BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejarah dan perkembangan Ilmu Forensik tidak dapat dipisahkan dari sejarah dan perkembangan hukum acara pidana. Sebagaimana diketahui bahwa kejahatan yang terjadi di muka bumi ini sama usia tuanya dengan sejarah manusianya itu sendiri. Luka merupakan salah satu kasus tersering dalam kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Dalam sebuah survey di sebuah rumah sakit di selatan tenggara kota London dimana didapatkan 425 pasien yang dirawat oleh karena kekerasan fisik yang disengaja. Beberapa jenis senjata digunakan pada 68 dari 147 kasus penyerangan di jalan raya, terdapat 12 % dari penyerangan menggunakan besi batangan dan pemukul baseball atau benda – benda serupa dengan itu, lalu di ikuti dengan penggunaan pisau 18%, terdapat nilai yang sangat berarti dari kasus penusukan, sekitar 47% kasus yang masuk rumah sakit dan 90% mengalami luka yang serius. Hal yang harus dicatat bahwa terdapat 2 dari 3 penyerangan terjadi di dalam tempat tinggal atau klub-klub dengan menggunakan pisau, kaca, dan bermacam-macam senjata. 40% kasus penikaman terjadi di jalan raya dan 23% di dalam tempat tinggal dan klub-klub, 50% pasien sedang mabuk atau 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sejarah dan perkembangan Ilmu Forensik tidak dapat dipisahkan dari sejarah dan
perkembangan hukum acara pidana. Sebagaimana diketahui bahwa kejahatan yang terjadi di
muka bumi ini sama usia tuanya dengan sejarah manusianya itu sendiri. Luka merupakan
salah satu kasus tersering dalam kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi pada korban hidup
maupun korban mati. Dalam sebuah survey di sebuah rumah sakit di selatan tenggara kota
London dimana didapatkan 425 pasien yang dirawat oleh karena kekerasan fisik yang
disengaja. Beberapa jenis senjata digunakan pada 68 dari 147 kasus penyerangan di
jalan raya, terdapat 12 % dari penyerangan menggunakan besi batangan dan pemukul
baseball atau benda – benda serupa dengan itu, lalu di ikuti dengan penggunaan pisau 18%,
terdapat nilai yang sangat berarti dari kasus penusukan, sekitar 47% kasus yang masuk rumah
sakit dan 90% mengalami luka yang serius.
Hal yang harus dicatat bahwa terdapat 2 dari 3 penyerangan terjadi di dalam tempat
tinggal atau klub-klub dengan menggunakan pisau, kaca, dan bermacam-macam senjata. 40%
kasus penikaman terjadi di jalan raya dan 23% di dalam tempat tinggal dan klub-klub, 50%
pasien sedang mabuk atau minum pada saat sebelum waktu penyerangan, 27% pasien
tersebut adalah penganguran. Luka-luka yang disebabkan oleh pukulan (46%), tendangan
(17%) bermacam-macam senjata (17%), pisau dan pecahan kaca (15%) sisanya disebabkan
oleh gigitan manusia dan penyebab-penyebab lain yang tidakdiketahui. Selama tahun 2006,
jumlah kejahatan meningkat dari 256.543 (tahun 2005) menjadi 296.119. Inilah peningkatan
kejahatan yakni sekitar 15,43 persen. Jumlah penduduk yang beresiko terkena kejahatan rata-
rata 123 orang per 100.000 penduduk Indonesia di 2006. Bila dibandingkan tahun 2005
terjadi kenaikan 1,65 persen.
Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP dijelaskan bahwa
penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter
atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah Visum et Repertum, dimana di
1
dalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan korban, baik korban luka, keracunan, ataupun
mati yang diduga karena tindak pidana.
Bagi dokter yang bekerja di Indonesia perlu mengetahui ilmu kedokteran Forensik termasuk
cara membuat Visum et Repertum. Seorang dokter perlu menguasai pengetahuan tentang
mendeskripsikan luka, tujuannya untuk mempermudah tugas-tugasnya dalam membuat
Visum et Repertum yang baik dan benar sehingga dapat digunakan sebagai alat bukti yang
bisa meyakinkan hakim untuk memutuskan suatu tindak pidana. Pada kenyataannya dalam
praktek, dokter sering mengalami kesulitan dalam membuat Visum et Repertum karena
kurangnya pengetahuan tentang luka. Padahal Visum et Repertum harus di buat sedemikian
rupa, yaitu memenuhi persyaratan formal dan material , sehingga dapat dipakai sebagai alat
bukti yang sah di sidang pengadilan. Dengan demikian, jelas bagi kita bahwa sebagai
kalangan medis, penting untuk mengetahui dan mendeskripsikan berbagai hal mengenai luka
dan trauma. Sehingga traumatologi menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini.
I.2 Tujuan Penulisan
Dengan penyusunan referat ini kami berharap seorang dokter atau calon dokter
mampu mendeskripsikan luka secara benar sehingga mampu membuat Visum et Repertum
yang baik dan benar sehingga dapat digunakan sebagai alat bukti yang bisa meyakinkan
hakim untuk memutuskan suatu tindak pidana.
I.3 Manfaat Penulisan
I.3.1 Bagi Ilmu Pengetahuan
Referat ini diharapkan mampu memberikan informasi dan pengetahuan
mengenai traumatologi.
I.3.2 Bagi Masyarakat
Referat ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai berbagai hal mengenai traumatologi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasan atas
jaringan tubuh yang masih hidup, sedang logos berarti ilmu. Jadi traumatologi merupakan
ilmu yang mempelajari semua aspek yang berkaitan dengan kekerasan terhadap jaringan
tubuh manusia yang masih hidup.
II.2 Jenis Penyebab Trauma
Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat menimbulkan efek pada fisik
maupun psikisnya. Efek fisik maupun psikisnya. Efek fisik berupa luka- luka yang kalau di
periksa dengan teliti akan dapat di ketahui jenis penyebabnya yaitu :
A. Benda – benda mekanik
1. Benda Tajam
Ciri- ciri umum dari luka benda tajam adalah sebagai berikut :
- Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata dan sudutnya runcing
- Bila ditautkan akan mejadi rapat (karena benda tersebut hanya memisahkan, tidak
menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurus dari sedikit lengkung.
- Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan.
- Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar
2. Benda Tumpul
Kekerasan oleh benda keras dan tumpul dapat mengakibatkan berbagai macam jenis
luka, antara lain :
3
a. Memar ( kontusi )
Memar merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh kerusakan jaringan
tanpa disertai diskontinuitas permukaan kulit. Kerusakan tersebut disebabkan oleh
pecahnya kapiler sehingga darah keluar dan meresap ke jaringan di sekitarnyaMula –
mula terlihat pembengkakan, berwarna merah kebiruan. Sesudah 4 sampai 5 hari
berubah menjadi kuning kehijauan dan sesudah lebih dari seminggu menjadi
kekuningan.Pada orang yang menderita penyakit defisiiensi atau menderita kelainan
darah, kerusakan yang terjadi akibat trauma tumpul tersebut akan lebih besar
dibandingkan pada orang normal. Oleh sebab itu, besar kecilnya memar tidak dapat
di jadikan ukuran untuk menentukan besar kecilnya benda penyebabnya atau
kekerasan tidaknya pukulan. Pada wanita atau orang – orang yang gemuk juga akan
mudah terjadi memar. Dilihat sepintas lalu luka memar terlihat seperti lebam maya,
tetapi jika di periksa dengan seksama akan dapat dilihat perbedaan – perbedaanya,
yaitu :
Memar Lebam mayat
Lokasi Bisa dimana saja Pada bagian terendah
Pembengkakan Positif Negatif
Bila ditekan Warna tetap Memucat/menghilang
Mikroskopik Reaksi jaringan (+) Reaksi jaringan (-)
Memar Lebam mayat
4
b. Luka lecet ( abrasi )
Luka lecet adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya lapisan luar dari
kulit, yang ciri – cirinya adalah :
o Bentuk luka tak teratur
o Batas luka tidak teratur
o Tepi luka tidak rata
o Kadang – kadang di temukan sedikit perdarahan
o Permukaannya tertutup oleh krusta ( serum yang telah mongering )
o Warna coklat kemerahan
Pada pemeriksan mikroskopik terlihat adanya beberapa bagian yang masih di
tutupi epitel dan reaksi jaringan ( inflamasi )
Bentuk luka lecet kadang–kadang dapat memberi petunjuk tentang benda
penyebabnya; seperti misalnnya kuku, ban mobil, tali atau ikat pinggang. Luka lecet
juga dapat terjadi sesudah orang meninggal dunia, dengan tanda – tanda sebagai
berikut :
o Warna kuning mengkilat
o Lokasi biasnya didaerah penonjolan tulang
o Pemeriksaan mikroskopik tidak di temukan adanya sisa- sia epitel dan tidak di
temukan reaksi jaringan.
5
c. Luka terbuka / robek ( laserasi )
Luka terbuka / robek adalah luka yang disebabkan karena persentuhan dengan benda
tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek seluruh lapisan kulit dan jaringan di
bawahnya, yang ciri–cirinya sebagai berikut :
o Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tak rata
o Bila ditautkan tidak dapat rapat ( karena sebagaian jaringan hancur )
o Tebing luka tak rata serta terdapat jembatan jaringan
o Di sekitar garis batas luka di temukan memar
o Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat dengan tulang ( misalnya
daerah kepala, muka atau ekstremitas )
Karena terjadinya luka disebabkan oleh robeknya jaringan maka bentuk dari luka
tersebut tidak menggambarkan bentuk dari benda penyebabnya. Jika benda tumpul
yang mempunyai permukaan bulat atau persegi dipukulkan pada kepala maka luka
robek yang terjadi tidak berbentuk bulat atau persegi. Kekerasan akibat benda tajam
dapat menimbulkan luka yang bentuknya tergantung dari cara benda tajam itu
mengenai sasaran. Jika diiriskan akan mengakibatkan luka irirs, jika di tusukan akan
mengakibatkan luka tusuk dan jika di bacokan ( di ayunkan dengan tenaga yang
kuat ) akan mengakibatkan luka bacok.
Kekerasan akibat benda tumpul dapat menyebabkan luka memar, luka lecet atau
luka robek.
6
3. Benda Yang Mudah Pecah ( kaca )
Kekerasan oleh benda yang mudah pecah ( misal kaca ), dapat mengakibatkan
luka –luka campuran; yang terdiri atas luka iris, luka tusuk dan luka lecet,Pada daerah
luka atau sekitarnya biasanya tertinggal fragmen-fragmen dari benda yang mudah pecah
itu. Jika yang menjadi penyebabnya adalah kaca mobil maka luka-luka campuran yang
terjadi hanya terdiri atas luka lecet dan luka iris saja, sebab kaca mobil sengaja dirancang
sedemikian rupa sehingga kalau peah akan terurai menjadi bagian-bagian kecil.
B. Benda Fisik
Kekerasan fisik adalah kekerasan yang disebabkan oleh benda-benda fisik, antara lain:
Benda bersuhu tinggi
Benda bersuhu rendah
Sengatan listrik
Petir
Tekanan (barotrauma)
1. Benda bersuhu tinggi
Kekerasan dengan benda bersuhu tinggi akan menimbulkan luka bakar yang
cirinya amat tergantung pada bendanya, ketinggian suhunya, serta lamanya berkontak
dengan benda tersebut. Api, benda padat panas atau membara dapat mengakibatkan
luka bakar derajat I,II,III dan IV. Zat cair panas dapat mengakibatkan luka bakar
derajat I, II dan III.
Luka bakar derajat I Luka bakar derajat II
7
Luka bakar derajat III
2. Benda bersuhu rendah
Kekerasan oleh benda bersuhu dingin (rendah) biasanya dialami oleh bagian
tubuh yang terbuka, seperti misalnya tangan, kaki, telinga atau hidung. Mula-mula
pada daerah tersebut akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah superficial sehingga
terlihat pucat. Selanjutnya akan terjadi paralisis kontrol vasomotor yang menyebabkan
daerah tersebut berubah menjadi kemerahan. Pada keadaan yang lebih berat akan
berubah menjadi gangren.
3. Sengatan listrik
Sengatan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan luka bakar sebagai
akibat berubahnya energi listrik menjadi energi panas. Besarnya pengaruh listrik pada
jaringan tersebut tergantung dari besarnya tegangan (voltase), kuatnya arus (ampere),
besarnya tahanan kulit (ohm), dan kontak serta luasnya daerah yang terkena kontak.
Bentuk luka pada daerah kontak (tempat masuknya arus) berupa kerusakan jaringan
kulit dengan tepi agak menonjol dan di sekitarnya terdapat daerah pucat, dikelilingi
daerah hipereremis. Sering ditemukan adanya metalisasi.
Pada tempat keluarnya arus dari tubuh juga sering ditemukan adanya luka.
Bahkan kadang-kadang bagian baju atau sepatu yang dilalui arus listrik ketika
meninggalkan tubuh juga ikut terbakar.Tegangan arus kurang dari 65 volt biasanya
tidak mebahayakan, tetapi tegangan antara 65-1000 volt dapat mematikan. Sedangkat
kuat arus (ampere) yang dapat mematikan adalah 100 mA. Kematian tersebut terjadi
akibat fibrilasi ventrikel, kelumpuhan otot pernapasan atau pusat pernapasan.
Sedangkan faktor yang sering mempengaruhikefatalan adalah kesadaran seseorang
akan adanya listrik pada benda yang dipegangnya. Bagi orang-orang yang tidak
8
menyadari adanya arus listrik pada benda yang dipegangnya biasanya pengaruhnya
lebih bera disbanding orang-orang yang pekerjaannya setiap hari berhubungan dengan
listrik
4. Petir
Petir terjadi karena adanya loncatan arus listrik di awan yang tegangannya
dapat mencapai 10 mega volt dengan kuat arus sekitar 100.000 A ke tanah. Luka-luka
karena sambaran petir pada hakekatnya merupakan luka-luka gabungan akibat listrik,
panas dan ledakan udara. Luka akibat panas berupa luka bakar dan luka akibat ledakan
udara berupa luka-luka yang mirip dengan luka akibat persentuhan dengan beda
tumpul.
Dapat terjadi kematian akibat efek arus listrik yang melumpuhkan susunan
saraf pusat, menyebabkan fibrilasi ventrikel. Kematian juga dapat terjadi karena efek
ledakan atau efek dari gas panas yang ditimbulkannya. Pada korban mati sering
ditemukan adanya arborecent mark (percabangan pembuluh darah terlihat seperti
percabangan pohon), metalisasi benda-benda dari logam yang dipakai, magnetisasi
benda-benda dari logam yang dipakai. Pakaian korban terbakar atau robek-robek.
5. Tekanan (barotrauma)
Trauma akibat perubahan tekanan pada medium yang ada di sekitar tubuh
manusia dapat menimbulkan kelainan atau gangguan yang sering disebut disbarisme
yang terdiri atas 2 macam, yaitu:
a. Hiperbarik:
Sindroma ini disebabkan oleh tekanan tinggi, antara lain:
- Turun dari ketinggian secara mendadak (saat pesawat mendarat atau turun
gunung)
- Berada di kedalaman air: pada penyelam bebas, scuba diving ( menyelam
dengan tangki oksigen), snorkeling (menyelam dengan tube di mulut)
penyelam dengan pakaian khusus.
Gejala yang ditimbulkan oleh perubahan tekanan tersebut dapat berupa:
- Barotraumas pulmoner: pneumotoraks, emboli udara atau emfisema
interstitialis.
9
- Barotalgia: rasa nyeri, membrane tympani pecah, perdarahan, vertigo,
dizziness.
- Barodontalgia: pengumpulan gas yang menyebabkan rasa nyeri atau
bahkan meletus.
- Narkosis nitrogen: amnesia, disorientasi
b. Hipobarik
Sindroma ini disebabkan oleh perubahan tekanan rendah, antara lain:
- Naik tempat tinggi secara mendadak saat pesawat mengudara atau saat
pesawat meluncur ke ruang angkasa.
- Berada di ruangan bertekanan rendah, misalnya dalam decompression
chamber.
Gejala yang ditimbulkannya disebabkan oleh pembentukan dan pengumpulan
gelembung-gelembung udara di dalam jaringan lunak atau organ-organ berongga.
Gejala tersebut antara lain:
- Sendi-sendi terasa kaku disertai nyeri hebat
- Rongga dada dirasakan tercekik, sesak napas dan batuk yang hebat.
- Gejala pada susunan saraf tergantung letak emboli dan letak emfisema sub
kutan
- Rongga perut terasa kembung
- Gigi geligi terasa nyeri.
C. Kombinasi Benda Mekanik dan Fisik
Luka akibat tembakan senjata api pada dasarnya merupakan luka yang disebabkan
oleh trauma benda mekanik (benda tumpul) dan fisik (panas), yaitu anak peluru yang
jalannya giroskopik (berputar/mengebor).
Mengingat lapisan kulit memiliki elastisitas yang kurang baik dibandingkan lapisan di
bawahnya, maka jaringan yang hancur akibat terjangan anak peluru lebih luas. Akibatnya
bentuk luka tembak masuk terdiri atas lubang, dikelilingi cincin lecet yang diameternya
lebih besar. Diameter cincin tersebut lebih mendekati kaliber pelurunya.
10
Sedangkan luka akibat senjata yang tidak menggunakan mesiu sebagai tenaga
pendorong anak pelurunya(senjata angin) pada hakekatnya merupakan luka yang
disebabkan oleh persentuhan dengan benda tumpul saja. Ciri-ciri luka tembak amat
bergantung pada jenis senjata yang ditembakkan, jarak tembakan, arah tembakan, serta
posisinya (sebagai tempat masuk atau keluarnya anak peluru). Lebih lanjut mengenai luka
akibat tembakan senjata akan dibahas tersendiri.
D. Zat Kimia Korosif
Zat-zat kimia korosif dapat menimbulkan luka-luka apabila mengenai tubuh manusia.
Ciri-ciri lukanya amat tergantung pada golongan zat kimia tersebut.
1. Golongan asam
Termasuk zat kimia korosif dari golongan asam antara lain:
- Asam mineral, antara lain: H2SO4, HCl dan NO3
- Asam organik, antara lain: asam oksalat, asam formiat dan asam asetat
- Garam mineral, antara lain: AgNO3 dan zinc chloride
- Halogen, antara lain: F, Cl, Ba dan J
Cara kerja zat kimia korosif dari golongan ini sehingga mengakibatkan luka, ialah:
- Mengekstraksi air dan jaringan
- Mengkoagulasi protein menjadi albuminat
- Mengubah hemoglobin menjadi acid hematin
Ciri-ciri luka yang terjadi akibat zat-zat asam korosif tersebut ialah:
- Terlihat kering
- Berwarna coklat kehitaman, kecuali yang disebabkan oleh nitrit acid berwarna
kuning kehijauan
- Perabaan keras dan kasar
2. Golongan basa
Zat-zat kimia korosif yang termasuk golongan basa antara lain:
- KOH
- NaOH
- NH4OH
11
Cara kerja dari zat-zat tersebut sehingga menimbulkan luka adalah:
- Mengadakan ikatan denga protoplasma sehingga membentuk alkaline albumin
dan sabun
- Mengubah hemoglobin menjadi alkaline hematine
Ciri-ciri luka yang terjadi sebagaii akibat persentuhan dengan zat-zat ini adalah:
- Terlihat basah dan edematous
- Berwarna merah kecoklatan
- Perabaan lunak dan licin
II.3 Waktu Terjadinya Kekerasan
Waktu terjadinya kekerasan merupakan hal yang sangat penting bagi keperluan
penuntutan oleh penuntut umum, pembelaan oleh penasehat hukum terdakwa serta untuk
penentuan keputusan oleh hakim. Dalam banyak kasus, informasi tentang waktu terjadinya
kekerasan itu akan dapat digunakan sebagai bahan analisa guna mengungkapkan banyak hal,
tidak seharusnya seseorang dituduh atau dihukum jika pada saat terjadinya tindak pidana ia
berada ditempat yang jauh dari tempat kejadian perkara.
Dengan melakukan pemeriksaan yang teliti, akan dapat ditentukan :
- Luka terjadi antemortem atau postmortem.
- Umur luka.
A. Luka Antemortem dan Postmortem
Jika pada tubuh jenazah ditemukan luka maka pertanyaannya ialah luka itu terjadi
sebelum atau sesudah mati. Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu dicari ada tidaknya
tanda-tanda intravital. Jika ditemukan berarti luka terjadi sebelum mati dan demikian pula
sebaliknya.
Tanda intravital itu sendiri pada hakekatnya merupakan tanda yang menunjukan bahwa :
- Jaringan setempat masih hidup ketika terjadi trauma.
- Organ dalam masih berfungsi ketika terjadi trauma.
12
1. Jaringan setempat masih hidup ketika terjadi trauma.
Tanda-tanda bahwa jaringan yang terkena trauma masih dalam keadaan hidup ketika
terjadi trauma antara lain :
a. Retraksi jaringan
Terjadi karena serabut-serabut elastis dibawah kulit terpotong dan kemudian
mengkerut sambil menarik kulit diatasnya. Jika arah luka memotong serabut
secara tegak lurus maka bentuk luka akan menganga, tetapi jika arah luka sejajar
dengan serabut elastis maka bentuk luka tak begitu menganga.
b. Reaksi vaskuler
Bentuk reaksi vaskuler tergantung dari jenis trauma, yaitu :
Pada trauma suhu panas, bentuk reaksi intravitalnya berupa :
- Eritema (kulit berwarna kemerahan)
- Vesikel atau bulla
Pada trauma benda keras dan tumpul, bentuk intravital berupa :
- Kontusi atau memar
c. Reaksi mikroorganisme (infeksi).
Jika tubuh dari orang yang masih hidup mendapat trauma dan meninggalkan luka
terbuka maka kuman-kuman akan masuk serta menimbulkan infeksi yang ciri-
cirinya sebagai berikut :
- Warna kemerahan.
- Terlihat bengkak.
- Terdapat pus.
- Bila sudah lama telihat adanya jaringan granulasi.
d. Reaksi biokimiawi.
Jika jaringan yang masih hidup mendapat trauma maka pada daerah tersebut akan
terjadi aktivitas biokimiawi berupa :
- Kenaikan kadar serotonin(kadar maksimal terjadi 10 menit sesudah trauma).
- Kanaikan kadar histamine (kadar maksimal terjadi 20-30 menit sesudah
trauma).
- Kanaikan kadar enzim (ATP, aminopeptidase, acid-phosphatase) yang terjadi
beberapa jam sesudah trauma sebagai akibat dari mekanisme pertahanan
jaringan.
13
2. Organ dalam masih berfungsi saat terjadi trauma.
Jika organ dalam (jantung atau paru-paru) masih dalam keadaan berfungsi ketika
terjadi trauma maka tanda-tandanya antara lain :
a. Perdarahan hebat (profuse bleeding):
Trauma yang terjadi pada orang hidup akan menimbulkan perdarahan yang
banyak sebab jantung masih bekerja sehingga terus-menerus memompa darah
keluar lewat luka. Berbeda sekali dengan trauma yang terjadi sesudah mati sebab
keluarnya darah disini secara pasif karena pengaruh gravitasi sehingga jumlahnya
tidak banyak.
Perdarahan pada luka intravital dibagi menjadi 2 yaitu perdarahan internal
dan eksternal. Perdarahan internal mudah dibuktikan karena darah tertampung
dirongga badan (rongga perut, rongga dada, rongga panggul, rongga kepala, dan
kantong perikardium) sehingga dapat diukur pada waktu otopsi. Sedangkan
perdarahan eksternal (darah tumpah ditempat kejadian) hanya dapat disimpulkan
jika pada waktu otopsi ditemukan tanda-tanda anemis (muka dan organ-organ
dalam pucat) disertai tanda-tanda limpa melisut, jantung dan nadi utama tidak
berisi darah.
b. Emboli udara
Terdiri atas emboli udara venosa (pulmoner) dan emboli udara arterial
(sistemik). Emboli udara venosa terjadi jika lumen dari vena yang terpotong tidak
mengalami kolap karena terfiksir dengan baiks eperti misalnya vena jugularis
eksterna atau subclavia. Udara akan masuk ketika tekanan dijantung kanan
negatif. Gelembung udara yang terkumpul di jantung kanan dapat terus menuju
kedaerah paru-paru sehingga dapat mengganggu fungsinya.
Emboli arterial dapat terjadi sebagai kelanjutan dari emboli udara venosa
pada penderita foramen ovale persisten atau sebagai akibat dari tindakan
pneumotorak artefisial atau karena luka-luka yang menembus paru-paru.
Kematian dapat terjadi akibat gelembung udara masuk pembuluh darah koroner
atau otak.
14
c. Emboli lemak
Emboli lemak dapat terjadi pada trauma tumpul yang mengenai jaringan
berlemak atau trauma yang mengakibatkan patah tulang panjang. Akibatnya,
jaringan lemak akan mengalami pencairan dan kemudian masuk kedalam
pembuluh darah vena yang pecah menuju atrium kanan, ventrikel kanan dan dapat
terus menuju daerah paru-paru.
d. Pneumotorak
Jika dinding dada menderita luka tembus atau paru-paru menderita luka,
sementara paru-paru-paru itu sendiri tetap berfungsi maka luka tersebut dapat
berfungsi sebagai ventil. Akibatnya, udara luar atau udara paru-paru akan masuk
ke rongga pleura setiap inspirasi.
Semakin lama udara yang masuk kerongga pleura semakin banyak yang
pada akhirnya akan menghalangi pengembangan paru-paru sehingga pada
akhirnya paru-paru menjadi kolap.
e. Emfisema kulit (krepitasi kulit)
Jika trauma pada dada mengakibatkan tulang iga patah dan menusuk paru-
paru maka pada setiap ekspirasi udara paru-paru dapat masuk kejaringan ikat
dibawah kulit.
Pada palpasi akan terasa ada krepitasi disekitar daerah trauma. Keadaan
seperti ini tidak mungkin terjadi jika trauma terjadi sesudah orang meninggal
dunia. Jika trauma terjadi sesudah orang meninggal dunia maka kelainan-kelainan
tersebut diatas tidak mungkin terjadi mengingat pada saat itu jantung dan paru-
parunya sudah berhenti bekerja.
B. Umur Luka
Untuk mengetahui kapan terjadinya kekerasan, perlu diketahui umur luka. Hanya saja,
tidak ada satupun metode yang dapat digunakan untuk menilai dengan tepat kapan suatu
kekerasan (baik pada korban hidup ataupun mati) dilakukan mengingat adanya faktor
indipidual, penyulit (misalnya infeksi, kelainan darah atau penyakit defisiensi) serta faktor
kualitas dari kekerasan itu sendiri.
15
Kendati demikian ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperkirakannya, yaitu