu divendium yang artinya sesuatu untuk dibagi.
Menurut Stice at al (2004:902) menyatakan bahwa “Deviden adalah pembagian kepada
pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah saham yang
dipegang oleh masing-masing pemilik”.
Sedangkan menurut Skousen et al (2001:757) yang dikutip oleh Manurung & Siregar
(2008:3) “Deviden adalah pendistribusian laba secara proporsional kepada para pemegang saham
sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya”. Berikut ini beberapa pemaparan mengenai
pengertian deviden:
1. Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia deviden diartikan sejumlah uang sebagai hasil
keuntungan yang dibayarkan kepada pemegang saham (dalam suatu Perseroan).
2. Dalam dunia ekonomi deviden adalah seluruh laba bersih setelah dikurangi penyisihan untuk
cadangan pajak yang dibagikan kepada pemegang saham (pemilik modal sendiri) kecuali
ditentukan lain dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
3. Menurut Bapepam deviden adalah porsi keuntungan perusahaan yang dibayarkan kepada
para pemegang saham.
4. Menurut Darmaji dan Fakhrudin (2001: 9) deviden adalah pembagian keuntungan yang
dihasilkan perusahaan dan tersedia bagi pemegang saham.
5. Menurut Husnan dan Pudjiastuti deviden adalah laba yang diperoleh oleh perusahaan dan
tersedia bagi pemegang saham.
Jadi dari beberapa pengertian di atas dapat diartikan bahwa yang dimaksud dengan
deviden adalah laba yang diperoleh perusahaan untuk dibagikan kepada pemegang saham.
2.2. PENGERTIAN KEBIJAKAN DEVIDEN
Kebijakan deviden merupakan salah satu fungsi utama seorang manajer keuangan dalam
membuat keputusan keuangan perusahaan. Berikut ini akan diuraikan beberapa definisi
kebijakan deviden menurut beberapa orang ahli yaitu sebagai berikut :
3
Manajemen Keuangan | Kebijakan Dividen
1. Menurut Fred J. Weston dan Thomas E. Copeland (1997 : 657) :
“Devidend policy determines the divisions of earning between payments to stockholders
and reinvestment in the firm. Retained earning are one of the most significant sources of funds
for financing cooperate growth, but devidens constitute the cash flows that accure to
stockholders.”
2. Menurut Bambang Riyanto (2001 : 265) :
“Kebijakan deviden adalah bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan
(earnings) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham
sebagai deviden atau untuk digunakan didalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut
harus ditahan didalam perusahaan.”
3. Menurut Agus Sartono (2001 : 369) :
“Kebijakan deviden yaitu keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan
dibagikan kepada pemegang saham sebagai deviden atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan
guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang.”
4. Kamus Istilah Pasar Modal (1999 : 117):
“Deviden adalah bagian keuntungan perusahaan yang diberikan kepada pemegang
saham.”
Dengan demikian maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kebijakan deviden
merupakan suatu kebijakan untuk menetapkan beberapa bagian dari laba bersih yang akan
dibagikan sebagai deviden kepada para pemegang saham dan seberapa besar bagian laba bersih
itu akan ditanamkan kembali sebagai laba yang ditahan untuk reinvestasi.
Dalam melakukan perdagangan saham perusahaan akan memperoleh laba bersih. Laba
bersih (net earnings) ini sering disebut sebagai: “Laba yang tersedia bagi pemegang saham
biasa” (earnings available to common stockholders) disingkat EAC. Laba bersih tersebut akan
dikenakan pajak sehingga menjadi laba bersih sesudah pajak (earnings after tax atau EAT).
Manajemen mempunyai dua alternatif perlakuan terhadap EAT ini yakni:
1. Dibagikan kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk deviden.
2. Diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan (retained earning) untuk
membiayai operasi selanjutnya.
Apabila manajemen memilih alternatif pertama artinya manajemen harus membuat
keputusan tentang besarnnya EAT yang dibagikan sebagai deviden. Pembuatan keputusan
4
Manajemen Keuangan | Kebijakan Dividen
tentang deviden ini disebut kebijkan deviden. Dan apabila perusahaan tidak membagikan
labanya sebagai deviden akan bisa memperbesar sumber dana intern dan akan meningkatkan
kemampuan perusahaan untuk mengembangkan perusahaan . Persentase deviden yang dibagi
dari EAT disebut Devidend Payout Ratio (DPR).
Persentasi laba ditahan dari EAT adalah 1 – DPR
Menurut Lukas Setia Atmaja (2003: 285) rasio antara deviden dan laba bersih sering
disebut sebagai Devidend Payout Rasio (DPR), yang persamaannya adalah
DPR =
Total DividendNETINCAME .
Karena kelebihan laba bersih di atas deviden itu menjadi laba ditahan maka keputusan
DPR inclusive keputusan mengenai laba ditahan. Sepintas, para pemegang saham akan merasa
senang apabila bagian dari laba bersih yang dibagikan sebagai deviden ini semakin besar. Akan
tetapi, apabila DPR ini semakin besar, berarti laba ditahan semakin menciut, padahal pendanaan
dengan menggunakan laba ditahan (internal financing) ini mempunyai cost of capital yang
paling kecil dibandingkan dengan metode pendanaan lainnya. Dengan demikian keputusan
deviden akan mengacu pada suatu kebijakan (devidend policy) yang optimal, terutama
disesuaikan dengan konsep tujuan memaksimumkan nilai perusahaan.
Ditinjau dari memaksimumkan rentabilitas modal sendiri, maka kebijakan deviden perlu
memperhatikan rentabilitas aktiva dan tingkat bunga. Dikatakan demikian, Karena apabila
kebijakan menetapkan bahwa laba ditahan semakin besar berarti perusahaan ini menggunakan
metode pendanaan dengan menambah modal sendiri, yakni pendanaan internal.
Kebijakan deviden merupakan salah satu sumber konflik antara manajemen dan principal
karena deviden dapat merupakan suatu sinyal yang diberikan perusahaan kepada investor.
Deviden yang dibayarkan secara tunai maupun konversi dengan saham mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan prospek yang baik di masa yang akan
datang.
5
Manajemen Keuangan | Kebijakan Dividen
2.3. PROSEDUR PEMBAYARAN DEVIDEN
Prosedur pembayaran deviden adalah pengumuman emiten atas deviden yang akan
dibayarkan kepada pemegang saham yang disebut juga dengan tanggal pengumuman deviden
(Ang, 1997). Berikut rincian tanggal-tanggal yang perlu diperhatikan dalam pembayaran deviden
:
1) Tanggal pengumuman (declaration date).
Tanggal pengumuman merupakan tanggal yang mana secara resmi diumumkan oleh emiten
tentang bentuk dan besarnya serta jadwal pembayaran deviden yang akan dilakukan.
Pengumuman ini biasanya untuk pembagian deviden regular. Isi pengumuman tersebut
menyampaikan hal-hal yang dianggap penting yakni:tanggal pencatatan, tanggal pembayaran,
besarnya deviden kas per lembar.
2) Tanggal pencatatan (date of record).
Pada tanggal ini perusahaan melakukan pencatatan nama-nama pemegang saham. Para
pemilik saham yang terdaftar pada daftar pemegang saham tersebut diberikan hak, sedangkan
pemegang saham yang tidak terdaftar pada tanggal pencatatan tidak diberikan hak untuk
memperoleh deviden.
3) Tanggal cum-devidend.
Tanggal ini merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak
untuk mendapatkan deviden baik deviden tunai maupun deviden saham.
4) Tanggal ex-devidend.
Tanggal perdagangan saham tersebut sudah tidak melekat lagi hak untuk memperoleh
deviden. Jadi jika investor membeli saham pada tanggal ini atau sesudahnya, maka investor
tersebut tidak dapat mendaftarkan namanya untuk mendapatkan deviden .
5) Tanggal pembayaran (payment date).
Tanggal ini merupakan saat pembayaran deviden oleh perusahaan kepada para pemegang
saham yang telah mempunyai hak atas deviden . Jadi pada tanggal tersebut, para investor sudah
dapat mengambil deviden sesuai dengan bentuk deviden yang telah diumumkan oleh emiten
(deviden tunai, deviden saham).
6
Manajemen Keuangan | Kebijakan Dividen
6) Tanggal distribusi (Distribution Date)
Hari dimana suatu deviden dibayarkan (tanggal pembayaran) kepada pemegang saham. Ini
biasanya 2 minggu atau lebih sebelum pemegang saham yang memiliki saham tercatat pada
tanggal pencatatan menerima deviden mereka.
Gambar 1 disajikan untuk memperjelas pemahaman prosedur pembayaran dividen. Pada
gambar tersebut dapat diuraikan bahwa keputusan untuk membagikan dividen dilakukan pada
awal Januari. Saham yang dibeli pada tanggal 20 atau sebelumnya masih berhak memperoleh
dividen. Tetapi apabia saham tersebut dibei pada tanggal 24 Januari sesudahnya, pemegang
saham tersebut tidak berhak memperoeh dividen. Para pemegang saham yang namanya
tercantum pada daftar pemegang saham pada tanggal 31 Januari berhak memperoleh dividen
yang akan dibagikan pada tanggal 15 Februari.
Awal januari 25 januari 31 januari 15 februari Declaration date ex-dividend date record date payment date
Gambar 1Prosedur Pembayaran Dividen
Pembayaran dividen dilakukan melalui pemindah bukuan atau pengalihan ha katas saham
ditutup pada saat pembayaran dividen. Jika pemindahan hak dilakukan sebelum pembayaran
dividen, maka pemegang saham yang baru akan menerima pembayaran dividen. Perusahaan
mengirimkan cek kepada pemegang saham pada tanggal pembayaran.
Peraturan yang mempengaruhi kebijakan dividen meliputi dividen harus dibayarkan dari
laba ditahan saat ini atau peride yang lalu. Selain itu dividen tidak dapat dibayarkan dari modal
saham. Pembayaran dividen tidak dapat dilakukan apabila perusahaan dalam keadaan
insolvency.
7
Manajemen Keuangan | Kebijakan Dividen
2.4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DEVIDEN
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan Dana untuk Membayar Utang
Apabila suatu perusahaan akan memperoleh utang baru atau menjual obligasi untuk
membiayai perusahaan, sebelumnya harus sudah direncanakan bagaimana caranya untuk
membayar kembali utang tersebut. Utang dapat dilunasi pada hari jatuhnya dengan
mengganti utang tersebut dengan utang baru. Atau alternatif lain ialah perusahaan harus
menyediakan dana sendiri yang berasal dari keuntungan untuk melunasi utang tersebut.
Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba
ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk
keperluan tersebut, ini berarti bahwa hanya sebagian kecil saja dari pendapatan atau earning
yang dibayarkan sebagai dividen. Dengan kata lain perusahaan harus menetapkan dividend
payout ratio yang rendah.
2. Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen.
Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan
likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen. Perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan dan profitable akan
memerlukan dana yang cukup besar untuk membiayai investasinya, oleh karena itu mungkin
akan kurang likuid karena dana yang diperoleh lebih banyak diinvestasikan pada aktiva tetap
dan aktiva lancar yang permanen.
Likuiditas perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap investasi perusahaan dan
kebijakan pemenuhan kebutuhan dana. Keputusan investasi akan menentukan tingkat
ekspansi dan kebutuhan dana perusahaan, sementara itu keputusan pembelanjaan akan
menentukan pemilihan sumber dana untuk membiayai investasi tersebut.
3. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan akan dana
untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Makin besar kebutuhan dana untuk
8
Manajemen Keuangan | Kebijakan Dividen
waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya, perusahaan tersebut biasanya lebih
senang untuk menahan earning nya daripada dibayarkan sebagai dividen kepada para
pemegang saham dengan mengingat batasan-batasan biayanya. Dengan demikian dapatlah
dikatakan bahwa makin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan makin besar dana yang
dibutuhkan, makin besar kesempatan untuk memperoleh keuntungan, makin besar bagian
dari pendapatan yang ditahan dalam perusahaan, yang ini berarti makin rendah dividend
payout rationya.
Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan sedemikian rupa sehingga
perusahaan telah well established, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana
yang berasal dari pasar modal atau sumber dana eksteren lainnya, maka keadaannya adalah
berbeda. Dalam hal yang demikian perusahaan dapat menetapkan dividend payout ratio yang
tinggi.
4. Keadaan Pemegang Saham
Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen biasanya
mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak dengan
tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada dalam golongan high tax dan lebih suka
memperoleh capital gains, maka perusahaan dapat mempertahankan dividend payout ratio
yang rendah. Dengan dividend payout ratio yang rendah tentunya dapat diperkirakan apakah
perusahaan akan menahan laba untuk kesempaan investasi yang profitable. Untuk perusahaan
yang jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai dividen yang diharapkan
pemegang saham dalam konteks pasar.
5. Pengawasan Terhadap Perusahaan
Variabel penting lainnya adalah kontrol atau pengawasan terhadap perusahaan. Ada
perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai ekspansinya dengan dana yang
berasal dari sumber interen saja. Kebijakan tersebut dijalankan atas dasar pertimbangan
bahwa kalau ekspansi dibiayai dengan dana yang berasal dari hasil penjualan saham baru
akan melemahkan control dari kelompok dominan di dalam perusahaan. Demikian pula kalau
membiayai ekspansi dengan uang akan memperbesar risiko finansialnya. Mempercayakan
pada pembelanjaan interen dalam usaha mempertahankan control terhadap perusahaan,
berarti mengurangi dividen payout ratio nya.
9
Manajemen Keuangan | Kebijakan Dividen
2.5. DANA YANG BISA DIBAGIKAN SEBAGAI DEVIDEN
Prakteknya pembagian dividen dikaitkan dengan laba yang diperoleh perusahaan tersedia
bagi pemegang saham. Laba ini ditunjukan dalam laporan laba rugi yang disebut sebagai laba
setelah pajak (Earning After Taxes).
Besarnya dana yang bisa dibagikan sebagai dividen (atau di investasikan kembali) sama
dengan laba setelah pajak. Dana yang diperoleh dari hasil operasi selama satu periode tersebut
adalah sebesar laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan. Meskipun demikian, bukan
berarti bahwa kita bisa membagikan jumlah ini sebagai dividen. Karena kalau seluruh dana
tersebut dibagikan sebagai dividen, maka perusahaan tidak akan bisa melakukan penggantian
aktiva tetap dimasa yang akan dating. Kalau ini terjadi maka kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba akan berkurang.
Berdasarkan teori keuangan, jumlah dana yang bias dibagikan sebagai dividen bisa
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
Dividen = EAT + Penyusutan – Investasi A.T. – Penambahan M.K.
Dimana :
EAT : Laba setelah pajak
AT : Aktiva Tetap
M K : Modal Kerja
Persamaan tersebut menunjukan bahwa dana yang bisa dibagikan sebagai dividen
merupakan kelebihan dana yang diperoleh dari operasi preusan (yaitu EAT + Penyusutan) diatas
keperluan investasi untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang (investasi pada aktiva
tetap dan modal kerja) hanya saja untuk menyederhanakan analisis sering diasumsikan bahwa
investasi pada aktiva tetap akan diambi dari penyusutan, dan modal kerja dianggap tidak
berubah. Sehingga dengan asumsi seperti itu maka besarnya dividen ditentukan oleh EAT.
Maksimum Dividen = EAT
10
Manajemen Keuangan | Kebijakan Dividen
Apabia dividen yang dibagikan (dividen payout ratio) misalnya hanya 40% dari EAT ,
maka ini berarti baha yang 60% dipergunakan untuk menambah dana untu penyusutanuntuk
investasi pada aktiva tetap dan penambahan modal kerja.
2.6. JENIS JENIS PEMBAYARAN DIVIDEN
Seperti yang telah diuraikan baha maksimum besarnya dividen yang dibagikan sebesar
laba setelah pajak, maka besarnya dividen akan dipengaruhi oleh ada tidaknya kesempatan
investasi. Berikut akan diuraikan jenis-jenis alternative pembagian dividen.
1) Pembayaran dividen yang stabil
Perusahaan yang menganut kebijakan untuk membayarkan dividen per lembar saham
dalam jumlah yang stabil cenderung untuk memiliki payout ratio yang rendah pada saat proit
tinggi dan memiliki payout ratio yang tinggi pada saat profit mengalami penurunan. Alasan
untuk memberikan dividen yang stabil dengan cara membiarkan payout ratio berfluktuasi adalah
agar harga pasar saham lebih tinggi. Hal ini mudah dipahami karena
a. Dividen yang berfluktuasi lebih beresiko daripada dividen yang stabil, oleh karena itu
tingkat discount rate yang lebih rendah akan diterapkan pada dividen yang stabil sehingga
nilai saham lebih tinggi.
b. Pemegang saham yang mengharapkan pendapatan dari penerimaan dividen akan lebih
suka untuk menerima dividen dalam jumlah yang stabil (dividen minimum).
c. Persyaratan listing surat berharga mensyaratkan dividen yang stabil dan tidak terputus.
2) Residual Decision of Dividend
Penentuan besarnya dividen dipengaruhi oleh ada tidaknya kesempatan investasi yang
menguntungkan. Sejauh terdapat investasi yang menguntungkan maka dana yang diperoleh dari
operasi perusahaan akan digunakan untuk investasi tersebut. Kalau terdapat sisa barulah sisa
tersebut dibagikan sebagai dividen. Apabila pendapat ini dianut makan kita akan mengamati pola
pembayaran dividen yang sangat erratic. Suatu perusahaan membagikan dividen sangat banyak
karena tidak ada investasi yang menguntungkan pada saat lain tidak membagikan dividen sama
sekali karena seluruh dana digunakan untuk investasi,
3) Payout ratio yang konstan
11
Manajemen Keuangan | Kebijakan Dividen
Beberapa perusahaan memilih untuk mempertahankan persentase payout atas laba yang
konstan. Dengan demikian apabila laba yang diperoleh berfluktuasi, maka dividen yang
dibayarkan juga akan berfluktuasi. Kebijakan ini cenderung tidak akan memaksimumkan nilai
saham perusahaan.
4) Pembayaran dividen regular yang rendah disertai pembayaran ekstra
Kebijakan terakhir merupakan kebijakan yang moderat yaitu merupakan kompromi atas
dua kebijakan satu dan tiga yang lebih fleksibel.
Contoh 1
Perusahaan A sedang merencanakan untuk memperluas produksinya tahun depan dnegan
investasi Rp.13.000.000,-. Rasio hutang terhadat total asset saat ini adalah 40% dan itu dianggap
merupakan struktur modal yang optimum, laba setelah pajak saat ini Rp.6.000.000,-. Jika
perusahaan A berharap untuk mempertahankan 60% dividen payout rasionya, berapa banyak
esternal equity yang diperlukan untuk membiayai ekspansi tersebut?
Jawab :
Laba setelah pajak Rp.6.000.000,-
Dividen payout 60%
Dividen Rp.3.600.000
Laba yang ditahan Rp.2.400.000
Capital budget Rp.13.000.000
Debt to total assets 40%
Total Utang Rp.5.200.000
Total equity 60% Rp.7.800.000
Laba yang ditahan Rp.2.400.000
Eksternal Equity Rp.5.400.000
Contoh 2 :
Perusahaan B memperoleh laba setelah pajak sebesar Rp.11.000.000,- tahun yang lalu dan
membagikannya dalam bentuk dividen sebesar Rp.3.960.000,-. Laba tersebut telah tumbuh
12
Manajemen Keuangan | Kebijakan Dividen
dengan tingkat pertumbuhan sebesar 6% per tahun selama 10 tahun. Pada tahun ini perusahaan
memperoleh laba sebesar Rp.14.000.000,-. Kesempatan investasi yang tersedia sebesar
Rp.10.000.000,-. Hitunglah dividen untuk tahun ini di bawah setiap kebijakan berikut ini.
a. Payout yang konstan?
b. Pertumbuhan dividen yang stabil?
c. Residual dividend policy (anggap perusahaan berharap akan mempertahankan debt to
total assets ratio 40%)
Jawab :
a. Payout ratio
= Rp.3.960.000,- / Rp.11.000.000
=36/100=36%
= 36% (Rp.14.000.000) = Rp.5.040.000
b. Pertumbuhan 6% sehingga dividen yang dibayarkan
= (1+6%)(Rp.3.960.000)
=Rp.4.197.000,-
c.
Investasi Rp.10.000.000,-
Persentase equity financing 60%
Equity financing Rp.6.000.000,-
Laba yang diperoleh Rp.14.000.000,-
Dividen yang dibagikan Rp.8.000.000,-
2.7. TEORI KEBIJAKAN DEVIDEN
2.7.1 Dividen Tidak Relevan
Menurut Modigliani dan Miller (MM) nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh
besar kecilnya DPR, tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak ( EBIT ) dan kelas
risiko perusahaan. Jadi menurut MM, deviden adalah tidak relevan. MM membuktikan
pendapatnya secara metematis dengan asumsi pasar modal sempurna dimana semua investor
adalah rasional, tidak ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham baru, tidak
13
Manajemen Keuangan | Kebijakan Dividen
ada pajak, kebijakan deviden tidak berpengaruh terhadap biaya modal sendiri dan kebijakan
investasi perusahaan tidak berubah. MM membuktikan pendapatnya dengan asumsi:
1) Pasar modal sempurna, di mana semua investor bersikap rasional.
2) Tidak terdapat pajak.
3) Tidak terdapat biaya emisi saham.
4) Leverage tidak berpengaruh terhadap biaya modal.
5) Para investor dan manajer mempunya informasi yang sama.
6) Distribusi pendapatan diantara dividen dengan laba ditahan tak berpengaruh terhadap
biaya ekuitas.
7) Kebijakan Capital Budgetting terlepas dari kebijakan deviden.
Hal penting dari pendapatnya MM adalah bahwa pengaruh pembayaran deviden terhadap
kemakmuran pemegang saham akan diimbangi dengan jumlah yang sama dengan cara
pembelanjaan atau pemenuhan dana yang lain. Jadi yang penting adalah apakah investasi yang
tersedia diharapkan akan memberikan NPV yang positif, tidak peduli apakah dana yang
dipergunakan untuk membiayai berasal dari perusahaan (menerbitkan saham baru). Dampak
keputusan tersebut sama saja bagi kekayaan pemodal. Atau keputusan deviden adalah tidak
relevan.
Misalnya suatu perusahaan mempunyai neraca sebagai berikut:
Jumlah lembar saham 1.000.000 lbr
Harga saham Rp 8.050/lbr
Kas 1.050.000.000
Aktiva lain 7.000.000.000
Modal sendiri 8.050.000.000
Total 8.050.000.000 Total 8.050.000.000
Misalkan pada kesempatan tersebut tersedia kesempatan investasi yang diharapkan
memberikan NPV Rp 200 juta dan memerlukan dana sebesar Rp 1.000 juta, apabila pemegang
saham memutuskan untuk mengambil investasi tersebut (tidak perlu menerbitkan saham baru)
karena dana yang ada dalam perusahaan masih mencukupi maka rencananya nampak sebagi
berikut:
Kas 50.000.000
14
Manajemen Keuangan | Kebijakan Dividen
PV Investasi 1.200.000.000
Aktiva lain 7.000.000.000
Modal sendiri 8.250.000.000
Total 8.250.000.000 Total 8.250.000.000
Sekarang misalkan para pemegang saham menginginkan membagi deviden perlembar
1.000 juta tetapi tetap ingin mengabil investasi dengan NPV Rp 200 juta tersebu. Karena
besarnya deviden yang dibagikan adalah Rp 1.000 juta maka perusahaan perlu menerbitkan
saham baru sebesar Rp1.000 juta, sehingga neracanya akan nampak sebagai berikut:
Kas 50.000.000
PV Investasi 1.200.000.000
Aktiva lain 7.000.000.000
Modal sendiri lama 8.050.000.000
Modal sendiri baru 1.000.000.000
Total 8.250.000.000 Total 8.250.000.000
2.7.2. Teori “The Bird in the Hand”
Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon (1959) dan John Lintner (1956) yang
berpendapat bahwa ekuitas atau nilai perusahaan akan turun apabila rasio pembayaran deviden
dinaikkan, karena para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal (capital
gain) yang dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan seandainya para investor menerima
deviden. Gordon dan Lintner berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai
pendapatan yang diharapkan dari deviden daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan
modal.
MM dalam hal ini tidak setuju bahwa ekuitas atau nilai perusahaan tidak tergantung pada
kebijakan deviden, yang menyiratkan bahwa investor tidak peduli antara deviden dengan
keuntungan modal. MM menamakan pendapat Gordon-Lintner sebagai kekeliruan bird-in-the-
hand, yakni: mendasarkan pada pemikiran bahwa investor memandang satu burung di tangan
lebih berharga dibandingkan seribu burung di udara. Dengan demikian, perusahaan yang
mempunyai devidend payout ratio yang tinggi akan mempunyai nilai perusahaan yang tinggi
pula.
15
K s=D1
P0
+g = Deviden yield + Capital Agains Yield
Manajemen Keuangan | Kebijakan Dividen
Namun menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk
menginvestasikan kembali deviden mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau
perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi
investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat risiko arus kas operasinya, bukan
oleh kebijakan pembagian deviden.
2.7.3. Teori Perbedaan Pajak
Jika capital gain dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada pajak atas deviden,
maka saham yang memiliki pertumbuhan tinggi menjadi lebih menarik. Tetapi sebaliknya jika
capital gain dikenai pajak yang sama dengan pendapatan atas deviden , maka keuntungan
capital gain menjadi berkurang. Namun demikian pajak atas deviden karena pajak atas capital
gain baru dibayar setelah saham dijual, sementara pajak atas deviden harus dibayar setiap tahun
setelah pembayaran deviden .
Selain itu periode investasi juga mempengaruhi pendapatan investor. Jika investor hanya
membeli saham untuk jangka waktu satu tahun, maka tidak ada bedanya antara pajak atas capital
gain dan pajak atas deviden . Jadi investor akan meminta tingkat keuntungan setelah pajak yang
lebih tinggi terhadap saham yang memiliki deviden yield yang tinggi daripada saham dengan
deviden yield yang rendah. Oleh karena itu, teori ini menyarankan bahwa perusahaan sebaiknya
menentukan deviden payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan deviden
(Litzenberger dan Ramaswamy, 1979 dalam Saxena , 1999).
Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor mungkin
lebih menyukai pembagian deviden yang rendah dari pada yang tinggi, yaitu:
1. Keuntungan modal dikenakan tarif pajak lebih rendah dari pada pendapatan deviden. Untuk
itu investor yang kaya (yang memiliki sebagian besar saham) mungkin lebih suka perusahaan
menahan dan menanamkan kembali laba ke dalam perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin
dianggap menghasilkan kenaikkan harga saham, dan keuntungan modal yang pajaknya
rendah akan menggantikan deviden yang pajaknya tinggi.
2. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, sehingga ada efek nilai waktu.
3. Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, keuntungan modal saham
tersebut tidak dikenakan pajak sama sekali kepada ahli waris yang menerimanya sehingga
dapat terhindar dari pengenaan pajak.
16
Manajemen Keuangan | Kebijakan Dividen
Karena adanya Keuntungan – keuntungan pajak ini. Para Investor mungkin lebih suka
perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika demikian para investor akan mau
membayar lebih tinggi untuk perusahaan yang pembagian devidennya rendah dari pada untuk
perusahaan sejenis yang pembagian devidennya tinggi.
Jika manajemen percaya bahwa teori “ Deviden tidak relevan “ dari MM adalah
benar, maka perusahaan tidak perlu memperdulikan berapa besar deviden yang harus
dibagi, Jika mereka menganut teori “ The Bird in the Hand “, mereka harus membagi
seluruh EAT dalam bentuk deviden. Dan bila manajemen cenderung mempercayai teori
perbedaan pajak ( Tax Differential Theory ), mereka harus menahan seluruh EAT atau
DPR = 0 %. Jadi ke 3 teori yang telah dibahas mewakili kutub – kutub ekstrim dari
teori tentang kebijakan deviden. Sayangnya test secara empiris belum memberikan jawaban
yang pasti tentang teori mana yang paling benar.
2.7.4 Information Content Hypothesis
Manajer kenyataannya cenderung memiliki informasi yang lebih baik tentang prospek
perusahaan dibanding dengan investor atau pemegang saham, akibatnya investor menilai bahwa
capital gain lebih beresiko dibandingkan dengan dividen dalam bentuk kas. Kenyataan tersebut
berakibat sering terjadi bahwa pembayaran dividen selalu diikuti dengan penurunan harga
saham. Hal tersebut menunjukkan investor secara keseluruhan lebih menyukai pembayaran
dividen dibandingkan capital gain. MM berpendapat bahwa kenaikan dividen oleh investor
dilihat sebagai tanda atau signal bahwa prospek di masa datang lebih baik. Sebaiknya penurunan
dividen akan dilihat sebagai tanda bahwa prospek perusahaan menurun.
MM berkesimpulan bahwa reaksi investor terhadap perubahan dividen tidak berarti
sebagai indikasi bahwa investor lebih menyukai dividen dibanding dengan laba ditahan.
Kenyataan bahwa harga saham mengikuti perubahan dividen semata-mata karena adanya
Information Content dalam pengumuman dividen. Banyak penelitian telah dilakukan untuk
menguji hipotesis ini, namun demikian hingga saat ini untuk menentukan apakah perubahan
harga saham yang mengikuti perubahan dividen disebabkan karena:
a) Kebijakan dividen satu tanda bagi investor disebut juga dengan signaling.
b) Karena investor memang lebih menyukai dividen daripada capital gain disebut juga
dengan preference effect.
c) Atau karena kombinasi keduanya.
17
Manajemen Keuangan | Kebijakan Dividen
2.7.5 Clientile Effect
Kita mengetahui bahwa terdapat banyak kelompok investor dengan berbagai
kepentingan. Ada investor yang lebih menyukai pendapatan saat ini dalam bentuk dividen seperti
halnya individu yang sudah pension sehingga investor ini menghendaki perusahaan membayar
dividen yang tinggi. Tetapi ada pula investor yang menyukai untuk menginvestasikan kembali
pendapatan mereka, karena kelompok investor ini berada dalam tarif pajak yang cukup tinggi.
Jika perusahaan menahan laba setelah pajak yang diperoleh, investor yang menyukai
pembayaran dividen akan kecewa. Memang para investor tersebut akan menerima capital gain,
tetapi untuk memenuhi kebutuhannya mereka terpaksa harus menjual sebagian sahamnya.
Sementara investor yang memilih untuk menginvestasikan kembali pendapatannya,
menghendakin perusahaan untuk membayar dividen yang rendah, karena bagi mereka
pembayaran dividen yang besar berarti pajak dibayar juga semakin besar. Ini terjadi karena
mungkin kenaikan dividen menyebabkan kenaikan tarif pajak pendapatan sehingga dividen tidak
begitu menguntungkan dibandingkan dengan kenaikan pajak yang harus dibayar. Dengan
demikian paling tidak terdapat dua kelompok investor dengan dua kepentingan yang
bertentangan.
Dengan adanya dua kelompok investor tersebut, perusahaan dapat menentukan kebijakan
dividen yang oleh manajemen dianggap paling baik. Kemudian biarkan investor yang tidak
menyukai kebijakan dividen perusahaan menjual saham mereka. Dengan kata lain biarlah
melakukan pemindahan investasi dari satu perusahaan ke lain. Tetapi perlu diingat bahwa
transaksi ini berlangsung efisien karena adanya biaya transaksi dan pembayaran sebagai akibat
penjualan saham.
2.8. STOCK DIVIDEND DAN STOCK SPLIT
Kadang-kadang perusahaan memutuskan untuk membagikan stock divindend atau
pembayaran dividen dalam bentuk saham. Kondisi ini mengakibatkan jumlah lembar saham akan
bertambah sebesar jumlah lembar saham yang dibagikan sebagai dividen. Misalkan stock
divindend 20%, ini berarti bahwa setiap pemilik sepuluh lembar saham akan memperoleh
tambahan saham sebanyak dua lembar, atau dengan kata lain jumlah lembar saham meningkat
20%.
Stock divindend tidak mengakibatkan kekayaan pemegang saham meningkat, karena
meningkatnya jumlah lembar saham diimbangi dengan turunnya harga saham dengan proporsi
18
Manajemen Keuangan | Kebijakan Dividen
yang sama. Tetapi jika pemegang saham berpendapat bahwa dana yang dibagikan dalam bentuk
dividen diinvestasikan kembali dan diharapkan memberikan hasil yang menguntungkan sehingga
price earning ratio (PER) perusahaan meningkat, maka profitabilitas perusahaan akan
meningkat.
Kadang-kadang perusahaan melakukan pemecahan saham (stock split), sehingga
mengakibatkan jumlah lembar saham menjadi bertambah/berkurang. Tujuan utama perusahaan
melakukan stock split adalah untuk meningkatkan likuiditas dalam perdagangan perusahaan
(artinya saham perusahaan lebih sering diperdagangkan). Tidak likuidnya saham seringkali
disebabkan oleh:
a) Harga saham terlalu mahal dan jumlah lembar saham terlalu sedikit.
b) Harga saham terlalu murah sehingga investor mempresepsikan perusahaan kurang
memiliki prospek.
Dengan memecah saham, misalnya dari satu menjadi tiga, maka harga saham akan turun
menjadi sepertiganya (kalau prospek dan risiko tidak berubah), jumlah lembar saham akan
meningkat tiga kali. Demikian juga sebaliknya dengan menggabungkan tiga menjadi satu maka
harga saham akan naik tiga kali, sehingga jumlah lembar saham akan berkurang sepertiganya.
Berikut diuraikan persamaan, perbedaan serta identifikasi karakteristik antara stock
divindend dengan stock split.
Perbedaan antara stock divindend dengan stock split:
a. Stock divindend adalah hanya merupakan pemindahan bukuan saja dari rekening laba
yang ditahan ke dalam rekening modal saham. stock divindend merupakan pembayaran
divden dengan saham.
b. Stock split merupakan pemecahan saham (stock split), sehingga mengakibatkan jumlah
lembar saham menjadi bertambah/berkurang.
Persamaan antara stock divindend dengan stock split:
a. Tidak ada pendistribusian kas dalam kedua bentuk tersebut.
b. Keduanya mengakibatkan jumlah lembar saham yang beredar meningkat.
c. Total modal sendiri (net worth) tidak mengalami perubahan, tetapi hanya komposisinya
saja.
Identifikasi karakteristik:
19
Manajemen Keuangan | Kebijakan Dividen
a. Stock split tidak mempengaruhi rekening modal tetapi stock divindend meningkatkan
rekening modal dan mengurangi laba yang ditahan.
b. Stock split mungkin akan merubah par value tetapi stock divindend tidak merubah par
value.
c. Banyak bukti yang mendukung bahwa stock split dan stock divindend meningkatkan
kemakmuran pemegang saham.
Contoh :
Berikut ini adalah modal sendiri sebuah perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan:
Saham perusahaan tersebut saat ini dijual dengan harga Rp 50.000 per lembar saham.
a. Tunjukkan pengaruh 4 for 1 stock split ?
b. Tunjukkan pengaruh kebijakan stock divindend 20% ?
Jawab :
a.
*) Stock split hanya akan mempengaruhi jumlah lembar saham menjadi 4.000.000 lembar dan
nilai nominal menjadi Rp 1.000 per lembar saham.
b. Jumlah lembar saham lama 1.000.000
Stock divindend 20%
Saham yang baru dibagikan 200.000
Harga per lembar saham Rp 50.000
20
Saham biasa @ nominal Rp 4.000 Rp 4.000.000.000
Capital surplus Rp 10.000.000.000
Laba yang ditahan Rp 29.000.000.000
Total modal sendiri Rp 43.000.000.000
Saham biasa @ nominal Rp 1.000 *) Rp 4.000.000.000
Capital surplus Rp 10.000.000.000
Laba yang ditahan Rp 29.000.000.000
Total modal sendiri Rp 43.000.000.000
Saham biasa @ nominal Rp 4.000 *) Rp 4.800.000.000
Capital surplus Rp 19.200.000.000
Laba yang ditahan Rp 19.000.000.000
Total modal sendiri Rp 43.000.000.000
Manajemen Keuangan | Kebijakan Dividen
*) Jumlah lembar saham setelah stock divindend meningkat sebanyak 200.000 lembar. Dengan
demikian, maka sebesar Rp 10.000.000.000 harus didistribusikan dari laba ditahan ke:
Saham biasa (Rp 4.000 x 200.000) = Rp 800.000
Capital surplus Rp 10.000.000.000 – Rp 800.000 = Rp 9.200.000.000
2.9. REPURCHASE OF STOCK
Perusahaan sering harus melakukan repurchase of stock atau pembelian kembali
sahamnya karena perusahaan memiliki kelebihan kas, dan tidak ada kesempatan investasi yang
menguntungkan. Alasan lain mungkin karena perusahaan akan melakukan penggabungan usaha
dengan perusahaan lain. Dalam kondisi tidak ada kesempatan investasi yang menguntungkan,
maka pemberian dividen atau pembelian saham – tidak ada pajak dan biaya transaksi bagi
investor akan sama saja. Dengan pembelian kembali maka jumlah lembar saham yang beredar
akan berkurang dan dividen perlembar saham akan lebih besar akhirnya harga pasar saham akan
meningkat.
Contoh :
Suatu perusahaan memiliki laba dan harga pasar saham sebagai berikut :
Laba setelah pajak Rp 40.000.000,-
Jumlah saham beredar 500.000
Laba per lembar saham 80,-
Harga pasar saham setelah deviden 960,-
P/E ratio 12 kali
Misalkan perusahaan akan membagikan keuntungan sebesar Rp 20.000.000,00 sebagai
pembayaran dividen dan pembelian kembali saham perusahaan, maka dividen per lembar saham
perusahaan menjadi Rp 20.000.000/500.000 = Rp 40,00. Dengan demikian investor berharap
harga saham sebelum dividen dibayarkan adalah sebesar Rp 1.000,00.
21
Manajemen Keuangan | Kebijakan Dividen
Misalkan perusahaan akan membeli saham dengan dana Rp 20.000.000,00 maka akan dapat
dibeli saham sebanyak Rp 20.000.000/Rp1.000,- = 20.000 lembar saham, sehingga jumlah
lembar saham yang beredar menjadi 480.000 lembar. Jadi keuntungan perlembar saham menjadi
sebesar Rp 40.000.000/480.000 = Rp 83,33.
Apabila Price/Earning (P/E) ratio perusahaan tidak berubah sebesar 12 kali, maka harga
pasar saham secara keseluruhan tidak mengalami perubahan yakni sebesar Rp 83,33 x 12 = Rp
1.000,00 Dengan demikian yang diterima investor baik lewat pembagian dividen maupun
pembelian kembali adalah sama sebesar Rp 40,00.
Untuk melakukan pembelian kembali ini dapat dilakukan dengan dua cara. Yang pertama
perusahaan memberikan penawaran atau membeli langsung dipasar. Dengan tender penawaran
perusahaan membuat penawaran formal kepada pemegang saham untuk membeli sejumlah
sahamnya pada tingkat harga tertentu. Harga itu biasanya sedikit di atas harga pasar saat ini,
kemudian pemegang saham dapat mengumpulkan sahamnya untuk kemudian dibeli perusahaan.
Cara lain adalah dengan membeli langsung di pasar modal dalam hal ini peran pialang akan
membantu. Sebagai imbalannya perusahaan memberikan fee sebesar presentase tertentu.
Sebelum perusahaan melakukan pembelian saham sebaiknya perusahaan memberikan informasi
terlebih dahulu kepada pemegang saham mengenai tujuan dan alasan diadakannya pembelian
kembali saham perusahaan.
Brigham dan Housten (2002) mengungkapkan keuntungan dan kerugian repurchase of stock
adalah :
Keuntungan repurchase of stock :
1. Repurchase of stock dipandang sebagai indikasi bahwa saham dinilai terlalu rendah atau
undervalued
2. Pemegang saham memiliki pilihan untuk menjual saham mereka atau tidak
3. Dari pandangan manajemen pembelian kembali saham memberikan beberapa keuntungan
bila dibandingkan dengan pembayaran deviden. Misalnya, bila terjadi kelebihan aliran
kas yang bersifat sementara, manajemen lebih baik mendistribusikan aliran kas tersebut
dalam bentuk repurchase of stock daripada pembayaran deviden, karena pilihan
peningkatan pembayaran deviden memiliki konsekuensi untuk mempertahankan
kenaikan tersebut di masa datang.
22
Manajemen Keuangan | Kebijakan Dividen
4. Merupakan satu cara praktis bagi manajemen untuk melakukan restrukturisasi keuangan
perusahaan. Misalkan perusahaan mungkin akan menjadi lebih baik apabila
menggunakan utang lebih besar dalam struktur modalnya. Salah satu cara yang dapat
ditempuh dengan mengeluarkan obligasi kemudian melakukan repurchase of stock
dengan menggunakan dana yang berasal dari penjualan obligasi.
Kerugian repurchase of stock :
1. Perusahaan mungkin membayar terlalu tinggi untuk repurchase of stock atau pembelian
kembali saham perusahaan, sehingga sangat merugikan pemegang saham yang memilih
untuk tidak menjual sahamnya.
2. Tidak semua investor memperoleh manfaat atas repurchase of stock, karena tidak
mengetahui implikasinya saat ini dan prospeknya d imasa datang.
3. Perusahaan bisa dikenakan penalti apabila alasan repurchase of stock ini dilakukan untuk
menghindari pajak atas dividen.
4. Beberapa investor memandang bahwa repurchase of stock dalam jumlah merupakan
indikasi perusahaan tidak memiliki pertumbuhan yang baik.
2.10. KEBIJIKAN DIVIDEN DALAM PRAKTIK
Pada prakteknya perusahaan cenderung memberikan deviden dengan jumlah yang
relative stabil atau meningkat secara teratur. Asumsi yang mendasari adalah :
1) Investor melihat kenaikkan deviden sebagai tanda yang baik bahwa perusahaan lebih
memiliki prospek yang cerah.
2) Hal ini membuat perusahaan lebih senang mengambil jalan sama yaitu tidak menurunkan
deviden yang dibayar alias stabil.
Menjaga kestabilan tidak berarti menjaga deviden payout ratio tetap karena nominal
deviden bergantung pada laba bersih perusahaan. Jika DPR tetap tetapi laba bersih berfluktuasi
maka pembayaran devide juga berfluktuasi.
Pada umumnya, perusahaan akan menaikkan deviden hingga pada level dimana
perusahaan akan dapat mempertahankannya di masa datang. Artinya, jika terjadi kondisi
terburuk sekalipun, perusahaan dapat mempertahankan pembayaran devidennya.
23
Manajemen Keuangan | Kebijakan Dividen
Apabila perusahaan mempertimbangkan akan menginvestasikan keuntungan yang
diperoleh, sementara pemegang saham menghendaki untuk menerima dividen maka perusahaan
harus mengeluarkan saham baru.
Bagaimana pengaruh kedua alternative tersebut? Misalkan neraca perusahaan manufaktur
sebagai berikut:
Kas 200.000.000
Aktiva lain 1.800.000.000
Modal sendiri 2.000.000.000
Total 2.000.000.000 Total 2.000.000.000
Misalkan pada kesempatan tersebut tersedia kesempatan investasi yang diharapkan
memeberikan NPV Rp 50 juta, dan memerlukan dana sebesar Rp 200 juta. Apabila para
pemegang saham memutuskan untuk mengambil investasi tersebut (tidak perlu menerbitkan
saham baru) karena dana yang ada dalam perusahaan masih mencukupi, maka rencananya akan
nampak sebagai berikut :
Kas 0
PV Investasi 200.000.000
Aktiva lain 1.800.000.000
Modal sendiri 2.050.000.000
Total 2.050.000.000 Total 2.050.000.000
Sekarang misalkan para pemegang saham menginginkan membagi deviden Rp 200 juta
tetapi tetap ingin mengambil investasi dengan NPV 50 juta tersebut, maka perusahaan perlu
menerbitkan saham baru. Misalnya floatation cost, 3%, maka jumlah saham baru yang harus
dikeluarkan adalah sebesar Rp 206.185.567 , dimana yang Rp 6.185.567 merupakan floatation
cost
Kas 0
PV Investasi 200.000.000
Aktiva lain 1.800.000.000
Modal sendiri lama 1.843.814.433
Modal sendiri lama 206.185.567
24
Manajemen Keuangan | Kebijakan Dividen
Total 2.050.000.000 Total 2.050.000.000
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kebijakan deviden menyangkut keputusan untuk membagikan laba sebagai deviden atau
menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam perusahaan (laba ditahan). Dividen adalah
laba yang diperoleh perusahaan untuk dibagikan kepada pemegang saham. Prosedur pembayaran
dviden adalah pengumuman emiten atas deviden yang akan dibayarkan kepada pemegang saham
yang disebut juga dengan tanggal pengumuman deviden. Rincian tanggal-tanggal yang perlu
diperhatikan dalam pembayaran deviden yaitu tanggal pengumuman, tanggal pencatatan,
tanggam cum-dividend, tanggal ex-deviden, tanggal pembayaran, dan tanggal distribusi.
Berdasarkan teori keuangan, jumlah dana yang bisa dibagikan sebagai dividen adalah laba
setelah pajak ditambah penyusutan dikurangi investasi aktiva tetap diurangi penambahan modal
kerja. Disederhaakan sehingga besarnya dividen ditentukan oleh EAT. Jenis-jenis pembayarn
dividen meliputi, pembayaran dividen yang stabil, residual decision of dividend, payout ratio
yang konstan, dan pembayaran dividen regular yang rendah disertai pembayaran ekstra. Dalam
kebijakan deviden ada 5 teori deviden yaitu, Teori Dividen Tidak Relevan, Teori Bird In The
Hand, Teori Tax Differential, Information Content Hypothesis, dan Teori Clientele Effect.
Stock split adalah tindakan peusahaan memecahkan saham yang beredar menjadi bagian
yang lebih kecil. Deviden saham (Stock Dividend) adalah deviden yang dibayar dalam bentuk
saham. Repurchase of stock atau pembelian kembali sahamnya dilakuakn karena perusahaan
memiliki kelebihan kas, dan tidak ada kesempatan investasi yang menguntungkan
25
Manajemen Keuangan | Kebijakan Dividen
DAFTAR PUSTAKA
Wiagustini, Putu. 2014. Manajemen Keuangan. Bali: Udayana University Press
http://iamluckyone.blogspot.co.id/2011/05/kebijakan-dividen.html (diakses pada 3 desember 2015)
https://www.academia.edu/8463983/KEBIJAKAN_DEVIDEN (diakses pada 3 desember 2015)
26