Top Banner
JIPL (Jurnal Inovasi Pertambangan dan Lingkungan) VOL 1, NO.1, Tahun 2021: 30-40 30 KAJIAN TEKNIS PENGERINGAN CERUK PIT X UNTUK PENAMBANGAN KEMBALI PADA TAMBANG BATUBARA Jeremia Christopher Herbert Siregar 1 , Tedy Agung Cahyadi 2 , Winda 2 , Suyono 2 , Rika Ernawati 2 , Achmad Sadikin 3 1 Mahasiswa Sarjana Teknik Pertambangan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta 2 Staf Teknik Pertambangan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta 3 Superintendent Enginering P.T Adimitra Baratama Nusantara Email : [email protected] Abstrak Pada kajian ini membahas masalah pada proses pengeringan ceruk. Proses perhitungan debit dihitung dengan rumus rasional, dimana perhitungan curah air hujan dihitung menggunakan rumus Gumbel dengan 3 tahun periode ulang. Metode Mock dipakai untuk menghitung penguapan yang terjadi dan didapatkan data penguapan perbulan. Air limpasan dan penguapan berpengaruh pada tabel neraca air. Tabel neraca air ini dipakai untuk mengetahui alternatif pompa yang paling efektif. Air tanah yang ada diabaikan. Tujuan penelitian yaitu mencari sumber air limpasan yang masuk (inflow) ke ceruk dengan debit total 6,49 m 3 /s atau 39.835,76 m 3 /d serta air yang keluar (outflow) dari ceruk terjadi dari evaporasi ceruk, penguapan catchment area, dan daya hisap pompa rata-rata debit yang dimiliki setiap sumber air keluar (outflow) sebesar 115.635,44 m 3 /bln, 21.379,88 m 3 /bln, dan 518.400 m 3 /bln. Kata kunci: Curah Hujan, Distribusi Gumbell, Metode Mock, Saluran Terbuka, Evapotranspirasi, Evaporasi, Kapsitas Pompa Abstract In this study is discus about problem in drying sump. The calculation of runoff water flow was carried out using a rational formula, where rainfall processing was carried out by distribution of Gumbel with a return period of rain for 3 years. Water evaporation that occurs is calculated using the Mock method which can describe evaporation that occurs every month. Water seepage from the sump into the ground is ignored. The discharge of runoff and evaporation will affect the water balance in the sump. Water balance is used as a basis for determining pumping alternatives. The purpose of this study is to find inflow source to sump comes from rainfall water with a total of 6,49 m 3 /sec or 39.835,76 m 3 /day, while the outflow source from sump occurs due to evapotranspiration from the catchment area, sump evaporation, and pump capacity which have an average discharge of 115.635,44 m 3 /mth, 21.379,88 m 3 /mth, and 518.400 m3/mth. Keywords: Rainfall, Gumbell Distribution, Mock Method, Open Chanel, Evapotranspiration, Evaporation, Pump Capacity
11

KAJIAN TEKNIS PENGERINGAN CERUK PIT X UNTUK …

Oct 16, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KAJIAN TEKNIS PENGERINGAN CERUK PIT X UNTUK …

JIPL (Jurnal Inovasi Pertambangan dan Lingkungan) VOL 1, NO.1, Tahun 2021: 30-40

30

KAJIAN TEKNIS PENGERINGAN CERUK PIT X UNTUK

PENAMBANGAN KEMBALI PADA TAMBANG BATUBARA

Jeremia Christopher Herbert Siregar

1, Tedy Agung Cahyadi

2, Winda

2, Suyono

2, Rika Ernawati

2 ,

Achmad Sadikin3

1 Mahasiswa Sarjana Teknik Pertambangan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta 2 Staf Teknik Pertambangan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

3 Superintendent Enginering P.T Adimitra Baratama Nusantara

Email : [email protected]

Abstrak Pada kajian ini membahas masalah pada proses pengeringan ceruk. Proses perhitungan debit dihitung dengan

rumus rasional, dimana perhitungan curah air hujan dihitung menggunakan rumus Gumbel dengan 3 tahun periode ulang. Metode Mock dipakai untuk menghitung penguapan yang terjadi dan didapatkan data penguapan perbulan. Air limpasan dan penguapan berpengaruh pada tabel neraca air. Tabel neraca air ini dipakai untuk mengetahui alternatif pompa yang paling efektif. Air tanah yang ada diabaikan. Tujuan penelitian yaitu mencari sumber air limpasan yang masuk (inflow) ke ceruk dengan debit total 6,49 m3/s atau 39.835,76 m3/d serta air yang keluar (outflow) dari ceruk terjadi dari evaporasi ceruk, penguapan catchment area, dan daya hisap pompa rata-rata debit yang dimiliki setiap sumber air keluar (outflow) sebesar 115.635,44 m3/bln, 21.379,88 m3/bln, dan 518.400 m3/bln.

Kata kunci: Curah Hujan, Distribusi Gumbell, Metode Mock, Saluran Terbuka, Evapotranspirasi, Evaporasi, Kapsitas Pompa

Abstract

In this study is discus about problem in drying sump. The calculation of runoff water flow was carried out using a

rational formula, where rainfall processing was carried out by distribution of Gumbel with a return period of rain for 3 years. Water evaporation that occurs is calculated using the Mock method which can describe evaporation that

occurs every month. Water seepage from the sump into the ground is ignored. The discharge of runoff and evaporation will affect the water balance in the sump. Water balance is used as a basis for determining pumping alternatives. The purpose of this study is to find inflow source to sump comes from rainfall water with a total of 6,49 m3/sec or 39.835,76 m3/day, while the outflow source from sump occurs due to evapotranspiration from the catchment area, sump evaporation, and pump capacity which have an average discharge of 115.635,44 m3/mth, 21.379,88 m3/mth, and 518.400 m3/mth.

Keywords: Rainfall, Gumbell Distribution, Mock Method, Open Chanel, Evapotranspiration, Evaporation, Pump Capacity

Page 2: KAJIAN TEKNIS PENGERINGAN CERUK PIT X UNTUK …

JIPL (Jurnal Inovasi Pertambangan dan Lingkungan) VOL 1, NO.1, Tahun 2021: 30-39

31

PENDAHULUAN

Sistem penyaliran tambang adalah suatu upaya yang diterapkan pada kegiatan penambangan untuk

mencegah, mengeringkan atau mengalirkan air yang masuk ke lokasi tambang (Cahyadi, dkk 2019). Air

merupakan salah satu masalah pada kegiatan penambangan. Genangan air pada daerah penambangan

dapat menghambat kegiatan penambangan. Air yang masuk ke dalam tambang berasal dari air hujan, air

limpasan, dan air tanah. Air hujan yang masuk ke tambang tersebut akan ditampung pada ceruk (sump).

Air yang masuk ke dalam ceruk dapat ditanggulangi dengan cara pemompaan, dimana air yang berada dalam ceruk dipompa keluar tambang (Cahyadi,dkk 2019).

Pit X penambangan dihentikan karena faktor finansial pada bulan Juli 2020 dan akan dilanjutkan

lagi pada januari 2021. Selama di hentikan penambangan air di ceruk di Pit X semakin hari semakin

bertambah karena tidak ada di lakukan pemompaan dan akan di lakukan pemompaan lagi pada September

2020. Maka tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk menentukan jumlah air masuk dan keluar dari

ceruk serta berapa lama waktu untuk mengeringkan ceruk tersebut.

Kegiatan pengeringan ceruk dilakukan secara mine drainage yaitu upaya yang dilakukan untuk

mencegah agar air tidak masuk ke lokasi penambangan dengan cara pembuatan saluran terbuka (ring

canal) mengelilingi ceruk dan secara mine dewatering yaitu air yang masuk ke lokasi ceruk ditampung

dan kemudian dialirkan keluar dengan pompa. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka perlu dibuat

kajian rencana sistem penyaliran untuk mendapatkan dimensi saluran dan kesesuaian antara debit aliran

air masuk ke dalam ceruk dengan spesifikasi dan jumlah pompa yang dibutuhkan untuk mengeluarkan air, sehingga ceruk dapat dikeringkan dan proses penambangan dapat berjalan dengan lancar.

METODE

Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses penelitian untuk

memecahkan suatu permasalahan, untuk alur metodolgi penilitian dapat dilihat pada Gambar 1.Dalam

penulisan makalah ini data curah hujan yang digunakan selama 10 tahun (2010-2019) yang

didapatkan dari P.T Adimitra Baratama Nusantara. Kemudian dari data tersebut akan diolah masing-

masing menggunakan distribusi Gumbell dan metode mock.

Pada penelitian ini menggunakan beberapa rumus yang mendukung metode penelitian diatas,

rumus yang digunakan adalah distribusi gumbell, Metode Mock, rumus mononobe, rumus rasional, rumus manning

a. Distribusi Gumbell

Distribusi Gumbell merupakan metode distribusi harga ekstrim. Gumbell menganggap distribusi

variabel hidrologis tidak terbatas, maka harus digunakan distirbusi harga yang maksimal. Distribusi

Gumbell dianggap paling tepat karena dilengkapi dengan curah hujan maksimum setiap hari untuk

berbagai periode waktu dan periode hujan yang berulang.

Persamaan Gumbell :

(1)

Ket: Xr = Air Hujan harian maksimum (mm)

X = Curah Air hujan rata-rata (mm)

Sd = Standar deviasi

Sn = Standar deviasi dari reduksi varian (n)

Yr = Nilai reduksi varian dari variabel

Yn= Nilai rata-rata dari reduksi varian

b. Metode Mock

Metode Mock merupakan model neraca air yang dapat menghitung debit bulanan dari data curah hujan, evapotranspirasi, kelembaban tanah dan tampungan air tanah. Namun pada penelitian ini, metode

Mock hanya digunakan untuk menghitung debit evapotranspirasi dari daerah tangkapan hujan dan

evaporasi dari ceruk. Dalam melakukan perhitungan metode Mock, ada beberapa data dan asumsi yang

diperlukan, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1-3 di bawah ini.

Page 3: KAJIAN TEKNIS PENGERINGAN CERUK PIT X UNTUK …

JIPL (Jurnal Inovasi Pertambangan dan Lingkungan) VOL 1, NO.1, Tahun 2021: 30-39

32

Tabel 1

Temperatur rata-rata dengan evapotranspirasi A, B, dan (Mock, 1973)

Temperatur 24 26 28 30

A (mm ) 0,746 0,828 0,917 1,013 B (mm 15,8 16,2 16,7 17,1 (mmHg) 22,4 25,2 28,3 31,8

Tabel 2

Nilai radiasi matahari pada permukaan horizontal luar atmosfir (mm/hari) (Mock, 1973)

Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

LU 15,2 15,4 15,2 14,3 13,2 12,5 12,7 13,6 14,7 15,2 15,2 15,1

14,5 15 15,2 14,7 13,9 13,4 13,5 14,2 14,9 15 14,6 14,3

LS 15,06 15,32 15,2 14,38 13,34 12,68 12,86 13,72 1 14,74 15,16 15,08 14,94

Tabel 3

Exposed surface (Mock, 1973)

No. M Daerah

1. 0% Hutan primer, sekunder 2. 10-40% Daerah tererosi 3. 30-50% Daerah ladang pertanian

c. Evapotranspirasi

Evapotranspirasi merupakan gabungan evaporasi dan transpirasi tumbuhan yang hidup di

permukaan bumi. Perhitungan debit air akibat evapotranspirasi yang digunakan pada metode Mock

diambil dari rumus empiris Penman (1948). Menurut Penman, besarnya evapotranspirasi aktual dapat

dihitung dengan rumus:

.................................................................................. (2)

Keterangan:

E aktual = evapotranspirasi yang sebenarnya terjadi

Ep = evapotranspirasi potensial (mm/bulan)

= evapotranspirasi terbatas (mm/bulan)

d. Evaporasi

Evaporasi merupakan pergerakan air ke udara dari berbagai sumber, seperti badan air dan

tampungan air. Perhitungan evaporasi dilakukan dengan menggunkan rumus ILRI (1974), yaitu sebagai

berikut.

................................................................. (3)

Keterangan: E = evaporasi (mm/hari)

ew = tekanan uap jenuh dengan temperatur sama dengan temperatur air (mmHg)

ea = tekanan uap air di udara (mmHg)

v = kecepatan angin rata-rata dalam sehari (mil/hari)

e. Intensitas Curah Air Hujan

Intensitas curah air hujan merupakan debit air hujan per satuan waktu, biasanya menggunakan satuan mm/jam. Intensitas curah air hujan biasanya disingkat dengan huruf “I”. Intensitas curah air hujan ditentukan berdasarkan rumus mononobe. Rumus mononobe sebagai berikut :

(

) ⁄

.............................................................................................. (4)

Keterangan: R24 : CH maksimum dalam 24 jam

Page 4: KAJIAN TEKNIS PENGERINGAN CERUK PIT X UNTUK …

JIPL (Jurnal Inovasi Pertambangan dan Lingkungan) VOL 1, NO.1, Tahun 2021: 30-39

33

t : Waktu turun hujan

f. Debit Air Limpasan

Limpasan air maksimum dihitung dengan menggunakan rumus yaitu:

Q = 0,278. C . I .A ............................................................................................... (5)

Keterangan :

Q = Debit Air Limpasan (m3/detik)

I = Intensitas curah air hujan (mm/jam)

C = Koefisien limpasan A = Luas daerah catchmen (km2)

g. Dimensi Saluran Terbuka

Rumus manning digunakan untuk menghitung dimensi pada saluran terbuka. Q = 1/n . A . S1/2 . R2/3 ..................................................................................... (6)

Keterangan: Q = Debit air (m3/detik) R = Jari-jari hidrolik (m)

A = Luas penampang basah (m2) n = nilai kekasaran dinding saluran menurut Manning

S = Kemiringan saluran (%)

h. Pompa

Pompa yang di gunakan pada penelitian ini yaitu pompa MF 385 HP sebanyak 2 pasang atau 4 unit

yang di pasang secara seri untuk mengeluarkan air dari dalam ceruk. Pemasangan pompa secara seri ini di

karenakan elevasi air masuk ke air keluar sangat jauh dan memiliki kemiringan yang lumayan curam.

Sehingga di buat pemasangan pompa secara seri. Jumlah pompa yang di pakai sudah mencukupi untuk melakukan pengeringan pada ceruk bila kebanyakan juga tidak bagus karena terlalu memakan banyak

biaya dan terlalu berlebihan.

i. Neraca air

Neraca air dapat menggambarkan debit air yang masuk dan keluar dari suatu ceruk oleh berbagai

sumber masukan dan keluaran dalam interval waktu tertentu. Sumber masukan air antara lain curah hujan langsung, limpasan air dari daerah tangkapan hujan, dan aliran air tanah. Model matematis mengenai

perubahan volume pada ceruk sebagai fungsi waktu (Castendyk, dkk. 2015) sebagai berikut.

⁄ .................................... (7)

Keterangan:

⁄ = perubahan volume ceruk ( )

= debit air tanah masuk ( )

= debit air limpasan ( )

= debit air hujan langsung ( )

= debit air meresap ke dalam tanah ( )

= debit penguapan air dari ceruk ( )

= debit air dari pemompaan ( )

Page 5: KAJIAN TEKNIS PENGERINGAN CERUK PIT X UNTUK …

JIPL (Jurnal Inovasi Pertambangan dan Lingkungan) VOL 1, NO.1, Tahun 2021: 30-39

34

Tidak

Ya

Gambar 1. Bagan alir metode penelitian

RUMUSAN MASALAH 1. Belum diketahui debit aliran air masuk ke lokasi ceruk. 2. Belum adanya kajian dimensi saluran terbuka

3. Belum diketahui waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan ceruk.

ANALISIS DATA 1. Analisis terhadap debit aliran air masuk ke lokasi ceruk 2. Analisis terhadap debit aliran air keluar dari lokasi ceruk 3. Analisis neraca air 4. Analisis alternatif pengeringan ceruk

5. Analisis waktu pengeringan ceruk

KESIMPULAN

FAKTA 1. Ceruk ini merupakan lubang bekas penambangan yang berbentuk cekungan yang sangat luas. 2. Sebelumnya ceruk ini difungsikan untuk menampung air dari lokasi penambangan dan saat ini

masih digenangi oleh air.

3. Rencana pengeringan dengan sistem penyaliran saat ini tidak mampu mengeringkan ceruk.

STUDI LITERATUR

OBSERVASI LAPANGAN

DATA

1. Primer:

Dimensi saluran terbuka

Foto keadaan di lapangan

Jenis dan jumlah pompa

2. Sekunder:

Data curah hujan harian

Data Iklim

Peta topografi

Spesifikasi pompa

PERUMUSAN 1. Curah Air Hujan Rencana (Gumbell)

2. Intensitas Air Curah Hujan (Mononobe) 3. Debit Air Limpasan (Rumus Rasional)

Q = 0,278 x C x I x A

4. Evaporasi (Rumus Ilri)

5. Evapotranspirasi (Metode Mock)

6. Debit aliran saluran terbuka (Manning)

Q = 1

𝑛. A. S1/2. R2/3

7. Head total pompa

KRITERIA 1. Kapasitas saluran terbuka ≥ debit air

limpasan yang masuk ke ceruk

2. Kapasitas pemompaan > debit air

yang masuk ke ceruk. 3. Ceruk dapat dikeringkan (h=0)

Page 6: KAJIAN TEKNIS PENGERINGAN CERUK PIT X UNTUK …

JIPL (Jurnal Inovasi Pertambangan dan Lingkungan) VOL 1, NO.1, Tahun 2021: 30-39

35

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data curah hujan maksimum sepuluh tahun dari tahun 2010 sampai 2019 dapat dilihat pada Tabel 4.

Data tersebut akan digunakan dalam pengolahan data lebih lanjut. Data curah hujan mengapa di pakai 10 tahun karena dari perusahaan Cuma di kasih 10 tahun bila di kasih 15 maka yang di pakai 15 tahun.

Tabel 4. Curah hujan maksimum

Tahun CH (mm/hari)

2010 95,60

2011 132,00

2012 89,80

2013 100,40

2014 125,40

2015 119,20

2016 143,60

2017 115,60

2018 96,20 2019 111,40

Rata-rata 112,92

a. Hasil Pengolahan Distibusi Gumbel

Untuk menghitung nilai curah hujan rencana dengan distribusi Gumbell menggunakan persamaan (1)

dengan data acuan pada Tabel 4. Hasil dari pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Distibusi curah hujan rencana

Periode Ulang (T) 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Nilai Reduce Variate (γt) 0,37 0,90 1,25 1,50 1,70 1,87 2,01 2,14 2,25

Nilai Reduce Mean (γn) 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50

Nilai Reduce Standard

Deviation (Sn) 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00

Faktor Reduce Variate

(k) 0,13 0,41 0,75 1,00 1,21 1,37 1,52 1,64 1,76

Nilai Standard Deviation

(Sd) 17,57 17,57 17,57 17,57 17,57 17,57 17,57 17,57 17,57

Curah Hujan Maksimum

Rata-rata (mm/hari) 112,92 112,92 112,92 112,92 112,92 112,92 112,92 112,92 112,92

Curah Hujan Rencana

Maksimum (mm/hari) 110,66 120,08 126,11 130,58 134,13 137,08 139,60 141,80 143,76

Berdasarkan Tabel 5, didapatkan curah air hujan rencana 120,08 mm/day menggunakan distirbusi

Gumbell periode ulang hujan 3 tahun dan risiko hidrologi sebesar 86,83 %. Penggunaan periode ulang

hujan 3 tahun di karenakan umur tambang 5 tahun dan resiko hidrologi 86,83 % sehingga di gunakan

periode ulang 3 tahun. Nilai yt, yn, k, Sn, Sd di dapat dari perhitungan pada distribusi gumbel.

b. Metode Mock

Metode Mock di gunakan untuk mencari nilai dari evapotranspirasi dan evaporasi. Dimana metode

ini akan di modifikasi karena tidak ada nya data air tanah sehingga metode ini hanya menggunkan data

temperatur, kelembaban udara, kecepatan angin, tekanan udara, dan rasio penyinaran matahari. Data

perhitungan simulasi metode Mock dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini.

Page 7: KAJIAN TEKNIS PENGERINGAN CERUK PIT X UNTUK …

JIPL (Jurnal Inovasi Pertambangan dan Lingkungan) VOL 1, NO.1, Tahun 2021: 30-39

36

Tabel 6. Simulasi metode mock pada ceruk pit x

Month Evapotranspiration

(mm/month)

Catchment Area

(m2)

Evapotranspiration

(m3/month)

Average Evapotranspiration

(m3/day)

Jan 88,23 1.336.439,65 117.914,07 3.803,68

Feb 87,61 1.336.439,65 117.085,48 4.181,62

Mar 101,41 1.336.439,65 135.528,35 4.371,88

Apr 94,35 1.336.439,65 126.093,08 4.203,10

May 86,02 1.336.439,65 114.960,54 3.708,40

Jun 68,56 1.336.439,65 91.626,30 3.054,21

Jul 73,31 1.336.439,65 97.974,39 3.160,46

Aug 82,32 1.336.439,65 110.015,71 3.548,89

Sep 84,09 1.336.439,65 112.381,21 3.746,04 Oct 87,33 1.336.439,65 116.711,27 3.764,88

Nov 93,36 1.336.439,65 124.770,01 4.159,00

Des 91,71 1.336.439,65 122.564,88 3.953,71

c. Evapotranspirasi

Nilai yang di dapatkan dari perhitungan nilai evapotranpirasi dengan modifikasi metode mock dapat

di lihat dari tabel 7 di bawah ini:

Tabel 7. Evapotranspirasi daerah tangkapan hujan

Month Evapotranspiration

(mm/month)

Catchment Area

(m2)

Evapotranspiration

(m3/month)

Average Evapotranspiration

(m3/day)

Jan 88,23 1.336.439,65 117.914,07 3.803,68

Feb 87,61 1.336.439,65 117.085,48 4.181,62

Mar 101,41 1.336.439,65 135.528,35 4.371,88

Apr 94,35 1.336.439,65 126.093,08 4.203,10

May 86,02 1.336.439,65 114.960,54 3.708,40

Jun 68,56 1.336.439,65 91.626,30 3.054,21 Jul 73,31 1.336.439,65 97.974,39 3.160,46

Aug 82,32 1.336.439,65 110.015,71 3.548,89

Sep 84,09 1.336.439,65 112.381,21 3.746,04

Oct 87,33 1.336.439,65 116.711,27 3.764,88

Nov 93,36 1.336.439,65 124.770,01 4.159,00

Des 91,71 1.336.439,65 122.564,88 3.953,71

d. Evaporasi

Nilai yang di dapatkan dari perhitungan nilai evaporasi dengan modifikasi metode mock dapat di lihat

dari tabel 8 di bawah ini:

Tabel 8. Evaporasi Ceruk

Month Evaporation

(mm/month)

Sump area

(m2)

Evaporation

(m3/month)

Average Evaporation

(m3/days)

Jan 139,55 138.000,00 19.257,21 621,20

Feb 155,42 138.000,00 21.447,27 765,97 Mar 167,58 138.000,00 23.126,18 746,01

Apr 143,66 138.000,00 19.825,13 660,84

May 172,20 138.000,00 23.763,19 766,55

Jun 162,19 138.000,00 22.382,50 746,08

Jul 135,48 138.000,00 18.695,96 603,10

Aug 156,48 138.000,00 21.593,96 696,58

Sep 129,15 138.000,00 17.822,70 594,09

Oct 153,74 138.000,00 21.216,67 684,41

Nov 166,98 138.000,00 23.043,24 768,11

Dec 176,70 138.000,00 24.384,60 786,60

Page 8: KAJIAN TEKNIS PENGERINGAN CERUK PIT X UNTUK …

JIPL (Jurnal Inovasi Pertambangan dan Lingkungan) VOL 1, NO.1, Tahun 2021: 30-39

37

e. Intensitas Curah Hujan

Berdasarkan hasil perhitungan data menggunakan persamaan (4), didapatkan nilai intensitas hujan

sebesar 28,99 mm/jam berdasarkan distibusi Gumbel. Nilai intensitas curah hujan digunakan untuk

menghitung debit air limpasan.

f. Debit Air Limpasan

Debit air limpasan dihitung menggunakan persamaan (5), berdasarkan perhitungan metode Gumbel

adalah sebesar 4,83 m3/detik.

g. Dimensi Saluran Terbuka

Dimensi saluran terbuka aktual berdasarkan hasil pengukuran di lapangan ialah sebagai berikut.

1. Sudut kemiringan (α) = 2. Kedalaman saluran (h) = 2,1 m

3. Lebar dasar saluran (b) = 1,1 m 4. Lebar atas saluran (T) = 4,9 m

5. Panjang dinding saluran (d) = 2,8 m

Berdasarkan perhitungan menggunakan persamaan (6), didapatkan dimensi saluran terbuka

sebagai berikut:

1. Sudut kemiringan (α) = 2. Kedalaman saluran (h) = 0,9876 m

3. Lebar dasar saluran (b) = 1,14 m

4. Lebar atas saluran (T) = 2,28 m

5. Panjang dinding saluran (d) = 0,855 m

h. Pompa

Pada pemompaan didapatkan perbandingan kapasitas pemompaan aktual dengan kapasitas

pemompaan spesifikasi dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 9. Perbandingan Kapasitas dan Julang Total Pompa Aktual dan Spesifikasi

No Pompa

Kapasitas

Pompa

Spesifikasi

Kapasitas Pompa

Aktual

Julang Spesifikasi

(m)

Julang Aktual

(m)

1 MF 385 HP 630 482,4 150 68,47

2 MF 385 HP

(steging) 630 482,4 150 99,1

i. Neraca Air

Neraca Air aktual

Dari data yang didapatkan maka diperoleh grafik neraca air aktual menggunakan 2 pompa sebagai

berikut:

Page 9: KAJIAN TEKNIS PENGERINGAN CERUK PIT X UNTUK …

JIPL (Jurnal Inovasi Pertambangan dan Lingkungan) VOL 1, NO.1, Tahun 2021: 30-39

38

Gambar 2. Grafik perubahan volume air dalam ceruk aktual

Gambar 3. Grafik perubahan kedalaman air dalam ceruk aktual

Dari grafik neraca air Gambar 2 dan 3 di atas dapat disimpulkan air yang ada di dalam ceruk

mengalami penurunan pada bulan Oktober akan tetapi air tersebut naik lagi pada bulan November. Neraca

air ini merupakan data aktual yang di dapat di lapangan sehingga air yang berada dalam ceruk masih

mengalami kenaikan.

Neraca Air Alternatif

Alternatif ini dilakukan dengan menaikkan elevasi pompa serta menaikkan rpm pada pompa sehingga

proses pengeringan dapat dilakukan dalam waktu 99 hari.

Page 10: KAJIAN TEKNIS PENGERINGAN CERUK PIT X UNTUK …

JIPL (Jurnal Inovasi Pertambangan dan Lingkungan) VOL 1, NO.1, Tahun 2021: 30-39

39

Gambar 4. grafik perubahan volume air dalam ceruk alternatif

Gambar 5. grafik perubahan kedalaman air dalam ceruk alternatif

Dari Gambar 4 dan 5 dapat disimpulkan bahwa pada alternatif ini air dalam ceruk menurun

secara signifikan dan tidak mengalami kenaikan sehingga dari alternatif ini dapat kita lihat pada bulan

januari air dalam ceruk sudah dapat kering. Waktu untuk proses pengeringan yaitu 99 hari. Maka

alternatif ini dapat digunakan sebagai pengganti proses pengeringan aktual.

SIMPULAN

Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan pengeringan aktual saat ini tidak dapat

mengeringkan ceruk karena berbagai faktor dari curah hujan dan dari kapasitas pompa yang ada,

sehingga diperoleh alternatif yaitu dengan menaikkan elevasi pompa serta menaikkan rpm pada pompa maka air pada ceruk dapat di keringkan dalam waktu 99 hari.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini dapat berjalan dengan baik karena dukungan penuh dari PT Adimitra Baratama

Nusantara yang telah menyediakan lokasi penelitian.

Page 11: KAJIAN TEKNIS PENGERINGAN CERUK PIT X UNTUK …

JIPL (Jurnal Inovasi Pertambangan dan Lingkungan) VOL 1, NO.1, Tahun 2021: 30-39

40

DAFTAR PUSTAKA

1. Cahyadi,T.A , Butungan , J ., Sudiyanto, A ., Amrin, D., Siri, H.T., Nusanto, G , 2019, Rancangan Sistem

Penyaliran pada Lokasi Disposal Tambang Nikel

2. Castendyk ,D.N ., Balistrieri, L.S., Gammons, C.H, & Tucci, N, 2015, Modeling and Management of Pit Lake

Water Chemistry 2

3. Gautama, R. S., 1999, Sistem Penyaliran Tambang, Jurusan Teknik Pertambangan, FTM, Institut Teknologi

Bandung, Bandung.

4. Gumbel, E. J., 1941, The Return Period of Flood Flows.Ann. Math. Statist. 12 (1941), no. 2, 163-190. Doi:

10.1214/aoms/1177731747.

5. Mock, F. J., 1973, Water Aviability Appraisal: Report Prepared for the Land Capability Appraisal Project

Bogor/Indonesia. Bogor: Food and Agriculture Organization of the United Nations.

6. PT. Adimitra Baratama Nusantara, 2020, Laporan Curah Hujan Harian Selama 10 Tahun (2010-2019), Satuan

Kerja Perencanaan Operasi Hidrologi dan Penunjang (Tidak dipublikasikan).

7. Penman, H. L., 1948, Natural Evaporation from Open Water, Bare Soil and Grass. Proc. Roy. Soc.

London A (194).

8. Perlman, H., USGS. Public Domain, 2019, The Water Cycle. Https:/usgs.gov/media/images/water-

cycle-natural-water-cycle.