-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Ilmu ekonomi adalah sebuah studi mengenai bagaimana manusia akan
memilih
penggunaan sumber daya yang langkah untuk berproduksi, melakukan
penukaran dan
mengkonsumsi barang dan jasa, dalam usaha memenuhi keinginan
yang tidak
terbatas. Ekonomi makro mempelajari kegiatan ekonomi secara
keseluruhan
(agregatif). Makro berarti besar, Jelas ekonomi makro memiliki
cara kerja dan tingkat
analisis yang berbeda dengan ekonomi mikro. Ekonomi makro dapat
di jelaskan
sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang khusus membahas tentang
gejala - gejala
ekonomi di suatu Negara pada suatu kesatuan/keseluruhan kegiatan
perekonomian.
Teori ekonomi mikro tidak lagi memperhatikan pada kegiatan
ekonomi yang
oleh bagian-bagian dalam suatu perekonomian, melainkan melihat
kegiatan tersebut
sebagai suatu kesatuan kegiatan yang yang saling pengaruh
mempengaruhi. Ekonomi
makro mempelajari kegiatan Ekonomi yang bersifat agregatif. Jika
ekonomi mikro
mengkaji perilaku kamu sebagai pembeli, maka ekonomi makro akan
melakukan
kajian secara keseluruhan terhadap pembeli yang termasuk dalam
lingkupan umur
kamu, misalnya perilaku konsumsi remaja sekolah.
Tradisi teori ekonomi makro bersumber dari Keynes. Tradisi
kajian ini timbul
sebagai reaksi-reaksi terhadap kegagalan tradisi ekonomi Adam
Smith dalam
menjelaskan timbunya resesi, pengangguran, kemiskinan, dan
masalah kegagalan
proses pembangunan ekonomi. Dalam tradisi ini, kedudukan
negara/pemerintah
sebagai regulator perekonomian justru ditonjolkan. Kajian
ekonomi saat ini trerutama
dilakukan pada tingkat negara dan juga sangat didominasi oleh
kebijkan yang dibuat
Negara. Sehingga melaului cara ini sering terjadi kekeiruan
penafsiran bahwa teori
makro ekonomi adalah kajian tentang ekonomi Negara - negara.
Jelas pandangan ini
keliru, negara/pemerintah hanyalah salah satu aktor ekonomi yang
memang cukup
penting kedudukannya dalam menghasilkan regulasi untuk mengatasi
masalah dan
beban social akibat perubahan ekonimi. Oleh karena itu, dalam
hal ini penulisan akan
membahas tentang pendahuluan ekonomi makro menengah yang
mencakup tentang
alasan mengapa perlunya kita mempelajari ekonomi makro,
pengukuran aktivitas
ekonomi, Konsumsi dan Investasi.
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 2
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat ditarik
beberapa rumusan
masalah yang akan dibahas yaitu adalah apa yang menjadi alasan
pentingnya kita
mempelajari ekonomi makro, apa-apa sajakah perhitungan yang akan
di gunakan
dalam pengukuran aktivitas ekonomi, dan Teori Konsumsi dan
Investasi serta
perhitungannya.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui sejauh
mana
pembahasan dan pertumbuhan ekonomi makro, bagaimana menghitung
PNB (Produk
Nasional Bruto), PDB (Produk Domestik Bruto), PNN (Produk
Nasional Netto), PN
(Pendapatan Nasional) pada pengukuran aktivitas ekonomi, dapat
mengetahui
perhitungan dalam mempelajari Konsumsi dan Investasi.
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 3
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Alasan Pentingnya Mempelajari Ekonomi Makro
Secara indivudial atau perilaku pelaku-pelaku ekonomi, suatu
tujuan yang ingin
dicapai dalam melakukan kegiatan ekonomi adalah terpenuhinya
setiap kebutuhan
hidup dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Sementara
apabila dibahas
tujuan perekonomian secara luas maka tujuan yang hendak dicapai
adalah:
1.Tercapainya Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan dinamis
2.Tercapainya kesempatan kerja penuh atau Full Employment
3.Tercapainya Stabilitas harga
4.Tercapainya Kebebasan berusaha dan berekonomi
5.Tercapainya Distribusi pendapatan yang merata
6.Terjaminnya keamanan atau jaminan ekonomis
Dari tujuan-tujuan tersebut maka ilmu ekonomi dibedakan menjadi
dua cabang
yaitu ekonomi Mikro dan Makro. Analisis Mikro adalah pembahasan
ekonomi yang
ditujukan pada subyek ekonomi secara individual (rumah tangga
konsumen dan
rumah tangga produsen atau perusahaan secara individual) dan
bagaimana mereka
berinteraksi di dalam pasar. Analisis Makro mempelajari subyek
ekonomi secara
agregatif (keseluruhan) meliputi keterkaitan antara
masing-masing pelaku ekonomi
seperti konsumen, produsen, Negara / pemerintah.dan luar negeri,
variable-variabel
yang terdapat di dalamnya antara lain:
Pendapatan Nasional, kesempatan kerja dan pengangguran, jumlah
uang beredar, laju
inflasi , pertumbuhan ekonomi maupun neraca pembayaran
internasional.
Ilmu ekonomi makro mempelajari masalah-masalah di ekonomi utama
sebagai
berikut:
a. Sejauh mana berbagai sumber daya telah dimanfaatkan di dalam
suatu kegiatan
ekonomi. Apabila seluruh sumber daya telah dimanfaatkan keadaan
ini disebut
full employment. Sebaliknya bila masih ada sumber daya yang
artinya belum
dimanfaatkan berarti perekonomian dalam keadaan under employment
atau
terdapat pengangguran/belum berada pada kesempatan kerja
penuh.
b. Sejauh mana Perekonomian dalam keadaan stabil khususnya
stabilitas di dalam
bidang moneter. Apabila nilai uang cenderung menurun dalam
jangka panjang
berarti berarti terjadi inflasi. Sebaliknya terjadi deflasi.
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 4
c. Sejauh mana perdistribusi pendapatan yang membaik antara
pertumbuhan
ekonomi dan pemerataan dalam distribusi pendapatanterdapat trade
off
maksudnya adalah bila yang satu membaik yang lainnya cenderung
akan
memburuk. Ilmu ekonomi makro hanya akan membahas
variable-variabel yang
berhubungan dengan gejala-gejala perekonomian secara
keseuruhan,
secara totalitas, atau gejala umum, bukan perilaku dari pelaku
ekonomi secara
individual. Secara umum terdapat beberapa variabel yang menjadi
isu utama
ekonomi makro, yaitu antara lain:
1) Output agregat.
Output Agregat adalah jumlah nilai seluruh output barang dan
jasa yang di
produksi pada suatu perekonomian dalam jangka waktu
tertentu.
Output agregat menggambarkan kekayaan suatu Negara dalam jangka
waktu
tertentu.
2) Pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi berasal dari nilai laju pertumbuhan GDP.
Pertumbuhan
ekonomi yang positif menandakan perekonomian dalam keadaan
ekspansif,
sedangkan pertumbuhan ekonomi yang negatif menandakan
perekonomian
dalam keadaan resesi.
3) Inflasi.
Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang yang bersifat
continue dan terus
menerus, mempengaruhi individu-individu, bisnis, dan
pemerintah.
4) Pengangguran
Pengangguran adalah kondisi dimana seseorang tidak bekerja,
padahal ia
masuk kedalam angkatan kerja dan memang mencari pekerjaan.
Seseorang
baru dikatakan menganggur bila ia ingin bekerja dan telah
berusaha mencari
kerja, namun tidak mendapatkannya.
Pemahaman yang sangat mendasar tentang ekonomi makro adalah
mutlak ingin
mempelajari ilmu-ilmu ekonomi lainnya yang berkaitan,baik secara
langsung maupun
tidak langsung. Ini dikarenakan banyaknya konsep-konsep dalam
teori ekonomi
makro yang sangat diperlukan dan bisa dijadikan bahan
pertimbangan untuk
melakukan suatu tindakan ekonomi baik tindakan berproduksi,
berkonsumsi,
berdagang atau tindakan dalam berinvestasi.
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 5
II.2 MENGUKUR AKTIVITAS EKONOMI
Salah satu indikator telah terjadinya alokasi yang efisien
secara makro adalah
nilai output nasional yang dihasilkan sebuah perekonomian pada
suatu periode
tertentu. Sebab, besarnya output nasional dapat menunjukkan
beberapa hal penting
dalam sebuah perekonomian.
Yang pertama, besarnya output nasional merupakan gambaran awal
tentang
seberapa efisien sumber daya alam yang ada dalam perekonomian
(tenaga kerja,
barang modal, uang dan kemampuan kewirausahawanan) digunakan
untuk
memproduksi barang dan jasa. Secara umum, makin besar pendapatan
nasional suatu
Negara, semakin baik efisiensi alokasi sumber daya
ekonominya.
Yang kedua, besarnya output nasional merupakan gambaran awal
tentang
produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu Negara. Alat ukur
yang disepakati
tentang tingkat kemakmuran adalah output nasional per kapital.
Nilai output per
capital diperoleh dengan cara membagi besarnya output nasional
dengan jumlah
penduduk pada tahun yang bersangkutan. Jika output per kapital
makin besar, Tingkat
kemakmuran dianggap makin tinggi. Sementara itu alat ukur
tenteng produktivitas
rata-rata adalah output per tenga kerja. Makin besar angkanya,
makin tinggi
produktivitas tenga kerja.
Yang ketiga, besarnya output nasional merupakan gambaran awal
tentang
masalah-masalah structural (mendasar) yang dihadapi suatu
perekonomian. Jika
sebagian besar output nasional dinikmati oleh sebagian kecil
penduduk, maka
perekonomian tersebut mempunyai masalah dengan distribusi
pendapatannya. Jika
sebagian besar output nasional berasal dari sector pertanian
(ekstraktif), maka
perekonomian tersebut berhadapan dengan masalah ketimpangan
struktur produksi.
Dalam arti, perekonomian harus segera memodernisasi diri,dengan
memperkuat
industrinya, agar ada keseimbangan kontribusi antara sector
pertanian yang dianggap
sebagai sector ekonomi tradisional dengan sector industry yang
dianggap sebagai
sector ekonomi modern.
Istilah yang paling sering digunakan dalam menghitung
peningkatan aktivitas
ekonomi atau sering dikatatakan juga pendapatan nasioanal adalah
Produk Domestik
Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) yang pengertian
nya adalah:
Nilai barang dan jasa akhir berdasarkan harga pasar, yang
diproduksi oleh
sebuah perekonomian dalam suatu periode (kurun waktu) dengan
menggunakan
factor-faktor produksi yang berada (berlokasi) dalam
perekonomian tersebut.
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 6
The total market value of all final goods and services produced
within a given
period, by factors of production located within a countr.
Tercakup dalam defenisi di atas adalah :
1. Produk dan jasa akhir, dalam pengertian barang dan jasa yang
dihitung dalam
PDB adalah barang dan jasa yang digunakan pemakaian
terakhir(untuk konsumsi).
2. Harga pasar , yang menunjukan bahwa nilai output nasional
tersebut dihitung
berdasarkan tingkat harga yang berlaku pada periode yang
bersangkutan.
3. Faktor-faktor produksi yng beralokasidi Negara yang
bersangkutan, dalam arti
perhitungan PDB tidak memper-timbangkan asal factor prouksi
(milik
perekonomian atau milik asing) yang digunakan dalam menghasilkan
output.
II.2.1 Silklus Aliran Pendapatan (Circular Flow) dan Interaksi
antar Pasar
a. Siklus aliran pendapatan ( Circular Flow )
Siklus aliran pendapatan (circular flow) seperti yang akan
ditunjukan oleh
Diagram 2.1 dibawah adalah sebuah model yang menggambarkan
bagaimana
interaksi antarpara pelaku ekonomi menghasilkan pendapatan yang
digunakan sebagai
pengeluaran dalam upaya memaksimalkan nilai kegunaan (utility)
masing-masing
pelaku ekonomi.
1. Sektor rumah tangga (Households Sector), yang terdiri atas
sekumpulan individu
yang dianggap homogen dan identik.
2. Sektor Perusahaan (Firms Sector), yang terdiri atas
sekumpulan perusahaan yang
memproduksi barang dan jasa.
3. Sektor Pemerintah (Government Sector), yang memiliki
kewenangan politik
untuk mengatur kegiatan masyarakat dan perusahaan.
4. Sektor Luar negeri (Foreign Sector), yaitu sektor
perekonomian dunia, dimana
perekonomian melakukan transaksi ekspor-impor.
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 7
Diagram II.1
Circular flow of Economic Activity
Pembelian Barang dan Jasa
(4)
Pembelian Barang dan Jasa Pajak
(5) (3)
(6) (2)
Pajak Gaji Pembayaran Bunga, Penghasilan Non Balas Jasa
(1)
Gaji,Upah, Bunga, Deviden, Sewa
(7) (8)
Ekspor Impor
b. Tiga Pasar Utama
Uraian di atas berdasarkan asumsi bahwa tingkat harga ditentukan
lewat
mekanisme pasar. Untuk analisis ekonomi makro, pasar-pasar yang
begitu banyak
dikelompokkan menjadi tiga pasar utama yaitu:
Pasar Barang dan Jasa (Goodscand services Market)
Pasar Tenaga Kerja (abour Market)
Pasar Uang dan Modal (Money and Capital Market)
Perusahaan Pemerintah Rumah Tangga
Dunia
Internasional
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 8
II.2.2 Metode-metode Perhitungan Pendapat Nasional
Ada tiga cara perhitungan pendapatan Nasional , yaitu cara
output (output
approach),cara pendapatan (income approach) dan cara pengeluaran
(expenditure
approach). Masing masing cara (metode) melihat pendapatan
nasional dari sudut
pandang yang berbeda , tetapi hasilnya saling melengkapi.
a. Metode Output (output approach) atau Metode Produksi
Menurut metode ini, PDB adala output (produksi yang dihasilkan)
oleh suatu
perekonomian. Jumlah output masing-masing sektor merupakan
jumlah output
seluruh perekonomian.
Dalam peritungan PDB dengan metode produksi ,yang dijumlahkan
adalah nilai
tambah (value added) masing-masing sektor. Yang dimaksud dengan
nilai tambah
adalah selisih antara nilai output dengan nilai input
antara.
Dimana:
NT = Nilai tambah
NO = nilai output
NI = Nilai input antara
Dari persamaan (2.1) sebenarnya dapat dikatakan bahwa proses
produksi
merupakan proses menciptakan atau meningkatkan nilai tambah.
Aktivitas produksi
yang baik adalah aktivitasyang menghasilkan NT>0. Dengan
demikian besarnya PDB
adalah :
Dimana :
i = sektor produksi ke 1,2,3,...n
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 9
1. Contoh Menghitung PDB dengan Metode Produksi :
Tabel 2.1
OutputSektoral Negara Medar , Tahun 2003
Sektor Produksi Nilai output Nilai input Nilai
Tambah
1. Pertanian (Kapas)
2. Pabrik Benang
3. Pabrik Tekstil
4. Industri Garmen
5. Perdagangan
(Pakaian)
300
400
600
800
1000
0
300
400
600
800
300
100
200
200
200
Untuk menghindarai perhitungan ganda, maka nilai PDB dihitung
dengan
menjumlahkan nilai tambah masing-masing sektor produksi. Karena
itu perhitungan
Produksi adalah:
b. Metode Pendapatan (Income Approach)
Metode pendapatan memandang nilai output perekonomian sebagai
nilai total
balas jasa atas faktor produksi yang digunkan dalam proses
produksi.
( )
Dimana:
Q = output
L = tenaga kerja
K = barang modal
U = uang/finansial
E = kemampuan enterpreneuer atau kewirausahaan
Persamaan 2.3 menunjukkan bahwa untuk memproduksi output
dibutuhkan
input berupa tenaga kerja,barang modal,uang/finansial dan dan
kemampuan
enterpreneuer atau sering disebut sebagai pengusaha.
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 10
Balas jasa untuk tenaga kerja adalah upah ataugaji. Untuk barang
dan
modaladalah pendapatan sewa. Untuk pemilik uang / aset finansial
adalah pendapatan
bunga. Sedangkan untuk pengusaha adalah keuntungan . Total balas
jasa atas seluruh
faktor produksi disebut Pendapatan Nasional (PN).
2. Contoh Menghitung PN dengan Metode Pendapatan :
Pendapatan NasionalAmerika Serikat
Tahun 1994 Berdasarkan Pendekatan Pendapatan
(Dalam US$ Miliar)
Pendapatan Upah/Gaji (Compulation of Employes)
Pendapatan Non Gaji (Properties Income)
Pendapatan Perusahaan (Corporate Profits)
Pendapatan Bunga Netto (Net Interest)
Pendapatan Sewa (Rental Income)
4.004,6
473,7
542,7
409,7
27,7
Pendapatan Nasional (National Income) 5.458,4
c. Metode Pengeluaran (Expenditure Approach)
Menurut metode pengeluaran, nilai PDB merupakan nilai total
pengeluaran
dalam perekonomian selama periode tertentu. Menurut metode ini
ada beberapa jenis
pengeluaran agregat dalam suatu perekonomian :
1. Konsumsi rumah tangga
2. Konsumsi pemerintah
3. Pengeluaran investasi
4. Ekspor neto
Nilai PDB berdasarkan metode pengeluaran adalah nilai total lima
jenis
pengeluaran tersebut:
( )
Dimana:
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 11
C = Konsumsi rumah tangga
G = Konsumsi pemerintah
I = Pengeluaran investasi
X = ekspor
M = impor
3. Contoh Menghitung PDB dengan Metode Pengeluaran :
Produk Domestik Bruto Indonesia 1996
Harga Berlaku Meenurut Pengeluaran
(Dalam Miliar Rupiah)
Catatan : Ekspor Bersih (Net Export) = Ekspor Impor = 7.015,
angka positif
menunjukan ekspor barang dan jasa tahun 1996 lebih besar Rp
7.015 miliar dari pada
impor barang dan jasa.
II.2.3 Beberapa Pengertian Dasar Tentang Perhitungan
Agregatif
Tujuan Perhitungan output maupun pengeluaran dan ukuran-ukuran
agregat
lainnya adalah untuk menganalisis dan menentukkan kebijakan
ekonomo guna
memperbaiki/meningkatkan kemakmuran/kesejahteraan rakyat.
Beberapa pengertian
yang harus dipelajari berkaitan dengan hal tersebnut adalah
:
a. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product)
Produk domestik bruto menghitung hasil produksi suatu
perekonomian tanpa
memperhatikan siapa pemilik faktor produksi tersebut. Akibatnya,
PDB kurang
memberikan gambaran tentang berapa sebenarnya output yang
dihasilkan oleh faktor-
faktor produksi milik perekonomian domestik.
Konsumsi rumah tangga
Konsumsi pemerintah
Pembentukan Modal Tetap (PMT)
ekspor barang dan jasa
impor barang dan jasa
308.469
40.695
172.777
138.675
-131.660
Total PDB 528.956
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 12
b. Produk Nasional Bruto (Gross National Product)
Nilai produksi yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi milik
perekonomian
disebut sebagai Produk Nasional Bruto. PDB tidak memperhatika
produksi yang
dihasilkan oleh faktor produksi milik domestik (perekonomian)
yang berada di luar
perekonomian itu sendiri (berada di luar negeri). Sedangkan PNB
sangat
memperhatikannya.
Jika pendapatan faktor-faktor produksi luar negeri yang ada
dalam
perekonomian dinotasikan dengan PFLN sedangkan pendapatan
faktor-faktor
produksi perekonomian yang ada dalam negeri dinotasikan dengan
PFDN .
Maka :
c. Produk Nasional Neto (Net National Product)
Untuk memproduksi barang dan jasa dibutuhkan barang modal
(capital goods).
Itulah sebabnya sektor perusahaan (dunia usaha) melakukan
investasi guna mengganti
barang modal yang sudah aus (usang) dan menambah stok barang
modal yang sudah
ada. Maka untuk mencari gambaran output yang lebih akurat, maka
PNB harus
dikurangi depresiasi (penyusutan).
d. Pendapatan Nasional (National Income)
Untuk mendapatkan hasil PN kita harus mengurangi PNN dengan
angka pajak
tidak langsung (PTL) dan menambahkan angka subsidi (S). Pajak
tidak langsung
harus di kurangkan karena tidak mencerminkan balas jasa atas
faktor produksi.
Sedangkan subsidi harus ditambahkan karena merupakan balas jasa
atas faktor
produksi.
e. Pendapatan Nasional (Personal Income)
Pendapatan Personal (PP) adalah bagian pendapatan nasional yang
merupakan
hak individu-individu dalam perekonomian , sebagai balas jasa
atas keikutsertaan
mereka dalam proses produksi. Untuk memperoleh PP maka PN harus
mengurangi
LTB (Laba tidak langsung). Sebab LTB merupakan hak perusahaan,
selain itu
Pembayaran-pembayaran asuransi sosial (PAS) jugak harus
dikurangi. Namun PP
jugak diperoleh dari pendapatan bunga yang diterima dari
pemerintah dan konsumen
(PIGK) dan pendapatan non balas jasa (PNBJ)
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 13
Maka :
f. Pendapatan Nasional Disposable (Disposable Personal
Income)
Yang dimaksud dengan pendapatan nasional disposable
(PPD)adalah
pendapatan personal yang dapat dipakai oleh individu, baik
untuk
membiayaikonsumsinya maupun untuk ditabung. Besarnya adalah
pendapatan
personal dikurangi dengan pendapatan personal (PAP).
Dari Produk DomestikBruto sampai ke Pendapatan Personal
Disposable dapat
diringkaskan sebagai berikut .
C + G + I + (X-M) = Produk Domestik Bruto (PDB)
Ditambah : Pendapatan Faktor Produksi yang ada di luar
negeri
Dikurang : Pembayaran Faktor Produksi yang ada di dalam
negeri
= Produk Nasional Bruto (PNB)
Dikurang : Penyusutan
= Produk Nasional Neto (PNN)
Dikurang : Pajak Tidak Langsung
Ditambah : Subsidi
= Pendapatan Nasional (PN)
Dikurang : Laba Ditahan
Dikurang : Pembayaran Asuransi Sosial
Ditambah : Pendapatan Bunga personal dari pemerinah/Konsumen
Ditambah : Penerimaan bukan balas jasa
= Pendapatan Personal (PP)
Dikurang : Pajak Pendapatan Nasional
= Pendapatan Personal Disposable
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 14
4. Contoh Menghitung PDB, PNB, PNN, PN, PP dan PPD
PDB,PNB, Pendapatan Nasional,
Pendaptan Personal dan Pendapatan Disposable
Amerika Serikat, 1994
(Dalam US$ Miliar)
Produk Domestik Bruto (PDB)
Ditambah : Pendapatan Faktor Produksi yang ada di luar
negeri
Dikurang : Pembayaran Faktor Produksi yang ada didalam
negeri
= Produk Nasional Bruto (PNB)
Dikurang : Penyusutan
= Produk Nasional Neto (PNN)
Dikurang : Pajak Langsung - Subsidi
= Pendapatan Nasional (PN)
Dikurang : Laba Ditahan
Dikurang : Pembayaran Asuransi Sosial
Ditambah : Pendapatan Bunga personal dari pemerinah
Ditambah : Penerimaan bukan balas jasa
= Pendapatan Personal (PP)
Dikurang : Pajak Pendapatan Nasional
= Pendapatan Personal Disposable
6.738,4
167,1
(178,6)
6.726,9
(715,3)
6.011,5
(553,1)
5.458
(384,3)
(626,0)
254,3
963,4
5.701,7
(742,1)
4.959,6
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 15
II.2.4 PDB harga Berlaku dan Harga Konstan
Nilai PDB suatu periode tertentu sebenarnya merupakan hasil
perkalian antara
harga barang yang diproduksi dengan jumlah barang yang
dihasilkan. Contoh dalam
perekonomian jenis poduk baju selama tahun 2002 diproduksi
sebanyak 1000 potong
baju dengan harga jual per potong Rp 120,00 maka PDB 2002
besarnya adalah
Rp120.000,00 sedangkan PDB tahun 2001 sebesar Rp 100.000,00,
sehingga sering
dikatakan telah terjadi pertumbuhan output sebesar 20% per tahun
karena PDB 2002
lebih besar dar PDB 2001.
Namun demikian Nilai PDB yang lebih besar tidaklah berarti
jumlah output
otomatis lebih besar. Seandainya harga sepotong baju pada tahun
2001 adalah Rp
80,00 maka jumlah pakaian yang diproduksi pada tahun 2001 adalah
Rp 100.000 : Rp
80.000 = 1.250 unit. Ternyata walaupun harga PDB lebih besar
tahun 2002 namun
outputnya jauh lebih sedikit. Hal tersebut disebabkan karena
naiknya harga baju
selama tahun 2002 sebesar 50% dari Rp80,00 menjadi Rp
120,00.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih akurat, maka perhitungan
PDB sering
menggunakan perhitungan berdasarkan harga konstan. Hasil
perhitungan ini
menghasilkan nilai PDB atas harga konstan. Yang dimaksud dengan
harga konstan
adalah harga yang dianggap tidak berubah. Untuk memprolehnya
kita harus
menentukaan tahun dasar yang merupakan tahun dimana perekonomian
berada dalam
kondisi baik atau stabil. Sehingga kita dapat menghitung besar
dan
nya.
Secara umum hubungan antara PDB rill dengan PDB nominal dapat
dinyatakan dalam
bentuk persamaan berikut
Dimana Deflator = (harga tahun t : Harga tahun t-1) x 100%
selain tiu juga dapat
mengitung harga inflasiyaitu
( )
( )
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 16
1. Contoh mengitung nilai konstan :
Misalkan Kondisi pada tahun 2001 merupakan kondisi yang relative
baik,
dan dianggap sebagai harga dasar. Dengan dan
Hitunglah ?
Maka
Sedangkan
dan disebut sebagai PDB nominal (dihitung berdasarkan
harga yang berlaku)
Deflator = (Rp 120,00 : Rp 80,00) x 100% = 150% dengan
( )
( )
{
}
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 17
II.3 KONSUMSI DAN INVESTASI
II.3.1 Teori Konsumsi
Pengeluaran konsumsi terdiri atas konsumsi pemerintah
(government
consumption) dan konsumsi rumah tangga/masyarakat (household
consumption
/private consumption). Namun pengeluaran konsumsi rumah tangga
akan cenderung
lebih dibahas karena pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki
porsi terbesar
dalam total pengeluaran agregat, konsumsi pemerintah yang
bersifat eksogenus
sedangkan konsumsi rumah tangga bersifat endogenus artinya
besarnya konsumsi
rumah tangga berkaitan erat dengan faktor-faktor lain yang
dianggap
mempengaruhinya, selain itu perkembangan masyarakat yang begitu
cepat
menyebabkan perilaku-perilaku konsumsi juga berubah cepat.
II.3.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi
Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi
rumah
tangga. Faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi
tiga, yaitu:
a. Faktor-faktor Ekonomi
Faktor-faktor ekonomi yang menentukan tingkat konsumsi
adalah:
1. Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap
tingkat
konsumsi karena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan
rumah
tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi semakin besar.
2. Kekayaan Rumah Tangga (Household Wealth)
Kekayaan rumah tangga adalah kekayaan riil (misalnya rumah,
tanah dan
mobil) dan finansial (deposito berjangka, saham, dan surat-surat
berharga).
Kekayaan-kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi,
karena
menambah pendapatan disposabel. Misalnya, bunga deposito yang
diterima
tiap bulan dan dividen yang diterima setiap tahun menambah
pendapatan
rumah tangga.
3. Tingkat Bunga (Interest Rate)
Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi keinginan konsumsi,
baik
dilihat dari masyarakat yang mampu dan masyarakat yang tidak
mampu.
Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi
(opportunity cost)
dari kegiatan konsumsi akan semakin tinggi pula. Bagi masyarakat
tidak
mampu yang ingin mengonsumsi dengan meminjam uang di bank
atau
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 18
menggunakan fasilitas kartu kredit, biaya bunga semakin tinggi,
sehingga
masyarakat akan mengurangi konsumsi. Begitu juga dengan
masyarakat
mampu atau yang memiliki banyak uang, tingkat bunga yang
tinggi
menyebabkan menyimpan uang di bank terasa lebih menguntungkan
daripada
dihabiskan untuk konsumsi.
4. Perkiraan Tentang Masa Depan (household expectation about the
future)
Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya makin baik,
mereka
akan meras lebih leluasa untuk melakukan konsumsi karena
pengeluaran
konsumsi cenderung meningkat. Jika rumah tangga memperkirakan
masa
depannya semakin buruk, mereka pun mengambil ancang-ancang
dengan
menekan pengeluaran konsumsi.
b. Faktor-faktor demografi (kependudukan)
Yang tercakup dalam faktor-faktor kependudukan adalah jumlah dan
komposisi
penduduk.
1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran
konsumsi
secara menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata per orang atau
per
keluarga relatif rendah. Misalnya, walaupun tingkat konsumsi
rata-rata
penduduk Indonesia lebih rendah daripada penduduk Singapura,
tetapi secara
absolut tingkat pengeluaran konsumsi Indonesia lebih besar
daripada
Singapura karena jumlah penduduk Indonesia lebih banyak
daripada
Singapura, sehingga tingkat konsumsi rumah tangga akan sangat
besar.
2. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk suatu negara dapat dilihat dari beberapa
klasifikasi,
diantaranya: usia (produktif dan tidak produktif), pendidikan
(rendah,
menengah, tinggi), dan wilayah tinggal (perkotaan dan pedesaan).
Adapun
pengaruh komposisi penduduk terhadap tingkat konsumsi
adalah:
a. Semakin banyak penduduk yang berusia kerja atau usia
produktif (15-64
tahun), semakin besar tingkat konsumsi, terutama bila sebagian
besar dari
mereka mendapat kesempatan kerja yang tinggi, dengan upah yang
tinggi
pula.
b. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, tingkat
konsumsinya juga
semakin tinggi, ini disebabkan karena kebutuhan yang semakin
banyak
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 19
yaitu selain kebutuhan primer ,kebutuhan informasi, pergaulan
masyarakat
serta eksistensinya juga harus dipenuhi.
c. Semakin banyak penduduk yang tinggal diwilayah perkotaan
(urban),
pengeluaran konsumsi juga semakin tinggi, karena pola hidup
masyarakat
perkotaan lebih konsumtif dibanding masyarakat pedesaan.
c. Faktor-faktor non-ekonomi
Faktor-faktor non-ekonomi yang paling berpengaruh terhadap
besarnya
konsumsi adalah faktor sosial-budaya masyarakat. Misalnya,
berubahnya pola
kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin
meniru kelompok
masyarakat lain yang dianggap lebih hebat (tipe ideal). Contoh
paling kongkret di
Indonesia adalah berubahnya kebiasaan berbelanja dari pasar
tradisional ke pasar
swalayan.
II.3.2 Teori Keynes (Keynesian Consumption Model)
a. Hubungan Pendapatan Disposabel dan Konsumsi
Keynes menjelaskan bahwa konsumsi saat ini (current consumption)
sangat
dipengaruhi oleh pendapatan nasional saat ini (current
disposable income). Menurut
Keynes, ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung tingkat
pendapatan.
Artinya, tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi, walaupun
tingkat pendapatan sama
dengan nol. Inilah yang disebut dengan konsumsi otonomus
(autonomous
consumption). Jika pendapatan disposabel meningkat, maka
konsumsi tersebut tidak
sebesar peningkatan pendapatan disposabel.
C = a + bY Dimana;
C = tingkat konsumsi
a = konsumsi rumah tangga secara nasional pada saat pendapatan
0
b = marginal propensity to consume (MPC)
Y = pendapatan disposabel
0 b 1
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 20
b. Kecenderungan Mengonsumsi Marjinal (Marginal Propensity to
Consume)
Kecenderungan mengonsumsi marginal yaitu perbandingan antara
pertambahan
konsumsi (AC) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan
disposabel (AY).
MPC= C/Yd
Keterangan:
MPC = Marginal Propensity to concume (kecondongan mengosumsi
marginal)
C = pertambahan konsumsi
Yd = pertambahan pendapatan
Jumlah tambahan konsumsi tidak akan lebih besar daripada
tambahan
pendapatan disposabel , sehingga angka MPC tidak akan lebih
besar dari satu. Angka
MPC juga tidak mungkin negatif, dimana jika pendapatan
disposabel terus meningkat,
konsumsi terus menurun sampai nol (tidak ada konsumsi), sebab
manusia tidak
mungkin hidup dibawah batas konsumsi minimal. Karena itu, 0 MPC
1.
c. Kecenderungan Mengonsumsi Rata-rata (Average Propensity to
Consume)
Kecenderungan mengonsumsi rata-rata yaitu perbandingan antara
tingkat
konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan diposabel serta konsumsi
itu dilakukan (Yd).
APC = C/Yd
Keterangan:
APC = konsumsi rata-rata
C = tingkat konsumsi
Yd = besarnya pendapatan disposabel
d. Hubungan Konsumsi dan Tabungan
Pendapatan disposabel yang diterima rumah tangga sebagian besar
digunakan
untuk konsumsi, sedangkan sisanya ditabung. Dengan demikian
didapat:
Y = C + S
Dimana : S = tabungan (saving)
Setiap tambahan pengahasilan disposabel akan di alokasikan untuk
menambah
konsumsi dan tabungan . Besarnya tambahan pendapatan disposabel
yang menjadi
tambahan tabungan disebut kecenderungan menabung marjinal
(Marginal Propensity
to Save, disingkat MPS).
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 21
MPS= S/Yd
Keterangan :
MPS : Marginal Prospensity to saving (kecondongan menabung
marginal)
S : pertambahan tabungan
Yd : pertambahan pendapatan
Sedangkan rasio antara tingkat tabungan dengan pendapatan
disposabel disebut
kecenderungan menabung rata-rata (Average Proprnsity to Save,
disingkat APS).
MPC dan MPS
Jika tiap tambahan pendapatan disposabel dialokasikan sebagai
tambahan konsumsi
dan tabungan, maka:
Jika kedua sisi dibagi dengan , maka:
Pada saat pendapatan disposabel masih rendah, setiap unit
tambahan pendapatan
sebagian besar dialokasikan untuk konsumsi. Nilai MPC mendekati
1. Nilai MPS
mendekati nol. Hal ini yang menyebabkan negara-negara miskin
kemampuan
menabungnya sangat rendah, sehingga jika mereka ingin melakukan
investasi harus
meminjam dari luar negeri. Umumnya, dana pinjaman tersebut
berasal dari negara-
negara kaya, yang nilai MPC-nya sudah semakin mengecil,
sementara MPS-nya
semakin besar.
Nilai APC ditambah dengan APS juga sama dengan satu, dapat
dibuktikan
dengan:
Y = C + S
Kedua sisi dibagi dengan Y, sehingga:
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 22
1. Contoh
Pada tahun 2008 tingkat pendapatan 1000 dan pada tahun 2009
tingkat pendapatannya
1500. Pada tahun yang sama tingkat konsumsi 700 dan pada tahun
2009 tingkat
konsumsi 1000.
Jawab:
C = a+bY
Maka kita terlebih dahulu mencari nilai b
Kemudian mencari nilai a
(
)
{(
) }
* +
( )
Jadi, fungsi konsumsi adalah
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 23
II.3.2 Investasi (Penanaman Modal)
II.3.2.1 Definisi Investasi dan Penentu-Penentunya
Sering terdapat kekeliruan dalam masyarakat berkaitan dengan
istilah investasi.
Suatu asuransi, misalnya membeli saham-saham perusahaan di
pasaran saham.
Tindakan ini tidak dapat dipandang sebagai investasi. Begitu
juga seseorang yang
menggunakan tabungannya untuk membeli saham perusahaan atau
tanah selalu
dikatakan sebagai melakukan investasi. Dalam analisis
makroekonomi tindakan
individu atau perusahaan asuransi tersebut membeli saham tidak
dipandang sebagai
investasi. Untuk menghindari kekeliruan ini, sebagai langkah
pertama dalam
membahas hal-hal yang berhubungan dengan investasi perusahaan,
terlebih dahulu
akan diterangkan arti dari pengertian tersebut.
a. Arti Investasi
Investasi yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal
atau
pembentukan modal merupakan komponen kedua yang menentukan
tingkat
pengeluaran agregat. Apabila para pengusaha menggunakan uang
tersebut untuk
membeli barang-barang modal, maka pengeluaran tersebut dinamakan
investasi.
Dengan demikian istilah investasi dapat diartikan sebagai
pengeluaran atau
pengeluaran penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli
barang-
baranng modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk
menambah
kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia
dalam
perekonomian.
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 24
b. Penentu-Penentu Investasi
Berbeda dengan yang dilakukan oleh para konsumen (rumah tangga)
yang
membelanjakan bagian terbesar dari pendapatan mereka untuk
membeli barang dan
jasa yang mereka butuhkan, penanam-penanam modal melakukan
investasi bukan
untuk memenuhi kebutuhan mereka tetapi untuk mencari keuntungan.
Dengan
demikian banyaknya keuntungan yang akan diperoleh besar sekali
peranannya dalam
menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan oleh para
pengusaha. Disamping
ditentukan oleh harapan di masa depan untuk memperoleh untung,
beberapa faktor
lain juga penting perananya dalam menentukan tingkat investasi
yang akan dilakukan
dalam perekonomian. Faktor-faktor utama yang menentukan tingkat
investasi adalah :
i. Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh
ii. Suku bunga
iii. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan
iv. Kemajuan teknologi
v. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya
vi. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan
Ada 3 elemen yang penting untuk memahami penentu-penentu
investasi adalah :
1. Revenue
Investasi akan memberikan perusahaan revenue tambahan jika
investasi itu
membantu perusahaan menjual lebih banyak produk.Ketika
pabrik-pabrik
menganggur, perusahaan relatif mempunyai sedikit kebutuhan atas
pabrik-
pabrik yang baru, sehingga investasinya rendah. Lebih umum lagi,
investasi
bergantung pada revenue yang akan dihasilkan oleh status dari
aktivitas
ekonomi keseluruhan.
2. Biaya
Penentu kedua yang penting dari tingkat investasi adalah biaya
berinvestasi.
Karena barang-barang investasi bertahan selama bertahun-tahun,
maka
memperhitungkan biaya investasi agak lebih rumit daripada
memperhitungkan
biaya untuk komoditas yang lain seperti batubara atau gandum.
Untuk barang-
barang bertahan lama, biaya modal meliputi bukan hanya harga
dari barang
modal tetapi juga suku bunga yang dibayarkan oleh para peminjam
untuk
mendsanai modal selain pajak yang dibayar oleh
perusahaan-perusahaan atas
pendapatan mereka.
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 25
3. Ekspektasi
Elemen ketiga dalam penentu investasi adalah ekspektasi laba
dan
kepercayaan bisnis. Investasi terutama sekali, merupakan
spekulasi atas masa
depan,suatu taruhan bahwa revenue dari suatu investasi akan
melebihi
biayanya. Jadi keputusan-keputusan investasi bergantung pada
ekspektasi dan
ramalan-ramalan. Tetapi, seperti yang dikatakan orang bijak,
meramal itu
berbahaya, terutama mengenai masa depan. Bisnis banyak
bergantung pada
energi yang menganalisainvestasi dan yang mencoba untuk
mempersempit
ketidakpastian mengenai investasi-investasi mereka.
Kita dapat merangkum pandangan kita mengenai kekuatan yang
berada dibalik
keputusan investasi sebagai berikkut :
Bisnis berinvestasi untuk memperoleh laba. Karena barang modal
dapat
bertahan bertahun-tahun, keputusan investasi bergantung pada (1)
permintaan untuk
output yang dihasilkan oleh investasi baru, (2) suku bunga dan
pajak yang
mempengaruhi biaya investasi, dan (3) ekspektasi bisnis mengenai
keadaan
perekonomian.
II.3.2.2 Klasifikasi Investasi
Dalam rangka akuntansi dan pelaporan aset investasi pemerintah
secara garis
besar diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Investasi jangka pendek
2. Investasi jangka panjang.
Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera
dicairkan dan
dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau
kurang. Investasi
jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki
lebih dari 12 (dua
belas) bulan atau lebih.
Menurut sifat kepemilikannya investasi jangka panjang dibedakan
menjadi
investasi nonpermanen dan investasi permanen. Investasi
nonpermanen adalah
investasi jangka panjang yang tidak dimaksudkan untuk dimiliki
secara berkelanjutan.
Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang
dimaksudkan untuk dimiliki
secara berkelanjutan atau tidak direncanakan untuk dijual
kembali.
Klasifikasi Investasi dapat digambarkan sebagaimana Bagan
sebagai berikut :
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 26
1. Contoh Investasi Jangka Pendek:
Misalkan Rudi ditawari sebuah rencana usaha dengan investasi
awal sebesar Rp
100 juta. Berdasarkan proposal, 5 tahun kemudian nilai nominal
uang yang dia
peroleh adalah Rp 161 juta. Yang menjadi pertanyaannya adalah
apakah nilai Rp 161
juta lima tahun mendatang itu lebih besar daripada Rp 100 juta
saat ini ? Jika ya,
proposal usaha tersebut layak diterima. Sebaliknya, jika
tidak.
Bagaimana kita mengetahui nilai sekarang dari Rp 161 juta
tersebut di atas ? Hal ini
sangat tergantung dari tingkat pengembalian investasi yang Rudi
harapkan.
Seandainya, untuk menjalankan usahanya Rudi harus meminjam dari
Bank dengan
bunga pinjaman 15 per tahun. Rudi berharap tingkat pengembalian
investasi
setidak-tidaknya sama dengan 15 . Karena itu nilai 161 juta
harus dideflasi sebesar
15 per tahun. Dalam perhitungan manajemen keuangan, angka 15
tersebut
dikenal sebagai factor diskonto.
Jika nilai sekarang dari Rp 161 juta yang akan diterima 5 tahun
mendatang
dinotasikan , nilai Rp 161 juta adalah , sedang waktu adalah ,
dan factor diskonto
adalah , maka berdasarkan manipulasi matematika sederhana,
hubungan antara
elemen-elemen tersebut adalah :
( )
Dengan menggunakan data di atas :
Investasi
Investasi Jangka
Pendek
Investasi Jangka
Panjang
Permanen
Nonpermanen
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 27
( )
( )
Nilai sekarang dari Rp 161 juta yang akan diterima 5 tahun
mendatang adalah Rp 80,1
juta. Karena nilainya lebih kecil daripada investasi awal, yang
sebesar Rp 100 juta,
proposal usaha ditolak. Sebab usaha tersebut justru membuat
nilai riil uang yang
diinvestasikan makin kecil. Dapat juga dikatakan bahwa return
dari investasi lebih
kecil daripada tingkat bunga pinjaman. Ini bias dibuktikan
dengan menggunakan
persamaan eksponensial sederhana di bawah ini.
Jika nilai Rp 161 juta, 5 tahun mendatang dinotasikan sebagai ,
sedangkan investasi
awal dinotasikan sebagai ,maka :
( )
Karena nilai dan sudah diketahui , maka dapat diketahui.
Dengan
menggunakan data-data di atas :
( )
( )
( )
( )
( )
( )
Tingkat pengembalian investasi ternyata hanya per tahun, lebih
kecil daripada
biaya bunga pinjaman yang per tahun.
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 28
2. Contoh Investasi Jangka Panjang:
Menghitung nilai masa mendatang adalah kebalikan dari menghitung
nilai
sekarang dari output investasi yang direncanakan. Sekalipun
melihat dari sudut
pandang yang bertolak belakang, keputusan yang dihasilkan tetap
sama. Dalam kasus
di atas,dilihat dari nilai uang masa mendatang , dasar
pengambilan keputusan
terhadap proposal yang ditawarkan adalah berapa nilai 5 tahun
mendatang dari uang
yang diinvestasikan saat ini. Jika nilai Rp 161 juta , 5 tahun
mendatang adalah lebih
besar daripada nilai masa mendatang yang diharapkan, proposal
usaha diterima.
Sebaliknya, jika tidak (nilainya lebih kecil).
Jika investasi awal dinotasikan sebagai , nilai masa mendatang
yang diharapkan
adalah ,waktu adalah , dan tingkat pengembalian investasi yang
diharapkan adalah
, maka :
( )
( )
( )
juta.
Nilai mendatang ( 5 tahun mendatang ) yang diharapkan Rudi dari
investasi saat ini
adalah minimal Rp 201 juta. Sedangkan yang ditawarkan proposal
usaha hanya Rp
161 juta, karena tingkat pengembalian investasi yang dihasilkan
hanyalah 10 .
Proposal ditolak.
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 29
II.3.2.3 Kriteria Investasi
Ada empat kriteria investasi yaitu:
1. Payback Period
2. Net Present Value
3. Profitability Index
4. Internal Rate of Return
1. Payback Period
Payback period adalah periode yang diperlukan untuk dapat
menutup kembali
pengeluaran investasi yang menggunakan aliran cash
netto/proceed. Waktu yang
diperlukan agar dana yang ditanam pada suatu investasi dapat
diperoleh kembali
seluruhnya.
Metode penilaian investasi memiliki kelemahan yaitu:
1. Metode ini mengabaikan penerimaan investasi (proceed) sesudah
Payback
Period, hanya mengukur kecepatan kembalinya dana.
2. Mengabaikan time Value Of Money.
Rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Dimana: Outlay = Jumlah uang yang dikeluarkan atau investasi
Proceed = Jumlah uang yang ditenima
1. Contoh Payback Period :
PD. Semakin Jaya melakukan investasi sebesar $.45.000, jumlah
proceed per tahun
adalah $. 22.500,- maka Payback Periodnya adalah:
Sehingga nilai Payback Period adalah dua tahun. Artinya dana
yang tertanam dalam
aktiva sebesar $. 45.000 akan dapat diperoleh kembali dalam
jangka waktu dua tahun.
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 30
2. Net Present Value
Net Present Value adalah selisih Present Value dari keseluruhan
Proceed dengan
Present Value dari keseluruhan investasi.
Bila present value proceed lebih besar atau sama dengan present
value
investasi maka usul investasi diterima.
Bila present value proceed lebih kecil present value investasi
maka usul
investasi ditolak.
Rumus yang dapat digunakan adalah:
NPV =
n
i ni
CF
)1( - Io
Dimana: CF = Cashf low = Proceeds = jumlah uang yang diterima, i
=
Tingkat Bunga n = Periode Waktu, lo = Nilai lnvestasi awal
( tahun 0)
2. Contoh Net Present Value :
PD. Maju Jaya melakukan investasi sebesar Rp. 45.000,-
Proceed adalah selama tiga tahun adalah Rp. 22.500,-.Tingkat
suku bunga 10 maka
Net Present Valuenya adalah:
( )
( )
( )
= 20.454,5 + 18.595 + 16.904 = Rp 55.953,58 Rp 45.000 = Rp.
10.954,-
Usul diterima, karena PD. Maju Jaya memiliki nilai NPV positif,
yaitu Rp.10.954.
Apabila nilai NPV PD. Maju Jaya negatif maka proyek tersebut
akan ditolak.
3. Profitability Index (Pi)
Merupakan metode perhitungan kelayakan investasi yang membagi
antara Present
Value dari Proceeds dengan Present Value dari Outlays. Bila
hasilnya Iebih besar dari
1 maka investasi diterima. Bila hasilnya kurang dari 1, maka
investasi ditolak.
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 31
Rumus yang digunakan adalah:
Dimana : PV = Present Value
Outlay = Jumlah uang yang dikeluarkan atau investasi
Proceeds = Jumlah uang yang diterima
4. Internal Rate Of Return (Irr)
Internal Rate of Return adalah tingkat bunga yang akan
menjadikan jumlah nilai
sekarang dari proceeds sama dengan nilai sekarang dari
outlay.
Rumus yang dapat digunakan dalam IRR adalah:
( )
Dimana: P1 = nilai persentasi (i) yang menghasilkan NPV
positif
P2 = nilai persentasi (i) yang menghasilkan NPV negatif
C1 = NPV positif C2 = NPV negative
3. Contoh Internal Rate Of Return (Irr) :
Tuan Yatna Supriyatna memiliki sebidang tanah yang akan dibangun
sebuah usaha
yaitu Pabrik Susu. Adapun nilai investasi Tuan Yatna adalah
Rp.640 juta. Proyek
penerimaan untuk kedua usaha adalah sebagai berikut:
Tahun Pabrik Susu
1 Rp. 50 Juta
2 Rp. 150 Juta
3 Rp. 200 Juta
4 Rp. 250 Juta
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 32
Berapakah nilai IRR-Pabrik Susu tersebut?
Pembahasan:
IRR = P1 C1 x 12
12
CC
PP
Dimana: P1 adalah presentasi yang menghasilkan NPV Positif
P2 adalah presentasi yang menghasilkan NPV Negatif
C1 adalah NPV Positif C2 adalah NPV Negatif
Gunakan metode coba-coba. Misalnya nilai P1 adalah 19%. Maka
nilai C1 adalah:
Besarnya PV dapat dilihat dan tabel Present Value Interest
Factor (tabel Ill) sebagai
berikut:
Tahun Cashflow PVIF (19%) PV
1 Rp. 50 Juta 0,840 Rp. 42,02 Juta
2 Rp. 150 Juta 0,706 Rp. 105,92 Juta
3 Rp. 200 Juta 0,593 Rp. 118,68 Juta
4 Rp. 250 Juta 0,499 Rp. 124,67 Juta
5 Rp. 300 Juta 0,419 Rp. 125,71 Juta
6 Rp. 350 Juta 0,352 Rp. 123,25 Juta
Total PV Rp. 640,26 Juta
NPV = PV Proceed PV Outlays
5 Rp. 300 Juta
6 Rp. 350 Juta
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 33
NPV = Rp. 640,26 juta Rp. 640 juta
NPV = Rp. 260.000
Nilai P1 dan C1 telah diketahui yaitu :
P1 adalah 19%
C1 adalah Rp.260.000
Sedangkan untuk mencari nilai C2, kita gunakan P2 misalnya 20%,
sehingga nilai P2
dan C2 adalah:
Tahun Cashflow PVIF (20%) PV
1 Rp. 50 Juta 0,833 Rp. 41,67 Juta
2 Rp. 150 Juta 0,694 Rp. 104,17 Juta
3 Rp. 200 Juta 0,579 Rp. 115,74 Juta
4 Rp. 250 Juta 0,482 Rp. 120,56 Juta
5 Rp. 300 Juta 0,402 Rp. 120,56 Juta
6 Rp. 350 Juta 0,402 Rp. 117,21 Juta
Total PV Rp. 619,91 Juta
NPV = PV Proceed PV Outlays NPV = Rp.619,91 juta Rp.640 juta
NPV = Rp.20,09 juta
( )
( )
Sehingga IRA dan Pabrik Susu Tuan Yatna adalah 19,01%
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 34
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPUAN
Ada tiga cara perhitungan pendapatan Nasional , yaitu cara
output (output
approach),cara pendapatan (income approach) dan cara pengeluaran
(expenditure
approach).
GDP Nominal (atau disebut GDP Atas Dasar Harga Berlaku) merujuk
kepada nilai
GDP tanpa memperhatikan pengaruh harga. Sedangkan GDP Riil (atau
di sebut
GDP Atas Dasar Konstan) mengoreksi angka GDP nominal dengan
memasukkan
pengaruh dari harga. GDP ini dapat juga dihitung dengan memakai
dua
pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan juga pendekatan
pendapatan.
Konsumsi (atau lebih tepatnya, pengeluaran konsumsi pribadi)
adalah pengeluaran
oleh rumah tangga atas barang jadi dan jasa. Tabungan adalah
bagian dari
pendapatan pribadi setelah pajak yang tidak dikonsumsi.
Investasi yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal
atau
pembentukan modal merupakan komponen kedua yang menentukan
tingkat
pengeluaran agregat.
sekarang pendapatan dimasa depan dapat dihitung denagn
menggunakan
persamaan berikut :
( )
( )
( )
faktor-faktor penting yang menentukan jumlah tingkat investasi
pada pengusaha
meliputi beberapa factor:
Faktor-faktor utama yang menentukannya adalah :
Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh
Suku bunga
Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan
Kemajuan teknologi
Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya
Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 35
DAFTAR PUSTAKA
Sukkirno,Saddono.2006.Makro Ekonomi.Edisi ke-3.Jakarta:Penerbit
PT Rajagrafindo
Persada.
A.Samuelson,Paul.2004.Ilmu Makro Ekonomi.Edisi
ke-17.Jakarta:Penerbit PT.Media
Global Edukasi.
TimPengampuh.2011. Pengantar Ekonomi Makro.Medan:Fakultas
Ekonomi.
Univeritas Negeri Medan
Rahardja,Pratama,dkk.2004.Teori Ekonomi Makro.Jakarta: Fakultas
Ekonomi.
Universitas Indonesia
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 36
LAMPIRAN SOAL
1. Sebelum bekerja pengeluaran Daniel sebesar Rp. 1.500.000,00
sebulan. Setelah bekerja dengan penghasilan sebesar Rp.
5.000.000,00 pengeluarannya sebesar
Rp. 4.500.000,00. Fungsi konsumsi Daniel adalah.
Pembahasan :
dik :
- a = 1.500.000 (Konsumsi pada saat y=0)
- C = C1 C0 = 4.500.000 1.500.000 = 3.000.000
- Y = Y1 Y0 = 5.000.000
- Y = 5.000.000 0 = 5.000.000
dit : Fungsi Konsumsi ?
jawab :
Fungsi konsumsi dinyatakan dengan :
C = a + bY atau C a + mpcY
pada soal diatas sudah diketahui nilai a, Y, Y, dan C, jadi
langkah selanjutnya kita mencari MPC
MPC = C / Y
MPC = 3.000.000 / 5.000.000 = 3/6
MPC = 0,6
setelah MPC kita ketahui, maka fungsi konsumsi untuk Daniel
dapat kita tentukan
sebagai berikut :
C = a + mpcY,
C = 1.500.000 + 0,6Y
2. Konsumsi masyarakat suatu negara ditunjukan oleh persamaan C
= 30 + 0,8Y. bila tabungan sebesar Rp.20,00 maka besarnya konsumsi
adalah .
Pembahasan :
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 37
dik : - fungsi konsumsi C = 30 + 0,8Y
- tabungan S = 20
dit : Besar Konsumsi (C) ?
Jawab :
untuk mengetahui besarnya konsumsi, maka langkah yang paling
pertama adalah kita
harus mencari terlebih dahulu berapakah nilai Pendapatan (Y)
dari fungsi tersebut.
untuk mencari nilai Y maka kita bisa menggunakan fungsi tabungan
dan nilai
tabungannya,
C = 30 + 0,8Y maka fungsi tabungannya adalah S = -a + (1
MPC)Y==>
S = -30 + 0,2Y diketahui nilai S = 20, lalu kita masukan kedalam
fungsi tabungan (S)
untuk memperoleh nilai Y
S = -30 + 0,2Y
20 = -30 + 0,2Y
0,2Y = 20 + 30
0,2Y = 50
Y = 50 / 0,2
Y = 250
Langkah selanjutnya untuk mencari besarnya konsumsi (C) adalah
kita memasukan
nilai Y
kedalam fungsi konsumsi.
C = 30 + 0,8Y
C = 30 + 0,8(250)
C = 30 + 200
C = 230
Jadi besarnya konsumsi (C) adalah 230.
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 38
3. Keluarga Ibu Tutik mempunyai penghasilan Rp. 8.000.000,00
sebulan, dengan pola konsumsi yang dinyatakan dengan fungsi C =
1.500.000 + 0,70Y.
Berdasarkan data tersebut maka besarnya tabungan keluarga ibu
Tutik adalah .
Pembahasan:
Diketahui :
Y = 8.000.000
Fungsi Konsumsi ==> C = 1.500.000 + 0,70Y
Ditanya :
besarnya tabungan (S) ?
Jawab :
untuk mengetahui besarnya nilai tabungan (S) maka langkah
pertama yang harus kita
lakukan adalah merubah fungsi konsumsi kedalam fungsi tabungan
kemudian
memasukan nilai pendapatan (Y) kedalam fungsi tabungan.
C = 1.500.000 + 0,70Y
maka fungsi tabungannya adalah :
S = -a + (1-MPC)Y
S = 1.500.000 + 0,30Y
untuk mencari besarnya tabungan (S) ibu tutik maka kita masukan
nila Y kedalam
fungsi
konsumsi:
S = -1.500.000 + 0,30(8.000.000)
S = -1.500.000 + 2.400.000
S = 900.000
Jadi besarnya Tabungan keluarga ibu Tutik adalah
Rp.900.000,00
4. Bila diketahui fungsi tabungan : S = -50 + 0,15Yd, maka
besarnya Marginal Propensity to Consume (MPC) adalah..
Pembahasan :
untuk menjawab pertanyaan diatas, kita hanya memerlukan waktu
30detik,
diketahui MPS = 0,15 maka
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 39
MPC = 1 MPS
MPC = 1 0,15
MPC = 0,85
Jadi besarnya Marginal Propensity to Consume (MPC) adalah
0,85
5. Bila diketahui, Fungsi konsumsi C = 200 + 0,8Y, maka besarnya
Marginal
Propensity to Save (MPS) adalah.
Pembahasan:
Sama dengan soal sebelumnya, untuk membahas soal ini kita hanya
membutuhkan
waktu 30 detik.
Diketahui MPC = 0,8 Maka
MPS = 1 MPC
MPS = 1 0,8
MPS = 0,2
Jadi besarnya Marginal Propensity to Save (MPS) adalah 0,2
6. Sebuah proyek jembatan selama 5 tahun dapat dikerjakan dengan
3 metode kerja
sebagai berikut
Metode I (dengan perancah tetap)
Membeli perancah seharga $ 100000
Biaya tenaga kerja per th $ 50000
Biaya bahan habis pakai per th $ 5000
Pada tahun ke 3 diperlukan biaya tambahan sebesar $ 10000
Harga jual lagi perancah $ 10000
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 40
Metode II (dengan perancah bergerak)
Tanpa membeli alat tetapi dengan sewa alat
Harga sewa alat per th $ 30000 hanya pada tahun ke-1,2, & 3
saja tahun ke 4 dan 5
tidak menyewa lagi karena sudah tidak membutuhkan
Pada th ke 4 dan 5 membutuhkan biaya tambahan masing-masing
sebesar $ 10000
Biaya tenaga kerja per th $ 55000
Baiya bahan habis pakai per th $ 5000
Metode III (dengan peluncuran bertahap)
Membeli alat peluncuran $ 110000
Biaya tenaga kerja per th $ 35000
Biaya bahan habis pakai $ 5000
Harga jual lagi alat $ 5000
Manakah metode kerja yang paling ekonomis, jika i = 10% ?
(sehubungan usia proyek yang sama, maka gunakanlah metode METODE
NILAI
SEKARANG)
Jawaban
Metode II
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 41
0
1
Sewa
30000
Tenaga
55000
Bahan
5000
2
Sewa
30000
Tenaga
55000
Bahan
5000
3
Sewa
30000
Tenaga
55000
Bahan
5000
4
Sewa
0
Tenaga
55000
Bahan
5000
Tambahan 10000
5
Sewa
0
Tenaga
55000
Bahan
5000
Tambahan 10000
= PV(rate,nper,pmt,fv,type)
Nilai Sekarang (II) =
PV(10%,5,-(55000+5000),0)+PV(10%,3,-30000,0) +PV
(10%,4,0,-10000)+PV(10%,5,0,-10000)
= 315,092.11
Hitungan manual
Nilai Sekarang (II) = 30000 (P/A,10%,3) + (55000+5000)
(P/A,10%,5) +10000
(P/F,10%,4) + 10000 (P/F,10%,5)
= 30000 (2,4869) + 60000 (3,7908) + 10000 (0,6830) +
10000(0,6209)
= 315.094
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 42
Metode III
Nilai jual
lagi
5000
0
Beli
alat
110000
1
Tenaga
35000
Bahan
5000
2
Tenaga
35000
Bahan
5000
3
Tenaga
35000
Bahan
5000
4
Tenaga
35000
Bahan
5000
5
Tenaga
35000
Bahan
5000
= PV(rate,nper,pmt,fv,type)
Nilai Sekarang (I) = PV(10%,5,-(35000+5000),5000)+110000
= 258,526.86
Hitungan manual
Nilai Sekarang (I) = 110000 + (35000 + 5000) (P/A,10%,5)
-5000(P/F,10%,5)
= 110000 + 40000 (3,7908) 5000 (0,6209)
= 258.527,5
Metode III yang dipilih karena yang paling murah.
7. PD. Semakin Jaya melakukan investasi sebesar $.45.000, jumlah
proceed per
tahun adalah $. 22.500,- maka Payback Periodnya adalah:
Sehingga nilai Payback Period adalah dua tahun. Artinya dana
yang tertanam dalam
aktiva sebesar $. 45.000 akan dapat diperoleh kembali dalam
jangka waktu dua tahun.
8. PD. Maju Jaya melakukan investasi sebesar Rp. 45.000,-
Proceed adalah selama tiga tahun adalah Rp. 22.500,-.Tingkat
suku bunga 10 maka
Net Present Valuenya adalah:
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 43
( )
( )
( )
= 20.454,5 + 18.595 + 16.904 = Rp 55.953,58 Rp 45.000 = Rp.
10.954,-
Usul diterima, karena PD. Maju Jaya memiliki nilai NPV positif,
yaitu Rp.10.954.
Apabila nilai NPV PD. Maju Jaya negatif maka proyek tersebut
akan ditolak.
9. Contoh Menghitung PDB dengan Metode Pengeluaran :
Produk Domestik Bruto Indonesia 1996
Harga Berlaku Meenurut Pengeluaran
(Dalam Miliar Rupiah)
Catatan : Ekspor Bersih (Net Export) = Ekspor Impor = 7.015,
angka positif
menunjukan ekspor barang dan jasa tahun 1996 lebih besar Rp
7.015 miliar dari pada
impor barang dan jasa.
10. Misalkan Kondisi pada tahun 2001 merupakan kondisi yang
relative
baik, dan dianggap sebagai harga dasar. Dengan
dan
Hitunglah ?
Maka
Sedangkan
Konsumsi rumah tangga
Konsumsi pemerintah
Pembentukan Modal Tetap (PMT)
ekspor barang dan jasa
impor barang dan jasa
308.469
40.695
172.777
138.675
-131.660
Total PDB 528.956
-
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
Page 44
dan disebut sebagai PDB nominal (dihitung berdasarkan
harga yang berlaku)
Deflator = (Rp 120,00 : Rp 80,00) x 100% = 150% dengan
( )
( )
{
}