KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN EKOWISATA PANTAI DAN TERUMBU KARANG BERBASIS MASYARAKAT DI PANTAI BANGSRING BANYUWANGI, JAWA TIMUR SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN Oleh: ANAS NURHIDAYAH NIM. 135080600111019 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017
80
Embed
KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN EKOWISATA
PANTAI DAN TERUMBU KARANG BERBASIS MASYARAKAT DI PANTAI
BANGSRING BANYUWANGI, JAWA TIMUR
SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
Oleh:
ANAS NURHIDAYAH
NIM. 135080600111019
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN EKOWISATA
PANTAI DAN TERUMBU KARANG BERBASIS MASYARAKAT DI PANTAI
BANGSRING BANYUWANGI, JAWA TIMUR
SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Kelautan
di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh:
ANAS NURHIDAYAH
NIM. 135080600111019
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
SEPTEMBER, 2017
HALAMAN PENGESAHAN
IDENTITAS TIM PENGUJI
Judul :KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN
EKOWISATA PANTAI DAN TERUMBU KARANG
BERBASIS MASYARAKAT DI PANTAI BANGSRING
BANYUWANGI, JAWA TIMUR
Nama Mahasiswa : ANAS NURHIDAYAH
NIM : 135080600111019
Program Studi : Ilmu Kelautan
PENGUJI PEMBIMBING :
Pembimbing 1 : DR. H. RUDIANTO, MA
Pembimbing 2 : M. ARIF AS’ADI, S.Kel., M.Sc
PENGUJI BUKAN PEMBIMBING :
Dosen Penguji 1 : M. ARIF ZAINUL FUAD, S.Kel., M.Sc
Dosen Penguji 2 : RARASRUM DYAH K., S.Kel., M.Si., M.Sc
Tanggal Ujian : 29 September 2017
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Anas Nurhidayah
NIM : 135080600111019
Program Studi : Ilmu Kelautan
Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang Saya tulis ini
benar – benar merupakan hasil karya Saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan
Saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
penjiplakan (plagiasi), maka Saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Malang, 20 Juli 2017
Mahasiswa
Anas Nurhidayah
NIM. 135080600111019
UCAPAN TERIMAKASIH
Awal penelitian hingga penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak yang telah memberikan motivasi, kritik dan saran, doa, dan
bantuan materi, sehingga selesainya skripsi ini. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini ijinkan penulis mengucapkan terimakasih setulusnya kepada :
1. Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini, tidak lupa shalawat serta salam
penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
2. Kedua orang tua tercinta, yakni Ayahanda Sunardi dan Ibunda Rohmaniah
yang telah memberikan dorongan semangat, motivasi, dan doa di setiap
sujudnya yang tak pernah putus sepanjang masa, khususnya dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Dr. H. Rudianto, MA dan M. Arif As’adi, S.Kel., M.Sc selaku dosen
pembimbing, penghormatan dan penghargaan sebesar – besarnya penulis
ucapkan atas bimbingan serta arahan untuk menyelesaikan tugas akhir ini
dan mengantarkan penulis meraih gelar sarjana.
4. Segenap dosen yang telah memberikan ilmu dan pendidikan selama
kuliah, khususnya dosen program studi Ilmu Kelautan Universitas
Brawijaya.
5. Pihak pengelola Bangsring Under Water, Kelompok Nelayan Samudera
Bhakti, dan Kepala Desa Bangsring yang telah membantu memfasilitasi
dan memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Pantai Bangsring,
Maulana, Sherla Rizqia) yang telah membantu dalam pengambilan data di
lapang, semoga kebaikan dan kesuksesan selalu menyertai kalian.
7. Tim Rudi Squad (Ayu Puji L., M. Alfath, Wasis Prawinata, Sony Saksono
Putro, Wira Aldus, dan Faizah R. Y.) yang telah berjuang bersama untuk
menyelesaikan tugas akhir ini.
8. Keluargaku Ilmu Kelautan 2013 “ATLANTIK” yang menjadi bagian dari
perjalanan menempuh studi di Program Studi Ilmu Kelautan, atas dorongan
semangat, bantuan pengolahan data, serta kritik dan saran Saya apresiasi
sebesar – besarnya.
RINGKASAN
ANAS NURHDAYAH. Skripsi tentang Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung Kawasan Ekowisata Pantai dan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat di Pantai Bangsring Banyuwangi, Jawa Timur. (dibawah bimbingan Dr. H. Rudianto, MA dan M. Arif As’adi, S.Kel., M.Sc)
Sektor pariwisata di Indonesia mengalami tren peningkatan positif. Salah satu wisata yang berpotensi besar untuk dikembangkan adalah wisata bahari. Pantai Bangsring yang terletak di Kabupaten Banyuwangi merupakan kawasan konservasi yang dikelola oleh kelompok nelayan setempat. Potensi yang dimiliki berupa wisata pantai dan terumbu karang (snorkling dan diving). Semenjak dibuka menjadi kawasan ekowisata pada tahun 2012, Pantai Bangsring ramai dikunjungi wisatawan. Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan dapat menjadi salah satu faktor kerusakan ekosistem.
Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui kesesuaian dan daya dukung kawasan terhadap ekowisata pantai dan terumbu karang yang ada di Pantai Bangsring dan bentuk pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2017 di Pantai Bangsring.
Penelitian menggunakan metode survey dan penulisan deskriptif. Observasi terumbu karang menggunakan Line Intercept Transect (LIT) dan analisis data untuk menentukan strategi pengelolaan berbasis masyarakat menggunakan analisis SWOT (Stregth, Weakness, Opportunities, Threat).
Berdasarkan pengukuran parameter kualitas perairan, didapatkan hasil bahwa kualitas perairan Pantai Bangsring sesuai dengan standar baku mutu kualitas perairan untuk wisata. Hasil Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) untuk ekowisata pantai mendapatkan nilai sebesar 75,78 % (S2 = sesuai), untuk kategori ekowisata snorkling sebesar 77,77 % (S2 = sesuai) dan kategori diving sebesar 75,29 % (S2 = sesuai). Daya Dukung Kawasan (DDK) yang dihasilkan untuk ekowisata pantai dapat menampung wisatawan sebesar 794 orang/hari, snorkling sebesar 1.738 orang/hari, dan diving sebesar 695 orang/hari. Analisis pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat menggunakan SWOT, strategi pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat, diantaranya: 1). Pembuatan kebijakan bersama antara pemerintah dan masyarakat terkait pengelolaan ekowisata berkelanjutan; 2). Edukasi kepada wisatawan agar tercipta wisata ramah lingkungan; 3). Optimalisasi peran stakeholder dan meningkatkan peran pemerintah dalam pengembangan ekowisata di Pantai Bangsring.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya yang telah diberikan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul ”Kajian Kesesuaian dan Daya
Dukung Kawasan Ekowisata Pantai dan Terumbu Karang Berbasis
Masyarakat di Pantai Bangsring Banyuwangi, Jawa Timur”. Skripsi ini sebagai
tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak. Penulisan ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan,
mengingat kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki, namun semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat menjadi bahan rujukan
dalam melakukan kegiatan – kegiatan penelitian lebih lanjut.
dengan menghitung presentase life form karang yang terlewati oleh belt transect
yang dibentangkan. Metode penempatan transek dijelaskan pada gambar 5. Hasil
pengamatan dari metode ini meliputi kondisi penutupan dan kelimpahan terumbu
karang, tingkat pemutihan (bleaching) dan kematian (mortalitas) terumbu karang.
Gambar 3. Skema penempatan transek LIT
Persentase penutupan karang hidup dapat diperoleh menggunakan rumus:
L = ∑ 𝑳𝒊
𝑵 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
Dimana :
L = Persentase penutupan karang
Li = Panjang total setiap kategori penutupan karang
N = Panjang total transek
Data yang diperoleh kemudian dijumlah untuk mendapatkan panjang total
dari seluruh kategori penutupan karang dan dimasukkan kedalam kriteria kondisi
penutupan karang menurut KEPMEN LH No. 4 Tahun 2001 mengenai Kriteria
Baku Kerusakan Terumbu Karang untuk mengetahui kondisi terumbu karang pada
kawasan kajian berada dalam kondisi baik atau sudah rusak.
Tabel 5. Kriteria baku kerusakan terumbu karang
PARAMETER KRITERIA BAKU KERUSAKAN TERUMBU KARANG
(dalam %)
Persentase luas tutupan terumbu
karang yang hidup
Rusak Buruk 0 – 24,9
Sedang 25 – 49,9
Baik Baik 50 – 74,9
Baik sekali 75 – 100
(Kepmen LH No. 4, 2001)
3.6.4 Analisis Kesesuaian Ekowisata
Analisis kesesuaian lahan dilakukan untuk mengetahui kesesuaian
kawasan untuk wisata. Hal ini didasarkan pada kemampuan wilayah untuk
mendukung kegiatan yang dilakukan pada kawasan tersebut. Rumus yang
digunakan untuk kesesuaian wisata bahari adalah (Yulianda, 2007) :
IKW = ∑[𝑵𝒊
𝑵𝒎𝒂𝒌𝒔] 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
Dimana : IKW = Indeks Kesesuaian Wisata Ni = Nilai parameter ke-i (bobot x skor) Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata
Perhitungan dalam analisis kesesuaian lahan didasarkan pada beberapa
parameter yang merupakan faktor pendukung terhadap kegiatan yang dilakukan
pada wilayah yang disediakan. Masing-masing parameter tersebut memiliki bobot
penilaian berdasarkan tingkat kepentingannya untuk mendukung kegiatan yang
dapat dilakukan, sedangkan skor penilaian merupakan klasifikasi yang diperoleh
dari hasil pengamatan kondisi di lapangan. Nilai dari setiap parameter merupakan
hasil perkalian dari bobot dan skor, kemudian dijumlahkan nilai dari seluruh
parameter. Penentuan kesesuaian kawasan dilihat berdasarkan persentase
kesesuaian, yang diperoleh dari perbandingan antara jumlah nilai dari seluruh
parameter sesuai pengamatan di lapangan dengan nilai maksimum yang mungkin
diperoleh.
Kelas kesesuaian kawasan terbagi dalam 4 golongan, yaitu sangat sesuai
(S1) dengan nilai 83 - 100%, sesuai (S2) dengan nilai 50 - <83%, sesuai bersyarat
(S3) dengan nilai 17 - <50%, dan tidak sesuai (N) dengan nilai <17%. Kategori
sangat sesuai (S1) menunjukkan bahwa tidak ada faktor yang menjadi pembatas
bagi kesesuaian kawasan untuk dijadikan sebagai kawasan wisata. Termasuk
dalam kategori sesuai (S2) jika terdapat beberapa faktor sedikit berpengaruh dan
menjadi faktor pembatas bagi kesesuaian kawasan untuk dijadikan sebagai
kawasan wisata. Kategori sesuai bersyarat (S3) menunjukkan bahwa terdapat
faktor yang berpengaruh nyata dan menghambat kesesuaian kawasan untuk
dijadikan sebagai kawasan wisata, sehingga diperlukan upaya dalam pemulihan
kondisi faktor tersebut. Sementara itu, kategori N menunjukkan adanya faktor-
faktor yang menjadi pembatas tetap sehingga menghambat kesesuaian kawasan
yang disediakan untuk dijadikan kawasan wisata.
3.6.5 Analisis Kesesuaian Ekowisata Pantai
Kesesuaian ekowisata pantai disusun berdasarkan kepentingan setiap
parameter untuk mendukung kegiatan wisata pantai. Kesesuaian lahan untuk
ekowisata pantai mempertimbangkan 10 parameter, diantaranya kedalaman
perairan, tipe pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kecepatan arus,
kemiringan pantai, penutupan lahan pantai, biota berbahaya, dan ketersediaan air
tawar. Hal ini bisa dilihat pada tabel 6. Hasil presentase kesesuaian yang diperoleh
dari perhitungan dikategorikan dalam klasifikasi penilaian, dimana ada 4 klasifikasi
terdiri dari kategori S1 (sangat sesuai), S2 (sesuai), S3 (sesuai bersyarat), dan N
(tidak sesuai).
Tabel 6. Tabel Matriks Kesesuaian untuk Ekowisata Pantai
No
Parameter
Bobot
Kategori S1
Skor
Kategori S2
Skor
Kategori S3
Skor
Kategori N
Skor
1 Kedalaman Perairan (m)
5 0 – 3 3 >3 - 6 2 >6 - 10 1 >10 0
2 Tipe pantai 5 Pasir putih 3 Pasir putih, sedikit karang
2 Pasir hitam berkarang, sedikit terjal
1 Lumpur, berbatu, terjal
0
3 Lebar pantai (m)
5 >15 3 10 - 15 2 3 - <10 1 <3 0
4 Material dasar perairan
3 Pasir 3 Karang berpasir
2 Pasir berlumpur
1 Lumpur 0
5 Kecepatan arus (m/s)
3 0 - 0,17 3 0,17 - 0,34 2 0,34 - 0,51 1 >0,51 0
6 Kemiringan pantai (0)
3 <10 3 10 - 25 2 >25 - 45 1 >45 0
7 Kecerahan perairan
1 >10 3 >5 - 10 2 3 -5 1 <2 0
8 Penutupan lahan pantai
1 Kelapa, lahan terbuka
3
Semak belukar rendah, savana
2 Belukar tinggi
1
Hutan bakau, pemukiman, pelabuhan
0
9 Biota berbahaya
1 Tidak ada 3 Bulu babi 2 Bulu babi, ikan pari
1 Bulu babi, ikan pari, lepu, hiu
0
10 Ketersediaan air bersih
1 <0,5 (km) 3 >0,5 - 1 (km)
2 >1 - 2 (km) 1 >2 (km) 0
Sumber : Yulianda (2007) Dimana : Jumlah = skor x bobot Nilai maksimum = 84 3.6.6 Analisis Kesesuaian Ekowisata Snorkling dan Diving
Matriks kesesuaian untuk ekowisata bahari kategori wisata snorkling dan
diving disusun berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung
kegiatan snorkling dan diving pada kawasan penelitian. Kesesuaian wisata bahari
kategori wisata snorkling mempertimbangkan 7 parameter antara lain kecerahan
perairan, tutupan komunitas karang, jenis life form, jumlah jenis ikan karang,
kecepatan arus, kedalaman terumbu karang, dan lebar hamparan datar karang.
Sedangkan kategori wisata diving mempertimbangkan 6 parameter yaitu
kecerahan perairan, tutupan komunitas karang, jenis life form, jumlah jenis ikan
karang, kecepatan arus, dan kedalaman terumbu karang.
Keterangan dari setiap parameter dapat dilihat lebih terperinci pada Tabel
7 dan 8. Hasil persentase kesesuaian yang diperoleh dari perhitungan
dikategorikan dalam klasifikasi penilaian. Klasifikasi penilaiannya terdiri dari
kategori S1 (sangat sesuai), S2 (sesuai), S3 (sesuai bersyarat), dan kategori N
(tidak sesuai). Berdasarkan kategori kesesuaiannya maka dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan bagi arahan pengembangan kawasan untuk wisata
bahari.
Tabel 7. Matriks Kesesuaian untuk Ekowisata Bahari Kategori Snorkling
No
Parameter
Bobot
Kategori S1
Skor
Kategori S2
Skor
Kategori S3
Skor
Kategori N
Skor
1 Kecerahan perairan (%)
5 100 3 80 - <100 2 20 - <50 1 <20 0
2 Tutupan karang (%)
5 >75 3 >50 - 75 2 25 - 50 1 <25 0
3 Jenis life form
3 >12 3 <7 - 12 2 4 - 7 1 <4 0
4 Jenis ikan karang
3 >50 3 30 - 50 2 10 - <30 1 <10 0
5 Kecepatan arus (cm/s)
1 0 – 15 3 >15 - 30 2 >30 - 50 1 >50 0
6 Kedalaman karang (m)
1 1 – 3 3 >3 - 6 2 >6 - 10 1 >10 0
7 Lebar hamparan karang (m)
1 >500 3 >100 -
500 2 20 - 100 1 <20 0
Sumber : Yulianda (2007) Dimana : Jumlah = skor x bobot Nilai maksimum = 57 Tabel 8. Matriks Kesesuaian untuk Ekowisata Bahari Kategori Diving
No
Parameter
Bobot
Kategori S1
Skor
Kategori S2
Skor
Kategori S3
Skor
Kategori N
Skor
1 Kecerahan perairan (%)
5 >80 3 50 - 80 2 20 - <50 1 <20 0
2 Tutupan karang (%)
5 >75 3 >50 - 75 2 25 - 50 1 <25 0
3 Jenis life form
3 >12 3 >7 - 12 2 4 - 7 1 <4 0
4 Jenis ikan karang
3 >100 3 50 - 100 2 20 - <50 1 <20 0
5 Kecepatan arus (cm/s)
1 0 – 15 3 >15 – 30 2 >30 - 50 1 >50 0
6 Kedalaman karang (m)
1 6 – 15 3 >15 - 20 2 >20 - 30 1 >30 0
Sumber : Yulianda (2007)
Dimana : Jumlah = skor x bobot Nilai maksimum = 54 3.6.7 Analisis Daya Dukung Kawasan
Alam mempunyai kemampuan untuk mentolerir gangguan atau tekanan
dari manusia dalam jumlah tertentu dan dapat memulihkan diri secara alami.
Namun, jika gangguan tersebut dalam jumlah yang besar maka dapat terjadi
kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, dalam pengembangan kegiatan wisata
hendaknya disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan peruntukannya. Analisis
daya dukung diperlukan dalam pengembangan ekowisata bahari dengan
memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai, dan pulau-pulau kecil secara
optimal dan lestari (Pragawati, 2009).
Daya Dukung Kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum pengunjung yang
secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu
tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK
diperoleh dengan perhitungan sesuai dengan rumus (Yulianda, 2007) :
DDK = K x 𝐿𝑝
𝐿𝑡×
𝑊𝑡
𝑊𝑝
Dimana : DDK : Daya Dukung Kawasan K : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area Lp : Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan Lt : Unit area untuk kategori tertentu Wt : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam 1 hari Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu
Daya Dukung Kawasan hendaknya disesuaikan dengan karakteristik
sumberdaya dan peruntukannya. Oleh karena itu, diperlukan informasi tentang
kondisi sumberdaya agar kelestariannya tetap dapat dipertahankan. Sementara
itu, kebutuhan manusia akan ruang diasumsikan dengan keperluan ruang
horizontal untuk dapat bergerak bebas dan tidak merasa terganggu oleh
pengunjung lainnya. Daya Dukung Kawasan dijelaskan pada Tabel 9 berikut :
Tabel 9. Tabel Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (Lt)
Jenis Kegiatan ∑ Pengunjung
(K) Unit area (Lt) Keterangan
Snorkling 1 100 m2 Setiap 1 org dalam 50 m x 2 m
Diving 1 250 m2 Setiap 1 org dalam 50 m x 5 m
Wisata Pantai 1 50 m2 1 orang setiap 50 m panjang pantai
Sumber : Data diolah (2017)
Waktu kegiatan pengunjung (Wp) dihitung berdasarkan lamanya waktu
yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata. Waktu
pengunjung diperhitungkan dengan waktu yang disediakan untuk kawasan (Wt).
Waktu kawasan adalah lama waktu area dibuka dalam satu hari dan rata – rata
waktu kerja sekitar 8 jam, lihat Tabel 10.
Tabel 10. Prediksi Waktu yang Dibutuhkan untuk Setiap Kegiatan Wisata
No Kegiatan Waktu yang
dibutuhkan (Wp) - jam
Total waktu 1 hari (Wt) - jam
1 Snorkling 2 8
2 Diving 2 8
3 Wisata pantai 3 8
Sumber : Data diolah (2017) 3.6.8 Analisis SWOT
Analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) merupakan
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk menentukan strategi alternaif
pengembangan yang paling tepat dilaksanakan. Analisis ini didasarkan pada faktor
internal dan eksternal untuk memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta dapat
meminimalkan kelemahan dan ancaman (Rangkuti, 2003).
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif
dan kuantitatif. Analisis data secara kualitatif adalah analisis yang dilakukan
terhadap faktor-faktor internal dan faktor eksternal, sedangkan analisis secara
kuantitatif dilakukan dengan pembobotan dan pemberian rating. Kerangka kerja
dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT yang pertama adalah
identifikasi faktor internal dan eksternal kemudian menentukan skor dari setiap
variabel; ke dua yaitu membuat matriks SWOT berdasarkan variabel pada faktor-
faktor internal dan eksternal yang diperoleh; dan ke tiga adalah membuat tabel
peringkat alternatif strategi.
3.6.7.1 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal
Identifikasi dalam SWOT terdiri dari Internal Factor Analysis Summary
(IFAS) dilakukan untuk mengetahui faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan
serta Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS) untuk mengetahui faktor
peluang dan ancaman. Penentuan tingkat kepentingan masing – masing faktor
dimulai dari 4 sampai dengan 1 berdasarkan pengaruh faktor pengelolaan
ekowisata bahari berbasis masyarakat di Pantai Bangsring. Semua variabel yang
termasuk kategori kekuatan dan peluang diberi nilai mulai dari 1 (tidak penting)
sampai dengan 4 (sangat penting), dan sebaliknya jika kelemahan dan ancaman
yang dimiliki sangat berarti nilainya adalah 1, dan jika kelemahan dan ancaman
yang dimiliki hanya sedikit pengaruhnya maka nilainya adalah 4 (Pragawati, 2009).
Tahap selanjutnya, menentukan bobot dari setiap parameter dengan
jumlah seluruh bobot sebesar 1,0. Penentuan bobot setiap faktor menggunakan
skala 1,2,3, dan 4 yaitu :
1. Jika indikator horizontal kurang penting dibandingkan indikator vertikal
2. Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal
3. Jika indikator horizontal lebih penting dibandingkan indikator vertikal
4. Jika indikator horizontal sangat penting dibandingkan indikator vertikal
Skor masing – masing dari setiap parameter diperoleh dengan mengalikan
antara bobot dengan tingkat kepentingan setiap faktor internal dan eksternal.
Setelah itu, menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total.
3.6.7.2 Pembuatan Matriks SWOT
Matriks SWOT adalah suatu metode yang dapat menghubungkan
kekuatan dan kelemahan sebagai faktor internal dipadukan dengan peluang dan
ancaman sebagai faktor eksternal. Hubungan dari faktor internal dan eksternal
menghasilkan 4 alternatif strategi pengelolaan Pantai Bangsring yang ditunjukkan
pada tabel 11.
Tabel 11. Matriks SWOT
IF EF
S S1, S2, S3, .....
W W1, W2, W3, .....
O O1, O2, O3, .....
Strategi S – O (menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang)
Strategi W – O (meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan peluang)
T T1, T2, T3, .....
Strategi S – T (menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman)
Strategi W – T (meminimalkan kelemahan
dan menghindari ancaman)
3.6.7.3 Penentuan Peringkat Alternatif Strategi Pengelolaan
Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan
memperhatikan faktor – faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan
menentukan peringkat atau prioritas strategi dalam pengelolaan ekowisata bahari
di Pantai Bangsring. Jumlah skor diperoleh dari penjumlahan semua skor di
setiap faktor – faktor strategis yang terkait. Peringkat strategi pengelolaan akan
ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai terkecil dari semua
strategi yang ada.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum Lokasi
4.1.1 Letak Geografis dan Administratif
Pantai Bangsring terletak di Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo,
Kabupaten Banyuwangi. Secara geografis Desa Bangsring terletak pada koordinat
antara 135, dengan 6 Km atau 1.558.377 yang memiliki luas wilayah 843.796,3
ha/m2. Desa Bangsring termasuk dataran rendah dengan tinggi diatas permukaan
laut 37 mdpl. Desa Bangsring berbatasan langsung dengan :
Sebelah utara : Desa Bengkak
Sebelah timur : Selat Bali
Sebelah selatan : Desa Ketapang
Sebelah barat : Hutan Perhutani / Kab. Bondowoso
Secara administratif Desa Bangsring terdiri dari 3 Dusun, yaitu Dusun
Krajan 1, Dusun Krajan 2, dan Dusun Paras Putih dengan rincian 11 Rukun Warga
(RW) dan 40 Rukun Tetangga (RT) yang memiliki jumlah penduduk sebanyak
5.192 jiwa.
4.1.2 Profil Pantai Bangsring
Pantai Bangsring adalah kawasan konservasi terumbu karang yang
memiliki status sebagai kawasan perlindungan laut (Marine Protected Area).
Kawasan perlindungan laut di Pantai Bangsring ditetapkan melalui PERDES
Bangsring NO. 02/429.205.01/2009 Tahun 2009 tentang Zona Perlindungan
Bersama (ZPB). Kawasan ini memiliki zona inti seluas 1 ha dengan zona
pendukung seluas 14 ha yang berada disekitarnya, sehingga keseluruhan ZPB
memiliki luas total sekitar 15 ha. Saat ini Pantai Bangsring dikelola oleh kelompok
nelayan setempat, yaitu Kelompok Nelayan Ikan Hias – Samudera Bakti (KNIH –
SB).
Akses menuju Pantai Bangsring dapat ditempuh melalui beberapa jalur.
Jalur jalan raya Situbondo – Banyuwangi dari Kota Banyuwangi yang kira – kira
berjarak sekitar 20 Km dan dapat ditempuh selama 30 menit. Dari Surabaya,
Pantai Bangsring juga dapat ditempuh melalui jalan provinsi pantai utara dengan
jarak tempuh sekitar 277 Km dengan estimasi perjalanan selama 6 - 7 jam,
sementara jika ditempuh dengan jalur udara, kawasan ini dapat ditempuh dengan
pesawat dari Bandara Juanda – Blimbingsari dengan estimasi perjalanan selama
50 menit, kemudian dari Bandara Blimbingsari dilanjutkan perjalanan darat ke
Pantai Bangsring selama 1 jam.
Pantai Bangsring awalnya sebagai tempat nelayan mencari ikan hias
karena memang mayoritas nelayan di Desa Bangsring berprofesi sebagai nelayan
ikan hias. Pada tahun 2014 Pantai Bangsring dimanfaatkan untuk kegiatan
ekowisata yang diberinama Bangsring Underwater (Bunder). Kegiatan
penangkapan ikan hias di Pantai Bangsring mulai berkurang semenjak pantai ini
dijadikan sebagai tempat ekowisata. Para nelayan yang melakukan kegiatan
penangkapan umumnya akan bekerja diluar Zona Perlindungan Bersama (ZPB),
seperti di Watu Dodol, Kampe, Bengkak, Baluran, hingga ke Pulau Tabuhan.
Begitu pula halnya dengan kegiatan penangkapan ikan konsumsi. Sebagian
nelayan juga ada yang bekerja pada tempat ekowisata yang ada disana.
Gambar 1. Penetapan Kawasan Pantai Bangsring menjadi ZPB
4.1.3 Potensi Pantai Bangsring
Potensi wisata yang dimiliki Pantai Bangsring yaitu ekosistem terumbu
karang dan wisata pantai. Potensi lain yang terdapat di Pantai Bangsring yaitu
adanya rumah apung dan fish apartment. Keberadaan rumah apung dan fish
apartment menjadi daya tarik tersendiri untuk wisata snorkling dan diving.
Gambar 2. Potensi Wisata Bawah Laut Bangsring Pantai Bangsring memiliki tipe pantai yang landai dengan pasir pantai
warna hitam sedikit berkarang. Vegetasi tanaman di Pantai Bangsring ditutupi oleh
cemara udang yang memang sengaja ditanam oleh pihak pengelola ekowisata.
Selain itu, dibagian utara kawasan terdapat tumbuhan menjalar.
Gambar 3. Potensi Wisata Pantai
4.1.4 Sarana dan Prasarana Pantai Bangsring
Kegiatan ekowisata akan berjalan dengan baik apabila dilengkapi dengan
sarana dan prasana sebagai penunjang wisata. Berikut adalah sarana dan
prasarana yang ada di Pantai Bangsring :
Tabel 1. Sarana dan Prasarana di Pantai Bangsring
No Jenis Keterangan
Fasilitas umum
1 Loket Tempat sewa alat dan pembelian tiket menyabrang ke rumah apung
2 Parkiran Lahan seluas 400 x 300 m2 3 Kamar mandi 36 unit 4 Musholla 1 buah 5 Gazebo 15 unit 6 Rumah baca 1 ruang dan kawasan area 7 Warung makan 6 unit 8 Listrik - 9 Taman bermain Edukasi wisatawan (anak – anak)
10 Penitipan barang Bisa di loket, warung, dan ruang khusus (gratis)
11 Dermaga Penyebrangan ke rumah apung Alat penunjang wisata
1 Alat selam dasar (snorkle, masker, fin)
266 snorkle dan masker, fin 10 buah
2 Set scuba diving 3 buah BCD, 4 buah tabung, 3 buah wetsuit
3 Life jacket 250 buah 4 Katamaran (ke rumah apung) 4 buah 5 Perahu (ke tabuhan) 23 unit 6 Banana boat 1 buah 7 Speed boat 1 buah 8 Kano 7 unit
9 Keramba Jaring Apung (KJA) Tempat penangkaran ikan hiu dan budidaya ikan
Atraksi wisata 1 Rumah apung Gratis
2 Snorkling dan diving Sewa alat snorkling Rp. 35.000,- dan diving Rp. 400.000,-
3 Penangkaran hiu Gratis 4 Rekreasi pantai Gratis
5 Trip ke Pulau Tabuhan dan Menjangan
Tabuhan 500 ribu / kapal, Menjangan 1,8 juta / kapal
6 Bermain kano Disewakan Rp. 20.000,- sampai Rp. 35.000,-
7 Bermain speed boat Disewakan Rp. 150.000,- 8 Bermain banana boat Disewakan Rp. 150.000,- 9 Memberi makan ikan Gratis
4.2 Kondisi Sosial, Budaya, Ekonomi
Secara demografi jumlah penduduk di Pantai Bangsring sekitar 5.192 jiwa
yang tersebar pada 3 dusun. Persebaran penduduk paling besar yaitu pada Dusun
Krajan I sebesar 2.596 jiwa, Dusun Paras Putih sebesar 1.396 jiwa, dan Dusun
Krajan II sebesar 1.200 jiwa. Berdasarkan pengelompokan umur penduduk di
Desa Bangsring pada tabel 13 berikut :
Tabel 2. Penduduk Desa Bangsring Berdasarkan Pengelompokan Umur
Kelompok Usia (th) Jumlah Penduduk (jiwa) Prosentase (%)
0 - 18 1.536 29,63
19 - 56 2.890 55,76
>56 757 14,61
Sebagian besar penduduk di Desa Bangsring berada pada usia produktif
(19 – 56 th) yaitu sebesar 2.890 jiwa atau 55,76 % dengan jumlah penduduk usia
muda (0 – 18 th) sebesar 1.536 jiwa atau 29,63 %, dan penduduk usia tua sebesar
757 jiwa atau 14,61 %.
Penduduk Desa Bangsring yang sebagian besar beretnis Madura
mayoritas memeluk agama islam, agama lain yang ada disana yaitu Kristen,
Hindu, dan Budha. Meskipun sebagian besar masyarakatnya beragama islam,
kerukunan antar umat beragama terjalin dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan
kegiatan sosial yang dilakukan dengan melibatkan semua masyarakat. Misalnya,
Serangkaian lomba yang diadakan saat hari kemerdekaan (lomba kano, perahu
mini, gerak jalan) selain itu masyarakat di Desa Bangsring kerap mengadakan
kumpul rutin dua minggu sekali (khususnya nelayan) untuk mempererat
persaudaraan.
Mayoritas penduduk Desa Bangsring bermata pencaharian sebagai petani
dan nelayan, petani sebesar 1.614 jiwa, buruh tani sebesar 1.276 jiwa, dan
nelayan sebesar 449 jiwa, sisanya sebagai PNS, pedagang, peternak,
wiwaswasta, pekerja serabutan, dan pengangguran. Berdasarkan data mata
pencaharian terlihat bahwa sektor pertanian menjadi penggerak utama dan sektor
perikanan sebagai pendukung dalam menunjang perekonomian.
Potensi sumberdaya alam laut yang dimiliki Bangsring yaitu ikan hias dan
terumbu karang. Beraneka ragam spesies ikan hias dan karang ada di laut
Bangsring. Sebelum tahun 2008 penangkapan ikan hias besar – besaran
dilakukan oleh nelayan setempat, sehingga hal ini menyebabkan kerusakan pada
ekosistem terumbu karang. Penyebabnya, penangkapan yang tidak ramah
lingkungan, seperti menggunakan bom dan potasium. Pada tahun 2008,
terbentuklah Kelompok Nelayan Ikan Hias – Samudera Bakti (KNIH – SB) yang
kemudian mengadakan pertemuan, sosialisasi, dan pembinaan pada nelayan
setempat mengenai bahaya menggunakan bom dan potasium untuk menangkap
ikan hias. Selain itu, KNIH – SB aktif dalam perbaikan ekosistem terumbu karang
yang rusak. Hal ini dibuktikan dengan dijadikannya Pantai Bangsring sebagai
kawasan ekowisata pada tahun 2014 hingga kini.
4.3 Persepsi Masyarakat dan Wisatawan terhadap Pantai Bangsring
4.3.1 Persepsi Masyarakat Lokal
Responden masyarakat lokal dalam penelitian sebanyak 30 orang yang
tersebar pada Dusun Krajan 1, dimana Dusun Krajan 1 merupakan letak Pantai
Bangsring. Responden yang dipilih terdiri atas tokoh masyarakat, pelajar, petani,
nelayan, pedagang, dan pegawai swasta atau pemerintahan. Dari 30 responden
tersebut 24 berjenis kelamin laki – laki dan 6 berjenis kelamin perempuan.
Karakteristik responden berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada gambar 9
berikut :
Gambar 4. Pesentase kelompok usia masyarakat
13%
33%27%
27% 0 - 20 th
21 - 30 th
31 - 40 th
>41
Kelompok usia responden sebagian besar berada pada usia produktif,
yaitu usia 21 – 30 tahun sebesar 33%, usia 31 – 40 tahun sebesar 27%, dan usia
diatas 41 tahun sebesar 27%, sisanya berada pada kisaran usia 0 – 20 tahun
sebesar 13%. Secara demografi masyarakat di Pantai Bangsring didominasi oleh
usia muda, namun hal ini tidak sebanding dengan kualitas sumberdaya manusia
yang terlihat dari tingkat pendidikannya. Berikut adalah karakteristik tingkat
pendidikan masyarakat di Pantai Bangsring :
Gambar 5. Persentase tingkat pendidikan masyarakat
Tingkat pendidikan masyarakat di Pantai Bangsring tergolong rendah,
dimana sebagian besar hanya lulusan SD, yaitu sebesar 47 %. Masing – masing
hanya 3 % yang mempunyai ijazah Diploma dan Sarjana. Sebesar 27 % berhasil
menamatkan pendidikan SMP dan 20 % pendidikan tingkat SMA. Hal ini
dikarenakan oleh kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan.
Masyarakat di sekitar Pantai Bangsring lebih memilih bekerja daripada
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Gambar 6. Persentase mata pencaharian masyarakat
47%
27%
20%
3% 3%SD
SMP
SMA
Diploma
Sarjana
23%
26%17%
17%
17%Petani
Nelayan
Wiraswasta
Pedagang
Lain - lain
Mata pencaharian masyarakat di Pantai Bangsring sebagian besar sebagai
nelayan dan petani yaitu sebesar 26 % dan 23 %. Seiring dengan adanya
ekowisata mulai ramai pedagang disekitar Pantai, yaitu sebesar 17 %, 17 %
sebagai wiraswasta dan pekerjaan lainnya sebesar 17 %. Mata pencaharian
berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Berikut adalah
diagram pendapatan masyarakat :
Gambar 7. Persentase pendapatan per bulan masyarakat
Sebagian besar pendapatan responden masyarakat disekitar kawasan
Pantai Bangsring rata – rata per bulannya mencapai Rp. 500.000,- sampai Rp.
1.000.000,- sebesar 50 %. Masyarakat berpendapatan Rp. 500.000,- sebesar 30
%, pendapatan Rp. 1.000.000,- sampai Rp. 3.000.000,- sebesar 17 %, dan
pendapatan Rp. 3.000.000,- sampai Rp. 5.000.000,- sebesar 3 %. Berdasarkan
data responden pendapatan masyarakat lokal di kawasan Pantai Bangsring masih
tergolong rendah. Adanya kawasan ekowisata diharapkan mampu meningkatkan
pendapatan masyarakat sekitar.
Masyarakat lokal mempunyai peranan penting dalam pengelolaan
ekowisata di Pantai Bangsring. Dalam pengelolaan ekowisata peran serta
masyarakat mendapat prioritas atau dipertimbangkan dalam tahap perencanaan,
pelaksanaan, maupun sampai tahap pengawasan, sehingga pemberdayaan
masyarakat lokal dalam pembangunan aspek ekowisata dapat diwujudkan. Berikut
adalah persepsi masyarakat terhadap ekowisata Pantai Bangsring.
30%
50%
17%
3% 0% <500 rb
500rb – 1 juta
1 juta – 3 juta
3 juta – 5 juta
>5 juta
Gambar 8. Distribusi persepsi masyarakat lokal
Berdasarkan gambar 13 diatas, keberadaan terumbu karang dan
keanekaragaman ikan hias merupakan potensi yang menarik untuk
dikembangkan. Persepsi masyarakat terhadap keindahan terumbu karang di
Pantai Bangsring sebesar 53 % menjawab setuju, sedangkan untuk keragaman
ikan sebesar 46 % setuju dan 46 % sangat setuju. Hal ini penting bagi pihak
pengelola untuk melibatkan masyarakat dalam pelestarian ekowisata di Pantai
Bangsring untuk menjaga potensi terumbu karang dan ikan agar tetap terjaga.
Pengembangan homestay dengan memanfaatkan rumah penduduk
mendapat tanggapan baik dari masyarakat, walaupun ada juga yang ragu.
Sebanyak 50 % masyarakat lokal setuju, 30 % sangat setuju, dan hanya 20 %
yang ragu. Masyarakat yang ragu tersebut alasannya, karena mereka
beranggapan rumahnya kurang layak untuk dijadikan homestay bagi wisatawan.
Namun, dilain sisi sebagian besar masyarakat beranggapan dioptimalkannya
rumah masyarakat sebagai homestay, maka tidak perlu lagi dibangun villa yang
memerlukan banyak lahan, selain itu adanya homestay juga akan memberikan
dampak positif bagi masyarakat sekitar.
0
10
20
30
40
50
60
Terumbukarang
Ikanberagam
Pelestarianekowisata
Pelibatanmasyarakat
Homestay Pendidikandan
pelatihan
0 0 0 0 0 00 0 0 0 0 0
13.33
6.67
03.33
2016.67
53.33
46.67 46.67
60
50
56.67
33.33
46.67
53.33
36.67
3026.67
Persentase
Sangat tidak setuju Tidak setuju Ragu Setuju Sangat setuju
Adanya peran aktif dari masyarakat lokal dalam pengelolaan wisata, maka
masyarakat dapat menikmati pendapatan langsung dari sumberdaya alam mereka
sendiri. Hai ini akan menimbulkan rasa saling memiliki untuk menjaga dan
melestarikan sumberdaya alam yang telah memberikan mereka penghidupan,
sehingga akan tercipta wisata yang berkelanjutan. Berdasarkan tabel diatas,
sebanyak 60 % merespon setuju untuk pelibatan masyarakat lokal dalam
pengelolaan.
Menyikapi pernyataan tentang diadakannya pendidikan dan pelatihan bagi
masyarakat sebgai persiapan tenaga kerja di bidang pariwisata disambut baik oleh
masyarakat. Sebanyak 56 setuju dan 26 sangat setuju, alasan diadakannya
pendidikan dan pelatihan guna memberikan bekal pengetahuan bagi masyarakat
di bidang pariwisata, seperti penyambutan wisatawan, pelatihan bahasa, dan
pembuatan souvenir untuk dijadikan cindermata.
4.3.2 Persepsi Wisatawan
Selain masyarakat, wisatawan memegang peranan penting dalam
pengelolaan ekowisata di Pantai Bangsring. Masukan dari wisatawan nantinya
akan berguna dalam pengelolaan maupun pengembangan ekowisata
kedepannya. Berdasarkan gambar 14, didapatkan karakteristik wisatawan yang
berjumlah 30 responden dengan jenis kelamin laki – laki sebanyak 50 % dan jenis
kelamin perempuan sebanyak 50 %. Berikut karakteristik usia responden:
Gambar 9. Persentase kelompok usia wisatawan
20%
43%
10%
27%0 – 20 th
21 – 30
31 - 40
>41
Wisatawan yang berkunjung ke Pantai Bangsring usianya beragam. Hal ini
menunjukkan wisata Pantai Bangsring diminati oleh kalangan anak – anak,
pemuda, dan orang dewasa. Motivasi kedatangan wisatawan dapat dilihat pada
gambar dibawah.
Gambar 10. Persentase motivasi kedatangan wisatawan ke Pantai Bangsring
Kedatangan wisatawan ke Pantai Bangsring sebagian besar untuk liburan,
yaitu sebanyak 77 % dan sisanya untuk kegiatan penelitian. Wisatawan yang
berkunjung ke Pantai Bangsring kebanyakan untuk pertama kalinya, namun tak
sedikit juga yang telah mengunjungi Pantai Bangsring lebih dari sekali.
77%
23%
0% 0%
Liburan
Penelitian
Tugas Pekerjaan
Lainnya
Sarana dan prasarana wisata merupakan penunjang untuk kegiatan
wisata. Kelengkapan dan kelayakan sarana dan prasarana diharapkan akan
memberikan kepuasan bagi wisatawan sebagai pelaku atau pengguna fasilitas
tersebut. Berikut adalah persepsi wisatawan terhadap sarana dan prasarana yang
ada di Pantai Bangsring :
Gambar 11. Persepsi wisatawan terhadap sarana dan prasarana Pantai Bangsring
Penggunaan transportasi memudahkan perpindahan dan memperlancar
aktivitas wisatawan. Akses transportasi menuju Pantai Bangsring 26,67 %
merespon kurang baik, 33,33 % cukup baik, dan 30 % merespon baik. Wisatawan
yang merespon kurang baik, alasannya karena tidak adanya angkutan umum yang
menuju Pantai Bangsring dan kendaraan seperti bus tidak dapat masuk ke
kawasan Pantai Bangsring, sehingga wisatawan yang menggunakan bus harus
jalan sekitar 1 km untuk menuju lokasi. Fasilitas seperti ketersediaan air bersih,
pembuangan sampah, dan lahan parkir sudah dinilai baik oleh wisatawan. Fasilitas
rumah makan, tempat ibadah, sebagian besar wisatawan menilai sudah cukup
baik.
Pengelolaan objek wisata dibagi menjadi enam variabel, diantaranya
tingkat keamanan, ketersediaan informasi, media promosi, tingkat kebersihan
0
10
20
30
40
50
60
6.670 0 0
3.330 0
26.67
6.67
3026.67
16.67 16.67 16.67
33.33 33.33
50
40
26.6730
46.67
30
50
16.67
26.67
36.67
53.33
26.67
3.3310
3.336.67
16.67
0
10Pers
en
tase
Tidak baik Kurang baik Cukup baik Baik Sangat baik
linkungan, tingkat pelayanan, dan tingkat kenyamanan selama berada di Pantai
Bangsring.
Gambar 12. Persepsi wisatawan terhadap pengelolaan ekowisata Pantai Bangsring
Keamanan menjadi faktor penting dalam berwisata. Wisatawan akan
merasa terganggu apabila daerah yang dikunjunginya tidak aman. Berdasarkan
gambar 17 diatas menunjukkan kawasan Pantai Bangsring dalam keadaan aman,
dengan rincian 46, 67 % merespon cukup baik, 36,67 % baik, dan 10 % sangat
baik, hanya 6, 67 % atau 2 orang yang merespon kurang baik.
Pengelolaan media informasi dan tingkat pelayanan di Pantai Bangsring,
sebagian responden menilai cukup baik dengan sebanyak 40 % dan 46,67 %
merespon cukup baik. Hal ini terlihat dari ketersediaan informasi yang diberikan
oleh pihak pengelola pada wisatawan. Sebanyak 36,67 % wisatawan merespon
cukup baik dan baik untuk ketersediaan informasi di Pantai Bangsring.
Kebersihan di Pantai Bangsring terjaga dengan baik, dimana pihak
pengelola melakukan bersih – bersih sebanyak 2 kali, yaitu ketika pagi hari dan
sore hari. Selain itu, juga ditunjang dengan ketersediaan tempat pembuangan
sampah yang cukup memadai. Terjaganya kebersihan di Pantai Bangsring
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Keamanan Informasi Promosi Kebersihan Pelayanan Kenyamanan
0 0 0 0 0 0
6.67
13.33
2016.67
6.6710
46.67
36.6740
26.67
46.67
33.3336.67 36.67
30
46.67
33.3336.67
1013.33
10 1013.33
20
Pers
en
tase
Tidak baik Kurang baik Cukup baik Baik Sangat baik
memberikan respon positif terhadap tingkat kenyamanan wisatawan. Hal ini
dibuktikan dengan persepsi wisatawan sebanyak 33,33 % cukup baik, 36,67 %
baik, dan 20 % baik, hanya 10 % atau 3 orang yang beranggapan tingkat
kenyamanan di P7antai Bangsring kurang baik.
Kondisi masyarakat disekitar Pantai Bangsring dibagi menjadi empat
Berikut adalah matriks SWOT berdasarkan tabel identifikasi faktor internal
dan eksternal yang disusun menggunakan rumus kombinasi matriks SWOT :
Tabel 12. Matriks SWOT
Kekuatan (Strength) 1. Pantai Bangsring
adalah kawasan Zona Perlindungan Bersama
2. IKW dan DDK yang sesuai
3. Kualitas perairan wisata masih sesuai baku mutu
Kelemahan (Weakness) 1. Kondisi SDM yang
rendah 2. Belum adanya payung
hukum yang kuat 3. Tidak ada alokasi
dana dari pemerintah
4. Peran aktif masyarakat dalam pengelolaan ekowisata
Peluang (Opportunity) 1. Program pemda
tentang pengembangan wisata di Banyuwangi
2. Promosi daerah wisata oleh pemerintah daerah
3. Dukungan CSR perusahaan, akademisi, dan komunitas lingkungan
Strategi S – O 1. Pembuatan kebijakan
bersama antara pemerintah dan masyarakat terkait pengelolaan ekowisata berkelanjutan (S1, S2, S3, S4, O1, O2)
2. Optimalisasi peran stakeholder dan meningkatkan peran pemerintah dalam pengembangan ekowisata di Pantai Bangsring (S4, O1, O2, O3)
Strategi W – O 1. Melakukan pembinaan
berkala untuk SDM masyarakat tentang manajemen ekowisata berbasis masyarakat di Pantai Bangsring (W1, O1, O2)
2. Pengajuan kawasan konservasi pada tingkat Provinsi (W2, O1, O3)
3. Pemanfaatan dana CSR untuk pengelolaan (W3, O3)
Ancaman (Threat) 1. Prilaku wisatawan
yang tidak ramah lingkungan
2. Sampah dan pencemaran lingkungan
3. Degradasi wilayah pesisir semakin meningkat
Strategi S – T 1. Edukasi kepada
wisatawan agar tercipta wisata ramah lingkungan (S2, S3, S4, T1)
2. Pengolahan sampah agar memiliki nilai ekonomi, mengingat di sekitar Pantai Bangsring terdapat pegiat industri kreatif yang memanfaatkan sampah (S4, O2)
3. Peningkatan koordinasi dengan pemangku kepentingan wisata mengenai tata kelola dan penggunaan lahan (S4, O3)
Strategi W – T 1. Peningkatan peran
pemerintah, masyarakat, dan pihak yang berkepentingan lainnya dalam pembuatan dan pelaksanaan rencana jangka panjang untuk pengelolaan dan pengembangan ekowisata bahari di Pantai Bangsring agar terciptanya ekowisata berkelanjutan (W1, W2, W3, T1, T2, T3)
4.10.3 Alternatif Pengelolaan Ekowisata Bahari Berbasis Masyarakat
Prioritas alternatif pengelolaan ditentukan berdasarkan peringkat (rating).
Alternatif diperoleh dari menjumlahkan skor strategi pengelolaan yang berkaitan.
Strategi tersebut dapat diterapkan dalam pelaksanaan pengelolaan ekowisata di
Pantai Bangsring :
Tabel 13. Peringkat Alternatif Strategi Pengelolaan
Alternatif Strategi Keterkaitan Jumlah
skor Peringkat
Strategi S – O 1. Pembuatan kebijakan bersama
antara pemerintah dan masyarakat terkait pengelolaan ekowisata berkelanjutan
2. Optimalisasi peran stakeholder dan meningkatkan peran pemerintah dalam pengembangan ekowisata di Pantai Bangsring
(S1, S2, S3, S4, O1, O2) (S4, O1, O2, O3)
4,77 2,82
1 3
Strategi W – O 1. Melakukan pembinaan berkala
untuk SDM masyarakat tentang manajemen ekowisata berbasis masyarakat di Pantai Bangsring
2. Pengajuan kawasan konservasi pada tingkat Provinsi
3. Pemanfaatan dana CSR untuk pengelolaan
(W1, O1, O2) (W2, O1, O3) (W3, O3)
1,56 1,62 1,05
7 6 9
Strategi S – T 1. Edukasi kepada wisatawan
agar tercipta wisata ramah lingkungan
2. Pengolahan sampah agar memiliki nilai ekonomi, mengingat di sekitar Pantai Bangsring terdapat pegiat industri kreatif yang memanfaatkan sampah
3. Peningkatan koordinasi dengan pemangku kepentingan wisata mengenai tata kelola dan penggunaan lahan
(S2, S3, S4, T1) (S4, O2) (S4, O3)
3,56 1,25 1,68
2 8 5
Strategi W – T 1. Peningkatan peran pemerintah,
masyarakat, dan pihak yang berkepentingan lainnya dalam pembuatan dan pelaksanaan rencana jangka panjang untuk pengelolaan dan pengembangan ekowisata bahari di Pantai Bangsring agar terciptanya ekowisata berkelanjutan
(W1, W2, W3, T1, T2, T3)
2,13
4
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ekowisata Pantai Bangsring yang merupakan kawasan Zona Perlindungan
Bersama memiliki potensi terumbu karang dan wisata pantai. Berdasarkan hasil
dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kesesuaian lahan untuk kategori ekowisata dibedakan menjadi 3, yaitu
Kategori Ekowisata Pantai
stasiun 1 sebesar 72,62 % (S2 = sesuai), stasiun 2 sebesar 80,95 %
(S2 = sesuai), dan stasiun 3 sebesar 73,81 % (S2 = sesuai). Rata –
rata pada tiap stasiun dihasilkan nilai IKW sebesar 75,78 % (S2 =
sesuai).
Kategori Ekowisata Snorkling
stasiun 4 sebesar 64,91 % (S2 = sesuai), stasiun 5 sebesar 87,71 %
(S1 = sangat sesuai), dan stasiun 6 sebesar 80,70 % (S2 = sesuai).
Rata – rata pada tiap stasiun dihasilkan nilai IKW sebesar 77,77 % (S2
= sesuai).
Kategori Ekowisata Diving
Stasiun 4 sebesar 62,96 % (S2 = sesuai), stasiun 5 sebesar 85,18 %
(S1 = sangat sesuai), stasiun 3 sebesar 77,77 % (S2 = sesuai). Rata –
rata pada tiap stasiun dihasilkan nilai IKW sebesar 75,29 % (S2 =
sesuai).
2. Daya Dukung Kawasan
Luas area untuk wisata snorkling dan diving sekitar 43.468 m2 dan waktu
yang disediakan oleh pengelola selama 8 jam. Area snorkling dapat
menampung wisatawan sebanyak orang 1.738 / hari, diving sebanyak 695
orang / hari. Luas area wisata pantai sekitar 9.930 m2 dengan waktu yang
disediakan selama 8 jam dapat menampung wisatawan sebanyak 794
orang / hari.
3. Pengelolaan Ekowisata berbasis masyarakat di Pantai Bangsring
menggunakan analisis SWOT menghasilkan alternatif pengelolaan,
sebagai berikut :
1). Pembuatan kebijakan bersama antara pemerintah dan masyarakat
terkait pengelolaan ekowisata berkelanjutan; 2). Edukasi kepada
wisatawan agar tercipta wisata ramah lingkungan; 3). Optimalisasi peran
stakeholder dan meningkatkan peran pemerintah dalam pengembangan
ekowisata di Pantai Bangsring.
5.2 Saran
Saran untuk peneliti selanjutnya untuk melakukan inventarisasi biota
khususunya identifikasi spesies karang yang ada di kawasan konservasi Pantai
Bangsring. Perlu adanya koordinasi antar pemangku kepentingan untuk
pengelolaan ekowisata berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA Armos, Nikolas Hersal., 2013. Studi Kesesuaian Lahan Pantai Wisata Boe Desa
Mappakalompo Kecamatan Galesong Ditinjau Berdasarkan Biogeofisik. Universitas Hasanuddin Makassar.
Bengen, D. G., 2001. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. IPB
Bogor. Cesar, H., 2002. The Biodiversity Benefits of Coral Reef Ecosystem: Values and
Markets. Amsterdam: Cesar Enviromental Economics Consultan. Dahuri, R., 2008. Daya Dukung Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan. IPB
Bogor. Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta. English, S., Wilkinson, C., Baker, V., 1994. Survey Manual for Tropical Marine
Resources. Australia: ASEAN Australia Marine Project. Gautama, I Gusti Agung Gede Oka, 2011. Evaluasi Perkembangan Wisata Bahari
di Pantai Sanur. Universitas Udayana Denpasar Bali, Tesis. Hakim, L., 2004. Dasar - dasar Ekowisata. Banyumedia Publishing, Malang. Hijriati, E., Mardiana, R., 2014. Pengaruh Ekowisata Berbasis Masyarakat
terhadap Perubahan Kondisi Ekologi, Sosial dan Ekonomi di Kampung Batusuhunan, Sukabumi. IPB Bogor 02, 146–159.
Kasim, F., 2011. Pelestarian Terumbu Karang untuk Pembangunan Kelautan
Daerah Berkelanjutan. Universitas Negeri Gorontalo 1–7. Kementerian Pariwisata, 2016. Rangking Devisa Pariwisata terhadap 11 Ekspor
Barang Terbesar Tahun 2011-2015. Kepmen LH No. 4, 2001. Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang. KKP, 2010. Pedoman Umum Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan untuk
Kegiatan Pariwisata Alam Perairan. Jakarta. Maryadi, D., 2003. Peluang Pengembangan Ekowisata di Kawasan Rawa Danau
dan Sekitarnya, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. IPB Bogor. Menteri LH No.51, 2004. Tentang Baku Mutu Kualitas Air Laut untuk Wisata
Bahari. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 th 2009 tentang Pedoman Pengembangan
Ekowisata di Daerah. Pragawati, B., 2009. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir untuk Pengembangan
Ekowisata Bahari di Pantai Binangun, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. IPB Bogor.
Ramadhan, S., Patana, P., Harahap, Z.A., 2014. Analisis Kesesuaian dan Daya
Dukung Kawasan Wisata Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Universitas Sumatera Utara 31–43.
Rangkuti, F., 2003. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis-Reorientasi
Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Subur, R., 2012. Daya Dukung Ekowisata dengan Pendekatan Kapasitas Adaptif
Ekologi di Pulau - pulau Kecil. IPB Bogor. Sukmara, A., Siahainenia, A.J., Rotinsulu, C., 2001. Panduan Pemantauan
Terumbu Karang Berbasis Masyarakat dengan Metoda Manta Tow. CRMP Indonesia, Jakarta Selatan.
Susana, T., 2009. Tingkat Keasaman (pH) dan Oksigen Terlarut sebagai Indikator
Kualitas Perairan Sekitar Muara Sungai Cisadane. LIPI Jkt., Jurnal Teknologi Lingkungan.
Undang – undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. WWF, 2009. Prinsisp dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat. Yulianda, F., 2007. Ekowisata Bahari sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya