1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh wanita di seluruh dunia. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dimulai dari 4 bulan sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan 7 sampai 9 bulan (Prawirohardjo, 2006). Antenatal Care (ANC)/Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan. Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan sekurang- kurangnya 4 kali selama kehamilan yaitu K1 sampai dengan K4 (Rosfanty, 2010).
122
Embed
repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh wanita di seluruh
dunia. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya
hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama
dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dimulai dari 4 bulan sampai
6 bulan, triwulan ketiga dari bulan 7 sampai 9 bulan (Prawirohardjo, 2006).
Antenatal Care (ANC)/Asuhan antenatal adalah suatu program yang
terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk
memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan.
Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan sekurang-kurangnya 4 kali selama
kehamilan yaitu K1 sampai dengan K4 (Rosfanty, 2010).
Menurut WHO tahun 2015 Angka Kematian Ibu (AKI) di negara-negara Asia
Tenggara seperti Malaysia (40/100.000 kelahiran hidup), Brunei Darussalam
(23/100.000 KH), Vietnam (54/100.000 KH), serta Singapore (10/100.000 KH).
Dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara, Angka kematian ibu (AKI)
di indonesia masih cukup tinggi yaitu (126/100.000 KH) (WHO, 2015).
Angka kematian ibu melahirkan di Indonesia saat ini tergolong masih cukup
tinggi dibandingkan negara-negara lain, padahal Angka Kematian Ibu (AKI) dan
angka kematian bayi (AKB) menjadi salah satu indikator penting dalam
2
menentukan derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu (yang berkaitan
dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran
hidup. Angka ini masihcukup tinggi apalagi jika dibandingkan dengan negara-
negara tetangga (Kemenkes, 2014).
Pemeriksaan kehamilan (antenatal care) merupakan kunjungan kesehatan
yang diberikan kepada ibu selama hamil yang sesuai dengan pedoman pelayanan
antenatal care yang ditentukan. Kunjungan antenatal care merupakan kunjungan
ibu hamil ke bidan atau ke dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya
hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan
pemeriksaan ibu hamil (antenatal care) petugas mengumpulkan dan menganalisis
data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk
mendapatkan diagnosis kehamilan intra uterin, serta ada tidaknya masalah atau
komplikasi (Depkes RI, 2009).
Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan
antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi
waktu minimal 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu),
minimal 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan minimal
2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu - lahir). Standar waktu
pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil
dan janin, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan dini
komplikasi kehamilan (Profil Kesehatan Indonesia, 2013).
3
Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan
indikator Cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal care pertama kali oleh tenaga kesehatan,
dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu
satu tahun. Sedangkan Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal care sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali
sesuai jadwal yang dianjurkan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu
wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan
akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil
dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan ( Profil Kesehatan
Indonesia, 2013).
Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan oleh Kementerian
Kesehatan untuk semakin mendekatkan akses pelayanan kesehatan yang
berkualitas kepada masyarakat hingga ke pelosok desa, termasuk untuk
meningkatkan cakupan pelayanan antenatal. Dari segi sarana dan fasilitas
pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655
Puskesmas di seluruh Indonesia. Dengan demikian rasio Puskesmas terhadap
30.000 penduduk sudah melampaui rasio ideal 1:30.000 penduduk. Sampai
dengan tahun 2013, tercatat terdapat 54.731 Poskesdes yang beroperasi dan
280.225 Posyandu di Indonesia ( Kemenkes, 2013).
Data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013 menunjukkan bahwa cakupan
K4 di Indonesia pada tahun 2011 sebesar 88,27% dan mengalami peningkatan
pada tahun 2012 menjadi 90,18% sedangkan pada tahun 2013 mengalami
4
penurunan kembali menjadi 86,85% padahal Kementerian Kesehatan RI
memberikan target cakupan K4 sebesar 90%. Penurunan angka cakupan K4 di
Indonesia akan meningkatkan resiko kenaikan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi ( AKB) ( Kemenkes, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian Pongsi Bidang (2013) menunjukkan bahwa dari 8
variabel yang diteliti terdapat 3 variabel yang berhubungan dengan kunjungan
antenatal care yaitu pengetahuan, sikap, dan ketersediaan transportasi. Perilaku
antenatal care penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu
sendiri, sementara faktanya masih banyak ibu-ibu yang menganggapkehamilan
sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati, mereka merasa tidak
perlumemeriksakan kehamilannya secara rutin ke bidan atau tenaga kesehatan
sehingga menyebabkan tidak terdeteksinya faktor resiko tinggi yang mungkin
dialami oleh mereka (Maas, 2004).
Menurut Agnes (2005) bahwa dukungan suami merupakan hal yang tidak
dapat diabaikan dalam perubahan perilaku ibu hamil. Suami perlu memberikan
penjelasan dan pengajaran pada ibu untuk memeriksa kehamilan minimal 4 kali
selama kehamilan. Dukungan suami akan memberikan kontribusi yang besar
dalam tercapainya kunjungan K4 dan meminimalkan resiko yang terjadi selama
kehamilan dan persalinan.
Dukungan dari petugas puskesmas juga merupakan salah satu faktor penting
dalam perilaku kesehatan misalnya kunjungan K4. Apabila seorang ibu telah
mendapat penjelasan tentang pemeriksaan kehamilan yang benar dari petugas
kesehatan maka ibu tersebut pasti mencoba menerapkannya, akan tetapi karena
5
lingkungannya belum ada yang menerapkan, maka ibu tersebut menjadi asing dan
bukan tidak mungkin ibu tidak mau melakukan ke petugas kesehatan untuk
memeriksa kehamilannya.
Rendahnya cakupan K4 di Indonesia tidak terlepas dari rendahnya cakupan
K4 di 21 provinsi dengan cakupan kurang dari 90% yang menjadi target
Kementerian Kesehatan RI. Salah satu provinsi yang memiliki cakupan K4
terendah ke 10 di Indonesia pada tahun 2013 yaitu Provinsi Aceh dengan cakupan
K4 hanya sebesar 81,75% sedangkan cakupan K1 di Provinsi Aceh yaitu 84 %.
( Kemenkes, 2014).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat
didapatkan cakupan Indikator pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak dua tahun
terakhir yaitu cakupan K1 tahun 2014 85,40% dan cakupan K1 tahun 2015
sebesar 88,0%, hal ini menggambarkan bahwa akses ibu hamil sudah baik, artinya
sudah banyak ibu hamil yang terjangkau oleh pelayanan kesehatan walaupun
belum mencapai target yaitu 95%. Sedangkan untuk cakupan K4 tahun 2014
78,69%, dan cakupan K4 pada tahun 2015 sebesar 81,0%. Hal ini juga
menggambarkan bahwa sudah ada kenaikan persentase K4 namun belum juga
mencapai target 95% (Dinkes Aceh Barat, 2016).
Berdasarkan Survei pendahuluan pada tanggal 12 Mei 2016 di UPTD
Puskesmas PIR Batee Puteh didapatkan bahwa cakupan K1 pada tahun 2015 yaitu
sebesar 78,0 % dan cakupan ini belum mencapai target yang ditetapkan yaitu
100%. Sedangkan cakupan K4 yaitu sebesar 62,0 % belum mencapai target yang
ditetapkan yaitu 100% (Puskesmas PIR Batee Puteh, 2016).
6
Hasil wawancara awal yang telah dilakukan oleh peneliti dengan 10 orang ibu
hamil diperoleh bahwa dari 10 orang ibu hamil yang diwanwancarai oleh peneliti
terdapat 6 orang ibu yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan secara lengkap
dengan rincian sebanyak 4 orang yang tidak pernah sekalipun melakukan
pemeriksaan kehamilan, sebanyak 2 orang pernah memeriksakan kehamilan akan
tetapi hanya sebanyak 1 kali, hal ini terjadi karena alasan kehamilan adalah hal
biasa yang akan dihadapi oleh setiap wanita sehingga tidak perlu dilakukan
pemeriksaan khusus, dan suami juga tidak mendukung untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan sejak awal karena melihat ibu dalam kondisi sehat. Ibu-
ibu hamil tersebut belum mengetahui tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan
tanda-tanda persalinan serta kurangnya informasi yang diperoleh sehingga ibu-ibu
tersebut tidak mengetahui waktu yang seharusnya untuk memeriksakan
kehamilannya ke tenaga kesehatan. Terdapat 4 orang ibu hamil yang dilakukan
wawancara menyatakan melakukan pemeriksaan kehamilan dengan lengkap
(melakukan kunjungan K-1 dan K-4) selama kehamilannya karena suami dan
keluarga yang terus mengingatkan ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan
secara rutin dan tenaga kesehatan yang terus mengingatkan ibu dan keluarga
untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Faktor-faktor yang mempengaruhi
Kunjungan Antenatal Care (ANC) pada Ibu Hamil di UPTD Puskesmas PIR
Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat”.
7
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Kunjungan Antenatal Care
(ANC) pada Ibu Hamil di UPTD Puskesmas PIR Batee Puteh Kecamatan Woyla
Barat Kabupaten Aceh Barat.
1.3.2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui pengaruh Pengetahuan Ibu terhadap Kunjungan Antenatal Care
(ANC) di UPTD Puskesmas PIR Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat
Kabupaten Aceh Barat.
2. Mengetahui pengaruh Sikap Ibu terhadap Kunjungan Antenatal Care (ANC)
di UPTD Puskesmas PIR Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten
Aceh Barat.
3. Mengetahui pengaruh Dukungan Suami terhadap Kunjungan Antenatal Care
(ANC) di UPTD Puskesmas PIR Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat
Kabupaten Aceh Barat.
4. Mengetahui pengaruh Keterpaparan Media terhadap Kunjungan Antenatal
Care (ANC) di UPTD Puskesmas PIR Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat
Kabupaten Aceh Barat.
8
1.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hα : Ada pengaruh antara faktor Pengetahuan terhadap Kunjungan Antenatal
Care (ANC) di UPTD Puskesmas PIR Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat
Kabupaten Aceh Barat.
2. Hα : Ada pengaruh antara faktor Sikap terhadap Kunjungan Antenatal Care
(ANC) di UPTD Puskesmas PIR Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat
Kabupaten Aceh Barat.
3. Hα : Ada pengaruh antara faktor Dukungan Suami terhadap Kunjungan
Antenatal Care (ANC) di UPTD Puskesmas PIR Batee Puteh Kecamatan
Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat.
4. Hα : Ada pengaruh antara faktor Keterpaparan Media terhadap Kunjungan
Antenatal Care (ANC) di UPTD Puskesmas PIR Batee Puteh Kecamatan
Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:
1.5.1. Manfaat Praktis
1. Bagi masyarakat
Penelitian ini dapat memberikan informasi dini kepada ibu-ibu hamil tentang
pentingnya melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan.
2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Sebagai bahan dan sumber referensi mengenai capaian pelayanan kesehatan
ibu hamil tentang rendahnya cakupan K1 dan K4 dan penelitian selanjutnya.
9
1.5.2. Manfaat Teoritis
1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat , hasil penelitian dapat menjadi
bahan informasi untuk meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya
melakukan kunjungan pemeriksaan lengkap bagi ibu hamil.
2. Bagi UPTD Puskesmas PIR Batee Puteh dapat digunakan sebagai informasi
masukan dalam meningkatkan pelayanan khususnya pada program kegiatan
peningkatan dan pengawasan mengenai kunjungan ibu hamil dalam
memeriksakan kehamilannya.
3. Bagi peneliti untuk menambah wawasan dalam mengembangkan diri pada
ilmu kesehatan masyarakat dan untuk meningkatkan kemampuan menulis dan
juga melakukan penelitian.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Antenatal Care
Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu
menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberi ASI dan kembalinya
kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2008). Kunjungan antenatal care
(ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak
ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan asuhan antenatal.
Pelayanan antenatal care yaitu untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila
mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta
ditangani secara memadai (Yeyeh, 2009).
Menurut WHO (2010), Antental Care adalah pengawasan sebelum persalinan
terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik
dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan
masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya
fisik tetapi juga mental. Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan integrasi
pelayanan antenatal care rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya
pada ibu hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatanyang diperlukan guna
meningkatkan kualitas pelayanan antenatal care (Yeyeh, 2009).
11
Program-program yang di integrasikan dalam pelayanan antenatal care
meliputi : Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE), Antisipasi Defisiensi
Gizi dalam Kehamilan (Andika), Pencengahan dan pengobatan IMS/ISR dalam
Kehamilan (PIDK), Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusia,
pencengahan dan penularan HIV dari ibu ke Bayi (PMTCT), Pencengahan
Malaria dalam Kehamilan (PMDK), Penatalaksanaan TB dalam kehamilan (TB-
ANC) dan kusta, Pencengahan Kecacingan dalam Kehamilan (PKDK),
Penangulangan Ganguan Intelegensia pada Kehamilan (PAGIN) (Depkes RI,
2009).
Menurut Prawirohardjo (2005) Antenatal care (ANC) juga merupakan salah
satu upaya pencegahan awal dari faktor risiko kehamilan. Menurut World Health
Organization (WHO) Antenatal care untuk mendeteksi dini terjadinya risiko
tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian
ibu dan memantau keadaan janin. Idealnya bila tiap wanita hamil mau
memeriksakan kehamilannya, bertujuan untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang
mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut cepat diketahui, dan
segera dapat di atasi sebelum berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan tersebut
dengan melakukan pemeriksaan Antenatal care.
Apabila ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan kehamilan, maka tidak akan
diketahui apakah kehamilannya berjalan dengan baik atau mengalami keadaan
risiko tinggi dan komplikasi obstetri yang dapat membahayakan kehidupan ibu
dan janinnya. Dan dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi
(Saifuddin, 2002).
12
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kontak ibu hamil dengan pemberi
perawatan atau asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan kesejahteraan bayi serta
kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi informasi bagi ibu dan
petugas kesehatan (Henderson, 2006). Pada setiap kunjungan Antenatal Care
(ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan
intrauterine, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi dan memastikan bahwa
komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Saifuddin
dalam Padila, 2014).
2.1.1 Tujuan Antenatal Care
Ada beberapa tujuan antenatal care menurut (Kusmiyati,et al.,2008) yaitu
mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan
memberikan pendidikan gizi, kebersihan diri dan proses kelahiran bayi,
mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medis, bedah ataupun
obstetriselama kehamilan, mengembangkan persiapan persalinan serta rencana
kesiagaan menghadapi komplikasi, membantu menyiapkan ibu untuk menyusui
dengan sukses, menjalankan puerperium normal, dan merawat anak secara fisik,
psikologi dan sosial.
Menurut Fitrihanda (2012), fungsi antenatal adalah sebagai berikut :
a. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan.
b. Melakukan screning, identifikasi wanita dengan kehamilan risiko tinggi dan
merujuk bila perlu.
13
c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan menangani
masalah yang terjadi.
Tujuan utama antenatal care adalah untuk menfasilitasi hasil yang sehat dan
positif bagi ibu maupun bayinya dengan membina hubungan saling percaya
dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa,
mempersiapkan kelahiran, dan memberikan pendidikan. Antenatal care penting
untuk menjamin agarproses alamiah tetap berjalan selama kehamilan (Marmi,
2011).
Menurut Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi/
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (JNPKKR/POGI) tahun 2002,
tujuan dari ANC meliputi :
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu
dan bayi
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
Eksklusif
14
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal.
g. Mengurangi bayi lahir prematur, kelahiran mati, kematian neonatal, dan
mempersiapkan kesehatan yang optimal bagi janin (Rukiyah dan Yulianti,
2014).
Asuhan antenatal penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap berjalan
normal selama kehamilan. Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau
komplikasi setiap saat. Kehamilan bisa saja membawa resiko bagi ibu. World
Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 15% dari seluruh wanita
hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya
serta dapat mengancam jiwanya. Dari 5.600.000 wanita hamil di Indonesia,
sejumlah besar akan mengalami suatu komplikasi atau masalah yang bisa menjadi
fatal (Hani, Kusbandiyah, Marjati, dan Yulifah, 2011).
Mengacu pada penjelasan di atas, bagi ibu hamil dan suami/keluarga dapat
mengubah pola berpikir yang hanya datang ke dokter jika ada permasalahan
dengan kehamilannya. Karena dengan pemeriksaan kehamilan yang teratur,
diharapkan proses persalinan dapat berjalan dengan lancar dan selamat, dan yang
lebih penting adalah kondisi bayi yang dilahirkan juga sehat, begitu pula dengan
ibunya.
2.1.2 Kebijakan Program Pelayanan ANC
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) pada dasarnya
mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood” yaitu
15
meliputi : Keluarga Berencana, Antenatal care, Persalinan Bersih dan Aman, dan
Pelayanan Obstetri Essensial. Pendekatan pelayanan obstetrik dan neonatal
kepada setiap ibu hamil ini sesuai dengan pendekatan Making Pregnancy Safer
(MPS), yang mempunyai 3 (tiga) pesan kunci yaitu :
a. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
b. Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.
c. Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan
penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi
keguguran.
Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi kunjungan
antenatal care sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan, dengan
ketentuan sebagai berikut (Kemenkes RI, 2012) : .
a. Minimal satu kali pada trimester pertama (K1) hingga usia kehamilan 12
minggu.
Kontak pertama harus dilakukan sedini mungkin pada trimester pertama
sebaiknya sebelum minggu ke 8, tujuannya :
1. Penapisan dan pengobatan anemia
2. Perencanaan persalinan
3. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
b. Minimal satu kali pada trimester kedua (K2), 13 - 24 minggu, tujuannya :
1. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
2. Penapisan pre-eklamsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran
perkemihan
16
3. Mengulang perencanaan persalinan
c. Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4) > 24 minggu sampai
dengan minggu ke 36 dan sampai kelahiran. Kunjungan antenatal care bisa
lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan/indikasi dan jika ada keluhan, penyakit atau
gangguan kehamilan, tujuannya :
1. Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III
2. Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
3. Memantapkan rencana persalinan
4. Mengenali tanda-tanda persalinan (Rukiyah dan Yulianti, 2014).
2.1.3 Standar pelayanan Antenatal Care
Menurut Clinical Practice Guidelines yang dikutip oleh Nurmawati
(2010)Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan
sempurna sebagai batas penerimaan minimal. Standar pelayanan kebidanan dapat
digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlukan oleh bidan dalam
menjalankan prakteksehari-hari.
Menurut Kemenkes RI (2011), pemeriksaan antenatal dilakukan
denganstandar pelayanan antenatal dimulai dengan :
a. Ukur tinggi badan
b. Timbang berat badan dan Lingkar Lengan Atas (LILA)
c. Ukur Tekanan Darah
d. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)
e. Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
f. Pemberian Tablet besi (fe)
17
g. Tanya/Temu wicara
Menurut Dewi dan Sunarsih (2011) terdapat enam standar dalam pelayanan
asuhan antenatal. Standar tersebut merupakan bagian dari lingkup standar
pelayanan kebidanan:
Standar 1 : Identifikasi ibu hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakatsecara
berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami,dan anggota
keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakankehamilannya sejak dini
secara teratur.
Standar 2 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi
anamnesis, perkembangan janin, mengenal kehamilan resiko tinggi, imunisasi,
nasihat, dan penyuluhan kesehatan.
Standar 3 : Palpasi Abdominal
Bidan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, memeriksa
posisi, bagian terendah janin, dan masuknya kepala janin ke dalam rongga
panggul untuk mencari kelainan.
Standar 4 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan, dan/atau rujukan
semua kasus anemia pada kehamilan.
18
Standar 5 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan,
mengenali tanda dan gejala preeklamsia lainnya, mengambil tindakan yang tepat,
dan merujuknya.
Standar 6 : Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami, dan keluarganya
pada trimester ketiga untuk memastikan bahwa persiapan persalinan bersih dan
aman, serta suasana yang menyenangkan.
Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan
serta memenuhi standar tersebut.
2.1.4 Jadwal pemeriksaan Antenatal Care
Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan petugas kesehatan
yang memberikan pelayanan antenatal care standar untuk mendapatkan
pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu
ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat sebaliknya, yaitu ibu
hamil yang dikunjungi petugas kesehatan di rumahnya atau di Posyandu (Depkes
RI,2007).
Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah kontak ibu hamil yang pertama kali
dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan standar,
dalam pengelolaan program KIA disepakati bahwa kunjungan ibu hamil yang
keempat (K4) adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan, dengan distribusi kontak
sebagai berikut :
19
1) Minimal 1 kali pada trimester I
2) Minimal 1 kali pada trimester II dan
3) Minimal 2 kali pada trimester III (Depkes RI,2007).
2.1.5 Tempat pelayanan Antenatal Care
Pelayanan antenatal care bisa didapatkan di Rumah Sakit, Puskesmas, Bidan
Praktek Swasta, Dokter Praktek Swasta, Posyandu. Pelayanan antenatal care
hanya diberikan oleh tenaga kesehatan dan bukan dukun bayi (Meilani, et al.,
2009).
2.1.6 Hal-hal yang dilakukan pada pemeriksaan Antenatal Care(ANC)
1. Trimester I dan II
Setiap bulan sekali diambil data tentang laboratorium,
pemeriksaanultrasonografi, nasehat diet : empat sehat lima sempurna, protein
½ gr/kg BB atau satu telur/hari, observasi yang dapat mempengaruhi
0,591/0,297,=-1,989, Keterpaparan Media 0,727/0,297=2,447. Variabel sikap dan
Keterpaparan media didapatkan hasil di atas 2, maka variabel tersebut
berdistribusi tidak normal. Untuk variabel Pengetahuan dan dukungan suami
didapatkan hasilnya masih di bawah 2, maka variabel tersebut hasilnya
berdistribusi normal.
4.2.2 Persentase Variabel Pengetahuan
1. Pengetahuan responden tentang kunjungan Antenatal Care
Tabel 4.2 Pengetahuan responden tentang Antenatal Care
No Pengetahuan SS S N TS STS1 Waktu pemeriksaan
kehamilan pada trimester pertama adalah pada usia kehamilan 0-13 minggu
4 (6,2%)
24 (36,9%)
9 (13,9%)
24 (36,9%)
4(6,2%)
2. Waktu pemeriksaan kehamilan pada trimester kedua adalah pada usia kehamilan 14-27 minggu
4 (6,2%)
15 (23,1%)
12 (18,5%)
27 (41,5%)
7(10,8%)
3 Waktu pemeriksaan kehamilan pada trimester ketiga adalah pada usia
1 (1,5%)
15 (23,1%)
13 (20,0%)
28 (43,1%)
8 (12,3%)
54
kehamilan 28-35 minggu4 Pada kehamilan usia 15-28
minggu harus dilakukan pemeriksaan kehamilan minimal sebanyak 2 kali
3 (4,6%)
12 (18,5%)
7 (10,8%)
36 (55,4%)
7 (10,8%)
5 Sebaiknya pemeriksaan kehamilan/Antenatal Care dilakukan 4 kali selama masa kehamilan
5 (7,7%)
17 (26,2%)
13 (20,0%)
22 (33,8%)
8 (12,3%)
6 Orang yang melakukan pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil sebaiknya Dokter/bidan.
4 (6,2%)
21 (32,3%)
11 (16,9%)
24 (36,9%)
5(7,7%)
7 Keuntungan yang bisa didapatkan dari pemeriksaan kehamilan yaitu menjaga fisik dan mental ibu dengan bayi.
4 (6,2%)
19 (29,2%)
10 (15,4%)
26 (40.0%)
6(9,2%)
8 Tujuan dari pemeriksaan kehamilan yaitu mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan, persalinan dan nifas.
2 (3,1%)
19 (29,2%)
14 (21,5%)
23 (35,4%)
7 (10,8%)
9 Tempat pemeriksaan kehamilan sebaiknya di Klinik dokter/bidan atau puskesmas.
3 (4,6%)
20 (30,8%)
9 (13,8%)
28 (43,1%)
5(7,7%)
10 Manfaat yang bisa didapatkan ibu dari pemeriksaan kehamilan antara lain agar ibu dan bayi sehat selama kehamilan dan persalinan
5 (7,7%)
27 (41,5%)
11 (16,9%)
17 (26,2%)
5(7,7%)
Sumber :Data Primer (diolah) Tahun 2016.
Tabel 4.2 menunjukkan mayoritas kesetujuan responden tertinggi pada manfaat
yang bisa didapatkan ibu dari pemeriksaan kehamilan antara lain agar ibu dan
bayi sehat selama kehamilan dan persalinan 49,2 % dan untuk kesetujuan
responden yang terendah pada kehamilan usia 15-28 minggu harus dilakukan
pemeriksaan kehamilan minimal sebanyak 2 kali sebanyak 77 % responden yang
55
tidak setuju. Berdasarkan hasil penelitian dari jawaban kuesioner tersebut
didapatkan bahwa rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang kunjungan antenatal
care sehingga menyebabkan kurangnya kesadaran untuk melakukan kunjungan
antenatal care ke tempat pelayanan asuhan antenatal.
2. Sikap responden tentang Kunjungan Antenatal Care
Tabel 4.3 Sikap responden tentang Antenatal Care
No Sikap SS S N TS STS
1 Ibu hamil perlu memeriksakan kehamilan walaupun tidak ada keluhan.
2 (3,1%)
12 (18,5%)
9(13,8%)
24 (36,9%)
18 (27,7%)
2 Memeriksakan kehamilan mempunyai manfaat bagi kesehatan ibu.
4 (6,2%)
11 (16,9%)
16 (24,6%)
26 (40,0%)
8 (12,3%)
3 Memeriksakan kehamilan mempunyai manfaat bagi kesehatan anak.
2 (3,1%)
10 (15,4%)
26 (40,0%)
23 (35,4%)
4(6,2%)
4 Pemeriksaan kehamilan harus dilakukan kepada tenaga kesehatan
2 (3,1%)
13 (20,0%)
20(30,8%)
26 (40,0%)
4(6,2%)
5 Dapat dipastikan tanpa periksa kehamilan ibu tetap melahirkan bayi sehat.
1 (1,5%)
9 (13,8%)
12(18,5%)
26 (40,0%)
17 (26,2%)
6 Penyakit yang timbul pada waktu hamil akan sembuh sendiri tanpa pergi ke tenaga kesehatan.
2 (3,1%)
11 (16,9%)
9 (13,8%)
34 (52,3%)
9 (13,8%)
7 Pada usia kehamilan 0-13 minggu harus melakukan pemeriksaan kehamilan minimal sebanyak 1 kali.
1 (1,5%)
21 (32,3%)
13
(20,0%)30
(46,2%)22
(23,2%)
8 Pada usia kehamilan 14-27 minggu harus melakukan pemeriksaan kehamilan minimal sebanyak 2 kali.
3 (4,6%)
10 (15,4%)
12(18,5%)
35 (53,8%)
5 (7,7%)
9 Pada usia kehamilan 28-
56
35 minggu harus melakukan pemeriksaan kehamilan minimal sebanyak 4 kali.
1 (1,5%)
11 (16,9%)
12(18,5%)
36 (55,4%)
5(7,7%)
10 Pemeriksaan kehamilan ke bidan sebaiknya minimal dilakukan 4 kali.
2 (3,1%)
16 (24,6%)
12(18,5%)
26 (40,0%)
9 (13,8%)
Sumber :Data Primer (diolah) Tahun 2016.
Tabel 4.3 menunjukkan mayoritas kesetujuan responden tertinggi pada usia
kehamilan 0-13 minggu harus melakukan pemeriksaan kehamilan minimal
sebanyak 1 kali sebanyak 33,8 % dan untuk kesetujuan responden yang terendah
pada dapat dipastikan tanpa periksa kehamilan ibu tetap melahirkan bayi sehat
sebanyak 84,7 % responden yang tidak setuju. Berdasarkan hasil penelitian dari
jawaban kuesioner tersebut didapatkan bahwa ibu hamil bersikap kurang peduli
terhadap kunjungan antenatal care dan beranggapan bahwa pemeriksaan
kehamilan tidak perlu rutin untuk dilakukan sehingga menyebabkan kurangnya
kesadaran untuk melakukan kunjungan antenatal care guna mendapatkan
pelayanan asuhan antenatal care.
3. Dukungan Suami responden tentang Antenatal Care
Tabel 4.4 Dukungan Suami responden tentang Antenatal Care
No Tindakan SS S N TS STS
1 Suami ibu menyarankan ibu untuk selalu melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin setiap bulannya.
3(4,6%)
28 (43,1%)
16 (24,6%)
12 (18,5%)
6(9,2%)
2 Suami ibu selalu menyemangati (memotivasi dan 5 27 15 10 8
57
mendorong) ibu agar terus melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin setiap bulannya.
(7,7%) (41,5%) (23,1%) (15,4%) (12,3%)
3 Keluarga ibu memberikan informasi tentang pemeriksaan kehamilan.
1(1,5%)
27 (41,5%)
19 (29,2%)
10 (15,4%)
8 (12,3%)
4 Suami ibu menawarkan bantuan kepada ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.
1(1,5%)
18 (27,7%)
19 (29,2%)
21 (32,3%)
6(9,2%)
5 Suami ibu selalu siap mendampingi ibu ketika ingin melakukan pemeriksaan kehamilan.
30(46,2%)
21 (32,3%)
9 (13,8%)
5(7,7%)
9 (13,8%)
Sumber :Data Primer (diolah) Tahun 2016.
Tabel 4.4 menunjukkan mayoritas kesetujuan responden tertinggi pada suami ibu
selalu siap mendampingi ibu ketika ingin melakukan pemeriksaan kehamilan
sebanyak 78,5 % dan untuk kesetujuan responden yang terendah pada suami ibu
menawarkan bantuan kepada ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan
sebanyak 70,7 % responden yang tidak setuju. Berdasarkan hasil penelitian dari
jawaban kuesioner tersebut didapatkan bahwa rendahnya kesadaran suami dalam
menawarkan bantuan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan istrinya sehingga
menyebabkan kurangnya kesadaran untuk melakukan kunjungan antenatal care.
4. Keterpaparan Media responden tentang Kunjungan Antenatal Care
58
Tabel 4.5 Keterpaparan Media responden tentang Kunjungan Antenatal Care
No Sanitasi Lingkungan SS S N TS STS
1 Ibu mendapatkan informasi tentang pemeriksaan kehamilan dari media cetak (brosur, buku, majalah, koran, dan lain-lain).
6 (9,2%)
13 (20,0%)
7 (10,8%)
24 (36,9%)
15 (23,1%)
2 Ibu mendapatkan informasi tentang pemeriksaan kehamilan dari media elektronik( radio, televisi, VCD, dan lain-lain).
7 (10,8%)
5 (7,7%)
10(15,4%)
17 (26,2%)
26 (40,0%)
Sumber :Data Primer (diolah) Tahun 2016.
Tabel 4.5 menunjukkan mayoritas kesetujuan responden tertinggi pada ibu
mendapatkan informasi tentang pemeriksaan kehamilan dari media cetak (brosur,
buku, majalah, koran, dan lain-lain) sebanyak 29,2 % dan untuk kesetujuan
responden yang terendah pada ibu mendapatkan informasi tentang pemeriksaan
kehamilan dari media elektronik ( radio, televisi, VCD, dan lain-lain) sebanyak
81,6 % responden yang tidak setuju. Berdasarkan hasil penelitian dari jawaban
kuesioner tersebut didapatkan bahwa kurangnya memanfaat media yang ada
misalnya televisi untuk mendapatkan informasi tentang antenatal care.
4.2.3 Karakteristik Responden1. Umur Responden
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan umur responden
dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut dibawah ini :
59
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Dengan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas PIR Batee Puteh Kabupaten Aceh Barat
Variabel Mean SD Minimal-maksimal
95% CI
Umur 28,52 5,34 17 – 40 27,20 – 29,85Tabel 4.6 Menunjukkan rata-rata umur ibu hamil adalah 28,52 tahun (95% CI:
27,20 – 29,85), dengan standar deviasi 5,34 tahun. Umur termuda 17 tahun dan
umur tertua 40 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95%
diyakini bahwa rata-rata umur ibu adalah diantara 27,20 sampai dengan 29,85
tahun.
2. Pendidikan Responden
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan Pendidikan
responden dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut dibawah ini :
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Dengan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas PIR Batee Puteh Kabupaten Aceh Barat
No Pendidikan Responden Frekuensi (n) Presentase (%)
1 SD-SMP 14 21,5
2 SMA/MA 35 53,8
3 Perguruan Tinggi 16 24,6
total 65 100
Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2016.
Tabel 4.7 Menunjukkan dari 65 responden yang memiliki pendidikan SD-SMP
sebanyak 14 responden (21,5%), responden yang memiliki pendidikan SMA/MA
60
sebanyak 35 responden (53,8%) dan responden yang memiliki pendidikan tinggi
sebanyak 16 responden (24,6%).
3. Paritas
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan Paritas responden
dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut dibawah ini :
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas dengan Kunjungan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas PIR Batee Puteh Kabupaten Aceh Barat
No Paritas Frekuensi (n) Presentase (%)
1 < 1 orang anak 35 53,823
2 – 4 orang anak> 5 orang
300
46,20
Total
65 100
Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2016.
Tabel 4.8 Menunjukkan dari 65 responden yang memiliki paritas < 1 orang anak
sebanyak 35 responden (53,8%) dan yang memiliki paritas 2-4 orang anak
sebanyak 30 responden (46,2%).
4.2.3 Analisis Univariat
1. Pengetahuan
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel independent
(pengetahuan) dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut dibawah ini :
61
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Dengan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas PIR Batee Puteh Kabupaten Aceh Barat
No Pengetahuan Frekuensi (n) Presentase (%)
1 Baik 28 43,1
2 Kurang baik 37 56,9
Total 65 100
Sumber :Data Primer (diolah) Tahun 2016.
Tabel 4.9 menunjukkan 65 responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak
28 responden (43,1%), dan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik
sebanyak 37 responden (56,9%).
2. Sikap
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel independent (sikap)
dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut dibawah ini :
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Dengan Kunjungan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas PIR Batee Puteh Kabupaten Aceh Barat
No Sikap Frekuensi (n) Presentase (%)
1 Baik 28 43,1
2 Kurang 37 56,9
Total 65 100
Sumber :Data Primer (diolah) Tahun 2016.
Tabel 4.10 Menunjukkan dari 65 responden yang memiliki sikap baik sebanyak
28 responden (43,1%), dan responden yang memiliki sikap kurang baik sebanyak
37 responden (56,9%).
62
3. Dukungan Suami
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel independent
(dukungan suami) dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut dibawah ini :
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Suami Dengan Kunjungan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas PIR Batee Puteh Kabupaten Aceh Barat
No Dukungan Suami Frekuensi (n) Presentase (%)1 Mendukung 33 50,82 Tidak Mendukung 32 49,2
Total 65 100Sumber :Data Primer (diolah) Tahun 2016.
Tabel 4.11 Menunjukkan dari 65 responden yang memiliki dukungan suami
mendukung sebanyak 33 responden (50,8%), dan responden yang memiliki
dukungan suami tidak mendukung sebanyak 32 responden ( 49,2%).
4. Keterpaparan Media
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel independent
(Keterpaparan Media) dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut dibawah ini :
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keterpaparan Media Dengan Kunjungan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas PIR Batee Puteh Kabupaten Aceh Barat
No Keterpaparan Media Frekuensi (n) Presentase (%)
1 Terpapar 27 41,5
2 Tidak terpapar 38 58,5
Total 65 100Sumber :Data Primer (diolah) Tahun 2016.
63
Tabel 4.12 Menunjukkan dari 65 responden yang memiliki keterpaparan media
terpapar sebanyak 27 responden (41,5%), dan responden yang memiliki
keterpaparan media tidak terpapar sebanyak 38 responden (58,5%).
5. Kunjungan Antenatal Care
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel dependent
(Kunjungan Antenatal Care) dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut dibawah ini :
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kunjungan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas PIR Batee Puteh Kabupaten Aceh Barat
No Kunjungan ANC Frekuensi (n) Presentase (%)1 Bekunjung 23 35,4
2 Tidak Berkunjung 42 64,6
Total 65 100Sumber :Data Primer (diolah) Tahun 2016.
Tabel 4.13 Menunjukkan dari 65 responden yang berkunjung sebanyak 23
responden (35,4%), dan responden yang tidak berkunjung sebanyak 42 responden
(64,6%).
4.2.4 Analisis Korelasi
64
Tabel 4.14 Analisis Korelasi
Correlations
kategori pengetahuan
Kategori Sikap
kategori dukungan
suami
Kategori Keterpaparan Media
Kategori Kunjunga
n ANCkategori pengetahuan
Pearson Correlation
1 .122 -.013 .023 .396**
Sig. (2-tailed)
.334 .916 .854 .001
N 65 65 65 65 65Kategori Sikap
Pearson Correlation
.122 1 .173 -.040 .461**
Sig. (2-tailed)
.334 .168 .753 .000
N 65 65 65 65 65kategori dukungan suami
Pearson Correlation
-.013 .173 1 .330** .214
Sig. (2-tailed)
.916 .168 .007 .087
N 65 65 65 65 65Kategori Keterpaparan Media
Pearson Correlation
.023 -.040 .330** 1 .225
Sig. (2-tailed)
.854 .753 .007 .072
N 65 65 65 65 65Kategori Kunjungan ANC
Pearson Correlation
.396** .461** .214 .225 1
Sig. (2-tailed)
.001 .000 .087 .072
N 65 65 65 65 65**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tampilan analisis korelasi berupa matrik antar variabel yang dikorelasi,
informasi yang muncul terdapat tiga baris, baris pertama berisi niliai korelasi (r),
baris kedua menampilkan nilai p (pvalue), dan baris ketiga menampilkan N
(jumlah data). Pada hasil di atas di peroleh bahwa:
a. Nilai r untuk variabel pengetahuan = 0,396 dan nilai p = 0,001 kesimpulan
65
dari hasil tersebut adalah ada hubungan antara pengetahuan dengan kunjungan
antenatal care menunjukkan hubungan yang kuat dan berpola positif artinya
semakin baik pengetahuan responden tentang kunjungan antenatal care maka
semakin sedikit peluang responden untuk tidak berkunjung. Hasil uji statistik
di dapatkan hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kunjungan
antenatal care (p= 0,001 ).
b. Nilai r untuk variabel sikap = 0,461 dan nilai p = 0,000 kesimpulan dari hasil
tersebut adalah ada hubungan antara sikap dengan kunjungan antenatal care
menunjukkan hubungan yang kuat dan berpola positif artinya semakin baik
sikap responden tentang kunjungan antenatal care maka semakin mudah untuk
menerima dan mendapatkan informasi tentang kunjungan antenatal care maka
semakin sedikit peluang responden untuk tidak berkunjung. Hasil uji statistik
di dapatkan hubungan yang signifikan antara sikap dengan kunjungan
antenatal care (p= 0,000).
c. Nilai r untuk variabel Dukungan Suami = 0,214 dan nilai p = 0,087 kesimpulan
dari hasil tersebut adalah ada hubungan antara dukungan suami dengan
kunjungan antenatal care menunjukkan hubungan yang kuat dan berpola
positif artinya semakin baik dukungan suami responden tentang kunjungan
antenatal care maka semakin sedikit peluang responden untuk tidak
berkunjung. Hasil uji statistik di dapatkan hubungan yang signifikan antara
dukungan suami dengan kunjungan antenatal care (p= 0,087).
d. Nilai r untuk variabel Keterpaparan Media = 0,225 dan nilai p = 0,072
kesimpulan dari hasil tersebut adalah ada hubungan antara keterpaparan media
66
dengan kunjungan antenatal care menunjukkan adanya hubungan yang kuat
dan berpola positif artinya semakin baik keterpaparan media responden tentang
kunjungan antenatal care maka semakin mudah untuk menerima dan
mendapatkan informasi tentang kunjungan antenatal care maka semakin
sedikit peluang responden untuk tidak berkunjung. Hasil uji statistik di
dapatkan hubungan yang signifikan keterpaparan media dengan kunjungan
antenatal care (p= 0,072 ).
4.2.5 Analisis Regresi Linier Sederhana
Tabel 4.15 Analisis Regresi Pengetahuan Dengan Kunjungan Antenatal Care
Variabel R2 B
Pengetahuan 0,157 0,382
Sumber :Data Primer (diolah) Tahun 2016.
Berdasarkan koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh variabel yang diteliti (pengetahuan) sebagai variabel
independent dengan kunjungan antenatal care sebagai variabel dependent. Secara
parsial variabel independent (pengetahuan) berpengaruh terhadap variabel
dependent (kunjungan antenatal care) adalah sebesar 15,7 % dan nilai b= 0,38
berarti bahwa resiko tidak berkunjung akan berkurang 0,38 % bila pengetahuan
bertambah satu.
Tabel 4.16 Analisis Regresi Sikap Dengan Kunjungan Antenatal Care
Variabel R2 B
Sikap 0,212 0,445
Sumber :Data Primer (diolah) Tahun 2016.
67
Berdasarkan koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh variabel yang diteliti (sikap) sebagai variabel
independent dengan kunjungan antenatal care sebagai variabel dependent. Secara
parsial variabel independent (sikap) berpengaruh terhadap variabel dependent.
(kunjungan antenatal care) adalah sebesar 21,2 % dan nilai b= 0,44 berarti bahwa
resiko tidak berkunjung akan berkurang 0,44 % bila sikap bertambah satu.
Tabel 4.17 Analisis Regresi Dukungan Suami Dengan Kunjungan Antenatal
Care
Variabel R2 B
Dukungan Suami 0,046 0,205
Sumber :Data Primer (diolah) Tahun 2016.
Berdasarkan koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh variabel yang diteliti (dukungan suami) sebagai variabel
independent dengan kunjungan antenatal care sebagai variabel dependent. Secara
parsial variabel independent (dukungan suami) berpengaruh terhadap variabel
dependent (kunjungan antenatal care) adalah sebesar 04,6 % dan nilai b= 0,20
berarti bahwa resiko tidak berkunjung akan berkurang 0,20 % bila dukungan
suami bertambah satu.
Tabel 4.18 Analisis Regresi Keterpaparan Media Dengan Kunjungan
Antenatal Care
Variabel R2 B
Keterpaparan Media 0,051 0,218
Sumber :Data Primer (diolah) Tahun 2016.
68
Berdasarkan koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh variabel yang diteliti (Keterpaparan media) sebagai
variabel independent dengan kunjungan antenatal care sebagai variabel
dependent. Secara parsial variabel independent (keterpaparan media) berpengaruh
terhadap variabel dependent (kunjungan antenatal care) adalah sebesar 05,1 %
dan nilai b= 0,21 berarti bahwa resiko tidak berkunjung akan berkurang 0,21 %
bila keterpararan media bertambah satu.
4.3 Pembahasan
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kunjungan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas PIR Batee
Puteh Kabupaten Aceh Barat. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah
variabel independent yaitu variabel pengetahuan, sikap, dukungan suami dan
keterpaparan media dan variabel dependent yaitu dengan kunjungan Antenatal
Care.
4.3.1 Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kunjungan Antenatal Care
Berdasarkan hasil univariat diketahui bahwa dari 65 responden yang
memiliki pengetahuan baik sebanyak 28 responden (43,1%), dan responden yang
memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 37 responden (56,9%). Sedangkan
hasil uji normalitas diketahui bahwa pengetahuan berdistribusi normal, dan hasil
korelasi nilai r untuk variabel pengetahuan = 0,396 dan nilai p = 0,001 kesimpulan
dari hasil tersebut adalah ada hubungan antara pengetahuan dengan kunjungan
antenatal care menunjukkan hubungan yang kuat dan berpola positif. Berdasarkan
69
koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel yang diteliti (pengetahuan) sebagai variabel independent dengan
kunjungan antenatal care sebagai variabel dependent. Secara parsial variabel
independent (pengetahuan) berpengaruh terhadap variabel dependent. (kunjungan
antenatal care) adalah sebesar 15,7 % dan nilai b=0,38 berarti bahwa resiko untuk
tidak berkunjung akan berkurang 0,38 % bila pengetahuan bertambah satu artinya
semakin baik pengetahuan responden tentang kunjungan ANC maka semakin
sedikit peluang responden untuk tidak melakukan kunjungan antenatal care.
Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan pengetahuan berpengaruh
dengan kunjungan antenatal care karena responden yang mengetahui bahwa
keuntungan dari pentingnya melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan ke
tempat dan petugas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan asuhan antenatal
guna menjaga kesehatan fisik ibu dan bayi pada saat kehamilan. Sedangkan
responden yang tidak mengetahui bahwa pemeriksaan kehamilan sangat penting
bagi kesehatan ibu dan bayi memiliki perilaku kurang baik sehingga memiliki
peluang yang lebih besar untuk tidak melakukan kunjungan asuhan antenatal
care.
Menurut Fitriani (2011) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pernginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh
melalui mata dan telinga.
70
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Tanpa pengetahuan seseorang
tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan
terhadap masalahyang dihadapi. Pengetahuan merupakan proses kognitif dari
seseorang atau individu untuk memberikan arti terhadap lingkungan, sehingga
masing-masing individu memberikan arti sendiri-sendiri terhadap stimuli yang
diterima walaupun stimuli itu sama. Apabila perilaku melalui proses yang didasari
pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan
bertahan lama (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasarri pengetahuan
(Notoatmodjo, 2012).
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian manurung (2015) didapatkan
hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan kunjungan antenatal care dari
hasil uji statistik chi-square didapat nilai p = 0,002, artinya terdapat hubungan
yang signifikan antara pengetahuan dengan kunjungan antenatal care di wilayah
kerja Puskesmas Padangmatinggi, adapun ibu dengan pengetahuan baik
mempunyai tingkat kunjungan ANC lebih baik daripada ibu dengan pengetahuan
kurang.
4.3.2 Pengaruh Sikap Terhadap Kunjungan Antenatal Care
Berdasarkan hasil univariat diketahui bahwa dari 65 responden yang
memiliki sikap baik sebanyak 28 responden (43,1%), dan responden yang
memiliki sikap kurang baik sebanyak 37 responden (56,9%). Sedangkan hasil uji
normalitas diketahui bahwa sikap berdistribusi tidak normal, dan hasil korelasi
nilai r untuk variabel sikap = 0,396 dan nilai p = 0,001 kesimpulan dari hasil
71
tersebut adalah ada hubungan antara sikap dengan terjadinya kunjungan ANC
menunjukkan hubungan yang kuat dan berpola positif. Berdasarkan koefisien
determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
yang diteliti (sikap) sebagai variabel independent dengan kunjungan ANC sebagai
variabel dependent. Secara parsial variabel independent (sikap) berpengaruh
terhadap variabel dependent. (kunjungan ANC) adalah sebesar 21,2 % dan nilai
b=0,31 berarti bahwa resiko untuk tidak melakukan kunjungan ANC akan
berkurang 0,44 % bila sikap bertambah satu. Artinya semakin baik sikap
responden tentang kunjungan ANC maka semakin mudah untuk menerima dan
mendapatkan informasi kunjungan ANC maka semakin sedikit peluang
responden untuk tidak melakukan kunjugan antenatal care.
Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan sikap berpengaruh dengan
kunjungan antenatal care karena responden yang memiliki sikap yang baik sudah
bersifat terbuka dan telah tampak dalam kehidupan nyata sehingga tercermin
dalam tindakan mereka lakukan secara lebih baik sesuai dengan sikap positif
mereka terhadap upaya untuk melakukan kunjungan antenatal care itu sendiri.
Sedangkan responden yang memiliki sikap yang kurang baik lebih cenderung
memilih untuk tidak melakukan kunjungan antenatal ke tempat pelayanan
antenatal maupun tenaga kesehatan karena menganggap penyakit yang timbul
pada saat kehamilan akan sembuh sendiri tanpa harus pergi ke tenaga kesehatan.
Dari Azwar dalam Kholid (2012) menyatakan sikap merupakan kesiapan
untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu, bentuk reaksinya
72
dengan positif dan negatif sikap meliputi rasa suka dan tidak suka, mendekati dan
menghindari situasi, benda, orang, kelompok, dan kebijaksanaan sosial.
Sikap merupakan reaksi atau respon tertutup seseorang terhadap stimulus
atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi, sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksanaan motif
tertentu ( newcomb dalam notoatmodjo, 2012).
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Syamsiah (2013) didapatkan
hasil analisis hubungan antara sikap dengan kunjungan antenatal care diperoleh
nilai signifikan (p) sebesar 0,008 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara sikap dengan kunjungan antenatal care.
Diperoleh nilai ods ratio (OR) sebesar 8,750 yang artinya orang yang memiliki
sikap baik memiliki peluang 8 kali untuk melakukan kunjungan antenatal care
dibandingkan dengan yang memiliki pengetahuan sikap kurang baik.
4.3.3 Pengaruh Dukungan Suami Terhadap Kunjungan Antenatal Care
Berdasarkan hasil univariat diketahui bahwa dari 65 responden yang
memiliki dukungan suami mendukung sebanyak 33 responden (50,8%), dan
responden yang memiliki dukungan suami tidak mendukung sebanyak 32
responden ( 49,2%). Sedangkan hasil uji normalitas diketahui bahwa sikap
berdistribusi normal, dan hasil korelasi nilai r untuk variabel sikap = 0,214 dan
nilai p = 0,087 kesimpulan dari hasil tersebut adalah ada hubungan antara
dukungan suami dengan kunjungan ANC menunjukkan hubungan yang kuat dan
berpola positif. Berdasarkan koefisien determinasi (R2) digunakan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh variabel yang diteliti (dukungan suami)
73
sebagai variabel independent dengan kunjungan ANC sebagai variabel dependent.
Secara parsial variabel independent (dukungan suami) berpengaruh terhadap
variabel dependent (kunjungan antenatal care) adalah sebesar 04,6 % dan nilai b=
0,20 berarti bahwa resiko tidak berkunjung akan berkurang 0,20 % bila dukungan
suami bertambah satu. Artinya semakin baik dukungan suami responden tentang
kunjungan ANC maka semakin sedikit peluang responden untuk tidak melakukan
kunjugan antenatal care.
Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan dukungan suami berpengaruh
dengan kunjungan antenatal care karena responden yang ingin melakukan
kunjungan antenatal selalu disarankan, disemangati dan suami responden pun siap
mendampingi saat responden ingin berkunjung ke tempat pelayanan asuhan
antenatal. Sedangkan responden yang tidak mendapatkan dorongan dari suaminya
dan tidak didampingi cenderung memilih tidak melakukan kunjungan antenatal
care.
Dukungan suami dan keluarga merupakan hal yang tidak dapat diabaikan
dalam perilaku ibu hamil. Contohnya suami/keluarga perlu memberikan
penjelasan dan mengajarkan pada ibu untuk memeriksakan kehamilan minimal 4
kali selama kehamilan. Dukungan seperti itu memberi kontibusi yang benar dalam
tercapainya kunjungan K-4 dan meminimalkan risiko yang terjadi selama
kehamilan dan persalinan (Notoatmodjo,2010).
Memeriksa kehamilan sejak dini dalam hal ini suami dapat mendukung
istrinya agar mendapatkan pelayanan antenatal care yang baik,
menyediakantransportasi atau dana untuk biaya konsultasi, sehingga suami dapat
74
belajar mengenai gejala dan tanda-tanda komplikasi kehamilan. Kematian ibu
dapat di cegah bila suami dapat mengenal komplikasi-komplikasi potensial dan
selalu siaga untuk mencari pertolongan bila hal itu terjadi (Beni, 2008).
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Husna (2015) didapatkan
hasil analisis hubungan antara dukungan suami dengan kunjungan antenatal care
di peroleh hasil uji statistik chi-square didapat nilai p = 0,000 > 0,05, artinya ada
hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan kunjungan antenatal
care di Rumah Bersalin Hadijah Medan.
4.3.4 Pengaruh Keterpaparan Media Terhadap Kunjungan Antenatal Care.
Berdasarkan hasil univariat diketahui bahwa dari 65 responden yang
memiliki keterpaparan media terpapar sebanyak 27 responden (41,5%), dan
responden yang memiliki keterpaparan media tidak terpapar sebanyak 38
responden (58,5%). Sedangkan hasil uji normalitas diketahui bahwa keterpaparan
media berdistribusi tidak normal, nilai r untuk variabel keterpaparan media =
0,225 dan nilai p = 0,072 kesimpulan dari hasil tersebut adalah ada hubungan
antara keterpaparan media dengan kunjungan antenatal care. Berdasarkan
koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel yang diteliti (dukungan suami) sebagai variabel independent dengan
kunjungan antenatal care sebagai variabel dependent. Secara parsial variabel
independent (keterpaparan media) berpengaruh terhadap variabel dependent
(kunjungan antenatal care) adalah sebesar 05,1 % dan nilai b= 0,21 berarti bahwa
resiko tidak berkunjung akan berkurang 0,21 % bila keterpararan media
bertambah satu. Artinya semakin baik keterpaparan media responden tentang
75
kunjungan ANC maka semakin sedikit peluang responden untuk tidak melakukan
kunjugan antenatal care.
Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan keterpaparan media
berpengaruh dengan kunjungan antenatal care karena responden yang sering
terpapar dengan media (televisi,buku,brosur dan lain-lain) akan mendapatkan
informasi tentang pemeriksaan kehamilan. Sedangkan responden yang kurang
mendapatkan informasi dari media cenderung tidak mengetahui tentang
pemeriksaan kehamilan sehingga memiliki peluang untuk tidak melakukan
kunjungan antenatal care.
Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik, berbagai informasi
dapat diterima oleh masyarakat seperti halnya antenatal care, sehingga seorang
yang lebih sering terpapar media masa (TV, Radio, Majalah, Pamflet, dan lain-
lain) akan memperoleh informasi lebih banyak jika dibandingkan dengan orang
yang tidak pernah terpapar informasi media. Hal ini berarti paparan media massa
mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang ( Sukmadinata,
2007).
Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Armayani (2013) pada uji
fisher exact tes p adalah 0,001 > α =0,05 maka hipotesis nol ditolak dimana ada
hubungan antara keterpaparan media dengan kunjugan antenatal care pada ibu
hamil yang dirawat di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.
76
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Adanya pengaruh yang signifikan antara faktor pengetahuan dengan kunjungan
Antenatal Care.
2. Adanya pengaruh yang signifikan antara faktor sikap dengan kunjungan
Antenatal Care.
3. Adanya pengaruh yang signifikan antara faktor dukungan suami dengan
kunjungan Antenatal Care.
4. Adanya pengaruh yang signifikan antara faktor keterpaparan media dengan
kunjungan Antenatal Care.
5.2. Saran
1. Diharapkan kepada Puskesmas PIR Batee Puteh agar rutin memberikan
sosialisasi kepada ibu hamil tentang pentingnya melakukan kunjungan
pemeriksaan kehamilan guna mendapatkan pelayanan asuhan antenatal
sehingga ibu hamil dapat berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan.
77
2. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Aceh Barat khususnya pada bagian KIA
agar dapat mensosialisasikan masalah kesehatan kepada masyarakat terkait
dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat melakukan penelitian yang
sama dengan variabel yang lebih luas lagi dan dengan pengolahan data yang
berbeda sehingga menambah wawasan para mahasiswa lainnya tentang
kunjungan Antenatal Care.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, A. 2012. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Jakarta: Yayasan Penerbit IDI
Budiarto, Eko. 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Choli, 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Depkes.
Depkes RI. 2007. Standar Pelayanan Kebidanan, Jakarta.
2008. Panduan Pelayanan Antenatal, Jakarta.
2009. Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta. Departemen Kesehatan.
Friedman. 2005.Keperawatan Keluarga, Jakarta : EGC.
Fitrihanda, 2012. Hubungan Umur, Tingkat Pendidikan, Paritas, Pendapatan, Jarak Rumah dan Tingkat Pengetahuan dengan Frekuensi ANC. Unimus. Skripsi.
Green, L. 1980. Health Education Planning, A Diagnostic Approach. The John Hopkins University, Myfield Publishing Co.
Hani, U. Kusbandiyah, J., Marjati., Yulifah, R. 2011. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis, Jakarta: Salemba Medika.
78
Hotma, 2007. Pengaruh pengaruh Karakteristik Ibu terhadap Pemanfaatan Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Sunggal Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2007. Skripsi FKM USU. Medan.
Hasbullah, 2001. Dasar-dasar ilmu pendidikan. Jakarta : PT.Rajagravindo Persada
Kusmiati, Wahyuningsih. Sujiyatini. 2010. Perawatan Ibu Hamil, Yogyakarta: Fitramaya.
Kemenkes RI. 2011. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Kementerian Kesehatan, Jakarta.
2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan. Jakarta.
2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan. Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2001. Kapita Selekta Pelaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi & Keluarga Berencana. Jakarta : EGC
Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan pada masa Antenatal. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Maas LT. 2004. Kesehatan Ibu dan Anak Persepsi Budaya dan Dampak Kesehatannya.http://www.pkmsobo.banyuwangikab.go.id/index.php?option=co_rokdownloads&view=file&itemed=16&id=29:kesehatanibu-dananakdlm-persepsi-budaya-dan-dampak-kesehatannya. Diakses 16 maret 2016
Manuaba. 2007. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta : EGC
Manurung, M. 2015. Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Antenatal Care pada Ibu Hamil di Puskesmas Padang Matinggi Kecamatan Pdang Sidimpuan Selatan Kota Padang Sidimpuan Tahun 2015. Tesis. Medan : USU
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT.Rineka Cipta
2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta, Jakarta.
79
2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nalisanti. Febri. 2012. Gambaran Pelaksanaan Pelayanan ANC (Antenatal Care) oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Baitussalam Kabupaten Aceh Besar. KTI.
Nurmawati. 2010. Mutu Pelayanan Kebidanan. Tim, Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono, 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta : YBP – SP.
Rosfanty. 2010. Pentingnya Antenatal Care (ANC).http://www.who.int/gho/maternal-health/ert/index.html2010. Diakses 18 maret 2016.
Rukiyah, A.Y dan Yulianti, L. 2014. Asuhan Kebidanan Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Trans Info Media.
_____________________________ 2009. Asuhan kebidanan I (kehamilan). Jakarta : Trans Info Media
Simanjuntak, 2009. Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008. Skripsi. USU.
Situmeang, Riris. 2010. Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal oleh Ibu di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010. Skripsi. USU.
Syahrianti, 2011. Analisis Faktor Determinan Bidan terhadap Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) Studi pada Bidan di Puskesmas Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011. Tesis. UNDIP. Semarang.
Sukmadinata, 2007. Informasi dan Pengetahuan. Jakarta : Bina Rupa Aksara.
Saifuddin AB. dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Syamsiah, Purtikasari. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2013 . Jurnal. Jakarta
Ulina, Endang. 2004. Pengaruh Karakteristik Ibu Hamil terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal K4 di Kelurahan Tanjung Jati Puskesmas Sambil Rejo Kabupaten Langkat Tahun2004. Skripsi. USU.