1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya perikanan, ikan mempunyai kandungan gizi yang tinggi, mudah didapat dan harganya terjangkau. Ikan nila gift (Oreochromis niloticus) pada saat ini banyak dibudidayakan. Ikan nila merupakan jenis ikan yang mudah di pelihara diair tawar, relatif tahan terhadap perubahan lingkungan, pertumbuhannya cepat, dan tahan terhadap serangan penyakit (Arie,2007). Untuk meningkatkan produksi budidaya ikan nila gift (Oreochromis niloticus) dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya memberikan pakan dengan kandunngan nutrien dan energi yang sesuai dengan dibutuh kan oleh ikan, terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Penyediaan pakan membutuhkan komponen biaya yang sangat besar yakni 40%-60% dari keseluruhan biaya operasional. Oleh
54
Embed
repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya
perikanan, ikan mempunyai kandungan gizi yang tinggi, mudah didapat dan
harganya terjangkau. Ikan nila gift (Oreochromis niloticus) pada saat ini banyak
dibudidayakan. Ikan nila merupakan jenis ikan yang mudah di pelihara diair
tawar, relatif tahan terhadap perubahan lingkungan, pertumbuhannya cepat, dan
tahan terhadap serangan penyakit (Arie,2007).
Untuk meningkatkan produksi budidaya ikan nila gift (Oreochromis
niloticus) dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya memberikan pakan
dengan kandunngan nutrien dan energi yang sesuai dengan dibutuh kan oleh ikan,
terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Penyediaan pakan
membutuhkan komponen biaya yang sangat besar yakni 40%-60% dari
keseluruhan biaya operasional. Oleh karna itu pemilihan bahan-bahan sumber
pakan perlu dipertimbangkan untuk menghasilkan pakan yang bergizi tinggi
dengan biaya yang lebih murah (Arie, 2007).
Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu, bahan
baku pakan buatan dibedakan menjadi bahan baku hewani dan nabati, dalam
pembutan pakan sangat dianjurkan untuk mengunakan campuran dari kedua
sumber bahan baku tersebut agar komposisi zat gizi yang terkandung menjadi
lebih lengkap. Pada dasarnya sumber utama pakan bagi ikan budidaya berasal dari
pakan alami dan pakan buatan, karna jumlah pakan alami yang tersedia diperairan
2
sangat terbatas dan kurang memadai. Maka perlu diberikan pakan buatan
yang sesuai dengan kebutuhan ikan (Affianto dan Linawati, 2005).
Bahan baku utama yang digunakan dalam pembutan pakan berupa tepung
limbah ikan yang dihasilkan dari jeroan bagian dari isi perut ikan yang memiliki
nilai kandungan protein yang tinggi. Protein merupakan nutrien yang paling
penting sebagai bahan pembentuk jaringan tubuh dalam proses pertumbuhan,
jumlah dan kualitas protein pakan akan mempengaruhi pertumbuhan. Apabila
protein dalam pakan kurang maka protein dalam jaringan tubuh akan dimanfaat
kan untuk mempertahankan jaringan yang lebih penting (Halver, 2000).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui laju pertumbuhan ikan nila gift (Oreochromis niloticus) dengan
mengunakan bahan dasar tepung limbah ikan.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasar kan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat di
rumuskan permasalahan sebagai berikiut :
1. Bagaimana pengaruh formulasi pakan buatan yang terdiri dari 3 jenis formulasi
pakan terhadap pertumbuhan benih ikan nila gift (Oreochromis niloticus).
2. Untuk melihat formulasi pakan buatan yang optimal untuk meningkatkan
pertumbuhan benih ikan nila gift (Oreochromis niloticus).
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh berbagai formulasi pakan buatan terhadap
pertumbuhan benih ikan nila gift (Oreochromis niloticus).
2. Untuk mengetahui kandungan protein yang optimal terhadap pertumbuhan
benih ikan nila gift (Oreochromis niloticus).
3
1.4. Manfaat Penelitian
1. Memberi informasi dalam upaya meningkatkan pemanfaatan tepung limbah
ikan sehingga bisa menjadi bahan baku pakan ikan yang mengandung nilai
protein yang tinggi.
2. Sebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta
melengkapi referensi untuk peneliti selanjutnya.
1.5. Hipotesis
Pemberian pakan buatan dari formulasi tepung limbah ikan dapat
meningkatkan pertumbuhan benih ikan nila gift (Oreochromis niloticus).
.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biologi Ikan Nila Gift
Ikan nila gift mempunyai nama ilmiah Oreochromis niloticus dan dalam
bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia. Ikan nila bukanlah ikan asli perairan
Indonesia, melainkan ikan introduksi (ikan yang berasal dari luar Indonesia, tetapi
sudah dibudidayakan di Indonesia). Bibit ikan ini didatangkan ke Indonesia secara
resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969 dari Taiwan ke
Bogor. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini
disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia (Wiryanta Wahyu, B.T,dkk,
2010).
Ikan nila gift memiliki beberapa kelebihan sebagai spesies kultivan potensil
dibanding nila lokal di antaranya pertumbuhannya 300-400% lebih cepat, lebih
tahan terhadap lingkungan kurang baik, efesiensi pakan yang lebih tinggi. Nila
gift dikembangkan International Center for Living Aquatic Researc Management
(ICLARM) di Filipina melalui Genetic Improvement of Farmed Tilapia Project
(GIFT) dan merupakan hasil persilangan dan seleksi anatara ikan nila dari
Taiwan, Mesir, Thailand, Ghana, Singapura, Israel, Senegal dan Kenya,
Selanjutnya dinyatakan bahwa kelebihan ikan nila gift dibanding dengan ikan nila
lokal adalah nilai jumlah telur lebih banyak 20-30%, pada stadia benih hingga
bobot rata-rata 17,5 g tumbuh lebih cepat 100-200% (Rukyani dan Subagyo,
2001).
5
Pada dasarnya persayaratan hidup antara ikan nila lokal dengan ikan nilai
gift adalah hampir sama. Ikan nilai gift hidup pada kisaran suhu yang lebar 14-
380C, pH 5-11, salinitas 0-29 permil. Ikan ini termasuk omnivor. Makanan pada
stadia larva adalah krustacea kecil dan bentos, dan menyukai Rotifer sp, Monia sp,
dan Dapnia sp setelah mencapai benih. Pada budidaya secara intensif ikan ini
dapat mengkonsumsi pakan buatan berupa pellet pada kadar protein 25% (New,
Menurut (Trewavas, 2009) Klasifikasi lengkap Ikan nila gift (Oreochromis
niloticus) kedalam Filum Chordata, Sub-filum Vertebrata, Kelas Osteichthyes,
Ordo Percomorphi, Sub-ordo Percoidea, Famili Cichlidae, Genus Oreochromis,
Spesies Oreochromis niloticus.
2.1.2. Marfologi
Secara sepintas, ikan nila gift dan lokal agak sulit di bedakan, baik warna
maupun organ tubuh, terutama sewaktu benih. Perbedaan akan muncul kalau
kualitas nila lokal sudah menurun. Namun demikian perbedaan dapat diketahui
kalau dilihat lebih dekat. Dilihat dari samping tubuh ikan nila gift memanjang,
dengan perbandingan panjang dan tinggi 2:1, sementara perbandingan tinggi dan
6
lebar tubuh 4:1, ini menunjukkan ikan nila gift lebih tebal, berbeda dengan nila
lokal yang tubuhnya lebih memanjang karna memiliki perbandingan panjang dan
tinggi 2,5:1. Ketebalan tubuhnya memiliki perbandingan tinggi dan lebar 3:1
sehingga lebih tipis (Arie, 2007).
Tanda lainnya yang dapat dilihat dari ikan nila gift adalah warna tubuhnya
hitam dan agak keputihan. Sirip punggung memanjang mulai dari bagian atas
tutup insang sampai bagian atas sirip ekor. bagian bawah tutup insang berwna
putih. Sisik ikan nila gift besar, kasar dan tersusun rapi. Sepertiga sisik bagian
belakang menutupi sisik bagian depan tubuhnya. Garis linear lateralis yang
terputus-putus antara bagian atas dan bawahnya. linear lateralis bagian atas
memanjang mulai dari tutup insang hingga belakang sirip punggung, sementera
linear lateralis bagian bawah memanjang mulai dari bawah sirip punggung
hingga pangkal sirip ekor. Kepala relatif kecil dengan mulut berada di ujung
kepala mata ikan nila gift (Arie, 2007).
2.1.3. Jenis-Jenis Strain Ikan Nila
Semenjak pertama kali ikan nila datang pada tahun 1969 ke Indonesia,
sudah banyak mengalami perkembangan, khususnya dalam perbaikan genetis
yang dilakukan oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (BPPAT).
Berikut beberapa strain ikan nila yang cukup dikenal dan digemari, baik
oleh petani maupun konsumen.
a. Nila Gift (Genetic Improvement of Farmed Tilapias).
Dikembangkan oleh International Center for Living Aquatic Research
Management (ICLARM) pada tahun 1987 dengan dukungan dari Asian
Development Bank dan Unites Nations Development Programe (UNDP). Strain
7
ini merupakan hasil seleksi dan persilangan ikan nila dari Kenya, Israel, Senegal,
Ghana, Singapura, Thailand, Mesir, dan Taiwan.
a. Nila Best (Bogor Enhanced Strain Tilapias).
b. Nila Gesit (Genetically Supermale Indonesian Tilapias).
c. Nila Jica (Japan for International Cooperation Agency).
d. Nila hitam
2.1.4. Habitat Ikan Nila Gift
Habitat artinya lingkungan hidup tertentu sebagai tempat tumbuhan atau
hewan hidup dan berkembang biak (Suyanto, S.R., 2009). Ikan nila memiliki
eurihaline yang menyebabkan ikan nila dapat hidup di dataran rendah yang berair
tawar hingga perairan bersalinitas, sehingga pembudidayaan nya sangat mudah.
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Nila dapat
hidup di lingkungan air tawar, air payau, dan air asin. Kadar garam air yang
disukai antara 0 – 35 permil (Watanabe, 1989). Nila dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik pada lingkungan perairan dengan alkalinitas rendah atau
netral. Nilai Ph ikan nila berkisar antara 6 – 8,5. Namun pertumbuhan optimalnya
terjadi pada pH 7 – 8. Batas pH yang mematikan adalah 11 (Carman Odang,
dkk.,2010).
Suhu atau temperatur air sangat berpengaruh terhadap metabolisme dan
pertumbuhan organisme serta mempengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi
organisme perairan. Suhu kolam atau perairan yang masih bisa ditolirir ikan nila
adalah 15–37oC. Suhu optimum untuk pertumbuhan nila adalah 25-300C, Oleh
karenaitu, ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi hingga
ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Sedangkan untuk pemijahan, suhu
8
ideal untuk bisa menghasilkan telur dan larva adalah 22–370c (Wiryanta, B.T.W.
dkk, 2010).
2.2. Pakan
Setiap mahluk hidup, termasuk ikan membutuhkan energi untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan kelestarian lingkungannya. Sumber
utama energi bagi ikan berasal dari makanan sebab ikan tidak mampu
memamfaatkan energi matahari secara langsung seperti yang yang dilakukan oleh
tanaman. Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertumbuhan ukuran baik bobot
maupun panjang dalam satu periode waktu tertentu (Effendi, 1979).
Sedangkan menurut Fujaya (2004), pertumbuhan adalah pertambahan
ukuran baik panjang maupun berat. Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor genetik,
hormon, dan lingkungan. Faktor lingkungan yang paling penting adalah zat hara.
Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang meliputi
genetik dan kondisi fisiologis ikan serta faktor eksternal yang berhubungan
dengan lingkungan. Faktor eksternal tersebut yaitu komposisi kualitas kimia dan
fisika air, bahan buangan metabolik, ketersediaan pakan, dan penyakit (Hepper
dan Prugnin, 1984).adapun bahan baku yang digunakan dalam pembuatan pakan
adalah :
2.2.1. Tepung Limbah Ikan
Tepung limbah ikan berasal dari sisa atau buangan yang tidak dikomsumsi
oleh manusia, atau sisa pengolahan industri makanan ikan, sehingga kandungan
nutrisinya beragam, tapi pada umumnya berkisar antara 60-70%. Tepung limbah
ikan merupakan pemasok lisyn dan metionin yang baik, dimana hal ini tidak
terdapat pada kebanyakan bahan baku nabati, mineral kalsium dan fosfornya pun
9
sangat tinggi, dan karena berbagai keungulan inilah maka harga tepung ikan
menjadi mahal (Sahwan, 2004).
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Pada Tepung Limbah Ikan
No Komponen Kandungan1. Protein kasar 60-70%2. Serat kasar 1,0%3. Kalsium 5,0%4. Fosfor 3,0%
Sumber : Revisi Pakan dan Udang (Sahwan, 2004)
2.2.2. Tepung Kedelai
Kacang kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi
bahan dasar banyak makanan timur jauh seperti kecap, tahu, dan tempe. Kedelai
yang dibudidayakan terdiri dari dua spesies : kedelai putih dan kedelai hitam yang
merupakan tanaman asli daerah subtropis seperti tiongkok dan jepang selatan
(Djariah, 1989).
Tepung kedelai merupakan sumber asam amino terbaik dari semua bahan
nabati dan kaya akan protein (35-45%) untuk memenuhi kebutuhan asam amino
esensial bagi ikan dan kaya akan asam amino lysyn, tetapi miskin akan asam
amino methionin. kedelai merupakan tanaman dengan kadar protein tinggi
sehingga tanamannya digunakan sebagai pupuk hijau dan pakan ternak.
Pemanfaatan utama kedelai adalah dari biji, biji kadelai kaya akan protein dan
lemak serta beberapa bahan gizi penting lain, misalnya fitamin dan lesitin
(Khairuman, 2002).
2.2.3. Tepung Jagung
Jagung merupakan bahan baku potensial jika dimanfaatkan dalam bentuk
jagung ragi, ada tiga jenis jagung sebagai bahan makanan ikan, yakni jagung
kuning, jagung agak merah, dan jagung putih. Jagung yang digunakan untuk
10
makanan ikan harus dalam bentuk jagung giling yang halus agar memudahkan
percampuran sehingga komposisi makanan ikan dapat diaduk merata. Pengunaan
jagung yang terlalu banyak dalam komposisi makanan ikan tidak baik, karna
dapat menyebabkan kandungan protein rendah, jagung mengandung protein
berkisar 8-10% (Murtidjo, 2000).
2.2.4. Dedak Halus
Dedak merupakan limbah proses pengolahan gabah, dan tidak dikomsumsi
manusia, sehingga tidak bersaing dalam pengunaannya, dedak mengandung
bagian luar beras yang tidak terbawa, tetapi tercampur pula dengan bagian
penutup beras itu, hal ini mempengaruhi tinggi rendahnya kandungan serat kasar
dedak, berikut tabel kandungan nutrisi dedak.
Tabel 3. Kandungan Nutrisi Dedak
No Nutrisi Kuantitas1. Bahan kering 91,0%2. Protein kasar 13,5%3. Lemak kasar 0,6%4. Serat kasar 13,0%5. Energi metabolis 1890,0 kal/kg6. Calcium 0,1%7. Total fosfor 1,7%
Sumber : Murtidjo, (2000)
Kandungan serat kasar dedak 13,6% atau 6 kali lebih besar dari pada
jagung kuning, sehingga dedak tidak dapat digunakan berlebihan. karna
kuantitasnya tidak mencukupi kebutuhan ikan, demikian juga dengan vitamin dan
mineral (Murtidjo, 2000).
2.2.5. Tepung Kanji (Binder)
Agar bahan baku yang ada dalam pakan dapat bersatu menjadi campuran
yang homogen maka diperlukan zat perekat sebagai pengikat antar komponen
11
pengunaanya cukup dengan 10%. dengan demikian, maka pakan tidak mudah
hancur terurai kembali ketika dimasukkan kedalam air. Bahan yang dapat
digunakan sebagai perekat yaitu, tepung sagu, tepung kanji, dan tepung terigu.
Bahan yang dijadikan perekat tersebut juga dapat berfungsi sebagai sumber
berbagai zat makanan (Khadijah dkk, 2004).
2.2.6. Vitamin
Vitamin diperlukan dalam jumlah yang relatif sedikit pengunaanya cukup
1-2% saja, terutama untuk menjaga kesehatan dan pertumbuhan tubuh ikan,
ditinjau dari sifat-sifat fisiknya, vitamin dapat dibagi ke dalam dua golongan yaitu
vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin yang
larut dalam air antara lain tiamin (vitamin B), ribovlavin (vitamin B2), biotin, dan
kobalamin (vitamin B12). Sedang kan vitamin yang larut dalam lemak yaitu retinol
(vitamin A), kolekalsiferol (vitamin D), alfa tokoferol (vitamin E ), dan menadion
(vitamin K). (Sahwan, 2004).
2.3. Kebutuhan Nutrisi Pada Ikan
Seperti halnya hewan lain, ikan pun membutuhkan zat gizi tertentu untuk
kehidupannya, yaitu untuk menghasilkan tenaga, menggantikan sel-sel yang rusak
dan untuk tumbuh. Zat gizi yang dibutuhkan adalah protein, lemak, karbohidrat,
vitamin, mineral, dan air (Linawati, 2005).
2.3.1. Protein
Berbeda dengan tumbuhan, ikan tidak mampu mensintesis protein, asam
amino dari senyawa nitrogen anorganik. Oleh karena itu, kehadiran protein dalam
makanan (pakan) ikan mutlak diperlukan. Ikan membutuhkan lebih banyak
protein dibandingkan dengan mamalia. Kebutuhan protein (%) pada ikan tinggi,
12
tetapi kebutuhan absolute (g/kg penambahan berat badan) rendah. Alasan lain
adalah protein digunakan sebagai sumber energi utama. Ikan membutuhkan
protein berkisar antara 20 – 60% dari berat total makanan, namun kebutuhan
optimalnya hanya 30 – 36%. Bila terdapat kelebihan protein dalam pakan akan
menghambat laju pertumbuhan karena sebagian protein akan dimetabolisme
menjadi protein baru dan sisanya akan diubah menjadi energi.
Protein hewani memiliki kualitas lebih baik dibandingkan dengan protein
nabati. Hal ini disebabkan kandungan asam amino pada protein hewani lebih
lengkap daripada protein nabati. Selain itu, protein nabati selalu dibungkus oleh
lapisan selulosa. sehingga agak sulit atau lambat bagi ikan untuk mencernanya.
Kualitas protein sangat tergantung pada kemudahannya dicerna dan nilai
biologisnya. Kedua faktor tersebut sangat ditentukan oleh jumlah dan jenis asam
amino yang menyusunnya. Semakin lengkap kandungan asam aminonya, kualitas
protein semakin baik (Webster dan Lim, 2002).
Adapun fungsi protein dalam tubuh ikan adalah:
a. Merupakan sumber energi bagi ikan, terutama apabila komponen lemak dan
karbohidrat yang terdapat di dalam pakan ikan tidak mampu memenuhi
kebutuhan energi.
b. Berperan dalam pertumbuhan maupun pembentukan jaringan tubuh.
c. Berperan dalam perbaikan jaringan tubuh yang rusak danantibody .
e. Turut berperan dalam pembentukan gamet.
2.3.2. Lemak
Menurur Takeuchi (2002), Lemak adalah senyawa organik yang
mengandung unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) sebagai unsur
13
utama. Beberapa diantaranya ada yang mengandung nitrogen (N) atau fosfor (P).
Lemak memberikan lebih kurang 2,25 kali lebih banyak energi dari pada
karbohidrat jika mengalami metabolisme karena lemak mengandung hidrogen
lebih tinggi dari pada oksigen. Hampir semua lemak yang terdapat dalam
makanan ikan dapat dicerna, tetapi membutuhkan banyak waktu untuk pencernaan
dalam pakan maupun daging ikan, lemak umumnya terdapat dalam bentuk
trigliserida, fosfolipida, dalam pembentukan membranese penyimpanan asam
lemak pada beberapa zooplankton.
Selain berfungsi sebagai sumber energi, lemak juga mempunyai beberapa
fungsi tambahan sebagai berikut:
a. Merupakan sumber vitamin A, D, E, dan K yang larut dalam lemak.
b. Merupakan komponen organ-organ utama dalam bentuk fosfolipid.
c. Mengatur daya apung tubuh ikan di dalam air.
d. Menghemat penggunaan protein sebagai sumber energi.
g. Membentuk sterol, yaitu asam lemak berantai panjang.
h. Melindungi organ-organ vital di dalam tubuh ikan.
i. Menentukan cita rasa dan sifat daging ikan selama penyimpanan.
2.3.3. Karbohidrat
Karbohidart dalam makanan ikan tidak begitu penting. Namun, tidak
berarti karbohidrat tidak diperlukan dalam penyusunan makanan ikan. Sebab,
karbohidrat tetap memegang peranan funsional maupun struktural dalam tubuh
ikan. Secara umum, semua kebutuhan ikan dapat terpenuhi dari protein dan lemak
dari makanan yang dikonsumsi.
14
Meskipun tampaknya karbohidrat tidak dibutuhkan oleh ikan, namun
sebaiknya pakan buatan dilengkapi dengan karbohidrat sebagai sumber energi dan
untuk menghemat penggunaan protein. Tidak tersedianya karbohidrat dan lemak
dalam pakan buatan akan menyebabkan proses metabolisme dan penggunaan
protein tidak efisien. Diduga bahwa 0,23 g karbohidrat per 100 g pakan dapat
menghemat 0,05 g protein (Murtidjo, 2001).
2.3.4. Vitamin
Vitamin adalah senyawa organik yang esensial bagi pertumbuhan,
walaupun dalam jumlah yang relatif kecil. Vitamin berperan sangat penting untuk
menjaga agar proses-proses yang terjadi di dalam tubuh ikan tetap berlangsung
dengan baik. Oleh karena itu vitamin harus selalu didatangkan melalui pakan
sebab tubuh ikan tidak mampu membuatnya. Kandungan vitamin di dalam pakan
buatan tergantung dari bahan baku yang digunakan dan bahan yang ditambahkan.
Penambahan vitamin ke dalam pakan buatan umumnya dilakukan dengan
menggunakan vitamin-mix (premix). Kebutuhan ikan akan vitamin dipengaruhi
oleh ukuran, umur, laju pertumbuhan, stress lingkungan, dan hubungan antara
nutrien (Lovell, 2001).
Kegunaan vitamin dalam tubuh ikan sangat bermacam-macam anatara lain:
a. Membantu protein dalam memperbaiki dan membentuk sel baru.
b. Mempertahankan fungsi berbagai jaringan tubuh sebagaimana mestinya.
c. Turut berperan dalam pembentukan senyawa-senyawa tertentu di dalam tubuh.
15
2.3.5. Mineral
Menurut Affianto dan Linawati (2005), Mineral merupakan elemen
anorganik yang dibutuhkan oleh ikan dalam pembentukan jaringan dan berbagai
fungsi metabolisme dan osmoregulasi. Jumlah mineral yang dibutuhkan oleh ikan
sangat sedikit tetapi mempunyai fungsi yang sangat penting. Fungsi utama
mineral adalah:
1. Berperan dalam proses pembentukan rangka, pernapasan, dan metabolisme.
2. Mengatur keseimbangan asam basa dan proses osmosis antara cairan tubuh dan
lingkungannya (terutama Na, K, Ca, dan Cl).
3. Berperan dalam proses pembekuan darah dan pembentukan haemoglobin
(terutama Fe, Cu, dan Co).
4. Berperan penting dalam proses metabolisme (terutama Cl, Mg, dan P).
2.4. Kualitas Air
Air merupakan media bagi kehidupan ikan, dimana didalamnya terdapat
bahan kimia terlarut dalam bentuk partikel. Kualitas air merupakan faktor yang
sangat penting dan mempengaruhi usaha budidaya. Jika kualitas air baik maka
produksi pertumbuhan dan kelulushidupan ikan akan baik pula (Syafriadiman,
2005). Adapun kualitas air yang harus diperhatikan yaitu :
2.4.1. Suhu
Suhu air merupakan derajat panas air yang dinyatakan dalam suatu panas
derajat celcius (0c), suhu perairan sangat penting bagi kehidupan ikan karna
mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan (Wardoyo, 1999).
Perubahan suhu secara tiba-tiba dapat menyebabkan ikan stres dan
menimbulkan kematian, Nila merupakan jenis ikan yang tinggi toleransinya
16
terhadap perubahan suhu. Suhu optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan
ikan berada pada kisaran 25-30oc. Suhu mematikan dibawah 60c atau diatas 420c
(Murtidjo, 2000).
2.4.2. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman adalah suatu ukuran dari konsentrasi ion H yang
menunjukkan suasana air tersebut apakah dalam keadaan asam atau basa, pH
perairan yang baik untuk budidaya ikan adalah 6,50-8,50 ppm. Secara alamiah,
pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang
bersifat asam. Pada siang hari fitoplanton mengkomsumsi karbondioksida dalam
proses berfotosintesis yang menghasilkan oksigen dalam air. Sementara pada
malam hari fitoplankton dan tanamam air mengkomsumsi oksigen dalam proses
respirasi yang menghasilkan karbondioksida (Afrianto dan Linawati, 2005).
2.4.3. Dissovel Oxigen ( DO )
Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter penting dalam analisis
kualitas air. Nilai DO yang biasanya di ukur dalam bentuk konsentrasi ini
menunjuk kan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin
besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang
bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah
tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu
menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme (SNI, 1999).
17
III. METODELOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Sampai Mei 2013 yang
bertempat di laboratorium perikanan dan ilmu kelautan Universitas Teuku Umar
Meulaboh. Sedangkan analisa proksimatnya dilakukan di labolatorium makanan
ternak fakultas Pertanian jurusan Peternakan Unsyiah, Banda Aceh.
3.2. Bahan dan Alat
3.2.1. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam pengolahan pakan buatan adalah: benih ikan
nila gift dengan berat tubuh 2 gr/ekor, tepung limbah ikan, tepung jagung, tepung
kedelai, tepung kanji, dedak dan vitamin.
3.2.2. Alat Penelitian
Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah: Timbangan
analitik, Thermometer, pH pen, Mesin pencetak pellet, Kamera, Alat tulis,
Baskom, Tangguk, Saringan, dan Akuarium.
3.3. Metode penelitian
3.3.1. Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
metode esperimen adalah suatu penelitian yang didalamnya ditemukan minimal
satu variabel yang dimanipulasi untuk mempelajari hubungan sebab akibat. Oleh
karna itu, penelitian eksperimen erat kaitannya dalam menguji suatu hipotesis
dalam rangka mencari pengaruh, hubungan, maupun perbedaan perubahan
terhadap kelompok yang dikenakan perlakuan. Rancangan percobaan yang akan
18
digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3
ulangan sehingga terdapat 9 unit percobaan.
Tabel 5. Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Adapun perlakuan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
P1 : Pengunaan tepung limbah ikan 40%
P2 : pengunaan tepung limbah ikan 50%
P3 : pengunaan tepung limbah ikan 60%
C : pakan kontrol (pellet komersil)
3.4. Prosedur Penelitian
3.4.1. pemilihan Bahan Baku
Sebelum pengolahan pakan buatan terlebih dahulu melihat bobot masing-
masing bahan baku yang digunakan untuk kegiatan pembuatan pakan.
membutuhkan oksigen guna pembakaran makanan untuk menghasilkan aktifitas,
berenang, pertumbuhan, reproduksi dan sebaliknya (kordi, 2007).
34
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksakan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemberian Pakan dengan persentase Tepung Limbah Ikan (40%, 50%, dan
60%) tidak memberikan pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan
spesifik dan sintasan, tetapi berpengaruh nyata terhadap efesiensi pakan
(EP) dan Rasio Konversi Pakan (FCR).
2. Penggunaan tepung limbah ikan (40%) kedalam pakan pada perlakuan 1
menunjukkan hasil tertinggi dibandingkan perlakuan 2 dan 3 (50% dan
60%) tepung limbah ikan, dimana pada perlakuan 1 Laju Pertumbuhan
Spesifik sebesar 2,99%, Sintasan 66,67%, Efesiensi Pakan 43,40%, dan
Konversi Pakan 2,30%.
5.2. Saran
35
Perlu adanya penelitian lanjutan tentang pemberian pakan dengan
formulasi tepung limbah ikan yang berbeda terhadap ikan jenis lainya.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto dan Linawati, 2005. Membut Pakan Air Tawar. Penerbit Kanisus. Jokjakarta 68 hal.
Ahmad Mujiman, 2004. Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press. Jakarta. 381 hal.
Boyd, 1990. Penuntun praktikum pengetahuan bahan gizi pakan. Fakultas ilmu kelautan universitas riau. Pekanbaru
Buwono, 2005. Pembenihan dan pembesaran ikan. Penerbit kanisius. Yogyakarta
Batu, 1982. Analisis formulasi pakan. Pekanbaru. Universitas bogor
Carman Odang, dkk, 2010. Budidaya Ikan Air Tawar. Knisus.
Djarijah, 1989. Pemanfaatan Tepung Kedelai Sebagai peganti tepung ikan dalam pakan ikan. Pekan Baru. 59 halaman
.Effendi, 2004. Metodologi Biologi Perikanan. Yayasan Sri Dwi. Bogor. 112 hal.
Fujaya, 2004. Pakan Apung Air Tawar. Medan.
Hutomo, 2007. Pengaruh Kadar Protein Yang Berbeda Dengan Rasio Energi Protein. Jogkjakarta. Universitas gajah mada
36
Haetami, 2010. Fisiologi ikan. Pusat antar universitas ilmu hayati. Institut pertanian bogor
Khairuman, 2002. Pengaruh pakan dengan kadar protein berbeda terhadap efesiensi Pakan. Program pasca sarjana. Institut Pertanian Bogor. 54 hal.
Khadijah dkk, 2004. Komposisi nutrisi beberapa bahan baku lokal Dan nilai kebutuhan protein. Jurnal penelitian perikanan indonesia. 45-52.
Kitri, w. 2010. Pengaruh pemberian pakan alami yang berbeda terhadap sintasan dan pertumbuhan benih ikan palmas (polyterus senegeruscuvier, 1892). Universitas indonesia. Depok
Kordi, gufron. M, H. Baso tancung, A.2007. pengelolaan kualitas air dalam budidaya perairan. Rineka. Jakarta
Khairuman dan Amri, 2008; Saade, 2009.“Pellet Sebagai Makanan Ikan”, Sinar Tani, Jakarta.
Lovell, 2001. Nutrient and Feeding of Fish. Van Nostrand Reindhold. New York.
Murtijdo, 1998. Pedoman meramu pakan ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Niagara, 1994. Desain dan analisis eksperimen. Edisi kedua. Tarsito. Bandung
Suyanto, S,R, 2009. Pemijahan Ikan – Ikan Tropis. Fakultas perikanan Universitas Brawijaya. Malang.
Sahwan, 2004. Pakan Ikan dan Udang : Formulasi, Pembuatan, Analisis Ekonomi. Penebar Swadaya.
Sudjana, 1991. Desain dan analisis Eksperimen. Edisi II. Tarsito. Bandung. 412 hal.
Susanti, D. 2003. Pengaruh pemberian pakan yang berbeda terhadap kualitas air, kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan mas di keramba jaring apung. Institut pertanian bogor (IPB). Bogor
Soeseno, 1983. Pengaruh pemupukan lanjutan terhadap sintasan laju
pertumbuhan Benih ikan nila pada pendederan pertama. Yayasan pustaka nusatama. Yogyakarta
Santoso, 1996. Makanan ikan. Direktorat jenderal perikanan. Departemen
37
Watanabe, T. 1989. Fish Nutrition and Mariculture. Departemen of Aquatic Bioscient. Tokyo University of Fisheries. Jica, 233 pp.
Wardoyo, 1999. Peranan Kualitas Air. Yayasan pustaka nusatama. Bandung.