Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan sel dan jaringan tergantung dari oksigen yang berada dalam aliran darah yang normal. Ketergantungan pada keseimbangan cairan yang normal tidak begitu kentara. Kira-kira 60% dari berat badan berupa cairan. Cairan terdiri dari 40% cairan dalam sel dan cairan di luar sel berupa 15% cairan intersisial dan 5% cairan plasma. Gangguan aliran darah atau keseimbangan cairan mengakibatkan beberapa penyulit medis: edema, kongesti, perdarahan, syok, dan tiga keadaan yang saling berkaitan yaitu thrombosis, emboli, dan infark. Gangguan-gangguan ini tidak hanya menyebabkan gangguan umum, akan tetapi gangguan ini dapat menyebabkan kematian. Perdarahan dan syok merupakan masalah yang terhjadi di bagian gawat darurat rumah sakit. Thrombosis, infark, dan emboli merupakan tiga hal penting di lingkungan perindustrian: infark miokardium, emboli paru dan cerebrovaskuler accident (stroke). Syok adalah sindrom klinis akibat kegagalan sirkulasi dalam mencukupi kebutuhan oksigen jaringan tubuh. Syok terjadi akibat penurunan perfusi jaringan vital atau 1
50

ISI.docx

Jul 11, 2016

Download

Documents

Reza Vahlevi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ISI.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan sel dan jaringan tergantung dari oksigen yang berada

dalam aliran darah yang normal. Ketergantungan pada keseimbangan

cairan yang normal tidak begitu kentara. Kira-kira 60% dari berat badan

berupa cairan. Cairan terdiri dari 40% cairan dalam sel dan cairan di luar

sel berupa 15% cairan intersisial dan 5% cairan plasma. Gangguan aliran

darah atau keseimbangan cairan mengakibatkan beberapa penyulit medis:

edema, kongesti, perdarahan, syok, dan tiga keadaan yang saling berkaitan

yaitu thrombosis, emboli, dan infark. Gangguan-gangguan ini tidak hanya

menyebabkan gangguan umum, akan tetapi gangguan ini dapat

menyebabkan kematian.

Perdarahan dan syok merupakan masalah yang terhjadi di bagian

gawat darurat rumah sakit. Thrombosis, infark, dan emboli merupakan tiga

hal penting di lingkungan perindustrian: infark miokardium, emboli paru

dan cerebrovaskuler accident (stroke). Syok adalah sindrom klinis akibat

kegagalan sirkulasi dalam mencukupi kebutuhan oksigen jaringan tubuh.

Syok terjadi akibat penurunan perfusi jaringan vital atau menurunnya

volume darah secara ber-makna. Syok juga dapat terjadi akibat dehidrasi

jika kehilangan cairan tubuh lebih 20% BB (berat badan) atau kehilangan

darah ≥ 20% EBV (estimated blood volume).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa/i dapat memahami tentang haemodinamik tubuh

khususnya tentang syok.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa/i memahami tentang haemodinamik

b. Mahasiswa/i memahami tentang syok

c. Mahasiswa/i memahami tentang jenis-jenis syok

1

Page 2: ISI.docx

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

Hemodinamik adalah gangguan pada tubuh baik pada aliran darah

maupun keseimbangan cairan tubuh /elektrolit.

Hemodinamik adalah ilmu yang mempelajari pergerakan darah dan

daya-daya yang berperan didalamnya. Abnormal pada suplai darah dan

keseimbangan cairan berakibat pada morbidity dan mortality. Gangguan

hemodinamik antara lain : Edema, hyperemia, kongesti, pendarahan

(hemorrhage), hemostatis, trombosis, emboli, infark dan syok.

Edema adalah timbunan abnormal sejumlah cairan di dalam ruang

jaringan intersel (antarsel) atau ruangan tubuh. Edema juga bergantung

pada lokasinya, penggumpalan cairan dalam rongga tubuh yang berbeda

diberi sebutan yang beragam, seperti hidrotoraks, hidoperikardium, atau

hidroperitoneum. Penyebab yang akan menyebabkan terjadinya edema

diantaranya adalah peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan tekanan

osmotik plasma, sumbatan saluran limfa, retensi natrium dan air. Jenis

edema terbagi 3 yakni edema anasarka atau edema umum di seluruh

jaringan sub-kutan hidrotoraks contohnya edema di rongga dada,

hidroperikardium adalah edema yang terjadi pada rongga perikardium, dan

hidroperitoneum adalah edema yang terjadi pada ruang perut atau disebut

dengan asites.

Hiperemia maupun kongesti, keduanya menunjukan suatu

peningkatan volume darah setempat pada jaringan tertentu. Hiperemia

adalah proses aktif akibat adanya penambahan aliran darah yang masuk (in

flow) ke dalam arteri. Contohnya pada tempat yang yang mengalami

inflamasi dan juga blushing. Jaringan yang terinfeksi jadi merah

(erythema) karena menggelembungnya pembuluh darah dengan darah

teroksigenasi. Sedangkan kongesti adalah proses pasif akibat adanya

pengurangan aliran darah yang keluar (out flow) dari vena. Contohnya

pada keadaan gagal jantung. Jaringan yang terkongesti berwarna biru

2

Page 3: ISI.docx

kemerahan (sianosis) karena terjadi akumulasi haemoglobin yang

deoxigenasi.

Pendarahan atau hemorrhage adalah pecahnya pembuluh darah

yang mengindikasi adanya ekstravavasi darah (meluasnya darah dari

pembuluh ke jaringan). Robeknya suatu arteri atau vena besar hampir

selalu disebabkan oleh cedera vaskular, yaitu trauma, aterosklerosis, atau

erosi karena radang atau neoplasia pada dinding pembuluh darah.

Hemostatis normal terjadi akibat berbagai proses yang diatur dengan baik.

Proses tersebut mempertahankan darah dalam bentuk cairan yang bebas

beku dalam pembuluh darah yang normal sambil menginduksi

pembentukan suatu sumbat hemostatis terlokalisasi yang cepat pada

tempat jelas vascular.

Kebalikan patologis hemostatis adalah trombosis; thrombosis dapat

dipikirkan sebagai pembentukan suatu bekuan darah (trombus) dalam

pembuluh darah yang tidak mengalami cedera, atau oklusi trombotik pada

suatu pembuluh darah setelah mengalami cedera yang relative ringan.baik

homeostatis maupun thrombosis bergantung pada tiga komponen umum;

dinding pembuluh darah, trombosit, dan kaskade koagulasi.

Embolisme adalah gas, cairan, atau padatan intravaskular yang

terlepas dan dibawa oleh darah ke tempat yang jauh dari asalnya yang

dapat menyebabkan terganggunya jalur masuk (passage) pembuluh darah,

macetnya pembuluh darah, nekrosis iskemia, serta infark. Tipe Emboli

adalah pulmonary, sistemik, lemak, udara serta cairan amnion.

Infark adalah area nekrosis iskemia yang disebabkan oleh

terganggunya suplai arteri atau aliran vena pada beberapa jaringan.

Syok adalah sindrom klinis akibat kegagalan sirkulasi dalam

mencukupi kebutuhan oksigen jaringan tubuh. Syok terjadi akibat

penurunan perfusi jaringan vital atau menurunnya volume darah secara

ber-makna. Syok juga dapat terjadi akibat dehidrasi jika kehilangan cairan

tubuh lebih 20% BB (berat badan) atau kehilangan darah ≥ 20% EBV

(estimated blood volume).

3

Page 4: ISI.docx

B. Jenis-jenis syok

1. Syok hipovolemik

Terjadi karena volume intravaskuler berkurang akibat

perdarahan, kehilangan cairan akibat diare, luka bakar, muntah, dan

third space loss, sehingga menyebabkan pengiriman oksigen dan

nutrisi ke sel tidak adekuat. Beberapa perubahan hemodinamik yang

terjadi pada kondisi syok hipovolemik adalah CO (cardiac output)

menurun, BP (blood pressure) menurun, SVR (systemic vascular

resistance) meningkat, dan CVP (central venous pressure) menurun.

Terapi syok hipovolemik bertujuan untuk restorasi volume

intravaskuler, dengan target utama mengembalikan tekanan darah,

nadi, dan perfusi organ secara optimal. Bila kondisi hipovolemia telah

teratasi dengan baik, selanjutnya pasien dapat diberi agen vasoaktif,

seperti dopamine, dobutamine. Penanganan syok hipovolemik adalah

sebagai berikut:

a. Tentukan defisit cairan

b. Atasi syok: cairan kristaloid 20 mL/kgBB dalam ½ - 1 jam, dapat

diulang

c. Sisa defisit: 50% dalam 8 jam pertama, 50% dalam 16 jam

berikutnya

d. Cairan RL atau NaCl 0,9%

e. Kondisi hipovolemia telah teratasi/hidrasi, apabila produksi urin:

0,5 – 1mL/kgBB/jam .

2. Syok kardiogenik

Terjadi apabila terdapat gangguan kontraktilitas miokardium,

sehingga jantung gagal berfungsi sebagai pompa untuk

mempertahankan curah jantung yang adekuat. Disfungsi ini dapat

terjadi pada saat sistolik atau diastolik atau dapat terjadi akibat

obstruksi pada sirkulasi jantung. Terapi syok kardiogenik bertujuan

untuk mem perbaiki fungsi miokardium dan sirkulasi. Beberapa

4

Page 5: ISI.docx

perubahan hemodinamik yang terjadi pada kondisi syok kardiogenik

adalah CO menurun, BP menurun, SVR meningkat, dan CVP

meningkat. Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi syok

kardiogenik adalah sebagai berikut:

a. Infus cairan untuk memperbaiki sirkulasi

b. Inotropik

c. Apabila CO↓, BP↓, SVR↑, berikan dobutamine5 μg/kg/min

d. Pada keadaan tekanan darah sangat rendah harus diberi obat yang

berefek inotropik dan vasopressor, seperti norepine-phrine

3. Syok obstruktif

Terjadi apabila terdapat hambatan aliran darah yang menuju

jantung (venous return) akibat tension pneumothorax dan cardiac

tamponade. Beberapa perubahan hemodinamik yang terjadi pada syok

obstruktif adalah CO menurun, BP menurun, dan SVR meningkat.

Penanganan syok obstruktif bertujuan untuk menghilangkan

sumbatan; dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Pemberian cairan kristaloid isotonik untuk mempertahankan

volume intra-vaskuler

b. Pembedahan untuk mengatasi ha-batan/obstruksi sirkulasi

4. Syok distributif apabila terdapat gangguan vasomotor akibat

maldistribusi aliran darah karena vasodilatasi perifer, sehingga volume

darah yang bersirkulasi tidak adekuat menunjang perfusi jaringan.

Vasodilatasi perifer dapat menyebabkan hipovolemia. Beberapa syok

yang termasuk dalam golongan syok distributif ini antara lain:

a. Syok Anafilaktik

Syok anafilaktik adalah syok yang disebabkan reaksi

antigen-antibodi (antigen IgE). Antigen menyebabkan pelepasan

mediator kimiawi endogen, seperti histamin, serotonin, yang

menyebabkan peningkatan permeabilitas endotelial vaskuler

5

Page 6: ISI.docx

disertai bronkospasme. Gejala klinis dapat berupa pruritus,

urtikaria, angioedema, palpitasi, dyspnea, dan syok. Terapi syok

anafilaktik adalah sebagai berikut :

1) Baringkan pasien dengan posisi syok (kaki lebih tinggi)

2) Adrenaline: Dewasa 0,3-0,5 mg SC (subcutaneous); anak 0,01

mg/kgBB SC (larutan 1:1000). Fungsi adrenaline:

meningkatkan kontraktilitas miokard, vasokonstriksi vaskuler,

meningkatkan tekanan darah dan bronkodilatasi

3) Pasang infus RL

4) Kortikosteroid: dexamethasone0,2 mg/kgBB IV (intravena)

5) Bila terjadi bronkospasme dapat diberi aminophyline5-6

mg/kgBB IV bolus secara perlahan, dilanjutkan dengan infus

0,4-0,9 mg/kgBB/menit

6) Hipotensi refrakter terhadap resusitasi volume atau agen

vasopressor, dan demam.

7) Infus D5% atau NS untuk mempertahan- kan tekanan darah

8) Dexamethasone 4 mg IV , dilanjutkan dengan 4 mg tiap 6

jam

9) Atasi faktor pencetus

10) Bila diagnosis telah pasti, dapat diberikan hydrocortisone 100 mg

setiap 8 jam atau infus kontinu 300 mg/24 jam

11) Ambil sampel darah, periksa elektrolit dan kortisol

b. Syok Neurogenik

Umumnya terjadi pada kasus cervical atau high thoracic

spinal cord injury. Gejala klinis meliputi hipotensi disertai

bradikardia. Gangguan neurologis akibat syok neurogenik dapat

meliputi paralisis fl asid, refl eksekstremitas hilang dan priapismus.

Penanganan syok neurogenik dapat dilakukan dengan resusitasi

cairan secara adekuat dan pemberian vasopressor. Penanganan syok

neurogenik:

6

Page 7: ISI.docx

- Resusitasi cairan secara adekuat

- Berikan vasopressor

c. Insufisiensi Adrenal Akut

Insufisiensi adrenal akut dapat disebabkan oleh beberapa

hal, seperti:

1) Kegagalan adrenal gland: penyakit autoimun, adrenal

hemorrhagic, infeksi HIV, penggunaan ketoconazoledosis

tinggi, meningococcemia, penyakit granulomatous.

2) Kegagalan hypothalamic / pituitary axis: efek putus obat dari

terapi glucocorticoid: gejala klinisnya antara lain hiperkalemia,

hiponatremia, asidosis, hipoglikemia, azotemia prarenal.

Kelompok pasien yang memiliki risiko tinggi insufi siensi

adrenal akut adalah pasien dengan sepsis, peng-gunaan

antikoagulan pasca CABG (coronary artery bypass graft),

putus obat pada terapi glukokortikoid dalam jangka 12 bulan,

HIV AIDS, tuberkulosis diseminata. Gejala umumnya meliputi

lemah, mual/muntah, nyeri abdominal, hipotensi ortostatik,

hipotensi refrakter terhadap resusitasi volume atau agen

vasopressor, dan demam. Terapi:

a) Infus D5% atau NS untuk mempertahan-kan tekanan

darah

b) Dexamethasone4 mg IV , dilanjutkan dengan 4 mg tiap 6

jam

c) Atasi faktor pencetus

d) Bila diagnosis telah pasti, dapat diberikan

hydrocortisone100 mg setiap 8 jam atau infus kontinu 300

mg/24 jam

e) Ambil sampel darah, periksa elektrolit dan kortisol

7

Page 8: ISI.docx

d. Syok Septik

Syok septik adalah sepsis yang disertai hipotensi (tekanan

sistolik <90 mmHg) dan tanda-tanda hipoperfusi meskipun telah

dilakukan resusitasi cairan secara adekuat. Syok septik merupakan

salah satu penyebab kematian utama pada unit perawatan intensif.

Patofisiologinya antara lain adalah vasodilatasi akibat menurunnya

SVR dan kebocoran kapiler difus disebabkan peningkatan

permeabilitas endotelial vaskuler yang menyebabkan penurunan

preload bermakna, sehingga berdampak perburukan perfusi

jaringan Penanganan syok septik antara lain:

1) Pemberian antibiotik, umumnya dengan golongan spektrum

luas

2) Perbaiki dan mempertahankan hemo-dinamik dengan terapi

berikut:

a) Terapi cairan: Meskipun syok septik tergolong dalam syok

hiperdinamik (terjadi hipovolemi relatif akibat vasodilatasi

dan hipovolemi absolut akibat kebocoran kapiler), cairan

yang direkomendasikan tetap cairan kristaloid

b) Vasopressor: Norepinephrine

c) Inotropik: Dobutamine

d) Oksigen

C. Kategori / Stadium

Perbaikan kondisi syok dan outcome klinis dipengaruhi oleh

stadium syok Secara umum stadium syok dibagi menjadi 3 kategori, yaitu

stadium kompensasi, stadium dekompensasi, dan stadium irreversible;

setiap stadium syok memiliki mekanisme dan patofisiologi yang berbeda,

sebagai berikut:

1. Stadium Kompensasi

8

Page 9: ISI.docx

Pada stadium ini fungsi organ vital di-pertahankan melalui

mekanisme kompensasi fisiologis tubuh dengan cara meningkatkan

refleks simpatis, sehingga resistensi sistemik meningkat,

meningkatkan denyut jantung sehingga CO meningkat; dan

meningkatkan sekresi vasopressin, RAAS (renin-angiotensin-

aldosterone system) menyebabkan ginjal menahan air dan sodium di

dalam sirkulasi. Gejala klinis pada syok dengan stadium kompensasi

ini adalah takikardi, gelisah, kulit pucat dan dingin, pengisian kapiler

lambat.

2. Stadium Dekompensasi

Beberapa mekanisme terjadi pada fase dekompensasi, seperti

memburuknya perfusi jaringan yang menyebabkan penurunan O2

bermakna, mengakibatkan metabolisme anaerob sehingga produksi

laktat meningkat menyebabkan asidosis laktat. Kondisi ini diperberat

oleh penumpukan CO2 yang menjadi asam karbonat. Asidemia akan

menghambat kontraktilitas miokardium dan respons terhadap

katekolamin. Selain itu, terdapat gangguan metabolisme energy

dependent Na+/K+pumpdi tingkat seluler, menyebabkan integritas

membran sel terganggu, fungsi lisosom dan mitokondria memburuk

yang dapat berdampak pada kerusakan sel.

Pada stadium dekompensasi ini aliran darah lambat, rantai

kinin serta sistem koagulasi rusak, akan diperburuk dengan agregrasi

trombosit dan pembentukan trombus yang disertai risiko perdarahan.

Pelepasan mediator vaskuler, seperti histamin, serotonin, dan sitokin,

menyebabkan terbentuknya oksigen radikal serta platelet aggregating

factor. Pelepasan mediator oleh makrofag menyebabkan vasodilatasi

arteriol dan permeabilitas kapiler mening-kat, sehingga menurunkan

venous return dan preload yang berdampak pada penurunan CO.

Gejala pada stadium dekompensasi ini antara lain takikardi, tekanan

darah sangat rendah, perfusi perifer buruk, asidosis, oligouria, dan

kesadaran menurun.

9

Page 10: ISI.docx

3. Stadium Irreversible

Stadium ini merupakan stadium lanjut syok yang tidak

mendapatkan penanganan tepat dan berkelanjutan. Pada stadium ini

akan terjadi kerusakan dan kematian sel yang dapat berdampak pada

terjadinya MOF (multiple organ failure). Pada stadium ini, 394

PRAKTIS CDK-228/ vol. 42 no. 5, th. 2015 tubuh akan kehabisan

energi akibat habis-nya cadangan ATP (adenosine triphosphate) di

dalam sel. Gejala klinis stadium ini meliputi nadi tak teraba, tekanan

darah tak terukur, anuria, dan tanda-tanda kegagalan organ (MODS –

multiple organ dysfunctions).

D. Penanganan Kegawatan Syok di Rumah Sakit

1. Syok Hipovolemik

a. Pasang satu atau lebih jalur infus intravena no. 18/16.

b. Infus dengan cepat larutan kristaloid atau kombinasi larutan

kristaloid dan koloid sampai vena (v. jugularis) yang kolaps terisi.

c. Sementara, bila diduga syok karena perdarahan, ambil contoh darah

dan mintakan darah.

d. Bila telah jelas ada peningkatan isi nadi dan tekanan darah, infus

harus dilambatkan. Bahaya infus yang cepat adalah udem paru,

terutama pasien tua. Perhatian harus ditujukan agar jangan sampai

terjadi kelebihan cairan.

Pemantauan yang perlu dilakukan dalam menentukan kecepatan infus:

a. Nadi: nadi yang cepat menunjukkan adanya hipovolemia.

b. Tekanan darah : bila tekanan darah < 90 mmHg pada pasien

normotensi atau tekanan darah turun > 40 mmHg pada pasien

hipertensi, menunjukkan masih perlunya transfusi cairan.

c. Produksi urin : Pemasangan kateter urin diperlukan untuk

mengukur produksi urin. Produksi urin harus dipertahankan

10

Page 11: ISI.docx

minimal 1/2 ml/kg/jam. Bila kurang, menunjukkan adanya

hipovolemia.

d. Cairan diberikan sampai vena jelas terisi dan nadi jelas teraba.

e. Bila volume intra vaskuler cukup, tekanan darah baik, produksi

urin < 1/2 ml/kg/jam, bisa diberikan Lasix 20-40 mg untuk

mempertahankan produksi urine.

f. Dopamin 2--5 µg/kg/menit bisa juga digunakan pengukuran

tekanan vena sentral (normal 8--12 cmH2O), dan bila masih

terdapat gejala umum pasien seperti gelisah, rasa haus, sesak,

pucat, dan ekstremitas dingin, menunjukkan masih perlu transfusi

cairan.

2. Syok Kardiogenik

a. Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya

dilakukan intubasi.

b. Berikan oksigen 8 - 15 liter/menit dengan menggunakan masker

untuk mempertahankanPO2 70 - 120 mmHg

c. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang

ada harus diatasidengan pemberian morfin

d. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam

basa yang terjadi.

e. Bila mungkin pasang CVP

f. Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik.

g. Medikamentosa :

a) Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri

b) Anti ansietas, bila cemas.

c) Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi

d) Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit

e) Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila

perfusi jantung tidak adekuat.Dosis dopamin 2-15

mikrogram/kg/m

11

Page 12: ISI.docx

f) Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m.bila ada dapat diberikan

amrinon IV

g) Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m

h) Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan

oksigenasi jaringan

i) Digitalis bila ada fibrilasi atrial atau takikardi supraventrikel.

3. Syok Septic

Pada saat gejala syok septik timbul:

a. Penderita segera dimasukkan ke ruang perawatan intesif untuk

menjalani pengobatan.

b. Cairan dalam jumlah banyak diberikan melalui infus untuk

menaikkan tekanan darah dan harus diawasi dengan ketat.

c. Bisa diberikan dopamin atau nor-epinefrin untuk menciutkan

pembuluh darah sehingga tekanan darah naik dan aliran darah ke

otak dan jantung meningkat.

d. Jika terjadi gagal paru-paru, mungkin diperlukan ventilator

mekanik.

e. Antibiotik intravena (melalui pembuluh darah) diberikan dalam

dosis tinggi untuk membunuh bakteri.

f. Jika ada abses, dilakukan pembuangan nanah.

g. Jika terpasang kateter yang mungkin menjadi penyebab infeksi,

harus dilepaskan.

h. Mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk mengangkat jaringan

yang mati, misalnya jaringan gangren dari usus.

4. Syok Anafilaktik

Penanggulangan syok anafilaktik memerlukan tindakan cepat

sebab penderita berada pada keadaan gawat. Kalau terjadi komplikasi

syok anafilaktik setelah kemasukan obat atau zat kimia, baik peroral

maupun parenteral, maka tindakan yang perlu dilakukan, adalah :

12

Page 13: ISI.docx

a. Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat

lebih tinggi dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik

vena, dalam usaha memperbaiki curah jantung dan menaikkan

tekanan darah.

b. Penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu:

1. Airway = jalan napas. Jalan napas harus dijaga tetap bebas,

tidak ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak

sadar, posisi kepala, leher diatur agar lidah tidak jatuh ke

belakang menutupi jalan napas, yaitu dengan melakukan

ekstensi kepala, tarik mandibula ke depan, dan buka mulut.

2. Breathing support, segera memberikan bantuan napas buatan

bila tidak ada tanda-tanda bernapas, baik melalui mulut ke

mulut atau mulut ke hidung. Pada syok anafilaktik yang

disertai udem laring, dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi

jalan napas total atau parsial. Penderita yang mengalami

sumbatan jalan napas parsial, selain ditolong dengan obat-

obatan, juga harus diberikan bantuan napas dan oksigen.

Penderita dengan sumbatan jalan napas total, harus segera

ditolong dengan lebih aktif, melalui intubasi endotrakea,

krikotirotomi, atau trakeotomi.

3. Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri

besar (a.karotis, atau a. emoralis), segera lakukan kompresi

jantung luar.

Penilaian A, B, C ini merupakan penilaian terhadap kebutuhan

bantuan hidup dasar yang penatalaksanaannya sesuai dengan

protokol resusitasi jantung paru.

4. Segera berikan adrenalin 0.3--0.5 mg larutan 1 : 1000 untuk

penderita dewasa atau 0.01 mk/kg untuk penderita anak-anak,

intramuskular. Pemberian ini dapat diulang tiap 15 menit

sampai keadaan membaik. Beberapa penulis menganjurkan

pemberian infus kontinyu adrenalin 2--4 ug/menit.

13

Page 14: ISI.docx

5. Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana pemberian

adrenalin kurang memberi respons, dapat ditambahkan

aminofilin 5--6 mg/kgBB intravena dosis awal yang diteruskan

0.4--0.9 mg/kgBB/menit dalam cairan infus.

6. Dapat diberikan kortikosteroid, misalnya hidrokortison 100 mg

atau deksametason 5--10 mg intravena sebagai terapi

penunjang untuk mengatasi efek lanjut dari syok anafilaktik

atau syok yang membandel.

7. Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan jalur

intravena untuk koreksi hipovolemia akibat kehilangan cairan

ke ruang ekstravaskular sebagai tujuan utama dalam mengatasi

syok anafilaktik. Pemberian cairan akan meningkatkan tekanan

darah dan curah jantung serta mengatasi asidosis laktat.

Pemilihan jenis cairan antara larutan kristaloid dan koloid tetap

merupakan perdebatan didasarkan atas keuntungan dan

kerugian mengingat terjadinya peningkatan permeabilitas atau

kebocoran kapiler. Pada dasarnya, bila memberikan larutan

kristaloid, maka diperlukan jumlah 3--4 kali dari perkiraan

kekurangan volume plasma. Biasanya, pada syok anafilaktik

berat diperkirakan terdapat kehilangan cairan 20--40% dari

volume plasma. Sedangkan bila diberikan larutan koloid, dapat

diberikan dengan jumlah yang sama dengan perkiraan

kehilangan volume plasma. Tetapi, perlu dipikirkan juga

bahwa larutan koloid plasma protein atau dextran juga bisa

melepaskan histamin.

8. Dalam keadaan gawat, sangat tidak bijaksana bila penderita

syok anafilaktik dikirim ke rumah sakit, karena dapat

meninggal dalam perjalanan. Kalau terpaksa dilakukan, maka

penanganan penderita di tempat kejadian sudah harus

semaksimal mungkin sesuai dengan fasilitas yang tersedia dan

transportasi penderita harus dikawal oleh dokter. Posisi waktu

14

Page 15: ISI.docx

dibawa harus tetap dalam posisi telentang dengan kaki lebih

tinggi dari jantung.

9. Kalau syok sudah teratasi, penderita jangan cepat-cepat

dipulangkan, tetapi harus diawasi/diobservasi dulu selama

kurang lebih 4 jam. Sedangkan penderita yang telah mendapat

terapi adrenalin lebih dari 2--3 kali suntikan, harus dirawat di

rumah sakit semalam untuk observasi.

E. Penanggulangan Kegawatan Syok secara Umum

Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang

bertujuan untuk memperbaiki perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi

tubuh; dan mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung

pada penyebab syok. Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat

diberikan pengobatan kausal.

Segera berikan pertolongan pertama sesuai dengan prinsip resusitasi ABC.

1.(A = air way) Jalan nafas harus bebas kalau perlu dengan pemasangan

pipa endotrakeal.

2.(B = breathing) Pernafasan harus terjamin, kalau perlu dengan

memberikan ventilasi buatan dan pemberian oksigen 100%.

3.(C = circulation) Defisit volume peredaran darah pada syok hipovolemik

sejati atau hipovolemia relatif (syok septik, syok neurogenik, dan syok

anafilaktik) harus diatasi dengan pemberian cairan intravena dan bila perlu

pemberian obat-obatan inotropik untuk mempertahankan fungsi jantung

atau obat vasokonstriktor untuk mengatasi vasodilatasi perifer.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan sbg pertolongan pertama dalam

menghadapi syok:

1. Bawa penderita ke tempat teduh dan aman

15

Page 16: ISI.docx

2. Posisi tubuh penderita diletakkan berdasarkan letak luka. Secara umum

posisi penderita dibaringkan telentang dengan tujuan meningkatkan

aliran darah ke organ-organ vital.

3. Apabila terdapat trauma pada leher dan tulang belakang, penderita jangan

digerakkan sampai persiapan transportasi selesai, kecuali untuk

menghindari terjadinya luka yang lebih parah atau untuk memberikan

pertolongan pertama seperti pertolongan untuk membebaskan jalan

napas.

4. Penderita yang mengalami luka parah pada bagian bawah muka, atau

penderita tidak sadar, harus dibaringkan pada salah satu sisi tubuh

(berbaring miring) untuk memudahkan cairan keluar dari rongga mulut

dan untuk menghindari sumbatan jalan nafas oleh muntah atau darah.

Penanganan yang sangat penting adalah meyakinkan bahwa saluran nafas

tetap terbuka untuk menghindari terjadinya asfiksia.

5. Penderita dengan luka pada kepala dapat dibaringkan telentang datar atau

kepala agak ditinggikan. Tidak dibenarkan posisi kepala lebih rendah

dari bagian tubuh lainnya.

6. Kalau masih ragu tentang posisi luka penderita, sebaiknya penderita

dibaringkan dengan posisi telentang datar.

7.  Pada penderita-penderita syok hipovolemik, baringkan penderita

telentang dengan kaki ditinggikan 20-30 cm sehingga aliran darah balik

ke jantung lebih besar dan tekanan darah menjadi meningkat. Tetapi bila

penderita menjadi lebih sukar bernafas atau penderita menjadi kesakitan

segera turunkan kakinya kembali.

8.  Pakaian dilonggarkan

9.  Beri selimut

10. Tenangkan penderita

11.  Pastikan jalan nafas & Pernafasan baik

12.  Kontrol perdarahan & rawat cedera lainnya

13.  Beri Oksigen sesuai protokol

16

Page 17: ISI.docx

14.  Jangan beri makan & minum

15.  Periksa berkala tanda vital

BAB III

ASKEP

A. Pengkajian

Pengkajian Primer

1) Airway

a. Kaji kepatenan jalan napas.

b. Kaji kebersihan jalan napas apakah ada tanda-tanda penyumbatan saluran

napas, benda asing, fraktur wajah, rahang atau laring.

c. Kaji suara napas pasien.( jika suara napas terdengar bunyi adanya cairan

atau gurgling, snoring, crowing, atau wheezing )

2) Breathing

a. Kaji tanda-tanda umum distres pernapasan seperti Takipnea, berkeringat,

sianosis.

b. Kaji ventilasi pernapasan, apakah adekuat atau tidak.

c. Kaji jumlah pernapasan ( jika lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala

yang signifikan )

d. Kaji saturasi oksigen.

e. Kaji suara napas pasien apakah terdengar ronchi, rales.

3) Circulation

a. Kaji tanda –tanda kehilangan cairan dengan pengukuran TTV pasien

meliputi : Nadi ( jika >100 kali per menit merupakan tanda signifikan,

17

Page 18: ISI.docx

tekanan darah ( jika tekanan darah < 90 mmHg merupakan prognosis jelek ),

suhu dan pernapasan ( jika terjadi peningkatan 20 – 30 kali per menit.

b. Kaji warna kulit,apakah pucat atau sianosis.

c. Kaji produsi urine ( kemungkinan dapat terjadi oliguria bahkan anuria

4) Disability

Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien syok. Kaji

tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU.( Alert , Verbal, Pain,

Unrespons ).

5) Exposure

Cari adanya cidera, luka pada bagian tubuh seperti kaki yaitu angkat celana

pasien kea rah lutut dan periksa apakah ada luka atau cidera, terutama luka

pada bagian tengkuk atau leher belakang.

B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

Diagnose Primer

a.   Ketidakefektifan perfusi jaringan ( kardiopulmonal ) berhubungan dengan

penurunan pertukaran sel.

( Dapat digunakan pada pasien dengan Syok Anafilaktik, Syok

Hipovolemik, Syok Septik, Syok Kardiogenik, Syok Neurogenik )

Goal : pasien akan memperbaiki perfusi jaringan yang efektif selama

dalam perawatan.

Objektif : dalam jangka waktu 2x 24 jam perfusi jaringan efektif dengan

criteria hasil :

  Curah jantung pasien adekuat

18

Page 19: ISI.docx

  Pasien mencapai stabilitas hemodinamik. Frekuensi nadi tidak kurang dari 80

kali/menit, dan tidak lebih dari 100x/menit. Tekanan darah tidak kurang dari

120/70 mmHg, dan tidak lebih dari 120/80 mmHg.

  Ferkuensi jantung tetap dalam batas yang telah ditentukan pada saat pasien

melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

  Kulit tetap hangat dan lembab.

  Pasien tidak menunjukan aritmia.

Intervensi :

Pantau tanda-tanda vital pasien ( frekuensi jantung, tekanan darah, dan tekanan vena

sentral ( Central Venous Pressure / CVP ) setiap jam hingga stabil, kemudian

setiap 2 jam.

R/ :Penurunan frekuensi jantung, CVP, dan tekanan darah dapat

mengindikasikan perubahan arteriovenousa yang mengarah pada penurunan

perfusi jaringan.

Pantau warna dan suhu kulit pasien setiap 2 jam dan kaji tanda-tanda kerusakan

kulit.

R/ : kulit yang dingin, pucat, berbercak dan sianosis dapat

mengindikasikan penurunan perfusi jaringan.

Pantau laju pernapasan dan suara napas pasien. Catat setiap temuan.

R/ : peningkatan laju pernapasan dapat mengindikasikan bahwa pasien

sedang bekompensasi terhadap hipoksia jaringan.

Pantau perubahan frekuensi dan irama jantung pada EKG.

19

Page 20: ISI.docx

R/ : untuk mengetahui perubahan perfusi jaringan yang mungkin

mengancam jiwa.

Pertahankan terapi oksigen untuk pasien, sesuai program.

R/ : untuk memaksimalkan pertukaran oksigen dalam alveolidan pada

tingkat sel.

Dorong pasien untuk sering beristirahat

R/ : untuk menghemat energy dan memaksimalkan perfusi jaringan

Pantau kadar kreatinin kinase, laktat dehidrogenase dan kadar gas darah arteri.

R/ : temuan abnormal mungkin mengindikasikan kerusakan jaringan atau

penurunan pertukaran oksigen dalam paru pasien.

b.   Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan isi sekuncup yang

disebabkan oleh masalah mekanis atau structural.

( dapat digunakan pada Syok Anapilaktik, Syok Kardiogenik, Syok

Hipovolemik, Syok Neurogenik, Syok Septik )

Goal : pasien akan memperbaiki curah jantung yang normal selama

dalam perawatan.

Objektif : dalam jangka waktu 1x24 jam pasien akan menunjukan

perubahan curah jantung yang normal, dengan criteria hasil;

         Pasien mencapai stabilitas hemodinamik. Frekuensi nadi tidak kurang dari 80

kali/menit, dan tidak lebih dari 100x/menit. Tekanan darah tidak kurang dari

120/70 mmHg, dan tidak lebih dari 120/80 mmHg.

         Pasien tidak menunjukan aritmia.

20

Page 21: ISI.docx

         Kulit tetap hangat dan kering.

         Pasien tidak menunjukan adanya edema pada kaki.

         Pasien mencapai aktivitas dengan denyut jantung dalam batas normal.

         Penurunan beban kerja jantung

Intervensi :

         Pantau dan catat tingkat kesadaran ,denyut dan irama jantung, dan tekanan darah

sekurang-kurangnya setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.

R/: untuk mendeteksi hipoksia serebral akibat penurunan curah jantung.

         Lakukan auskultasi bunyi jantung dan suara napas minimal setiap 4 jam.

Laporkan suara napas yang tidak normal sesegera mungkin.

R/ : bunyi jantung tambahan dapat mengindikasikan dekompensasi jantung awal ;

sura napas tambahan dapat mengindikasikan kongesti pulmonal dan penurunan

curah jantung.

         Ukur dan catat asupan dan haluaran secara akurat.

R/ : penurunan haluaran urine tanpa penurunan asupan cairan dapat

mengindikasikan penurunan perfusi ginjal akibat penurunan curah jantung.

         Atasi aritmia secara tepat sesuai instruksi.

R/ : untuk mencegah krisis yang mengancam hidup.

         Secara bertahap tingakatkan aktivitas dengan denyut jantung dalam batas normal.

R /: agar jantung dapat melakukan penyesuaian terhadap peningkatan kebutuhan

oksigen.

         Pantau kecepatan denyut nadi sebelum dan setelah beraktivitas, sesuai instruksi.

R / : untuk membandingkan kecepatan dan mengukur toleransi.

21

Page 22: ISI.docx

         Rencanakan aktivitas pasien.

R/ : untuk menghindari keletihan dan peningkatan beban kerja miokardium.

c.    Ketidak efektifan perfusi jaringan ( renal ) berhubungan dengan penurunan

pertukaran sel.

( dapat digunakan pada Syok Anapilaktik, Syok Kardiogenik, Syok

Hipovolemik, Syok Neurogenik, Syok Septik )

Goal : pasien akan memperbaiki keefektifan perfusi jaringan selama

dalam perawatan.

Objektif : dalam jangka waktu 1x24 jam pasien akan menunjukan

keefektifan perfusi jaringan ( renal ) dengan criteria hasil ;

         Pasien dapat mempertahnkan keseimbangan cairan

         Pasien dapat mempertahankan berat jenis urin dalam batas normal

         Berat badan pasien tidak mengalami fluktuasi

         Pasien melaporkan peningkatan rasa nyaman

         Pasien dapat mempertahnkan stabilitas hemodinamik

         Pasien dapat mengidentifikasi factor resiko yang memperburuk penurunan perfusi

jaringan dan modifikasi gaya hidup dengan benar.

Intervensi :

Pantau dan dokumentasikan asupan dan haluaran pasien setiap jam hingga

haluaran lebih dari 30 ml/ jam, kemudian setiap 2 hingga 4 jam. Bila

22

Page 23: ISI.docx

pasien tidak memiliki riwayat penyakit ginjal, haluaran urine merupakan

indicator yang baik untuk mengetahui perfusi jaringan.

R/ : penurunan atau tidak adanya haluaran urine biasanya mengindikasikan perfusi

renal yang buruk.

Dokumentasikan warna dan karakteristik urine pasien. Laporkan semua

perubahan yang terjadi.

R/: untuk yang pekat dapat mengindikasikan fungsi gijal yang buruk atau

dehidrasi.

Pantau dan dokumentasikan berat badan pasien setiap hari ( sebelum

sarapan ).

R/: penimbangan berat badan pasien akan membantu meprediksikan status cairan

secara keseluruhan. Peningkatan berat badan dapat menunjukan kelebihan caian.

Observasi pola kemih pasien

R/: untuk mencatat adanya keabnormalan pasien.

Pantau berat jenis urine; kadar elektrolit serum, dan kreatinin pasien.

R/ : peningkatan kadar dapat menunjukan penurunan funggsi ginjal.

Pantau status hemodinamik dan tanda-tanda vital pasien. Catat dan

laporkan perubahnnya.

23

Page 24: ISI.docx

R/ : peningkatan dari nilai dasar dapat mengindikasikan kelebihan cairan akibat

kurangnya fungsi ginjal.

Berikan dopamine dosis rendah, sesuai program

R /: untuk mendilatasi arteri renal pasien dan meningkatkan perfusi jaringan.

d.   Ketidakefektifan perfusi jaringan ( kardiopulmonal ) berhubungan dengan

Hipovolemia.

( dapat digunakan pada pasien dengan Syok Hipovolemik dan Syok Septik ).

Goal : Pasien akan mempertahankan perfusi jaringan yang efektis

selama dalam perawatan.

Objektif : Dalam jangka waktu 1 x 24 jam pasien akan menunjukan

pertahanan status hemodinamik, dengan criteria hasil :

  Pasien mencapai stabilitas hemodinamik. Frekuensi nadi tidak kurang dari 80

kali/menit, dan tidak lebih dari 100x/menit. Tekanan darah tidak kurang dari

120/70 mmHg, dan tidak lebih dari 120/80 mmHg. CVP lebih dari 2 cm dan

kurang dari 4 cm.

  Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan : asupan sama dengan

haluaran.

  Pasien mempertahankan berat jenis urine dalam parameter normal.

  Pasien tetap mempertahankan orientasi terhadap waktu, orang dan tempat.

  Kadar Hb, Ht, hitung sel darah putih, dan pemeriksaan koagulasi tetap dalam

parameter normal.

Intervensi :

24

Page 25: ISI.docx

Pantau frekuensi dan irama jantung, CVP, dan tekanan darah pasien setiap jam

hingga stabil. Kemudian setiap 2 jam, catat dan laporkan perubahan di atas atau di

bawah nilai yang telah ditentukan. Pantau warna kulit dan suhu pasien setiap 2

jam.

R / : penurunan frekuensi jantung, JVP, dan tekanan darah dapat mengindikasikan

hipovolemia, yang mengarah pada peningkatan perfusi jaringan. Kulit dingin dan

pucat atau berbercak merupakan tanda klinis penurunan perfusi jaringan.

Pantau frekuensi dan kedalaman respirasi pasien setiap jam hingga stabil, kemudian

setiap 2 jam sampai 4 jam.

R / : peningkatan laju pernapasan merupakan mekanisme kompensasi pada

hipoksia jaringan, yang dapat diakibatkan oleh penurunan perfusi jaringan.

Ukur dan catat haluaran urine pasien setiap setiap jam hingga haluaran urine 30 ml /

jam, kemudian setiap 2 jam sampai 4 jam.

R / : perfusi renal yang buruk mengakibatkan penurunan atau tidak adanya

haluaran urine, haluaran urine merupakan indicator yang baik untuk mengetahui

perfusi jaringan pada pasien yang tidak memiliki riwayat penyakit ginjal.

Berikan cairan atau darah sesuai program untuk pasien. Pantau pasien untuk

mengetahui adanya reaksi yang merugikan seperti kelebihan cairan atau reaksi

transfuse.

R / : pemberian cairan atau resuistasi darah yang berlebihan dapat mengakibatkan

kelebihan cairan, dekompensasi jantung atau keduanya.

Lakukan tindakan untuk membantu meningkatkan perfusi pasien :

25

Page 26: ISI.docx

      Pertahankan agar pasien tetap hangat, tetapi jangan terlalu panas.

R / : kondisi yang hangat membantu vasodilatasi, yang meningkatkan perfusi

jaringan.

      Turunkan ansietas dan nyeri pasien.

R / : ansietas dan nyeri dapat mengakibatkan reaksi simpatis, yang menyebabkan

vasokontriksi dan penurunan perfusi jaringan.

      Tinggikan ekstremitas bawah pasien.

R / : untuk meningkatkan suplai darah arteri dan menigkatkan perfusi jaringan.

Lakukan pemeriksaan berat jenis urine pasien pada setiap pergantian tugas jaga.

R / : urine yang pekat disertai peningkatan berat jenis merupakan indicator

hipovolemia.

Timbang berat badan pasien setiap hari sebelum sarapan.

R / : dengan menimbang berat badan pasien setiap hari dapat membantu

memperkirakan status cairan total, penimbangan berat badan pasien pada waktu

yang sama setiap hari dapat memberikan petunjuk yang lebih baik tentang

perubahan berat badan.

Ubah posisi pasien secara teratur, inspeksi kulit pada setiap pergantian tugas jaga.

R / : tindakan tersebut dapat mencegah penurunan perfusi jaringan dan risiko

kerusakan kulit.

Observasi adanya konfusi atau disorientasi pada pasien. Seringlah mereorientasikan

pasien terhadap realitas, panggil pasien dengan namanya, beritahu nama anda

kepada pasien, orientasi lingkungan pada pasien.

26

Page 27: ISI.docx

R / : perubahan tingkat kesadaran pasien dapat diakibatkan oleh penurunan perfusi

jaringan. Reorientasi akan membantu pasien dalam meningat orang, tempat, dan

waktu dan dapat juga mengurangi ketakutan da ansietas.

Pantau kadar Hb, Ht, hitung sel darah putih dan pemeriksaan koagulasi pasien.

R / : pemantauan membantu menentukan kebutuhan penggantian darah, status

cairan, kadar viskositas darah, parameter terapi antikoagulasi yang diprogramkan

dan kemudian infeksi.

Diagnose Sekunder

e.    Kerusakan membrane mukosa mulut yang berhubungan dengan dehidrasi.

( dapat digunakan pada Syok Hipovolemik )

Goal : pasien akan memperbaiki membrane mukosa mulut yang baik

selama dalam perawatan.

Objektif : dalam jangka waktu 2x24 jam pasien akan menunjukan perbaikan

membrane mukosa yang baik, dengan criteria hasil :

  Membran mukosa mulut merah muda dan lembab.

  Pasien mempertahnkan keseimbangan cairan ( asupan seimbang dengan haluaran )

  Pasien dapat menghubungkan factor presipitasi dengan perawatan mulut yang tepat.

Intervensi :

Inspeksi rongga mulut pasien setiap kali pergantian jaga. Jelaskan dan

dokumentasikan kondisinya.

R/ : pengkajian yang teratur dapat mengantisipasi atau mengatasi masalah.

27

Page 28: ISI.docx

Lakukan program penanganan yang dianjurkan, meliputi pemberian cairan IV atau

oral. Pantau kemajuannya, laporkan respons yang diinginkan atau tidak

diinginkan terhadap program penaganan.

Berikan tindakan dukungan sesuai yang diindikasikan :

               Bantu hygiene mulut sebelum dan setelah makan

               Gunakan sikat gigi dengan pengisap bila pasien tidak dapat mengeluarkan

air dari mulut.

          Berikan pencuci mulut atau obat kumur, sesuai permintaan.

         Lumasi bibir pasien secara sering dengan pelumas berbahan dasar air

R/ :

         Untuk meningkatkan perasaan nyaman.

         Untuk meminimalkan resiko aspirasi

         Untuk meningkatkan rasa nyaman pasien dan mempertahankan kelembapan

di dalam mulut.

         Untuk mencegah kulit pecah-pecah dan teriritasi.

Ajarkan praktik hygiene mulut, bila diperlukan. Biarkan pasien mendemonstrasikan

kembali perawatan mulut tersebut, dengan tip :

         Menggunakan sikat gigi berbulu lembut

         Menggosok gigi dengan gerakan memutar dari bawah gusi

         Menyikat lidah

R/ : Meningkatkan kesadaran pasien tentang praktik hygiene pribadi dan

menurunkan rasa tidak nyaman, yang menghasilkan peningkatan nutrisi dan

hidrasi.

28

Page 29: ISI.docx

f.        Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke

otak.

( dapat digunakan pada Syok Anapilaktik, Syok Kardiogenik, Syok

Hipovolemik, Syok Neurogenik, Syok Septik )

Goal : pasien akan meningkatkan kemampuan berbicara, memahami,

atau menggunakan kata-kata yang tepat selama dalam perawatan.

Objektif : dalam jangka waktu 1x 24 jam pasien akan berkomunikasi

dengan baik dengan criteria hasil;

         Pasien mengkomunikasikan kebutuhaan dan keinginan kepada anggota keluarga,

pasangan atau anggota staf perawat

         Pasien dan anggota keluarga atau pasangan mengungkapkan kepuasan terhadap

tingkat komunikasi.

         Pasien mempertahankan tingkat komunikasi yang efektif

         Pasien menjawab langsung pertanyaan dengan benar

Intervensi

Observasi pasien secara ketat agar dapat mengetahui isyarat kebutuhan dan

keinginan, sepertu isyarat, menunjuk obyek, melihat pada suatu benda, dan

pantomin.

R/: isyarat nonverbal memberikan arti untuk melakukan tindakan. Jangan

berespon secara kontinu terhadap isyarat jika terdapat kemungkinan untuk

meningkatkan bicara, sehingga mendorong peningkatan tersebut.

Pantau dan catat perubahan pola bicara atau tingkat orientasi pasien.

29

Page 30: ISI.docx

R/: perubahan dapat mengindikasikan peningkatan atau penurunan

kondisi.

Berbicaralah dengan jelas, pelan, dan dalam nada normal pada saat berbicara

kepada pasien;berdiri di tempat yang dapat dilihat dan didengar pasien.

R/: modifikasi dalam bicara dapat meningkatkan pemahaman.

Orientasi kembali pasien terhadap realitas :

         Panggil pasien dengan namanya.

         Beritahu nama Anda kepada pasien.

         Beritahu informasi latar belakang (tempat,tanggal, waktu) kepada pasien.

         Gunakan TV dan radio untuk menambah orientasi.

         Gunakan kelender yang besar, papan orientasi realitas.

R/ : tindakan teersebut mengembangkan kemampuan orientasi pasien melalui

pengulangan dan pengenalan konsep-konsep yang familier.

Bila tingkat frustrasi pasien tinggi, gunakan frasa yang pendek dan sederhana, dan

pertanyaan ya- atau- tidak.

R/: untuk mengurangi frustrasi.

Dukung upaya pasien dalam berkomunikasi dan beri penguatan positif.

R/: untuk membantu pemahaman.

Berikan waktu Yng cukup kepada pasien untuk berespons. Jangaan menjawab

pertanyaan bila pasien memiliki kemampuan untuk berespons.

R/: tindakan ini meningkatkan konsep diri pasien dan mengurangi

frustrasi.

Ulangi atau katakan pertanyaan dengan kalimat lain bila perlu.

30

Page 31: ISI.docx

R/: untuk meningkatkan komunikasi dan mengurangi ansietas.

Jangan berpura-pura mengerti jika Anda tidak mengerti.

R/: penurunan tekanan akan meningkat pemahaman.

Singkirkan gangguan dari lingkungan pasien selama upaya komunikasi. Gunakan

papan komunikasi ( meliputi alfabet dan beberapa kata dan gambar yang umum )

bila tersedia.

R/: pengurangan gangguan akan meningkatkan pemahaman.

Tinjau ulangi hasil uji diagnostik.

R/: untuk menentukan peningkatan atau penurunan proses penyakit pasien;

sesuaikan rencana perawatan dengan keadaan penyakit pasien.

C. Implementasi

( disesuaikan dengan intervensi di atas )

D. Evalusi

a. Pasien menunjukan perbaikan perfusi jaringan ( kardiovaskuler ) yang

efektif.

b. Pasien menunjukan perbaikan curah jantung normal.

c. Pasien menunjukan perfusi jaringan ( renal ) yang efektif.

d. Pasien menunjukan perfusi jaringan ( kardiopulmonal ) akibat hipovolemia

dalam batas normal.

e. Pasien menunjukan perbaikan membrane mukosa mulut yang baik.

f. Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.

31

Page 32: ISI.docx

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kehidupan sel dan jaringan tergantung dari oksigen yang berada dalam

aliran darah yang normal. Ketergantungan pada keseimbangan cairan yang

normal tidak begitu kentara. Kira-kira 60% dari berat badan berupa cairan.

Cairan terdiri dari 40% cairan dalam sel dan cairan di luar sel berupa 15%

cairan intersisial dan 5% cairan plasma. Gangguan aliran darah atau

keseimbangan cairan mengakibatkan beberapa penyulit medis: edema,

kongesti, perdarahan, syok, dan tiga keadaan yang saling berkaitan yaitu

thrombosis, emboli, dan infark. Gangguan-gangguan ini tidak hanya

menyebabkan gangguan umum, akan tetapi gangguan ini dapat

menyebabkan kematian.

B. Saran

Semoga makalah tentang haemodinamik khususnya syok ini dapat

menjadikan kita perawat yang professional dikemudian hari serta menjadi

perawat yang tangguh dalam menjalankan kewajiban dan bagi institusi

diharapkan lebih banyak lagi buku yang berkaitan dengan syok.

32