BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan sel dan jaringan tergantung dari oksigen yang berada dalam aliran darah yang normal. Ketergantungan pada keseimbangan cairan yang normal tidak begitu kentara. Kira-kira 60% dari berat badan berupa cairan. Cairan terdiri dari 40% cairan dalam sel dan cairan di luar sel berupa 15% cairan intersisial dan 5% cairan plasma. Gangguan aliran darah atau keseimbangan cairan mengakibatkan beberapa penyulit medis: edema, kongesti, perdarahan, syok, dan tiga keadaan yang saling berkaitan yaitu thrombosis, emboli, dan infark. Gangguan-gangguan ini tidak hanya menyebabkan gangguan umum, akan tetapi gangguan ini dapat menyebabkan kematian. Perdarahan dan syok merupakan masalah yang terhjadi di bagian gawat darurat rumah sakit. Thrombosis, infark, dan emboli merupakan tiga hal penting di lingkungan perindustrian: infark miokardium, emboli paru dan cerebrovaskuler accident (stroke). Syok adalah sindrom klinis akibat kegagalan sirkulasi dalam mencukupi kebutuhan oksigen jaringan tubuh. Syok terjadi akibat penurunan perfusi jaringan vital atau 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan sel dan jaringan tergantung dari oksigen yang berada
dalam aliran darah yang normal. Ketergantungan pada keseimbangan
cairan yang normal tidak begitu kentara. Kira-kira 60% dari berat badan
berupa cairan. Cairan terdiri dari 40% cairan dalam sel dan cairan di luar
sel berupa 15% cairan intersisial dan 5% cairan plasma. Gangguan aliran
darah atau keseimbangan cairan mengakibatkan beberapa penyulit medis:
edema, kongesti, perdarahan, syok, dan tiga keadaan yang saling berkaitan
yaitu thrombosis, emboli, dan infark. Gangguan-gangguan ini tidak hanya
menyebabkan gangguan umum, akan tetapi gangguan ini dapat
menyebabkan kematian.
Perdarahan dan syok merupakan masalah yang terhjadi di bagian
gawat darurat rumah sakit. Thrombosis, infark, dan emboli merupakan tiga
hal penting di lingkungan perindustrian: infark miokardium, emboli paru
dan cerebrovaskuler accident (stroke). Syok adalah sindrom klinis akibat
kegagalan sirkulasi dalam mencukupi kebutuhan oksigen jaringan tubuh.
Syok terjadi akibat penurunan perfusi jaringan vital atau menurunnya
volume darah secara ber-makna. Syok juga dapat terjadi akibat dehidrasi
jika kehilangan cairan tubuh lebih 20% BB (berat badan) atau kehilangan
darah ≥ 20% EBV (estimated blood volume).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i dapat memahami tentang haemodinamik tubuh
khususnya tentang syok.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa/i memahami tentang haemodinamik
b. Mahasiswa/i memahami tentang syok
c. Mahasiswa/i memahami tentang jenis-jenis syok
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Hemodinamik adalah gangguan pada tubuh baik pada aliran darah
maupun keseimbangan cairan tubuh /elektrolit.
Hemodinamik adalah ilmu yang mempelajari pergerakan darah dan
daya-daya yang berperan didalamnya. Abnormal pada suplai darah dan
keseimbangan cairan berakibat pada morbidity dan mortality. Gangguan
hemodinamik antara lain : Edema, hyperemia, kongesti, pendarahan
(hemorrhage), hemostatis, trombosis, emboli, infark dan syok.
Edema adalah timbunan abnormal sejumlah cairan di dalam ruang
jaringan intersel (antarsel) atau ruangan tubuh. Edema juga bergantung
pada lokasinya, penggumpalan cairan dalam rongga tubuh yang berbeda
diberi sebutan yang beragam, seperti hidrotoraks, hidoperikardium, atau
hidroperitoneum. Penyebab yang akan menyebabkan terjadinya edema
diantaranya adalah peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan tekanan
osmotik plasma, sumbatan saluran limfa, retensi natrium dan air. Jenis
edema terbagi 3 yakni edema anasarka atau edema umum di seluruh
jaringan sub-kutan hidrotoraks contohnya edema di rongga dada,
hidroperikardium adalah edema yang terjadi pada rongga perikardium, dan
hidroperitoneum adalah edema yang terjadi pada ruang perut atau disebut
dengan asites.
Hiperemia maupun kongesti, keduanya menunjukan suatu
peningkatan volume darah setempat pada jaringan tertentu. Hiperemia
adalah proses aktif akibat adanya penambahan aliran darah yang masuk (in
flow) ke dalam arteri. Contohnya pada tempat yang yang mengalami
inflamasi dan juga blushing. Jaringan yang terinfeksi jadi merah
(erythema) karena menggelembungnya pembuluh darah dengan darah
teroksigenasi. Sedangkan kongesti adalah proses pasif akibat adanya
pengurangan aliran darah yang keluar (out flow) dari vena. Contohnya
pada keadaan gagal jantung. Jaringan yang terkongesti berwarna biru
2
kemerahan (sianosis) karena terjadi akumulasi haemoglobin yang
deoxigenasi.
Pendarahan atau hemorrhage adalah pecahnya pembuluh darah
yang mengindikasi adanya ekstravavasi darah (meluasnya darah dari
pembuluh ke jaringan). Robeknya suatu arteri atau vena besar hampir
selalu disebabkan oleh cedera vaskular, yaitu trauma, aterosklerosis, atau
erosi karena radang atau neoplasia pada dinding pembuluh darah.
Hemostatis normal terjadi akibat berbagai proses yang diatur dengan baik.
Proses tersebut mempertahankan darah dalam bentuk cairan yang bebas
beku dalam pembuluh darah yang normal sambil menginduksi
pembentukan suatu sumbat hemostatis terlokalisasi yang cepat pada
tempat jelas vascular.
Kebalikan patologis hemostatis adalah trombosis; thrombosis dapat
dipikirkan sebagai pembentukan suatu bekuan darah (trombus) dalam
pembuluh darah yang tidak mengalami cedera, atau oklusi trombotik pada
suatu pembuluh darah setelah mengalami cedera yang relative ringan.baik
homeostatis maupun thrombosis bergantung pada tiga komponen umum;
dinding pembuluh darah, trombosit, dan kaskade koagulasi.
Embolisme adalah gas, cairan, atau padatan intravaskular yang
terlepas dan dibawa oleh darah ke tempat yang jauh dari asalnya yang
dapat menyebabkan terganggunya jalur masuk (passage) pembuluh darah,
macetnya pembuluh darah, nekrosis iskemia, serta infark. Tipe Emboli
adalah pulmonary, sistemik, lemak, udara serta cairan amnion.
Infark adalah area nekrosis iskemia yang disebabkan oleh
terganggunya suplai arteri atau aliran vena pada beberapa jaringan.
Syok adalah sindrom klinis akibat kegagalan sirkulasi dalam
mencukupi kebutuhan oksigen jaringan tubuh. Syok terjadi akibat
penurunan perfusi jaringan vital atau menurunnya volume darah secara
ber-makna. Syok juga dapat terjadi akibat dehidrasi jika kehilangan cairan
tubuh lebih 20% BB (berat badan) atau kehilangan darah ≥ 20% EBV
(estimated blood volume).
3
B. Jenis-jenis syok
1. Syok hipovolemik
Terjadi karena volume intravaskuler berkurang akibat
perdarahan, kehilangan cairan akibat diare, luka bakar, muntah, dan
third space loss, sehingga menyebabkan pengiriman oksigen dan
nutrisi ke sel tidak adekuat. Beberapa perubahan hemodinamik yang
terjadi pada kondisi syok hipovolemik adalah CO (cardiac output)
menurun, BP (blood pressure) menurun, SVR (systemic vascular
resistance) meningkat, dan CVP (central venous pressure) menurun.
Terapi syok hipovolemik bertujuan untuk restorasi volume
intravaskuler, dengan target utama mengembalikan tekanan darah,
nadi, dan perfusi organ secara optimal. Bila kondisi hipovolemia telah
teratasi dengan baik, selanjutnya pasien dapat diberi agen vasoaktif,
seperti dopamine, dobutamine. Penanganan syok hipovolemik adalah
sebagai berikut:
a. Tentukan defisit cairan
b. Atasi syok: cairan kristaloid 20 mL/kgBB dalam ½ - 1 jam, dapat
diulang
c. Sisa defisit: 50% dalam 8 jam pertama, 50% dalam 16 jam
berikutnya
d. Cairan RL atau NaCl 0,9%
e. Kondisi hipovolemia telah teratasi/hidrasi, apabila produksi urin:
0,5 – 1mL/kgBB/jam .
2. Syok kardiogenik
Terjadi apabila terdapat gangguan kontraktilitas miokardium,
sehingga jantung gagal berfungsi sebagai pompa untuk
mempertahankan curah jantung yang adekuat. Disfungsi ini dapat
terjadi pada saat sistolik atau diastolik atau dapat terjadi akibat
obstruksi pada sirkulasi jantung. Terapi syok kardiogenik bertujuan
untuk mem perbaiki fungsi miokardium dan sirkulasi. Beberapa
4
perubahan hemodinamik yang terjadi pada kondisi syok kardiogenik
adalah CO menurun, BP menurun, SVR meningkat, dan CVP
meningkat. Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi syok
kardiogenik adalah sebagai berikut:
a. Infus cairan untuk memperbaiki sirkulasi
b. Inotropik
c. Apabila CO↓, BP↓, SVR↑, berikan dobutamine5 μg/kg/min
d. Pada keadaan tekanan darah sangat rendah harus diberi obat yang
berefek inotropik dan vasopressor, seperti norepine-phrine
3. Syok obstruktif
Terjadi apabila terdapat hambatan aliran darah yang menuju
jantung (venous return) akibat tension pneumothorax dan cardiac
tamponade. Beberapa perubahan hemodinamik yang terjadi pada syok
obstruktif adalah CO menurun, BP menurun, dan SVR meningkat.
Penanganan syok obstruktif bertujuan untuk menghilangkan
sumbatan; dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Pemberian cairan kristaloid isotonik untuk mempertahankan
volume intra-vaskuler
b. Pembedahan untuk mengatasi ha-batan/obstruksi sirkulasi
4. Syok distributif apabila terdapat gangguan vasomotor akibat
maldistribusi aliran darah karena vasodilatasi perifer, sehingga volume
darah yang bersirkulasi tidak adekuat menunjang perfusi jaringan.
Vasodilatasi perifer dapat menyebabkan hipovolemia. Beberapa syok
yang termasuk dalam golongan syok distributif ini antara lain:
a. Syok Anafilaktik
Syok anafilaktik adalah syok yang disebabkan reaksi
antigen-antibodi (antigen IgE). Antigen menyebabkan pelepasan
mediator kimiawi endogen, seperti histamin, serotonin, yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas endotelial vaskuler
5
disertai bronkospasme. Gejala klinis dapat berupa pruritus,
urtikaria, angioedema, palpitasi, dyspnea, dan syok. Terapi syok
anafilaktik adalah sebagai berikut :
1) Baringkan pasien dengan posisi syok (kaki lebih tinggi)
2) Adrenaline: Dewasa 0,3-0,5 mg SC (subcutaneous); anak 0,01
mg/kgBB SC (larutan 1:1000). Fungsi adrenaline:
meningkatkan kontraktilitas miokard, vasokonstriksi vaskuler,
meningkatkan tekanan darah dan bronkodilatasi
3) Pasang infus RL
4) Kortikosteroid: dexamethasone0,2 mg/kgBB IV (intravena)
5) Bila terjadi bronkospasme dapat diberi aminophyline5-6
mg/kgBB IV bolus secara perlahan, dilanjutkan dengan infus
0,4-0,9 mg/kgBB/menit
6) Hipotensi refrakter terhadap resusitasi volume atau agen
vasopressor, dan demam.
7) Infus D5% atau NS untuk mempertahan- kan tekanan darah
8) Dexamethasone 4 mg IV , dilanjutkan dengan 4 mg tiap 6
jam
9) Atasi faktor pencetus
10) Bila diagnosis telah pasti, dapat diberikan hydrocortisone 100 mg
setiap 8 jam atau infus kontinu 300 mg/24 jam
11) Ambil sampel darah, periksa elektrolit dan kortisol
b. Syok Neurogenik
Umumnya terjadi pada kasus cervical atau high thoracic
spinal cord injury. Gejala klinis meliputi hipotensi disertai
bradikardia. Gangguan neurologis akibat syok neurogenik dapat
meliputi paralisis fl asid, refl eksekstremitas hilang dan priapismus.
Penanganan syok neurogenik dapat dilakukan dengan resusitasi
cairan secara adekuat dan pemberian vasopressor. Penanganan syok
neurogenik:
6
- Resusitasi cairan secara adekuat
- Berikan vasopressor
c. Insufisiensi Adrenal Akut
Insufisiensi adrenal akut dapat disebabkan oleh beberapa
hal, seperti:
1) Kegagalan adrenal gland: penyakit autoimun, adrenal
hemorrhagic, infeksi HIV, penggunaan ketoconazoledosis
tinggi, meningococcemia, penyakit granulomatous.
2) Kegagalan hypothalamic / pituitary axis: efek putus obat dari
terapi glucocorticoid: gejala klinisnya antara lain hiperkalemia,