8 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teoretis a. Pengertian Kemampuan Dalam kamus bahasa Indonesia (2010:623) kemampuan berasal dari kata “Mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan). Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Adapula pendapat lain menurut Akhmat Sudrajat (2010:1) menghubungkan kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu tersebut. Proses pembelajaran mengharuskan anak mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki. Yang dimaksud dengan kemampuan dalam hal ini yakni bagaimana anak dengan daya kreasinya, potensinya dapat menumbuhkan imajinasi yang sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Kemampuan yang dimiliki seseorang tidak sama, ada yang intensitas kemampuannya tinggi, ada yang sedang, dan ada yang rendah. Dan juga tidak semua orang memiliki intensitas kemampuan yang tinggi dalam setiap jenis pekerjaan (Suyadi, 2009:17)
33
Embed
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian …eprints.ung.ac.id/6495/3/2012-1-86207-153408085-bab2... · menggambar, menulis puisi, bercerita, mendongeng, membuat kriya, suka
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teoretis
a. Pengertian Kemampuan
Dalam kamus bahasa Indonesia (2010:623) kemampuan berasal dari
kata “Mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat,
berada, kaya, mempunyai harta berlebihan). Kemampuan adalah suatu
kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila
ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Adapula pendapat lain
menurut Akhmat Sudrajat (2010:1) menghubungkan kemampuan dengan kata
kecakapan. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam
melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini mempengaruhi potensi yang ada
dalam diri individu tersebut. Proses pembelajaran mengharuskan anak
mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki. Yang dimaksud dengan
kemampuan dalam hal ini yakni bagaimana anak dengan daya kreasinya,
potensinya dapat menumbuhkan imajinasi yang sangat dibutuhkan dalam
pertumbuhan dan perkembangannya.
Kemampuan yang dimiliki seseorang tidak sama, ada yang intensitas
kemampuannya tinggi, ada yang sedang, dan ada yang rendah. Dan juga tidak
semua orang memiliki intensitas kemampuan yang tinggi dalam setiap jenis
pekerjaan (Suyadi, 2009:17)
9
Setiap orang membutuhkan kemampuan dalam hidupnya. Kemampuan
sangat di perlukan dalam sebuah pekerjaan, karena semua bidang pekerjaan
memerlukan kemampuan.
Seseorang yang memiliki kemampuan untuk suatu bidang pekerjaan,
dan memiliki bakat terhadap pekerjaan itu, biasanya prestasi yang di capai
dalam bidang tersebut tinggi. Begitu juga halnya dengan seorang guru yang
melakukan kegiatan mengajar, maka kemungkinan segala usaha yang
dilakukan dalam memotivasi belajar anak akan berhasil. Prestasi seseorang
antara lain di tentukan oleh faktor intelegensi dan kemampuan intelektual.
Untuk menjadi guru, disamping pengetahuan, keterampilan dan sikap, sebagai
salah satu persyaratannya diperlukan kemampuan. Demikian halnya dengan
profesi atau bidang pekerjaan lain.
Dalam hubungannya dengan tugas guru, maka kemampuan guru
mengandung arti kecakapan yang dimiliki oleh seorang guru dalam
melaksanakan pekerjaannya, serta merupakan perpaduan antara kemampuan
kognitif guru, emosional, sosial, dan spritual yang dapat membentuk
kompetensi standar profesi guru, mencakup penguasaan materi, pemahaman
terhadap peserta ajar hingga mejadi pribadi dan profesional.
Menurut Kurniati (2010:16), kemampuan kognitif adalah kekuatan
intelektual seseorang untuk mengasah ide, berimajinasi dan menyampaikan
dasar-dasar pemikiran terhadap aktivitas yang akan dilakukan. Dengan kata
10
lain, kemampuan berimajinasi adalah kecakapan yang bersumber pada akal
pikiran dalam menyelesaikan berbagai persolan hidup
b. Pengertian Imajinasi
Menurut Rachmawati dan Kurniaty (2010: 54) mengemukakan imajinasi
adalah kemampuan berpikir divergen seseorang yang dilakukan tanpa batas,
seluas-luasnya dan multi perspektif dalam merespon suatu stimulasi. Kemampuan
ini sangat berguna untuk mengembangkan kreativitas anak. Dengan imajinasi
anak dapat mengembangkan daya pikir dan daya ciptanya, tanpa dibatasi
kenyataan dan realitas sehari-hari. Ia bebas berpikir sesuai pengalaman dan
khayalannya. Imajinasi akan membantu kemampuan berpikir flexibility,
originality pada anak.
Berimajinasi bagi anak usia dini sangat penting, karena pada usia itu
terjadi masa peka, di mana anak memiliki potensi yang perlu dikembangkan.
Menurut Yulianti (2010:10) menyatakan usia TK menjadikan anak sensitif untuk
menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi yang dimilikinya. Pada
masa itu pula terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap
merespons stimulasi yang diberikan oleh lingkungan sehingga dapat digunakan
untuk mengembangkan kemampuan fisik, kognisi, bahasa, sosial emosional,
konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan nilai-nilai agama.
Seefeldt dan Wasik (2008: 78) mengemukakan anak usia empat tahun aktif
memanipulasi lingkungan mereka dan membangun makna atas dunia mereka.
Yusuf (20011: 165) menyatakan anak usia pra sekolah mampu berimajinasi atau
11
berfantasi tentang berbagai hal. Dia dapat menggunakan kata-kata, peristiwa atau
benda untuk melambangkan yang lainnya.
Suyadi (2009: 106) menjelaskan anak usia dini dalam hubungannya
berimajinasi berhubungan dengan tahap pra operasional, yakin anak dapat
menggunakan simbol dan pikiran internal dalam memecahkan masalah yang
masih terkait dengan objek konkret. Singer (dalam Mutiah, 2010:107)
mengemukakan bermain imajinatif sebagai kekuatan positif untuk perkembangan
manusia. Selanjutnya dijelaskan pula dengan bermain memberikan suatu cara bagi
anak untuk memajukan kecepatan masuknya perangsangan (stimulasi), baik dari
dunia luar maupun dari dalam yaitu aktivitas otak yang konstan memainkan
kembali dan merekam pengalaman. Berimajinasi merupakan hal penting yang
perlu ditumbuh-kembangkan pada anak. Guru yang memfasilitasi kemampuan
berimajinasi anak, adalah proses bantuan dalam memenuhi tugas perkembangan
anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Nuryanti (2008:53) yakni tugas-tugas
perkembangan harus diselesaikan oleh anak, dengan memberi kesempatan-
kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas perkembangan dengan arahan dan
bimbingan yang tepat, sehingga memiliki tingkat kecerdasan yang memadai serta
kreativitas yang tinggi.
Imajinasi akan nampak pada anak ketika anak mengalami masa peka dan
kritis. Masa peka merupakan periode di mana anak telah mencapai kesiapan untuk
belajar. Betapa pun banyaknya rangsangan yang diterima anak, mereka tidak
dapat belajar sampai perkembangan mereka siap untuk melakukannya. Hal ini
12
sesuai dengan pendapat Santrock (dalam Mashar, 2011:10) yang menyatakan
bahwa masa kanak-kanak awal sebagai masa kreatif, bebas dan penuh imajinasi.
Di sisi lain Yusuf (2011:56) menjelaskan salah satu upaya memfasilitasi
perkembangan anak pada aspek keterbukaan/kreativitas/daya pikir/daya cipta
yakni mengembangkan kemampuan imajinatif/daya cipta anak (mengarang,
melukis, merupa, dan meneliti).
Dari beberapa pengertian imajinasi yang dikemukakan oleh para ahli,
dapat ditarik kesimpulan bahwa imajinasi bagi anak sangat penting dalam
hubungan pengembangan bidang kognitif, sosial-emosi, bahasa, seni dan moral.
Tanpa imajinasi anak tidak dapat melakukan atau berbuat sesuatu, pengetahuan
mereka terbatas pada yang dicontohkan guru. Imajinasi juga sangat menentukan
pengembangan kreativitas anak.
c. Tujuan Imajinasi
Salah satu latihan yang mendasar agar anak dapat berkreasi adalah dengan
berimajinasi, yaitu kemampuan melihat gambaran dalam pikiran. Kemampuan ini
berfungsi untuk memunculkan kembali ingatan di masa lalu sebagai kemungkinan
terjadi di masa sekarang ataupun masa yang akan datang.
Rachmawati Kurniati (2010: 54) menjelaskan bahwa yang menjadi tujuan
dalam pengembangan imajinasi, agar anak dapat memperagakan suatu situasi,
memainkan peranannya dengan cara tertentu. Anak menciptakan pengetahuannya
sendiri ketika dia bebas berpartisipasi dalam permainan imajinatif.
13
Imajinasi bagi anak usia dini sangat penting terutama dalam
mengembangkan bakat dan minat dalam pembelajaran. Mengajar anak-anak usia
4-5 tahun tidak seperti mengajar di tingkat laun manapun. Anak-anak usia 4-5
tahun supaya mengalami kehidupan dengan penuh semangat dan kegembiraan
daripada yang dialami anak-anak usia lain.
Santi (2009:10) menjelaskan imajinasi merupakan unsur pokok dalam
mengembangkan daya kreasi. Berikanlah kebebasan tertentu pada anak agar ia
merasakan bahwa dia sanggup untuk mandiri, percaya diri dalam
mengembangkan daya kreasinya. Itulah bagian perkembangan daya kreasi yang
sedang dialami anak. Imajinasi anak dapat diekspresikan dalam bermacam
ungkapan seperti: bercerita, membuat coretan, melukis, membentuk,
bereksplorasi, bermain, serta bermain peran.
d. Manfaat Imajinasi
Seefeldt dan Wasik (2008: 166) mengemukakan manfaat imajinasi bagi
anak yakni dapat memberikan semangat, bekerja dengan penuh energi yang
berpengaruh pada program pembelajaran usia dini.
Dalam hubungannya dengan kemampuan berimajinasi, usia dini disebut
sebagai usia menjelajah atau usia bertanya. Sebutan ini dikenakan pada mereka,
karena mereka dalam tahap ingin tahu keadaan lingkungannya, bagaimana
mekanismenya, bagaimana peranannya serta bagaimana supaya anak dapat
menjadi bagian dari lingkungannya.
14
Berimajinasi pada anak usia dini bertujuan agar mereka dapat meng-
ungkapkan tentang benda, peristiwa, maupun keadaan alam sekitar. Sedang
manfaat berimajinasi sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa
dengan berimajinasi, melatih anak menjadi kreatif. Sehubungan dengan hal ini,
Abdurrahman (2009:101) menjelaskan beberapa hal untuk memacu kreativitas
anak, yakni: a) memberikan anak ruang dan kebebasan untuk bermain dan
bereksplorasi; b) membiarkan anak memilih sendiri media permainannya, jangan
terlalu diatur; c) mengenalkan anak pada orang lain, budaya, pengalaman, dan
cara berpikir yang berbeda dari kebiasaannya; d) membiarkan anak merasa
tenang, nyaman, dan menikmati proses kreativitasnya tanpa intervensi; e)
menciptakan lingkungan yang terbuka dan menerima anak apa adanya; f)
mendukung pertumbuhan kreativitas anak dengan memberikan nutrisi yang tepat
yang sesuai dengan perkembangannya. Karena kekurangan atau kelebihan gizi
akan menghambat proses kreativitas anak.
Sehubungan manfaat berimajinasi bagi anak yakni dapat menggali potensi
anak. Hal ini senada dengan pernyataan Hanung (dalam Ambarwati, 2009:71)
bahwa tugas orang tua dan pendidiklah untuk menemukan potensi yang
sesungguhnya yang dimiliki anak. Maka berbanggalah jika anak kita suka
menggambar, menulis puisi, bercerita, mendongeng, membuat kriya, suka
berolahraga, menari atau apa saja asalkan kegiatan itu positif.
Berimajinasi bagi anak usia dini merupakan pula implementasi dari tujuan
pelaksanaan pendidikan di TK, seperti yang dikemukakan oleh Patmonodewo
15
(2003:69) yaitu TK adalah salah satu bentuk pendidikan sekolah yang bertujuan
untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, perilaku,
pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam
menyesuaikan diri dengan keluarganya dan untuk pertumbuhan serta
perkembangan selanjutnya.
Dengan berimajinasi, banyak hal yang dapat diperoleh anak. Dapat
diberikan contoh misalnya pada membentuk plastisin. Anak yang memiliki
imajinasi akan membentuk berbagai macam dari plastisin seperti binatang, rumah,
boneka ataupun benda lainnya. Demikian juga pada saat diberikan kertas gambar,
anak akan berimajinasi berbagai jenis gambar. Pada anak yang memiliki
kreativitas yang tinggi akan mudah mengembangkan imajinasinya.
e. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Imajinasi Anak
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi imajinasi anak, antara lain:
1. Lingkungan Keluarga
Ahmad Anwar (2007: 37) mengemukakan anak-anak belajar melalui
inderanya. Setiap hari merupakan pengalaman belajar, mereka suka
bereksperimen, mencipta dan mengetahui cara kerja tertentu, mereka tertantang
untuk mendapatkan jawaban, dan suka meniru orang dewasa. Anak adalah
pendidikan terbaik bagi dirinya sendiri, sedangkan orang tua adalah guru
pertamanya. Ranah, lingkungan dan seluruh permukaan bumi adalah sumber
belajarnya.
16
John Lock (dalam Suyadi, 2009: 23) menyatakan faktor keturunan tidak
berpengaruh besar terhadap kecerdasan seseorang, tetapi lingkungan atau
pendidikan merupakan faktor penting untuk membentuk kecerdasan seseorang. Di
sisi lain, Pratisti (2008;105) menjelaskan kualitas waktu kebersamaan antara anak
dan orang tua lebih penting dibandingkan dengan kuantitas peran pengganti orang
tua di butuhkan untuk memberikan pengalaman sosial. Penemuannya yang
berkaitan dengan keterlibatan orang tua antara lain: keterlibatan orang tua
terhadap sekolah akan lebih efektif apabila terencana dengan baik dan berjalan
dalam jangka panjang, meningkatnya potensi anak baru nampak apabila orang tua
melibatkan diri di dalam pendidikan anak di sekolah.
Santi (2009:73) menjelaskan anak-anak selalu memiliki rasa ingin tahu
yang luar biasa dan kemampuan untuk menyerap informasi sangat tinggi,
sayangnya, banyak orang tua tidak mengenali dan memahami kemampuan pada
anak. Orang tua hanya bisa berkata, “saya tahu anak-anak bisa belajar lebih cepat,
tetapi tidak tahu seberapa cepat anak-anak bisa belajar”.
Secara alamiah perkembangan anak berbede-beda, unik dan tidak ada
satu anakpun yang sama persis meskipun berasal dari anak yang kembar. Anak
berbeda baik dalam intelegensinya, maupun dalam imajinasinya. Mutiah (2010:8)
menjelaskan pada usia dini diperlukan intervensi dari orang dewasa, orang tua
maupun pendidik untuk memberikan perhatian khusus dengan cara memberikan
pengalaman yang beragam.
17
Seberapa banyak orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan
anak-anak pada usia muda. Anak usia muda memiliki berjuta-juta saraf otak yang
sudah berkembang dan memiliki kemampuan yang dahsyat serta daya ingatan
yang kuat. Karena itu, pendidikan yang menanamkan nilai-nilai luhur
kemanusiaan (pengembangan intelegensi, karakter, kreativitas, moral, dan kasih
sayang) sangatlah perlu diberikan pada anak-anak sejak usia muda.
Dalam meningkatkan kemampuan berimajinasi anak, Maya dan Wido
(2006:79) menguraikan seorang anak pastilah memiliki jiwa yang sangat kreatif,
inovatif dan memiliki rasa ingin tahu yang sanat tinggi. Mereka selalu ingin
mencoba sesuatu yang baru dan selalu merasa penasaran terhadap hal-hal baru.
Apa saja yang mereka miliki selalu ingin diotak-atik sesuai dengan imajinasi
mereka. Orang tua dalam hal ini diharapkan jangan membatasi kreativitas anak
dalam mengekspresi sesuatu dengan menerapkan aturan-aturan yang sangat ketat.
Di samping itu, Anwar Ahmad (2007:46) menyatakan orang tua harus
terlibat penuh dalam merangsang kreativitas anak. Antara kreativitas dan
imajinasi tidak dapat dipisahkan. Dengan berimajinasi, anak dapat berkreasi
sesuai karakteristik perkembangannya? Imajinasi bagi anak perlu difasilitasi oleh
lingkungan, terutama lingkungan keluarga. Pemberian kesempatan kepada anak
untuk menggambar, mewarnai, membentuk pola, memerlukan waktu. Anak yang
selalu diatur dengan waktunya orang tua atau orang dewasa, banyak menghambat
imajinasi anak. Anak menghendaki apa yang dibuat/dirancang sesuai inspirasinya,
18
peran orang tua dalam hal ini sebatas membimbing, mengarahkan, menuntun,
memberi contoh, tanpa memaksakan kehendak.
2. Bakat
Chaplin dan Reber (Muhibbin Syah, 2005:135) mengemukakan bakat
(aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap
orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai
ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi secara global
bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang
berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior)
disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat.
Sutikno (2007:15) menjelaskan setiap manusia memiliki berbagai
potensi/kemampuan yang tersembunyi di dalam diri mereka, tugas pendidik
adalah membantu peserta didik tersebut untuk menemukan, mengarahkan dan
mengem-bangkan seoptimal mungkin.
Muhammad (2010:28) menguraikan bakat merupakan potensi yang
sangat mendasar dalam diri seseorang. Bakat merupakan fondasi di mana
seseorang akan berdiri dan melakukan dengan prestasi-prestasi tertentu. Apabila
seseorang memiliki kemampuan saat melakukan aktivitas tertentu dan berhasil,
hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut mempunyai bakat yang tinggi.
Munandar (dalam Muhammad, 2010:29) menyatakan bakat harus
didukung oleh lingkungan sosial dimana seseorang tinggal dan berada. Kalau
19
lingkungan seseorang tidak mendukung, seberapa besarpun bakat seseorang
tersebut, tidak akan pernah terwujud. Berimajinasi merupakan proses mental yang
terjadi pada anak ketika ia menerima rangsangan/stimulus. Bakat merupakan
faktor penunjang terjadinya imajinasi pada anak karena berhubungan dengan
potensi yang dimiliki. Pada prinsipnya anak berbakat.
3. Guru
Piaget (dalam Nugraha, 2010: 7) mengemukakan anak-anak dengan aktif
secara terus menerus mengolah berbagai pengalamannya dengan cara
mengembangkan dan mengorganisasikan struktur mentalnya melalui berbagai
proses yang dilakukannya dari waktu ke waktu dan berbagai kesempatan. Sanjaya
(2008: 57) menyebutkan bahwa sebagai fasilitator, guru berperan memberikan
pelayanan untuk memudahkan anak dalam kegiatan proses pembelajaran.
Peran guru dalam membentuk imajinatif bagi anak, memerlukan
persiapan yang sistematis dan kontinu dalam merancang pembelajaran serta
kejelasan tema pembelajaran, serta media yang digunakan. Pada kegiatan
selanjutnya, guru hendaknya memberi penguatan pada anak yang berhasil