BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini masalah yang dihadapi di Indonesia adalah masih tingginya angka kesakitan dan kematian anak terutama pada masa perinatal. Pada hakikatnya angka kesakitan dan kematian ini dapat diupayakan pencegahan sedini mungkin, diantaranya meningkatkan pendidikan kesehatan keluarga terutama ibu. Data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) masih jauh dari target Sustainable Development Goals (SDGs). SDKI 2012 menyebutkan, AKB 32 per 1.000 kelahiran hidup, turun sedikit dibandingkan 2007, yaitu 34 per 1.000 kelahiran hidup. Target Sustainable Development Goals (SDGs). AKB 23 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2013). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 1
106
Embed
repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Saat ini masalah yang dihadapi di Indonesia adalah masih tingginya angka
kesakitan dan kematian anak terutama pada masa perinatal. Pada hakikatnya angka
kesakitan dan kematian ini dapat diupayakan pencegahan sedini mungkin,
diantaranya meningkatkan pendidikan kesehatan keluarga terutama ibu. Data Survey
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan penurunan Angka Kematian
Bayi (AKB) masih jauh dari target Sustainable Development Goals (SDGs). SDKI
2012 menyebutkan, AKB 32 per 1.000 kelahiran hidup, turun sedikit dibandingkan
2007, yaitu 34 per 1.000 kelahiran hidup. Target Sustainable Development Goals
(SDGs). AKB 23 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2013).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari
2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR
umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat
mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat
3. Faktor Lingkungana. Tempat tinggal yang dataran tinggib. Radiasic. Zat-zat racun
BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)
38
Gambar 2.1 Kerangka teori
2.4 Kerangka Konsep
Berdasarkan Kerangka teoritis maka kerangka konsep dapat digambarkan
sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)
Pendarahan antepartum
Diabetes melitus
Usia ibu
Sosial ekonomi
Ibu yang terpapar asap rokok
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Desain atau rancangan penelitian bisa diartikan suatu proses analisis dan
pengumpulan data penelitian. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan pendekatan
cross-sectional yaitu penelitian yang menggunakan analisis data yang berbentuk
numerik/angka (Hendryadi dan Suryani, 2015). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Faktor Penyebab BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) Di Rawat Inap
Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh
Barat.
3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum
Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. Waktu Penelitian
dilaksanakan pada tanggal 23 September sampai 9 Oktober tahun 2016.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
40
Menurut Setiadi (2013), populasi adalah keseluruhan subyek penelitian
yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang
melahirkan di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien
Meulaboh Kabupaten Aceh Barat pada bulan Agustus jumlah 143.
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Jumlah
sampel penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin (Setiadi, 2013) yaitu :
n = N
1+N (d2)
Keterangan :
N= Besar populasi
n = Besar sampel
d =Presisi atau ketepatan atau batas toleransi (0,1)
n = 143
1+143(0,12)
=143
1+143(0,01)
=143
1+1.43
=1432.43
= 58.84
41
= 59
Jumlah sampel yang di peroleh dari perhitungan yaitu, 59 orang. Agar
setiap pasien mendapatkan kesempatan yang sama, maka untuk sampel setiap
pasien diundi berdasarkan purposive sampling, dengan kriteria sampel :
1. Ibu yang melahirkan pada bulan September.
2. Ibu yang dirawat di ruang rawat inap kebidanan RSUD Cut Nyak Dhien
Meulaboh
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Pengumpulan data dilakukan secara wawancara langsung dengan
menggunakan kuesioner tentang Faktor Penyebab BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)
Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh
Kabupaten Aceh Barat.
3.4.2 Data Sekunder
Data yang bersumber dari Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien
Meulaboh Kabupaten Aceh Barat, Dinas Kesehatan Aceh Barat, Perpustakaan,
Website dan literatur lainnya.
3.5 Definisi Operasional
Tabel 3.2. Definisi Operasional
No
Variabel DefinisiCara Ukur
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Variabel Independent
42
1. Perdarahan Antepartum
Perdarahan yang dialami ibu sebelum 22 minggu
Wawancara
Koesioner
1. Perdarahan Antepartum
2. Tidak Perdarahan Antepartum
interval
2. Diabetes Melllitus
Meningkatnya kadar gula (glukosa) dalam darah ibu
Wawancara
Koesioner
3. Diabetes Melllitus
4. Tidak Diabetes Melllitus
Ordinal
3. Usia Ibu 20 sampai 35 dan > 35 tahun
Umur ibu yang terlalu muda atau terlalu tua
Wawancara
Kuesioner
1. Beresiko2. Tidak
beresiko
Ordinal
4. Sosial ekonomi
kelompok ekonomi yang menunjang kehidupan
Wawancara
Kuesioner
1. ≥2.100.00002. <2.100.0000 (Kemenkes, 2015)
UMP
5. Terpapar asap rokok
Ibu yang dalam kesehariannya terpapar oleh asap rokok
Wawancara
Kuesioner
1. Terpapar2. Tidak
terpapar
Ordinal
6. BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)
Bayi yang lahir dengan berat lahir kurang 2.500 gram tanpa
Observasi Rekam Medis
1. BBLR2. BBLN
Ordinal
43
memandang masa kehamilan.
3.6 Aspek Pengukuran Variabel
3.6.1 Perdarahan Antepartum
Untuk penelitian Perdarahan Antepartum adalah :
a. Untuk Perdarahan Antepartum jika nilai responden ≥ 1
b. Untuk tidak Perdarahan Antepartum jika nilai responden< 1
3.6.2 Diabetes Mellitus
Untuk penelitian Diabetes Mellitus adalah :
a. Untuk Diabetes Mellitus jika nilai responden ≥ 1
b. Untuk tidak Diabetes Mellitus jika nilai responden< 1
3.6.3 Usia Ibu
Untuk penelitian Usia Ibu adalah :
a. Untuk Usia Ibu beresiko jika nilai responden ≥1
b. Untuk Usia Ibu tidak beresiko jika nilai responden <1
3.6.4 Sosial Ekonomi
Untuk penelitian sosial ekonomi adalah :
a. Untuk sosial ekonomi ≥ UMP jika nilai responden ≥1
b. Untuk sosial ekonomi < UMP jika nilai responden <1
3.6.5 Ibu Yang Terpapar Asap Rokok
Untuk penelitian ibu yang terpapar asap rokok adalah :
44
a. Untuk ibu yang terpapar asap rokok jika nilai responden ≥1
b. Untuk ibu yang terpapar asap rokok tidak baik jika nilai responden <1
3.6.6 BBLR
Untuk penelitian BBLR adalah :
a. Untuk BBLR jika berat bayi ≤ 2500 gram ≥1
b. Untuk tidak BBLN jika berat bayi > 2500 gram <1
3.7 Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan computer
dengan tahapan sebagai berikut (Notoatmodjo, 2012):
1. Editing yaitu memeriksa semua kuesioner yang sudah diisi oleh responden,
apabila ada yang belum lengkap segera dilengkapi
2. Coding yaitu pemberian kode, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data angka atau bilangan
3. Entry Data yaitu memasukkan data kedalam program komputer
4. Cleaning yaitu Pembersihan data untuk mencegah kesalahan yang mungkin terjadi.
3.8 Teknik Analisis Data
3.8.1 Analisis Univariat
Analisis Univariat dilakukan untuk mendapat data tentang distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel, kemudian data ini di sajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi.
3.8.2 Analisis Bivariat
45
Analisa Bivariat digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan
hubungan variabel tabulasi silang guna melihat hubungan antara variabel bebas dan
veriabel terikat, uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-Sguare (X2) pada tingkat
kemaknaan 95% (0,05). Persamaan rumus perhitungan Chi-Sguare adalah sebagai
berikut :
X2 =∑(0−E )2
E
Keterangan :
X2 = Nilai Chi-Sguare
O = Nilai Observasi
E = Nilai Ekspektasi.
Dasar dari uji kai kuadrat (Chi-Sguare) adalah membandingkan frekuensi yang
diamati dengan frekuensi yang diharapkan, jika perbedaan antara pengamatan
dengan yang diharapkan (O-E), apakah perbedaan itu cukup berarti (bermakna) atau
hanya karena faktor variasi sampel.
Kesimpulan dari uji statistik ini adalah:
1. Apabila hasil uji didapat P value > α = 0,05 berarti tidak ada hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen
2. Apabila hasil uji tersebut didapat P value < α = 0,05 bearti ada hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen.
Ketentuan chi square (x2) :
Jika tabelnya lebih dari 2x2 maka yang digunakan adalah person chi square.
Jika nilai harapan lebih kecil dari 5, maka yang digunakan adalah Fisher’s Exactest.
46
Jika nol cell (0%), tidak terdapat nilai £ < 5 maka yang digunakan Continuity
Corection (Budiarto, 2002).
Menurut Dahlan (2012) ukuran kekuatan hubungan bisa dilihat dengan
menggunakan odds rasio (OR), yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
(a.b)OR =
(b.c)Langkah- langkah uji hipotesis dan memperoleh nilai OR dengan
menggunakan komputerisasi yaitu sebagai berikut:
a. Buka file data rasioodds
b. Klik analyze
c. Klik descriptives statistics
d. Klik crosstabs
e. Masukan syok kedalam column
f. Masukan hepatomegali kedalam row (s)
g. Klik kotak statistic, pilih chi square disebalah kiri atas dan risk dikanan
bawah
h. Klik kotak cell, pilih column pada percentages
i. Klik continue dan OK
Interfensi hasil OR adalah sebagai berikut (Sastroasmoro dan Ismael, 2013)
1. Bila nilai rasio pravalens = 1 berarti variabel yang diduga sebagai faktor
risiko tidak ada hubungan dalam terjadinya efek, atau dengan kata lain ia
bersifat netral.
47
2. Bila risiko pravalens > 1 dan rentang interval kepercayaan mencakup angka
1, berarti variabel tersebut merupakan faktor risiko untuk timbulnya
penyakit.
3. Bila nilai rasio pravalens < 1 dan rentang interval kepercayaan tidak
mencakup angka 1, berarti faktor yang diteliti merupakan faktor protektif,
bukan faktor risiko.
4. Bila nilai interval kepercayaan rasio pravalens mencakup angka 1, maka
berarti pada populasi yang diwakili oleh sampel tersebut masih mungkin nilai
rasio pravalensnya = 1. Ini berarti bahwa dari data yang ada belum dapat
disimpulkan bahwa faktor yang dikaji benar-benar merupakan faktor risiko
atau faktor protektif.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Lokasi Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien
Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Rumah Sakit Umum
Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh menyediakan fasilitas pelayanan rawat jalan
terdiri dari Poliklinik Umum, Poliklinik Spesialis dan Poliklinik Gigi dan rawat inap
terdiri dari Ruang Rawat Bedah, Ruang Rawat Anak, Ruang Rawat Penyakit Dalam,
Ruang Rawat Kebidanan, Ruang Rawat VIP, ICU, Zaitun, Syaraf, dan Ruang Rawat
48
Kelas Utama. Disamping itu juga tersedia Pelayanan IGD 24 jam, Pelayanan
tindakan operasi dan persalinan dan perawatan jiwa (zaitun) serta fasilitas penunjang
lainnya.
4.1.3 Batas Wilayah
Adapun batas-batas Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh
adalah :
a. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Sekolah MIN/MANPK
b. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Jalan Sisingamangaraja
c. Sebelah Selatan : Berbatasan perumahan Dokter
d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan jalan Gajah Mada
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Univariat
Sebelum dilakukannya analisis bivariat untuk melihat hubungan antara
variabel maka terlebih dahulu dibuat analisis univariat dengan tabel distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti.
1. Umur Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan umur responden
dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Pasien Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
49
No Umur Frekuensi %
1 19-35 tahun 28 47.462 36-54 tahun 31 52.543 >55 tahun 0 0
Total 59 100Sumber: data primer 2016
Tabel 4.1menjelaskan bahwa mayoritas responden berumur 36-54 tahun
sebanyak 31 responden (52.54%), sedangkan minoritas berumur 19-35 tahun
sebanyak 28 responden (47.46%).
2. Pendidikan
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan pendidikan
responden dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Pasien Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
No Pendidikan Frekuensi %1 SD 3 5.092 SMP 9 15.263 SMA 28 47.464 D3 5 8.475 S1 14 23.72Total 59 100Sumber: data primer 2016
50
Tabel 4.2 menjelaskan bahwa mayoritas responden yang berpendidikan SMA
sebanyak 28 responden (47.46%) sedangkan minoritas responden yang
berpendidikan SD sebanyak 3 responden (5.09%).
3. Pekerjaan
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan pekerjaan responden
dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini:
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pasien Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
No Pekerjaan Frekuensi %1 Honorer 10 16.952 IRT 40 67.803 PNS 6 10.174 Swasta 3 5.08Total 59 100Sumber: data primer 2016
Tabel 4.3 menjelaskan bahwa mayoritas responden memiliki pekerjaan IRT
sebanyak 40 responden (67.80 %) sedangkan minoritas responden memiliki
pekerjaan Swasta sebanyak 3 responden (16.95%).
4. Pendarahan Antepartum
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan pendarahan
antepartum dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini:
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Faktor Pendarahan Antepartum Penyebab BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
No Pendarahan Antepartum Frekuensi %1 Tidak Ada Perdarahan 27 45.8
51
2 Perdarahan Antepartum 32 54.2Total 59 100Sumber: data primer 2016
Tabel 4.4 menjelaskan bahwa responden yang memiliki tidak memiliki
riwayat pendarahan antepartum sebanyak 27 responden (45.8%) sedangkan yang
memiliki riwayat pendarahan antepartum sebanyak 32 responden (54.2%).
5. Diabetes Mellitus
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan Diabetes Mellitus
dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini:
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Faktor Diabetes Mellitus Penyebab BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat..
No Diabetes Mellitus Frekuensi %1 Tidak DM 29 49.22 DM 30 50.8Total 59 100Sumber: data primer 2016
Tabel 4.5 menjelaskan bahwa responden yang memiliki riwayat Tidak DM
tidak ada sebanyak 29 responden (49.2%) sedangkan yang memiliki riwayat DM ada
sebanyak 30 responden (50.8%).
6. Usia Ibu
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan usia ibu dapat dilihat
pada tabel berikut dibawah ini:
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Faktor Usia Ibu Penyebab BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
No Usia Ibu Frekuensi %
52
1 Tidak beresiko 26 44.12 Beresiko 33 55.9Total 59 100Sumber: data primer 2016
Tabel 4.6 menjelaskan bahwa responden yang memiliki usia ibu tidak
beresiko sebanyak 26 responden (44.1%) sedangkan yang memiliki usia ibu
beresiko sebanyak 33 responden (55.9%).
7. Sosial Ekonomi
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan sosial Ekonomi
dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini:
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Faktor Sosial Ekonomi Penyebab BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
No Sosial Ekonomi Frekuensi %1 ≥ UMP 28 47.52 < UMP 31 52.5Total 59 100Sumber: data primer 2016
Tabel 4.7 menjelaskan bahwa responden yang memiliki ≥ UMP sebanyak 28
responden (47.5%) sedangkan yang memiliki sosial ekonomi < UMP sebanyak 31
responden (52.5%).
8. Ibu Yang Terpapar Asap Rokok
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan ibu yang terpapar
asap rokok dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini:
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Faktor Ibu Yang Terpapar Asap Rokok Penyebab BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
53
No Ibu yang Terpapar Asap Rokok Frekuensi %1 Terpapar 26 44.12 Tidak Terpapar 33 55.9Total 59 100Sumber: data primer 2016
Tabel 4.8 menjelaskan bahwa responden yang memiliki riwayat terpapar
asap rokok sebanyak 26 responden (44.1%) sedangkan yang tidak terpapar asap
rokok sebanyak 33 responden (55.9%).
9. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan BBLR dapat dilihat
pada tabel berikut dibawah ini:
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Faktor BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
No BBLR Frekuensi %1 BBLN 24 40.72 BBLR 35 59.3Total 59 100Sumber: data primer 2016
Tabel 4.9 menjelaskan bahwa responden yang memiliki riwayat BBLN
sebanyak 24 responden (40.7%) sedangkan yang memiliki riwayat BBLR sebanyak
35 responden (59.3%).
4.2.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independen dan
dependen. Pengujian ini menggunakan uji chi-square. Dimana ada hubungan dengan
bermakna secara statistik jika diperoleh nilai pvalue< 0,05.
a. Perdarahan Antepartum
54
Tabel 4.10. Faktor Penyebab Pendarahan Antepartum Yang Berhubungan Dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Perdarahan Antepartum BBLN BBLR Total pvalue
n % n % f ORTidak Perdarahan 22 81.5 5 18.5 27 100 0,000 66.000Perdarahan 2 6.2 30 93.8 32 100Sumber:data primer 2016
Tabel 4.10 menjelaskan bahwa yang memiliki BBLN dengan tidak adanya
pendarahan antepartum sebanyak 81.5%, sedangkan yang memiliki riwayat bayi
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dengan memiliki riwayat pendarahan
antepartum ada sebanyak 93.8%.
Dari hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,000 dan ini lebih kecil dari α =
0,05 (Pvalue= 0,000< α = 0,05) sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara
pendarahan antepartum dengan terjadinya BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di
Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh
Kabupaten Aceh Barat.
Dari hasil OR 66.000 dapat disimpulkan bahwa responden yang tidak
memiliki riwayat pendarahan antepartum memiliki peluang terhindar dari BBLR
(Berat Badan Lahir Rendah) sebesar 66.000 kali dibandingkan responden yang
memiliki riwayat pendarahan antepartum Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit
Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
b. Diabetes Mellitus
Tabel 4.11. Faktor Penyebab Diabetes Mellitus yang Berhubungan dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan
55
Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Diabetes mellitus BBLN BBLR Total pvalue
n % n % f ORTidak DM 22 75.9 7 24.1 29 100 0,000 44.000DM 2 6.7 28 93.3 30 100Sumber:data primer 2016
Tabel 4.11 menjelaskan bahwa yang memiliki BBLN dengan adanya DM
sebanyak 75.9%, sedangkan yang memiliki riwayat bayi BBLR (Berat Badan Lahir
Rendah) dengan memiliki riwayat DM sebanyak 93.3%.
Dari hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,000 dan ini lebih kecil dari α =
0,05 (Pvalue= 0,000< α = 0,05) sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara
Diabetes Mellitus dengan terjadinya BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat
Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten
Aceh Barat.
Dari hasil OR 44.000 dapat disimpulkan bahwa responden yang tidak
memiliki riwayat diabetes melitus memiliki peluang terhindar dari BBLR (Berat
Badan Lahir Rendah) sebesar 44.000 kali dibandingkan responden yang memiliki
riwayat diabetes mellitus Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut
Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
c. Usia Ibu
Tabel 4.12. Faktor Penyebab Usia Ibu yang Berhubungan dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Usia Ibu BBLN BBLR Total pvalue
56
n % n % f ORTidak beresiko 20 76.9 6 24.1 26 100 0,000 24.167beresiko 4 6.7 29 93.3 33 100Sumber:data primer 2016
Tabel 4.12 menjelaskan bahwa yang memiliki berat badan bayi BBLN
dengan usia tidak beresiko sebanyak 76.9%, sedangkan yang memiliki riwayat bayi
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dengan riwayat usia ibu sebanyak 93.3%.
Dari hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,000 dan ini lebih kecil dari α =
0,05 (Pvalue= 0,000< α = 0,05) sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara
usia ibu dengan terjadinya BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap
Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh
Barat.
Dari hasil OR 24.167 dapat disimpulkan bahwa responden yang usia ibu
tidak beresiko memiliki peluang terhindar dari BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
sebesar 24.167 kali dibandingkan responden yang memiliki usia ibu beresiko Di
Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh
Kabupaten Aceh Barat.
d. Sosial Ekonomi
Tabel 4.13. Faktor Penyebab Sosial Ekonomi yang Berhubungan dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Sosial Ekonomi BBLN BBLR Total pvalue
n % n % f OR≥ UMP 21 75.0 7 25.0 28 100 0,000 28.000< UMP 3 9.7 28 90.3 31 100Sumber:data primer 2016
57
Tabel 4.13menjelaskan bahwa yang memiliki BBLN dengan sosial ekonomi
baik sebanyak 75.0%, sedangkan yang memiliki riwayat bayi BBLR (Berat Badan
Lahir Rendah) dengan sosial ekonomi kurang baik sebanyak 90.3%.
Dari hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,000 dan ini lebih kecil dari α =
0,05 (Pvalue= 0,000< α = 0,05) sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara
sosial ekonomi dengan terjadinya BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap
Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh
Barat.
Dari hasil OR 28.000 dapat disimpulkan bahwa responden yang sosial
ekonomi baik memiliki peluang terhindar dari BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
sebesar 28.000 kali dibandingkan responden yang memiliki usia ibu beresiko Di
Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh
Kabupaten Aceh Barat.
e. Ibu Yang Terpapar Asap Rokok
Tabel 4.14.Faktor Penyebab Ibu yang Terpapar Asap Rokok yang Berhubungan dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Ibu Yang TerpaparAsap Rokok BBLN BBLR Total pvalue
n % n % f ORTerpapar 21 80.8 5 19.2 26 100 0,000 42.000Tidak terpapar 3 9.1 30 90.9 33 100Sumber:data primer 2016
58
Tabel 4.14 menjelaskan bahwa yang memiliki BBLN dengan terpapar asap
rokok sebanyak 80.8%, sedangkan yang memiliki riwayat bayi BBLR (Berat Badan
Lahir Rendah) dengan memiliki riwayat tidak terpapar asap rokok sebanyak 90.9%.
Dari hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,000 dan ini lebih kecil dari α =
0,05 (Pvalue= 0,000< α = 0,05) sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara ibu
yang terpapar asap rokok dengan terjadinya BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di
Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh
Kabupaten Aceh Barat.
Dari hasil OR 42.000 dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki
riwayar tidak merokok memiliki peluang terhindar dari BBLR (Berat Badan Lahir
Rendah) sebesar 42.000 kali dibandingkan responden yang memiliki riwayat
terpapar asap rokok Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut
Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
4.3 Pembahasan
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui Faktor Penyebab
BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum
Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat
4.3.1 Pendarahan Antepartum
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa yang memiliki BBLN
dengan tidak adanya pendarahan antepartum sebanyak 81.5%, sedangkan yang
memiliki riwayat bayi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dengan memiliki riwayat
pendarahan antepartum ada sebanyak 93.8%.
59
Dari hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,000 dan ini lebih kecil dari α =
0,05 (Pvalue= 0,000< α = 0,05) sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara
pendarahan antepartum dengan terjadinya BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di
Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh
Kabupaten Aceh Barat.
Dari hasil OR 66.000 dapat disimpulkan bahwa responden yang tidak
memiliki riwayat pendarahan antepartum memiliki peluang terhindar dari BBLR
(Berat Badan Lahir Rendah) sebesar 66.000 kali dibandingkan responden yang
memiliki riwayat pendarahan antepartum Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit
Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22
minggu, walaupun patologi yang sama dapat pula terjadi pada kehamilan sebelum
22 minggu (Ika, 2012). Pendarahan antepartum ada kaitannya dengan BBLR (Berat
Badan Lahir Rendah) karena ibu yang hamil dengan riwayat perdarahan antepartum
akan mempengaruhi asupan nutrisi pada janin, darah yang keluar diawal kehamilan
akan mengurangi jumlah nutrisi ke janin yang disalurkan lewat plasenta.
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan bahwa Faktor pendarahan
antepartum Penyebab BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan
Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat
tergolong mayoritas ada, yaitu mereka rata-rata memiliki riwayat pendarahan
antepartum dan diantaranya ada ibu yang bayinya lahir dengan BBLR tetapi ibu
tidak memiliki riwayat perdarahan antepartum dan berdasarkan hasil pengamatan
peneliti hal ini terjadi karena ada faktor pemicu lainnya seperti sosial ekonomi yang
60
menyebabkan ibu dalam masa kehamilan jarang mengkonsumsi makanan yang dapat
membantu pertumbuhan janin.
Hasil penelitian di atas di dukung oleh penelitian Risna Juliarti dan
Sulistyaningsih (2013) dimana didapat hasil bahwa Pvalue= 0,001 sehingga adanya
hubungan yang signifikan antara Faktor pendarahan antepartum Penyebab BBLR
(Berat Bayi Lahir Rendah) mayoritas ibu yang memiliki riwayat pendarah
antepartum memiliki resiko BBLR.
4.3.2 Diabetes Mellitus
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa yang memiliki berat badan
bayi normal dan tidak memiliki riwayat DM sebanyak 75.9%, sedangkan yang
memiliki riwayat bayi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan memiliki riwayat DM
sebanyak 93.3%.
Dari hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,000 dan ini lebih kecil dari α =
0,05 (Pvalue= 0,000< α = 0,05) sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara
Diabetes Mellitus dengan terjadinya BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat
Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten
Aceh Barat.
Dari hasil OR 44.000 dapat disimpulkan bahwa responden yang tidak
memiliki riwayat diabetes meliitus memiliki peluang terhindar dari BBLR (Berat
Badan Lahir Rendah) sebesar 44.000 kali dibandingkan responden yang memiliki
riwayat diabetes mellitus Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut
Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
61
Diabetes atau yang sering disebut dengan Diabetes Mellitus merupakan
penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya produksi insulin, zat
yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Bisa pula karena adanya gangguan pada
fungsi insulin, meskipun jumlahnya normal (Ika, 2012). Diabetes Mellitus ada
kaitannya dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) karena ibu yang hamil dengan
riwayat Diabetes Mellitus akan mempengaruhi metabolisme yang akan disalurkan ke
janin karena Diabetes Mellitus merupakan penyakit gangguan fungsi metabolism
disebabkan kurangnya produksi insulin.
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan bahwa faktor diabetes mellitus
Penyebab BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit
Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat tergolong
mayoritas memiliki riwayat DM dan diantaranya ada ibu yang bayinya lahir dengan
BBLR tetapi ibu tidak memiliki riwayat Diabetes Mellitus dan berdasarkan hasil
pengamatan peneliti hal ini terjadi karena ada faktor pemicu lainnya seperti radiasi
yang berdasarkan pengamatan peneliti ibu mengaku selama kehamilan sering
terpapar dengan radiasi USG dimana selama kehamilan ibu sangat antusias dengan
kehamilannya dan melakkan USG sebanyak sebulan kali.
Hasil penelitian di atas di dukung oleh penelitian Sagung Adi Sresti
Mahayana, Eva Chundrayetti dan Yulistini (2012) dimana didapat hasil bahwa
Pvalue= 0,001 sehingga adanya hubungan yang signifikan antara diabetes mellitus
dengan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) mayoritas ibu yang memiliki riwayat
diabetes mellitus memiliki resiko BBLR.
4.3.3 Usia Ibu
62
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa yang memiliki berat badan
bayi normal dan dan memiliki usia tidak beresiko sebanyak 76.9%, sedangkan yang
memiliki riwayat bayi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan memiliki riwayat DM
sebanyak 93.3%.
Dari hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,000 dan ini lebih kecil dari α =
0,05 (Pvalue= 0,000< α = 0,05) sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara
usia ibu dengan terjadinya BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap
Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh
Barat.
Dari hasil OR 24.167 dapat disimpulkan bahwa responden yang usia ibu
tidak beresiko memiliki peluang terhindar dari BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
sebesar 24.167 kali dibandingkan responden yang memiliki usia ibu beresiko Di
Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh
Kabupaten Aceh Barat.
Usia < 16 Tahun Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat.
Pasalnya, emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan
kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan, adanya rasa
penolakan secara emosional ketika si ibu mengandung bayinya (Ika, 2012).
Usia > 35 Tahun Tidak semua pasangan beruntung untuk langsung dikaruniai
oleh momongan sesaat setelah melangsungkan pernikahan. Ada beberapa pasangan
yang baru merasakan kehamilan pada saat usia-usia yang justru merupakan saat
dimana seorang wanita akan mendekati masa penurunan kesuburan, yaitu usia diatas
35 tahun. Ya, saat ini merupakan salah satu fenomena yang menarik, dimana banyak
63
terjadi seorang wanita yang berusia diatas 35 tahun saat ini mengalami proses
kehamilan. Dari segi medis dan juga kedokteran hal ini tergolong wajar, karena
selama seorang wanita belum mencapai masa menopause, maka kehamilan mungkin
saja masih dapat terjadi. Usia ibu ada kaitannya dengan BBLR (Berat Badan Lahir
Rendah) karena ibu yang hamil dengan usia yang beresiko akan mempengaruhi
keadaan janin, dengan keadaan yang resiko tinggi maka ibu akan dapat menambah
factor resiko terjadi kegawatan dalam kandungkan akibat dari rahim yang terlalu
muda dan tua.
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan bahwa faktor usia ibu Penyebab
BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum
Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat tergolong mayoritas
memiliki usia yang beresiko, dimana usia ibu banyak yang tergolong terlalu mudah
dan terlalu tua, diantaranya ada ibu yang bayinya lahir dengan BBLR tetapi ibu tidak
memiliki usia yang beresiko dan berdasarkan hasil pengamatan peneliti hal ini
terjadi karena ada faktor pemicu lainnya seperti trauma fisik, ibu mengaku diawal
kehamilannya ibu mengalami trauma fisik, ibu pernah jatuh saat mengendarai
sepeda motor yang menyebabkan saat itu ibu harus dirawat.
Hasil penelitian di atas di dukung oleh penelitian Ismi Trihardiani dan Niken
Puruhita (2009) dimana didapat hasil bahwa Pvalue= 0,001 sehingga adanya
hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)
mayoritas ibu yang memiliki usia terlalu muda dan terlalu tua memiliki resiko
BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) dimana dengan usia yang rentan mempengaruhi