KAJIAN KRITIS PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL DALAM KERANGKA MEMBANGUN DAYA TANGKAL TERHADAP ANCAMAN KEUTUHAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA Tanto Alfiathur Nugroho Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Studi Strategis Ketahanan Nasional Peminatan Manajemen Pertahanan A. Pendahuluan 1. Latar belakang Pada dua decade terakhir ini dunia disibukkan oleh tiga ancaman yang sangat menyita perhatian setiap Negara. Tidak peduli Negara maju, berkembang maupun yang masih dianggap Negara tertinggal. Tiga ancaman tersebut adalah ancaman global warming (pemanasan global), krisis energi dan terorisme. Ancaman dapat timbul dan disebabkan oleh kegiatan manusia, alam atau kombinasi dinamis dari manusia alam. Global Warming adalah hasil dari non-sustainable development manusia terhadap lingkungan alam secara Global sehingga melampaui batas proses alamiah renewability, reversibility maupun daya dukung intrinsik hasil evolusi serta pembentukan oleh alam semesta. Semua proses
39
Embed
Kajian Kritis PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL DALAM KERANGKA MEMBANGUN DAYA TANGKAL TERHADAP ANCAMAN KEUTUHAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KAJIAN KRITIS PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL
DALAM KERANGKA MEMBANGUN DAYA TANGKAL TERHADAP ANCAMAN
KEUTUHAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
Tanto Alfiathur Nugroho
Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada
Studi Strategis Ketahanan Nasional Peminatan Manajemen Pertahanan
A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Pada dua decade terakhir ini dunia disibukkan oleh tiga ancaman
yang sangat menyita perhatian setiap Negara. Tidak peduli Negara maju,
berkembang maupun yang masih dianggap Negara tertinggal. Tiga ancaman
tersebut adalah ancaman global warming (pemanasan global), krisis energi
dan terorisme. Ancaman dapat timbul dan disebabkan oleh kegiatan
manusia, alam atau kombinasi dinamis dari manusia alam.
Global Warming adalah hasil dari non-sustainable development
manusia terhadap lingkungan alam secara Global sehingga melampaui
batas proses alamiah renewability, reversibility maupun daya dukung
intrinsik hasil evolusi serta pembentukan oleh alam semesta. Semua proses
pembangunan Global pada akhirnya menimbulkan berbagai penyebab dari
Global Warming atau kenaikan suhu bumi. Contoh dampak dari global
warming adalah terjadinya perubahan cuaca secara ekstrem termasuk
menimbulkan badai, mencairnya es di kutub utara sehingga naiknya
permukaan laut, bergesernya periode musim hujan dan kemarau berakibat
perubahan musim panen dan pola tanam, intensitas hujan yang lebih tinggi
dari biasa di beberapa tempat di dunia akan menimbulkan banjir, penyakit,
erosi, pengrusakan cagar budaya, tanah longsor dan merusak aset
arkeologi. Kekeringan dan gagal panen, punahnya berbagai specie tanaman
dan hewan serta perubahan permukaan dan cuaca hujan/kekeringan/dingin
akan menimbulakan kekurangan air, pangan, kelaparan, kekrangan
gizi/penyakit, dan berbagai pendertaan lainnya.
Sedangkan terkait dengan terorisme, terorisme merupakan suatu
kegiatan sekelompok manusia yang berjuang untuk kepentingannya tanpa
mengenal/mengakui kedaulatan maupun batas suatu negara dan
bangsa/sekutu/suku/agama. Bahkan isu terorisme selalu dijadikan dalih bagi
bangsa Amerika untuk melampiaskan tujuan-tujuan politiknya terhadap
negara lain. Bangsa Indonesia pun tak terlepas dari ancaman teror tersebut,
banyak sudah contoh dan nyawa tak berdosa bergelimpangan sia-sia akibat
ulah para teroris tersebut.
Ancaman ketiga adalah ancaman akan kelangkaan energi dunia.
Pertikaian panjang negara-negara Timur Tengah (Irak-Iran, Irak-Kuwait dan
lain-lain) dipacu oleh perebutan energi atau sumber minyak bumi. Negara
besar seperti Amerika berusaha mengimpor sumber energi dari negara lain,
sementara energi dalam negeri disimpan untuk cadangan masa depan.
Demikian juga dengan China, dengan jumlah penduduk terbesar di dunia,
tidak menutup kemungkinan China akan mengekspansi khususnya daerah-
daerah perbatasan yang berpotensi penghasil energi, contoh kepulauan
spartly yang berdekatan dengan kepulauan Natuna Propinsi Kepri.
Dalam kerangka menghadapi kekuatiran tersebut, bagi bangsa
Indonesia diperlukan suatu langkah-langkah efektif dalam bidang
pengelolaan energi yang ditujukan untuk memperkuat ketahanan nasional,
sehingga mampu menghadapi dan mengantisipasi setiap ancaman baik
yang datang dari dalam maupun dari luar negeri.
2. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas diperoleh rumusan permasalahan
yakni bagaimanakah pengelolaan energi nasional dalam kerangka
membangun daya tangkal terhadap ancaman bagi keutuhan NKRI?
3. Tujuan
a. Mengetahui kajian dan hakekat ancaman bidang energi bagi bangsa
Indonesia
b. Mengetahui Kajian pengelolaan energi dan peran Departemen
Pertahanan beserta jajarannya
c. Mengetahui pengelolaan energi nasional dalam rangka membangun
daya tangkal terhadap ancaman bagi keutuhan NKRI
4. Sistematika Penulisan
a. Pendahuluan
b. Kajian kritis
c. Kesimpulan
B. Kajian Kritis
1. Kajian hakekat ancaman bidang energi bagi bangsa Indonesia
Secara umum ancaman bagi bangsa Indonesia dibedakan atas dua
katagori, yakni ancaman militer dan ancaman nir militer. Ancaman militer
adalah ancaman yang berasal dari perspektif serangan militer baik dari luar
negeri atau Negara tetangga, maupun dari dalam negeri berupa
pemberontakan bersenjata dalam skala besar yang membahayakan
kedaulatan Negara. Ancaman tersebut berdampak pula pada bidang
pengelolaan permasalahan energi dalam negeri
Kedua sumber ancaman yang mengancam dalam pengelolaan energi
tersebut sangat dipengaruhi oleh isu-isu perkembangan yang terjadi akhir-
akhir ini. Isu-isu tersebut mencakup isu global kontenporer di bidang
ekonomi, politik, budaya dan pertahanan keamanan yang selalu dinamis dan
tidak terperkirakan. Berdasar ekskalasinya isu tersebut dapat berdampak
pada skala global, regional maupun nasional. Secara rinci dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Pengaruh perkembangan isu global
Perkembangan isu global yang terkait dengan permasalahan energi di
seluruh dunia, tentu saja dapat dilihat dari dua sudut pandang. Dua sudut
pandang atau perspektif tersebut antara lain adalah perspektif konsumsi dan
perspektif produksi energi dunia dengan perincian sebagai berikut:
1) Perspektif isu konsumsi energi tingkat global
Kebutuhan energi utama di dunia era ini semakin besar seiring
dengan semakin banyaknya jumlah penduduk di dunia. Sementara
lahan kehidupan semakin menyempit, kebutuhan akan pemenuhan
kebutuhan dasar hidup semakin sedikit, ditambah dengan kemajuan
ilmu dan tehnologi, mendorong dunia untuk mencari, mengeksploitasi
dan mengembangkan produksi terhadap sumber-sumber energi
utama. Sumber energi utama yang menjadi prioritas dan paling
favorite tersebut meliputi minyak bumi, gas dan batubara.
Dalam perkembangan terakhir, Negara pengguna energi
terbesar di dunia adalah Amerika Serikat (USA), kemudian disusul
China dan India. USA dengan jumlah penduduk hanya 5% dari
penduduk dunia, membutuhkan 25 barrel per-orang pertahun. Hal ini
diperkirakan merupakan 20% dari kebutuhan energi seluruh dunia.
Dapat dibayangkan betapa sangat sifnifikan dan masuk akal bilamana
Amerika menjadi actor utama dalam perebutan sumber-sumber
energi di dunia.
Bilamana dilihat dalam sekala global, hingga tahun 2010
kebutuhan minyak bumi di dunia sebesar 26,5 juta barrel/hari.
Sementara penggunaan minyak per orang perhari adalah 5 barrel.
Berdasarkan asumsi tersebut para ahli memperkirakan .cadangan
minyak dunia hanya dapat digunakan secara tehnis dan ekonomis
sebesar 1,5 trilyun barrel. Sehungga dengan asumsi penduduk dunia
6 M maka setiap orang hanya mendapat jatah sebesar 250 barrel.
Hal ini juga berarti bahwa ketersediaan minyak bumi hanya untuk 50
tahun. Berikut ini adalah table dan gambar populasi serta kebutuhan
energi Negara-negara di dunia.
Table 1.
KONSUMSI SUMBER ENERGY 11 NEGARA TERBESAR DUNIA
MILLION TON BBM/TAHUN
No Negara
Minya
k bumi
Gas
alam
Batu
bara Nuklir Hydro Total %
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Amerika 937.6 582 564.3 187.9 59.8 2331.6 34.64
2 China 308.6 35.1 956.9 11.3 74.2 1386.1 20.59
3 Rusia 128.5 361.8 105.9 32.4 40 668.6 9.93
4 Jepang 241.5 64.9 120.8 64.8 22.6 514.6 7.65
5 India 119.3 28.9 204.8 3.8 19 375.8 5.58
6 Jerman 123 77.3 85.7 37.8 6.1 329.9 4.90
7 Kanada 99.6 80.5 30.5 20.5 76.4 307.5 4.57
8 Franc 94 40.2 12.5 101.4 14.8 262.9 3.91
9 Inggris 80.8 88.2 38.1 18.1 1.7 226.9 3.37
10 Korsel 104.8 28.4 53.1 29.6 1.3 217.2 3.23
11 Ina 54.7 30.3 22.2 2.5 109.7 1.63
Total 2292.4
1417.
6
2194.
8 507.6 318.4 6730.8 100
Sumber: BPMIGAS
Gambar 1.
POPULATION AND ENERGY CONSUMPTION BY COUNTRY
Sumber: BPMIGAS
Dari table dan gambar tersebut diatas, tampak USA dengan
penduduk lebih sedikit baik dibanding China maupun India namun
kebutuhan energinya jauh lebih besar. Namun perlu pula diwaspadai,
sangat dimungkinkan dalam kurun waktu 20 tahun mendatang
diperkirakan China akan mengancam perlombaan perburuan sumber-
sumber energi di dunia mengingat begitu pesatnya perkembangan
ilmu, tehnologi dan industry serta pesatnya perkembangan jumlah
penduduk Negara tersebut.
Bilamana diperbandingkan dengan USA, Indonesia masih
sangat jauh tertinggal, secara trasnparan dapat dilihat dalam gambar
berikut ini:
Gambar 2.
PERBANDINGAN KOMSUMSI ENERGI
ANTARA INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT
Sumber: BPMIGAS
Berdasarkan gambar dan table tersebut diatas, diperkirakan
beberapa tahun ke depan akan terjadi eksplorasi sumber-sumber
energi besar-besaran di dunia. Hal ini dikarenakan tuntutan
kebutuhan jumlah penduduk dan kemajuan ilmu tehnologi serta
industry membutuhkan energi sangat besar. Sementara cadangan
energi di dunia sangat terbataas, sangat memungkinkan terjadinya
konflik besar baik antar Negara pemilik dengan Negara yang tidak
memiliki sumber energi maupun antar Negara owner sumber energi.
2) Perspektif isu produksi sumber energi tingkat global
Sementara konsumsi energi di dunia semakin besar, ternyata
tidak diimbangi oleh produksi dan pemeliharaan energi tersebut. Hal
ini dikarenakan ketergantungan terhadap keberadaan sumber energi
utama masih belum bisa tergantikan seluruhnya. Berikut ini adalah
table produksi minyak di dunia.
Tabel 2
LEADING PRODUCERS OF FOSSIL ENERGY SOURCE
MILLION BARREL /DAY
NO MEMBER OIL GAS COAL TOTAL
1 2 3 4 5 6
1 Saudi Arab 9390 1289 - 10679
2 Iran 3924 1711 - 5635
3 Indonesia 1062 1469 1662 4193
4 UAE 2447 843 - 3290
5 Venezuela 2633 523 - 3156
6 Aljazair 1349 1615 - 2964
7 Nigeria 2412 394 - 2806
8 Kuwait 2504 223 - 2727
9 Iraq 1830 48 - 1878
10 Libya 1642 212 - 1854
Sumber: BPMIGAS
b. Pengaruh perkembangan isu regional
Embrio persoalan hampir sama dengan persoalan energi secara
global, persaingan baik dalam konsumsi maupun produksi mendorong
terjadinya manuver-manuver politik dan klaim wilayah antar Negara baik
secara regional maupun antar benua. Keadaan seperti ini sangat berpotensi
menjadi sumber konflik antar Negara.
Menjadi pokok perhatian bangsa Indonesia dan juga Negara
tetangga, adalah dari aspek pertahanan dan keamanan terutama adalah
perlindungan akan sumber-sumber atau diperkirakan merupakan ladang
penghasil sumber energi di sekitar daerah perbatasan. Daerah tersebut
diantaranya adalah sekitar kepulauan Spartley, kepulauan Natuna, kasus
Sipadan-Ligitan, bahkan daerah Merauke di Papua disinyalir banyak
mengandung uraium dan lain sebagainya. Contoh kasus yang berawal dari
kepentingan kepemilikan sumber energi potensial dan pernah terjadi,
bahkan sampai sekarang penyelesaiannya belum tuntas antara lain adalah
kasus blok ambalat, kasus kepulauan Spartley, Blok Timor, instabilitas yang
pernah dan mungkin selalu terjadi di Papua maupun Nangroe Aceh
Darusalam dan lain sebagainya.
c. Pengaruh perkembangan nasional
Bilamana ditinjau dari aspek perkembangan nasional, kita dapat
melihatnya dari perpektif Astha Gatra, antara lain:
1) Ideologi
Pengembangan dan pemanfaatan sumber energi ditinjau dari segi
ideologi tidak ada masalah yang signifikan, karena tujuan dari
pengembangan energi tersebut pada akhirnya akan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana yang telah
diamanatkan dalam Pasal 33 UUD RI 1945. Dalam proses
mewujudkan kemandirian energi, pelibatan perusahaan asing
dalam rangka percepatan pengembangan dan pemanfaatan
sumber energi dapat saja dilakukan kerjasama, namun tetap
memperhatikan kepentingan nasional.
2) Ekonomi
Krisis ekonomi yang masih belum pulih dan pertumbuhan ekonomi
yang masih relatif rendah berdampak pada pengembangan dan
pemanfaatan sumber energi, karena pengembangan sumber
energi tersebut memerlukan modal yang cukup r besar. Meskipun
adanya dukungan lembaga keuangan internasional untuk
memberikan modal yang sifatnya long term loan scheme dapat
diprediksikan akan mempengaruhi pengembangan dan
pemanfaatan sumber energi tersebut, yang pada akhirnya tidak
lagi mengutamakan kepentingan nasional tetapi melainkan
kepentingan nasional negara asing, dan hal ini telah terbukti
semenjak era reformasi dimana sistem perekonomian kita tidak
lagi sepenuhnya menganut sistem perekonomian yang sesuai
dengan Pasal 33 UUD RI 1945.
3) Politik
Eforia demokratisasi yang tidak terkendali dapat menghambat
pengembangan dan pemanfaatan sumber energi. Penentuan
keputusan politik negara yang berwujud pada peraturan
perundang-undangan khususnya yang bernilai ekonomis,
seringkali mengalami perdebatan yang relatif cukup lama.
Tentunya hal ini dapat terjadi akibat adanya suatu kecenderungan
untuk lebih mengutamakan kepentingan kelompok tertentu
dibandingkan dengan kepentingan nasional. Dan tidak jarang hasil
dari keputusan politik tersebut telah mengundang kontroversi
masyarakat yang dapat mengganggu stabilitas politik nasional.
Disamping itu pengembangan dan pemanfaatan sumber energi
yang ada di daerah sebagian besar belum dilengkapi dengan
regulasi daerah sebagai wujud implementasi otonomi daerah,
dengan kondisi yang demikian maka potensi sumber energi yang
ada tidak dapat dikembangkan dan dimanfaatkan.
4) Sosial budaya
Kesiapan pranata sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat
untuk mendukung pengembangan dan pemanfaatan sumber
energi telah menunjukkan hal yang positif, namun permasalahan
yang dihadapinya adalah kesiapan sumber daya manusia yang
kurang memadai untuk dapat mengelola sumber energi secara
efektif dan efisien yang senantiasa memperhatikan kelestarian
lingkungan hidup. Pembangunan ekonomi nasional telah
mempercepat proses perkembangan kebudayaan masyarakat.
Proses pembaharuan itu terjadi karena faktor eksternal yang
didukung dengan penerapan teknologi maju yang dapat
memajukan industrialisasi, yang akhirnyadapat meningkatkan
kesejahteraan dan dinamika masyarakat yang semakin baik.
5) Pertahanan dan Keamanan
Lemahnya pelaksanaan fungsi sistem pertahanan dan keamanan
negara dalam mencegah dan mengatasi ancaman energi akan
berdampak buruk terhadap pengembangan dan pemanfaatan
sumber energi. Situasi keamanan yang tidak selalu kondusif yang
disertai dengan pengrusakan sarana dan prasarana
perekonomian maupun sarana dan parasaran penglolaan sumber
energi akan mempersulit penyediaan energi yang dibutuhkan oleh
industrialisasi, pemenuhan kebutuhan energi masyarakat maupun
pemenuhan energi untuk mendukung pelaksanaan fungsi
pertahanan dan keamanan itu sendiri. Dengan kondisi yang
demikian akan berdampak buruk terhadap pelaksanaan
pembangunan ekonomi nasional yang pada akhirnya akan
mempengaruhi ketahanan nasional.
6) Jumlah penduduk
Berdasarkan sensus terakhir pada tahun 2003 diperoleh jumlah
penduduk Indonesia sebanyak 232.000 orang dengan komposisi
58% berdiam di Pulau Jawa dan 42 tersebar di luar pulau Jawa
serta angka pertumbuhan sebesar 1,14%/tahun. Jumlah
penduduk yang besar ini merupakan suatu pilihan untuk
dioptimalkan sebagai modal dasar pembangunan. Namun jika
Negara gagal dalam pengelolaannya, justru akan menimbukan
permasalahan baru terutama dalam perebutan energi antar warga
Negara.
7) Sumber daya kekayaan alam
Demikian juga dengan kekayaan alam kita, kekayaan alam yang
melimpah di seantero penjuru tanah air semestinya dikelola
sedemikian rupa sehingga dapat dipakai untuk mencukupi
kebutuhan akan energi di negara kita. Namun rupanya untuk
mewujudkan cita-cita mulia tersebut tidaklah semudah
membalikkan tangan. Perlindungan, penelitian, eksplorasi dan
pemanfaatan yang optimal akan memberikan daya dukung yang
luar biasa terhadap pembangunan dan perkembangan
kemampuan pertahanan Negara.
8) Geografi
Keadaan geografi Negara kita yang terdiri dari banyak kepulauan
dan luasnya lautan namun tidak didukung oleh kemampuan baik
armada laut maupun udara yang kuat, akan sangat
membahayakan integritas kewilayahan Negara. Banyaknya
kejadian illegal fishing, illegal logging dan pelanggaran-
pelanggaran lainnya serta ancaman dari Negara-negra yang
berkepentingan terhadap kebutuhan energi akan selalu berupaya
menginstabilitaskan keamanan Negara Indonesia.
2. Kajian pengelolaan energi dan peran Departemen Pertahanan
a. Pola pikir pengelolaan energi nasional
Berdasarkan blue print pengelolaan energi nasional tahun
2010-2025, pola pikir pengelolaan energi nasional sudah cukup jelas
dan dapat dilihat pada gambar 3 dibawah ini:
Gambar 3
POLA PIKIR PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL
Sumber: Buku Blue-print pengelolaan energi nasional tahun 2010-
2025
b. Kondisi saat ini
Kondisi keenergian di Indonesia pada saat ini dapat dilihat dari
kebijakan umum yang telah diambil pemerintah di bidang energi sejak
tahun 1981 sampai dengan Perpres 5/2006 serta beberapa keadaan
diantaranya adalah keterbatasan akses masyarakat terhadap energi,
pangsa konsumsi BBM sebesar 47% dari energi final. Sementara itu
juga, ekspor energi besar namun impor BBM juga besar, harga
ekspor gas dan batubara lebih tinggi dari harga pemasaran dalam
negeri, kemampuan/daya beli konsumen dalam negeri terhadap batu
bara dan gas rendah, serta belum adanya insentif ekonomi baik fiscal
maupun non fiscal bagi energi fosil untuk pemakaian dalam negeri.
Disamping itu struktur APBN juga masih tergantung pada
penerimaan migas dan dipengaruhi oleh subsidi BBM. Ditambah lagi
industry energi dalam negeri belum optimal dikarenakan keterbatasan
infrastruktur, harga energi untuk industry masih tinggi serta kurang
efektifan pemanfaatan energi. Kondisi tersebut mengakibatkan
bauran energi menjadi timpang yakni pemanfaatan gas dan batubara
dalam negeri belum optimal, pengembangan energi allternatif
terhambat karena adanya subsidi BBM serta akan menjadikan
Indonesia menjadi net importer minyak.
c. Kondisi yang diharapkan
Melihat keadaan seperti tersebut diatas, diharapkan dalam
waktu ke depan Indonesia mampu memecahkan permasalahan
dengan kondisi mampu meningkatkan akses masyarakat terhadap
energi, meningkatnya keamanan pasokan energi, tercapainya harga
energi sesuai dengan keekonomian, tersedianya infrastruktur energi
yang memadai serta meningkatnya efisiensi penggunaan energi di
seluruh lapisan.
d. Sasaran, peluang dan kendala
Adapun sasaran, peluang dan kendala dalam rangka
pengelolaan energi nasional berdasarkan blueprint tahun 2010-2025
dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Sasaran
a) Terwujudnya konsumsi energi primer per kapita minimal 10,6
SBM dan rasio elektrifikasi 93% (RUKN) pada tahun 2025
b) Terwujudnya keamanan energi dalam negeri pada tahun 2025
(1) Tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari satu pada
tahun 2025
(2) Terwujudnya bauran energi primer yang optimal seperti
menurunnya peranan minyak bumi sebesar 20,2%,
peningkatan peranan gas bumi sebesar 21,1%,
peningkatan peranan batu bara menjadi 34,4%, peranan
biofuel meningkat menjadi 10,2% serta peningkatan
peranan energi baru dan terbarukan lainnya seperti tenaga
surya, air, bayu dan biomassa menjadi 1,4%.
c) Terpenuhi pasokan energi fosil dalam negeri dengan
mengurangi ekspor secara bertahap.
d) Terwujudnya kondisi ekonomi yang baik sehingga
kemampuan/daya beli masyarakat meningkat.
e) Tersedianya infrastruktur energi seperti:
(1) BBM: jaringan pipanisasi BBM di jawa; kilang, depot dan
terminal transit.
(2) Gas: jaringan pipanisasi natuna-Kalimantan-jawa,
Jawabarat-jawa Timur, Sumatera-Jawa, Integrated
Indonesian Gas Pipeline sebagai embrio dari trans ASEAN
Gas pipeline (TAGP) dan terminal regasifikasi LNG.
(3) Batubara : sarana dan prasarana transportasi dari mulut
tambang ke pelabuhan, pelabuhan titik suplai dan lokasi
konsumen, sarana dan prasarana distribusi.
(4) Listrik: ASEAN Power Grid, transmisi Jawa, Kalimantan dan
Sulawesi.
f) Tercapainya struktur harga energi sesuai
keekonomian.
2) Peluang
a) Keanekaragaman sumber daya energi seperti minyak bumi,
batubara, gas, panas bumi, biofuel dan energi baru serta
terbarukan
b) Pertumbuhan ekonomi semakin baik akan meningkatkan
kebutuhan energi dalam negeri dan kemampuan daya beli
masyarakat, serta akan meningkatkan investasi swasta yang
diperlukan untuk pembangunan sektor energi
c) Potensi peningkatan efisiensi energi cukup besar
d) Potensi pasar energi nasional, regional dan internasional
masih terbuka
e) Potensi pelestarian lingkungan hidup melalui pemanfaatan
tehnologi ramah lingkungan
3) Kendala
a) Struktur harga energi belum mendukung diversifikasi dan
konservasi energi
b) Adanya disparitas perkembangan ekonomi antar wilayah
c) Ketidaksesuaian antara persebaran sumber energi dan
konsumen
d) Subsidi energi masih menjadi beban negara akibat daya beli
masyarakat masih rendah
e) Industri energi khususnya minyak, gas bumi dan listrik belum
kompetitif
f) Ketidakstabilan pasar dan harga energi fosil
g) Mekanisme iklim investasi belum konduksif
h) System perencanaan energi belum diterapkan pada sisi
permintaan/pengguna yang mendukung efisiensi penggunaan
energi
i) Energi masih dianggap sebagai infrastruktur, belum sebagai
komoditi
j) Tumpang tindih regulasi antara sector ekonomi dan otonomi
daerah belum sesuai yang diharapkan dan
k) Kepastian hukum untuk investasi belum jelas.
e. Strategi, upaya dan program
1) Strategi
a) Mengembangkan mekanisme harga keekonomian energi
b) Memprioritaskan kebutuhan energi dalam negeri
c) Meningk keamanan pasokan energi dengan memperhatikan
aspek lingkungan
d) Menerapkan prinsip good governance dan transparansi
e) Mendorong investasi swasta bagi pengembangan energi
f) Menjamin ketersediaan energi untuk seluruh lapisan
masyarakat
g) Meningk pemberdayaan masyarakat untuk pengelolaan energi
h) Meningkatkan efisiensi penyediaan dan pemanfaatan energi
i) Melakukan disversifikasi energi, meningkatkan SDM dan
penguasaan tehnologi serta
j) Memaksimalkan dana penerimaan Negara sector ESDM bagi
pengembangan sector ESDM.
2) Kebijakan
a) Kebijakan utama
1) Penyediaan energi melalui jaminan ketersediaan energi
dalam negeri, optimalisasi produksi dan pelaks konservasi
energi
2) Pemanfaatan energi melalui efisiensi dan diversifikasi
energi
3) Penetapkan kebijakan harga dengan memperhatikan puan
rakyat
4) Pelestarian lingkungan
b) Kebijakan pendukung
1) Pengemb infrastruktur energi termasuk akses konsumen
terhadap energi
2) Kemitraan pemerintah dan dunia usaha
3) Pemberdayaan masyarakat
4) Litbang serta diklat
3) Program
a) Program utama
1) Rasionalisasi harga BBM
2) Penyediaan energi alternatif pengganti minyak tanah untuk
rumah tangga
3) Penerapan tax allowance
4) Penerapan carbon tax secara bertahap untuk
pengembangan energi bersih
5) Penerapan supply dan demand side management
6) Penyusunan instrumen kebijakan
7) Peningkatan kegiatan eksplorasi
8) Intensifikasi pencarian dan pemanfaatan sumber energi
baru dan terbarukan
9) Pengembangan cadangan energi strategis untuk keamanan
pasokan Dalam negeri
10)Peningkatan pemanfaatan gas di dalam negeri
11)Litbang energi
12)Restrukturisasi industri energi, percepatan infrastruktur
energi dan sosialisasi
13)Pengembangan industri dan jasa energi dalam negeri dan
pengembangan infrastruktur energi
14)Peningkatan pemanfaatan BBN
15)Pengembangan desa mandiri energi
b) Program pendukung
1) Peningkatan kemampuan masyarakat dalam pengusahaan
energi
2) Penataan kembali kelembaggan energi
3) Pengembangan kemampuan sumber daya manusia
nasional
3. Pengelolaan energi nasional dalam rangka membangun daya
tangkal terhadap ancaman bagi keutuhan NKRI
Berdasarkan kajian terhadap aspek ancaman dan blueprint
pengelolaan energi nasional tahun 2010 s.d. 2025 diatas, dapat
diprediksi bilamana pengelolaan energi Negara ini tidak dijalankan
dengan penuh komitmen untuk kepentingan bangsa dan Negara niscaya
dalam kurun waktu tidak terlalu lama bangsa Indonesia akan mengalami
krisis yang sangat luar biasa. Bagaimana jajaran Departemen
Pertahanan dalam memainkan peran secara aktif sesuai dengan
kewenangannya? Bagaimana pula langkah kebijakan pada tataran
operasionalnya, sementara dalam operasional jajaran pun membutuhkan
pasokan energi yang tidak sedikit? Dua pertanyaan tersebut menjadi
domain dalam penulisan paper ini dihadapkan pada tugas membangun
daya tangkal terhadap ancaman serta menjaga keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam era otonomi daerah, Departemen Pertahanan dituntut
memiliki peran yang strategis pro-aktif, terutama dalam hal pengelolaan
dan penyelamatan sumber daya alam yang makin parah. Namun di sisi
lain, untuk melaksanakan peran tersebut, Departemen Pertahanan
dihadapkan pada kesulitan yang menyangkut kelembagaan, sumber
daya manusia dan lain sebagainya. Hingga saat ini Departemen
Pertahanan tidak memiliki aparat di daerah, kecuali Kodam selaku
pelaksana tugas dan fungsi (PTF) Departemen Pertahanan.
Sejalan dengan tuntutan reformasi TNI, Kodam tidak lagi memiliki
kewenangan menangani urusan pemerintahan. Sebagai Kotama
kewilayahan TNI Kodam sangat sibuk dengan tugas pokoknya
pembinaan dan operasional satuan TNI di daerah. Dalam hal pembinaan
wilayah (Binwil) yang sekarang dinyatakan sebagai wilayah tugas dan
tanggung jawab pemerintah/Pemda, Kodam/Kodim diposisikan sebagai
“peran pembantu”. Namun demikian dihadapkan dengan kerawanan
dan ancaman disintegrasi bangsa, keberadaan Kodam/Kodim masih
sangat diperlukan di era transisi reformasi dan demokratisasi ini.
Pengelolaan Pertahanan Negara (pertahanan negara) merupakan
salah satu fungsi pemerintahan negara yang tidak diotonomikan. Di sisi
lain pengelolaan pertahanan negara ini merupakan tanggung jawab
bersama segenap instansi pemerintahan dan seluruh komponen bangsa.
Oleh karena itu, Departemen Pertahanan selaku lembaga pemerintah
pemegang otoritas pengelolaan pertahanan negara menghadapi tugas
yang sangat luas dan berat. Karena dengan demikian Departemen
Pertahanan harus mampu mewujudkan koordinasi dengan semua pihak
(intansi/lembaga departemen, non departemen, swasta, LSM dan lain-
lain) yang terkait agar manajemen dan kinerja masing-masing organisasi
tersebut selaras dan serasi dengan kepentingan pertahanan negara
sesuai Doktrin Pertahanan Rakyat Semesta (Hanrata) dan UU No. 3
/2002 tentang Pertahanan Negara.
Tugas Departemen Pertahanan dikatakan luas dan berat karena
menyangkut pembinaan semua aspek sumber daya nasional yang terdiri
dari sumber daya manusia (SDM), sumber daya alam (SDA), sumber
daya buatan (SDB), sarana prasarana (sarpras) wilayah Negara dan ilmu
pengetahuan serta ilmu teknologi (iptek) untuk jangka panjang, yakni
untuk kepentingan pertahanan negara bila saatnya diperlukan.
Semua sumber daya tersebut tersebar di seluruh wilayah daerah
NKRI yang dalam keadaan damai sehari-hari dikelola oleh
intansi/lembaga departemen dan non departemen (LPND), Pemda serta
semua komponen masyarakat untuk kepentingan kesejahteraan dan
kemakmuran.
Di era otonomi daerah, beban tugas Departemen Pertahanan
dirasakan semakin berat karena masing-masing daerah memiliki
kewenangan untuk mengelola sumber daya sesuai dengan prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakatnya dengan fokus tujuan utama
mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran (ekonomi) yang sebesar-
besarnya sehingga dengan demikian tujuan dan sasaran mengenai
pertahanan kurang mendapat perhatian publik.
Fokus sorotan kajian pada energi, utamanya yang berasal dari
Sumber Daya Alam (SDA) ini mengingat bahwa pengelolaan SDA yang
terdiri dari tanah, air, mineral tambang, hutan dan sebagainya sudah
demikian buruk dan cenderung akan semakin buruk di era Otda sekarang
ini. Padahal dampak negatif dari pengelolaan SDA yang buruk
mempunyai pengaruh ganda terhadap kehidupan masyarakat dan
lingkungan serta masa depan generasi bangsa. Sebagai contoh, dalam
eksploitasi sumber daya mineral dan energi terutama hasil tambang juga
terjadi hal yang sama. Di mana-mana dijumpai pertambangan emas
tanpa izin (Peti) pertambangan batu bara, pasir besi, timah, dan lain-lain.
Pertambangan yang dilakukan oleh perusahaan pemerintah
(BUMN/BUMD) juga tidak dikelola dengan baik. Bekas ekspolitasi
tambang timah, bauksit dan batu bara dibiarkan tanpa upaya reklamasi
yang memadai. Banyak zat kimia beracun yang digunakan dalam proses
pengolahan biji tambang dibuang begitu saja tanpa melalui pengolahan
limbah yang memadai. Dampak pengelolaan pertambangan yang buruk
ini sangat merugikan lingkungan dan membahayakan keselamatan
penduduk dalam jangka panjang. Dalam menanggulangi dampak
tersebut di atas Departemen Pertahanan dituntut kepeduliannya dan
berperan aktif guna mengatasi, setidak-tidaknya mengurangi perilaku
buruk para pihak yang telibat dalam pengelolaan SDA, melalui
penerbitan kebijakan, dan peraturan perundang-undangan, bekerja sama
dengan semua lembaga/intansi, Pemda, dan pihak lain yang terkait.
Peran Departemen Pertahanan dalam pengelolaan energi dan
sumber daya mineral secara nasional dapat dilihat seperti pada gambar 4
berikut ini:
Gambar 4
Sumber: Departemen ESDM
Selain dalam tataran kebijakan, secara operasional di lapangan,
peran jajaran Departemen Pertahanan dan TNI dalam pengelolaan
sumber daya energi dilaksanakan mulai dari hulu sampai dengan hilir.
Secara phisik melakukan pengamanan pada obyek-obyek vital penghasil
energi sampai dengan distribusinya, pengamanan daerah perbatasan
yang sangat rawan, ikut membantu pengawasan terhadap efisiensi
penggunaan BBM serta berperan dalam pemberdayaan masyarakat
dalam pengelolaan energi.
Peran Departemen Pertahanan yang diharapkan dapat meng-
implementasikan fungsi yang diembannya secara aktif dengan menjalin
koordinasi terus menerus dengan semua pihak terkait. Adapun fungsi
yang dimaksud adalah: “membina dan mendayagunakan SDA untuk
kepentingan pertahanan negara”. Dalam mengimplementasikan fungsi
Departemen Pertahanan, diperlukan pula suatu konsep yang jelas, baik
dalam hubungan koordinasi penyiapan peraturan/perundangan maupun
dalam hal pelaksanaan aksi di lapangan.
Pembinaan dan pendayagunaan energi dan SDA berpangkal pada
tiga prinsip pengelolaan energi dan SDA yakni: keserasian,
keseimbangan (propor-sionalitas) dan keberlanjutan (sustainable). Tiga
prinsip itulah yang melandasi kebijakan pembinaan dan pendayagunaan
sumber energi dan SDA.
Suatu konsepsi pembinaan dan pendayagunaan energi dan SDA
dari kaca mata kepentingan pertahanan Negara adalah sebagai berikut;
Pada tataran kebijakan strategis, pendayagunaan energi dan SDA
diarahkan demi tercapainya kesejahteraan masyarakat yang
diselaraskan dengan kepentingan pertahanan dan keamanan Negara,
didasarkan pada Doktrin dan Sistem Pertahanan Rakyat Semesta
(Sishanrata). Dalam hal kebijakan dan rencana umum yang terpusat
serta pelaksanaan terdesentralisasi oleh lembaga pemerintah, Pemda
dan pihak terkait lainnya. Yang terakhir bahwa pembinaan sumber energi
dan SDA menyangkut dua sasaran pokok yaitu pengamanan dan
pengembangan SDA.
Adapun sasarannya, mengacu pada blue print yang sudah
disampaikan di atas bahwa sasaran yang ingin dicapai dari pembinaan
dan pendayagunaan SDA adalah tersedianya cadangan material
strategis dan sistem logistik wilayah (Sislogwil) di setiap daerah yang
sewaktu-waktu dapat digunakan untuk kepentingan pertahanan negara,
terpeliharanya kelestarian dan keseimbangan lingkungan melalui usaha
konservasi, rehabilitasi, diversifikasi dan penggunaan teknologi ramah
lingkungan serta terwujudnya daya dukung SDA sebagai sumber energi
dalam jangka panjang sebagai sumber utama logistik wilayah untuk
kepentingan Pertahanan negara.
Sedangkan upaya-upaya yang dilaksanakan adalah menjalin
koordinasi yang intensif dengan semua pihak terkait guna terwujudnya
sinkronisasi, keserasian dan keseimbangan dalam pengelolaan sumber
energi dan sumber daya alam untuk kepentingan kesejahteraan (jangka
pendek) dengan kepentingan pertahanan Negara (jangka panjang).
Disamping itu juga berpartisipasi dalam merumuskan kebijakan umum
pembinaan dan peraturan perundang-undangan serta merevisi kebijakan
dan peraturan perundang-undangan pengelolaan energi dan SDA yang
tidak sesuai lagi dengan tuntutan kebutuhan. Upaya-upaya yang lain
adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan kriteria konservasi dan atau diversifikasi sumber SDA
sesuai dengan proyeksi tuntutan kebutuhan pertahanan ke depan.
b. Menetapkan alokasi cadangan material strategis dari setiap daerah
dalam rangka mewujudkan sistem logistik wilayah (sislogwil).
c. Menyelenggarakan invetarisasi data sumber energi dan SDA,
khususnya material strategis dari setiap daerah dalam sistem
informasi geografi pertahanan negara (SIG/pertahanan negara)
d. Menyelenggarakan sosialisasi kebijakan dan peraturan perundang-
undangan tentang pembinaan dan pendayagunaan SDA secara
terprogram untuk kepentingan pertahanan negara.
e. Memantau, mengawasi dan mengendalikan semua kegiatan
implementasi kebijakan dan peraturan perundang-undangan tentang
pengelolaan energi dan SDA dalam rangka Pertahanan negara.
Dalam aplikasi di lapangan disini fungsi dan keberadaan TNI di
tengah masyarakat memegang kunci yang sangat vital. TNI harus dapat
sebagai innovator, creator dan motivator bersama rakyat dalam menjaga
kelanggengan sumber daya energi dan SDA. Untuk mengoptimalkan
fungsi dan peran TNI di lapangan tentu saja diperlukan biaya besar
terutama terhadap kebutuhan energi operasional. Bagaimana bisa
melakukan patroli, operasi keamanan darat laut dan udara serta latihan-
latihan bilamana tidak didukung oleh pasokan BBM yang cukup.
Disamping itu, energi juga diperlukan untuk kegiatan penting lainnya
seperti pengembangan industri pertahanan, pengembangan kemampuan
sumber daya manusia, perbaikan, pemeliharaan, penggantian dan
pengadaan peralatan pertahanan terutama alut sista serta kegiatan
penelitian dan pengembangan.
Bilamana Departemen Pertahanan atau TNI secara bersama-
sama dengan komponen bangsa lain berhasil melaksanakan
pengelolaan energi nasional secara optimal, niscaya bangsa Indonesia
mendapat kecukupan kekuatan untuk melakukan pencegahan dan
penangkalan ancaman baik dari dalam maupun luar negeri sehingga
keutuhan NKRI akan selalu terjaga. Berbagai ancaman seperti telah
diuraikan di depan akan dengan mudah kita tangkal dan patahkan
sebelum masuk ke tataran wilayah pertahanan Negara Republik
Indonesia.
C. Kesimpulan
Pada akhir penulisan ini, dapat disimpulkan beberapa penekanan
sebagai berikut:
1. Urgensi pemenuhan energi terhadap kebutuhan fungsi pertahanan sangat
vital dan tidak tertawarkan dikarenakan sangat mempengaruhi kemampuan
daya tangkal terhadap ancaman.
2. Pendayagunaan sumber energi dan SDA yang semena-mena memberikan
dampak negatif ganda (multiple impact) terhadap semua aspek kehidupan
dan sumber penghidupan masyarakat yang pada gilirannya merugikan
generasi yang akan datang
3. Departemen Pertahanan dan jajarannya selaku pemegang otoritas
pembinaan dan pendayagunaan sumber daya nasional untuk kepentingan
pertahanan negara, di era ini dituntut untuk meningkatkan kinerja
pelaksanaan fungsinya. Khususnya dalam menyikapi degradasi lingkungan
sebagai akibat pengelolaan sumber energi dan SDA yang kurang
bertanggung jawab, jajaran Departemen Pertahanan dituntut berperan
sebagai inisiator, pelopor dan koordinator upaya penyelamatan dan
rehabilitasi.
4. Dengan pengelolaan energi yang optimal secara bersama-sama dengan
instansi terkait, bangsa Indonesia mendapat kecukupan kekuatan untuk
melakukan pencegahan dan penangkalan ancaman baik dari dalam maupun
luar negeri sehingga keutuhan NKRI akan selalu terjaga.