KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA PROVINSI SULAWESI UTARA PROVINSI SULAWESI UTARA PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Suhaedi : Kepala Perwakilan Eko Siswantoro : Kepala Tim Ekonomi Moneter Savetri Lihanara : Kepala Tim Pengawasan Bank Farley Piga : Analis Jeany J. Legoh : Analis Dicky F. Tarigan : Pengawas Bank Berthy L.M. Ruhukail : Pengawas Bank Syamsul Bahri : Kepala Unit Layanan Nasabah dan Penyelenggara Kliring Teguh D. Prasetyo : Kepala Unit Operasional Kas Curie Rantung : Kepala Unit Sumber Daya Manusia Softcopy buku ini dapat di-download dari DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) di website Bank Indonesia dengan alamat http://www.bi.go.id http://www.bi.go.id http://www.bi.go.id http://www.bi.go.id
112
Embed
KAJIAN EKONOMI REGIONALKAJIAN EKONOMI REGIONAL … · RINGKASAN EKSEKUTIF 1 RINGKASAN EKSEKUTIF Perkembangan Makro Ekonomi RegionalPerkembangan Makro Ekonomi Regional Penguatan perekonomian
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KAJIAN EKONOMI REGIONALKAJIAN EKONOMI REGIONALKAJIAN EKONOMI REGIONALKAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARAPROVINSI SULAWESI UTARAPROVINSI SULAWESI UTARAPROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2012
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi UtaraKantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi UtaraKantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi UtaraKantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Suhaedi : Kepala Perwakilan Eko Siswantoro : Kepala Tim Ekonomi Moneter Savetri Lihanara : Kepala Tim Pengawasan Bank Farley Piga : Analis Jeany J. Legoh : Analis Dicky F. Tarigan : Pengawas Bank Berthy L.M. Ruhukail : Pengawas Bank Syamsul Bahri : Kepala Unit Layanan Nasabah dan Penyelenggara Kliring Teguh D. Prasetyo : Kepala Unit Operasional Kas Curie Rantung : Kepala Unit Sumber Daya Manusia
Softcopy buku ini dapat di-download dari DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) di website Bank Indonesia dengan alamat http://www.bi.go.idhttp://www.bi.go.idhttp://www.bi.go.idhttp://www.bi.go.id
Halaman ini sengaja dikosongkan
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2012
iii
Kata PengantarKata PengantarKata PengantarKata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Utara
Triwulan III 2012 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik setiap triwulan
sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dalam
memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara
terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah
satu referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai
pihak terkait.
Dalam proses penyusunan Kajian Ekonomi Regional ini, kami menggunakan data yang
diperoleh dari berbagai pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara,
Badan Pusat Statistik, pelaku usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank
Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu
kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan
semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan
datang.
Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini
ataupun terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa
mengahapkan kritikan dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan
datang.
Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat
bagi semua kalangan dalam memahani perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih.
Manado, November 2012
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI UTARA
ttd
Suhaedi
Direktur
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2012
iv
Daftar IsiDaftar IsiDaftar IsiDaftar Isi
KATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTAR halaman iii
FaktorFaktorFaktorFaktor----Faktor Yang Mempengaruhi InflasiFaktor Yang Mempengaruhi InflasiFaktor Yang Mempengaruhi InflasiFaktor Yang Mempengaruhi Inflasi
halaman 31
halaman 31
halaman 34
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 41
Struktur Aset Perbankan Struktur Aset Perbankan Struktur Aset Perbankan Struktur Aset Perbankan Sulawesi UtaraSulawesi UtaraSulawesi UtaraSulawesi Utara halaman 41
Perkembangan Kantor BankPerkembangan Kantor BankPerkembangan Kantor BankPerkembangan Kantor Bank halaman 42
Perkembangan Bank Umum KonvensionalPerkembangan Bank Umum KonvensionalPerkembangan Bank Umum KonvensionalPerkembangan Bank Umum Konvensional
Stabilitas Sistem PerbankanStabilitas Sistem PerbankanStabilitas Sistem PerbankanStabilitas Sistem Perbankan
Perkembangan Perbankan SyariahPerkembangan Perbankan SyariahPerkembangan Perbankan SyariahPerkembangan Perbankan Syariah
Perkembangan Bank Perkreditan RakyatPerkembangan Bank Perkreditan RakyatPerkembangan Bank Perkreditan RakyatPerkembangan Bank Perkreditan Rakyat
halaman 43
halaman 49
halaman 52
halaman 53
PERKEMBANGANPERKEMBANGANPERKEMBANGANPERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAHKEUANGAN DAERAHKEUANGAN DAERAHKEUANGAN DAERAH halaman 57
Struktur Struktur Struktur Struktur Dana Perimbangan di Sulawesi UtaraDana Perimbangan di Sulawesi UtaraDana Perimbangan di Sulawesi UtaraDana Perimbangan di Sulawesi Utara halaman 57
APBD di Tingkat ProvinsiAPBD di Tingkat ProvinsiAPBD di Tingkat ProvinsiAPBD di Tingkat Provinsi halaman 58
Boks Boks Boks Boks 1111: : : : Peran Belanja Modal DaPeran Belanja Modal DaPeran Belanja Modal DaPeran Belanja Modal Daerah Dalam Mendorong Akselerasierah Dalam Mendorong Akselerasierah Dalam Mendorong Akselerasierah Dalam Mendorong Akselerasi
Pembangunan InfrastrukturPembangunan InfrastrukturPembangunan InfrastrukturPembangunan Infrastruktur
Halaman 62
PERKEMBANGAN SISTEM PERKEMBANGAN SISTEM PERKEMBANGAN SISTEM PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPEMBAYARANPEMBAYARANPEMBAYARAN halaman 69
Perkembangan Alat Pembayaran Non TunaiPerkembangan Alat Pembayaran Non TunaiPerkembangan Alat Pembayaran Non TunaiPerkembangan Alat Pembayaran Non Tunai halaman 73
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKAT halaman 77
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan KetenagakerjaanKetenagakerjaanKetenagakerjaanKetenagakerjaan DaerahDaerahDaerahDaerah halaman 77
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Kesejahteraan MasyarakatKesejahteraan MasyarakatKesejahteraan MasyarakatKesejahteraan Masyarakat halaman 82
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2012
Perkembangan Makro Ekonomi RegionalPerkembangan Makro Ekonomi RegionalPerkembangan Makro Ekonomi RegionalPerkembangan Makro Ekonomi Regional
Penguatan perekonomian Sulawesi Utara terus berlanjut selama
triwulan III-2012. Setelah tumbuh 7,47% (yoy) pada triwulan
sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara kembali tumbuh
pada level yang relatif tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun
sebelumnya, yaitu sebesar 8,21% (yoy). Optimisme semakin
membaiknya perekonomian serta prospek kedepan mendorong
meningkatnya kinerja investasi dan konsumsi. Dari sisi eksternal,
penguatan ekonomi juga didorong oleh kinerja perdagangan luar
negeri Sulawesi Utara yang menunjukkan adanya pertumbuhan positif
ditengah-tengah perlambatan ekonomi Eropa. Sementara itu, dari sisi
penawaran, peningkatan kinerja sektor bangunan dan PHR merupakan
faktor utama pendorong terjadinya akselerasi perekonomian Sulawesi
Utara pada triwulan III-2012.
Perkembangan Inflasi DaerahPerkembangan Inflasi DaerahPerkembangan Inflasi DaerahPerkembangan Inflasi Daerah
Tekanan inflasi Kota Manado sampai dengan akhir triwulan III 2012
meningkat, tercermin dari tingkat inflasi yang berada diatas tingkat
inflasi nasional dan Zona Sulampua. Secara bulanan, tekanan inflasi
Kota Manado sepanjang triwulan III-2012 menunjukkan tren
peningkatan. Pada Juli 2012 Kota Manado tercatat mengalami inflasi
0,85% (mtm), yang berlanjut pada Agustus 2012, tercatat mengalami
inflasi sebesar 2,16% (mtm) sebagai pengaruh musiman perayaan Hari
Raya Keagamaan, tahun ajaran baru pendidikan tinggi dan
berlanjutnya kenaikan harga emas perhiasan domestik. Pada akhir
triwulan III 2012 tekanan inflasi Kota Manado terkoreksi kebawah
cukup tajam, tercatat sebesar -1,58% (mtm) pasca perayaan Bulan
Ramadhan dan Idul Fitri 1433H. Secara akumulasi, tingkat inflasi Kota
Manado sampai dengan September 2012 tercatat 4,33% (ytd), jauh
lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, yang justru mencatat deflasi
sebesar -0,19% (ytd).
Penguatan perekonomian Sulawesi Utara terus berlanjut selama triwulan III-2012. Setelah tumbuh 7,47% (yoy) pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara kembali tumbuh pada level yang relatif tinggi…
Tekanan inflasi Kota Manado sampai dengan akhir triwulan III 2012 meningkat...
RINGKASAN EKSEKUTIF
2
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi
secara tahunan terutama didorong oleh meningkatnya tekanan
kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods)
dan kelompok administered price. Sementara itu, kelompok inti (core
inflation) mengalami inflasi pada level moderat.
Perkembangan Perbankan DaerahPerkembangan Perbankan DaerahPerkembangan Perbankan DaerahPerkembangan Perbankan Daerah
Secara umum kinerja perbankan Sulawesi Utara terus menunjukkan
perkembangan yang baik sebagaimana tercermin dari pertumbuhan
fungsi intermediasi perbankan serta terjaganya risiko kredit. Pada
triwulan III 2012 asset, kredit dan DPK perbankan Sulut masih
menunjukkan pertumbuhan meskipun melambat apabila dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Aset perbankan Sulut tumbuh sebesar
21,4% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu
yang tercatat sebesar 23,55% (yoy). Kredit perbankan Sulut tercatat
tumbuh sebesar 16,95% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan
triwulan lalu yang sebesar 21,95% (yoy) maupun dibandingkan
dengan pertumbuhan kredit nasional yang sebesar 22,3% (yoy). Dari
sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat sebesar
16,95% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang sebesar 21,95% (yoy). Sejalan dengan pertumbuhan
kredit, pertumbuhan DPK di Provinsi Sulut juga tercatat lebih rendah
dari pertumbuhan DPK nasional yang sebesar 19,39% (yoy). Dengan
demikian Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara
berada pada level 118,6% di akhir triwulan III 2012.
Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan
seperti aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator
lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga
berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%
PPPPerkembangan Keuangan Daerah (APBD)erkembangan Keuangan Daerah (APBD)erkembangan Keuangan Daerah (APBD)erkembangan Keuangan Daerah (APBD)
Dukungan fiskal daerah terhadap perekonomian khususnya yang
berasal dari APBD Provinsi pada tahun 2012 semakin baik. Hal ini
sebagaimana tercermin dari peningkatan alokasi belanja, khususnya
Dukungan fiskal daerah terhadap perekonomian khususnya yang berasal dari APBD Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2012 semakin baik...
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan...
Secara umum kinerja perbankan Sulawesi Utara terus menunjukkan perkembangan yang baik...
Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali...
RINGKASAN EKSEKUTIF
3
belanja modal yang meningkat 57,23% dibandingkan alokasi pada
tahun 2011. Namun demikian, realisasi belanja, khususnya belanja
modal pada triwulan III-2012 sebesar 31,6% mengalami perlambatan
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (43,5%).
Sementara itu, dari sisi pendapatan daerah, pencapaian secara
keseluruhan pada triwulan III-2012 mencapai 82,1%, lebih tinggi
dibandingkan realisasi pada triwulan yang sama tahun lalu sebesar
76,4%.
Realisasi konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar 6,87%
terhadap PDRB harga berlaku Provinsi Sulawesi Utara di triwulan III-
2012, sedangkan realisasi belanja modal hanya memiliki pangsa
sebesar 0,94%. Tingginya pangsa konsumsi pemerintah tercermin dari
kinerja konsumsi dalam struktur perekonomian Sulawesi Utara yang
berkontribusi besar dalam PDRB.
Perkembangan Sistem PembayaranPerkembangan Sistem PembayaranPerkembangan Sistem PembayaranPerkembangan Sistem Pembayaran
Pada triwulan III-2012, nilai transaksi sistem pembayaran baik tunai
maupun non tunai (kliring) di Sulawesi Utara menunjukkan
peningkatan. Perkembangan aliran uang kartal di Sulawesi Utara pada
triwulan III-2012 tercatat mengalami net outflow. Hal yang sama juga
terjadi pada sistem pembayaran non-tunai melalui kliring dan Bank
Indonesia - Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan
laporan yang mengalami peningkatan secara nominal. Kondisi ini
mengindikasikan bahwa kebutuhan masyarakat akan uang tunai untuk
transaksi pada triwulan III-2012 mengalami peningkatan yang
bertepatan dengan pola musiman Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada
periode laporan.
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan KetenagakerjaanKetenagakerjaanKetenagakerjaanKetenagakerjaan & Kesejahteraan Masyarakat& Kesejahteraan Masyarakat& Kesejahteraan Masyarakat& Kesejahteraan Masyarakat
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada triwulan III 2012
menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, meskipun belum
mengindikasikan adanya perbaikan signifikan. Hal ini tercermin dari
menurunnya jumlah penduduk bekerja ditengah menurunnya jumlah
pengangguran. Kondisi ketenagakerjaan pada periode laporan sejalan
dengan hasil survei yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank
Pada triwulan III-2012, nilai transaksi sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai (kliring) di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan...
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada triwulan III 2012...
RINGKASAN EKSEKUTIF
4
Indonesia Prov. Sulut. Berdasarkan survei yang dilakukan, jumlah
pelaku usaha yang menyatakan melakukan penambahan jumlah
tenaga kerja mengalami penurunan, tercermin dari Saldo Bersih
Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja hasil Survei Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU) yang dilaksanakan KPwBI Provinsi Sulawesi Utara pada
periode laporan, tercatat sebesar -1,91. Namun demikian, masih
terjadi penambahan tenaga kerja terutama pada sektor bangunan
(SBT=2,95), seiring dengan pertumbuhan sektor bangunan di Sulawesi
Utara. Sementara itu, pada sektor lainnya jumlah tenaga kerja relatif
tetap. Sikap optimisme masyarakat terhadap ketersediaan lapangan
kerja tercermin dari indeks ketersediaan lapangan kerja hasil Survei
Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut yang
masih berada diatas level optimis. Pada akhir triwulan III-2012, angka
indeks ketersediaan lapangan kerja tercatat sebesar 150, jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya
tercatat sebesar 144,83.
Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara
diperkirakan terus meningkat. Kondisi ini ditandai oleh kenaikan
indeks penghasilan dan ekspektasi penghasilan masyarakat Sulut hasil
Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi
Utara serta Nilai Tukar Petani (NTP) yang masih berada pada level
optimis dan pada periode laporan, sejalan dengan turunnya tingkat
kemiskinan.
OutlookOutlookOutlookOutlook Pertumbuhan EkonomiPertumbuhan EkonomiPertumbuhan EkonomiPertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan IV 2012
diperkirakan tumbuh pada kisaran 8,13% - 8,53% (yoy). Sumber laju
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan IV-2012 antara
lain didorong oleh peningkatan belanja pemerintah menjelang akhir
tahun anggaran, berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan
(Idul Adha, Santa Claus’s Day dan Hari Natal) serta Tahun Baru 2012.
Selain itu, peningkatan penyelenggaraan event skala internasional dan
nasional yang terus berlanjut dirasakan mampu menopang
pertumbuhan ekonomi Sulut. Namun demikian, kondisi cuaca yang
tidak kondusif dimana musim penghujan relatif tinggi diprediksikan
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan IV 2012 diperkirakan tumbuh pada kisaran 8,05% - 8,45% (yoy)...
Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara diperkirakan terus meningkat....
RINGKASAN EKSEKUTIF
5
akan terus berlangsung pada akhir tahun dapat berpotensi
menganggu kinerja perekonomian khususnya pada sektor pertanian.
Kinerja sektor bangunan (konstruksi) selama triwulan III 2012 mencatat pertumbuhan sebesar
11,38% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,76% terhadap total pertumbuhan. Beberapa
faktor yang mendorong pertumbuhan di sektor bangunan diantaranya adalah penyelesaian
beberapa proyek pemerintah seperti:
• Pembangunan infrastruktur jalan di Kota Manado sepanjang 3Km dengan alokasi dana
sebesar Rp5.1 miliar yang bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU).
Tabel 1.5. Proyek Infrastruktur di Kota Manado
Sumber: Harian Manado Post
• Pembangunan hotmix jalan di 4 (empat) lokasi di Kab.Kep Talaud dengan alokasi anggaran
sekitar Rp9 miliar.
Tabel 1.6. Proyek Infrastruktur di Kab/Kep. Talaud
Sumber: Harian Manado Post
• Pembangunan jalan lingkar utara di Kabupaten Sitaro dengan usulan anggaran mencapai
Rp225 miliar. Target pembangunannya mulai dari Desa Lia menuju Kiawang Siau Barat.
Pembangunan tahap pertama jalan lingkar utara sudah disetujui dengan alokasi dana Rp6
miliar dan saat ini tengah dalam pengerjaan membangun jalan dari Desa Lia menuju Deahe
• Pembangunan jembatan Arelo sepanjang 40 meter yang menghubungkan Mala dengan
daerah lainnya di pinggiran kota Melonguane resmi direalisasikan Pemkab Talaud dengan
dana yang bersumber dari APBN TA 2012 dengan alokasi dana mencapai Rp11,42 miliar.
• Pengerjaan proyek jalan lingkar Lembeh yang mengalokasikan anggaran APDD 2012
sebesar Rp30 miliar saat ini telah dimulai dengan target penyelesaian hingga akhir tahun
2012.
Selanjutnya, proyek swasta juga menunjukan adanya peningkatan pada triwulan III 2012.
Beberapa proyek swasta yang hingga saat ini masih dalam proses pengerjaan adalah proyek
perumahan dan proyek pembangunan pusat hiburan/mall ‘Star Square’ di kawasan pertokoan
Bahu yang dikembangkan oleh PT Artoda Karya Gemilang (AKG) saat ini sedang dalam proses
No
1
2
3
DANA INFRASTRUKTUR JALAN DI MANADO 2012
Anggaran
Rp5.100.000.000
Rp4.400.000.000
Rp250.000.000
Keterangan
Pembangunan jalan baru
Peningkatan jalan lapis penetrasi
Pemeliharaan jembatan
- Peningkatan jalan Bandara-Perkantoran
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR YANG BELUM TEREALISASI DI TALAUD
Pembangunan
- Peningkatan jalan Gagang Payung
- Pemeliharaan ruas jalan Tarun-Ambela
- Pemeliharaan ruas jalan dalam kota Beo
Anggaran
Rp1.159.954.918
Rp3.036.693.000
Rp3.093.200.000
Rp2.106.428.485
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
18
Grafik 1.21. Perkembangan Kredit Konstruksi
Grafik 1.18. Perkembangan Data Penjualan Semen
Grafik 1.19. Perkembangan Indeks Penjualan Bahan Konstruksi
Sumber : Survei Penjualan Eceran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 1.20. Perkembangan Penjualan Seng
pembangunan pondasi. Proyek ini diharapkan dapat selesai pada awal tahun 2013. Indikator
yang menunjukkan peningkatan kinerja sektor bangunan adalah hasil Survei Penjualan Eceran
(SPE) yang memperlihatkan kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar 10,59% (yoy)
dari 173,81 pada September 2012 menjadi 192,22 pada September 2012. Selain itu, penjualan
semen di Sulawesi Utara tercatat mengalami peningkatan sebesar 0,20% dari 163,93 ribu ton
pada triwulan III 2011 menjadi 164,26 ribu ton pada triwulan III 2012.
Indikator lainnya yang menunjukkan kinerja sektor bangunan adalah kenaikan jumlah produksi
seng dari 2.080 ton pada September 2011 menjadi 2.106 ton pada September 2012. Dari sisi
pembiayaan, peran perbankan terhadap sektor bangunan (konstruksi) menunjukkan
perkembangan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan sampai dengan September 2012
tercatat sebesar Rp645 miliar atau mengalami pertumbuhan positif sebesar 27,32% (yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sumber : Data Asosiasi Semen Indonesia
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Manado
-40
-20
0
20
40
60
80
100
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2010 2011 2012
Volume (ton) - left axis
g_semen (%) - right axis
2,080 2,106
-200%
0%
200%
400%
600%
800%
1000%
1200%
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
Jan
Feb
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oct
No
v
De
c
Jan
Feb
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
2011 2012
Jumlah Produksi (ton)-left axis growth (%) - right axis
Sumber : Pelaku Usaha, diolah
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
19
1.2.1.2.1.2.1.2.2.2.2.2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan III 2012 menunjukan
pertumbuhan positif sebesar 8,86% (yoy) dengan kontribusi sebesar 1,54% terhadap total
pertumbuhan. Pertumbuhan sektor ini terutama terjadi pada sub sektor perdagangan sebagai
respon dari adanya kenaikan sumber pendapatan masyarakat seperti pencairan gaji ke-13 dan
THR yang diikuti oleh naiknya belanja masyarakat bertepatan dengan musim liburan sekolah,
perayaan pengucapan syukur dan hari raya Idul Fitri.
Selain itu, subsektor hotel juga berkontribusi positif terhadap kinerja sektor PHR yang didorong
oleh pelaksanaan event berskala nasional dan internasional, diantaranya:
• Pelaksanaan Tomohon International Flower Festival (TIFF) 8-12 Agustus 2012 akan
meningkatkan perekonomian masyarakat melalui kegiatan pariwisata maupun ekonomi
kreatif terutama dari kreatifitas bunga yang dikembangkan masyarakat. TIFF diikuti 82
peserta termasuk negara sahabat seperti Malaysia, Vietnam, Korea Utara, India dan Rusia
dengan target pengunjung mencapai 30.000 orang.
• HUT ke 65 Koperasi dan UMKM Sulut dan The 2nd Small and Medium Enterprises and
Cooperatives (SMEsCo) Sulut Exhibition 2012 yang dihelat selama lima hari berakhir Senin
(30/7). Selama empat hari, berhasil mencetak transaksi Rp4,2 miliar. Nilai itu naik lebih dari
100 persen jika dibandingkan dengan transaksi tahun lalu yang masih Rp2 miliar. Jumlah
pengunjung selama kegiatan berlangsung diperkirakan mencapai 2.000 orang per hari.
• Pelaksanaan event Pan Indo Hash XXVIII 2012 yang berlangsung pada tanggal 6-9
September 2012 di Manado, Tomohon dan Minahasa dengan jumlah peserta sebanyak
2.500 baik dari dalam maupun luar negeri.
Maraknya berbagai perhelatan yang diselenggarakan di Kota Manado selama triwulan laporan
antara lain dapat dikonfirmasi melalui perkembangan data pariwisata yang secara umum
memperlihatkan tren peningkatan diantaranya adalah data wisatawan mancanegara, data
jumlah tamu dan lama tamu menginap, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), dan jumlah kamar
terjual.
Grafik 1.22. Data Wisatawan Mancanegara
Grafik 1.23. Data Jumlah Tamu Menginap
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
D.D.D.D. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa PerusahaanSektor Keuangan, Sewa dan Jasa PerusahaanSektor Keuangan, Sewa dan Jasa PerusahaanSektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan
Sementara itu, untuk kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan III
2012 tumbuh 16,16% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan jasa antara lain
tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan antara lain:
Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
(1,58)
(0,78)
0,01
-2
-1
0
1
2
3
4
5
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2009 2010 2011 2012
mtm Manado mtm Sulampua mtm Nasional
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
32
Grafik 2.4. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado
Menurut Kelompok Barang & Jasa Juli 2012
Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan III-2012 menunjukkan tren
peningkatan. Pada Juli 2012 Kota Manado tercatat mengalami inflasi 0,85% (mtm), yang
berlanjut pada Agustus 2012, tercatat mengalami inflasi sebesar 2,16% (mtm) sebagai
pengaruh musiman perayaan Hari Raya Keagamaan, tahun ajaran baru pendidikan tinggi dan
berlanjutnya kenaikan harga emas perhiasan domestik. Inflasi terutama terjadi pada komoditas
cabai rawit, ongkos angkutan udara, emas perhiasan dan biaya pendidikan tinggi. Pada akhir
triwulan III 2012 tekanan inflasi Kota Manado terkoreksi kebawah cukup tajam, tercatat sebesar
-1,58% (mtm) pasca perayaan Bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1433H.
Tingkat inflasi Kota Manado sepanjang triwulan III 2012 lebih berfluktuasi dibandingkan
dengan tingkat inflasi nasional maupun Zona Sulampua (Grafik 2.3). Pada akhir triwulan III
2012 tingkat inflasi nasional tercatat sebesar 0,01% (mtm), sementara itu tingkat inflasi Zona
Sulampua tercatat sebesar -0,78% (mtm).
� JULIJULIJULIJULI 2012201220122012
Pada awal triwulan III-2012, Kota Manado
tercatat mengalami inflasi sebesar 0,85% (mtm).
Inflasi terutama terjadi pada kelompok bahan
makanan sebesar 2,14% (mtm) dengan
sumbangan sebesar 0,63% terhadap total inflasi
bulanan. Berdasarkan sub kelompoknya, bumbu-
bumbuan mengalami inflasi sebesar 8,09%
(mtm). Kemudian diikuti oleh sub kelompok
daging dan hasilnya serta kelompok umbi-
umbian dan hasilnya yang masing-masing
mengalami inflasi sebesar 3,14% (mtm) dan
3,03% (mtm).
Tekanan inflasi pada Juli 2012 dipengaruhi oleh faktor peningkatan permintaan seiring Bulan
Ramadhan yang jatuh pada awal triwulan laporan. Ditengah meningkatnya permintaan,
pasokan sedikit terganggu oleh faktor anomali cuaca. Bencana letusan Gunung Lokon dan
Soputan yang terjadi menyebabkan berkurangnya produktivitas sektor pertanian akibat gagal
panen yang terjadi pada beberapa area di sentra komoditas pertanian Sulut.
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
33
� AGUSTUSAGUSTUSAGUSTUSAGUSTUS 2012012012012222
Tekanan inflasi Kota Manado pada Agustus 2012 terakselerasi tajam sehingga tercatat
mengalami inflasi sebesar 2,16% (mtm). Inflasi terutama terjadi pada kelompok pendidikan,
bahan makanan dan transportasi yang masing-masing tercatat sebesar 7,92% (mtm), 4,41%
(mtm) dan 2,45%(mtm).
Berdasarkan komoditasnya, inflasi terutama terjadi
pada komoditas cabai rawit dengan sumbangan
0,75% (mtm), angkutan udara dengan sumbangan
0,31% (mtm), pendidikan akademi/perguruan tinggi
dengan sumbangan 0,27% (mtm).
Inflasi pada Agustus 2012 lebih disebabkan oleh: (1)
pengaruh musiman perayaan Hari Raya Idul Fitri
1433H yang menyebabkan terjadinya peningkatan
demand pada bahan makanan serta peningkatan
arus penumpang (arus mudik dan balik dari dan ke
Manado) (2) Terganggunya distribusi akibat anomali
cuaca dan bencana alam (3) Tahun ajaran baru
pendidikan akademi/perguruan tinggi.
� SEPTEMBER SEPTEMBER SEPTEMBER SEPTEMBER 2012012012012222
Pada akhir triwulan III–2012, laju perkembangan
harga barang dan jasa secara umum terkoreksi
kebawah sehingga tercatat mengalami deflasi -
1,58% (mtm). Deflasi pada akhir triwulan III 2012
terutama terjadi pada kelompok bahan makanan
dan transportasi yang masing-masing tercatat
sebesar -4,67% (mtm) dan -2,35% (mtm).
Deflasi terjadi akibat berlalunya pengaruh musiman
perayaan Bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1433H,
didukung oleh membaiknya kondisi pasokan dan
distribusi yang sempat terganggu pada Agustus
2012.
Grafik 2.5. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok
Barang dan Jasa Agustus 2012
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
Grafik 2.6. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok
Barang dan Jasa September 2012
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
34
Sumber: BPS Suuuulawesi Utara, diolah. Sumber: BPS Suuuulawesi Utara, diolah.
2.2 FAKTOR2.2 FAKTOR2.2 FAKTOR2.2 FAKTOR----FAKTOFAKTOFAKTOFAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASIR YANG MEMPENGARUHI INFLASIR YANG MEMPENGARUHI INFLASIR YANG MEMPENGARUHI INFLASI
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan terutama
didorong oleh meningkatnya tekanan kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak
(volatile foods) dan kelompok administered price. Sementara itu, kelompok inti (core inflation)
mengalami inflasi pada level moderat.
2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL
Tekanan inflasi inti (core inflation) pada triwulan III 2012 relatif stabil. Inflasi inti pada akhir
triwulan III 2012 tercatat 3,69% (yoy) dengan sumbangan 1,97% terhadap total inflasi tahunan
pada akhir triwulan III-2012, atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II 2012 yang
tercatat sebesar 3,93% (yoy) dengan sumbangan 2,06% terhadap total inflasi tahunan. Hal ini
tidak lepas dari terkendalinya tekanan inflasi dari sisi eksternal maupun internal. Dari sisi
eksternal, inflasi yang bersumber dari kenaikan harga emas internasional dapat diredam oleh
terjaganya kestabilan nilai tukar Rupiah. Sementara itu, dari sisi internal kenaikan permintaan
masih dapat direspon dengan baik oleh sisi penawaran melalui peningkatan penggunaan
kapasitas produksi. Namun demikian, masih tingginya ekspektasi masyarakat Sulut terhadap
tingkat harga 3 dan 6 bulan yang akan datang berpotensi mengakselerasi inflasi pada level
yang lebih tinggi.
� Interaksi Permintaan dan Penawaran
Peningkatan permintaan selama triwulan III 2012 sebagai faktor seasonal (Bulan Ramadhan dan
Hari Raya Idul Fitri), direspon dengan baik oleh peningkatan penggunaan kapasitas produksi
sehingga mampu menjamin ketersediaan pasokan (Grafik 2.9).
Grafik 2.7.
Sumbangan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya Grafik 2.8.
Grafik 2.10. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Terhadap
Harga Barang dan Jasa di Kota Manado
Grafik 2.11. Perkembangan Indeks Ekspektasi Pedagang Eceran Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw Prov. Sulut dan Survei Pedagang Eceran (SPE) KPw Prov. Sulut
.
� Ekspektasi Inflasi
Ekspektasi masyarakat Sulut tercermin dari sisi konsumen maupun pedagang. Dari sisi
pedagang, ekspektasi terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang terbilang
cukup tinggi. Hal ini tercermin dari hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) KPw BI Provinsi Sulawesi
Utara pada periode laporan yang ditandai oleh angka indeks ekspektasi pedagang terhadap
tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang masing-masing sebesar 198,5 pada
September 2012 (Grafik 2.11). Sejalan dengan itu, dari sisi konsumen ekspektasi masyarakat
juga terbilang cukup tinggi. Hal ini tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) KPw BI Provinsi
Sulawesi Utara pada periode laporan yang ditandai oleh angka indeks ekspektasi konsumen
terhadap tingkat harga 3 bulan yang akan datang tercatat sebesar146 pada September 2012
(Grafik 2.10).
Grafik 2.9. Perkembangan Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran
dan Kapasitas Produksi
Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) KPwBI Provinsi Sulut
0
20
40
60
80
100
120
0
100
200
300
400
500
600
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Indeks Riil Penjual Eceran (right axis) Kapasitas Produksi (left axis)
120
146
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2011 2012
Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad
Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad
189,5198,5
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2011 2012
Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yad
Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yad
Sumber : Survei Konsumen (SK) KPwBI Provinsi Sulut
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
36
Grafik 2.13. Perkembangan Harga Rata-rata Triwulanan
Komoditas Emas di Pasar Internasional
Sumber: Bloomberg, diolah
Grafik 2.12. Perkembangan Harga Rata-rata Triwulanan
Komoditas Minyak di Pasar Internasional
Sumber: Bloomberg, diolah
� Eksternal
Perkembangan nilai tukar rupiah pada September 2012 bergerak sesuai kondisi pasar dengan
intensitas depresiasi yang menurun. Hal tersebut sejalan dengan kebijakan yang ditempuh Bank
Indonesia untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan tingkat fundamentalnya.
Rupiah secara point-to-point melemah sebesar 0,37% (mtm) ke level Rp9.570 per dolar AS atau
secara rata-rata melemah 0,64% (mtm) menjadi Rp9.554 per dolar AS. Tekanan terhadap nilai
tukar rupiah terutama berasal dari masih tingginya permintaan valuta asing untuk keperluan
impor. Intensitas tekanan terhadap rupiah menurun dengan lebih besarnya aliran masuk modal
asing sejalan dengan sentimen positif perekonomian global dan prospek ekonomi domestik
yang tetap kuat. Meskipun demikian, pelemahan rupiah diikuti oleh volatilitas yang lebih
terjaga sehingga tidak berdampak signifikan pada perkembangan harga domestik, seiring
dengan penurunan harga komoditas internasional yang masih berlanjut.
2.2.2 Non Fundamental2.2.2 Non Fundamental2.2.2 Non Fundamental2.2.2 Non Fundamental
� Volatile foods
Tekanan inflasi pada kelompok volatile foods pada akhir triwulan III 2012 meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada Juni 2012 kelompok ini tercatat mengalami inflasi
8,65% (yoy) dengan sumbangan 2,39% (yoy) terhadap inflasi umum, lebih tinggi dibandingkan
triwulan lalu yang tercatat sebesar 2,99% (yoy) dengan sumbangan 0,86% terhadap inflasi
umum. Beberapa faktor yang mempengaruhi terakselerasinya harga kelompok ini selama
triwulan III 2012 diantaranya:
(a) Meningkatnya permintaan sebagai faktor seasonal hari raya keagamaan yang jatuh pada
triwulan laporan.
1656,7
-2,7 (5)
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
I II III IV I II III
2011 2012
Pers
en
USD
/OZ
Harga Emas yoy (axis kanan)
92,1
2,7
(15)
(10)
(5)
-
5
10
15
20
25
30
35
80
85
90
95
100
105
I II III IV I II III
2011 2012
Pe
rse
n
US
D/O
Z
WTI yoy (axis kanan)
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
37
Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw Prov. Sulut
Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw Prov. Sulut
(b) Anomali cuaca dan bencana (letusan Gunung Lokon dan Soputan) yang terjadi sehingga
berpengaruh pada berkurangnya produktivitas pada sentra komoditas pangan di Sulut.
(c) Berkurangnya produksi perikanan tangkap karena faktor cuaca dan kelangkaan BBM
bersubsidi.
Sementara itu, bertambahnya pasokan beras seiring dengan panen yang terjadi di beberapa
sentra beras Sulut dapat menahan laju inflasi kelompok volatile foods pada periode laporan.
� Administered Price
Secara tahunan inflasi kelompok administered prices pada akhir triwulan III 2012 tercatat
sebesar 4,64% (yoy) dengan sumbangan 0,88% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan triwulan
lalu yang tercatat sebesar 4,27% (yoy) dengan sumbangan 0,81% terhadap inflasi tahunan.
Peningkatan inflasi administered prices pada triwulan laporan terutama berasal dari
peningkatan ongkos angkutan udara seiring dengan derasnya arus mudik dan/arus balik pada
momen perayaan Hari Raya Idul Fitri 1433H.
Grafik 2.14. Perkembangan Harga Ikan di Kota Manado
Grafik 2.15. Perkembangan Harga Komoditas Cabe Rawit
dan Bawang Merah di Kota Manado
10.000
30.000
I IIIII IV
I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV V
Des -11 Jan-12 Feb-12 Maret April2012
Mei2012
Juni2012
Juli2012
Agst 2012 Sept 2012
Rp/kgRp/kgRp/kgRp/kg
Deho Malalugis
10.000
30.000
50.000
I IIIII IV
I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV V
Des -11 Jan-12 Feb-12 Maret April2012
Mei2012
Juni2012
Juli2012
Agst 2012 Sept 2012
Rp/kgRp/kgRp/kgRp/kg
Cabe Rawit (merah) Bawang Merah Beras
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH BAB IBAB IBAB IBAB IIIIIIIII
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
41
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAHPERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAHPERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAHPERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Secara umum kinerja perbankan Sulawesi Utara terus menunjukkan perkembangan yang baik
sebagaimana tercermin dari pertumbuhan fungsi intermediasi perbankan serta terjaganya risiko
kredit. Pada triwulan III 2012 asset, kredit dan DPK perbankan Sulut masih menunjukkan
pertumbuhan meskipun melambat apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Aset
perbankan Sulut tumbuh sebesar 21,4% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan
triwulan lalu yang tercatat sebesar 23,55% (yoy). Kredit perbankan Sulut tercatat tumbuh
sebesar 16,95% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar 21,95%
(yoy) maupun dibandingkan dengan pertumbuhan kredit nasional yang sebesar 22,3% (yoy).
Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat sebesar 16,95% (yoy) atau lebih
rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 21,95% (yoy). Sejalan dengan
pertumbuhan kredit, pertumbuhan DPK di Provinsi Sulut juga tercatat lebih rendah dari
pertumbuhan DPK nasional yang sebesar 19,39% (yoy). Dengan demikian Loan to Deposit Ratio
(LDR) perbankan di Sulawesi Utara berada pada level 118,6% di akhir triwulan III 2012.
Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko kredit,
risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs)
relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%.
Tabel 3.1 Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
3.1. 3.1. 3.1. 3.1. STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA
Aset perbankan Sulawesi Utara, baik bank umum konvensional, bank umum syariah maupun
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada triwulan III-2012 mengalami perlambatan dibandingkan
dengan periode lalu maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya. Total aset perbankan Sulut
pada triwulan III 2012 mencapai Rp24.844 miliar atau tumbuh 21,40% (yoy), lebih rendah dari
pertumbuhan triwulan lalu dan tahun lalu yang masing-masing tercatat sebesar 23,55% (yoy)
dan 22,32% (yoy). Namun demikian, pertumbuhan aset pada triwulan III 2012 masih lebih
tinggi apabila dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan selama 5 tahun terakhir, tercatat
sebesar 19,85% (yoy).
Struktur aset perbankan Sulawesi Utara pada triwulan III 2012 masih didominasi oleh aset bank
umum konvensional dengan pangsa mencapai 95,01% dari total aset perbankan. Lebih lanjut,
sebesar 67,56% merupakan aset bank pemerintah dan 27,45% merupakan aset bank swasta.
Sementara itu, pangsa bank umum syariah dan BPR konvensional masing-masing sebesar
1,84% dan 3,16%.
Apabila dilihat pertumbuhannya, aset BPR konvensional tumbuh melambat apabila
dibandingkan dengan periode sebelumnya maupun dengan periode yang sama tahun
sebelumnya. Pada September 2012 aset BPR konvensional tercatat tumbuh 46,54% (yoy) atau
lebih rendah dari periode sebelumnya yang tercatat sebesar 57,29% (yoy) maupun periode
yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 64,35%(yoy). Searah dengan BPR
konvensional, aset bank umum syariah juga mengalami perlambatan. Pada triwulan III 2012
aset bank umum syariah tercatat tumbuh 38,34%(yoy), atau lebih rendah dibandingkan
triwulan lalu yang tercatat sebesar 44,19% (yoy).
3.2.3.2.3.2.3.2. PERKEMBANGAN KANTOR BANKPERKEMBANGAN KANTOR BANKPERKEMBANGAN KANTOR BANKPERKEMBANGAN KANTOR BANK
Secara kelembagaan, perbankan Sulawesi Utara pada triwulan laporan terdiri dari 25 bank
umum konvensional, 3 bank umum syariah, dan 17 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Berdasarkan
jaringan kantornya, bank umum konvensional memiliki 255 kantor dan bank umum syariah
memiliki 13 kantor, sementara itu BPR terdiri dari 49 kantor. Seiring dengan meningkatnya
aktivitas ekonomi di Provinsi Sulawesi Utara, penambahan jaringan kantor terus berlanjut. Pada
triwulan III 2012 terjadi penambahan 3 kantor bank umum di Kota Manado dan 2 kantor bank
Grafik 3.1. Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. III-2012
Grafik 3.2. Perkembangan Pangsa Aset Perbankan
Sulawesi Utara Tw. III-20112 (%)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
93,5
94
94,5
95
95,5
96
96,5
97
97,5
98
-
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011 2012
Total Asset BPR Konvensional (left axis)Total Asset BU Syariah (left axis)Bank Umum Konvensional (right axis)
% %
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
43
umum di Minahasa. Hal ini mencerminkan peningkatan aktivitas ekonomi tidak hanya terjadi di
Kota Manado sebagai pusat pertumbuhan, namun juga sudah mulai tersebar ke wilayah lainnya
di Sulawesi Utara.
3.3.3.3.3.3.3.3. PERKEMBANGAN BANK UMUM KONVPERKEMBANGAN BANK UMUM KONVPERKEMBANGAN BANK UMUM KONVPERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONALENSIONALENSIONALENSIONAL
3.3.1.3.3.1.3.3.1.3.3.1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan MoneterRespon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan MoneterRespon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan MoneterRespon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 13 September 2012 memutuskan
untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%. Tingkat suku bunga tersebut dipandang masih
konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai dengan sasaran inflasi
tahun 2012 dan 2013, yaitu 4,5% ± 1%. Bank Indonesia memandang bahwa keseimbangan
eksternal sejauh ini menunjukkan defisit transaksi berjalan pada Triwulan III-2012 mengalami
perbaikan seperti yang diperkirakan sebelumnya. Namun demikian, Bank Indonesia tetap
mewaspadai tekanan terhadap transaksi berjalan terutama yang bersumber dari risiko
memburuknya prospek perekonomian global. Ke depan, Bank Indonesia terus mengevaluasi
dampak dari kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan sebelumnya dan apabila diperlukan akan
mengambil langkah-langkah kebijakan lanjutan. Bank Indonesia juga akan terus memperkuat
koordinasi dengan Pemerintah dalam mengelola permintaan domestik dan perbaikan neraca
pembayaran agar tetap sejalan dengan upaya menjaga kestabilan ekonomi makro dan
kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional.
Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga perbankan di Sulawesi Utara terus
berlanjut. Namun demikian, penyesuaian terhadap kenaikan suku bunga pinjaman di Sulawesi
Utara masih dalam kisaran yang relatif terbatas, ditandai oleh tren penurunan suku bunga
perbankan hingga akhir triwulan III-2012 dalam kisaran rendah. Berdasarkan data yang
bersumber dari Bank Indonesia, sampai dengan akhir September 2012, rata-rata tingkat suku
bunga kredit tercatat sebesar 13,27% atau sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 13,41%. Menurut jenis penggunaannya, rata-rata tingkat
suku bunga kredit modal kerja mencapai 12,91% per tahun, rata-rata kredit investasi sebesar
13,94% per tahun dan rata-rata kredit konsumsi sebesar 13,31% per tahun. Sementara itu,
rata-rata tingkat suku bunga deposito 1 bulan sampai dengan September 2012 tercatat sebesar
5,43%, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,71%.
Apabila dibandingkan dengan tingkat suku bunga nasional, suku bunga kredit di Provinsi
Sulawesi Utara masih berada pada level yang lebih tinggi. Pada September 2012 rata-rata suku
bunga kredit Nasional tercatat sebesar 10,87% per tahun1. Berdasarkan penggunaannya, rata-
1 Sumber : Bank Indonesia Kredit Bank Umum Konvensional, mata uang Rupiah dan Valas
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
44
rata tingkat suku bunga kredit modal kerja mencapai 9,84% per tahun, rata-rata kredit
investasi sebesar 9,57% per tahun dan rata-rata kredit konsumsi sebesar 13,70% per tahun.
3.3.2.3.3.2.3.3.2.3.3.2. Penyerapan Dana MasyarakatPenyerapan Dana MasyarakatPenyerapan Dana MasyarakatPenyerapan Dana Masyarakat
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan di wilayah Sulawesi Utara pada
triwulan III-2012 menunjukkan pertumbuhan sebesar 16,95% (yoy) menjadi Rp15.552 miliar.
Namun demikian, laju pertumbuhan DPK cenderung melambat dibandingkan dengan
pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar 19,66% (yoy) maupun
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat sebesar 21,95% (yoy).
Berdasarkan jenis simpanannya, perlambatan terjadi pada semua jenis simpanan, terutama
deposito yang tercatat hanya tumbuh 12,06% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan II
2012 yang tumbuh sebesar 21,4% (yoy) maupun pada triwulan III 2011 yang tercatat tumbuh
24,13% (yoy). Sementara itu tabungan dan giro masing-masing tumbuh 19,83% (yoy) dan
19,01% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat
masing-masing sebesar 22,39% (yoy) dan 21,78% (yoy).
Grafik 3.6. Share Dana Pihak Ketiga (DPK)
Grafik 3.5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Grafik 3.4. Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit
Menurut Jenis Penggunaan (%)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Grafik 3.3. Perkembangan Rata-Rata
Tingkat Suku Bunga Kredit, Deposito dan BI Rate (%)
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
45
Menurut pangsanya, penempatan dana dalam
sistem perbankan masih didominasi oleh jenis
simpanan tabungan sebesar 48,12% dari total
keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK), disusul
kemudian deposito (33,73%) dan giro
(18,15%).
Berdasarkan kelompok bank, bank pemerintah
menyerap 67,35% dari total DPK sedangkan
sisanya dihimpun oleh bank swasta (32,65%).
Berdasarkan laju pertumbuhannya, dana di
bank pemerintah tumbuh 20,24% (yoy) sedangkan dana di bank swasta tumbuh sebesar
10,69% (yoy).
Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga yang
dihimpun, sebesar 70,92% atau sebesar Rp11.029 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi
di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kota Kotamobagu (8,25%), Kota Bitung (6,76%),
Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud (5,78%), Kabupaten Minahasa (5,04%), Kota Tomohon
(1,18%), Kabupaten Minahasa Selatan (1,11%), Kabupaten Minahasa Utara (0,95%) .
Grafik 3.7. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Tabel 3.2. Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Kab. Kepulauan Sangihe 736 763 802 744 873 895 899
Kab. Minahasa Selatan 111 122 126 107 173 156 173
Kab. Minahasa Utara 140 123 117 94 109 136 148
Kota Menado 8.275 8.890 9.478 10.489 10.380 10.891 11.029
Kota Kotamobagu 1.011 1.047 1.054 962 1.117 1.249 1.282
Kota Bitung 775 834 887 965 1.017 1.061 1.052
Kota Tomohon 144 140 153 115 179 180 184
Total Total Total Total 11.79711.79711.79711.797 12.60112.60112.60112.601 13.29813.29813.29813.298 14.13814.13814.13814.138 14.57914.57914.57914.579 15.36715.36715.36715.367 15.55215.55215.55215.552
berkurangnya jumlah kredit yang tidak dicairkan oleh
nasabah.
� Pendapatan Bunga Bersih Pendapatan Bunga Bersih Pendapatan Bunga Bersih Pendapatan Bunga Bersih
Pendapatan Bunga Bersih merupakan salah satu
indikator penilaian terkait kemampuan bank
dalam menghasilkan laba. Berdasarkan neraca
konsolidasi bank umum, saldo bersih pendapatan
bunga setelah dikurangi biaya bunga atau yang
biasa disebut Pendapatan Bunga Bersih pada
triwulan laporan menunjukkan angka yang positif
sebesar Rp1.348 miliar, mengalami peningkatan
bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu
yang tercatat Rp1.182 miliar.
Grafik 3.22. Pendapatan Bunga Bersih Bank Umum (Rp Miliar)
Grafik 3.21. Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
52
� Rasio BOPORasio BOPORasio BOPORasio BOPO
Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.
Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien. Sampai dengan triwulan
laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan meningkat yang tercermin dari penurunan rasio
BOPO bank umum dari 81,82% pada triwulan yang sama tahun sebelumnya menjadi 68,02%
pada triwulan laporan. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat peningkatan efisiensi perbankan
dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
� Return on Asset (ROA)Return on Asset (ROA)Return on Asset (ROA)Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk
menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan III-2012, rasio ROA
bank umum tercatat sebesar 3,27%, meningkat bila dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar 2,03%.
3.53.53.53.5 PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAHPERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAHPERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAHPERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH
Pada triwulan III 2012 perbankan umum syariah di Sulawesi Utara mengalami perkembangan
yang cukup baik.Total aset bank umum syariah sampai dengan posisi September 2012 tumbuh
sebesar 38,34% (yoy), sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar 36,80% (yoy). Sementara
itu, DPK tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 47,69% (yoy) pada triwulan laporan.
Lebih tingginya laju pertumbuhan DPK dibandingkan dengan kredit menyebabkan Financing to
Deposit Ratio (FDR) turun dari 231,85 pada September 2011 menjadi 214,75 pada September
2012. Masih tingginya FDR mencerminkan bahwa bank umum syariah masih perlu
meningkatkan upaya menjaring Dana Pihak Ketiga di Sulawesi Utara.
Dengan sikap kehati-hatian yang cukup baik dari perbankan syariah di Sulawesi Utara, rasio
Non Performing Financing (NPF) masih berada dibawah batas ketentuan Bank Indonesia, yakni
sebesar 4,95% (<5%).
Grafik 3.24. Return On Asset Bank Umum
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Grafik 3.23. Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
53
3.63.63.63.6 PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYATPERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYATPERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYATPERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III-2012 menunjukkan pertumbuhan positif
meskipun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari
pertumbuhan aset, DPK dan kredit dan terjaganya risiko kredit. Aset BPR pada akhir triwulan III
2012 mengalami pertumbuhan sebesar 46,54% (yoy), menjadi Rp825,13 miliar. Pertumbuhan
aset BPR pada periode laporan terutama didorong oleh pertumbuhan kredit tercatat 36,16%
Tabel 3.3. Indikator Utama Perbankan Syariah di Sulawesi Utara (Rp miliar)
Tabel 3.4. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Utara (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
(yoy) atau mencapai Rp572,01 miliar. Secara sektoral, kredit terutama disalurkan pada sektor
lain-lain (konsumsi) dengan pangsa 81,90% dan sektor jasa-jasa dengan pangsa 33,15%.
Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar kredit yang disalurkan BPR merupakan kredit
konsumsi dengan pangsa mencapai 76% dari total kredit.
Sejalan dengan hal tersebut, DPK juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 30,54%(yoy)
dengan jumlah nominal sebesar Rp515,7 miliar. Berdasarkan komponen pembentuknya,
deposito masih mendominasi DPK BPR dengan pangsa 80,74%. Pertumbuhan DPK BPR jauh
lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan DPK bank umum. Hal ini diduga terkait
dengan masih relatif lebih menariknya suku bunga simpanan di BPR dibandingkan suku bunga
perbankan. Melihat kondisi tersebut, diperlukan perhatian lebih pada penataan ulang efisiensi
BPR, terutama bagaimana dapat menekan suku bunga pinjaman yang saat ini berada pada
tingkat yang cukup tinggi akibat tingginya suku bunga sumber dana pembiayaan BPR.
Fungsi intermediasi pada BPR menunjukkan pertumbuhan positif, tercermin dari rasio LDR yang
tercatat sebesar 110,92% pada triwulan III-2012. Namun demikian, kualitas kredit BPR harus
mendapatkan perhatian melihat tren kenaikan persentase kredit bermasalah (NPL gross) hingga
tercatat mencapai 5,44% pada triwulan III-2012, berada diatas ketentuan Bank Indonesia.
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH BAB IBAB IBAB IBAB IVVVV
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
57
PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAHKEUANGAN DAERAHKEUANGAN DAERAHKEUANGAN DAERAH
Dukungan fiskal daerah terhadap perekonomian khususnya yang berasal dari APBD Provinsi
pada tahun 2012 semakin baik. Hal ini sebagaimana tercermin dari peningkatan alokasi belanja,
khususnya belanja modal yang meningkat 57,23% dibandingkan alokasi pada tahun 2011.
Namun demikian, realisasi belanja, khususnya belanja modal pada triwulan III-2012 sebesar
31,6% mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (43,5%).
Sementara itu, dari sisi pendapatan daerah, pencapaian secara keseluruhan pada triwulan III-
2012 mencapai 82,1%, lebih tinggi dibandingkan realisasi pada triwulan yang sama tahun lalu
sebesar 76,4%.
4.1. Struktur Dana Perimbangan di Provinsi Sulawesi Utara4.1. Struktur Dana Perimbangan di Provinsi Sulawesi Utara4.1. Struktur Dana Perimbangan di Provinsi Sulawesi Utara4.1. Struktur Dana Perimbangan di Provinsi Sulawesi Utara
Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2012 mencapai
Rp7,43 triliun atau naik 3,87% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan
komitmen pemerintah pusat untuk meningkatkan kapasitas daerah serta mengurangi
kesenjangan pelayanan kepada publik.
Tabel 4.1. Perkembangan Transfer Dana Pusat Ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara
Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu
Kenaikan transfer dana dari pemerintah pusat terutama berasal dari dana perimbangan pada
komponen Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp983,37 miliar atau naik 19,81%. Berdasarkan
pangsanya, alokasi dana perimbangan di seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Utara pada APBD
Tahun 2012 sebagian besar berasal dari Dana Alokasi Umum dengan pangsa mencapai
85,05%. Selanjutnya diikuti oleh Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan pangsa sebesar 9,85%
dan Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak sebesar 5,10%. Berdasarkan alokasi dana perimbangan
di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun 2012, Provinsi Sulawesi Utara
mendapatkan alokasi terbesar yakni Rp889,07 miliar dengan pangsa 12,71%. Sementara,
(dlm jutaan rupiah)
Dana Perimbangan 4,375,802 5,282,510 5,462,060 5,997,653 6,992,563
Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 274,401 335,993 330,894 324,688 356,424
Dana Alokasi Umum (DAU) 3,427,845 4,059,322 4,431,419 4,963,779 5,947,146
Dana Alokasi Khusus (DAK) 673,556 887,196 699,748 709,185 688,993
Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus 280,370 393,844 221,120 1,152,757 434,367
Proporsi Sulut Proporsi Rata-rata seluruh Indonesia
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
59
Tabel 4.2. Kinerja APBD Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2012
(yoy). Hingga akhir triwulan III-2012 realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
telah mencapai Rp1,41 triliun (82,1%). Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan
dana yang cukup besar. Alokasi belanja Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,82 triliun
atau meningkat 40,07% dari tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja
ini tidak diikuti dengan peningkatan realisasinya. Pada triwulan III-2012 realisasi belanja
pemerintah tercatat hanya mencapai 50,9%, lebih rendah dibandingkan realisasi pada triwulan
III-2011 (51,9%).
4.2.1. 4.2.1. 4.2.1. 4.2.1. PenPenPenPendapatandapatandapatandapatan Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi
Realisasi pendapatan pemerintah provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III-2012 telah
melampaui pencapaian realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi
pendapatan daerah tercatat sebesar Rp1,41 triliun atau 82,1% dari target penerimaan APBD
tahun 2012. Berdasarkan komponennya (Tabel 4.3), realisasi PAD di triwulan III-2012 mencapai
sebesar Rp464,87 miliar atau 84,6% yang sebagian besar disumbang dari lain-lain Pendapatan
Asli Daerah yang sah (177%) diantaranya berupa penerimaan jasa giro dan penerimaan bunga
deposito milik pemerintah. Selain itu, retribusi daerah juga turut berkontribusi terhadap
peningkatan realisasi PAD dengan pencapaian yang telah melampaui target yang ditetapkan
sebesar 136,6%.
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Tabel 4.3. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2012
Tabel 4.4. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2012
4.2.4.2.4.2.4.2.2. 2. 2. 2. BelanjaBelanjaBelanjaBelanja Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi
Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan dana yang cukup besar. Alokasi belanja
Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,82 triliun atau meningkat 40,07% dari tahun
sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja ini tidak diikuti dengan peningkatan
realisasinya. Sampai dengan akhir triwulan III-2012 realisasi belanja tercatat sebesar 50,9% dari
total anggaran atau lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya
sebesar 51,9%.
Menurut komponen pembentuknya, belanja Provinsi terdiri atas belanja langsung dan tidak
langsung dengan pangsa masing-masing 42,9% dan 57,1%. Belanja tidak langsung didominasi
oleh belanja pegawai dengan pangsa 46,9% atau mencapai Rp486,75 miliar, sisanya
merupakan belanja hibah (29%), belanja bantuan sosial (3,4%), belanja bagi hasil (19,7%),
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah 516,085516,085516,085516,085 38.538.538.538.5 374,352374,352374,352374,352 72.572.572.572.5 549,355549,355549,355549,355 32.032.032.032.0 464,869464,869464,869464,869 84.684.684.684.6
Dana Perimbangan Dana Perimbangan Dana Perimbangan Dana Perimbangan 722,359722,359722,359722,359 53.953.953.953.9 578,679578,679578,679578,679 80.180.180.180.1 889,074889,074889,074889,074 51.851.851.851.8 741,522741,522741,522741,522 83.483.483.483.4
- Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil
Bukan Pajak (SDA)73,360 10 40,287 55 55,000 6.2 69,681 126.7
- Dana Alokasi Umum 619,711 85.8 516,426 83.3 790,534 88.9 658,779 83.3
- Dana Alokasi Khusus 29,288 4.1 21,966 75.0 43,540 4.9 13,062 30.0
Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain Pendapatan yang Sah 100,985100,985100,985100,985 7.57.57.57.5 70,84570,84570,84570,845 70.270.270.270.2 278,841278,841278,841278,841 16.216.216.216.2 203,229203,229203,229203,229 72.972.972.972.9
Belanja Tidak LangsungBelanja Tidak LangsungBelanja Tidak LangsungBelanja Tidak Langsung 715,513715,513715,513715,513 49.649.649.649.6 416,039416,039416,039416,039 58.158.158.158.1 1,038,7601,038,7601,038,7601,038,760 57.157.157.157.1 585,955585,955585,955585,955 56.456.456.456.4
belanja bantuan keuangan (0,1%), dan belanja tidak terduga (1%). Sementara itu belanja
langsung didominasi oleh belanja barang dan jasa dengan pangsa 47,9%, sisanya merupakan
belanja modal (45,1%) dan belanja pegawai (7%). Komposisi tersebut mengkonfirmasi data
pertumbuhan ekonomi Sulut yang terutama didorong oleh sektor konsumsi.
Berdasarkan tren historisnya, realisasi belanja
modal di triwulan III-2012 tercatat sebagai
pencapaian realisasi terendah (31,60%)
dibandingkan periode yang sama tahun 2009-
2011 sebagaimana ditunjukkan pada grafik 4.4.
Berbagai tantangan dan permasalahan yang
dihadapi sebagai penyebab tidak diserapnya
anggaran belanja modal akan dijelaskan pada isu
strategis Boks.1.
4.2.3. 4.2.3. 4.2.3. 4.2.3. PPPPangsa Realisasi APBD Terhadap PDRB angsa Realisasi APBD Terhadap PDRB angsa Realisasi APBD Terhadap PDRB angsa Realisasi APBD Terhadap PDRB
Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos
belanja dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua)
kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi
permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan
belanja modal diperoleh hasil bahwa realisasi
konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar
6,87% terhadap PDRB harga berlaku Provinsi
Sulawesi Utara di triwulan III-2012, sedangkan
realisasi belanja modal hanya memiliki pangsa
sebesar 0,94%. Tingginya pangsa konsumsi
pemerintah tercermin dari kinerja konsumsi
dalam struktur perekonomian Sulawesi Utara
yang berkontribusi besar dalam PDRB.
51.10
36.27
43.48
31.60
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
2009-Q3 2010-Q3 2011-Q3 2012-Q3
Belanja Modal (Rp.miliar)-Left axis
% realisasi - Right axis
Grafik 4.4. Perkembangan Realisasi Belanja Modal Triwulan III Tahun
2009-2012
62
BOKS 1BOKS 1BOKS 1BOKS 1. PERAN BELANJA MODAL PERAN BELANJA MODAL PERAN BELANJA MODAL PERAN BELANJA MODAL DAERAH DALAM MENDORODAERAH DALAM MENDORODAERAH DALAM MENDORODAERAH DALAM MENDORONG AKSELERASING AKSELERASING AKSELERASING AKSELERASI
PEMBANGUNAN INFRASTRPEMBANGUNAN INFRASTRPEMBANGUNAN INFRASTRPEMBANGUNAN INFRASTRUKTURUKTURUKTURUKTUR
Secara umum, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah terbagi atas anggaran
pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan. Anggaran pendapatan bersumber dari
pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Di sisi lain, anggaran belanja menunjukkan pengeluaran yang dikeluarkan untuk membiayai
kegiatan Pemda sekaligus merupakan stimulus kegiatan ekonomi di daerah. Secara garis besar,
kegiatan belanja dapat dibagi menjadi belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja
bunga, belanja subisidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, dan belanja lain-lain.
Belanja modal merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan
modal yang sifatnya menambah aset tetap atau inventaris yang memberikan manfaat lebih dari
satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan
yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan
kualitas aset. Belanja modal meliputi belanja tanah, belanja gedung & bangunan, belanja
peralatan & mesin, belanja jalan, irigasi, & jaringan, serta belanja fisik lainnya. Dari rincian
tersebut nampak bahwa belanja modal erat kaitannya dengan pembangunan infrastruktur yang
menunjang peningkatan kapasitas perekonomian suatu daerah.
Pertumbuhan (growth) belanja modal di wilayah Sulawesi Utara selama 4 tahun terakhir
menunjukkan fluktuasi. Pada tahun 2010 misalnya, pertumbuhan belanja modal tercatat
mengalami pertumbuhan negatif, hal ini disebabkan realisasi anggaran belanja modal lebih
sedikit dibandingkan tahun sebelumnya, sehingga mengalami perlambatan.
18.47%
45.95%
-11.90%
9.13%
-20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50%
2008
2009
2010
2011
Grafik 1. Perkembangan Belanja Modal APBD Provinsi Sulawesi Utara
wilayah Sulawesi Utara, realisasi belanja modal dibandingkan PDRBnya pada tahun 2008
tercatat sebesar 0,99% dan pada tahun 2011 tercatat sebesar 1,18%, namun sempat
mengalami penurunan pada tahun 2010. Dari data tersebut terlihat bahwa proporsi belanja
modal terhadap PDRB masih relatif kecil dan dengan tendensi yang berfluktuatif setiap
tahunnya menyesuaikan dengan agenda pemerintah khususnya dalam rangka pengembangan
infrastruktur. Sebagai contoh di tahun 2009 dimana terdapat perhelatan berskala internasional,
World Ocean Conference (WOC) dan CTI Summit, proporsi belanja modal meningkat cukup
tajam menjadi 1,41% yang alokasinya lebih banyak digunakan untuk pembangunan
infrastruktur pendukung untuk menyukseskan event dimaksud.
Sejalan dengan analisa diatas,
untuk mengetahui alokasi belanja
modalnya, dapat dilihat dari rasio Belanja
Modal (BM) terhadap Total Belanja
Daerah (TBD). Dari hasil analisa terlihat
bahwa rasio BM/TBD untuk Sulawesi
Utara juga mengalami penurunan
selama kurun waktu 2008-2011 dari
26,38% pada tahun 2008 menjadi
21,74% pada tahun 2011. Sampai
dengan semester III-2012 pun terlihat bahwa rasio Belanja Modal (BM) terhadap Total Belanja
Daerah (TBD) masih sekitar 12,01%. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum di Sulawesi
Utara, proporsi belanja modal semakin menurun.
0.99%
1.41%
0.89%
1.18%
0.00% 0.50% 1.00% 1.50%
2008
2009
2010
2011
Grafik 2. Perbandingan Belanja Modal Terhadap PDRB Harga Berlaku
Sumber: Biro Keuangan & BPS Sulut, diolah
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulut, diolah
Grafik 3. Perbandingan Belanja Modal Terhadap Total Belanja
26.38%
25.85%
22.00%
21.74%
12.01%
0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00%
2008
2009
2010
2011
2012*)
64
Proyek-proyek pemerintah
daerah yang dibiayai oleh APBD
terutama terkait dengan belanja modal
pengadaan konstruksi jalan, konstruksi
jembatan, jaringan air, instalasi listrik
dan telepon, serta bangunan. Dalam
kurun waktu 4 tahun terakhir, terlihat
bahwa sebagian besar anggaran belanja
modal di Sulawesi Utara digunakan
untuk membiayai pengadaan konstruksi
jalan. Hal ini sejalan dengan upaya membuka akses transportasi di Sulawesi Utara yang masih
menjadi prioritas penting untuk meningkatkan aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat
termasuk mendukung distribusi barang maupun jasa.
Perkembangan realisasi belanja
modal pada semester III-2012 terhadap
total anggaran belanja modal tahun
2012 di Sulawesi Utara baru mencapai
31,60%, atau mencapai titik
terendahnya di periode yang sama
sepanjang 2009-2012. Selanjutnya, dari
hasil liaison kepada Badan Keuangan
Daerah Provinsi diperoleh informasi
bahwa sebagian besar proyek prioritas
di daerah telah dibiayai dari belanja
modal. Namun demikian masih terdapat
beberapa pembangunan fisik yang tidak dibiayai belanja modal yaitu proyek fisik yang akan
menjadi aset pemerintah kabupaten/kota. Proyek tersebut dibiayai dari komponen belanja hibah
meskipun proyek tersebut merupakan proyek pembangunan fisik.
51,10
36,27
43,48
31,60
-
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
2009-Q3 2010-Q3 2011-Q3 2012-Q3
Belanja Modal (Rp.miliar)-Left axis
% realisasi - Right axis
Grafik 4. Realisasi Pembiayaan Proyek Pemerintah
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulut, diolah
Grafik 5. Perkembangan Realisasi Belanja Modal Triwulan III Tahun
2009-2012
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulut, diolah
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
Belanja modal pengadaankonstruksi jalan
Belanja modal pengadaankonstruksi jembatan
Belanja modal pengadaanjaringan air
Belanja modal instalasilistrik dan telepon
Belanja modalkonstruksi/bangunan
2008 2009 2010 2011
65
Tantangan dan permasalahan yang dihadapi sebagai penyebab tidak diserapnya
anggaran belanja modal secara optimal dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1) Perencanaan
Kelemahan perencanaan yang dilakukan pada tengah tahun anggaran, menyebabkan
realisasi APBD khususnya belanja modal untuk tahun anggaran selanjutnya menjadi tidak
optimal.
2) Birokrasi/ketentuan
a. Sulitnya tender terhadap barang-barang modal menyebabkan proses pengadaan berjalan
lambat, sehingga seringkali realisasi baru dilakukan pada periode selanjutnya.
b. Lambatnya proses pengesahan dokumen pelaksanaan anggaran dan pencairan anggaran
belanja modal.
3) Teknis
a. Kurangnya kompetensi SDM Pemda yang memiliki keahlian dalam proses pengadaan
barang.
b. Kendala teknis di lapangan seperti cuaca dan tenaga kerja terkadang memperlambat
proses penyelesaian proyek pemerintah daerah.
Permasalahan-permasalahan di atas menyebabkan penyerapan anggaran sangat kecil
pada triwulan I dan II sehingga harus dilaksanakan pada triwulan berikutnya (carry over).
Keterlambatan pencairan ini menyebabkan penumpukan realisasi pada triwulan IV relatif besar.
Hal ini berpotensi terjadi peningkatan uang beredar yang sangat besar di akhir tahun.
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN BAB VBAB VBAB VBAB V
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
69
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Sistem pembayaran adalah sistem yang berkaitan dengan kegiatan pemindahan dana dari satu
pihak kepada pihak lain yang melibatkan berbagai komponen sistem pembayaran. Kegiatan ini
dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran tunai, kliring, maupun Real Time Gross
Settlement (RTGS). Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional baik tunai
maupun non tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-undang Republik Indonesia No.6
tahun 2009. Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang
kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu
dan dalam kondisi layak edar (clean money policy). Sementara itu kebijakan di bidang instrumen
pembayaran non tunai tetap diarahkan untuk menyediakan sistem pembayaran yang efektif,
efisien, aman dan handal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Sebagai
representasi Bank Indonesia di daerah, fungsi mengatur kelancaran sistem pembayaran baik
tunai maupun non tunai di Sulawesi Utara dijalankan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Utara.
Pada triwulan III-2012, nilai transaksi sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai (kliring)
di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan. Perkembangan aliran uang kartal di Sulawesi
Utara pada triwulan III-2012 tercatat mengalami net outflow. Hal yang sama juga terjadi pada
sistem pembayaran non-tunai melalui kliring dan Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement
(BI-RTGS) pada triwulan laporan yang mengalami peningkatan secara nominal. Kondisi ini
mengindikasikan bahwa kebutuhan masyarakat akan uang tunai untuk transaksi pada triwulan
III-2012 mengalami peningkatan yang bertepatan dengan pola musiman Hari Raya Idul Fitri
yang jatuh pada periode laporan.
5.1.5.1.5.1.5.1. Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Transaksi Pembayaran TunaiTransaksi Pembayaran TunaiTransaksi Pembayaran TunaiTransaksi Pembayaran Tunai
5.1.1.5.1.1.5.1.1.5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Perkembangan Aliran Uang Kartal (Perkembangan Aliran Uang Kartal (Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/OutflowInflow/OutflowInflow/OutflowInflow/Outflow))))
Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan III-2012 di wilayah kerja Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan terjadinya net outlow. Pada triwulan
laporan, aliran uang keluar (outflow) tercatat lebih besar daripada aliran uang masuk (inflow)
sehingga secara keseluruhan mengalami net outflow sebesar Rp11 miliar. Dilihat dari data
historisnya, aliran uang di wilayah Sulawesi Utara secara umum memiliki pola, dimana pada saat
bertepatan dengan moment/perayaan hari raya keagamaan, aliran uang kartal selalu
mengalami siklus net outflow.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
70
Secara nominal, pada triwulan laporan jumlah uang kartal yang keluar (outflow) ke Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp836,53 miliar, relatif
mengalami penurunan sebesar 15,50% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy).
Sementara itu, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Utara tercatat Rp846,08 miliar atau turun 31,79% (yoy).
Apabila dilihat secara bulanan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
mengalami baik net outflow maupun net inflow selama triwulan III-2012. Net outflow terjadi
pada Juli dan Agustus 2012 masing-masing secara berturut-turut sebesar Rp49,41 miliar dan
Rp97,73miliar. Besarnya net outflow pada Juli dan Agustus 2012 bertepatan dengan moment
bulan puasa dan Idul Fitri. Selanjutnya pada September 2012 (pasca hari raya Idul Fitri) aliran
kas mulai mengalami net inflow sebesar Rp136,70 miliar.
Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
5.1.2.5.1.2.5.1.2.5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak EdarPenyediaan Uang Kartal Layak EdarPenyediaan Uang Kartal Layak EdarPenyediaan Uang Kartal Layak Edar
Dalam melaksanakan strategi clean money policy, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Utara melaksanakan kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar dengan
melakukan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang telah
lusuh/rusak. Proses pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan
yang ketat terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan. Hal tersebut dilakukan
untuk menjamin ketersediaan uang layak edar di masyarakat.
Selama triwulan III-2012, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 2,96%, lebih
rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 37,98%. Secara
nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan adalah sebesar
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Kondisi aliran kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan III-2012 menunjukkan posisi net
inflow sebesar Rp121 miliar. Pada triwulan laporan jumlah kas titipan yang masuk (inflow) di
Gorontalo tercatat Rp947 miliar, sedangkan jumlah kas keluar (outflow) tercatat Rp825 miliar.
Grafik 5.4. Netflow Kas Titipan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara di Tahuna (Rp. Miliar)
Selain di Provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna, Kabupaten Kepulauan
Sangihe. Pada triwulan III-2012, kas titipan di Tahuna juga mengalami net outflow sebesar
Rp14 miliar, dengan jumlah kas titipan yang keluar (outflow) sebesar Rp71 miliar, lebih tinggi
dibandingkan jumlah kas masuk (inflow) Rp57 miliar.
5.1.4.5.1.4.5.1.4.5.1.4. Penemuan Uang PalsuPenemuan Uang PalsuPenemuan Uang PalsuPenemuan Uang Palsu
Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Utara pada triwulan III-2012 menunjukkan penurunan dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara tercatat sebanyak 59 lembar atau secara
nominal tercatat sebesar Rp4,43 juta, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar 126 lembar atau secara nominal sebesar Rp9,25 juta. Secara
historis, pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan selama dua tahun terakhir adalah
uang kertas pecahan Rp100,000 dan Rp50,000 atau sekitar 60% dari seluruh pecahan uang
palsu yang ditemukan.
Terjadinya peningkatan temuan uang palsu merupakan dorongan bagi Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Sulawesi Utara terus berupaya menekan perkembangan peredaran uang
palsu, diantaranya melalui sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan
masyarakat. Kegiatan sosialisasi tidak hanya dilakukan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
73
Provinsi Sulawesi Utara, kalangan perbankan, di instansi-instansi pemerintah daerah, akademisi
dan sekolah-sekolah namun juga dilakukan di pusat perbelanjaan dan sentra perekonomian di
kota Manado. Hal tersebut dilakukan mengingat pusat perbelanjaan juga sangat rentan
terhadap kegiatan peredaran uang palsu karena tingginya tingkat perputaran uang yang
digunakan untuk melakukan transaksi. Selain itu, secara represif pihak Bank Indonesia juga
menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Utara dalam upaya penanganan
proses hukum. Peran serta aktif masyarakat bersama dengan pihak kepolisian diperlukan untuk
dapat membongkar sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara.
Tabel 5.1. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah
5.2.5.2.5.2.5.2. Perkembangan Alat Pembayaran NonPerkembangan Alat Pembayaran NonPerkembangan Alat Pembayaran NonPerkembangan Alat Pembayaran Non----TunaiTunaiTunaiTunai
Berkembangnya perekonomian domestik telah berdampak terhadap peningkatan kebutuhan
masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi. Berdasarkan latar
belakang tersebut, Bank Indonesia secara terus menurus melakukan penyempurnaan dan
pengembangan terhadap sistem yang telah ada, termasuk diantaranya melalui
penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).
5.2.1.5.2.1.5.2.1.5.2.1. Perkembangan Kliring (Tunai)Perkembangan Kliring (Tunai)Perkembangan Kliring (Tunai)Perkembangan Kliring (Tunai)
Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama triwulan III-2012 mengalami
peningkatan, jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak 93.738 lembar dengan nilai Rp2.350
miliar atau meningkat baik secara volume dan nominalnya masing-masing sebesar 2,46% (yoy)
dan 8,14% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan
rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan, selama periode laporan tercatat sebanyak
1.538 lembar warkat dengan nilai sebesar Rp38,64 miliar atau tumbuh sebesar 8,69% (yoy).
Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring tersebut semakin menegaskan bahwa
perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif yang berkelanjutan.
Rata-rata perputaran kliring per hari Rata-rata perputaran kliring per hari Rata-rata perputaran kliring per hari Rata-rata perputaran kliring per hari
a. Lembar 1,310 1,418 1,501 1,434 1,367 1,510 1,538
Kabupaten/KotaKabupaten/KotaKabupaten/KotaKabupaten/Kota Agustus
2011
Agustus
2012
Agustus 2011 Agustus 2012
Sikap optimisme masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja tercermin dari indeks
ketersediaan lapangan kerja hasil Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov.
Sulut yang masih berada diatas level optimis. Pada akhir triwulan III-2012, angka indeks
ketersediaan lapangan kerja tercatat sebesar 150, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya tercatat sebesar 144,83.
Sejalan dengan survei konsumen, hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Prov. Sulut ke sejumlah perusahaan di Sulut pada berbagai sektor, diperoleh informasi
bahwa perusahaan tidak akan melakukan pengurangan tenaga kerja pada tahun 2012.
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
82
Grafik 6.5. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 6.4. Perkembangan Indeks Penghasilan, Ekspektasi Penghasilan &
Pembelian Barang Tahan Lama
Sumber: Survei Konsumen (SK) KPwBI Provinsi Sulawesi Utara
6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
Tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara
pada triwulan III tahun 2012 menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan. Hal ini
tercermin dari indeks penghasilan saat ini dan
pembelian barang tahan lama hasil Survei
Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Prov. Sulut yang berada pada level optimis yakni
masing-masing tercatat sebesar 172 dan 165,5,
meningkat dibandingkan dengan triwulan lalu
yang masing-masing tercatat sebesar 125 dan
144,5.
Apabila ditinjau kondisi kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor ekonomi
dominan Sulawesi Utara sekaligus sebagai sektor penyerap tenaga kerja terbesar dapat dilihat
bahwa kesejahteraan petani berada diatas batas minimum sejahtera. Hal ini juga tercermin dari
pertumbuhan NTP yang merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani
terhadap indeks harga yang dibayar oleh petani untuk keperluan konsumsi rumah tangga dan
biaya produksi.
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
83
Tabel 6.6. Komponen Indeks Dibayar Petani (IB)
Grafik 6.6. Perkembangan Indeks Yang Diterima dan Dibayar Petani
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Rata-Rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan III-2012 sebesar 100,63,
sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 101,3. Kedua
komponen, baik Indeks yang Diterima Petani (IT) maupun Indeks yang Dibayar Petani (IB)
mengalami peningkatan, namun karena kenaikan IB lebih besar dibandingkan kenaikan IT,
maka terjadi penurunan rata-rata NTP pada triwulan III-2012. Adapun kenaikan IB terutama
datang dari naiknya harga bahan makanan dan makanan jadi (untuk kelompok konsumsi
rumah tangga), serta harga penambahan barang modal dan obat-obatan serta pupuk (untuk
kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal).
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3
Indeks Diterima Petani 134,69 135,72 135,70 135,81 136,59 1,41% 0,57%
Konsumsi Rumah TanggaKonsumsi Rumah TanggaKonsumsi Rumah TanggaKonsumsi Rumah Tangga 134,30134,30134,30134,30 134,60134,60134,60134,60 136,81136,81136,81136,81 139,27139,27139,27139,27 141,40141,40141,40141,40 5,29%5,29%5,29%5,29% 1,53%1,53%1,53%1,53%
Bahan Makanan 147,92 147,96 151,08 154,96 158,26 6,99% 2,13%
Makanan Jadi 133,46 133,93 135,89 138,26 140,92 5,59% 1,93%
7.7.7.7.1. 1. 1. 1. Prospek Ekonomi MakroProspek Ekonomi MakroProspek Ekonomi MakroProspek Ekonomi Makro
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan IV 2012 diperkirakan tumbuh pada kisaran
8,13% - 8,53% (yoy). Sumber laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan IV-
2012 antara lain didorong oleh peningkatan belanja pemerintah menjelang akhir tahun
anggaran, berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan (Idul Adha, Santa Claus’s Day dan
Hari Natal) serta Tahun Baru 2012. Selain itu, peningkatan penyelenggaraan event skala
internasional dan nasional yang terus berlanjut dirasakan mampu menopang pertumbuhan
ekonomi Sulut. Namun demikian, kondisi cuaca yang tidak kondusif dimana musim penghujan
relatif tinggi diprediksikan akan terus berlangsung pada akhir tahun dapat berpotensi
menganggu kinerja perekonomian khususnya pada sektor pertanian.
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
yang dilakukan secara triwulanan oleh
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Utara menunjukkan adanya
penurunan ekspektasi pelaku usaha
terhadap dunia usaha yang ditandai
dengan turunnya indikator ekspektasi
kegiatan usaha pada triwulan IV-2012
dengan persentase Saldo Bersih Tertimbang
(SBT) sebesar 7,23%, lebih rendah dari
realisasi kegiatan kegiatan usaha pada
triwulan IV-2012 dengan SBT sebesar 20,84%. Jika dilihat lebih dalam berdasarkan sektornya,
sektor pertanian diperkirakan akan mengalami penurunan yang cukup tajam, tercermin dari
nilai SBT yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar -0,94%. Sementara ekspektasi kegiatan
usaha sektor PHR diperkirakan tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Sulut
pada triwulan laporan.
Dari sisi permintaan, konsumsi swasta khususnya konsumsi rumah tangga diperkirakan
mengalami peningkatan terkait dengan perayaan Idul Adha yang jatuh pada tanggal 26
Oktober, Santa Claus’s Day 5 Desember 2012, Natal dan tahun baru. Tingginya aktivitas belanja
masyarakat pada triwulan laporan tercermin hasil Survei Konsumen KPw BI Provinsi Sulut pada
Oktober 2012 yang menunjukkan adanya peningkatan optimisme masyarakat terhadap kondisi
perekonomian Sulawesi Utara. Indeks Keyakinan Konsumen mengalami kenaikan dari 151 pada
PROSPEK PEREKONOMIAN
90
Sumber: Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: Pelaku Usaha, diolah
September 2012 menjadi 159,75 pada Oktober 2012. Peningkatan Indeks Keyakinan
Konsumen diikuti oleh tren peningkatan pada seluruh komponen penyusunnya, yakni indeks
penghasilan saat ini (173,50) dan indeks ketersediaan lapangan kerja (174) dan indeks
pembelian barang tahan lama (121,5) sebagaimana ditunjukkan pada grafik 7.2. Peningkatan
indeks pembelian barang tahan lama tercermin dari meningkatkan perkiraan penjualan
kendaraan bermotor seperti digambarkan pada Tabel 7.1. Hal yang sama juga ditunjukkan pada
indeks ekspektasi masyarakat terhadap kondisi perekonomian kedepan yang juga menunjukkan
adanya tren peningkatan sebagaimana terlihat pada grafik 7.3.
Selanjutnya kinerja investasi memasuki triwulan IV-2012 juga diperkirakan mengalami
peningkatan seiring dengan semakin meningkatnya realisasi proyek fisik baik pemerintah
maupun swasta memasuki akhir tahun anggaran. Salah satu indikator yang dapat menunjukkan
kinerja investasi adalah hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang memperlihatkan perkembangan
indeks penjualan bahan konstruksi sebesar 18,97% (yoy) dari 158,37 pada Oktober 2012
menjadi 188,43 pada Oktober 2012. Sejalan dengan hasil survei, penjualan semen di Sulawesi
Utara pada triwulan IV-2012 diproyeksikan juga mengalami tren peningkatan, hal ini tercermin
dari kenaikan penjualan sebesar 21,73% (yoy) dari 44,98 ribu ton pada Oktober 2011 menjadi
53,27 ribu ton pada Oktober 2012.
Grafik 7.3. Indeks Ekspektasi Konsumen
Grafik 7.2. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
60
80
100
120
140
160
180
200
Jan
Feb
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Sep
Oct
No
v
De
c
Jan
Feb
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
e
July
Au
g
Sep
Oct
2011 2012
Penghasilan Saat Ini Pembelian Barang Tahan Lama
Ketersediaan Lap. Kerja Kondisi Ekonomi Saat Ini
JanJanJanJan FebFebFebFeb MarMarMarMar AprAprAprApr Mei Mei Mei Mei JunJunJunJun JulJulJulJul AugAugAugAug Sept Sept Sept Sept OktOktOktOkt NovNovNovNov DesDesDesDes
Tabel 7.1. Perkembangan Penjualan Kendaraan Bermotor di Provinsi Sulawesi Utara (dalam unit)
PROSPEK PEREKONOMIAN
91
Ket: *) Proyeksi KPw Provinsi Sulut Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 7.2. Perkembangan Investasi Penanaman Modal Asing (PMA) Tahun 2012
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Prov. Sulut
Selain itu, berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Provinsi Sulawesi
Utara, terdapat 4 (tiga) rencana investasi yang masuk pada triwulan III-2012 yang diperkirakan
akan terealisasi pada triwulan IV-2012 diantaranya untuk sektor Industri pengolahan minyak
kelapa sawit dan pengolahan ikan.
Sementara itu, kinerja ekspor Sulut pada triwulan IV-2012 diperkirakan akan mengalami
peningkatan. Hal ini salah satunya diindikasikan dari data arus masuk dan keluar barang di
pelabuhan Bitung yang mencatat pertumbuhan positif pada ekspor dan perlambatan yang
terjadi pada impor.
Grafik 7.4. Indeks Bahan Konstruksi
Grafik 7.5. Perkembangan Penjualan Semen
Rencana
Investasi
Realisasi
Investasi
( US$ ) ( US$ ) WNI WNA
1
PT. Global
International
Indah
Perkebunan kelapa
sawit, industri minyak
makan kelapa sawit
serta hasil pengolahan
kelapa sawit lainnya.
11.106.482 - 1.12 - Singapura Bolmong
2
PT.
International
Alliance Food
Indonesia
Industri pengolahan dan
pengawetan ikan dan
biota air (bukan udang)
dalam kaleng serta
biota air lainnya.
5.000.000 - 400 - Philipina Bitung
3
PT. Anugerah
Sulawesi
Indah
Perkebunan kelapa
sawit, industri minyak
makan kelapa sawit
serta hasil pengolahan
kelapa sawit lainnya
21.074.654 - 1.45 - Singapura Bolmong
4
PT. Bolmong
Indah
Perkasa
Perkebunan kelapa
sawit, industri minyak
makan kelapa sawit
serta hasil pengolahan
kelapa sawit lainnya
20.738.921 - 1.71 - Singapura Bolmong
JUMLAH 92.727.119 - 7.988 -
No.Nama
PerusahaanBidang Usaha
Tenaga Kerja Asal
Negara Ket.
PROSPEK PEREKONOMIAN
92
Tabel 7.3. Perkiraan Arus Barang di Pelabuhan Bitung
Sumber: PT. Pelindo (Persero) Bitung
Dari sisi penawaran, sektor PHR diperkirakan masih menjadi sektor yang memberikan kontribusi
terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Sulut triwulan IV 2012 sejalan dengan hasil tracking
perkembangan beberapa indikator yang menunjukkan adanya peningkatan aktivitas
perdagangan dan juga maraknya event yang berlangsung selama Oktober 2012. Peningkatan
kinerja sektoral juga terjadi pada sektor bangunan sebagai dorongan peningkatan realisasi
belanja fisik pemerintah yang memasuki akhir tahun anggaran. Sementara itu, kinerja sektor
pertanian pada triwulan laporan diperkirakan masih masih tetap tumbuh positif, yang ditandai
dengan peningkatan hasil produksi padi. Namun perlu diwaspadai adanya perubahan cuaca
yang berpotensi menggangu hasil produksi pertanian di akhir tahun.
Sektor Perdagangan, Hotel dan ResSektor Perdagangan, Hotel dan ResSektor Perdagangan, Hotel dan ResSektor Perdagangan, Hotel dan Restorantorantorantoran (PHR)(PHR)(PHR)(PHR)
Tren perkembangan indikator pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada
triwulan IV-2012 diperkirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya
(Juli-September 2012). Peningkatan ini terutama didorong oleh faktor musiman perayaan
keagamaan (Idul Adha dan hari Natal) dan Tahun Baru.
� Tingginya aktivitas belanja masyarakat pada Oktober 2012 tercermin hasil Survei
Konsumen KPw BI Provinsi Sulut yang menunjukkan adanya peningkatan optimisme
masyarakat terhadap kondisi perekonomian Sulawesi Utara. Indeks Keyakinan Konsumen
mengalami kenaikan dari 151 pada September 2012 menjadi 159,75 pada Oktober 2012.
Peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen diikuti oleh tren peningkatan pada seluruh
komponen penyusunnya, yakni indeks penghasilan saat ini (173,50) dan indeks
ketersediaan lapangan kerja (174) dan indeks pembelian barang tahan lama (121,5)
Fungsi intermediasi perbankan pada triwulan IV 2012 diperkirakan akan terus meningkat dalam
mendukung pembiayaan perekonomian Sulut disertai dengan stabilitas perbankan yang terjaga.
Geliat pertumbuhan industi perbankan tercermin dari semakin bertambahnya jumlah
infrastruktur perbankan di Sulut.
Dari sisi kredit, hasil rekapitulasi Rencana Bisnis Bank (RBB) 2012 menunjukkan optimisme
perbankan Sulawesi Utara untuk terus meningkatkan pertumbuhan penyaluran kreditnya pada
kisaran 36% (yoy). Untuk mencapai target tersebut, perbankan akan lebih fokus pada usaha-
usaha yang merupakan potensi daerah dan melakukan peningkatan pelayanan serta perbaikan
infrastruktur kredit. Berdasarkan jenis usahanya, estimasi pertumbuhan baki debit kredit
terutama terjadi pada kredit menengah yang diperkirakan tumbuh pada kisaran 45% (yoy).
Selanjutnya diikuti oleh pertumbuhan baki debit kredit kecil dan mikro yang diperkirakan
tumbuh masing-masing sebesar 37% (yoy) dan 26% (yoy).
PROSPEK PEREKONOMIAN
99
Dari sisi penghimpunan dana, pertumbuhan yang ditargetkan perbankan di Sulawesi Utara
mencapai sekitar 41% (yoy). Tingginya target pertumbuhan ini dapat dicapai dengan
menerapkan berbagai upaya diantaranya mempertahankan nasabah yang telah ada dan
menjaring nasabah baru melalui penambahan jumlah karyawan, kantor cabang dan fitur-fitur
dalam mengoptimalkan kemudahan bertransaksi.
Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar
5,75% pada triwulan III 2012 diperkirakan memberikan dampak pada penambahan kapasitas
perekonomian Provinsi Sulawesi Utara melalui transmisi suku bunga perbankan yang pada
tahap selanjutnya akan memberikan dampak pada membaiknya fungsi intermediasi perbankan.
Hal ini ditandai oleh tren penurunan suku bunga kredit di perbankan Sulut. Selain itu,
berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Provinsi Sulawesi Utara pada periode
laporan menunjukkan tidak ada perubahan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) perkiraan suku bunga
triwulan IV 2012 yang mencerminkan bahwa perbankan tidak memiliki wacana untuk
menaikkan suku bunga perbankan pada triwulan mendatang.
Halaman ini sengaja dikosongkan
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
101
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu
mtm month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. qtq quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan
sebelumnya. yoy year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.
Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.
Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.
Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
Administered Price
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.
M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral
M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).
Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat di bank sentral.
Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.
Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat di bank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.
NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
102
NPLs Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.
Restrukturisasi kredit
Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.
UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.
UYD
Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartal yang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.
Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.
Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.
Netflow Selisih antara outflow dan inflow. PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik
uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.