Top Banner
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Pembaharuan Pendidikan Jasmani di Sekolah , Banjarmasin Kalsel 27 Nopember 2008. 1 MERANCANG MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM PENDIDIKAN JASMANI Oleh: Agus Kristiyanto Lektor Kepala/Dosen pada Jurusan POK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Tugas kita bukanlah untuk menyelesaikan masalah-masalah besar, tetapi untuk menyelesaikan masalah- masalah kecil dengan kesungguhan yang besar “ (Mario Teguh) A. Pendahuluan Apakah sebenarnya tugas guru penjas yang memerlukan kesungguhan besar tersebut? Jawabannya adalah : guru penjas bertugas menjadi fasilitator agar para siswanya dapat menjadi insan terdidik penjas. Kharakteristik insan yang terdidik dalam penjas, telah diformulasikan oleh Physical Education Outcome Commitee of The National Association of Physical Education and Sport (NASPE), meliputi: (1) telah mempelajari berbagai macam keterampilan yang diperlukan untuk melakukan berbagai aktivitas jasmani, (2) segar atau bugar secara jasmaniah, (3) berpartisipasi secara teratur dalam aktivitas jasmani, (4) mengetahui implikasi dan manfaat dari keterlibatannya dalam aktivitas jasmani, dan (5) menghargai aktivitas jasmani dan sumbangannya kepada gaya hidup yang sehat. Renungan kecil kiranya perlu dilakukan sebelum kita mencoba untuk melakukan sebuah rencana perubahan dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Renungan kecil merupakan refleksi untuk mengupayakan sebuah pembelajaran yang bermakna dan menarik bagi siswa, guru, dan pencapaian tujuan pendidikan secara umum. Menyajikan sebuah pembelajaran yang bermakna dan menarik merupakan tuntutan moral dari tugas-tugas profesional guru penjas. Kemenarikan dan kebermaknaan suatu matapelajaran sebenarnya bergantung pada dua persoalan sederhana, yaitu (1) kharakteristik mata pelajaran, dan (2) cara mengajar guru. Ditinjau dari persoalan kharakteristik
14

INOVASI PEMBELAJARAN PENJAS

Jan 14, 2017

Download

Documents

lamdung
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: INOVASI PEMBELAJARAN PENJAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Pembaharuan Pendidikan Jasmani di Sekolah , Banjarmasin Kalsel 27 Nopember 2008.

1

MERANCANG MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM PENDIDIKAN JASMANI

Oleh:

Agus Kristiyanto Lektor Kepala/Dosen pada Jurusan POK FKIP Universitas Sebelas Maret

Surakarta

“Tugas kita bukanlah untuk menyelesaikan masalah-masalah besar, tetapi untuk menyelesaikan masalah- masalah kecil dengan kesungguhan yang besar

“ (Mario Teguh)

A. Pendahuluan

Apakah sebenarnya tugas guru penjas yang memerlukan kesungguhan

besar tersebut? Jawabannya adalah : guru penjas bertugas menjadi fasilitator

agar para siswanya dapat menjadi insan terdidik penjas. Kharakteristik insan

yang terdidik dalam penjas, telah diformulasikan oleh Physical Education

Outcome Commitee of The National Association of Physical Education and

Sport (NASPE), meliputi: (1) telah mempelajari berbagai macam keterampilan

yang diperlukan untuk melakukan berbagai aktivitas jasmani, (2) segar atau

bugar secara jasmaniah, (3) berpartisipasi secara teratur dalam aktivitas

jasmani, (4) mengetahui implikasi dan manfaat dari keterlibatannya dalam

aktivitas jasmani, dan (5) menghargai aktivitas jasmani dan sumbangannya

kepada gaya hidup yang sehat.

Renungan kecil kiranya perlu dilakukan sebelum kita mencoba untuk

melakukan sebuah rencana perubahan dalam pembelajaran pendidikan

jasmani. Renungan kecil merupakan refleksi untuk mengupayakan sebuah

pembelajaran yang bermakna dan menarik bagi siswa, guru, dan pencapaian

tujuan pendidikan secara umum. Menyajikan sebuah pembelajaran yang

bermakna dan menarik merupakan tuntutan moral dari tugas-tugas profesional

guru penjas. Kemenarikan dan kebermaknaan suatu matapelajaran sebenarnya

bergantung pada dua persoalan sederhana, yaitu (1) kharakteristik mata

pelajaran, dan (2) cara mengajar guru. Ditinjau dari persoalan kharakteristik

Page 2: INOVASI PEMBELAJARAN PENJAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Pembaharuan Pendidikan Jasmani di Sekolah , Banjarmasin Kalsel 27 Nopember 2008.

2

mata pelajaran, penjas memiliki indikator yang jelas sebagai matapelajaran

yang menarik. Penjas merupakan matapelajaran unik yang mengembangkan

potensi lengkap individu melalui medium aktivitas fisik yang sangat menarik.

Dengan demikian, jika matapelajaran penjas menjadi sesuatu yang sama sekali

tidak menarik, maka dapat kita ”vonis” bahwa penyebabnya terletak pada

persoalan cara mengajar guru penjas.

Kemampuan untuk memahami dan menerapkan metode yang

diperlukan untuk mengajar Pendidikan Jasmani, merupakan kemampuan

integrasi dari berbagai pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu setiap

Guru Penjas dituntut secara intensif terlibat dalam pengalaman-pengalaman

belajar dan berlatih secara terus menerus. Artinya, setiap Guru Penjas memiliki

kewajiban untuk selalu belajar dari pengalaman-pengalaman pribadi maupun

orang lain yang ditunjang oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

pembelajaran. Itulah hakikat orientasi pengembangan kompetensi guru penjas.

Kompetensi utama Guru Pendidikan Jasmani dapat dikelompokkan ke

dalam kompetensi umum dan kompetensi yang bersifat khusus. Salah satu

kompetensi khusus yang sangat vital untuk dibentuk dan ditingkatkan adalah

berupa kemampuan guru dalam memahami dan menerapkan berbagai metode

yang diperlukan untuk mengajar Pendidikan Jasmani (Pola Pengembangan

Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Studi Pendidikan Jasmani Jenjang

S1, 2003).

Para Guru Pendidikan Jasmani pada umumnya memiliki

kecenderungan menggunakan cara yang sama untuk mengajar Pendidikan

Jasmani. Hal tersebut bukan sekadar menjadikan kesan mengajar Pendidikan

Jasmani sebagai aktivitas rutin yang membosankan, tetapi juga menjauhkan

dari praktek pembelajaran yang bersifat kreatif dan inovatif. Oleh karena itu,

inovasi dan pengembangan kreativitas dalam pembelajaran pendidikan jasmani

merupakan sebuah tantangan besar bagi setiap guru Pendidikan Jasmani.

Inovasi dan kreativitas tersebut merupakan kata kunci untuk menjadikan

praktek pembelajaran sebagai sesuatu yang menarik dan memiliki manfaat

dalam pencapaian tujuan pendidikan dalam arti yang sebenarnya. Apa

Page 3: INOVASI PEMBELAJARAN PENJAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Pembaharuan Pendidikan Jasmani di Sekolah , Banjarmasin Kalsel 27 Nopember 2008.

3

sebenarnya maksud inovasi dan kreativitas dalam pembelajaran Penjas

tersebut ?

Inovasi memang biasanya selalu terpaut dengan aspek kreativitas.

Namun dalam konteks pembelajaran Pendidikan Jasmani, kreativitas lebih

mengarah pada persoalan ide-ide original guru dalam mengembangkan solusi

menghadapi keterbatasan dan kendala di lapangan. Guru yang kreatif adalah

guru yang mampu mengelola pembelajaran, walau dengan keterbatasan

sarana dan prasarana yang ada. Kreativitas guru juga tampak dari

kemampuannya dalam melakukan modifikasi peralatan, lapangan, atau aturan-

aturan permainan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keterbatasan para

siswanya.

B. Elaborasi Joyful Learning (PAIKEM) Pendidikan Jasmani

Dewasa ini, para praktisi pendidikan banyak yang berkonsentrasi

mengupayakan proses pembelajaran yang berpihak pada kebutuhan siswa.

Terdapat banyak model pembelajaran yang mungkin bisa diadopsi oleh para

guru penjas agar pembelajaran yang dikelola lebih menarik dan bermakna bagi

siswa. Salah satu bentuk pembelajaran tersebut berkonsep pada Joyful

Learning atau belajar yang menyenangkan. Disain atau rancangan

pembelajaran tersebut kemudian dielaborasi konsepnya menjadi konsep

PAIKEM ( Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).

Konsep PAIKEM dalam pembelajaran penjas sebenarnya merupakan

pemaknaan tiap guru dalam mengembangkan suatu pembelajaran yang

inovatif. Setiap guru memiliki semacam ”hak prerogratif” agar pembelajaran

yang dikelolanya menjadi sebuah pengalaman yang menarik dan bermakna

bagi siswa-siswanya. Artinya, bahwa PAIKEM dalam pembelajaran penjas

bukan merupakan persoalan mengatur bentuk pembelajaran, melainkan

sebuah ruh atau nafas pembelajaran penjas. Bentuknya boleh bervariasi yang

bergantung pada daya kreasi guru, yang penting ruh pembelajaran hasil kreasi

guru tersebut mengandung unsur Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan

Menyenangkan.

Page 4: INOVASI PEMBELAJARAN PENJAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Pembaharuan Pendidikan Jasmani di Sekolah , Banjarmasin Kalsel 27 Nopember 2008.

4

Unsur Aktif terkait dengan rancangan pembelajaran yang lebih

mengedepankan pada proporsi aktivitas yang lebih banyak kepada siswa.

Pemahaman tentang sebuah makna dan pengalaman belajar ditempuh oleh

siswa melalui aktivitas dengan waktu berpartisipasi secara optimal.

Unsur Inovatif sebenarnya bukan berkonotasi sebagai sesuatu yang

luar biasa, tetapi dipahami sebagai: ”sesuatu pekerjaan yang biasa, tetapi

dilakukan dengan cara yang tidak biasa”. Guru melakukan sesuatu yang

biasa dilakukan, namun dengan cara yang tidak biasa dilakukan. Inovasi

pembelajaran Penjas bukan merupakan sesuatu yang revolusioner, tetapi

pembelajaran yang selalu terbuka secara fleksibel untuk menerima perubahan-

perubahan pada komponen-komponen inti pembelajaran, seperti: komponen

siswa, guru, serta tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Unsur Kreatif lebih mengarah pada persoalan ide-ide original guru

dalam mengembangkan solusi menghadapi keterbatasan dan kendala di

lapangan. Guru yang kreatif adalah guru yang mampu mengelola

pembelajaran, walau dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang ada.

Kreativitas guru juga tampak dari kemampuannya dalam melakukan modifikasi

peralatan, lapangan, atau aturan-aturan permainan yang disesuaikan dengan

kebutuhan dan keterbatasan para siswanya.

Unsur Efektif terkait dengan persoalan kemampuan rancangan proses

pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran apa

pun bukan merupakan sesuatu yang berguna jika tidak efektif untuk mencapai

tujuan pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran penjas yang efektif mengandung

aktivitas yang bermakna untuk mengantarkan seluruh siswa menjadi insan yang

terdidik secara penjas.

Unsur Menyenangkan sebagaimana telah dijelaskan di depan, lebih

tergantung pada merancang cara mengajar guru. Guru adalah manager, leader,

dan decision maker atau pengambil keputusan. Guru yang bijaksana akan

mengambil keputusan untuk mengembangkan cara mengajar yang

menyenangkan bagi para siswanya. Iklim atau suasana pembelajaran yang

menyenangkan akan meningkatkan partisipasi dan hasil pembelajaran penjas.

Page 5: INOVASI PEMBELAJARAN PENJAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Pembaharuan Pendidikan Jasmani di Sekolah , Banjarmasin Kalsel 27 Nopember 2008.

5

Selanjutnya, PAIKEM dalam pembelajaran penjas tersebut harus juga

mensertakan berbagai komponen yang bervariasi yang meliputi : (1)

multimedia, (2) multimetode, (3) praktik dan bekerja dalam tim, (4)

memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar, (5)

kombinasi di dalam dan di luar kelas, dan (6) pengembangan multiaspek dalam

belajar yang meliputi: logika, etika, dan sebagainya.

C. Inovasi Pembelajaran dan Pencapaian Tujuan Penjas

Inovasi pembelajaran Pendidikan Jasmani kendatipun merupakan

sebuah keharusan, namun dalam aplikasinya harus tetap mengarah pada

upaya pencapaian tujuan Pendidikan Jasmani. Jika inovasi merupakan sebuah

cara, maka cara tersebut tetap berorientasi pada pencapaian tujuan Pendidikan

Jasmani. Antara upaya inovatif dan pencapaian tujuan terjadi sebuah ikatan

yang kuat dan jelas. Inovasi dalam pembelajaran Penjas justru diharapkan

mempertegas dan memperkuat arah menuju pencapaian tujuan Pendidikan

Jasmani tersebut. Formulasi dan tujuan Pendidikan Jasmani yang relevan perlu

lebih digali dan dipahami oleh guru, untuk mempertegas pengembangan

inovasi pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian tujuan. Berbagai

definisi dan tujuan Pendidikan Jasmani yang masih relevan dengan situasi

kekinian, dapat disajikan sebagai berikut.

Nixon dan Jewett (1980) berpendapat bahwa Pendidikan Jasmani

adalah satu fase dari proses pendidikan keseluruhan yang menggunakan

kemampuan gerak individu secara sukarela, tetapi bermakna langsung

terhadap perkembangan mental, emosional, dan sosial. Konsekwensinya,

pendidikan jasmani harus dirancang secara khusus untuk memberikan

pengaruh yang baik terhadap jasmani, emosi, sosial, dan intelektual.

Frost (1975) berpendapat bahwa Pendidikan Jasmani adalah bagian

integral dari pendidikan secara keseluruhan yang memberikan sumbangan

terhadap perkembangan individu melalui media aktivitas jasmani dan gerak

siswa. Semua urutan pengalaman belajarnya dirancang dengan hati-hati untuk

memenuhi kebutuhan pertumbuhan, perkembangan, dan perilaku setiap siswa.

Page 6: INOVASI PEMBELAJARAN PENJAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Pembaharuan Pendidikan Jasmani di Sekolah , Banjarmasin Kalsel 27 Nopember 2008.

6

Masih banyak ahli memberikan definisi dan formulasi tujuan Pendidikan

Jasmani, namun semuanya mengarah pada sebuah pengertian bahwa perilaku

fisik dan gerak yang ditunjukkan dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani

sebenarnya sekadar merupakan “alat” untuk mengembangkan potensi siswa

secara keseluruhan yang meliputi fisik, mental-kognitif, dan sosial. Sudahkah

pembelajaran Penjas yang selama ini kita rancang telah mengarah pada

pencapaian tujuan tersebut ? Jika jawabnya belum, maka inovasi pembelajaran

merupakan pilihan untuk lebih memperbaiki keadaan, yakni memfasilitasi para

siswa agar menjadi seorang yang terdidik dalam Pendidikan Jasmani.

Karakteristik seseorang yang terdidik dalam Pendidikan Jasmani

diuraikan oleh Physical Education Outcomes Committee of The National

Association of Physical Education and Sport (NASPE) sebagaimana telah

dikutip Arma Abdullah dalam Harsuki (2003), memiliki ciri-ciri: (1) Telah

mempelajari berbagai macam keterampilan yang diperlukan untuk melakukan

berbagai aktivitas jasmani, (2) segar atau bugar secara jasmaniah, (3)

berpartisipasi secara teratur dalam aktivitas jasmani, (4) mengetahui implikasi

dan manfaat dari keterlibatannya dalam aktivitas jasmani, dan (5) menghargai

aktivitas jasmani dan sumbangannya kepada gaya hidup yang sehat.

Struktur belajar dalam pendidikan jasmani berkaitan dengan bagaimana

siswa belajar mencapai tujuan pendidikan melalui medium aktivitas fisik.

Perilaku unit terbentuk karena proses belajar mengakomodasikan respons

psikologis dan fisiologis. Terdapatnya segi-segi keunikan tersebut memberi

konsekuensi pemilihan alternatif gaya mengajar (teaching style). Terkait dengan

gaya mengajar tersebut, Mosston (1991) beranggapan bahwa mengajar

pendidikan jasmani adalah serangkaian usaha yang berhubungan dan

berkesinambungan antara peran yang dimainkan oleh guru maupun siswa.

Untuk menjembatani pokok bahasan dan belajar, diperlukan spektrum gaya

mengajar, yakni suatu rancangan operasional tentang alternatif gaya mengajar

pendidikan jasmani.

Pilihan spektrum gaya mengajar sebagaimana desain dalam Model

Mosston, menyangkut kemampuan mahasiswa dalam merancang peran guru

dan siswa yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Page 7: INOVASI PEMBELAJARAN PENJAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Pembaharuan Pendidikan Jasmani di Sekolah , Banjarmasin Kalsel 27 Nopember 2008.

7

Hal ini akan berimplikasi bagi kualitas pembelajaran pendidikan jasmani yang

dikelola. Melalui kemampuan memilih spektrum gaya mengajar yang sesuai,

proses pembelajaran pendidikan jasmani akan menjadi suatu aktivitas yang

bermakna bagi guru maupun siswa.

D. Keunikan Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Mosston (1991) beranggapan bahwa mengajar pendidikan jasmani

merupakan serangkaian hubungan yang berkesinambungan antara guru dan

siswa. Untuk menjembatani pokok bahasan dan belajar, diperlukan adanya

spektrum gaya pembelajaran. Spektrum ini merupakan rancangan operasional

tentang alternatif gaya mengajar pendidikan jasmani. Selanjutnya, setiap gaya

mengajar (teaching style) memiliki anatomi tertentu yang menggambarkan : (1)

peran guru, (2) peran siswa, serta (3) identifikasi tujuan yang dapat dicapai jika

gaya mengajar tersebut digunakan. Setiap gaya mengajar berisi keputusan-

keputusan (Decisions) yang dibuat oleh guru dan juga oleh siswa didalam

episode belajar.

a. Pengambilan Keputusan (Decision Making)

Mengajar merupakan suatu rangkaian pembuatan keputusan.

Serangkaian perangkat keputusan diorganisasikan kedalam episode-episode

pembelajaran, yang meliputi : (1) pra pertemuan, (2) saat pertemuan, dan (3)

pasca pertemuan (Mosston, 1991).

Keputusan pra pertemuan merupakan keputusan yang harus dibuat

sebelum guru-siswa berhadapan dan berinteraksi secara langsung. Episode ini

meliputi : (1) penentuan sasaran pembelajaran, (2) pemilihan gaya mengajar,

(3) gaya belajar siswa yang diharapkan, (4) siapa yang akan diajar, (5) pokok

bahasan, (6) lokasi pembelajaran, (7) waktu yang dibutuhkan untuk mengajar,

termasuk didalamnya adalah kecepatan pembelajaran dan waktu tenggang

antar tugas, (8) organisasi pelaksanaan, dan (9) materi dan prosedur evaluasi.

Keputusan saat pertemuan (impact) merupakan keputusan-keputusan

yang harus dibuat selama penampilan atau pelaksanaan tugas. Episode ini

Page 8: INOVASI PEMBELAJARAN PENJAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Pembaharuan Pendidikan Jasmani di Sekolah , Banjarmasin Kalsel 27 Nopember 2008.

8

berisi tentang pelaksanaan keputusan pada pra pertemuan, dan penyesuaian

keputusan-keputusan.

Keputusan pasca pertemuan (past impact) merupakan keputusan yang

dibuat berkaitan dengan evaluasi pelaksanaan, termasuk tentang pemberian

umpan balik. Episode ini meliputi : (1) pengumpulan informasi tentang

pelaksanaan, (2) penilaian informasi yang diperoleh dengan memanfaatkan

kriteria yang telah ditentukan, (3) pernyataan-pernyataan umpan balik yang

dapat berupa pernyatan korektif, pernyataan penilaian atau sekedar pernyataan

netral, (4) penilaian gaya mengajar, dan (5) penilaian belajar siswa.

b. Gaya Mengajar (Teaching Style)

Sebagai suatu pedoman khusus, gaya mengajar diaplikasikan sekaligus

dikembangkan karena adanya permasalahan disekitar pembelajaran

pendidikan jasmani. Oleh karena itu penerapan suatu gaya mengajar

dimaksudkan untuk hal-hal sebagai berikut :

(1) Mencapai keserasian antara apa yang diniatkan dengan apa yang

seharusnya terjadi;

(2) Memberi solusi terhadap adanya pertentangan dalam memilih metode

mengajar dengan tetap memfokuskan pilihan pada: (a) kebutuhan

siswa, (b) besarnya kelas, (c) fasilitas yang tersedia, (d) perlengkapan

yang dimiliki, (e) tujuan yang ingin dicapai, dan (f) pokok bahasan;

(3) Mengatasi segi-segi keunikan guru yang mempengaruhi arah perilaku

belajar siswa;

(4) Mengoptimalisasikan interaksi pembelajaran dengan pencapaian tujuan.

Interaksi ini merupakan perpaduan unit pedagogis. Rancangan gaya

mengajar didasarkan dari adanya interaksi perilaku guru, perilaku siswa,

dan tujuan;

(5) Menggunakan perilaku guru sebagai ide pengatur, karena bagaimanapun

juga guru adalah pengambil keputusan (Agus Kristiyanto, 1997).

Setiap gaya mengajar memiliki anatomi tertentu yang menggambarkan :

(1) peran guru, (2) peran siswa, serta (3) identifikasi tujuan yang dapat dicapai

Page 9: INOVASI PEMBELAJARAN PENJAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Pembaharuan Pendidikan Jasmani di Sekolah , Banjarmasin Kalsel 27 Nopember 2008.

9

jika gaya mengajar tersebut digunakan. Setiap gaya mengajar berisi keputusan-

keputusan yang dibuat oleh guru dan juga oleh siswa di dalam episode belajar.

E. Susunan Spektrum Gaya Mengajar

Spektrum gaya mengajar adalah suatu konsepsi teoritis, sekaligus

suatu rancangan operasional mengenai alternatif atau kemungkinan dari suatu

gaya mengajar. Spektrum tersebut menggambarkan adanya suatu pergeseran

atau penyebaran peran guru dan siswa kaitannya dengan pencapaian tujuan

pembelajaran.

Pada gaya mengajar yang paling minimal, peran siswa juga minimal,

sebaliknya peran yang diberikan guru maksimal. Pada gaya mengajar yang

berspektrum tinggi, peran siswa maksimal, sedangkan peran guru minimal.

Ilustrasi spektrum adalah sebagai berikut :

Gambar 1 : Spektrum gaya mengajar dan pergeseran

peran guru-siswa (Mosston, 1991)

Spektrum gaya mengajar model Mosston tersusun menjadi dua

kelompok gaya mengajar, yaitu : (1) gaya A – E, dan (2) gaya F – H. Kedua

kelompok tersebut berbeda dalam perilaku guru, perilaku siswa, dan sasaran.

Gaya A – E berhubungan dengan penampilan kegiatan-kegiatan yang telah

Theoretical limits

Minimum Maksimum The target : An independent

individual

Sty

le

A B C D E F G H

Page 10: INOVASI PEMBELAJARAN PENJAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Pembaharuan Pendidikan Jasmani di Sekolah , Banjarmasin Kalsel 27 Nopember 2008.

10

dikenal, sedangkan gaya F – H lebih menekankan pada eksplorasi aktivitas-

aktivitas baru.

Termasuk dalam kelompok gaya mengajar A – E adalah : (1) gaya A

atau komando, (2) gaya B atau latihan, (3) gaya C atau resiprokal, (4) gaya

D atau self-check, dan (5) gaya E atau gaya cakupan/Inklusi.

Termasuk dalam kelompok gaya mengajar F – H adalah : (1) gaya F

atau penemuan terpimpin, (2) gaya G atau divergen, dan (3) gaya H atau going

beyond.

F. Anatomi Gaya Mengajar Pendidikan Jasmani

Terjadinya spektrum berimplikasi antara gaya mengajar satu dengan

yang lainnya berbeda secara anatomis. Guru dan siswa memiliki peran yang

berbeda pada setiap episodenya tergantung pada gaya mengajar yang dipilih.

Episode tersebut meliputi : pra pertemuan, saat pertemuan, dan pasca

pertemuan. Berikut ini merupakan peta ringkasan pergeseran peran guru dan

siswa untuk tiap-tiap episode berdasarkan gaya mengajar yang dipilih :

Tabel 1. Episode Pembelajaran dan Spektrum Gaya Mengajar

EPISODE

GAYA MENGAJAR

(Teaching Style)

A B C D E F G H

PRA G G G G G G G S

SAAT G S S S S G

S S

G

S

PASCA G G SP S S S

G

G

S

G

S

Keterangan :

G = peran guru; S = peran siswa; SP = peran siswa pengamat.

Page 11: INOVASI PEMBELAJARAN PENJAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Pembaharuan Pendidikan Jasmani di Sekolah , Banjarmasin Kalsel 27 Nopember 2008.

11

Komponen kunci tiap-tiap gaya mengajar dapat diuraikan sebagai

berikut:

a. Gaya A (Gaya Komando) :

1) Semua keputusan diambil oleh guru pada setiap episode pembelajaran.

2) Sasaran dan target tercapai dengan mengandalkan kepatuhan siswa,

meliputi : keseragaman penampilan, pencocokan penampilan, dan

menirukan contoh yang diberikan.

3) Urutan kegiatan : peragaan, penjelasan, pelaksanaan, dan penilaian.

4) Gaya ini akan menghasilkan tingkat kegiatan yang tinggi dan penguatan

disiplin, karena pemberlakuan komando atau perintah yang “memaksa”.

b. Gaya B (Gaya Latihan) :

1) Pada episode saat pertemuan terjadi pergeseran peran guru ke siswa.

Pergeseran ini mengakibatkan pengalihan tanggung jawab yang baru

kepada siswa.

2) Peran guru : memberi kesempatan siswa untuk bekerja sendiri, umpan

balik secara pribadi, memberi peran baru kepada siswa.

3) Urutan kegiatan : penyampaian tugas oleh guru melalui peragaan dan

penjelasan; siswa membuat keputusan sambil menjalankan tugas; guru

melakukan pengamatan dan memberi umpan balik.

4) Menggunakan lembaran tugas, atau kartu tugas yang sudah diputuskan

guru pada episode pra pertemuan.

c. Gaya C (Gaya Resiprokal) :

1) Tanggung jawab pemberian umpan balik bergeser dari guru (G) ke siswa

pengamat (SP). pergeseran tersebut memungkinkan : peningkatan

interaksi sosial antar teman sebanya, serta umpan balik langsung dari

teman.

2) Guru membuat keputusan pra pertemuan dalam bentuk lembaran kriteria

yang akan digunakan oleh siswa pengamat (SP) lembaran kriteria meliputi

Page 12: INOVASI PEMBELAJARAN PENJAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Pembaharuan Pendidikan Jasmani di Sekolah , Banjarmasin Kalsel 27 Nopember 2008.

12

: uraian tugas khusus, sketsa ilustrasi tugas, dan contoh perilaku verbal

untuk dipakai sebagai umpan balik.

3) Peranan siswa (S) sebagai pelaku sama dengan gaya latihan, peran siswa

pengamat (SP) memberikan umpan balik kepada siswa pelaku (S); guru

mengamati siswa (S) dan siswa pengamat (SP) namun hanya

berkomunikasi dengan siswa pengamat (SP).

d. Gaya D (Gaya Self-Check) :

1) Keputusan pasca pertemuan bergeser dari peranan siswa pengamat (SP)

ke siswa pelaku (S). artinya, siswa diberi peran untuk menilai

penampilannya sendiri dengan kriteria yang telah ditetapkan guru.

2) Siswa memberi penilaian sendiri pada pasca pertemuan terutama

mengenai : penampilannya sendiri, belajar menerima keterbatasannya, dan

belajar bersikap obyektif atas penampilannya.

e. Gaya E (Gaya Cakupan/Inklusi) :

1) Tugas yang diberikan kepada siswa berbeda-beda, karena pada

hakikatnya tiap individu memiliki perbedaan kemampuan dalam

melaksanakan tugas. Gaya ini memberikan kesempatan individu untuk

memulai dari tingkat kemampuannya sendiri.

2) Guru diharuskan merancang tugas dalam berbagai tingkat kesulitan yang

disesuaikan dengan perbedaan individu. Rancangan tugas juga harus

memungkinkan siswa bergerak dari tugas yang mudah ke tugas yang sulit.

f. Gaya F (Gaya Konvergen) :

1) Gaya penemuan terpimpin ini sudah memasuki spektrum yang memberi

penekanan pada sasaran kognitif.

2) Guru menyusun serangkaian pertanyaan yang jawabannya sudah

ditentukan. Jawaban bersifat konvergen dengan satu kemungkinan

jawaban benar. Respon siswa mengarah pada penemuan terpimpin

mengenai suatu konsep, prinsip, serta gagasan.

Page 13: INOVASI PEMBELAJARAN PENJAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Pembaharuan Pendidikan Jasmani di Sekolah , Banjarmasin Kalsel 27 Nopember 2008.

13

g. Gaya G (Gaya Divergen) :

Siswa diarahkan untuk mengembangkan alternatif pemecahan masalah secara

individu.

h. Gaya H (Gaya Going Beyond) :

1) Siswa merancang permasalahan pada pra pertemuan, sedangkan pada

episode saat pertemuan siswa diarahkan untuk menemukan solusi dari

masalah yang dirumuskan sendiri.

2) Siklus kegiatan mencakup :

a) Pada episode pra pertemuan, siswa menyusun semua keputusan yang

berupa rancangan permasalahan.

b) Pada episode saat pertemuan, siswa berupaya menemukan solusi dan

menampilkan gerakan dengan mengacu pada rancangan masalah yang

sudah diputuskan sebelumnya.

c) Pada episode pasca pertemuan, siswa melakukan evaluasi dengan

memanfaatkan pengalaman dari gaya-gaya sebelumnya, yaitu gaya A

sampai G.

Page 14: INOVASI PEMBELAJARAN PENJAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Pembaharuan Pendidikan Jasmani di Sekolah , Banjarmasin Kalsel 27 Nopember 2008.

14

DAFTAR PUSTAKA

Agus Kristiyanto, (1997). “Spektrum Gaya Mengajar Pendidikan Jasmani”.

Jurnal Dwijawarta. Edisi April-Juni: hal. 40-44. ______________, dkk, (1998). Akuntabilitas PPL Pendidikan Jasmani.

Penelitian Kelompok – Surakarta: FKIP UNS. ______________, (2000). Kompetensi Umpan Balik Mahasiswa Praktikan PPL

Pendidikan Jasmani. Penelitian Kelompok. Surakarta: FKIP UNS. Frost, R.B. (1975). Physical Education: Foundations, Practices and Principles.

Reading: Addison Wesley Publishing Company. Harsuki, (2003). Perkembangan Olahraga Terkini: Kajian Para Pakar. Jakarta:

PT Rajagrafindo Persada. Mappasoro, (1998), Tahun II. “Peningkatan Keterampilan Bertanya Guru dalam

Mengelola PBM Mata Pelajaran IPS”. Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar. No. 5 : 41-53.

Mosston, Muska, (1991). Teaching Physical Education. Columbus L Bell and

Howell Companies. Nixon, J.E. & Jewett, A.E., (1980). An Introduction to Physical Education.

Philadelphia: Saunders College Publishers. Siedentop, D., (1990). Physical Education: Introductory Analysis. Dubuque:

W.Mc. Brown.