1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jalur pendidikan sekolah berupa jenjang yang lebih tinggi daripada pendidikan menengah. Lembaga yang menyelenggarakan pendidikan tinggi dikenal dengan perguruan tinggi. Hal ini disinggung dalam Abbas (2008:89) Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi harus mampu membina mahasiswa menjadi insan yang berguna bagi bangsa dan negara seperti yang dikemukakan oleh Uchjana (1990:108) bahwa untuk menimba suatu bangsa agar menjadi bangsa yang cerdas yaitu dengan menanamkan ilmu pengetahuan pada benak manusia-manusianya. Perguruan tinggi
124
Embed
repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/1692/Isi.docx · Web viewUniversitas Hasanuddin sudah tentu menjadi rujukan utama bagi seluruh kampus yang ada di
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jalur pendidikan sekolah
berupa jenjang yang lebih tinggi daripada pendidikan menengah. Lembaga yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi dikenal dengan perguruan tinggi. Hal ini
disinggung dalam Abbas (2008:89)
Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Perguruan tinggi harus mampu membina mahasiswa menjadi insan yang
berguna bagi bangsa dan negara seperti yang dikemukakan oleh Uchjana
(1990:108) bahwa untuk menimba suatu bangsa agar menjadi bangsa yang
cerdas yaitu dengan menanamkan ilmu pengetahuan pada benak manusia-
manusianya. Perguruan tinggi menjadi salah satu kunci dalam rangka
mencerdaskan pemuda-pemudi bangsa.
Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan yang melahirkan
sumberdaya manusia dalam mengisi pembangunan bangsa. Seperti yang
dikemukakan Abbas (2008:89) bahwa:
Pertama, sumberdaya berkualitas sangat ditentukan oleh kualitas perguruan tinggi. Kedua, terdapat sejumlah asumsi bahwa lulusan perguruan tinggi cenderung memiliki kualitas rendah, terutama dari lulusan perguruan tinggi di daerah. Hal ini ditandai dengan banyaknya lulusan perguruan tinggi yang tidak mampu bersaing untuk memperoleh pekerjaan sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuninya pada perguruan
2
tinggi. Ketiga, sumber daya yang dimiliki perguruan tinggi belum dimanfaatkan secara optimal, padahal ada perguruan tinggi tertentu yang memiliki sumber daya yang agak memadahi. Bila sumber daya tersebut dikelola, dan dimanfaatkan secara optimal, maka akan meningkat pula kualitas perguruan tinggi tersebut.
Sesuai dengan yang dimaksudkan oleh Abbas (2008:89), maka untuk
meningkatkan kualitas perguruan tinggi secara optimal, hal-hal yang harus
diperhatikan adalah pengelolaan dan pengembangan sumber daya yang ada.
Salah satu sumber daya yang berada dalam ruang lingkup perguruan tinggi yang
harus dikelola dan dikembangkan secara berkesinambungan yakni sumber daya
manusia (Dosen), karena dosen merupakan salah satu sumber pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan yang akan berbagi dengan mahasiswa di lingkup
perguruan tinggi.
Komunikasi mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari. termasuk
diantaranya komunikasi dalam bidang pendidikan. Dalam Muhammad (2007:1)
dikatakan bahwa dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan
satu sama lain. Begitulah gambaran yang harus terjalin antara mahasiswa dan
dosen di dalam ruang kuliah.
Dosen merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) perguruan tinggi yang
memiliki peran yang sangat sentral dan strategis dalam seluruh aktivitas di
perguruan tinggi. Kualitas dosen akan sangat menentukan tinggi rendahnya
kualitas suatu perguruan tinggi. Oleh karena itu, sebagaimana diamanatkan UU
Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, dan Permen Nomor
42 Tahun 2007 tentang sertifikasi dosen, dosen harus memiliki strata pendidikan
minimal satu tingkat lebih tinggi dari para mahasiswa yang diajarinya. Ini
3
menunjukkan bahwa dosen seharusnya memiliki kemampuan lebih tinggi
daripada mahasiswa.
Kemampuan dan keahlian dosen itu harus terus diasah dan
dikembangkan oleh perguruan tinggi dari waktu ke waktu, agar dosen sebagai
pilar perguruan tinggi selalu memiliki keunggulan kompetitif dan kualitas demi
tercapainya tujuan perguruan tinggi. Peningkatan kualitas dosen di perguruan
tinggi dapat dilakukan dengan berbagai metode dan cara, diantaranya dengan
memberikan program pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan,
memperbaiki metode dan strategi pengembangan dosen melalui pemenuhan
kompetensi sesuai bidangnya yang dilandasi pengetahuan, keterampilan dan
budaya kerja yang positif.
Dengan demikian dosen yang ada diharapkan mampu berkarya dan
selalu siap untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan serta mampu
memberikan kontribusi terhadap tercapainya visi, misi dan tujuan perguruan
tinggi. Pada dasarnya, dosen dan guru hanya berbeda dalam hal tempat
mengajar. Dosen mengajar di perguruan tinggi sedangkan guru mengajar di
sekolah. Menurut Eugene T. Maliski dalam Abdurrahman (1994:58)
berpendapat bahwa guru dengan tugas utamanya mengajar atau mentransfer
suatu nilai kepada siswa. Sesuai dengan yang dikatakan oleh Eugene T. Maliski
di atas bahwa dosen juga tugas utamanya yaitu mengajar.
Pengertian mengajar pada saat ini tak lagi sama seperti yang
dimaksudkan pada puluhan tahun yang lalu. Berikut dikemukakan oleh
Mustaqim (2008:91) bahwa:
4
Secara Global mengajar bisa dibedakan menjadi:a. Mengajar menurut paham lama:Pengajar senantiasa menyampaikan dan memompakan informasi / fakta-fakta agar dikuasai siswa, siswa sendiri hanya menerima / pasif.b. Mengajar menurut paham baru:Pengajar sebagai pengelola, pengatur, peracik lingkungan berupa tujuan, metode dan alat dengan siswa, siswa harus aktif.
Dari perbandingan pengertian mengajar di atas maka yang dimaksudkan
dalam penelitian ini adalah mengajar menurut paham baru. Dosen juga sebagai
fasilitator mahasiswa dalam belajar.
Namun, tak sedikit dosen hanya memiliki kepintaran tunggal, yaitu
hanya sekedar menguasai mata kuliah mereka saja. Padahal harapannya, dosen
harus mampu menguasai mata kuliah dalam bidangnya dan juga harus mampu
menyalurkan ilmu tersebut secara efektif kepada mahasiswa. Untuk mencapai
harapan tersebut, yang perlu diciptakan adalah komunikasi efektif antara
mahasiswa dan dosen. Mengajar berjam-jam di dalam kelas tak akan berguna
apabila tak ada persamaan pemahaman materi. Seharusnya pemahaman dosen
sebagai komunikator sama dengan pemahaman mahasiswa sebagai komunikan.
Jadi, dosen dalam mengajar harus memiliki kompetensi komunikasi.
Kompetensi komunikasi dosen dalam mengajar tidak dapat diamati dari
satu sisi yaitu dari latar belakang pendidikannya saja tetapi juga tak terlepas dari
penilaian langsung dari mahasiswa. Mahasiswa sebagai teman pelaku
komunikasi dosen menjadi penentu apakah pesan-pesan yang disampaikan
dosen dalam pembelajaran dapat diterima atau tidak. Apakah kemampuan dosen
5
dalam melaksanakan tugasnya menyampaikan ilmunya kepada mahasiswa
sudah tercapai atau tidak.
Penelitian ini diadakan di Unhas dengan pertimbangan bahwa
Universitas Hasanuddin merupakan Universitas terbesar di kawasan Indonesia
bagian timur. Universitas Hasanuddin sudah tentu menjadi rujukan utama bagi
seluruh kampus yang ada di kawasan Indonesia timur. Dalam Universitas
Hasanuddin (2011:8), Universitas hasanuddin harus mampu mencetak
mahasiswa yang memiliki integritas, inovatif, katalitik dan arif .
Unhas merupakan satu-satunya Perguruan Tinggi Indonesia (PTI) yang
ada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang menuju ke dalam world class
university. Ini membuktikan bahwa, kualitas yang dimiliki oleh Universitas
Hasanuddin patut diperhitungkan khususnya di Indonesia.
Ceramah, Alat Bantu Media, SCL 1 0.3Diskusi, SCL 4 1.2
Ceramah, Diskusi, SCL 3 0.9Total 344 100.0
Sumber : Data Primer diolah dari kuesioner, 2012
Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa persentase terbesar metode
mengajar yang digunakan dosen dalam proses belajar adalah Student
Centre Learning (SCL) dengan jumlah 151 responden (43,9%).
Berikutnya metode ceramah dengan jumlah 55 responden (16,0%).
61
2.2 Kemudahan Bahasa Verbal
Tabel 4.6Distribusi Responden Berdasarkan Kemudahan Bahasa Verbal
N = 344Kemudahan Bahasa Verbal Frekuensi Persentase
Sangat Tidak Mudah 6 1.7
Tidak Mudah 16 4.7
Ragu-ragu 19 5.5
Mudah 251 73.0
Sangat Mudah 52 15.1
Total 344 100.0
Sumber : Data Primer diolah dari kuesioner, 2012
Tabel 4.6 diatas menunjukkan persentase terbesar adalah
responden yang menyatakan dosen mengajar dengan menggunakan
bahasa verbal yang mudah dimengerti oleh mahasiswa yaitu sebanyak 251
responden (73,0%), lalu sebanyak 52 responden (15,1%) menyatakan
sangat mudah.
2.3 Penggunaan Komunikasi Non Verbal
Tabel 4.7Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Komunikasi Non Verbal
N = 344Penggunaan Bahasa Non
VerbalFrekuensi Persentase
Sangat Tidak Bagus 9 2.6
Kurang Bagus 30 8.7
Ragu-ragu 18 5.2
Bagus 250 72.7
Sangat Bagus 37 10.8
Total 344 100.0
Sumber : Data Primer diolah dari kuesioner, 2012
62
Tabel 4.7 diatas menunjukkan persentase terbesar adalah
responden yang menyatakan bentuk komunikasi non verbal dosen dalam
proses belajar di dalam kelas adalah bagus yakni 250 responden (72,7%),
lalu sebanyak 37 responden (10,8%) menyatakan sangat bagus. 30
responden (8,7%) menyatakan kurang bagus dan yang menyatakan ragu-
ragu berjumlah 18 responden (5,2%). Selanjutnya yang menyatakan
sangat tidak bagus adalah 9 responden (2,6%).
2.4 Penguasaan MateriTabel 4.8
Distribusi Responden Berdasarkan Penguasaan MateriN = 344
Penguasaan Materi Frekuensi Persentase
Sangat Tidak Menguasai 6 1.7
Tidak Menguasai 14 4.1
Ragu-ragu 15 4.4
Menguasai 201 58.4
Sangat Menguasai 108 31.4
Total 344 100.0
Sumber : Data Primer diolah dari kuesioner, 2012
Tabel 4.8 diatas menunjukkan persentase terbesar adalah
responden yang menyatakan dosen menguasai materi pembelajaran dalam
proses belajar di dalam kelas yakni 201 responden (58,4%), lalu sebanyak
108 responden (31,4%) menyatakan sangat menguasai. Responden yang
memilih ragu-ragu berjumlah 15 responden (4,4%). Selanjutnya 14
responden (4,1%) menyatakan tidak menguasai dan 6 responden (1,7%)
menyatakan sangat tidak menguasai.
63
2.5 Kerelevanan MateriTabel 4.9
Distribusi Responden Berdasarkan Kerelevanan MateriN = 344
Kerelevanan Materi Frekuensi Persentase
Sangat Tidak Relevan 5 1.5
Tidak Relevan 13 3.8
Ragu-ragu 18 5.2
Relevan 242 70.3
Sangat Relevan 66 19.2
Total 344 100.0
Sumber : Data Primer diolah dari kuesioner, 2012
Tabel 4.9 diatas menunjukkan persentase terbesar adalah
responden yang menyatakan materi yang disampaikan dosen relevan
dengan topik pembahasan mata kuliah yang bersangkutan yakni 242
responden (70,3%), lalu sebanyak 66 responden (19,2%) menyatakan
sangat relevan. Responden yang memilih ragu-ragu sebanyak 18
responden (5,2%) dan 13 responden (3,8%) memilih tidak relevan.
Selanjutnya responden yang memilih sangat tidak relevan berjumlah 5
responden (1,5%).
2.6 Isi Pesan (materi) aktualTabel 4.10
Distribusi Responden Berdasarkan Isi Pesan (materi)N = 344
Isi Pesan (Materi) Frekuensi Persentase
Sangat Kurang Bagus 6 1.7
Kurang Bagus 22 6.4
Ragu-ragu 19 5.5
Bagus 244 70.9
Sangat Bagus 53 15.4
Total 344 100.0
Sumber : Data Primer diolah dari kuesioner, 2012
64
Tabel 4.10 diatas menunjukkan persentase terbesar adalah
responden yang menyatakan isi pesan (materi) aktual yang disampaikan
dosen dalam proses belajar mengajar di dalam kelas adalah bagus yakni
244 responden (70,9%), lalu sebanyak 53 responden (15,4%) menyatakan
sangat bagus. 22 responden (6,4%) menyatakan kurang bagus, 19
responden (5,5%) menyatakan ragu-ragu. Kemudian 6 responden (1,7%)
menyatakan sangat kurang bagus.
2.7 Ketersediaan Waktu Dosen untuk Berkonsultasi
Tabel 4.11Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Waktu Dosen untuk
BerkonsultasiN = 344
Ketersediaan Waktu Frekuensi Persentase
Sangat Tidak Bersedia 6 1.7
Tidak Bersedia 11 3.2
Ragu-ragu 16 4.7
Bersedia 214 62.2
Sangat Bersedia 97 28.2
Total 344 100.0
Sumber : Data Primer diolah dari kuesioner, 2012
Tabel 4.11 diatas menunjukkan persentase terbesar adalah
responden yang dosen memiliki ketersediaan waktu untuk berkonsultasi
untuk mahasiswa yakni 214 responden (62,2%), lalu sebanyak 97
responden (28,2%) menyatakan sangat bersedia. Kemudian disusul ragu-
ragu dengan jumlah 16 responden (4,7%). Selanjutnya yang tidak bersedia
yaitu 11 responden (3,2%) dan 6 responden (1,7%) menyatakan sangat
tidak bersedia.
65
2.8 Kenyamanan Mengikuti Perkuliahan
Tabel 4.12Distribusi Responden Berdasarkan Kenyamanan Mengikuti Perkuliahan
N = 344Kenyamanan Mengikuti Kuliah Frekuensi Persentase
Sangat Tidak Nyaman 8 2.3
Tidak Nyaman 28 8.1
Ragu-ragu 39 11.3
Nyaman 225 65.4
Sangat Nyaman 44 12.8
Total 344 100.0
Sumber : Data Primer diolah dari kuesioner, 2012
Tabel 4.12 diatas menunjukkan persentase terbesar adalah
responden yang merasa nyaman mengikuti perkuliahan dari dosen yakni
225 responden (65,4%), lalu sebanyak 44 responden (12,8%) menyatakan
sangat nyaman. Kemudian disusul ragu-ragu dengan jumlah 39 responden
(11,3%). Selanjutnya yang tidak nyaman yaitu 28 responden (8,1%) dan 8
responden (2,3%) menyatakan sangat tidak nyaman.
2.9 Jarak Dosen dengan Mahasiswa
Tabel 4.13Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Dosen dengan Mahasiswa
N = 344Keakraban dengan Dosen Frekuensi Persentase
Sangat Tidak Akrab 12 3.5
Tidak Akrab 44 12.8
Ragu-ragu 58 16.9
Akrab 186 54.1
Sangat Akrab 44 12.8
Total 344 100.0
Sumber : Data Primer diolah dari kuesioner, 2012
66
Tabel 4.13 diatas menunjukkan persentase terbesar adalah
responden yang merasa akrab dengan dosen yakni 186 responden
(54,1%), lalu sebanyak 58 responden (16,9%) menyatakan ragu-ragu,
tidak akrab sebanyak 44 responden (12,8%) sama halnya dengan sangat
akrab yang berjumlah 44 responden (12,8%). Kemudian disusul sangat
tidak akrab dengan jumlah 12 responden (3,5%).
B. Pembahasan
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tanggapan
mahasiswa unhas terhadap kompetensi komunikasi dosen dalam proses
belajar di Universitas Hasanuddin dan komponen kompetensi komunikasi
apa yang paling tinggi dan terendah dari kompetensi komunikasi dosen
Unhas dan proses belajar mengajar di Universitas Hasanuddin.
Dalam penelitian ini, tanggapan dibutuhkan untuk mengetahui
seberapa berkompeten dan kurang berkompetennya dosen dalam proses
belajar di Universitas Hasanuddin. Sebagaimana universitas ini dianggap
sebagai universitas terkemuka di kawasan Indonesia bagian timur. Dalam
penelitian ini, penilaian dosen ditinjau dari sudut pandang mahasiswa jadi
dosen tak dinilai dari tingkat pendidikan terakhirnya namun yang dinilai
adalah kompetensinya menyampaikan materi pada proses belajar. Sesuai
dengan yang dijelaskan di atas, maka yang memberikan tanggapan adalah
mahasiswa Universitas Hasanuddin.
67
Berikut secara mendetail pembahasan mengenai tanggapan
mahasiswa Unhas terhadap kompetensi komunikasi dosen dalam proses
belajar di Universitas Hasanuddin.
A. Identitas Responden
1. Jenis Kelamin (dapat dilihat pada tabel 4.1) dari 344 responden, 190
diantaranya adalah responden berjenis kelamin perempuan.
2. Umur (dapat dilihat pada tabel 4.2) sebanyak 184 responden dari 344
responden adalah responden yang berumur 20-21 tahun.
3. Fakultas (dapat dilihat pada tabel 4.3) 61 responden berasal dari
fakultas Teknik. Ini dibagi secara proporsional berdasarkan jumlah
mahasiswa tiap fakultas. Jadi, semakin banyak jumlah mahasiswa tiap
fakultas maka semakin banyak pula responden dari fakultas tersebut.
4. Angkatan (dapat dilihat pada tabel 4.4) 109 responden angkatan 2009 .
dan angkatan 2006 serta 2005 masing-masing hanya berjumlah 2 orang.
Ini dikarenakan banyaknya angkatan tersebut yang telah menyelesaikan
studi S1-nya.
B. Tanggapan Mahasiswa Unhas terhadap Kompetensi Komunikasi Dosen
Form
1. Metode Mengajar (dapat dilihat pada tabel 4.5) kebanyakan
responden yaitu 151 responden menyatakan bahwa Student Centred
Learning (SCL) adalah metode yang paling banyak digunakan oleh
dosen. Ini sesuai dengan program penyelenggaraan pembelajaran Unhas
yang mengacu pada (Garis Besar Rancangan Pembelajaran) GBRP dan
68
Unit Tugas Mahasiswa (UTM) yang mengutamakan peran aktif
mahasiswa belajar. Namun, Student Centred Learning tidak sepenuhnya
berjalan lancar. Metode ini juga bisa mendukung mahasiswa yang malas.
Mahasiswa malas kadang-kadang hanya menyalin tugas dan tidak mampu
bekerja sendiri. Ada pula responden yang menyatakan bahwa dosen
menjelaskan dengan menggunakan metode ceramah. Ini merupakan
metode klasik yang masih digunakan saat ini. Kebanyakan mahasiswa
menyukai metode ini terutama mahasiswa di bagian eksakta. Kedua
metode yang dilakukan tersebut diatas ada baiknya didukung oleh
menggunakan media seperti LCD pada saat perkuliahan khususnya
metode ceramah dan penggunaan internet yang sangat mendukung
metode SCL. Tak hanya itu, metode mengajar dengan cara diskusi juga
tak jarang digunakan oleh dosen. Metode ini juga memiliki kelemahan.
Dosen membagi materi kepada setiap kelompok lalu kelompok tersebut
yang akan membawakan materi yang telah dibagikan. Yang menjadi
masalah, terkadang mahasiswa hanya menguasai materi yang dibawakan.
Materi yang dibawakan oleh kelompok lain tidak dipelajari lagi dan tidak
diperhatikan dengan baik. Metode belajar yang diterapkan dosen pada
dasarnya semua baik namun dalam pelaksaannya masih kurang efektif.
2. Kemudahan Bahasa Verbal (dapat dilihat pada tabel 4.6) kebanyakan
responden menyatakan bahwa dosen mengajar menggunakan bahasa
verbal yang mudah dimengerti oleh mahasiswa. Komponen form yang
kedua ini yaitu kemudahan bahasa verbal yang digunakan dosen pada
69
proses belajar mengajar di Universitas Hasanuddin dikatakan
berkompetensi karena hampir semua dosen menggunakan bahasa
Indonesia pada saat mengajar di dalam kelas.
3. Penggunaan Komunikasi Non Verbal (dapat dilihat pada tabel 4.7)
kebanyakan responden menyatakan penggunaan komunikasi non verbal
dosen dalam proses belajar di dalam kelas adalah bagus. Ini menunjukkan
bahwa dosen berkompetensi dalam hal penggunaan bahasa non verbal
pada saat mengajar di dalam kelas. Bahasa non verbal yang dimaksud
adalah seperti isyarat intonasi suara, ruang (spasi, wilayah dan jarak),
pergerakan dan penampilan. Dosen yang memiliki suara lantang dengan
intonasi yang jelas akan mendapat perhatian lebih dari mahasiswa.
Content
1. Penguasaan Materi (dapat dilihat pada tabel 4.8) secara keseluruhan
menyatakan dosen menguasai materi pembelajaran dalam proses
pembelajaran di dalam kelas. Namun, adapula dosen yang tidak terlalu
menguasai materi pembelajaran saat mengajar. Mahasiswa menanggapi
hal yang demikian dikarenakan dosen hanya membaca materi saat
mengajar dan ketika menjelaskan kembali, penjelasan tersebut tidak
selaras dengan apa yang dibacakan. Namun, kebanyakan dosen mampu
menguasai meteri pembelajaran yang akan disampaikan kepada
mahasiswa.
2. Kerelevanan Materi (dapat dilihat pada tabel 4.9) 190 responden
menyatakan bahwa materi yang disampaikan dosen relevan dengan topik
70
pembahasan mata kuliah yang bersangkutan. Bisa dikatakan dosen
berkompetensi dalam hal menyampaikan materi yang relevan dengan
pokok pembahasan materi pada saat perkuliahan berlangsung. Namun,
ada pula dosen menyajikan pesan yang tidak relevan dengan mata kuliah
yang bersangkutan. Ini berkaitan dengan penguasaan materi yang dibahas
diatas karena apabila dosen tak menguasai materi, maka yang dilakukan
adalah bercerita yang tidak relevan dengan mata kuliah. Dosen sejenis ini
persentasinya hanya sedikit seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.9 di
atas.
3. Isi Pesan (Materi) aktual (dapat dilihat pada tabel 4.10) kebanyakan
responden yaitu 244 responden menyatakan bahwa materi pembelajaran
yang disampaikan dosen dalam proses belajar di dalam kelas bersifat
aktual. Ini ditinjau dari keseluruhan materi yang disampaikan oleh dosen
kepada mahasiswa. Pada umumnya menyatakan bahwa pesan yang
disampaikan dosen tersebut bagus dan bisa diterima oleh mahasiswa. Isi
pesan yang dimaksudkan di sini adalah materi pembelajaran yang bersifat
aktual dan mengandung unsure kebaruan.
Relationship
1. Ketersediaan Waktu Dosen untuk Berkonsultasi (dapat dilihat pada
tabel 4.11) kebanyak responden menyatakan bahwa dosen memberikan
katersediaan waktu kepada mahasiswa untuk berkonsultasi. Dosen bisa
meluangkan waktu untuk mahasiswa apabila mahasiswa ingin
menanyakan materi yang kurang jelas di dalam kelas. Namun, ada pula
71
dosen yang tidak memiliki ketersediaan waktu untuk mahasiswa apabila
ingin berkonsultasi mengenai materi pembelajaran.
2. Kenyamanan Mengikuti Perkuliahan (dapat dilihat pada tabel 4.12)
kebanyakan menyatakan bahwa mahasiswa merasa nyaman mengikuti
perkuliahan dari dosen. Ini berarti bahwa dosen mampu menarik
perhatian mahasiswa dan menjadikan mahasiswa nyaman belajar di
dalam kelas. Dosen berkompetensi pasti mampu menilai kondisi
psikologis mahasiswa dan bisa membuat suasana kelas selalu nyaman.
3. Keakraban dengan Dosen (dapat dilihat pada tabel 4.13) kebanyakan
responden yaitu 186 responden menyatakan bahwa responden merasa
akrab dengan dosen. Ini menunjukkan bahwa dosen mampu membuat
konsep serius tapi akrab. Tapi ada pula yang tidak setuju, ini
menunjukkan bahwa ada dosen yang sangat ditakuti dan sangat tidak
akrab dengan mahasiswa.
Model S-O-R merupakan pijakan teoritis dalam penelitian ini,
menjadikan kompetensi komunikasi dosen dalam proses belajar sebagai
stimulus. Dengan pengkatogorian penilaian seperti form, content,
relationship. Perhatian, pengertian, dan penerimaan dari responden dalam hal
ini mahasiswa Universitas Hasanuddin sebagai organism.
Dalam pemberian tanggapan, tiap responden memiliki cara
masing-masing. Seseorang akan mempersepsi sesuatu ketika ia
memperhatikan hal tersebut. Perhatian timbul ketika salah satu alat indra
menonjol dan mengesampingkan stimulus yang timbul dari alat indra
72
lainnya. Ada beberapa faktor eksternal yang turut mempengaruhi perhatian
sesorang, seperti:
1. Intensitas
Intensitas, hal ini dapat dilihat dari intensitas bertemu dosen
dengan mahasiswa sekali seminggu dengan mata kuliah yang sama. Hal
ini juga bisa dilihat dari ketersediaan waktu dosen untuk berkonsultasi
dengan mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa
setuju apabila dikatakan bahwa dosen memiliki waktu apabila mahasiswa
ingin berkonsultasi.
2. Ukuran
Ukuran, hal ini umumnya dapat dilihat dari metode belajar yang
digunakan dosen. Kebanyakan responden menyatakan bahwa metode
yang paling banyak diaplikasikan dosen adalah Student Centre Learning
(SCL). Ini menunjukkan bahwa metode yang dipakai oleh Unhas ini telah
terlaksana meskipun efek yang diharapkan dari metode ini belum
maksimal karena masih adanya kendala-kendala.
3. Kontras
Kontras, merupakan sesuatu yang unik dan luar biasa yang biasa
ditampilkan oleh dosen. Hal ini dapat dilihat dari penilaian responden
mengenai bahasa verbal yang terlontar dari dosen pada proses belajar
mengajar di dalam kelas. Bahasa verbal ini merupakan kata-kata yang
terlontarkan dari dosen pada proses pembelajaran.
73
4. Gerakan
Sesuatu yang bergerak dapat lebih menarik dari pada statis. Dalam hal
ini, yang termasuk dalam gerakan adalah komunikasi non verbal dosen
pada proses belajar mengajar di dalam kelas. Komunikasi yang
dimaksudkan di sini adalah isyarat, intonasi suara, ruang (spasi, wilayah
dan jarak), pergerakan dan penampilan. Jarak yang terjalin antara dosen
dengan mahasiswa, kecepatan berbicara, besar dan kecilnya volume suara
dosen, dan jenis pakaian pada saat mengajar juga menjadi bagian yang
mempengaruhi tanggapan mahasiswa mengenai kompetensi komunikasi
dosen.
5. Pengulangan
Sesuatu yang sering mengalami pengulangan akan menarik perhatian,
tetapi jika terlalu sering akan mengalami kejenuhan. Hal ini dapat dilihat
pada kerelevanan materi pembelajaran. Materi pembelajaran pada
minggu lalu selalu relevan dengan materi pada pertemuan selanjutnya.
Dan untuk mengefektifkan maka sebaiknya selalu mengulang sedikit
untuk merefresh kembali materi yang telah disampaikan pada pertemuan
lalu.
6. Keakraban
Komunikasi akan berlangsung efektif jika ada unsur keakraban antara
komunikan dan komunikator. Dalam hal ini, keakraban dapat dilihat pada
jarak antara dosen dengan mahasiswa. Memastikan mahasiswa nyaman
74
dalam perkuliahan. Relationship antara dosen dan mahasiswa terbangun
dengan baik
7. Novelty
Sesuatu yang baru. Sama halnya dengan gerakan, sesuatu yang baru dan
berbeda bisa menarik perhatian. Dalam hal ini, dapat dilihat mengenai
content yang aktual dan mengandung kebaharuan. Dosen mampu
memberikan informasi kepada mahasiswa.
Dan beberapa faktor internal yang mempengaruhi perhatian, seperti:
1. Kebutuhan Psikologis
Adalah hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan kebutuhan.
Tiap responden menyatakan bahwa mereka hanya akan memperhatikan
rangsangan yang sesuai dengan kebutuhan mereka saat itu. Setiap
manusia membutuhkan lingkungan sosial dan kebutuhan akan
pendidikan. Maka dri itu aktifitas utama di perguruan tinggi adalah
proses belajar mengajar. Jadi, sudah sewajarnya mahasiswa dan dosen
melaksanakan kegiatan tersebut yaitu proses belajar mengajar.
2. Latar Belakang, Pengalaman, dan Kepribadian
Ini bisa berupa pengalaman responden mengenai jenis-jenis dosen yang
ditemui pada proses pembelajaran. Ada dosen yang mampu
menggunakan metode mengajar yang dipilihnya dan ada pula yang tidak
mampu. Maka dari itu, responden punya pengetahuan mengenai kedua
jenis dosen tersebut.
75
3. Sikap, Kepercayaan Umum, dan Kepercayaan
Responden memiliki kepercayaan tertentu terhadap suatu hal. Punya
kecenderungan memperhatikan hal-hal kecil. Jadi, terkadang apa yang
dinilai positif oleh seorang responden, belum tentu mendapat penilaian
yang sama oleh responden lain. Responden yang ikhlas menerima
kenyataan dirinya akan cepat menyerap sesuatu disbanding dengan
responden yang kurang ikhlas menerima kenyataan dirinya. Karena
ketika seorang responden bersikap realistis dengan keadaannya, maka
mereka dapat dengan mudah menerima suatu informasi dan lebih terbuka
dengan bentuk-bentuk pengetahuan baru termasuk yang disampaikan
dosen pada proses pembelajaran.
Dalam model S-O-R (Stymulus Organism Response),
menganalogikan bahwa stimulus tertentu yang menerpa organisme akan
melahirkan respons tertentu pula. Perubahan sikap yang terjadi adalah hasil
dari respons, termasuk bahaimana dalam hal ini responden (mahasiswa
Universitas Hasanuddin) memberikan tanggapan positif atau negatif terhadap
kompetensi komunikasi dosen dalam proses belajar di Universitas
Hasanuddin.
Secara keseluruhan data hasil penelitian yang mencakup
penilaian dari seluruh responden mengenai kompetensi komunikasi dosen,
dilihat dan dihimpun dari komponen kompetensi komunikasi yaitu form,
content, relationship, mendapat tanggapan yang positif.
76
Tanggapan mahasiswa Unhas mengenai form dosen Unhas dalam
proses belajar mengajar secara keseluruhan dengan menggabungkan antara
metode belajar (tabel 4.5), kemudahan bahasa verbal (tabel 4.6), dan
penggunaan komunikasi non verbal (tabel 4.7) adalah berkompetensi dengan
persentasi 63,2%.
Tanggapan mahasiswa Unhas mengenai content yang
disampaikan dosen Unhas dalam proses belajar mengajar di Unhas secara
keseluruhan dengan menggabungkan antara penguasaan materi (tabel 4.8),
kerelevanan materi (tabel 4.9), isi pesan (tabel 4.10) adalah berkompetensi
dengan persentase 66, 53 %.
Tanggapan mahasiswa Unhas mengenai relationship antara
dosen dan mahasiswa secara keseluruhan dengan menggabungkan antara
ketersediaan waktu untuk berkonsultasi (tabel 4.11), kenyamanan mengikuti
perkuliahan (tabel 4.12), dan jarak dosen dengan mahasiswa (tabel 4.13)
adalah berkompetensi dengan persentase 60,56 %.
Dilihat dari tabel 4.8 hingga 4.16 secara keseluruhan
menunjukkan bahwa dari ketiga komponen komunikasi dosen yaitu form,
content, relationship,dalam proses belajar mengajar di Universitas
Hasanuddin yaitu berkompetensi dengan persentase 63,43 %.
Apabila ketiga komponen kompetensi komunikasi dosen ini
dibandingkan, maka yang komponen yang paling tinggi adalah content.
Sedangkan komponen yang kurang adalah relationship.
77
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian, kesimpulan ini dimaksudkan untuk menjawab
pertanyaan pada rumusan masalah, sebagai berikut:
1. Tanggapan mahasiswa Unhas terhadap kompetensi komunikasi dosen
dalam proses belajar mengajar di Universitas Hasanuddin, menunjukkan
bahwa mayoritas responden menyatakan berkompetensi.
2. Komponen kompetensi komunikasi dosen yang paling tinggi adalah
content dan komponen kompetensi komunikasi yang paling kurang
adalah relationship.
B. SARAN
Dari penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa saran, yaitu:
1. Perlunya peningkatan kompetensi komunikasi dosen dalam proses
belajar mengajar yang menyangkut 3 komponen kompetensi komunikasi
yaitu form, content, relationship. Sesuai dengan kesimpulan di atas,
ketiga komponen tersebut berada pada tataran berkompetensi dengan
persentase form 63,20%, persentase content 66,53 % dan persentase
relationship 60,56 %. Ini menunjukkan bahwa walaupun kompetensi
komunikasi dosen unhas berada pada tataran berkompetensi, namun
persentasenya menunjukkan bahwa belum maksimal.
78
2. Dalam sistem pembelajaran Student Centre Learning (SCL) atau
Constructive Based Learning (CBL) sebaiknya yang dominan adalah
komponen relationship namun hasil penelitian menunjukkan bahwa
komponen yang paling rendah adalah komponen relationship dengan
persentase 60,56 %.
79
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Syahhrizal. 2008. Manajemen Perguruan Tinggi. Jakarta: Prenada Media Group
Abdurrahman. 1994. Pengelolaan Pengajaran. Ujung Pandang: C.V Bintang Selatan
Arifin, Anwar. 1988. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar Ringkas. Jakarta: Rajawali Press
Djamaluddin, Dedy dan Yosal Iriantara. 1994. Komunikasi Persuasif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Jurusan Ilmu Komunikasi. 2005. Pedoman Penyusunan Skripsi. Makassar: Hasanuddin University Press
Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi : Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Maswati. 2009. Tanggapan Siswa SMA islam athirah terhadap film-film religi yang diputar di bioskop kota makassar. Skripsi Tidak Diterbitkan. Makassar: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin.
Muhajirah. 2010. Tanggapan Santriwati Pesantren Pondok Madinah Makassar terhadap film perempuan berkalung sorban. Skripsi Tidak Diterbitkan. Makassar: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin.
Muhammad, Arni. 2007. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara
Mustaqim. 2008. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Naim, Ngainun. 2011. Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzzmedia.
80
Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Rosmawaty. 2010. Mengenal Ilmu Komunikasi:Metacommunicator is Ubiquitous. Jakarta: Widya Padjadjaran.