Essay of Marine Biotechnology a Proteomic Analysis of The Effects of Metal Contamination on Sydney Rock Oyster (Saccostrea glomerata) Haemolymph This essay was structured to meet the task of marine biotechnology that fostered by Ibu Dwi Candra Pratiwi S.Pi,.M.Sc Disusun oleh : Kelompok 2 • Restu Yulfierisa 125080600111050 • M Ramadhani Marfatah 125080600111060 • Fajrina Sita Dewi 125080600111061 • Yusrina Rizqi Amalia 125080600111063 • Septian Bagaskara 125080600111065 • Annisa Fardaniyah 125080600111094 • Rine Sri Arini 125080601111007 • Desi Mahmudah 125080601111010 • Dio Aditya Murtianto 125080601111013 • Ririn Hindaning K 125080601111017
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Essay of Marine Biotechnology
a Proteomic Analysis of The Effects of Metal Contamination on Sydney Rock
Oyster (Saccostrea glomerata) Haemolymph
This essay was structured to meet the task of marine biotechnology that fostered by Ibu Dwi Candra Pratiwi S.Pi,.M.Sc
Disusun oleh : Kelompok 2
• Restu Yulfierisa 125080600111050• M Ramadhani Marfatah 125080600111060• Fajrina Sita Dewi 125080600111061• Yusrina Rizqi Amalia 125080600111063• Septian Bagaskara 125080600111065• Annisa Fardaniyah 125080600111094• Rine Sri Arini 125080601111007• Desi Mahmudah 125080601111010• Dio Aditya Murtianto 125080601111013• Ririn Hindaning K 125080601111017
Program Studi Ilmu Kelautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Malang
2014
a Proteomic Analysis of the Effects of Metal Contamination on Sydney Rock
Oyster (Saccostrea glomerata) Hemolimf
Emma L. Thompsona,∗, Daisy A. Taylora, Sham V. Naira, Gavin Birchb, Paul A. Haynesc, David A. Raftosa
Produksi limbah di sungai dan muara terutama yang lokasinya berada di daerah industri
dan perkotaan menyebabkan peningkatan dampak yang signifikan di lingkungan pesisir.
Berbagai logam berat meningkat di daerah dekat saluran air di perkotaan karena limbah
antropogenik yang digunakan untuk kegiatan industri. Menurut (Hardiman dan Pearson, 1995)
dalam (E.L. Thompson et al., 2011) bahwa bukti substansial menunjukkan bahwa kontaminasi
logam memiliki potensi untuk menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap biota dan
ekosistem.
Australia adalah salah satu Negara yang mayoritas penduduknya tinggal di dekat muara
pantai seperti Port Jackson (Sydney), Port Melbourne dan Moreton Bay (Brisbane). Hal ini
menimbulkan kekhawatiran yang terkait dengan potensi degradasi ekosistem dan biota. Untuk
itu diperlukan metode yang efektif untuk mengidentifikasi, memantau, dan memulihkan
kontaminan tersebut.
Saat ini ada tiga metode yang diterima secara luas untuk memonitoring lingkungan yaitu
analisis kimia, ekotoksikologi dan menggunakan biomarker molekuler. Setiap metode
mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing. Untuk analisis kimia pada toksisitas
sedimen dan analisis kualitas air dapat memberikan pemetaan yang berguna untuk informasi
kontaminan sedimen dan air, akan tetapi analisis ini tidak memberikan indikasi dampak
kontaminan pada biota. Sedangkan metode ekotoksikologi pada proses monitoring ekologis dan
biologis dapat menghasilkan hasil yang relevan tetapi kurang sensitivitas dalam membedakan
kontaminan atau adanya perubahan fisiologis. Metode ini memerlukan teknologi tambahan
untuk membedakan antara berbagai kontaminan yang menyebabkan kerusakan biologis
berjangka panjang atau pendek dan memberikan sensitivitas yang cukup untuk adanya
peringatan awal kerusakan lingkungan.
Proteomik memiliki potensi untuk memenuhi persyaratan ini dan menjadi bagian dari
pendekatan bukti mengintegrasikan berbagai teknik pemantauan. Proteomik memungkinkan
analisis secara simultan dari ratusan penanda molekuler potensial dan memberikan informasi
tentang efek kontaminan pada berbagai fungsi biologis (Dhingra et al., 2005) dalam (E.L.
Thompson et al. ,2011). Analisis proteomik dapat menjelaskan hubungan antara konsentrasi
protein dan lingkungan yang stres dan sekaligus menjelaskan bahwa proteomik berpotensi
untuk menjadi biomonitoring yang kuat dengan memberikan ekspresi gen yang unik dalam
mendeteksi bahan cemaran kimia atropogenik. Teknik ini akan memakan waktu yang lama dan
memakan biaya yang mahal.
Studi saat ini menggunakan proteomik untuk menganalisis perubahan pada proteomes
hemolimf pada tiram (Saccostrea glomerata) yang terkena paparan tembaga (Cu), timbal (Pb),
dan Seng (Zn). Saccostrea glomerata ini digunakan dalam biomonitoring karena efisiensi
mereka dalam bioakumulasi kontaminan sangat cepat dan kemampuan mereka menunjukkan
hubungan waktu serta dosis kontaminan sangat baik. Hemolimf kerang juga telah digunakan
untuk mempelajari efek dari Paparan Hidrokarbon Aromatik (PAH) dan logam.
Bahan dan metode
1. Aklimasi Tiram dan Paparan Logam
Pertama, aklimasi tiram dan paparan logam diaplikasikan terhadap S.glomerata
saat umur antara 18 bulan dan 2 tahun. Sepuluh tiram ditempatkan pada akuarium
selama 10 hari untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan akuarium. Akuarium
menggunakan air laut langsung yang dipompa dari Port Jackson . Tiram diberi makan
tiap 4 hari. Suhu dan salinitas air dicatat setiap hari. Sampel air diambil sebelum
dimulainya penelitian untuk uji logam PCB dan PAH. Dan uji paparan logam dengan
menggunakan CuCl2 , ZnCl2 atau PbCl2 sebanyak 100µg/l. Setiap logam diletakkan pada
akuarium yang berbeda dan akuarium yang lain digunakan untuk daerah kontrol tanpa
paparan logam. Air di akuarium yang terdapat logam harus diganti setiap hari dengan
konsentrasi logam yang sama.
2. Ekstraksi Protein
Setelah empat hari terpapar, tiram terkupas dan kemudian sebanyak 500 µl
hemolimf diambil dari setiap tiram dari rongga perikardial menggunakan sebuah
micropipettor. Hemolimf segera dicampur dalam 1,3 ml Tri-reagent LS (sigma-aldrich).
RNA dipindahkan dengan menambahkan 100 µl bromochloropropane selama 15 menit
diikuti oleh sentrifugasi selama 15 menit pada 12.000 x g (40) dan ditunggu hingga RNA
berubah menjadi fase cair dan tidak berwarna. DNA kemudian diekstrak dengan
menambahkan 300 µl dari 100 % etanol selama 3 menit dan diikuti oleh sentrifugasi
selama 2000 x g (4⁰C) selama 5 menit dan diambil dari pelat mesin sentrifugal.
Akhirnya, protein itu diendapkan dengan menambahkan 3 volume es aseton,
dipertahankan sampel pada suhu kamar selama 10 menit dan sentrifugasi selama 10
menit pada 12.000 x g (40C ). Sisanya butir-butir protein itu dibersihkan sebanyak
empat kali selama 10 menit dalam 1 ml dari 0,3 M guanidine hidroklorida dalam etanol
95 % (V:V) diikuti oleh sentrifugasi pada 8000 x g selama 5 menit (40C) dan
penghapusan supernatant. Pembersihan terakhir dilakukan dalam 1 ml dari etanol 95%
sebelum butiran protein dikeringkan pada suhu kamar dan diendapkan kembali dalam
50µl dari larutan penyangga yang sudah dihidrasi ( 7 M urea: 2 M thiourea: 4% 3-[( 3-
cholamidopropyl) dimethyl-ammonio] -1-propanesulfonate, CHAPS: 50 mM DT
dithiothreitol, DTT).
3. Penghitungan Protein dan Penyatuan sampel
Protein dikuantifikasi menggunakan GE 2DE Quant Kits dengan susunan yang
telah dimodifikasi dari pabrik. 2 μl dari setiap sampel ditambah ke dalam 3 sumber dari
96-sumber piringan mikrotitier diikuti dengan tambahan 10 L larutan tembaga, 40 L air
Milli Q dan 100 L pereaksi warna. Kemudian diinkubasi selama 20 menit. Setelah
diinkubasi pada suhu kamar selama 20 menit, penyerapan diukur pada 490nm dengan
menggunakan microplate reader dan konsentrasi protein diinterpolasi dari standar kurva
yang dihasilkan dengan serum albumin sapi. Secara acak 5 sampel hemolimf dari
setiap akuarium disatukan. 10 tiram ditempatkan dalam setiap akuarium untuk
memastikan tiram cukup tersedia untuk analisis proteomik dan cukup untuk
menganalisis protein tiram tersebut. Setiap penyatuan replikasi mengandung 150 L
protein.
4. 2-Dimensional electrophoresis (2DE)
IEF digunakan menggunakan IPGphor IEF sistem (GE Healthcare). Gradien pH
linear yang tidak termobilisasi itu kembali terhidrasi satu malam dengan 150g ekstrak
protein dalam 125 L cairan penyanga rehidrasi. IEF bisa berguna ketika dipakai pada
arus 100V selama 2 jam, 500V selama 20 menit, dan saat gradien mencapai 5000V
selama 2 jam untuk memberikan tegangan 15.000-16.000/jam. Kedua pemisahan
dimensi dilakukan dengan menggunakan sodium dodesil sulfat epolyacrylamide gel
elektroforesis (SDS-PAGE) dengan 12% TriseHCl polyacrylamide gel (1,5 M triseHCl,
10% SDS, 12% akrilamida) dalam sistem protean Mini (Bio-Rad). Gel diwarnai dengan
Lava Purple (Fluorotechnics, Sydney, Australia) sehingga protein dapat divisualisasikan
menggunakan Typhoon Trio laser scanner (GE Healthcare). Gel dari setiap percobaan
dan setiap situs yang dijalankan secara terpisah.
5. Tempat Analisis Protein
Progenesis yang merupakan perangkat lunak analisis proteomik (Non Linear
Dynamics, Newcastleupon-Tyne, UK) digunakan untuk mengidentifikasi perubahan yang
signifikan (p <0,05) dalam intensitas butir-butir protein antara proteomes haemolimf
tiram antara daerah terkendali dan daerah yang terkontaminasi. Untuk mengetahui
intensitas bintik protein yang berpendar secara normal (intensitas pixel dikurangi yaitu
intensitas latar belakang pixel gel) pada peta gel dari setiap daerah terkendali yang
dibandingkan dengan intensitas protein yang sesuai pada gel dari daerah yang
terkontaminasi kita harus menggunakan algoritma ANOVA. Perbedaan setiap tempat
yang berbeda secara signifikan dari segi intensitas antara daerah yang dihitung dari
volume tempat normalisasi.
6. Ekstraksi Peptida
Noda gel mengandung bintik-bintik protein dari semua tiga jell pada setiap
perlakuan, itu dibersihkan secara singkat dengan menggunakan 100 mM amonium
bikarbonat ( NH4HCO3 ) sebelum dibersihkan dalam 50:50 acetonitrile (ACN)/ 50 mM
NH4HCO3 ( tiga pembersihan selama 10 menit per cucian). Setelah noda gel mengalami
dehidrasi dalam 100 % ACN selama 5 menit, noda gel dikeringkan, dikurangi dengan
100 mM DTT dalam 100 mM NH4HCO3 pada suhu 56⁰C selama 1 jam dan dialkilasi
dengan 55 mM iodoacetamide dalam 100 mM NH4HCO3 selama 45 menit pada suhu
kamar dalam keadaan gelap. Noda gel dibersihkan lagi dalam 100 mM NH4HCO3
selama 5 menit kemudian dibersihkan lagi sebanyak dua kali dengan 50:50 ACN/ 50
mM NH4HCO3 selama 5 menit dan didehidrasi seperti yang dijelaskan di atas.
Pencernaan Tripsin dilakukan dengan menambahkan 30 µl tripsin solusi ( 12.5ng/µl
dalam 50 mM NH4HCO3, Promega, Sydney, Australia ) selama 30 menit pada 40C,
setelah itu protein dicerna semalaman pada suhu 370C. Tryptic peptides diekstrak
dengan membersihkan noda gel sebanyak 2 kali dalam 50% ACN/2% formic dalam
mesin pemutar yang dalam keadaan kosong dan lebih lanjutnya diputar selama 10 menit
pada 14.000 rpm untuk menghapus partikel-partikel mikro.
7. Spektrometri Massa
Peptida tryptic dianalisa dengan kromatografi nanoflow liquid chromatography-
tandem mass spectrometry (LC-MS / MS) menggunakan LTQ-XL spectrometer
perangkap massa ion (Thermo, CA, USA) sesuai dengan (Andon et al., 2003) menurut
Breci et al. (2005). Kolom fase terbalik (7 cm,100μm i.d.) yang dikemas di suatu tempat
(house) menggunakan 100 Å, 5 mM Zorbax C18 resin (Agilent Technologies, CA, USA)
dalam leburan kapiler silika menggunakan electrospray tip yang terintegrasi. Sebuah
tegangan electrospray 1,8 kV diterapkan melalui liquid junction kemudian untuk
menaikkan kolom C18. Sebuah Surveyor autosampler (Thermo, CA, USA) menyuntikan
sampel ke kolom C18 diikuti dengan langkah pembersihan awal dengan buffer A (5% (v
/ v) ACN, 0,1% (v / v) asam formic) (10 menit pada 1 nl/menit). Peptida kemudian dielusi
(read: mengekstraksi zat padat dari campuran zat lain dengan menggunakan zat cair
(pelarut)) dari kolom C18 dengan 0% - 50% Buffer B, (95% (v / v) ACN, 0,1% (v / v)
asam format) selama lebih dari 58 menit pada 500 nl/menit, diikuti oleh 50% - 95%
Buffer B lebih dari 5 menit pada 500 nl/menit. Kolom elusi diarahkan menjadi sumber
ionisasi nanospray dari massa spektrometri. Spectra dipindai selama rentang 400-1500
amu.
8. Identifikasi Protein
MS/MS spectra akan mencari database Bivalvia melalui urutan protein yang
telah diunduh dari situs National Centre for Biotechnology Information. Situs ini berisikan
14.002 urutan protein dari kerang moluska. Protein yang memiliki hasil log (e+) dari < -10
dan menghasilkan sedikitnya lima peptide yang cocok dan dapat dipertahankan untuk
analisis lebih lanjut.
Protein ditugaskan untuk lima kategori fungsional yang berbeda. Atribusi ini
meliputi fungsi biologis. Protein mempengaruhi sifat tiram, fungsi mereka diduga
termasuk adesi tiram dan kalsifikasi tiram. Semua protein ini dikaitkan dengan paparan
dari logam Zn. Aktifitas sitoskeletal dan metabolisme / respon stres terdiri lebih 25% dari
masing-masing protein. Diferensial protein yang terkait dengan paparan Pb
menunjukkan jangkauan luas meliputi fungsi biologis, termasuk metabolisme energi,
respons stres, sinyal sel dan aktivitas sitoskeletal.
Hasil
3.1 Parameter Kualitas Air
Suhu air rata-rata selama penelitian adalah 19.8⁰C dengan perbedaan suhu harian yang
signifikan < 0,05. Suhu air yang ditemukan pada 3 hari antara akuarium yang berisi tiram yang
terkontaminasi paparan Zn dan dibandingkan dengan akuarium yang merupakan daerah
perawatan ditemukan perbedaan yang signifikan. Nmaun demikian perbedaan tersebut hanya
sampai 0,7⁰C lebih rendah di akuarium yang terdapat logam Zn daripada akuarium yang tidak
terdapat logam Zn. Salinitas rata-rata sebesar 34,5 ppt dan tidak ada perbedaan yang signifikan
yang ditemukan antara daerah perawatan dengan daerah yang terdapat logam Zn. Level dari
logam yang terdapat pada air sampel di aquarium yang terdapat logam Zn adalah <2μg/l,PCBs
<0,1μg/l dan PAHs <2μg/l.
3.2. Pola ekspresi protein setelah terpapar logam yang berbeda
Perangkat lunak Progenesis mengidentifikasi rata-rata 161 bintik-bintik protein yang
berbeda per tiram yang terdapat pada hemosit proteome (2DE gel). Bintik-bintik ini terdistribusi
terutama pada kisaran pH 4-7. Tipikal peta proteom dari penelitian ini ddilihat pada titik 239 dan
270 masing-masing menunjukkan perbedaan dalam intensitas normal rata-rata dua titik ini
dibandingkan dengan daerah terkontrol. Dari 161 titik, intensitas relatif dari 25 titik di seluruh
semua daerah perawatan bervariasi secara signifikan (p <0,05) setelah terpapar logam. Empat
dari 25 titik ini berubah dalam menanggapi lebih dari satu paparan logam, sehingga ada total 21
tempat unik untuk mendeteksi seluruh protein yang akan dianalisis. Gambar. 2 menunjukkan
jumlah titik yang menanggapi setiap paparan logam, dan dimana crossover terjadi jika tempat
protein merespons lebih dari satu paparan logam.
Hanya satu tempat protein (spot 299) terlihat perbedaan nyata dari segi intensitas pada
tiram yang diperoleh dari ketiga perlakuan yaitu pada daerah yang terpapar logam dengan
daerah yang terkontrol. Saat terkena Cu, dua tempat tambahan (bintik-bintik 303 dan 348)
menunjukkan perubahan signifikan secara statistik dibandingkan dengan kontrol (p <0,05).
Paparan Pb menghasilkan perubahan jumlah terbesar dalam intensitas spot dengan 12 tempat
yang berbeda-beda secara signifikan (p <0,05) pada intensitas dari daerah yang terkontrol. Dari
jumlah tersebut, sembilan merespons Pb saja (bintik-bintik 51, 54, 126, 153, 240, 270, 338, 342,
347) dan dua secara signifikan diubah (p <0,05) oleh Pb dan Zn (bintik-bintik 108 dan 109).
Sepuluh tempat menunjukkan intensitas yang berbeda secara signifikan dalam menanggapi Zn.
Dari jumlah tersebut, tujuh orang berubah secara signifikan (p <0,05) dalam menanggapi hanya
Zn (bintik 203, 239, 271, 276, 279, 290 dan 349).
Empat belas dari 25 tempat yang berbeda meningkat dalam segi intensitasnya setelah
paparan logam bila dibandingkan dengan daerah yang terkontrol, sementara sisanya
intensitasnya menurun. Semua tempat yang menunjukkan perubahan signifikan yang
disebabkan dari relatif menurun intensitasnya pada daerah yang terkontol. Sebaliknya paparan
Pb menghasilkan sepuluh tempat yang meningkat dalam intensitasnya dan hanya dua yang
mengalami penurunan. Pada logam Zn yang terdapat pada tiram, 6 dari 10 tempat relatif
menurun dari segi intensitasnya dibandingkan tiram yang ada di daerah terkontrol.
3.3 Identifikasi protein
Dari 21 tempat yang berbeda, pada 20 tempat protein mampu diambil untuk analisis
spektrometri massa. Dari jumlah 20 tempat tersebut, 18 tempat diidentifikasi oleh perbandingan
urutan protein Bivalvia sesuai database di NCBI. Lima titik (spot 338, 342, 203, 276 dan 108)
yang mengandung peptida terkait erat dengan lebih dari satu protein dalam database tersebut.
Diskusi
Identifikasi perubahan proteome tiram yang karena paparan 3 logam di lingkungan air.
Ada sedikit kesaamaan antara pola dari 21 protein yang berbeda dipengaruhi oleh logam
dengan hanya satu spot (299) yang terpapar 3 logam. Protein dalam 18 dari 21 spot yang
berbeda yang definitif diidentifikasi oleh MS. Peptida dari tempat 51, 270 dan 348 tidak bisa
cocok dengan urutan yang dikenal dalam database digunakan dalam penelitian ini. Ada data
sekuens relatif sedikit tersedia untuk S. glomerata sehingga tidak terduga bahwa beberapa
protein tidak dapat diidentifikasi.
Lima protein (spot 108, 203, 276, 338 dan 342) yang terkandung peptida lebih cocok
dari satu urutan di database. Hal ini tidak jarang ditemui lebih dari satu protein yang berbeda
untuk menduduki lokasi yang sama atau sangat serupa di 2DE gel.
Dari tempat yang berisi lebih dari satu protein, spot 108 berubah intensitasnya dalam
menanggapi paparan Pb dan Zn. Isinya Ca2 + ATPase isoform C (SERCA). Non-gradien byssal
prekursor adalah protein yang kaya akan glisin dengan sifat perekat terkait dengan byssal
benang. Ekspresi mereka di M. edulis dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik termasuk
perubahan salinitas, tipe substrat dan stres. SERCA adalah protein membran yang
mengkoordinasi Ca2 + ion fluks dari sitoplasma yang gilirannya mengatur fungsi seluler seperti
proliferasi sel, apoptosis, kontraksi dan metabolisme (Nagata et al, 991998;. Hoon Cho et al,.
2000; Martin et al., 2002) dalam (E.L. Thompson et al. ,2011). Spots 203 dan 276 berubah
intensitasnya dalam Menanggapi paparan Zn. Spot 203 terkandung byssal non-gradien
prekursor (seperti dijelaskan di atas), myosin dan poliprotein. Myosin adalah protein motor yang
berhubungan dengan motilitas sel dan transportasi organel, sedangkan poliprotein bertanggung
jawab untuk integrasi DNA dan replikasi RNA. Poliprotein juga diidentifikasi kehadirannya dalam
spot 276 bersama dengan pre-kolagen assist D. D Pra-kolagen dalam menentukan struktur
byssus di M. edulis dan M. Gallioprovincialis. Spots 342 dan 338 baik secara signifikan berubah
dengan intensitas untuk menanggapi paparan Pb. ATP synthase dan alpha dan beta-Tubulin
diidentifikasi di tempat 342 sebagai penyedia energi.
Dua belas dari tempat protein yang berbeda dalam intensitas antara eksposur logam
dan kontrol ditemukan mengandung satu protein. Di antaranya, molekul yang terlibat dalam
adhesi shell atau pengapuran yang menyumbang 34% dari protein menunjukkan intensitas
diferensial, sementara protein sitoskeletal dan energi molekul metabolisme / respons stres
masing-masing menyumbang 25%. Dari dua protein yang tersisa, vasa terlibat dalam
metabolisme RNA dan 40S ribosomal protein SA dalam penanda sel (atau sintesis protein).
Vasa homolog memperlihatkan perbedaan yang intensitasnya jauh berkali lipat,
mengalami penurunan sebesar antara 38 dan 46 lipat dalam menanggapi 3 logam. Itu juga
satu-satunya protein yang terkena paparan ketiga logam. Vasa adalah anggota dari Kotak MATI
helikase keluarga protein. Hal ini terkait dengan scaffolding selama metabolisme RNA dalam
kerang M. galloprovincialis, dengan potensi untuk mengubah struktur RNA sekunder dan
mempengaruhi terjemahan mRNA. Oleh karena itu, perubahan yang terlihat dalam konsentrasi
vasa setelah terpapar logam bisa secara signifikan berdampak pada sintesis protein yang
dibutuhkan oleh S. glomerata untuk merespon stres logam yang diinduksi. Perbedaan besar
terlihat pada vasa yang menanggapi semua logam menunjukkan bahwa protein ini dapat
digunakan dalam biomonitoring sebagai indikator untuk berbagai kontaminan logam.
40S protein ribosom SA, juga dikenal sebagai reseptor laminin 1, terlibat dalam banyak
proses seluler termasuk adhesi sel ke matriks ekstraseluler, yang mempengaruhi sinyal,
diferensiasi dan migrasi. Zn diketahui dapat mempengaruhi kapasitas hemosit M.
galloprovincialis untuk melampirkan laminin yang menunjukkan peran sinyal dalam
pertumbuhan sel dan migrasi pada Pb juga berubah reseptor laminin.
Aktin meningkat konsentrasi 7,7 kali lipat dalam menanggapi kedua paparan Pb dan Zn
eksposur. Ini adalah protein sitoskeletal kunci yang diketahui memiliki peran dalam gerakan,
fagositosis, endositosis, eksositosis, transportasi vesikuler dan plastisitas seluler sedangkan
aktin berdampak pada fungsi sitoskeletal yang diaktifkan dengan paparan Cu. Paparan Pb
menyebabkan peningkatan empat kali lipat dalam konsentrasi tropomyosin dan peningkatan 2,8
kali lipat dalam myosin penting rantai ringan. Myosin adalah protein motor yang bertanggung
jawab atas aktin berbasis motilitas. Logam, seperti kadmium (Cd), akan mempengaruhi
fosforilasi myosin dan mengubah fungsinya. Tropomyosin adalah protein aktin yang mengikat
penting untuk mengatur fungsi motil dan kontraktil. Efek gabungan dari paparan logam pada
ketiga molekul sitoskeletal di S. glomerata cenderung mempengaruhi motilitas dan seluler
plastisitas hemosit yang terkait dengan aktivitas anti-patogen. Hal ini mungkin meninggalkan
tiram lebih rentan terhadap penyakit menular. Data kami menunjukkan bahwa paparan Pb
memiliki dampak yang paling besar untuk sitoskeletal protein yang terkait.
Tiga molekul yang terlibat dalam adhesi shell atau kalsifikasi (nongradient prekursor
byssal, protein larut dan shematrin-7) yang dipengaruhi oleh ekspos tiram untuk Zn tetapi tidak
oleh logam lainnya. Konsentrasi 3 logam ini menurun karena protein memiliki sifat perekat.
Studi di kerang P. viridis, telah menunjukkan bahwa byssus dipengaruhi oleh lingkungan polusi
dan bahwa Cu menghambat pembentukan byssal. Benang Byssal di tiram secara morfologis
berbeda untuk kerang, dengan fungsi perekat yang sama membentuk amore sekresi semen-
seperti dari tahap larva dan seterusnya sehingga katup ventral dari cangkang tiram merekat
pada substrat. Studi saat ini menunjukkan bahwa paparan Zn mempengaruhi shell protein
properti di tiram pada tingkat seluler pada konsentrasi rendah selama periode waktu yang
singkat protein yang ideal dan peringatan kontaminasi Zn.
Logam (paling prevalently Pb) eksposur juga dipengaruhi oleh ketiga protein dengan
peran metabolisme energi dan / atau respon stres; omega-crystallin, vitellogenin dan isomerase
triosephosphate. Triosephosphate isomerase (TIM) meningkat secara signifikan dalam
intensitas (2,3 kali lipat). TIM merupakan enzim glikolitik penting untuk efisien metabolisme
energi. Studi saat ini menunjukkan bahwa protein seperti vitellogenin juga hadir pada
konsentrasi diferensial yang terpapar oleh kontaminan logam. Tingkat crystallin Omega
menurun 2 kali lipat dalam menanggapi untuk CU eksposur. Protein ini berkaitan erat dengan
aldehyde dehydrogenase. Enzim amultifunctional yang telah dicirikan dan mantel dari moluska
dimana perannya sering terkait dengan perlindungan terhadap stres fisiologis. Omega-crystallin,
TIM dan vitellogenin semua ke jalur utama untuk produksi ATP dalam metabolisme energi.
Mengingat jumlah dan tingkat perubahan yang terlihat dalam penelitian ini, terutama dalam
menanggapi paparan Pb, metabolisme energi tampaknya dikompromikan oleh S. glomerata
yang berpotensi membuat tiram lebih rentan terhadap stres.
Analisis protein dalam studi menunjukkan saat beberapa kesamaan dengan yang
ditemukan dalam studi proteomik lain dimana organisme yang terkena kontaminan dari logam
lainnya. konsentrasi aldehyde dehydrogenase (omega-crystallin) telah diidentifikasi dengan
analisis 2DE M. Edulisperoksisom kelenjar pencernaan yang terpapar berbagai polutan laut,
sementara tingkat vitellogenin pada S. glomerata meningkat karena terkena estrogenik
Sebaliknya, beberapa diferensial protein menyatakan sering dikaitkan dengan lingkungan stres
dalam spesies lain yang tidak teridentifikasi dalam penelitian ini. Misalnya, Ekspresi HSP60
telah dikaitkan dengan paparan Cu di M. Edulis pada jaringan mantel. Kegagalan kita untuk
mengidentifikasi lingkungan stres umumnya protein respon dalam S. glomerata setelah paparan
logam karena jenis jaringan yang dianalisis (hemolimf dalam arus belajar dibandingkan mantel
dan jaringan pencernaan dalam penelitian lain), atau yang konsentrasi yang berbeda dari
kontaminan menimbulkan protein yang berbeda tanggapan.
Sebagai kesimpulan, penelitian ini telah mengidentifikasi beberapa tumpang tindih
antara protein yang diekspresikan secara berbeda dipengaruhi oleh tiga logam berbeda, dan
dengan studi proteomik lingkungan lainnya. Namun, hasil yang paling mencolok adalah bahwa
set yang sangat berbeda dari protein secara signifikan diubah setelah terpapar Cu, Pb atau Zn.
Dalam hal Pb dan Zn, fungsi biologis tertentu ini protein yang berbeda dengan menunjukkan
bahwa logam yang berbeda mempengaruhi perbeda jalur seluler. Secara keseluruhan, data
menunjukkan bahwa proteomik menyediakan kerangka kerja yang berguna untuk
mengembangkan alat biomonitoring baru yang dapat membedakan antara berbagai jenis
lingkungan kontaminan.
DAFTAR PUSTAKA:
A proteomic analysis of the effects of metal contamination on Sydney Rock
Oyster ( Saccostrea glomerata ) haemolymph
Proteomic analysis of Sydney Rock oysters (Saccost rea g lomerata) expose d to