Top Banner
PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA NADIYA MAWADDAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
78

gizi ibu hamil

Jan 19, 2016

Download

Documents

woouuw0903

penelitian tentang gizi ibu hamil
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: gizi ibu hamil

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN

KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

NADIYA MAWADDAH

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 2: gizi ibu hamil

RINGKASAN

Nadiya Mawaddah. Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Gizi serta Tingkat Konsumsi Ibu Hamil di Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan Ragunan Propinsi DKI Jakarta. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan praktek gizi, serta tingkat konsumsi (energi, protein, zat besi, dan vitamin A) pada ibu hamil. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah (1) mengetahui karakteristik sosial ekonomi ibu hamil (2) mengetahui pengetahuan, sikap, dan praktek gizi ibu hamil (3) menganalisis hubungan pendidikan dengan pengetahuan gizi ibu hamil (4) menganalisis hubungan pengetahuan gizi dengan sikap dan praktek gizi ibu hamil (5) menganalisis hubungan antara pengetahuan gizi dengan konsumsi gizi ibu hamil (6) menganalisis pengaruh pendidikan ibu, pendapatan, besar keluarga, serta pengetahuan, sikap, dan praktek gizi ibu hamil terhadap tingkat konsumsi energi, protein, zat besi, dan vitamin A. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan Ragunan. Pemilihan lokasi disesuaikan dengan program bubuk tabur multivitamin untuk ibu hamil. Contoh penelitian ini diambil secara purposive dengan kriteria bukan kehamilan pertama, usia kehamilan antara 8-28 minggu, serta bersedia diwawancarai. Jumlah contoh yang terpilih adalah semua ibu hamil yang memenuhi kriteria yang ditentukan. Jumlah yang terpilih adalah 100 ibu hamil yang terdiri dari Kelurahan Kramat Jati 50 contoh dan Ragunan 50 contoh. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik contoh, karakteristik sosial ekonomi, pengetahuan gizi ibu hamil, sikap gizi ibu hamil, dan praktek gizi ibu hamil, serta konsumsi pangan. Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan adalah data tentang gambaran umum lokasi penelitian. Pengumpulan data primer melalui wawancara secara langsung dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder diperoleh dari puskesmas dan kelurahan. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif dan statistik. Pengolahan data meliputi editing, coding, entri, dan cleaning. Analisis data diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excell dan Statistical Program for Social Sciences (SPSS) versi 13 for windows.

Sebagian besar ibu hamil (91%) tersebar antara usia 20-35 tahun. Tingkat pendidikan ibu hamil antara tidak tamat SD hingga S2, sedangkan tingkat pendidikan suami antara SD hingga S1. Lebih dari separuh ibu hamil dan suami memiliki jenjang pendidikan hingga SMP dan SMA. Sebagian besar (90%) ibu hamil bekerja sebagai ibu rumah tangga, sedangkan sebagian besar (87%) suami berprofesi sebagai pegawai swasta dan wiraswasta. Pendapatan perkapita per bulan antara Rp 50.000,00 sampai Rp 1.666.667,00 dengan rata-rata Rp 385.925,00. Lebih dari separuh (68%) ibu hamil tergolong tidak miskin dengan pendapatan perkapita lebih dari Rp 214.817,00. Lebih dari separuh (55%) usia kehamilan ibu termasuk trimester dua. Lebih dari separuh (58%) ibu memiliki IMT sebelum hamil yang normal dengan rata-rata 21.67±4.39.

Kurang dari separuh (26%) ibu hamil memiliki pengetahuan gizi kurang. Hanya sebagian kecil (8%) ibu hamil memiliki sikap gizi kurang. Separuh (50%) ibu hamil memiliki praktek gizi baik sedangkan sebagian kecil (16%) ibu hamil memiliki praktek gizi kurang.

Page 3: gizi ibu hamil

Hasil uji Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang nyata (r=0.345, p<0.05) antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan gizi ibu hamil, terdapat hubungan yang nyata (r=0.341, p<0.05) antara pengetahuan gizi dengan sikap gizi ibu hamil dan terdapat hubungan yang nyata (r=0.266, p<0.05) antara pengetahuan gizi dengan praktek gizi ibu hamil.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi protein dan zat besi belum mencukupi kebutuhan ibu hamil. Sebagian ibu hamil sudah dapat mencukupi kebutuhan energi (60%) dan protein (39%). Sebagian besar (86%) ibu hamil kebutuhan zat besinya belum tercukupi. Rata-rata konsumsi energi, protein, vitamin A, dan zat besi ibu hamil di Kramat Jati lebih rendah daripada di Ragunan. Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata (p>0.05) antara tingkat pengetahuan gizi ibu hamil dengan tingkat konsumsi energi, protein, dan zat besi. Namun, terdapat hubungan yang nyata (p<0.05) antara tingkat pengetahuan gizi ibu hamil dengan tingkat konsumsi vitamin A.

Tingkat konsumsi energi dipengaruhi oleh praktek gizi. Ibu hamil dengan praktek gizi baik mempunyai peluang 16.7 kali lebih tinggi tingkat konsumsi energinya daripada ibu hamil dengan praktek gizi kurang. Tingkat konsumsi protein dipengaruhi oleh besar keluarga dan praktek gizi. Ibu hamil dengan besar keluarga kurang dari atau sama dengan empat orang memiliki peluang 4.3 kali lebih tinggi tingkat konsumsinya dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki besar keluarga lebih dari empat orang. Ibu hamil dengan praktek gizi baik mempunyai peluang 11 kali lebih tinggi tingkat konsumsi protein dibandingkan dengan ibu hamil dengan praktek gizi kurang. Pendapatan perkapita, besar keluarga, dan praktek gizi tidak mempengaruhi tingkat konsumsi zat besi ibu hamil. Praktek gizi memberikan pengaruh terhadap tingkat konsumsi vitamin A. Ibu hamil dengan praktek gizi baik mempunyai peluang 12.7 kali lebih tinggi tingkat konsumsi vitamin A daripada ibu hamil dengan praktek gizi kurang.

Page 4: gizi ibu hamil

ABSTRACT

NADIYA MAWADDAH. Knowledge, Attitude, and Practice of Nutrition, and Nutrient Adequacy Level of Pregnant Women at Kramat Jati and Ragunan, DKI Jakarta. Supervised by HARDINSYAH. The aim of this research is to understand the knowledge, attitude, and practice of nutrition and nutrient adequacy level (energy, protein, vitamin A, and Iron) of pregnant women. This research uses a cross sectional study design. Research location is according to sprinkle programme. The sample was taken purposively with criteria not the first pregnancy, the age of pregnancy is between 8-28 weeks, and they are willing to be interviewed. The number of samples that were chosen are 100 pregnant women. Data that were collected were analyzed descriptively and statistically. In general, part (26%) of pregnant women had low nutrition knowledge. More than a half (71%) of pregnant women had moderate nutrition attitude. A half (50%) of pregnant women had good nutrition practice. Based on Spearman analysis, there are significant correlation between education level and nutrition knowledge (r=0.35, p<0.05), between nutrition knowledge and nutrition attitude (r=0.34, p<0.05), between nutrition knowledge and nutrition practice (r=0.266, p<0.05). This research showed adequacy level of protein and iron are inadequate. Adequacy level of energy, protein, vitamin A, and iron pregnant women in Kramat Jati is lower than Ragunan. Based on Spearman analysis there is no correlation between nutrition knowledge and consumption rate of energy, protein, and iron. While there is significant correlation between nutrition knowledge of pregnant women and consumption rate of vitamin A. Adequacy level of energy is affected by nutrition practice. Pregnant women with good nutrition practice had 16.7 times higher adequacy level of energy. Adequacy level of protein is affected by family size and nutrition practice. Income, family size, and nutrition practice didn’t affect the adequacy level of iron pregnant women. Adequacy level of vitamin A is affected by nutrition practice.

Page 5: gizi ibu hamil

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN

KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

NADIYA MAWADDAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 6: gizi ibu hamil

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

“Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Gizi serta Tingkat Konsumsi Ibu Hamil di

Kelurahan Krama Jati dan Kelurahan Ragunan Propinsi DKI Jakarta” dengan

lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh

gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya

Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Adapun dalam penyelesaian skripsi ini, penulis telah banyak mendapat

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis pada

kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS sebagai dosen pembimbing yang telah

memberikan pengarahan, bimbingan, dan saran selama pelaksanaan

penelitian hingga skripsi ini terselesaikan.

2. Katrin Roosita SP, MSi, sebagai dosen pemandu dalam seminar dan dosen

penguji hasil penelitian ini

3. Papa, Mama, Gaek, Umi, serta adik-adikku (Nadra, Rifa, Bila), yang telah

memberikan dukungan, semangat, dan doanya.

4. Venny, Rizka, Ratna, Any, Ira, Fitri, Angel, Devi P, Dewi K, Mei, Yesa,

Ahma, Handaru, dan Galih, terima kasih atas doa dan semangatnya.

5. Seluruh rekan-rekan GMSK 40, 41, 42 dan 43 yang telah memberikan

dukungan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

6. Semua pihak yang telah memberikan bantuan selama penulis melakukan

penelitian hingga skripsi ini selesai.

Penulis menyadari skripsi ini masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan saran yang bersifat membangun dari

pembaca. Semoga hasil skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Mei 2008

Penulis

Page 7: gizi ibu hamil

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................ i DAFTAR ISI ............................................................................................. ii DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iii DAFTAR TABEL ...................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... v PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 Latar Belakang ................................................................................... 1 Tujuan ................................................................................................ 3 Hipotesa ............................................................................................. 4 Kegunaan ........................................................................................... 4 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5 Kehamilan .......................................................................................... 5 Masalah Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil .............................................. 7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keadaan Ibu hamil ....................... 9 Usia Ibu .......................................................................................... 9 Paritas dan Jarak Kelahiran ........................................................... 9 Pemeriksaan Kehamilan ........................................................................ 10 Kebutuhan Gizi Ibu Hamil serta Pangan Sumber Zat Gizi ................. 10 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Pangan ........................ 14 Pendidikan...................................................................................... 14 Pendapatan ................................................................................... 15 Pengukuran dan Penilaian Konsumsi Pangan .................................... 15 Metode Recall ................................................................................ 15 Metode Frekuensi Makan............................................................... 16 Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Gizi................................................ 17 Status Gizi ........................................................................................... 19 KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................ 21 METODE ................................................................................................. 24 Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 24 Cara Penarikan Contoh ...................................................................... 24 Jenis dan Cara Pengumpulan Data .................................................... 25 Pengolahan dan Analisis Data ........................................................... 26 Definisi Operasional ........................................................................... 32 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 33 Keadaan Umum Daerah Penelitian..................................................... 33 Karakteristik Ibu Hamil......................................................................... 35 Usia Ibu Hamil dan Suami .............................................................. 35 Pendidikan Ibu Hamil dan Suami ................................................... 36 Pekerjaan Ibu Hamil dan Suami ..................................................... 37 Pendapatan .................................................................................... 38 Besar Keluarga............................................................................... 39 Usia Kehamilan .............................................................................. 39 Indeks Massa Tubuh ...................................................................... 40 Pengetahuan Gizi Ibu Hamil................................................................ 40

Page 8: gizi ibu hamil

Sikap Gizi Ibu Hamil ............................................................................ 44 Praktek Gizi Ibu Hamil ......................................................................... 47 Konsumsi dan Tingkat Konsumsi ........................................................ 50 Energi ....................................................................................... 51 Protein ....................................................................................... 52 Zat Besi ....................................................................................... 53 Vitamin A ....................................................................................... 53 Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan Gizi............................... 54 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Sikap dan Praktek Gizi ............ 55 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Tingkat Konsumsi.................... 56 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Gizi.................. 57 Energi ....................................................................................... 57 Protein ....................................................................................... 58 Zat Besi ....................................................................................... 59 Vitamin A ....................................................................................... 59 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 61 Kesimpulan ....................................................................................... 61 Saran ....................................................................................... 63 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 64 LAMPIRAN ............................................................................................. 68

Page 9: gizi ibu hamil

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Kerangka pemikiran pengetahuan, sikap, serta praktek gizi ibu

hamil serta tingkat konsumsi ibu hamil di Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan Ragunan Propinsi DKI Jakarta ............................. 23

2. Cara penarikan contoh ................................................................. 24 3. Persentase ibu hamil yang menjawab benar mengenai

pengetahuan gizi .......................................................................... 44 4. Persentase ibu hamil yang menjawab benar mengenai sikap gizi 47 5. Persentase ibu hamil yang menjawab benar mengenai praktek

gizi ................................................................................................ 50

Page 10: gizi ibu hamil

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Estimasi angka kecukupan energi dan protein ............................. 11

2. Angka kecukupan vitamin dan mineral per hari............................ 12 3. Rekomendasi kenaikan berat badan selama kehamilan

berdasarkan pada IMT sebelum kehamilan.................................. 20 4. Cara pengumpulan data primer .................................................... 25 5. Cara pengkategorian dan analisis variabel penelitian .................. 30

6. Keadaan wilayah Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan Ragunan ....................................................................................... 33

7. Keadaan tenaga kesehatan di Puskesmas Kramat Jati dan Ragunan ....................................................................................... 34

8. Sarana bidang kesehatan di Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan Ragunan ....................................................................................... 34

9. Sarana bidang pendidikan di Kelurahan Kramat Jati dan Ragunan……………………………………………………………….. 35

10. Sebaran ibu hamil dan suami berdasarkan usia .......................... 36 11. Sebaran ibu hamil dan suami berdasarkan pendidikan................ 37 12. Sebaran ibu hamil dan suami berdasarkan pekerjaan ................. 38 13. Sebaran ibu hamil berdasarkan pendapatan per kapita............... 38 14. Sebaran ibu hamil berdasarkan besar keluarga........................... 39 15. Sebaran ibu hamil berdasarkan usia kehamilan........................... 39 16. Sebaran ibu hamil berdasarkan IMT sebelum hamil .................... 40 17. Sebaran ibu hamil berdasarkan tingkat pengetahuan gizi............ 41 18. Sebaran ibu hamil berdasarkan sikap gizi.................................... 45 19. Sebaran ibu hamil berdasarkan praktek gizi ................................ 48 20. Sebaran ibu hamil berdasarkan kategori tingkat konsumsi zat

gizi ............................................................................................. 51 21. Rata-rata konsumsi dan tingkat konsumsi zat gizi ....................... 51

22. Distribusi ibu hamil menurut tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan gizi .......................................................................... 54

23. Distribusi ibu hamil menurut tingkat pengetahuan gizi dan sikap gizi 55 24. Distribusi ibu hamil menurut tingkat pengetahuan gizi dan praktek gizi 56

25. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi gizi ............. 57

Page 11: gizi ibu hamil

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner ..................................................................................... 69 2. Rata-rata konsumsi, AKG, dan tingkat konsumsi zat gizi ............... 73 3. Hasil uji t ......................................................................................... 73 4. Hasil uji korelasi Spearman………………………………………….. 74 5. Hasil uji regresi logistik…………………………………………….. .. 75

Page 12: gizi ibu hamil

PENDAHULUAN

Latar Belakang Pembangunan suatu bangsa pada hakekatnya untuk mewujudkan

kesejahteraan rakyat. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah

peningkatan kualitas manusia. Indikator pengukur tinggi rendahnya kualitas SDM

antara lain Human Development Index (HDI). Indeks kualitas hidup ini ditentukan

berdasarkan umur harapan hidup (life expectancy), pendidikan (adult literacy),

dan pendapatan per kapita (Anonim 2000). Gizi yang baik merupakan salah satu

faktor yang diperlukan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas.

Upaya meningkatkan kualitas SDM seharusnya dimulai sedini mungkin

sejak janin dalam kandungan. Masa kehamilan merupakan periode yang sangat

menentukan kualitas SDM di masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat

ditentukan sejak masa janin dalam kandungan. Bila keadaan kesehatan dan

status gizi ibu hamil baik, maka besar peluang janin yang dikandungnya akan

baik dan keselamatan ibu sewaktu melahirkan akan terjamin.

Ibu hamil adalah salah satu kelompok yang paling rawan terhadap

masalah gizi. Masalah gizi yang dialami ibu hamil sebelum atau selama

kehamilan dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung.

Terhambatnya pertumbuhan janin salah satunya disebabkan oleh gizi ibu yang

buruk, ditandai oleh rendahnya pertambahan berat badan ibu hamil atau berat

badan ibu sebelum hamil. Oleh karena itu, diperlukan persiapan yang baik

sehingga kualitas bayi yang dilahirkan juga baik (Khomsan 2002). Selain

pertambahan berat badan ibu dan janin yang tidak optimal juga bisa terjadi

perdarahan dan komplikasi obstetrik lain (Hardinsyah & Dodik Briawan 2000).

Masalah gizi yang dialami ibu hamil seperti Kurang Energi Kronis (KEK),

anemia, dan kurang yodium. Menurut Jalal dan Sumali (1998), sekitar 41 persen

ibu hamil mengalami KEK, 51 persen mengalami anemia gizi, dan 25 persen

mengalami kekurangan yodium. Pada tahun 2002 prevalensi KEK pada wanita

usia subur (WUS) sebesar 17.6 persen dan prevalensi anemia gizi besi pada ibu

hamil sebesar 40.1 persen (Azwar 2004). Masalah gizi sebagian besar

disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan zat gizi lainnya selama

kehamilan (Krummel & Etherthon 1998 diacu dalam Hardinsyah & Dodik Briawan

2000). Konsumsi makanan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh

langsung terhadap keadaan gizi seseorang.

Page 13: gizi ibu hamil

Masalah dan keadaan yang sering terjadi pada ibu hamil yaitu tidak

menyadari adanya peningkatan kebutuhan gizi selama masa kehamilan, perilaku

gizi yang salah sehingga terjadi ketidakseimbangan antara konsumsi dan

kebutuhan. Selain itu, sebagian ibu hamil takut mengalami kesulitan melahirkan

karena bayi yang dikandung menjadi besar sehingga ibu hamil cenderung

mengurangi konsumsi makanannya. Di beberapa daerah masih terdapat

kebiasaan pantang/tabu makan sesuatu seperti ikan, padahal selama hamil

makanan tersebut merupakan sumber zat gizi yang diperlukan (Depkes 2000).

Konsumsi pangan sebelum dan selama kehamilan berpengaruh terhadap

kesehatan ibu hamil. Ibu hamil yang cukup konsumsi gizi sebelum hamil pada

umumnya kurang mengalami masalah yang berarti selama kehamilan. Konsumsi

gizi yang mencukupi kebutuhan serta diiringi dengan latihan fisik ringan akan

memberi dampak baik bagi ibu hamil (Hardinsyah & Martianto 1992).

Hal ini sejalan dengan Nadesul (2005), makanan sangat penting selama

kehamilan karena makanan dibutuhkan untuk pertumbuhan anak. Kualitas anak

dalam kandungan ditentukan oleh makanan ibunya. Jika makanan ibu kurang,

pertumbuhan anak juga kurang. Jika ibu terlampau banyak makan, anak juga

akan tumbuh terlalu besar dan tidak sehat. Konsumsi ibu selama hamil

sebaiknya lebih banyak dari sebelum hamil, karena bayi yang dikandungnya juga

membutuhkan makanan, namun banyaknya makanan yang dikonsumsi harus

tetap sesuai kebutuhan.

Ibu hamil memerlukan makanan yang bermutu, tidak berlebihan, dan

tidak kekurangan. Makanan yang dikonsumsi ibu hamil sebaiknya tidak hanya

mengikuti selera makan saja, karena selera makan belum tentu sesuai dengan

kebutuhan. Kekurangan gizi bisa terjadi akibat ketidaktahuan. Seseorang yang

mudah akses pangannya memiliki kemungkinan memilih makanan yang kurang

atau tidak bergizi karena faktor ketidaktahuan.

Pemeriksaan kesehatan dan kehamilan juga perlu dilakukan oleh ibu

hamil ke petugas kesehatan setidaknya empat kali selama hamil. Seorang ibu

mempunyai peran yang sangat besar dalam pertumbuhan bayi dan

perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami ibu hamil akan

berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan.

Page 14: gizi ibu hamil

Cakupan kunjungan ibu hamil propinsi DKI Jakarta pada tahun 2005

dalam Depkes (2007) adalah sebesar 227.316. Sebagian besar (90.12%) ibu

hamil sudah mendapatkan layanan K1. K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil

ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan ibu hamil. Lebih

dari separuh (74.63%) ibu hamil mendapatkan pelayanan K4. K4 adalah

pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali

kunjungan (satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan

dua kali pada trimester ketiga).

Berdasarkan SKRT 2001, sebagian besar (76%) ibu hamil mendapatkan

pelayanan pemeriksaan kehamilan 5T (menimbang berat badan, mengukur

tekanan darah, menerima tablet besi, menerima imunisasi TT, dan memeriksa

tinggi fundus uteri). Hanya sebagian kecil (2%) ibu hamil yang tidak

mendapatkan pelayanan 5T.

Menurut Riyadi (2006), peningkatan pendidikan ibu di suatu negara

merupakan komponen penting dalam menurunkan prevalensi kurang gizi di

negara tersebut. Tingkat pengetahuan gizi seseorang akan berpengaruh

terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan. Oleh karena itu,

diperlukan pengetahuan ibu yang baik mengenai gizi dan kesehatan agar

kebutuhan gizi dan kesehatan selama hamil dapat terpenuhi. Berdasarkan hal

tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

pengetahuan, sikap dan praktek gizi serta tingkat konsumsi (energi, protein, zat

besi, dan vitamin A) pada ibu hamil.

Tujuan Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan,

sikap, dan praktek gizi, serta tingkat konsumsi (energi, protein, vitamin A, dan zat

besi) pada ibu hamil. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui karakteristik ibu hamil.

2. Mengetahui pengetahuan, sikap, dan praktek gizi ibu hamil.

3. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan gizi ibu

hamil.

4. Menganalisis hubungan pengetahuan gizi dengan sikap dan praktek gizi

ibu hamil.

5. Menganalisis hubungan antara pengetahuan gizi dengan konsumsi gizi

ibu hamil.

Page 15: gizi ibu hamil

6. Menganalisis pengaruh pendidikan ibu, pendapatan perkapita, besar

keluarga, serta pengetahuan, sikap, dan praktek gizi ibu hamil terhadap

tingkat konsumsi energi, protein, zat besi, dan vitamin A.

Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara

pengetahuan, sikap, dan praktek gizi, serta tidak ada pengaruh pendidikan ibu,

pendapatan, besar keluarga, serta pengetahuan, sikap, dan praktek gizi terhadap

tingkat konsumsi (energi, protein, zat besi, dan vitamin A) pada ibu hamil.

Kegunaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk program

peningkatan pengetahuan dan perbaikan perilaku gizi ibu hamil. Di samping itu

hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan bermanfaat untuk

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta masukan untuk penelitian

selanjutnya.

Page 16: gizi ibu hamil

TINJAUAN PUSTAKA

Kehamilan Kehamilan merupakan masa yang penting karena akan menentukan

kualitas seorang anak. Selama masa kehamilan terjadi perubahan pada tubuh

ibu, baik secara anatomis, fisiologis, maupun biokimia. Salah satu perubahan

tersebut adalah terjadinya pembentukan jaringan-jaringan baru melalui beberapa

tahapan. Jaringan-jaringan yang terbentuk meliputi plasenta, amnion, yolksac

dan chorion. Jaringan tersebut berfungsi sebagai pendukung yang mampu

menjaga kelangsungan hidup janin (Hardinsyah & Martianto 1992).

Kehamilan yang normal terjadi selama 38-40 minggu. Jika dihitung

dengan ukuran hari, maka kehamilan terjadi selama 266 hari atau 38 minggu

setelah ovulasi atau kurang lebih 40 minggu dari akhir hari pertama haid terakhir

atau 9.5 bulan dalam hitungan kalender (Arisman 2004).

Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992), selama kehamilan terjadi dua

proses anabolik. Pertama adalah proses pertumbuhan serta pematangan

plasenta dan janin. Kedua adalah proses penyesuaian fisiologik dan metabolik

yang dialami ibu hamil. Hal tersebut mengakibatkan pembesaran ukuran uterus,

payudara, volume darah ibu, cairan ketuban, dan massa jaringan lemak.

Selama kehamilan terjadi perubahan pada janin dan ibu hamil. Bagi ibu

perubahan yang terpenting adalah peningkatan berat badan ibu sesuai dengan

peningkatan usia kehamilan. Pada saat hamil seorang wanita memerlukan zat

gizi untuk pertumbuhan organ reproduksi ibu maupun untuk pertumbuhan janin.

Jika kebutuhan gizi terpenuhi selama hamil maka akan terjadi peningkatan berat

badan (Hardinsyah & Martianto 1992).

Hal ini sesuai dengan Duhring (1984) diacu dalam Hardinsyah dan

Martianto (1992), pada kehamilan normal, akan terjadi kenaikan berat badan

antara 11-13 kg selama kehamilan. Sebanyak 62% dari pertambahan tersebut

merupakan pertambahan berat badan ibu dan 38% adalah pertambahan berat

badan janin. Ibu yang berat badannya bertambah 12 kg selama hamil,

pertambahan tersebut terdiri dari 1.5 kg plasenta dan cairan membran, 1.0 kg

pertambahan berat uterus, 0.4 kg pertambahan payudara, 1.2 kg pertambahan

volume darah, 1.5 kg cairan ketuban, 2 kg pertambahan jaringan lemak, dan 3.4

kg adalah berat janin. Sebagian massa pertambahan berat badan merupakan

jaringan lemak.

Page 17: gizi ibu hamil

Menurut WHO (1995) diacu dalam Turhayati (2006). ibu yang sehat dan

berstatus gizi baik pertambahan berat badan yang sarankan yaitu 10-14 kg.

Angka ini berbeda dengan pernyataan Depkes (2000) yang menyatakan bahwa

kenaikan berat badan ibu hamil yang normal selama kehamilan adalah 11-12 kg.

Apabila kenaikan berat badan kurang dari 11-12 kg, maka bayi akan lahir dengan

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

Ibu dengan nilai IMT sebelum hamil rendah (kurang dari 19.8) diharapkan

pertambahan berat badan sebesar 12.7-21.8 kg. Sedangkan ibu hamil yang

overweight (IMT 26.1-29.0) diharapkan pertambahan berat badan sebesar 6.8-

11.3 kg. Selain itu, apabila IMT ibu sebelum hamil lebih dari 29.0 (obesitas) maka

dianjurkan pertambahan berat badan hanya 6.8 kg. Namun, secara keseluruhan

pertambahan berat badan ibu hamil sekitar 8.8 kg-13.6 kg. Pada kehamilan

kembar pertambahan berat badan dibatasi sekitar 15.4-20.4 kg. Pertambahan

komponen dalam tubuh ibu terjadi sepanjang trimester kedua sedangkan

pertumbuhan janin dan plasenta serta pertambahan jumlah cairan amnion

berlangsung cepat selama trimester ketiga (Arisman 2004).

Hal ini sejalan dengan Purdyastuti (1995) dalam Notobroto dan Wahyuni

(2003), berat badan bayi dipengaruhi oleh status gizi ibu. Status gizi ibu selama

hamil menjadi salah satu indikator kesehatan ibu hamil dan janin yang

dikandung. Pertambahan berat badan ibu hamil dapat digunakan sebagai alat

untuk memprediksi berat badan lahir bayi. Pertambahan berat badan ibu hamil

merupakan efek dari perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan,

diantaranya perubahan dalam sistem hemodinamika, perkembangan kandungan

dan janin yang dikandung, serta perubahan status gizi ibu. Tidak jarang ibu hamil

dengan pertambahan berat badan yang sedikit melahirkan bayi dengan berat

normal namun ukuran lingkar lengan atas ibu mengalami penurunan.

Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai dengan umur

kehamilan. Pertambahan berat badan yang normal akan menghasilkan anak

yang normal. Menurut Nadesul (2005), jika kenaikan berat badan ibu hamil

kurang dari normal, kemungkinan ibu berisiko keguguran, anak lahir prematur,

berat bayi lahir rendah, gangguan kekuatan rahim mengeluarkan anak,

perdarahan setelah persalinan. Selain itu, anak yang dilahirkan juga berukuran

lebih kecil dari rata-rata bayi seusianya.

Page 18: gizi ibu hamil

Perubahan berat badan ibu pada waktu hamil berpengaruh terhadap

kelangsungan hidup anak. Bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram

memiliki risiko kematian lima sampai sembilan kali lebih tinggi dibanding dengan

bayi yang berat lahirnya 2500 sampai 2999 gram dan 7.13 kali lebih tinggi

dibanding bayi dengan berat lahir 3000 sampai 3999 gram (Puffer 1983 dalam

Notobroto & Wahyuni 2003).

Masalah Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil Peningkatan kebutuhan gizi ibu hamil tidak hanya pada energi dan protein

saja tetapi juga zat gizi lainnya seperti vitamin dan mineral. Kurang gizi selama

hamil dan waktu sebelum hamil berisiko melahirkan bayi dengan berat rendah

(BBLR). Selain itu, kurang gizi dapat menyebabkan kematian bagi ibu maupun

bayi serta gizi kurang pada balita. Proporsi bayi BBLR sekitar 7-14 persen pada

tahun 1990-2000, dari 5 juta bayi lahir pertahun kira-kira 355.000-710.000 bayi

dengan berat lahir rendah (Azwar 2004).

Berdasarkan SDKI (2002-2003) dalam Depkes (2007), telah terjadi

penurunan angka kematian bayi (AKB) yaitu dari 52 per 1000 kelahiran hidup

menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2002. Penyebab kematian bayi

yang terbanyak adalah pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada

janin, kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar

38.85%. Angka kematian ibu (AKI) juga mengalami penurunan menjadi 307 per

1000 kelahiran hidup tahun 2002-2003.

Masalah Kurang Energi Kronis (KEK) pada Wanita Usia Subur (WUS)

sekitar 17.6 persen pada tahun 2002 atau sekitar 11.7 juta WUS berisiko KEK

(Azwar 2004). WUS dikatakan menderita KEK jika ukuran LILA <23.5 dan akan

berisiko melahirkan bayi BBLR. Menurut Depkes (2000), WUS yang menderita

KEK pada saat hamil akan menghambat pertumbuhan janin sehingga akan

menimbulkan risiko BBLR.

Masalah gizi lain yang cukup serius adalah kurang vitamin A dan Anemia

Gizi Besi (AGB). Kebutuhan vitamin A pada saat hamil meningkat sebesar 60

persen. Menurut Almatsier (2003), vitamin A berperan dalam berbagai fungsi faali

tubuh seperti penglihatan, differensiasi sel, fungsi kekebalan, pertumbuhan dan

perkembangan, reproduksi serta pencegah kanker. Vitamin A dibutuhkan semua

ibu hamil, namun tidak boleh berlebihan. Kelebihan vitamin A dapat menimbulkan

cacat bawaan, seperti cacat pada tulang muka dan kepala, otak, jantung, serta

kelenjar leher (Nadesul 2005).

Page 19: gizi ibu hamil

Berdasarkan SKRT 1995 dalam Wirakusumah (1999), prevalensi AGB

pada ibu hamil 50.9 persen. Kemudian prevalensi tersebut menurun menjadi 40.1

persen atau sekitar 2.5 juta ibu hamil (Azwar 2004). Kekurangan zat besi pada

ibu hamil mengakibatkan kerawanan saat melahirkan, perdarahan, berat bayi

rendah, bahkan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan anak. Anemia gizi

besi dapat menyebabkan lesu, cepat lelah, dan tenaga berkurang (Wirakusumah

1999). Hal ini sejalan dengan Suharno, et al (1992), anemia berat selama hamil

dapat meningkatkan risiko kesakitan dan kematian pada ibu hamil dan janin,

anemia ringan juga meningkatkan risiko kelahiran prematur maupun berat bayi

lahir rendah.

Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang diprioritaskan dalam

program suplementasi. Tablet tambah darah diperlukan bagi ibu hamil untuk

memenuhi kebutuhan tubuh akan zat besi. Pada saat hamil terjadi peningkatan

kebutuhan zat besi. Dosis suplemen yang dianjurkan dalam satu hari adalah dua

tablet (satu tablet mengandung 60 mg Fe dan 200μg asam folat). Program

suplementasi ini tidak efektif pada awal kehamilan karena adanya ”morning

sickness”. Selama hamil seharusnya ibu hamil mendapatkan tablet tambah darah

90 butir (Arisman 2004).

Konsumsi tablet tambah darah dapat menimbulkan efek samping yang

mengganggu seperti rasa tidak enak di ulu hati, mual, muntah, diare (terkadang

juga konstipasi), sehingga ibu hamil cenderung menolak tablet yang diberikan.

Selain itu, kurangnya kesadaran akan pentingnya tablet tambah darah untuk

mengatasi masalah anemia gizi besi juga menjadi kendala dalam suplementasi

tablet tambah darah (Wirakusumah 1999).

Imunisasi TT (Tetanus Toksoid) diperlukan untuk menurunkan angka

kesakitan dan kematian bayi akibat tetanus neonatorum. Berdasarkan hasil

penelitian, kasus tetanus neonatorum sebagian besar terjadi pada ibu yang tidak

mendapatkan imunisasi TT. Penyakit tetanus neonatorum disebabkan oleh

Clostridium tetani pada luka puntung tali pusat bayi. Pemberian imunisasi TT dua

kali dengan interval waktu 1-2 bulan pada ibu hamil dapat memberikan

perlindungan pada bayi sewaktu dilahirkan (Syahrul F, Catur A, Zulkarnain E,

Garianto E 2002).

Page 20: gizi ibu hamil

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syahrul F, et al. (2002),

pengetahuan ibu berhubungan dengan status imunisasi TT ibu hamil. Sebagian

responden (50%) dalam penelitian tersebut sudah mengetahui manfaat dari

imunisasi TT yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keadaan Ibu Hamil Usia Ibu Usia seorang ibu berkaitan dengan perkembangan alat-alat

reproduksinya. Usia reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun.

Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun dapat

menyebabkan anemia. Kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun secara

biologis belum optimal, emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang

sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya

perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya.

Sedangkan kehamilan pada usia lebih dari 35 tahun terkait dengan kemunduran

dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit (Wibowo & Basuki

2006).

Hasil penelitian Turhayati (2006) menunjukkan bahwa ibu hamil dengan

usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun cenderung melahirkan bayi

dengan berat yang lebih rendah dibandingkan ibu yang berusia 20-35 tahun. Ibu

hamil dengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun memiliki risiko

1.4 dan 1.8 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR daripada ibu hamil dengan

usia 20-34 tahun (Nguyen 2003 diacu dalam Turhayati 2006).

Paritas dan Jarak Kelahiran Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik

lahir hidup ataupun lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai

risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak

memperhatikan kebutuhan gizi karena selama hamil zat-zat gizi akan terbagi

untuk ibu dan untuk janin yang dikandungnya (Wibowo & Basuki 2006).

Jarak kelahiran adalah waktu sejak ibu hamil sampai terjadi kelahiran

berikutnya. Jarak kelahiran yang terlalu dekat bisa menyebabkan anemia. Hal ini

disebabkan belum pulihnya kondisi ibu dan pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi

belum optimal sudah harus memenuhi kebutuhan gizi janin yang dikandung.

Jarak kelahiran kurang dari 2 tahun berisiko lebih besar untuk menderita anemia

(Wibowo & Basuki 2006).

Page 21: gizi ibu hamil

Menurut Suharno et al. (1992), jarak kelahiran yang dekat dan sering

melahirkan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi cadangan zat besi

pada ibu hamil selain konsumsi dan absorpsi zat besi yang rendah. Apabila

konsumsi gizi ibu hamil kurang dari yang dibutuhkan, maka cadangan zat gizi di

dalam tubuh ibu akan digunakan untuk menutupi kekurangan tersebut. Jika

kehamilan berikutnya berdekatan dengan kehamilan sebelumnya, maka ibu tidak

mempunyai cukup waktu untuk mengembalikan cadangannya dan akan

berpotensi menyebabkan terjadinya gizi kurang.

Pemeriksaan Kehamilan Pemeriksaan kehamilan diperlukan untuk mengetahui faktor risiko selama

kehamilan. Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan bagi ibu hamil

dan janinnya oleh tenaga kesehatan profesional, meliputi pemeriksaan kehamilan

sesuai dengan standar pelayanan yaitu minimal empat kali pemeriksaan selama

kehamilan, satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan

dua kali pada trimester ketiga (Amirudin & Wahyudin 2004). Pelayanan

kesehatan pada ibu hamil meliputi penimbangan berat badan, pengukuran tinggi

badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran tinggi fundus, imunisasi Tetanus

Toksoid (TT), dan pemberian tablet besi.

Menurut Forste (1994) dalam Wibowo dan Basuki (2006), perawatan

kehamilan menurunkan risiko kematian bayi dalam dua tahun pertama.

Perawatan kehamilan oleh dokter akan menurunkan 1.2 kali risiko kematian bayi

dibanding dengan yang tidak pernah perawatan antenatal.

Kebutuhan Gizi Ibu Hamil serta Pangan Sumber Zat Gizi Peningkatan kebutuhan gizi terjadi selama kehamilan. Hal ini merupakan

akibat dari proses anabolik di dalam tubuh ibu hamil. Peningkatan kebutuhan ini

digunakan untuk pembentukan sel-sel dan jaringan-jaringan baru, serta untuk

memenuhi energi pertumbuhan dan aktivitas bagi ibu maupun energi

pertumbuhan untuk janin yang dikandungnya (Hardinsyah & Martianto 1992).

Menurut Harper, Deaton, dan Driskel (1986), makanan yang mencukupi

zat gizi adalah makanan yang mencukupi kebutuhan semua zat gizi yang

diperlukan tubuh. Walaupun semua zat gizi dibutuhkan oleh tubuh, jumlah yang

diperlukan berbeda-beda tergantung pada tahap perkembangannya.

Hal ini sejalan dengan Nadesul (2005), ibu hamil perlu mengkonsumsi

menu seimbang yaitu menu yang lengkap dan sesuai kebutuhan tubuh. Tidak

hanya cukup energi dan protein saja tetapi juga zat gizi lainnya. Makanan ibu

Page 22: gizi ibu hamil

hamil sebaiknya terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur, buah, dan susu. Selain itu,

dengan meningkatnya kebutuhan gizi selama hamil maka sebaiknya porsi makan

saat hamil lebih banyak dibandingkan dengan sebelum hamil.

Menurut Khomsan dan Sulaeman (1996) Angka Kecukupan Gizi rata-rata

yang dianjurkan (AKG) adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi

hampir semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan

jenis aktivitas yang dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Muhilal dan Hardinsyah (2004)

bahwa AKG adalah nilai yang menyatakan jumlah zat gizi yang diperlukan oleh

tubuh untuk dapat hidup sehat dan dapat diterapkan bagi hampir semua populasi

yang dibedakan berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, dan kondisi fisilogis

tertentu seperti kehamilan dan menyusui.

Menurut Hardinsyah dan Tambunan (2004), tambahan energi yang

dianjurkan untuk ibu hamil trimester 1 adalah sebesar 180 Kal/hari sedangkan

pada trimester 2 dan 3 tambahan kalori yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah

sebesar 300 Kal/hari. Angka kecupan energi (AKE) adalah sebesar 2000 Kal/hari

dan angka kecukupan protein sebesar 52 g/hari. Tabel 1 merupakan estimasi

angka kecukupan energi dan protein ibu hamil. Tabel 1 Estimasi angka kecukupan energi dan protein

Umur Berat (kg) Tinggi (cm) AKE (Kal/hari) AKP (g/hari) 19-29 th 52 156 1900 50 Wanita 30-49 th 55 156 1800 50 Trimester 1 +180 +17 Trimester 2 +300 +17

Hamil

Trimester 3 +300 +17 Sumber : Widyakarya Pangan dan Gizi VIII (2004)

Kebutuhan energi pada trimester 1 meningkat secara minimal. Pada

trimester 2 dan 3 kebutuhan akan terus meningkat sampai pada akhir kehamilan.

Energi tambahan pada trimester 2 diperlukan untuk pertambahan komponen

dalam tubuh ibu, seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan

payudara, serta penumpukan lemak. Sedangkan, energi tambahan pada

trimester 3 digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta (Arisman 2004).

Ibu hamil membutuhkan protein lebih banyak dari biasanya, minimal

60g/hari. Protein penting untuk pertumbuhan anak. Hampir 70 persen protein

dipakai untuk kebutuhan janin. Protein digunakan untuk membangun badan anak

dari sebesar sel sampai menjadi tubuh seberat 3.5 kg. Protein juga digunakan

untuk membuat ari-ari serta pembuatan cairan ketuban. Ari-ari berfungsi untuk

menunjang, memelihara, dan menyalurkan makanan bagi anak sedangkan

Page 23: gizi ibu hamil

cairan ketuban sebagai tempat berlindung janin. Selain itu, protein juga

digunakan untuk menambah jaringan tubuh ibu (Nadesul 2005).

Pangan sumber energi adalah pangan sumber lemak, karbohidrat, dan

protein. Pangan sumber energi yang tinggi lemak antara lain lemak/gajih dan

minyak, buah berlemak (alpukat), biji berminyak (biji wijen, bunga matahari, dan

kemiri), santan, coklat, kacang-kacangan dengan kadar air rendah (kacang tanah

dan kacang kedele), dan aneka pangan produk turunannya. Pangan sumber

energi yang tinggi karbohidrat antara lain beras, oat, jagung, serealia lainnya,

umbi-umbian, tepung, gula, madu, buah dengan kadar air rendah (pisang, kurma,

dan lain-lain), dan aneka produk turunannya. Pangan sumber energi yang tinggi

protein antara lain daging, ikan, telur, susu, dan aneka produk turunannya

(Hardinsyah & Tambunan 2004).

Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik dalam

jumlah maupun mutu. Sumber protein hewani adalah telur, susu, daging,

unggas, ikan, dan kerang. Sedangkan sumber protein nabati adalah kacang

kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan tahu, serta kacang-kacangan lain

(Almatsier 2003). Menurut Hardinsyah dan Tambunan (2004), untuk memperoleh

mutu protein dan mutu zat gizi mikro yang lebih baik, paling tidak seperlima

(20%) kebutuhan protein dipenuhi dari protein hewani.

Peningkatan kebutuhan gizi ibu hamil tidak hanya pada energi dan protein

saja tetapi juga zat gizi lainnya seperti vitamin dan mineral. Apabila ibu hamil

kekurangan vitamin maupun mineral maka pembentukan sel-sel tubuh anak akan

terhambat. Anak yang dilahirkan bisa kurang darah, cacat bawaan, kelainan

bentuk, atau ibu akan mengalami keguguran (Nadesul 2005). Angka kecukupan

vitamin dan mineral dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Angka kecukupan vitamin dan mineral per hari

Zat gizi wanita Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Vitamin A (µg RE) 500 +300 +300 +300 Tiamin (mg) 1 +0.3 +0.3 +0.3 Riboflavin (mg) 1.1 +0.3 +0.3 +0.3 Niasin (mg) 14 +4 +4 +4 Asam folat (µg) 400 +200 +200 +200 Piridoksin (mg) 1.3 +0.4 +0.4 +0.4 Vitamin B12 (µg) 2.4 +0.2 +0.2 +0.2 Vitamin C (mg) 75 +10 +10 +10 Besi (mg) 26 +0 +9 +13 Kalsium (mg) 800 +150 +150 +150 Yodium (µg) 150 +50 +50 +50 Seng (mg) 9.3 +1.7 +4.2 +10.2 Sumber : Widyakarya Pangan dan Gizi VIII (2004)

Page 24: gizi ibu hamil

Bahan makanan sumber vitamin A adalah kuning telur, hati, mentega,

susu. Selain itu, sayuran hijau dan buah-buahan berwarna kuning, seperti daun

singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel,

tomat, jagung kuning, papaya, mangga, nangka masak, dan jeruk, juga banyak

mengandung vitamin A (Almatsier 2003).

Menurut Nadesul (2005), ibu hamil yang kekurangan vitamin C cenderung

mengalami ketuban pecah dini. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya infeksi di

dalam kandungan dan akan membahayakan anak. Vitamin C hanya terdapat di

dalam pangan nabati yaitu buah dan sayur. Jambu biji memiliki kandungan

vitamin C yang lebih tinggi dibandingkan dengan durian, jeruk, maupun pepaya

(Daftar Analisis Bahan Makanan 1992 diacu dalam Almatsier 2003).

Kalsium berfungsi untuk pembentukan tulang dan gigi. Menurut Nadesul

(2005), ibu yang sedang hamil cenderung kekurangan kalsium. Akibat

kekurangan kalsium maka anak yang dikandung menderita kelainan tulang dan

gigi. Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil susu, seperti keju. Serealia,

kacang-kacangan dan hasilnya, tahu dan tempe, serta sayuran hijau merupakan

sumber kalsium yang baik juga, namun bahan makanan ini mengandung banyak

zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti serat, fitat, dan oksalat.

Kebutuhan kalsium akan terpenuhi bila makan makanan yang seimbang setiap

hari (Almatsier 2003).

Kebutuhan zat besi ibu hamil meningkat pada kehamilan trimester 2 dan

trimester 3. Pada masa tersebut dibutuhkan tambahan tablet besi meskipun

makanan yang dikonsumsi sudah banyak mengandung zat besi dan tinggi

bioavailibilitasnya (Nadesul 2005). Hal senada juga diungkapkan oleh Arisman

(2004) semakin bertambah usia kehamilan maka zat besi yang dibutuhkan

semakin banyak.

Menurut Wirakusumah (1999), kebutuhan besi pada trimester pertama

lebih rendah dari waktu sebelum hamil. Hal ini terjadi karena ibu hamil tidak

mengalami menstruasi dan janin yang dikandung belum membutuhkan banyak

zat besi. Menjelang trimester kedua kebutuhan zat besi mulai meningkat. Pada

saat ini terjadi pertambahan sel-sel darah merah yang akan terus berlanjut

sampai trimester ketiga. Pangan sumber zat besi adalah makanan hewani seperti

hati, daging, ayam dan ikan, telur, serealia, kacang-kacangan, sayuran hijau dan

beberapa jenis buah (Almatsier 2003).

Page 25: gizi ibu hamil

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang

dikonsumsi oleh seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu.

Konsumsi pangan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil baik sebelum masa

kehamilan maupun selama masa kehamilan. Jika konsumsi pangan cukup

sebelum hamil, maka kemungkinan besar ibu hamil tidak akan mengalami

gangguan kehamilan (Hardinsyah & Martianto 1992).

Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan

zat gizi (Harper et al. 1986). Menurut Muhilal et al. (1993) mengemukakan bahwa

konsumsi pangan yang kurang maupun lebih dari kecukupan yang diperlukan,

apabila dialami dalam jangka waktu yang lama, akan berdampak buruk pada

kesehatan.

Pendidikan Tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat konsumsi pangan

seseorang dalam memilih bahan pangan demi memenuhi kebutuhan hidupnya.

Orang yang memiliki pendidikan tinggi cenderung memilih bahan pangan yang

lebih baik dalam kuantitas maupun kualitas dibanding dengan orang yang

berpendidikan rendah (Hardinsyah 1985).

Tingkat pendidikan yang tinggi terutama yang berkaitan dengan

pengetahuan gizi yang tinggi tentang informasi gizi dan kesehatan akan

mendorong perilaku makan yang baik (Sediaoetama 1991). Walaupun tingkat

pendidikannya cukup tinggi tetapi tidak disertai dengan pengetahuan gizi, maka

tidak akan berpengaruh terhadap pemilihan pangan.

Salah satu faktor yang menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap

dan memahami pengetahuan gizi yang diperoleh adalah faktor pendidikan.

Menurut Soekirman (1994), peningkatan pendidikan diharapkan terjadi perbaikan

pengetahuan masyarakat tentang gizi dan kesehatan, sehingga dapat

menimbulkan perilaku dan sikap positif terhadap kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi serta ekonomi.

Hal ini sejalan dengan Atmarita dan Fallah (2004), yang menyatakan

bahwa perubahan sikap dan perilaku sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.

Dengan pendidikan yang lebih tinggi maka akan lebih mudah menyerap informasi

dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup, khususnya dalam

hal kesehatan dan gizi.

Page 26: gizi ibu hamil

Pendapatan

Pendapatan merupakan sumberdaya material bagi seseorang untuk

membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan yang diperoleh akan

menggambarkan besarnya daya beli.

Menurut Harper et al. (1986) pada umumnya jika pendapatan naik, maka

jumlah dan jenis pangan akan membaik. Sedangkan menurut Suhardjo (1989)

bahwa keluarga yang berpengahasilan rendah menggunakan sebagian besar

dari keuangannya untuk pangan dan sebaliknya keluarga yang berpenghasilan

tinggi akan menurunkan pengeluaran untuk pangan. Keluarga yang

berpenghasilan rendah akan rendah pula jumlah uang yang dibelanjakan untuk

pangan. Bila penghasilan menjadi semakin baik, maka jumlah uang yang dipakai

untuk membeli makanan dan bahan makanan juga akan meningkat sampai

tingkat tertentu dimana uang tidak dapat bertambah secara berarti.

Pengukuran dan Penilaian Konsumsi Pangan Pengukuran konsumsi pangan adalah salah satu metode yang digunakan

dalam penentuan status gizi seseorang atau masyarakat secara tidak langsung.

Pengukuran konsumsi pangan menghasilkan dua jenis data konsumsi, yaitu

bersifat kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif dapat diketahui frekuensi

makan, kebiasaan makan, serta cara memperoleh makanan tersebut. Metode

yang digunakan adalah food frequency dan dietary history. Sedangkan secara

kuantitatif dapat diketahui jumlah makanan yang dikonsumsi dan konsumsi zat

gizi. Metode yang digunakan adalah recall 24 jam, perkiraan makanan,

penimbangan makanan, food account, inventaris, maupun pencatatan

(Supariasa, Bakri, & Fajar 2001).

Metode Recall 24 jam

Metode recall 24 jam digunakan untuk memperkirakan jumlah makanan

dan minuman yang dikonsumsi seseorang selama sehari sebelum wawancara

dilakukan. Data yang diperoleh dari metode ini lebih bersifat kualitatif sehingga

apabila ingin memperoleh data kuantitatif maka jumlah konsumsi makanan

dinyatakan dengan Ukuran Rumah Tangga (URT). Menurut Supariasa et al.

(2001) metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, yaitu:

Kelebihan metode recall 24 jam:

1. Mudah dilaksanakan.

2. Biaya relatif murah karena tidak perlu tempat khusus untuk wawancara.

3. Cepat dan dapat mencakup banyak responden.

Page 27: gizi ibu hamil

4. Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.

5. Memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu.

Kekurangan metode recall 24 jam:

1. Bila hanya dilakukan satu hari, tidak dapat menggambarkan intake makanan

sehari-hari.

2. Ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden.

3. Ada kecenderungan untuk mengurangi atau menambahkan makanan yang

dikonsumsi.

4. Membutuhkan enumerator yang terlatih dan terampil dalam menggunakan

alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai masyarakat.

5. Responden harus diberi motivasi dan tujuan penelitian.

6. Untuk mendapatkan gambaran konsumsi sehari-hari, sebaiknya tidak

dilakukan pada saat panen, hari raya, akhir pekan, saat upacara keagamaan,

selamatan, dan lain-lain

Metode Frekuensi Makan (Food Frequency Questionnaire)

Metode food frequency questionnaire dikenal sebagai frekuensi pangan,

sehingga pola konsumsi pangan seseorang dapat diketahui. Menurut Supariasa

et al. (2001), metode ini adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi

konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu.

Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, yaitu:

Kelebihan metode frekuensi makanan:

1. Relatif murah dan sederhana

2. Dapat dilakukan sendiri oleh responden

3. Tidak membutuhkan latihan khusus

4. Dapat membantu untuk menjelaskan hubungan antara penyakit dan

kebiasaan makan

Kekurangan metode frekuensi makanan:

1. Tidak dapat digunakan untuk menghitung intake zat gizi sehari

2. Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data

3. Perlu membuat percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis bahan

makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner

4. Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi

Page 28: gizi ibu hamil

Menurut Hardinsyah dan Briawan (1994), penilaian konsumsi pangan

adalah perbandingan antara kandungan gizi makanan yang dikonsumsi

seseorang atau sekelompok orang dengan angka kecukupannya. Prinsip dari

penilaian konsumsi pangan berdasarkan pada tiga jenis data, yaitu data

konsumsi pangan, data kandungan zat gizi bahan makanan, dan data kecukupan

gizi. Penilaian terhadap kandungan gizi dari beragam pangan merupakan jumlah

dari masing-masing zat gizi pangan komponennya.

Pengumpulan data konsumsi pangan sebaiknya dicatat dalam bentuk

pangan olahannya. Hal ini terkait dengan hilangnya beberapa zat gizi akibat cara

pengolahan. Zat gizi yang rawan terhadap cara pengolahan dan perlu dikoreksi

terutama vitamin A, vitamin B1, vitamin C, dan mineral Fe. Penilaian untuk

mengetahui tingkat konsumsi gizi dilakukan dengan membandingkan antara

konsumsi gizi aktual dengan kecukupan gizi yang dinyatakan dalam persen.

Secara umum tingkat konsumsi gizi dirumuskan sebagai berikut (Hardinsyah &

Briawan 1994):

TKGi = (Ki/AKGi) x 100 %

Keterangan:

TKGi = Tingkat konsumsi zat gizi i (%)

Ki = Konsumsi zat gizi i

AKGi = Kecukupan zat gizi i yang dianjurkan

Data kandungan zat gizi bahan makanan dapat dilihat di dalam daftar

komposisi zat gizi makanan. Daftar komposisi zat gizi makanan mempunyai

kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah dapat digunakan sebagai alat

untuk mengubah data konsumsi makanan menjadi konsumsi gizi atau

sebaliknya. Kekurangan daftar komposisi zat gizi yang ada sekarang adalah tidak

tercantumnya semua zat gizi secara lengkap yang diperlukan untuk menetapkan

Angka Kecukupan Gizi (AKG) dan pelabelan makanan yang dikemas misalnya

selenium dan asam folat (Hermana 2004).

Pengetahuan, Sikap, Praktek Gizi Kesehatan tubuh belum terjamin hanya dengan mengkonsumsi makanan

yang berkualitas baik. Tanpa mengetahui jumlah dan jenis bahan makanan yang

baik dikonsumsi untuk kesehatan mustahil kesehatan tubuh dapat terjaga

dengan baik. Untuk mengetahui hal itu dapat dilakukan dengan meningkatkan

pengetahuan gizi.

Page 29: gizi ibu hamil

Tingkat pengetahuan gizi berhubungan dengan tingkat pendidikan formal.

Semakin tinggi tingkat pendidikan formal, semakin luas wawasan berpikir

seseorang, sehingga lebih banyak informasi yang diserap. Namun, bukan berarti

seseorang yang memiliki tingkat pendidikan formal yang rendah kurang mampu

menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi, jika dibandingkan dengan

orang lain dengan pendidikan lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh beberapa

faktor, misalnya sumber informasi yang digunakan, sehingga mempengaruhi

pengetahuan gizinya.

Suhardjo (1989) menyatakan bahwa pengetahuan yang baik dapat

menghindarkan seseorang dari konsumsi pangan yang salah. Pengetahuan gizi

dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun informal. Selain itu, melalui

media komunikasi seperti televisi, majalah, koran, radio, atau melalui penyuluhan

kesehatan/gizi, masyarakat dapat memperoleh pengetahuan tentang gizi.

Keterbatasan informasi dan tingkat pengetahuan gizi seseorang dapat

menyebabkan tujuan akhir dalam membeli dan mengkonsumsi pangan berubah

menjadi asal kenyang.

Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang akan cenderung memilih

makanan yang murah dengan nilai gizi yang lebih tinggi sesuai dengan jenis

pangan yang tersedia dan kebiasaan makan sejak kecil, sehingga kebutuhan zat

gizinya terpenuhi. Hal ini sesuai dengan Sanjur (1982) yang menyebutkan bahwa

pengetahuan gizi menentukan atau membentuk praktek secara langsung.

Masalah gizi timbul karena tidak cukupnya pengetahuan gizi dan

kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang baik (Williams 1973). Hasil

penelitian Hunt, et al. (1976) menunjukkan bahwa program pendidikan gizi

selama tiga hari secara signifikan dapat meningkatkan konsumsi gizi pada wanita

hamil dari kelompok pendapatan rendah.

Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan

pelaksana motif tertentu (Newcomb diacu dalam Notoatmojo 2007). Sikap belum

merupakan suatu tindakan. Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup dari

seseorang terhadap stimulus atau objek. Untuk mewujudkan sikap menjadi

perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan seperti fasilitas (Notoatmojo 2007).

Page 30: gizi ibu hamil

Menurut Khomsan (1997), sikap gizi merupakan tahapan lebih lanjut dari

pengetahuan gizi. Seseorang yang berpengetahuan gizi baik akan

mengembangkan sikap gizi yang baik. Pembentukan sikap gizi akan lebih

banyak dipengaruhi oleh kebiasaan/sosial budaya yang ada di masyarakat.

Praktek atau perilaku merupakan suatu respon seseorang terhadap

stimulus atau objek tertentu. Perilaku gizi dicerminkan oleh tindakan-tindakan

berkaitan dengan upaya peningkatan status gizi, pemenuhan kebutuhan gizi.

Status Gizi Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau

kelompok orang yang diakibatkan konsumsi penyerapan, dan pengunaan zat gizi

makanan. Status gizi seseorang dapat ditentukan dengan menggunakan Indeks

Massa Tubuh (IMT). Keadan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang

dikonsumsinya dalam jangka waktu cukup lama. Status gizi seseorang dapat

berupa gizi kurang atau lebih dengan tingkatan ringan, sedang, dan berat

(Riyadi, 2001).

Status gizi ibu sebelum dan selama hamil sangat mempengaruhi

pertumbuhan janin dalam kandungannya. Apabila status gizi ibu buruk sebelum

dan selama kehamilan akan menyebabkan beberapa akibat yang fatal bagi bayi.

Akibatnya antara lain BBLR, terhambatnya pertumbuhan otak janin, anemia pada

bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terinfeksi, abortus dan lain-lain (Supariasa

et al. 2001).

Menurut Riyadi (2006), status gizi seseorang dipengaruhi oleh faktor

langsung maupun faktor tidak langsung. Faktor langsung meliputi konsumsi

makanan dan keadaan kesehatan. Sedangkan faktor tidak langsung yang

mempengaruhi status gizi adalah faktor pertanian, ekonomi, sosial budaya, dan

lingkungan. Secara tidak langsung pengetahuan tentang gizi berpengaruh

terhadap status gizi seseorang.

Ada berbagai cara untuk menilai status gizi, yaitu konsumsi makanan,

antropometri, biokimia, dan klinis. Cara penilaian status gizi tersebut dapat

digunakan secara tunggal (satu indikator saja) tetapi akan lebih efektif jika

digunakan secara gabungan/lebih dari satu indikator (Riyadi 2001).

Page 31: gizi ibu hamil

Antropometri digunakan untuk pengukuran status gizi dan kesehatan.

Indikator lain yang digunakan dalam pengukuran antropometri adalah Indeks

Massa Tubuh (IMT). Menurut Depkes RI (1996) dalam Riyadi (2001), IMT

merupakan cara sederhana untuk memantau kekurangan dan kelebihan berat

badan ataupun untuk mempertahankan berat badan normal. Indeks Massa

Tubuh merupakan parameter turunan dari berat badan dan tinggi badan kuadrat.

Pada ibu hamil status gizi bisa dilihat dari kenaikan BB selama kehamilan

berdasarkan pada IMT sebelum hamil.

IMT (kg/m2) = Berat Badan (kg)

Tinggi Badan (m2)

Tabel 3 Rekomendasi kenaikan berat badan selama kehamilan berdasarkan pada IMT

sebelum kehamilan

Kategori BB terhadap TB Rekomendasi kenaikan BB total dalam kg

Rekomendasi kenaikan BB setiap minggu selama

trimester 2 dan 3 dalam kg Rendah (IMT <19.8) 12.5-18.0 0.5

Normal (IMT 19.8-26) 11.5-16.0 0.4 Tinggi (IMT >26- 29) 7.0-11.5 0.3

Obesitas (IMT >29) >6.8 Ditentukan pada setiap individu

Sumber: Institute of Medicine (1990)

Page 32: gizi ibu hamil

KERANGKA PEMIKIRAN

Ibu hamil adalah salah satu kelompok yang paling rawan terhadap

masalah gizi. Masalah gizi yang dialami ibu hamil sebelum atau selama

kehamilan dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung.

Terhambatnya pertumbuhan janin salah satunya disebabkan oleh gizi ibu yang

buruk. Hal ini ditandai dengan rendahnya pertambahan berat badan ibu hamil

atau berat badan ibu sebelum hamil. Oleh karena itu, diperlukan persiapan yang

baik sehingga kualitas bayi yang dilahirkan juga baik (Khomsan 2002).

Status gizi ibu selama hamil menjadi salah satu indikator kesehatan ibu

hamil dan janin yang dikandung. Secara tidak langsung pengetahuan gizi

mempengaruhi status gizi. Kesehatan tubuh belum terjamin hanya dengan

mengkonsumsi makanan yang berkualitas baik.

Terjadi peningkatan kebutuhan zat-zat gizi pada saat hamil. Menurut

Nadesul (2005), ibu hamil perlu mengkonsumsi menu seimbang yaitu menu yang

lengkap dan sesuai kebutuhan tubuh. Tidak hanya cukup energi dan protein saja

tetapi juga zat gizi lainnya. Menu makanan ibu hamil sebaiknya terdiri dari nasi,

lauk-pauk, sayur, buah, dan susu. Selain itu, dengan meningkatnya kebutuhan

gizi selama hamil maka sebaiknya porsi makan saat hamil lebih banyak

dibandingkan dengan sebelum hamil.

Kesehatan tubuh belum terjamin hanya dengan mengkonsumsi makanan

yang berkualitas baik. Tanpa mengetahui jumlah dan jenis bahan makanan yang

baik dikonsumsi untuk kesehatan tidak mungkin kesehatan tubuh dapat terjaga

dengan baik. Untuk mengetahui hal itu dapat dilakukan dengan meningkatkan

pengetahuan gizi. Tingkat pendidikan ibu dapat menentukan pengetahuan, sikap,

dan praktek dalam menentukan makanan yang dikonsumsi keluarga dan secara

langsung mempengaruhi konsumsi gizi ibu hamil.

Menurut Khomsan (1997), sikap gizi merupakan tahapan lebih lanjut dari

pengetahuan gizi. Seseorang yang berpengetahuan gizi baik akan

mengembangkan sikap gizi yang baik. Pembentukan sikap gizi akan lebih

banyak dipengaruhi oleh kebiasaan/sosial budaya yang ada di masyarakat.

Praktek atau perilaku merupakan suatu respon seseorang terhadap

stimulus atau objek tertentu. Perilaku gizi dicerminkan oleh tindakan-tindakan

berkaitan dengan upaya peningkatan status gizi, pemenuhan kebutuhan gizi.

Page 33: gizi ibu hamil

Karakteristik ibu hamil secara tidak langsung mempengaruhi konsumsi

gizi yang akan berpengaruh pada tingkat konsumsi gizi ibu hamil yang ditentukan

berdasarkan perbandingan antara konsumsi gizi dengan angka kecukupan gizi

yang dianjurkan (AKG). Pendidikan yang rendah berpengaruh pada pekerjaan

dan pendapatan keluarga, sedangkan pendapatan keluarga terkait dengan daya

beli keluarga terhadap pangan yang dapat menentukan kualitas dan kuantitas

makanan yang suatu keluarga. Peningkatan pendapatan diharapkan

berpengaruh pada perbaikan konsumsi gizi keluarga dan selanjutnya

berhubungan dengan konsumsi gizi ibu hamil. Besar keluarga merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi konsumsi gizi keluarga. Jika anggota keluarga

bertambah maka pangan untuk ibu hamil akan berkurang dan akan berdampak

pada konsumsi gizinya. Selain itu, karakteristik ibu hamil seperti usia kehamilan,

usia ibu hamil, dan IMT ibu sebelum hamil akan mempengaruhi AKG.

Page 34: gizi ibu hamil

Karakteristik ibu hamil:

• Usia • Pendidikan • Besar keluarga • Pekerjaan • Pendapatan per kapita • Usia kehamilan

IMT sebelum hamil

Pengetahuan gizi

Media informasi

Sikap gizi

Akses pelayanan kesehatan

Praktek gizi

Tingkat konsumsi gizi (energi, protein, zat besi , vitamin A)

Status gizi Status

kesehatan

Keterangan :

= variabel yang diteliti

= variabel yang tidak diteliti

= hubungan yang diteliti

= hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran pengetahuan, sikap, dan praktek gizi serta

tingkat konsumsi ibu hamil di Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan

Ragunan Propinsi DKI Jakarta

Page 35: gizi ibu hamil

METODE

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Lokasi

penelitian dilakukan di Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan Ragunan. Pemilihan

lokasi berdasarkan program bubuk tabur multivitamin untuk ibu hamil. Pemilihan

lokasi di wilayah tersebut dilakukan dengan purposive karena di daerah tersebut

masih banyak penduduk miskin dan jumlah ibu hamil yang cukup banyak.

Penelitian dilakukan dari bulan November 2007 sampai Januari 2008.

Cara Penarikan Contoh Contoh penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang tinggal di Kelurahan

Kramat Jati dan Kelurahan Ragunan dan merupakan baseline pada kajian uji

penerimaan bubuk tabur multivitamin untuk ibu hamil yang dilakukan oleh Dinas

Kesehatan Propinsi DKI Jakarta dan Departemen Gizi Masyarakat IPB. Jumlah

ibu hamil di kelurahan Kramat Jati sebanyak 150 orang dan jumlah ibu hamil

yang terdapat di Kelurahan Ragunan sebanyak 224 orang. Contoh penelitian ini

diambil secara purposive dengan kriteria 1) bukan kehamilan pertama, 2) usia

kehamilan antara 8-28 minggu, 3) bersedia diwawancarai. Data ibu hamil

didapatkan di puskesmas serta sensus bersama kader posyandu. Jumlah contoh

yang terpilih adalah semua ibu hamil yang memenuhi kriteria yang ditentukan.

Jumlah yang terpilih adalah 100 ibu hamil yang terdiri dari Kelurahan Kramat Jati

50 contoh dan Ragunan 50 contoh.

Penentuan ukuran contoh dengan menggunakan prevalensi (p) anemia

40 persen, level of confidence (α) 0.05, dan toleransi estimasi (d) 10 persen.

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan jumlah contoh masing-masing wilayah

minimal 48 orang, namun pada penelitian ini diambil contoh sebanyak 50 orang

dari masing-masing wilayah. Rumus : n ≥ p x (1-p)x Z

(d)2

Ragunan (n=224)

Kramat Jati (n= 150)

Kriteria : Bukan kehamilan pertama, n=31 n=34 Usia kehamilan 12-24 minggu

Kriteria : Bukan kehamilan pertama,

Usia kehamilan 8-28 minggu n=50 n=50

Gambar 2 Cara penarikan contoh

Page 36: gizi ibu hamil

Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer

meliputi karakteristik ibu hamil, pengetahuan gizi ibu hamil, sikap gizi ibu hamil,

dan praktek gizi ibu hamil, serta konsumsi pangan dengan metode semikuantitatif

food frequency questionnaire. Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan

adalah data tentang gambaran umum lokasi penelitian. Pengumpulan data

primer melalui wawancara secara langsung dengan menggunakan kuesioner.

Data sekunder diperoleh dari puskesmas, kelurahan, serta dinas terkait.

Data berat badan ibu sebelum hamil diperoleh melalui KMS atau recall.

Pengetahuan gizi ibu hamil meliputi makanan sehat bagi ibu hamil, porsi makan

ibu hamil, penyebab dan gejala terjadinya anemia, contoh makanan sumber zat

gizi, dampak kekurangan zat besi selama kehamilan, pertambahan berat badan

selama kehamilan, jarak kelahiran, risiko bayi lahir tidak cukup bulan, minimal

berat badan bayi lahir yang sehat, serta perawatan payudara. Sikap gizi ibu

pernyataan tentang makanan sehat bagi ibu hamil, suplemen gizi, tablet tambah

darah, pertambahan berat badan, pemeriksaan kehamilan, usia kehamilan,

imunisasi TT. Praktek gizi ibu hamil meliputi komposisi makanan ibu hamil, susu

ibu hamil, kebiasaan sarapan, pemeriksaan kehamilan, pemantauan

pertambahan berat badan, imunisasi TT, dan perawatan payudara. Tabel 4 Cara pengumpulan data primer

No Kelompok Data

Variabel Cara Pengumpulan Data

Alat

1. Karakteristik ibu hamil

1. Usia (ibu dan suami) 2. Pendidikan (ibu dan

suami) 3. Pekerjaan(ibu dan

suami) 4. Penghasilan 5. Besar keluarga 6. Usia kehamilan 7. BB sebelum hamil 8. TB

1. Wawancara 2. Wawancara 3. Wawancara 4. Wawancara 5. Wawancara 6. Wawancara 7. Wawancara 8. Wawancara

1. Kuesioner 2. Kuesioner 3. Kuesioner 4. Kuesioner 5. Kuesioner 6. Kuesioner 7. Kuesioner 8. Kuesioner

2. Pengetahuan gizi

1. Makanan sehat 2. Porsi makan 3. Penyebab anemia 4. Makanan sumber zat

besi 5. Akibat kekurangan zat

besi 6. Makanan sumber

kalsium 7. Buah sumber vitamin C 8. Gejala anemia

1. Wawancara 2. Wawancara 3. Wawancara 4. Wawancara 5. Wawancara 6. Wawancara 7. Wawancara 8. Wawancara

1. Kuesioner 2. Kuesioner 3. Kuesioner 4. Kuesioner 5. Kuesioner 6. Kuesioner

7. Kuesioner 8. Kuesioner

Page 37: gizi ibu hamil

No Kelompok Data

Variabel Cara Pengumpulan Data

Alat

9. Pertambahan berat badan selama hamil

10. Makanan sumber protein

11. Jarak kelahiran yang aman

12. Risiko bayi lahir tidak cukup bulan

13. Berat minimal bayi lahir sehat

14. Perawatan payudara

9. Wawancara

10.Wawancara

11.Wawancara

12. Wawancara

13. Wawancara

14. Wawancara

9. Kuesioner

10. Kuesioner

11. Kuesioner

12. Kuesioner

13. Kuesioner

14. Kuesioner 3. Sikap gizi 1. Makanan sehat

2. Komposisi makanan 3. Porsi makan 4. Susu untuk ibu hamil 5. Suplemen gizi ibu hamil 6. Tablet besi 7. Manfaat tablet besi 8. Jumlah pertambahan BB 9. Cara mengurangi mual 10. Pertambahan berat

badan selama hamil 11. Pemeriksaan kehamilan 12. Imunisasi TT 13. Bayi lahir cukup umur

1. Wawancara 2. Wawancara 3. Wawancara 4. Wawancara 5. Wawancara 6. Wawancara 7. Wawancara 8. Wawancara 9. Wawancara

10.Wawancara

11.Wawancara 12. Wawancara 13. Wawancara

1. Kuesioner 2. Kuesioner 3. Kuesioner 4. Kuesioner 5. Kuesioner 6. Kuesioner 7. Kuesioner 8. Kuesioner 9. Kuesioner 10. Kuesioner

11. Kuesioner 12. Kuesioner 13. Kuesioner

4. Praktek Gizi 1. Makan buah 2. Makan sayur 3. Makan lauk pauk 4. Minum susu 5. Porsi makan 6. Sarapan pagi 7. Periksa kehamilan 8. Memantau pertambahan

BB 9. Minum tablet besi 10. Imunisasi TT

11. Berencana memberikan ASI eksklusif

12. Imunisasi anak balita 13. Merawat payudara

1. Wawancara 2. Wawancara 3. Wawancara 4. Wawancara 5. Wawancara 6. Wawancara 7. Wawancara 8. Wawancara 9. Wawancara

10.Wawancara 11.Wawancara

12. Wawancara 13. Wawancara

1. Kuesioner 2. Kuesioner 3. Kuesioner 4. Kuesioner 5. Kuesioner 6. Kuesioner 7. Kuesioner 8. Kuesioner

9. Kuesioner 10. Kuesioner 11. Kuesioner

12. Kuesioner 13. Kuesioner

5. Konsumsi pangan

1. Jumlah pangan 2. Jenis pangan 3. Frekuensi makan

Semi kuantitatif food frequency questionnaire selama 1 minggu

Kuesioner

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.

Pengolahan data dimulai dari editing, coding, entri, cleaning dan selanjutnya

dianalisis. Coding dilakukan dengan cara menyusun code-book sebagai panduan

entri dan pengolahan data. Selanjutnya dilakukan entri data kemudian dilakukan

Page 38: gizi ibu hamil

cleaning data untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data.

Analisis data diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excell

dan Statistical Program for Social Sciences (SPSS) versi 13 for windows.

Data sosial ekonomi keluarga seperti tingkat pendidikan ibu hamil dan

suami berdasarkan latar belakang pendidikan yang telah ditamatkan, kemudian

dikategorikan menjadi dasar (tidak tamat SD, dan tamat SD), menengah (SMP

dan SMA), tinggi (lebih dari SMA). Pekerjaan kepala keluarga dan ibu hamil

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pegawai negeri, swasta (pegawai swasta dan

wiraswasta), dan lainnya. Data pendapatan keluarga merupakan penjumlahan

dari pendapatan seluruh anggota keluarga. Selanjutnya pendapatan keluarga ini

dibagi dengan jumlah anggota keluarga sehingga diperoleh pendapatan

perkapita perbulan, kemudian dikategorikan miskin dan tidak miskin berdasarkan

batas kemiskinan Propinsi DKI Jakarta tahun 2004 yang sudah dikonversi

dengan laju inflasi tahun 2004 sampai 2007. Contoh dikategorikan miskin jika

pendapatan perkapita per bulan kurang dari Rp 214.817,00 dan tidak miskin jika

pendapatan perkapita per bulan lebih dari atau sama dengan Rp 214.817,00.

Data besar keluarga ditentukan berdasarkan jumlah anggota keluarga yang

hidup dibawah pengelolaan sumberdaya yang sama. Besar keluarga

dikategorikan menjadi kecil (≤4orang) dan besar (>4orang). Status gizi ibu

sebelum hamil diukur dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (Depkes

2003).

Pengetahuan gizi ibu hamil diperoleh dengan menilai jawaban contoh

terhadap 14 pertanyaan mengenai gizi dan kesehatan ibu hamil yang meliputi,

makanan sehat bagi ibu hamil, porsi makan ibu hamil, penyebab dan gejala

terjadinya anemia, contoh makanan sumber zat gizi, dampak kekurangan zat

besi selama kehamilan, pertambahan berat badan selama kehamilan, jarak

kelahiran, risiko bayi lahir tidak cukup bulan, minimal berat badan bayi lahir yang

sehat, serta perawatan payudara. Jawaban yang benar diberi skor 2.5,

sedangkan jawaban yang salah diberi skor 0 dengan total skor maksimal 35.

Menurut Khomsan (2000), tingkat pengetahuan gizi ibu hamil dikelompokkan

menjadi tiga, yaitu:

1. tinggi, apabila skor ≥80% dari total jawaban yang benar

2. cukup, apabila skor 60-80% dari total jawaban yang benar

3. kurang, apabila skor ≤60% dari total jawaban yang benar

Page 39: gizi ibu hamil

Sikap gizi ibu hamil diketahui dengan menilai respon contoh terhadap 13

pernyataan tentang makanan sehat bagi ibu hamil, suplemen gizi, tablet tambah

darah, pertambahan berat badan, pemeriksaan kehamilan, usia kehamilan,

imunisasi TT. Pernyataan positif apabila setuju diberi skor 2.5 dan tidak setuju

diberi skor 0, sedangkan untuk pernyataan negatif jawaban setuju diberi skor 0

dan tidak setuju diberi skor 2.5 dengan total skor 32.5. Dari hasil penilaian

terhadap pernyataan yang diajukan, sikap ibu dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1. baik, apabila skor ≥ 80% dari total jawaban yang benar

2. sedang, apabila skor 60-80% dari total jawaban yang benar

3. kurang, apabila skor ≤60% dari total jawaban yang benar

Praktek gizi ibu hamil dapat diketahui dengan menilai jawaban contoh

terhadap 13 pernyataan tentang gizi dan kesehatan ibu hamil yang meliputi

komposisi makanan ibu hamil, susu ibu hamil, kebiasaan sarapan, pemeriksaan

kehamilan, pemantauan pertambahan berat badan, imunisasi TT, dan perawatan

payudara.. Pernyataan yang dilakukan oleh contoh diberi skor 2.5 sedangkan

yang tidak dilakukan diberi skor 0 dengan total skor 32.5. Dari hasil penilaian

terhadap pernyataan yang diajukan, praktek gizi dan kesehatan ibu hamil

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1. baik, apabila skor ≥ 80% dari total jawaban yang benar

2. sedang, apabila skor 60-80% dari total jawaban yang benar

3. kurang, apabila skor ≤60% dari total jawaban yang benar

Data konsumsi pangan yang diketahui melalui metode semi kuantitatif

food frequency quetionnaire secara berturut-turut dikonversikan ke dalam satuan

energi (Kal), protein (g), zat besi (mg), dan vitamin A (RE) dengan menggunakan

Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) 1994. Konversi dihitung dengan

menggunakan rumus (Hardinsyah & Briawan 1994) sebagai berikut:

KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)

Keterangan:

Kgij = kandungan zat gizi i dalam bahan makanan j

Bj = Berat makanan j yang dikonsumsi (g)

Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan j

BDDj = Bagian bahan makanan j yang dapat dimakan

Kecukupan zat gizi dihitung berdasarkan angka kecukupan zat gizi yang

dianjurkan menurut umur dan berat badan sehat (WNPG 2004). Berdasarkan

Depkes (1996) diacu dalam Hardinsyah, Wulandari, dan Retnaningsih (2000),

Page 40: gizi ibu hamil

tingkat konsumsi energi dan protein dibedakan menjadi cukup (≥90%) dan tidak

cukup (<90%). Sedangkan untuk tingkat konsumsi vitamin A dan zat besi disebut

tidak cukup jika TK<100% dan cukup jika TK >100%.

Analisis hubungan antar variabel menggunakan korelasi Spearman.

Analisis Multivariat dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat konsumsi (energi, protein, zat besi, dan vitamin A) pada ibu hamil. Uji

statistik yang digunakan adalah regresi logistik (Kleimbaum 1992 diacu dalam

Riyadi, Hardinsyah & Anwar 1997) dengan model sebagai berikut :

kkZ χβχβχβα ++++= ...2211

dimana :

Z = tingkat konsumsi yang dibedakan atas cukup dan tidak cukup

X1 = pendapatan perkapita

X2 = besar keluarga

X4 = praktek gizi.

β1 = koefisien pendapatan perkapita

β2 = koefisien besar keluarga

β3 = koefisien praktek gizi

α = konstanta

Tingkat konsumsi gizi dibagi menjadi dua kategori yaitu cukup dan tidak

cukup. Pada analisis regresi logistik kategori tingkat konsumsi gizi diberi kode

yaitu untuk cukup = 1 dan tidak cukup = 0. Nilai eksponensial dari setiap

koefisien variabel bebas (exp(βi)) merupakan nilai Odd Ratio (OR) yang

menunjukkan besar dari setiap faktor tingkat konsumsi. Tujuan pengukuran

analisis regresi logistik adalah untuk mengestimasi kemungkinan yang paling

besar hubungan diantara seluruh variabel independen terhadap variabel

dependen.

Page 41: gizi ibu hamil

Tabel 5 Cara pengkategorian dan analisis variabel penelitian

No Kelompok Data

Variabel Kategori Pengukuran Analisis

1. Usia ibu (th) 2. Pekerjaan

Sesuai data 1. Karakteristik ibu hamil

3. Usia kehamilan (minggu)

4. Berat badan saat wawancara (kg)

5. Berat badan sebelum hamil (kg)

6. Tinggi badan (cm)

Indeks Massa Tubuh (IMT) ibu sebelum hamil (Depkes 2003) 1. Kurang (IMT < 18.5) 2. Normal (IMT 18.5-25.0) 3. Lebih (IMT >25.0)

7. Pendidikan ibu dan suami

1. Dasar (≤ SD) 2. Menengah (SMP dan SMA) 3. Tinggi (>SMA)

8. Pekerjaan ibu dan suami

1. Pegawai negeri 2. Swasta (wiraswasta dan

swasta) 3. Lainnya

9. Pendapatan perkapita DKI Jakarta (BPS 2004)

1. Miskin <Rp 214.817,00 2. Tidak miskin >

Rp214.817,00

10. Besar keluarga 1. Keluarga kecil (≤4 orang) 2. Keluarga besar (>4 orang)

Deskriptif

3. Pengetahuan gizi

1. Makanan sehat 2. Porsi makan 3. Penyebab anemia 4. Makanan sumber zat

besi 5. Akibat kekurangan zat

besi 6. Makanan sumber

kalsium 7. Buah sumber vitamin C 8. Gejala anemia 9. Pertambahan berat

badan selama hamil 10. Makanan sumber

protein 11. Jarak kelahiran yang

aman 12. Risiko bayi lahir tidak

cukup bulan

1. tinggi, apabila skor ≥80% 2. cukup, apabila skor 60-80% 3. kurang, apabila skor ≤60%

Deskriptif

Page 42: gizi ibu hamil

No Kelompok Data

Variabel Kategori Pengukuran Analisis

13. Berat minimal bayi lahir sehat

14. Perawatan payudara

4. Sikap gizi 1. Makanan sehat 2. Komposisi makanan 3. Porsi makan 4. Susu untuk ibu hamil 5. Suplemen gizi ibu hamil 6. Tablet besi 7. Manfaat tablet besi 8. Jumlah pertambahan

BB 9. Cara mengurangi mual 10. Pertambahan berat

badan selama hamil 11. Pemeriksaan kehamilan 12. Imunisasi TT 13. Bayi lahir cukup umur

1. tinggi, apabila skor ≥80% 2. cukup, apabila skor 60-80% 3. kurang, apabila skor ≤60%

Deskriptif

5. Praktek gizi 1. Makan buah 2. Makan sayur 3. Makan lauk pauk 4. Minum susu 5. Porsi makan 6. Sarapan pagi 7. Periksa kehamilan 8. Memantau

pertambahan BB 9. Minum tablet besi 10. Imunisasi TT

11. Berencana memberikan ASI eksklusif

12. Imunisasi anak balita 13. Merawat payudara

1. baik, apabila skor ≥ 80% 2. sedang, apabila skor 60-80% 3. kurang, apabila skor ≤60%

Deskriptif

6. Konsumsi pangan

1. Jumlah pangan 2. Jenis pangan 3. Frekuensi makan

• Tingkat konsumsi energi dan protein

1. Tidak cukup (<90%) 2. Cukup (>90%)

• Tingkat konsumsi vitamin dan mineral 1. Tidak cukup <100%) 2. Cukup (>100%)

Deskriptif

Page 43: gizi ibu hamil

Definisi Operasional Pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan contoh dan suami yang

dihasilkan per bulan dari pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan

yang dinyatakan dalam satuan rupiah dan dikategorikan miskin jika

pendapatan perkapita per bulan kurang dari Rp 197.306 dan tidak

miskin jika pendapatan perkapita per bulan lebih dari atau sama dengan

Rp 197.306.

Konsumsi gizi adalah jumlah zat gizi (energi, protein, vitamin A, dan zat besi)

yang dikonsumsi oleh contoh dan dinilai melalui metode semi kuantitatif

food frequency quetionnaire.

Tingkat konsumsi gizi adalah persentase dari perbandingan konsumsi dari rata-

rata zat gizi (energi, protein, zat besi, dan vitamin A) terhadap kecukupan

menurut umur berdasarkan WNPG (2004).

Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh contoh

dan dikategorikan menjadi tiga, yaitu dasar (tidak tamat SD dan tamat

SD), menengah (SMP dan SMA), tinggi (diploma dan sarjana).

Status gizi adalah keadaan tubuh akibat konsumsi makanan dan penggunaan

zat-zat tubuh diukur dengan indeks massa tubuh (IMT) ibu sebelum

hamil kemudian dikelompokkan menjadi kurang (<18.5), normal (18.5-

25.0), dan lebih (>25.0).

Pengetahuan gizi adalah tingkat pengetahuan tentang hal-hal yang

berhubungan dengan gizi, makanan dan kesehatan yang diukur dengan

nilai atas jawaban yang diajukan. Tingkat pengetahuan gizi dihitung

dalam persentase serta dikategorikan menjadi tinggi, cukup, dan

kurang.

Sikap gizi adalah respon contoh terhadap pernyataan yang berhubungan

dengan gizi, makanan dan kesehatan. Sikap gizi dihitung dalam

persentase serta dikategorikan menjadi baik, sedang, dan kurang.

Praktek gizi adalah tindakan contoh dalam kehidupan sehari-hari yang

berhubungan dengan gizi, makanan dan kesehatan. Praktek gizi

dihitung dalam persentase serta dikategorikan menjadi baik, sedang,

dan kurang.

Page 44: gizi ibu hamil

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Daerah Penelitian Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan Ragunan terletak di Propinsi DKI

Jakarta. Kelurahan Kramat Jati merupakan bagian dari wilayah Kecamatan

Kramat Jati, Kotamadya Jakarta Timur, sedangkan Kelurahan Ragunan

merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Pasar Minggu, Kotamadya Jakarta

Selatan. Keadaan wilayah yang meliputi luas wilayah, batas wilayah, jumlah

penduduk, jumlah ibu hamil, jumlah posyandu, jumlah kader dan jumlah keluarga

miskin di Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan Ragunan dapat dilihat pada

Tabel 6. Tabel 6 Keadaan wilayah Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan Ragunan

Keadaan Wilayah Kramat Jati Ragunan Luas (Ha) 151.58 504.74 Batas

Utara Jalan Cililitan Besar/Kelurahan Cililitan

Jalan Pejaten Barat dan Jalan TB Simatupang

Timur Jalan Tol Jagorawi/Kelurahan Makasar, Kecamatan Makasar

Jalan Warung Buncit dan Jalan Margasatwa

Selatan Jalan Raya Pondok Gede/Kelurahan Rambutan, Kecamatan Pasar Rebo

Jalan Sagu dan Jalan Margasatwa Barat

Barat Kalibaru/Kelurahan Batu Ampar dan Kelurahan Tengah.

Jalan Ampera Raya dan Jalan Cilandak KKO

Jumlah penduduk (orang) 28 651 36 798 Laki-laki (orang) 14 688 18 928 Perempuan (orang) 13 962 17 870

Jumlah puskesmas 2 1 Jumlah ibu hamil (orang) 150 224 Jumlah posyandu (buah) 12 29 Jumlah kader (orang) 112 120 Jumlah keluarga miskin (KK) 200 152

Perbandingan jumlah puskesmas dengan jumlah penduduk adalah

1:10000. Jika dilihat dari jumlah penduduk yang terdapat di wilayah kerja

puskesmas Kelurahan Kramat Jati maka perbandingan tersebut hampir sesuai,

sedangkan untuk puskesmas Kelurahan Ragunan perbandingan jumlah

puskesmas dengan jumlah penduduk adalah hampir tiga kali lebih besar.

Perbandingan jumlah posyandu berdasarkan jumlah ibu hamil di wilayah

kerja Puskesmas Kramat Jati adalah 1:8, sedangkan di wilayah kerja Puskesmas

Page 45: gizi ibu hamil

Ragunan adalah 1:13. Hal ini berarti keadaan posyandu dengan jumlah ibu hamil

di wilayah Kramat Jati lebih baik daripada di wilayah Ragunan.

Jumlah KK miskin pada Puskesmas Kramat Jati lebih besar dibandingkan

dengan jumlah KK miskin pada Puskesmas Ragunan. Hal ini kemungkinan

disebabkan Puskesmas Kramat Jati memiliki jumlah desa miskin lebih banyak

dibandingkan dengan Puskesmas Ragunan.

Kurang dari separuh (36.02%) penduduk Kelurahan Kramat Jati bekerja

sebagai pegawai swasta. Pekerjaan penduduk lainnya yaitu buruh (17.07%),

pedagang (13.18%), pegawai negeri (10.63%). Di Kelurahan Ragunan lebih dari

separuh (54.3%) penduduk bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS).

Pekerjaan penduduk lainnya adalah buruh (5%), karyawan swasta (5.4%),

pedagang (5.4%), swasta lainnya (6.3%), dan pensiunan (20.2%). Tabel 7 Keadaan tenaga kesehatan di Puskesmas Kramat Jati dan Ragunan

Puskesmas Keadaan tenaga Kramat Jati (Orang) Ragunan (Orang)

Dokter umum 2 1 Dokter gigi 3 1 Bidan 3 2 Perawat kesehatan 5 3 Perawat gigi 1 0 Pelaksana gizi 1 2 Pelaksana sanitasi 2 1 Pelaksana farmasi 1 0 Tata usaha 1 1 Total 19 11

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa Puskesmas Kramat Jati

maupun Puskesmas Ragunan memiliki jumlah tenaga/pegawai kesehatan sudah

baik. Karena setiap puskesmas idealnya memiliki dokter umum, dokter gigi,

petugas gizi, beberapa perawat, bidan, sanitarian, dan beberapa petugas

kesehatan lainnya.

Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan Ragunan memiliki sarana yang bisa

digunakan oleh masyarakat, diantaranya di bidang kesehatan dan pendidikan.

Adanya sarana di bidang kesehatan diharapkan derajat kesehatan masyarakat

dapat meningkat. Sarana bidang kesehatan yang terdapat di Kelurahan Kramat

Jati dan Ragunan dapat dilihat pada Tabel 8.

Page 46: gizi ibu hamil

Tabel 8 Sarana bidang kesehatan di Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan Ragunan Jumlah Sarana bidang

kesehatan Kramat Jati Ragunan Rumah sakit 2 - Puskesmas kelurahan 2 1 Pos kesehatan 2 - Poliklinik - 2 Dokter praktek 5 6 Apotek 8 3 Balai pengobatan 3 2 Posyandu 12 26 Rumah bersalin 1 1 Klinik KB 1 2 Depo obat - 5 Dukun bayi - 1

Sarana bidang pendidikan di Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan

Ragunan terdiri dari sarana pendidikan formal dan nonformal. Adanya sarana

pendidikan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan. Sarana bidang pendidikan yang terdapat di Kelurahan Kramat Jati

dan Ragunan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Sarana bidang pendidikan di Kelurahan Kramat Jati dan Ragunan

Jumlah Sarana bidang pendidikan Kramat Jati Ragunan

Play group - 1 TK 10 2 SD 25 17 SMP 5 2 SMA 5 2 Akademi - 3

Formal

Unversitas - 3 Pusat kursus-kursus 2 - Kursus komputer 10 2 Kursus menjahit 3 1 Kursus kecantikan 2 - Kursus bahasa - 2 Kursus montir - 1

Non-formal

Kursus seni tari atau montir - 1

Karakteristik Ibu Hamil Usia Ibu Hamil dan Suami Usia ibu hamil berkisar antara 20 tahun hingga 40 tahun. Sebagian besar

(91%) ibu hamil tersebar antara usia 20-35 tahun. Hanya sebagian kecil (9%) ibu

hamil yang memilliki risiko terhadap kehamilannya. Hasil uji t menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) antara usia ibu hamil di

Page 47: gizi ibu hamil

Kelurahan Kramat jati dan Kelurahan Ragunan. Rata-rata usia ibu hamil di

Kelurahan Kramat jati adalah 30 tahun. Rata-rata usia ibu hamil di Kelurahan

Ragunan adalah 28 tahun. Kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih

dari 35 tahun memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap kehamilannya.

Usia suami berkisar antara 21 tahun hingga 46 tahun. Proporsi terbesar

(70%) usia suami tersebar antara usia 20-35 tahun. Rata-rata usia suami di

Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan Ragunan adalah 34 tahun.

Usia suami istri yang lebih tinggi kemungkinan mempunyai pengetahuan

mengenai gizi dan kesehatan yang lebih baik daripada suami istri dengan usia

muda karena pengalaman dalam memperoleh pelayanan kesehatan, namun juga

memiliki kemungkinan kekurangan informasi tentang pengetahuan gizi yang

terbaru (Wolfe & Behrman 1982 diacu dalam Hardinsyah 2007). Usia dapat

mempengaruhi cara berpikir, bertindak, dan emosi seseorang. Sebaran ibu hamil

dan suami berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Sebaran ibu hamil dan suami berdasarkan usia

Kramat Jati Ragunan Total Usia (th) n % n % n %

Ibu hamil 20-35 43 86.0 48 96.0 91 91.0 >35 7 14.0 2 4.0 9 9.0

Total 50 100.0 50 100.0 100 100.0 Rata-rata±sd 29.92±4.28 27.94±3.95 28.93±4.21 Suami

20-35 34 68.0 36 72.0 70 70.0 >35 16 32.0 14 28.0 30 30.0

Total 50 100.0 50 100.0 100 100.0 Rata-rata±sd 34.02±5.64 33.44±4.70 33.93±5.18

Pendidikan Ibu Hamil dan Suami Pendidikan ibu hamil dan suami berdasarkan latar belakang pendidikan

yang telah ditamatkan. Pendidikan ibu hamil berkisar antara tidak tamat SD

hingga S2, sedangkan pendidikan suami berkisar antara SD hingga S1. Lebih

dari separuh ibu hamil di Kelurahan Kramat Jati (68%) dan Kelurahan Ragunan

(62%) memiliki jenjang pendidikan hingga SMP dan SMA. Lebih dari separuh

(75%) suami di kedua wilayah memiliki jenjang pendidikan hingga SMP dan

SMA.

Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang. Pendidikan ibu merupakan faktor yang penting. Tinggi rendahnya

Page 48: gizi ibu hamil

pendidikan ibu erat kaitannya dengan perawatan kesehatan, pemilihan makanan

untuk keluarga, disamping faktor lainnya seperti pendapatan dan pekerjaan. Tabel 11 Sebaran ibu hamil dan suami berdasarkan pendidikan

Kramat Jati Ragunan Total Pendidikan n % n % n %

Ibu hamil Dasar (≤ SD) 10 20.0 9 18.0 19 19.0 Menengah (SMP dan SMA) 34 68.0 31 62.0 65 65.0 Tinggi 6 12.0 10 20.0 16 16.0

Total 50 100.0 50 100.0 100 100.0 Suami

Dasar (≤ SD) 8 16.0 8 16.0 16 16.0 Menengah (SMP dan SMA) 39 78.0 36 72.0 75 75.0 Tinggi 3 6.0 6 12.0 9 9.0

Total 50 100.0 50 100.0 100 100.0

Pekerjaan Ibu Hamil dan Suami Pekerjaan ibu hamil dikategorikan menjadi tiga, yaitu pegawai negeri,

swasta yang terdiri dari pegawai swasta dan wiraswasta, dan ibu rumah tangga.

Sebagian besar (90%) ibu hamil bekerja sebagai ibu rumah tangga, baik di

Kelurahan Kramat Jati maupun Kelurahan Ragunan. Pekerjaan sebagai ibu

rumah tangga memungkinkan pengalokasian waktu ibu untuk memperhatikan

konsumsi dan kesehatan diri sendiri maupun keluarga menjadi lebih besar.

Status dan jenis pekerjaan ibu mempengaruhi ketersediaan waktu ibu untuk

mengelola pangan. hal ini cenderung untuk menjadi determinan keragaman

konsumsi pangan di rumah tangga (Hardinsyah 2007).

Pekerjaan suami dikategorikan menjadi tiga, yaitu pegawai negeri, swasta

yang terdiri dari pegawai swasta dan wiraswasta, dan lainnya. Sebagian besar

(87%) suami berprofesi swasta, yaitu sebagai pegawai swasta (55%) dan

berwiraswasta (32%). Di wilayah Kelurahan Kramat Jati hampir separuh suami

berprofesi sebagai pegawai swasta (44%) dan berwiraswasta (36%). Sedangkan

di wilayah Kelurahan Ragunan lebih dari separuh (66%) suami berprofesi

Page 49: gizi ibu hamil

sebagai pegawai swasta dan kurang dari separuh (28%) suami berwiraswasta.

Selain itu, ada (2%) suami yang tidak bekerja sehingga pendapatan keluarga

diperoleh dari ibu hamil. Pekerjaan ibu hamil dan suami akan mempengaruhi

pendapatan keluarga.

Tabel 12 Sebaran ibu hamil dan suami berdasarkan jenis pekerjaan

Kramat Jati Ragunan Total Pekerjaan

n % n % n % Ibu hamil

PNS 1 2.0 0 0.0 1 1.0 Swasta 6 12.0 3 6.0 9 9.0 Ibu rumah tangga 43 86.0 47 94.0 90 90.0

Total 50 100.0 50 100.0 100 100.0 Suami

PNS 6 12.0 3 6.0 9 9.0 Swasta 40 80.0 47 94.0 87 87.0 Lainnya 4 8.0 0 0.0 4 4.0

Total 50 100.0 50 100.0 100 100.0 Pendapatan Pendapatan merupakan faktor penting bagi kuantitas dan kualitas

makanan. Diharapkan dengan pendapatan yang tinggi dapat memberikan

peluang yang besar dalam pemilihan makanan yang baik dalam jumlah dan

jenisnya. Separuh (51%) pendapatan keluarga berkisar antara Rp 500.001,00

sampai Rp 1.000.000,00. Hanya sebagian kecil (13%) yang memiliki pendapatan

keluarga di bawah Rp 500.000. Pendapatan perkapita per bulan berkisar antara

Rp 50.000,00 sampai Rp 1.666.667,00 dengan rata-rata Rp 385.925,00.

Berdasarkan batas kemiskinan yang ditetapkan BPS DKI Jakarta tahun

2004 yang sudah dikonversi dengan laju inflasi tahun 2004-2007, lebih dari

separuh (68%) ibu hamil tergolong tidak miskin dengan pendapatan perkapita

lebih dari Rp 214.817,00. Oleh karena itu dengan tingginya tingkat pendapatan

diharapkan dapat memilih dan membeli pangan yang bermutu dan beragam

dalam jumlah yang cukup. Sebaran ibu hamil berdasarkan kategori pendapatan

perkapita keluarga disajikan pada Tabel 13.

Page 50: gizi ibu hamil

Tabel 13 Sebaran ibu hamil berdasarkan pendapatan perkapita Kramat Jati Ragunan Total Pendapatan

perkapita (Rp)

n % n % n %

Miskin (< 214.817) 19 38.0 13 26.0 32 32.0Tidak miskin (>214.817)

31 62.0 37 74.0 68 68.0

Total 50 100.0 50 100.0 100 100.0Rata-rata±sd 339433.33 ± 255067.43 432416.67 ± 333995.78 385925.00 ± 299328.60

Besar keluarga

Besarnya jumlah anggota keluarga akan berpengaruh terhadap

pemenuhan kebutuhan pangan ibu hamil, idealnya keluarga mempunyai anggota

maksimal empat orang. Menurut Hardinsyah (2007), besar keluarga mempunyai

hubungan yang berkebalikan dengan keragaman konsumsi pangan, diduga

besar keluarga merupakan determinan keragaman konsumsi pangan di

Indonesia.

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar (82%) jumlah anggota

keluarga sebanyak kurang dari atau sama dengan 4 orang. Di wilayah Kramat

Jati dan Ragunan, lebih dari separuh ibu hamil mempunyai besar keluarga

kurang dari atau sama dengan 4 orang dengan persentase masing-masing

sebanyak 76 persen dan 88 persen. Besar keluarga ibu hamil di wilayah Kramat

Jati berkisar antara 3-8 orang, sedangkan di wilayah Ragunan berkisar antara 2-

10 orang. Rata-rata besar keluarga ibu hamil di kedua wilayah adalah 3.7±1.28

orang. Tabel 14 Sebaran ibu hamil berdasarkan besar keluarga

Kramat Jati Ragunan Total Besar keluarga n % n % n %

Kecil (≤4orang) 38 76.0 44 88.0 82 82.0Besar (> 4 orang) 12 24.0 6 12.0 18 18.0Total 50 100.0 50 100.0 100 100.0

Usia Kehamilan Usia kehamilan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu trimester satu pada

usia kehamilan 0-12 minggu, trimester dua pada usia kehamilan 13-24 minggu,

dan trimester tiga pada usia kehamilan 25-37 minggu. Usia kehamilan ibu hamil

Page 51: gizi ibu hamil

pada penelitian ini adalah 8-28 minggu. Secara keseluruhan, separuh (55%) ibu

hamil berada pada kelompok trimester dua baik di wilayah Kramat Jati maupun

Ragunan, yaitu masing-masing sebesar 56 persen dan 54 persen. Umur

kehamilan ibu hamil yang paling sedikit di wilayah Kramat Jati berada pada

kisaran 25-37 minggu yaitu sebanyak 16 persen, sedangkan di wilayah Ragunan

sebanyak 22 persen umur kehamilan ibu hamil berada pada kisaran 0-12

minggu. Tabel 15 Sebaran ibu hamil berdasarkan usia kehamilan

Kramat Jati Ragunan Total Usia kehamilan n % n % n % Trimester 1 14 28.0 11 22.0 25 25.0 Trimester 2 28 56.0 27 54.0 55 55.0 Trimester 3 8 16.0 12 24.0 20 20.0 Total 50 100.0 50 100.0 100 100.0

Indeks Massa Tubuh

Lebih dari separuh (58%) ibu hamil memiliki IMT normal sebelum hamil

dengan rata-rata 21.67±4.39. Di wilayah Kramat Jati dan wilayah Ragunan

terdapat ibu dengan IMT sebelum hamil yang termasuk kategori kurang

sebanyak 18 persen dan 32 persen. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus dari

ibu hamil agar memperhatikan makanan yang dikonsumsinya. Diharapkan terjadi

peningkatan status gizi ibu hamil karena akan mempengaruhi pertumbuhan janin

dalam kandungannya. Ibu hamil perlu mengkonsumsi makanan yang beraneka

ragam dan porsi yang lebih besar serta sering agar kecukupan gizinya terpenuhi.

Status gizi seseorang dapat ditentukan dengan menggunakan Indeks

Massa Tubuh (IMT). Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang

dikonsumsinya dalam jangka waktu cukup lama. Status gizi ibu sebelum dan

selama hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungannya.

Apabila status gizi ibu buruk sebelum dan selama kehamilan akan menyebabkan

beberapa akibat yang fatal bagi bayi. Akibatnya antara lain BBLR, terhambatnya

pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah

terinfeksi, abortus dan lain-lain (Supariasa et al. 2001). Tabel 16 Sebaran ibu hamil berdasarkan IMT sebelum hamil

Kramat Jati Ragunan Total IMT n % n % n %

Kurang (<18.5) 9 18.0 16 32.0 25 25.0 Normal (18.5-25.0) 30 60.0 28 56.0 58 58.0 Lebih (>25.0) 11 22.0 6 12.0 17 17.0 Total 50 100.0 50 100.0 100 100.0 Rata-rata±sd 22.19±4.8 21.15±3.9 21.67±4.39

Page 52: gizi ibu hamil

Pengetahuan Gizi Ibu Hamil

Pengetahuan gizi ibu hamil diketahui berdasarkan skor dari daftar

pertanyaan yang diajukan, kemudian diubah dalam bentuk persen. Pengetahuan

gizi yang diteliti meliputi makanan sehat bagi ibu hamil, porsi makan ibu hamil,

penyebab dan gejala terjadinya anemia, makanan sumber zat gizi, dampak

kekurangan zat besi selama kehamilan, pertambahan berat badan selama

kehamilan, jarak kelahiran, risiko bayi lahir tidak cukup bulan, minimal berat

badan bayi lahir yang sehat, serta perawatan payudara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor pengetahuan gizi ibu hamil

berkisar antara 5-35 dari selang skor minimum 0 dan skor maksimum 35 dengan

skor rata-rata 24.3. Ibu hamil di Kelurahan Kramat Jati (48%) dan Kelurahan

Ragunan (56%) memiliki skor pengetahuan gizi yang termasuk dalam kategori

cukup. Secara keseluruhan, ibu hamil dengan tingkat pengetahuan gizi tinggi

sebanyak 22 persen dan ibu hamil dengan tingkat pengetahuan gizi rendah

sebanyak 26 persen. Menurut Soeharjo (1989), pengetahuan gizi merupakan

salah satu faktor penyebab yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan. Hal

ini sejalan dengan Hardinsyah (2007), perilaku atau kebiasaan makan yang baik

merupakan cerminan dari tingkat pengetahuan gizi yang baik. Sebaran ibu hamil

berdasarkan pengetahuan gizi dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Sebaran ibu hamil berdasarkan tingkat pengetahuan gizi

Kramat Jati Ragunan Total Tingkat pengetahuan gizi n % n % n %

Tinggi 11 22.0 11 22.0 22 22.0 Cukup 24 48.0 28 56.0 52 52.0 Kurang 15 30.0 11 22.0 26 26.0 Total 50 100.0 50 100.0 100 100.0

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar ibu hamil sudah mengetahui

komposisi makanan bergizi dan sehat (94%), makanan sumber protein dan

makanan sumber kalsium (83%), dan jarak kelahiran yang aman (80%).

Pertanyaan mengenai gejala anemia dapat dijawab dengan benar oleh hampir

semua ibu hamil (96%) dan sebagian besar (81%) dapat menjawab dengan

benar pertanyaan mengenai akibat kekurangan zat besi selama hamil.

Komposisi makanan ibu hamil sebaiknya beragam, terdiri dari nasi, lauk-

pauk, sayur, buah, dan susu. Dengan meningkatnya kebutuhan gizi selama hamil

maka sebaiknya porsi makan saat hamil lebih banyak dibandingkan dengan

sebelum hamil. Menurut Nadesul (2005), ibu hamil perlu mengkonsumsi menu

Page 53: gizi ibu hamil

seimbang yaitu menu yang lengkap dan sesuai kebutuhan tubuh. Tidak hanya

cukup energi dan protein saja tetapi juga zat gizi lainnya.

Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik dalam

jumlah maupun mutu. Sumber protein hewani adalah telur, susu, daging,

unggas, ikan, dan kerang. Sedangkan sumber protein nabati adalah kacang

kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan tahu, serta kacang-kacangan lain

(Almatsier 2003).

Kalsium berfungsi untuk pembentukan tulang dan gigi. Apabila ibu hamil

kekurangan kalsium maka anak yang dikandungnya akan mengalami kelainan

pada tulang dan gigi. Makanan sumber kalsium yang utama adalah susu.

Serealia, kacang-kacangan dan hasilnya, tahu dan tempe, serta sayuran hijau

merupakan sumber kalsium yang baik juga, namun mengandung banyak zat

yang menghambat penyerapan kalsium (Almatsier 2003).

Jarak kelahiran adalah waktu sejak ibu hamil sampai terjadi kelahiran

berikutnya. Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan anemia. Hal

ini disebabkan belum pulihnya kondisi ibu dan pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi

belum optimal sudah harus memenuhi kebutuhan gizi janin yang dikandung.

Jarak kelahiran kurang dari 2 tahun berisiko lebih besar untuk menderita anemia

(Wibowo & Basuki 2006).

Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hb di dalam darah lebih

rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang yang bersangkutan sebagai

akibat kekurangan zat gizi (WHO 1996 dalam Widayani 2004). Pada umumnya

sebagian besar anemia disebabkan oleh defisiensi besi. Anemia gizi besi

merupakan masalah kesehatan yang paling sering terjadi. Kekurangan zat besi

pada ibu hamil mengakibatkan kerawanan saat melahirkan, perdarahan, berat

bayi rendah, bahkan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan anak. Anemia

gizi besi dapat menyebabkan lesu, cepat lelah, dan tenaga berkurang

(Wirakusumah 1999).

Pertanyaan yang paling banyak tidak bisa dijawab dengan benar oleh ibu

hamil adalah berat badan minimal bayi lahir yang dikatakan sehat. Menurut lebih

dari separuh (54%) ibu hamil berat badan minimal bayi lahir yang dikatakan

sehat adalah 3 kg. Hal ini berarti pengetahuan ibu hamil mengenai berat minimal

bayi lahir yang dikatakan sehat masih kurang. Berat minimal bayi lahir yang

dikatakan sehat adalah 2.5 kg. Apabila berat bayi lahir kurang dari 2.5 kg maka

berat bayi tersebut dapat dikatakan rendah (BBLR).

Page 54: gizi ibu hamil

Bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram memiliki risiko kematian

lima sampai sembilan kali lebih tinggi dibanding dengan bayi yang berat lahirnya

2500 sampai 2999 gram dan 7.13 kali lebih tinggi dibanding bayi dengan berat

lahir 3000 sampai 3999 gram (Puffer 1983 dalam Notobroto & Wahyuni 2003).

Pertanyaan lain yang tidak bisa dijawab dengan benar oleh ibu hamil

adalah mengenai pertambahan berat badan selama hamil, kurang dari separuh

(37%) ibu hamil dapat menjawab dengan benar pertanyaan tersebut, bahkan ada

sebagian kecil (16%) ibu hamil tidak tahu mengenai pertambahan berat badan

selama kehamilan. Pertambahan berat badan selama kehamilan sebaiknya 8-12

kg.

Menurut WHO ibu yang sehat dan berstatus gizi baik pertambahan berat

badan yang sarankan yaitu 10-14 kg (Turhayati 2006). Angka ini berbeda dengan

pernyataan Depkes (2000) yang menyatakan bahwa kenaikan berat badan ibu

hamil yang normal selama kehamilan adalah 11-12 kg. Apabila kenaikan berat

badan kurang dari 11-12 kg, maka bayi akan lahir dengan Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR). Sedangkan menurut Arisman (2004), secara keseluruhan

pertambahan berat badan ibu hamil sekitar 8.8 kg-13.6 kg. Pada kehamilan

kembar pertambahan berat badan dibatasi sekitar 15.4-20.4 kg.

Ibu hamil yang bisa menjawab dengan benar mengenai buah yang paling

banyak mengandung vitamin C hanya kurang dari separuh (33%). Sebagian

besar (58%) ibu hamil menjawab apel sebagai buah yang paling banyak

mengandung vitamin C. Jambu biji memiliki kandungan vitamin C yang lebih

tinggi dibandingkan dengan durian, jeruk, maupun pepaya (Daftar Analisis Bahan

Makanan 1992 diacu dalam Almatsier 2003). Menurut Nadesul (2005), ibu hamil

yang kekurangan vitamin C cenderung mengalami ketuban pecah dini. Hal ini

bisa menyebabkan terjadinya infeksi di dalam kandungan dan akan

membahayakan janin

Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan gizi ibu hamil masih

kurang mengenai berat badan minimal bayi lahir yang dikatakan sehat,

pertambahan berat badan selama hamil, serta buah sumber vitamin C. Hal ini

berarti diperlukan peningkatan penyuluhan mengenai pertambahan berat badan,

berat minimal bayi lahir sehat, serta makanan sumber zat gizi. Hasil penelitian

Hunt et al. (1976) menunjukkan bahwa program pendidikan gizi selama tiga hari

secara signifikan dapat meningkatkan konsumsi gizi pada wanita hamil dari

kelompok pendapatan rendah.

Page 55: gizi ibu hamil

Gambar 3 Persentase ibu hamil yang menjawab benar mengenai pengetahuan gizi

Sikap Gizi Ibu Hamil

Sikap seseorang dapat diketahui dari kecenderungan tingkah laku yang

mengarah kepada suatu objek tertentu. Sikap belum merupakan suatu

perbuatan, namun sikap akan mengarahkan perilaku secara langsung.

Pengalaman-pengalaman yang dialami dan respon yang diperlihatkan seseorang

terhadap makanan dapat mempengaruhi sikap orang tersebut terhadap

makanan. Sikap gizi pada penelitian ini meliputi kebersihan makanan, komposisi

makanan sehat bagi ibu hamil, porsi makan selama hamil, susu bagi ibu hamil,

suplemen gizi ibu hamil, tablet besi, manfaat tablet besi, pertambahan berat

badan yang sehat selama hamil, cara mengurangi mual, pemeriksaan kehamilan,

imunisasi TT, serta bayi lahir cukup umur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

skor sikap gizi ibu hamil berkisar antara 15-32,5 dari selang skor minimum 0 dan

skor maksimum 35 dengan skor rata-rata 23.5. Lebih dari separuh (71%) ibu

hamil memiliki skor sikap gizi dengan kategori sedang.

Page 56: gizi ibu hamil

Tabel 18 Sebaran ibu hamil berdasarkan sikap gizi Kramat Jati Ragunan Total Kategori sikap n % n % n %

Baik (≥80%) 12 24.0 9 18.0 21 21.0 Sedang (60-80%) 34 68.0 37 74.0 71 71.0 Kurang (≤60%) 4 8.0 4 8.0 8 8.0 Total 50 100.0 50 100.0 100 100.0

Hampir seluruh (91%) ibu hamil menyatakan sikap tidak setuju terhadap

pernyataan mengenai makanan sehat tidak perlu bersih. Berdasarkan hasil

wawancara, ibu hamil setuju apabila makanan yang dikonsumsi harus

mengandung zat gizi yang dibutuhkan, namun juga harus bersih karena apabila

makanan terkontaminasi akan membahayakan kesehatan bagi yang

mengkonsumsinya.

Ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi beraneka ragam makanan.

Makanan yang beraneka ragam terdiri dari pangan karbohidrat, lauk, sayur, dan

buah. Zat gizi yang dibutuhkan antara lain karbohidrat, protein, lemak, vitamin

(A,C,K,D), dan mineral seperti besi, yodium, kalsium, dan asam folat. Selain itu,

ibu hamil perlu makan lebih banyak dan lebih sering untuk memenuhi kebutuhan

gizi bagi ibu hamil dan janin (Depkes 2000).

Hal ini sejalan dengan Nadesul (2005), ibu hamil perlu mengkonsumsi

menu seimbang yaitu menu yang lengkap dan sesuai kebutuhan tubuh. Tidak

hanya cukup energi dan protein saja tetapi juga zat gizi lainnya. Makanan ibu

hamil sebaiknya terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur, buah, dan susu. Selain itu,

dengan meningkatnya kebutuhan gizi selama hamil maka sebaiknya porsi makan

saat hamil lebih banyak dibandingkan dengan sebelum hamil.

Hanya sebagian kecil (7%) ibu hamil yang memiliki sikap bahwa makanan

sehat terdiri dari pangan karbohidrat, lauk, sayur, dan buah. Hampir seluruh

(93%) setuju makanan sehat bagi ibu hamil terdiri dari pangan karbohidrat, sayur,

dan buah. Hampir seluruh (94%) ibu hamil yakin bahwa susu dibutuhkan.

Sebagian besar (88%) ibu hamil setuju bahwa makanan ketika hamil selalu lebih

banyak dibanding sebelum hamil. Sebagian besar (76%) ibu hamil setuju bahwa

mual dapat dikurangi bila ibu hamil memenuhi kebutuhan gizi sejak awal

kehamilan.

Kenaikan berat badan yang normal selama hamil adalah 11-12 kg

(Depkes 2000), sedangkan menurut Arisman (2004), secara keseluruhan

pertambahan berat badan ibu hamil sekitar 8,8 kg-13,6 kg.

Page 57: gizi ibu hamil

Hampir seluruh (96%) ibu hamil setuju bahwa selama kehamilan pertambahan

berat badan perlu diketahui namun hanya kurang dari separuh (37%) yang

mengetahui pertambahan berat badan yang normal selama hamil. Sebagian

besar (92%) ibu hamil setuju bahwa bayi lahir cukup umur bila lahir pada umur

kehamilan lebih dari 37 minggu.

Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai dengan umur

kehamilan. Pertambahan berat badan yang normal akan menghasilkan anak

yang normal. Menurut Nadesul (2005), jika kenaikan berat badan ibu hamil

kurang dari normal, kemungkinan ibu berisiko keguguran, anak lahir prematur,

berat bayi lahir rendah, gangguan kekuatan rahim mengeluarkan anak,

perdarahan setelah persalinan. Selain itu, anak yang dilahirkan juga berukuran

lebih kecil dari rata-rata bayi seusianya.

Terjadi peningkatan kebutuhan gizi pada saat hamil sehingga diperlukan

suplemen gizi agar kebutuhan gizi ibu hamil tercukupi. Kurang dari separuh

(29%) ibu hamil setuju bahwa tidak semua suplemen gizi dibutuhkan ibu hamil.

Tablet tambah darah diperlukan bagi ibu hamil untuk memenuhi kebutuhan tubuh

akan zat besi. Pada saat hamil terjadi peningkatan kebutuhan zat besi. Hampir

seluruh ibu hamil setuju bahwa suplemen tablet besi dibutuhkan ibu hamil (94%)

dan tablet besi berguna untuk mengatasi masalah anemia pada ibu hamil (95%).

Menurut Depkes (1991), ibu hamil harus memeriksakan kesehatan dan

kehamilan ke posyandu atau puskesmas paling sedikit empat kali dan

mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT). Kurang dari separuh (39%) ibu

hamil yang setuju bahwa pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal empat kali

selama hamil dan sebagian besar (89%) setuju bahwa imunisasi TT diperlukan

ibu hamil.

Perawatan kehamilan menurunkan risiko kematian bayi dalam dua tahun

pertama. Perawatan kehamilan oleh dokter akan menurunkan 1.2 kali risiko

kematian bayi dibanding dengan yang tidak pernah perawatan antenatal, tetapi

perawatan antenatal oleh bidan risiko kematian bayi lebih besar bila

dibandingkan dengan yang tidak melakukan perawatan antenatal (Forste 1994

dalam Wibowo & Basuki 2006)

Page 58: gizi ibu hamil

Gambar 4 Persentase ibu hamil yang menjawab benar mengenai sikap gizi

Praktek Gizi Ibu Hamil Praktek atau perilaku merupakan suatu respon seseorang terhadap

stimulus atau objek tertentu. Perilaku gizi dicerminkan oleh tindakan-tindakan

berkaitan dengan upaya peningkatan status gizi dan pemenuhan kebutuhan gizi.

Praktek gizi ibu hamil pada penelitian ini meliputi makanan ibu hamil sehari-hari,

porsi makan selama hamil, sarapan pagi, pemeriksaan kehamilan ke tenaga

kesehatan, memantau pertambahan berat badan selama hamil, konsumsi tablet

besi selama hamil, imunisasi TT, rencana memberikan ASI eksklusif, imunisasi

anak, serta perawatan payudara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor

praktek gizi ibu hamil berkisar antara 7.5-32.5 dari selang skor minimum 0 dan

skor maksimum 35 dengan skor rata-rata 24.6. Separuh (50%) ibu hamil memiliki

skor praktek dengan kategori baik, sedangkan sebagian kecil (16%) ibu hamil

memiliki skor praktek dengan kategori kurang.

Page 59: gizi ibu hamil

Tabel 19 Sebaran ibu hamil berdasarkan praktek gizi Kramat Jati Ragunan Total Kategori praktek n % n % n %

Baik (≥80%) 26 52.0 24 48.0 50 50.0 Sedang (60-80%) 15 30.0 19 38.0 34 34.0 Kurang (≤60%) 9 18.0 7 14.0 16 16.0 Total 50 100.0 50 100.0 100 100.0

Ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi beraneka ragam makanan.

Makanan yang beraneka ragam terdiri dari pangan karbohidrat, lauk, sayur, dan

buah. Ibu hamil sangat dianjurkan minum susu agar kecukupan gizi terutama

vitamin dan mineral terpenuhi, lebih dari separuh (56%) ibu hamil yang

mengkonsumsi susu setiap hari. Lebih dari separuh ibu hamil mengkonsumsi

buah (60%) dan sayur (69%) setiap hari. Sebagian besar (92%) ibu hamil

mengkonsumsi lauk seperti daging, ikan, atau telur setiap hari. Lebih dari

separuh (59%) ibu hamil memiliki porsi makan yang lebih banyak dibanding

sebelum hamil. Makan lebih banyak dan sering bermanfaat untuk memenuhi

kebutuhan gizi ibu hamil dan janinnya.

Menurut Nadesul (2005), ibu hamil perlu mengkonsumsi menu seimbang

yaitu menu yang lengkap dan sesuai kebutuhan tubuh. Tidak hanya cukup energi

dan protein saja tetapi juga zat gizi lainnya. Makanan ibu hamil sebaiknya terdiri

dari nasi, lauk-pauk, sayur, buah, dan susu. Selain itu, dengan meningkatnya

kebutuhan gizi selama hamil maka sebaiknya porsi makan saat hamil lebih

banyak dibandingkan dengan sebelum hamil.

Makan pagi setiap hari secara teratur dalam jumlah yang cukup dapat

memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan tubuh saat bekerja

dan menjaga kesehatan ibu dan bayi yang dikandung. Apabila tidak sarapan,

maka kadar gula darah akan mengalami penurunan, kurang tenaga, badan

menjadi lesu, keringat dingin, mengantuk, konsentrasi kurang, dan kesadaran

menurun (Depkes 2000). Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar (76%) ibu

hamil selalu sarapan setiap hari.

Sebagian besar (89%) ibu hamil memeriksakan kehamilan ke tenaga

kesehatan. Pelayanan kesehatan pada ibu hamil meliputi penimbangan berat

badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran tinggi

fundus, imunisasi Tetanus Toksoid (TT), dan pemberian tablet besi. Menurut

Forste (1994) dalam Wibowo dan Basuki (2006), perawatan kehamilan

menurunkan risiko kematian bayi dalam dua tahun pertama.

Page 60: gizi ibu hamil

Hampir seluruh (95%) ibu hamil selalu memantau pertambahan berat

badan selama hamil. Sebagian besar (78%) ibu hamil selalu minum tablet besi

karena menurut mereka tablet besi bisa mengatasi masalah anemia pada ibu

hamil. Namun, ada juga yang tidak mengkonsumsi tablet besi karena mual

apabila mengkonsumsi tablet tersebut. Menurut Wirakusumah (1999) konsumsi

tablet tambah darah dapat menimbulkan efek samping yang mengganggu seperti

rasa tidak enak di ulu hati, mual, muntah, diare, dan konstipasi. Kurang dari

separuh (37%) ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT pada kehamilan saat

ini. Sedikitnya jumlah ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT disebabkan oleh

beberapa ibu hamil yang umur kehamilannya belum saatnya mendapatkan

imunisasi TT atau sudah mendapatkan imunisasi TT pada saat kehamilan yang

pertama karena jarak kelahirannya yang tidak terlalu jauh. Hampir seluruh (98%)

ibu memberikan imunisasi pada anak balitanya.

Perawatan payudara bertujuan agar setelah melahirkan air susu ibu (ASI)

keluar banyak, puting susu mudah diisap dan tidak lecet, serta bayi dapat

menyusu dengan nyaman. Apabila tidak dirawat dengan baik maka puting susu

masuk dan bayi akan sulit menghisap ASI (Depkes 1991). Berdasarkan hasil

penelitian sebagian besar (82%) ibu hamil melakukan perawatan payudara dan

hampir seluruhnya (94%) berencana memberikan ASI eksklusif yaitu pemberian

ASI saja tanpa makanan tambahan apapun sampai bayi berusia enam bulan.

Perawatan payudara dapat dilakukan dengan mengurut payudara dari

pangkal ke arah puting susu 5-10 kali untuk masing-masing payudara.

Selanjutnya puting susu ditarik-tarik keluar dan diputar-putar selama dua menit.

Perawatan payudara sebaiknya dilakukan dua kali sehari (Depkes 1991).

Page 61: gizi ibu hamil

Gambar 5 Persentase ibu hamil yang menjawab benar mengenai praktek gizi

Konsumsi dan Tingkat Konsumsi Gizi Data konsumsi pangan dikumpulkan melalui metode semi kuantitatif food

frequency questionnaire sehingga didapatkan konsumsi pangan ibu hamil selama

satu minggu kemudian dilakukan penilaian kandungan gizi pada pangan yang

dikonsumsi untuk mengetahui tingkat konsumsi ibu hamil. Perhitungan konsumsi

pangan hanya diperoleh dari konsumsi makanan sehari-hari tanpa menghitung

suplemen yang dikonsumsi oleh ibu hamil.

Komponen zat gizi yang dihitung pada penelitian ini adalah energi,

protein, zat besi, dan vitamin A. Tingkat konsumsi energi dan protein dibedakan

menjadi dua, yaitu tidak cukup (<90%) dan cukup (≥90%), tingkat konsumsi besi

dan vitamin A dikategorikan menjadi tidak cukup (<100%) dan cukup (≥100%).

Tingkat konsumsi dihitung berdasarkan perbandingan konsumsi dengan angka

kecukupan gizi yang dianjurkan.

Page 62: gizi ibu hamil

Terjadi peningkatan kebutuhan gizi pada saat hamil sehingga dibutuhkan

keseimbangan antara kebutuhan dan konsumsi. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa tingkat konsumsi protein dan zat besi belum mencukupi kebutuhan ibu

hamil. Lebih dari separuh (60%) ibu hamil mengkonsumsi energi dalam jumlah

cukup dan hanya kurang dari separuh (39%) ibu hamil yang konsumsi proteinnya

cukup. Sebagian besar (86%) ibu hamil kebutuhan zat besinya belum tercukupi.

Sebaran ibu hamil berdasarkan tingkat kecukupan gizi dapat dilihat pada Tabel

20. Rata-rata konsumsi dan tingkat konsumsi zat gizi dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 20 Sebaran ibu hamil berdasarkan kategori tingkat konsumsi zat gizi

Kramat Jati (%) Ragunan (%) Total Zat Gizi Cukup Tidak cukup Cukup Tidak cukup Cukup Tidak cukup

Energi (Kal) 52 48 68 32 60 40 Protein (g) 26 74 52 48 39 61 Besi (mg) 10 90 18 82 14 86 Vitamin A (RE) 74 26 86 14 80 20

Tabel 21 Rata-rata konsumsi dan tingkat konsumsi zat gizi Kramat Jati Ragunan Total

Zat Gizi Konsumsi Tingkat

Konsumsi Konsumsi Tingkat Konsumsi Konsumsi Tingkat

KonsumsiEnergi (Kal) 1828 89.82 2250 106.59 2039 98.21 Protein (g) 46.72 72.11 60.43 90.94 53.58 81.52 Besi (mg) 17.52 53.66 22.87 68.52 20.20 61.09 Vitamin A (RE) 1358.43 169.80 1782.51 222.81 1570.47 196.31 Energi

Hasil uji t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05)

antara konsumsi energi ibu hamil di wilayah Kramat Jati dan Ragunan. Rata-rata

konsumsi energi ibu hamil di wilayah Kramat Jati lebih rendah dibandingkan

dengan ibu hamil di wilayah Ragunan. Konsumsi energi ibu hamil di wilayah

Kramat Jati rata-rata 1828 Kal dan di wilayah Ragunan rata-rata konsumsi 2250

Kal. Tingkat konsumsi ibu hamil di wilayah Kramat Jati masih belum cukup

sedangkan tingkat konsumsi energi ibu hamil di wilayah Ragunan sudah cukup.

Jumlah ibu hamil yang konsumsi energinya tidak cukup di wilayah Kramat Jati

lebih besar dibandingkan di wilayah Ragunan dengan persentase berturut-turut

48 persen dan 32 persen. Rendahnya konsumsi ibu hamil diduga karena pada

saat hamil terjadi peningkatan kebutuhan gizi.

Menurut Hardinsyah dan Tambunan (2004), tambahan energi yang

dianjurkan untuk ibu hamil trimester 1 adalah sebesar 180 Kal/hari sedangkan

pada trimester 2 dan 3 tambahan kalori yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah

Page 63: gizi ibu hamil

sebesar 300Kal/hari. Ketidakcukupan energi diduga karena kurangnya konsumsi

pangan sumber energi. Selain itu, ketidakcukupan energi dapat juga disebabkan

oleh aktivitas fisik sehari-hari yang dilakukan oleh ibu hamil. Jika ibu kekurangan

gizi pada waktu hamil kemungkinan besar bayi akan dilahirkan mempunyai berat

ringan (BBLR) dan bisa juga lahir prematur.

Pangan sumber energi yang tinggi karbohidrat antara lain beras, oat,

jagung, serealia lainnya, umbi-umbian, tepung, gula, madu, buah dengan kadar

air rendah (pisang, kurma, dan lain-lain), dan aneka produk turunannya. Pangan

sumber energi yang tinggi protein antara lain daging, ikan, telur, susu, dan aneka

produk turunannya (Hardinsyah & Tambunan 2004). Makanan sumber energi

yang banyak dikonsumsi oleh ibu hamil di wilayah Kramat Jati dan Ragunan

adalah makanan sumber energi yang tinggi karbohidrat seperti nasi, mie, roti,

dan umbi-umbian.

Protein

Hasil uji t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05)

antara konsumsi protein ibu hamil di wilayah Kramat jati dan Ragunan. Rata-rata

konsumsi protein ibu hamil di wilayah Kramat Jati lebih rendah dibandingkan ibu

hamil di wilayah Ragunan. Jumlah ibu hamil di wilayah Kramat Jati yang tingkat

konsumsinya cukup lebih kecil dibandingkan dengan ibu hamil di wilayah

Ragunan. Rata-rata konsumsi protein ibu hamil di wilayah Kramat Jati sebesar

46.72 gram per hari, sedangkan di wilayah Ragunan sebesar 60.43 gram per

hari. Persentase ibu hamil yang tingkat konsumsi proteinnya cukup di wilayah

Kramat Jati dan Ragunan berturut-turut 26 persen dan 52 persen.

Rendahnya tingkat konsumsi protein diduga karena terjadi peningkatan

kebutuhan protein pada saat hamil namun nafsu makan ibu hamil berkurang

karena terjadi perubahan dalam tubuh ibu hamil. Selain itu, makanan sumber

protein hewani memiliki harga yang cukup tinggi sehingga daya beli untuk

pangan ini menjadi terbatas. Konsumsi protein yang rendah selama kehamilan

atau pada akhir kehamilan akan menghambat pertumbuhan janin dan

meningkatkan kematian prenatal. Dianjurkan penambahan konsumsi protein per

hari sebanyak 17 gram.

Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik dalam

jumlah maupun mutu. Sumber protein hewani adalah telur, susu, daging,

unggas, ikan, dan kerang. Sedangkan sumber protein nabati adalah kacang

kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan tahu, serta kacang-kacangan lain

Page 64: gizi ibu hamil

(Almatsier 2003). Makanan sumber protein nabati yang banyak dikonsumsi oleh

ibu hamil di wilayah Kramat Jati dan Ragunan adalah tempe dan tahu.

Sedangkan makanan sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi adalah

susu, telur, daging sapi, daging ayam, ikan basah, dan ikan asin.

Zat Besi Hasil uji t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05)

antara konsumsi zat besi ibu hamil di wilayah Kramat Jati dan Ragunan. Rata-

rata konsumsi besi ibu hamil di wilayah Kramat Jati umumnya lebih rendah

dibandingkan dengan ibu hamil di wilayah Ragunan. Sebagian besar (90% dan

82%) ibu hamil tingkat konsumsi zat besi ibu hamil di wilayah Kramat Jati dan

Ragunan tergolong tidak cukup. Rata-rata konsumsi zat besi ibu hamil di wilayah

Kramat Jati adalah 17.52 mg per hari, sedangkan di wilayah Ragunan sebesar

22.87 mg per hari. Rendahnya tingkat konsumsi ibu hamil diduga karena pada

penelitian ini suplemen besi tidak dimasukkan dalam perhitungan konsumsi. Ibu

hamil mendapatkan tablet tambah darah yang diharapkan dapat meningkatkan

konsumsi zat besi ibu hamil. Selain itu, diduga ibu hamil kurang mengkonsumsi

makanan yang mengandung zat besi dan tinggi bioavailibilitasnya seperti daging

ayam, daging sapi, susu, telur, dan ikan.

Kebutuhan zat besi ibu hamil meningkat pada kehamilan trimester 2 dan

trimester 3. Pada masa tersebut dibutuhkan tambahan tablet besi meskipun

makanan yang dikonsumsi sudah banyak mengandung zat besi dan tinggi

bioavailibilitasnya (Nadesul 2005). Hal senada juga diungkapkan oleh Arisman

(2004) semakin bertambah usia kehamilan maka zat besi yang dibutuhkan

semakin banyak.

Konsumsi zat besi yang cukup sangat penting untuk pembentukan dan

mempertahankan kesehatan sel darah merah. Jika kekurangan zat besi terus

terjadi dan tidak ditanggulangi, maka ibu hamil dapat menderita anemia. Oleh

karena itu zat besi sangat penting untuk menjaga agar seorang wanita tidak

menderita anemia, bahkan sebelum terjadi kehamilan. Dianjurkan penambahan

konsumsi zat besi pada ibu hamil trimester 2 dan 3 sebanyak 9 mg/hari dan 13

mg/hari.

Vitamin A Hasil uji t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara

konsumsi vitamin A ibu hamil di wilayah Kramat Jati dan Ragunan. Rata-rata

konsumsi vitamin A ibu hamil di wilayah Kramat Jati dan Ragunan lebih tinggi

Page 65: gizi ibu hamil

dibandingkan dengan angka kecukupan gizi. Rata-rata konsumsi vitamin A ibu

hamil di wilayah Kramat Jati adalah 1358,43 RE dengan tingkat konsumsi 169,8

persen, sedangkan di wilayah Ragunan lebih tinggi yaitu 1782,51 RE dengan

tingkat konsumsi vitamin A sebesar 222,81 persen. Tingginya konsumsi vitamin

A karena banyak ibu hamil yang mengkonsumsi mangga dalam jumlah besar

dimana kandungan vitamin A dalam mangga per 100 gram sebesar 447 RE. Ibu

hamil di wilayah Kramat Jati dengan tingkat konsumsi vitamin A cukup sebesar

74 persen dan di wilayah Ragunan yaitu 86 persen.

Menurut Almatsier (2003), sumber vitamin A adalah hati, kuning telur,

susu, mentega dan margarin yang diperkaya vitamin A. Sumber karoten adalah

sayuran berwarna hijau tua serta sayuran dan buah yang berwarna kuning jingga

seperti daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis,

wortel, tomat, jagung kuning, pepaya, mangga, nangka masak, jeruk, dan minyak

kelapa sawit. Vitamin A berperan penting dalam penglihatan, differensiasi sel,

pertumbuhan dan perkembangan, kekebalan tubuh, reproduksi serta

pembentukan sel darah merah (Almatsier 2003). Dianjurkan penambahan

konsumsi vitamin A sebanyak 300 RE/hari pada saat hamil.

Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan Gizi Tingkat pendidikan formal merupakan cerminan dari kemampuan

seseorang untuk memahami berbagai aspek pengetahuan, termasuk

pengetahuan gizi (Hardinsyah 2007). Hanya sebagian kecil (7.7%) ibu hamil

dengan tingkat pengetahuan gizi kurang namun memiliki pendidikan yang tinggi.

Ibu hamil yang memiliki pengetahuan gizi kurang perlu mendapat perhatian

khusus karena diduga akan mempengaruhi makanan yang dikonsumsinya. Lebih

dari separuh (71.2%) ibu hamil dengan pengetahuan gizi cukup memiliki tingkat

pendidikan menengah. Ibu hamil dengan pengetahuan gizi yang tinggi memiliki

tingkat pendidikan tinggi (22.7%) dan tingkat pendidikan menengah (72.7%).

Hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan gizi dapat dilihat pada

Tabel22. Tabel 22 Distribusi ibu hamil menurut tigkat pendidikan dan tingkat pengetahuan gizi

Tingkat pengetahuan gizi Kurang Cukup Tinggi

Jumlah Tingkat pendidikan

n % n % n % n % Dasar 12 46.2 6 11.5 1 4.5 19 19.0 Menengah 12 46.2 37 71.2 16 72.7 65 65.0 Tinggi 2 7.7 9 17.3 5 22.7 16 16.0 Total 26 100.0 52 100.0 22 100.0 100 100.0

Page 66: gizi ibu hamil

Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata

(r=0.345, p<0.05) antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan pengetahuan gizi.

Artinya ibu hamil yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki

pengetahuan gizi yang lebih tinggi pula. Hal ini sesuai dengan Sediaoetama

(1991), tingkat pendidikan yang tinggi bekaitan dengan pengetahuan gizi yang

tinggi. Tinggi rendahnya pendidikan ibu berkaitan dengan tingkat perawatan

kesehatan, pendapatan, pekerjaan, dan makanan. Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang maka semakin mudah orang tersebut untuk menerima

informasi termasuk informasi mengenai gizi.

Berdasarkan hasil penelitian Soper et al. (1992) diacu dalam Hardinsyah

(2007) terdapat hubungan yang positif antara tingkat pendidikan formal dengan

tingkat pengetahuan gizi para instruktur aerobic di Texas. Sejalan dengan itu,

semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan memiliki akses yang lebih

mudah dalam memperoleh informasi mengenai gizi sehingga akan memiliki

pengetahuan gizi yang lebih tinggi pula (Hardinsyah 2007).

Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Sikap dan Praktek Gizi Menurut Khomsan (1997), sikap gizi merupakan tahapan lebih lanjut dari

pengetahuan gizi. Seseorang yang berpengetahuan gizi baik akan

mengembangkan sikap gizi yang baik. Pembentukan sikap gizi akan lebih

banyak dipengaruhi oleh kebiasaan/sosial budaya yang ada di masyarakat. Pada

penelitian ini dapat diketahui bahwa sebagian besar (75%) ibu hamil dengan

sikap gizi yang kurang memiliki tingkat pengetahuan gizi yang kurang pula,

sedangkan lebih dari separuh (54.9%) ibu hamil memiliki tingkat pengetahuan

gizi yang cukup. Ibu hamil dengan sikap gizi yang baik memiliki tingkat

pengetahuan gizi yang tinggi (38.1%) dan cukup (52.4%). Tabel 23 Distribusi ibu hamil menurut tingkat pengetahuan gizi dan sikap gizi

Sikap gizi Kurang Sedang Baik

Jumlah Tingkat pengetahuan

gizi n % n % n % n % Kurang 6 75.0 18 25.4 2 9.5 26 26.0 Cukup 2 25.0 39 54.9 11 52.4 52 52.0 Tinggi 0 0.0 14 19.7 8 38.1 22 22.0 Total 8 100.0 71 100.0 21 100.0 100 100.0

Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata

(r=0.341, p<0.05) antara pengetahuan gizi ibu hamil dengan sikap gizi ibu hamil.

Artinya ibu hamil yang memiliki skor pengetahuan gizi semakin baik maka akan

memiliki skor sikap dengan kategori baik pula. Hal ini sesuai dengan Khomsan

Page 67: gizi ibu hamil

(1997), seseorang yang berpengetahuan gizi baik akan mengembangkan sikap

gizi yang baik.

Tingkat pengetahuan gizi yang baik dapat membentuk praktek gizi yang

baik pula (Hardinsyah 2007). Pada penelitian ini ibu hamil dengan tingkat

pengetahuan gizi tinggi memiliki praktek gizi yang lebih baik dibandingkan

dengan ibu hamil dengan tingkat pengetahuan gizi kurang. Dari 22 orang yang

berpengetahuan gizi tinggi, ada 14 orang yang memiliki praktek gizi baik dan

hanya 3 orang dengan praktek gizi kurang. Tabel 24 Distribusi ibu hamil menurut tingkat pengetahuan gizi dan praktek gizi

Praktek gizi Kurang Sedang Baik

Jumlah Tingkat pengetahuan

gizi n % n % n % n % Kurang 6 37.2 14 41.2 6 12.0 26 26.0 Cukup 7 43.8 15 44.1 30 60.0 52 52.0 Tinggi 3 18.8 5 14.7 14 28.0 22 22.0 Total 16 100.0 34 100.0 50 100.0 100 100.0

Berdasarkan hasil uji Spearman dapat diketahui bahwa terdapat

hubungan yang nyata (r=0.266, p<0.05) antara pengetahuan gizi dan praktek

gizi. Ibu hamil dengan pengetahuan gizi yang lebih tinggi akan melakukan

praktek gizi yang lebih baik. Praktek atau perilaku merupakan suatu respon

seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu. Hal ini sesuai dengan Sanjur

(1982) yang menyebutkan bahwa pengetahuan gizi menentukan atau

membentuk praktek secara langsung. Ibu hamil dengan tingkat pengetahuan gizi

tinggi memiliki praktek gizi yang lebih baik dibandingkan dengan ibu hamil

dengan tingkat pengetahuan gizi kurang.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Gizi dengan Tingkat Konsumsi Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata

(p>0.05) positif antara tingkat pengetahuan gizi ibu hamil dengan tingkat

konsumsi energi, protein, dan zat besi. Hal ini diduga karena tidak hanya

pengetahuan gizi saja yang mempengaruhi konsumsi energi, protein dan zat

besi. Meskipun pada penelitian ini, terdapat hubungan yang signifikan antara

pengetahuan gizi dengan praktek gizi. Hal ini berarti praktek gizi belum bisa

mencerminkan konsumsi gizi ibu hamil dari segi kuantitas. Ada faktor-faktor lain

yang mempengaruhi konsumsi gizi seseorang, seperti pendapatan, besar

keluarga, dan kebiasaan makan. Tingkat pengetahuan gizi yang baik tidak selalu

diikuti dengan perilaku makan yang baik (Hardinsyah 2007). Meskipun tingkat

pengetahuan gizi tinggi dan diikuti dengan praktek gizi yang baik, namun ibu

Page 68: gizi ibu hamil

belum tentu mengetahui jumlah kebutuhan gizi masing-masing secara pasti.

Selain itu, kemungkinan karena berkurangnya nafsu makan ibu pada saat hamil.

Berdasarkan hasil uji Spearman dapat diketahui bahwa terdapat

hubungan yang nyata (p<0.05) positif antara tingkat pengetahuan gizi dengan

tingkat konsumsi vitamin A ibu hamil. Artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan

gizi ibu hamil semakin tinggi tingkat konsumsi vitamin A ibu hamil. Hal ini sesuai

dengan Sanjur (1982) yang menyebutkan bahwa pengetahuan gizi menentukan

atau membentuk praktek secara langsung.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Gizi Faktor-faktor yang diteliti pengaruhnya terhadap tingkat kecukupan gizi

dalam penelitian ini adalah pendidikan ibu, pendapatan perkapita, besar

keluarga, pengetahuan gizi, sikap gizi, dan praktek gizi. Berdasarkan hasil

korelasi Spearman terdapat dua variabel yang hubungannya dekat sehingga

untuk pengujian regresi selanjutnya digunakan salah satu saja. Variabel yang

berkorelasi positif tersebut adalah pendidikan ibu pengetahuan gizi, sikap gizi,

dan praktek gizi sehingga diwakili praktek gizi saja dalam analisis selanjutnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keragaman konsumsi pangan disajikan dalam

Tabel 25. Tabel 25 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi gizi

Zat Gizi Kategori OR P value Pendapatan perkapita Tinggi (rendah=0) 0.35 0.077 Besar Keluarga Kecil (besar=0) 1.80 0.386 Energi Praktek Gizi Sedang (kurang=0)

Baik (kurang=0) 6.07

16.70 0.016 0.000

Pendapatan perkapita Tinggi (rendah=0) 0.62 0.385 Besar Keluarga Kecil (besar=0) 4.36 0.039 Protein Praktek Gizi Sedang (kurang=0)

Baik (kurang=0) 2.14

11.08 0.380 0.004

Pendapatan perkapita Tinggi (rendah=0) 0.83 0.780 Besar Keluarga Kecil (besar=0) 3.78 0.240 Zat besi Praktek Gizi Sedang (kurang=0)

Baik (kurang=0) 0.65 1.58

0.660 0.590

Pendapatan perkapita Tinggi (rendah=0) 0.69 0.600 Besar Keluarga Kecil (besar=0) 2.60 0.236 Vitamin A Praktek Gizi Sedang (kurang=0)

Baik (kurang=0) 3.25

12.72 0.069 0.001

Keterangan: * p<0.05

Energi Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa praktek gizi memberikan

pengaruh terhadap tingkat konsumsi energi. Ibu hamil dengan praktek gizi baik

mempunyai peluang 16.7 kali lebih tinggi tingkat konsumsi energi dibandingkan

dengan ibu hamil dengan praktek gizi kurang. Sedangkan ibu hamil dengan

Page 69: gizi ibu hamil

praktek gizi sedang mempunyai peluang 6 kali lebih tinggi tingkat konsumsi

energinya dibandingkan dengan ibu hamil dengan praktek gizi kurang.

Ibu hamil yang memiliki praktek gizi yang kurang memiliki tingkat

konsumsi energi yang lebih rendah dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki

praktek gizi sedang dan baik. Hal ini diduga karena praktek gizi dalam penelitian

ini meliputi makanan dan porsi yang dikonsumsi oleh ibu hamil sehari-hari

selama masa kehamilan sehingga apabila praktek gizi ibu hamil kurang maka

tingkat konsumsi energinya akan rendah pula. Selain itu terdapat hubungan yang

nyata antara praktek gizi dengan pengetahuan gizi ibu hamil. Semakin tinggi

pengetahuan gizi ibu hamil maka akan memiliki praktek gizi yang semakin baik.

Ibu hamil yang memiliki pengetahuan gizi yang tinggi akan lebih memperhatikan

makanan dan porsi makan selama hamil karena mengetahui pada saat hamil

terjadi peningkatan kebutuhan energi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan perkapita dan besar

keluarga tidak ada pengaruh terhadap tingkat konsumsi energi ibu hamil.

Pendapatan perkapita dan besar keluarga diduga mempengaruhi tingkat

konsumsi energi, namun dari hasil analisis regresi logistik belum ada cukup bukti

untuk menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut secara signifikan mempengaruhi

tingkat konsumsi energi ibu hamil. Hal ini mungkin dikarenakan kecilnya

persentase ibu hamil dengan pendapatan perkapita per bulan kurang dari Rp

214.817,00 serta kecilnya persentase ibu hamil dengan besar keluarga lebih dari

empat orang. Menurut Hardinsyah (2007), pendapatan dan besar keluarga

merupakan faktor yang diduga sebagai determinan keragaman konsumsi

pangan.

Protein Berdasarkan hasil uji regresi logistik dapat diketahui bahwa tingkat

konsumsi protein ibu hamil pada penelitian ini dipengaruhi oleh besar keluarga

dan praktek gizi. Ibu hamil dengan besar keluarga lebih kecil atau sama dengan

empat orang memiliki peluang 4.3 kali lebih tinggi tingkat konsumsinya

dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki besar keluarga lebih dari orang.

Besar keluarga akan mempengaruhi tingkat konsumsi protein ibu hamil. Menurut

Hardinsyah (2007), besar keluarga merupakan salah satu faktor yang diduga

sebagai determinan keragaman konsumsi pangan di Indonesia. Ibu hamil dengan

praktek gizi baik mempunyai peluang 11 kali lebih tinggi tingkat konsumsi protein

dibandingkan dengan ibu hamil dengan praktek gizi kurang.

Page 70: gizi ibu hamil

Menurut dugaan, pendapatan perkapita merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi tingkat konsumsi protein ibu hamil. Namun dari hasil

analisis regresi logistik tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap

tingkat konsumsi protein ibu hamil. Hal ini diduga karena kecilnya persentase ibu

hamil dengan pendapatan perkapita per bulan kurang dari Rp 214.817,00.

Zat Besi Pendapatan perkapita, besar keluarga, dan praktek gizi diduga

merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi zat besi ibu hamil.

Namun ternyata hasil analisis regresi logistik tidak menunjukkan bahwa faktor-

faktor tersebut tidak berpengaruh terhadap tingkat konsumsi zat besi. Hal ini

mungkin dikarenakan kecilnya persentase ibu hamil dengan pendapatan

perkapita per bulan kurang dari Rp 214.817,00 serta kecilnya persentase ibu

hamil dengan besar keluarga lebih dari empat orang. Menurut Hardinsyah

(2007), pendapatan dan besar keluarga merupakan faktor yang diduga sebagai

determinan keragaman konsumsi pangan.

Praktek gizi diduga akan mempengaruhi tingkat konsumsi zat besi ibu

hamil karena praktek gizi merupakan tindakan sehari-hari ibu hamil yang

berhubungan dengan gizi, makanan, dan kesehatan. Sebagian besar (86%) ibu

hamil memiliki tingkat konsumsi besi yang tergolong tidak cukup hal ini terjadi

karena suplemen zat besi yang dikonsumsi ibu hamil tidak diperhitungkan.

Praktek gizi pada penelitian ini hanya ada dua pernyataan yang berhubungan

dengan konsumsi zat besi sehingga hal inilah yang diduga praktek gizi tidak

mempengaruhi tingkat konsumsi zat besi.

Vitamin A Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa praktek gizi memberikan

pengaruh terhadap tingkat konsumsi vitamin A. Ibu hamil dengan praktek gizi

baik mempunyai peluang 12.7 kali lebih tinggi tingkat konsumsi vitamin A

dibandingkan dengan ibu hamil dengan praktek gizi kurang. Sedangkan ibu hamil

dengan praktek gizi sedang mempunyai peluang 3.25 kali lebih tinggi tingkat

konsumsi vitamin A dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki praktek gizi

kurang.

Page 71: gizi ibu hamil

Pendapatan perkapita dan besar keluarga diduga mempengaruhi tingkat

konsumsi vitamin A, namun dari hasil analisis regresi logistik belum ada cukup

bukti untuk menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut secara signifikan

mempengaruhi tingkat konsumsi energi ibu hamil. Hal ini diduga karena kecilnya

persentase ibu hamil dengan pendapatan perkapita per bulan kurang dari

Rp214.817,00 serta kecilnya persentase ibu hamil dengan besar keluarga lebih

dari empat orang. Menurut Hardinsyah (2007), pendapatan dan besar keluarga

merupakan faktor yang diduga sebagai determinan keragaman konsumsi

pangan.

Page 72: gizi ibu hamil

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Usia ibu hamil antara 20 tahun hingga 40 tahun. Sebagian besar ibu

hamil (91%) antara usia 20-35 tahun. Tingkat pendidikan ibu hamil antara tidak

tamat SD hingga S2, sedangkan tingkat pendidikan suami antara SD hingga S1.

Lebih dari separuh ibu hamil di Kramat Jati (68%) dan Ragunan (62%) memiliki

jenjang pendidikan hingga SMP dan SMA. Sedangkan lebih dari separuh (75%)

suami di kedua wilayah memiliki jenjang pendidikan hingga SMP dan SMA.

Sebagian besar (90%) ibu hamil bekerja sebagai ibu rumah tangga. Sebagian

besar (87%) suami berprofesi sebagai pegawai swasta dan wiraswasta.

Pendapatan per kapita per bulan antara Rp 50.000,00 - Rp 1.666.667,00 dengan

rata-rata Rp 385.925. Lebih dari separuh (68%) ibu hamil tergolong tidak miskin.

Lebih dari separuh (55%) usia kehamilan ibu termasuk trimester dua.

Umur kehamilan contoh yang paling sedikit di Kramat Jati berada pada kisaran

25-37 minggu (16%), sedangkan di Ragunan (22%) umur kehamilan contoh

berada pada kisaran 0-12 minggu. Lebih dari separuh (58%) ibu hamil memiliki

IMT sebelum hamil yang normal dengan rata-rata 21.67±4.39. Di Kramat Jati

(18%) dan Ragunan (32%) terdapat ibu hamil dengan IMT sebelum hamil yang

termasuk kategori kurang.

Skor rata-rata pengetahuan gizi ibu hamil adalah 24.3. Skor pengetahuan

gizi ibu hamil di Kramat Jati (48%) dan Ragunan (56%) berada dalam kategori

cukup. Skor rata-rata sikap gizi ibu hamil adalah 23.5. Lebih dari separuh (71%)

ibu hamil memiliki skor sikap dengan kategori sedang. Skor rata-rata praktek gizi

ibu hamil adalah 24.6. Separuh (50%) ibu hamil memiliki skor praktek dengan

kategori baik, sedangkan sebagian (16%) ibu hamil memiliki skor praktek dengan

kategori kurang.

Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata

(r=0.35, p<0.05) antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan pengetahuan gizi,

terdapat hubungan yang nyata (r=0.34, p<0.05) antara pengetahuan gizi ibu

hamil dengan sikap gizi ibu hamil, terdapat hubungan yang nyata (r=0.27,

p<0.05) antara pengetahuan gizi dan praktek gizi.

Tingkat konsumsi protein dan zat besi belum mencukupi kebutuhan ibu

hamil. Sebagian ibu hamil yang sudah dapat mencukupi kebutuhan energi (60%)

dan protein (39%). Sebagian besar (86%) ibu hamil kebutuhan zat besinya belum

tercukupi.

Page 73: gizi ibu hamil

Rata-rata konsumsi energi, protein, dan zat besi ibu hamil di Kramat Jati

umumnya lebih rendah dibandingkan dengan Ragunan. Rata-rata konsumsi

vitamin A ibu hamil di wilayah Kramat Jati dan Ragunan lebih tinggi dibandingkan

dengan angka kecukupan gizi.

Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata

(p>0.05) antara tingkat pengetahuan gizi ibu hamil dengan tingkat konsumsi

energi, protein, dan zat besi. Namun terdapat hubungan yang nyata (p<0.05)

positif antara tingkat pengetahuan gizi dengan tingkat konsumsi vitamin A ibu

hamil.

Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa praktek gizi memberikan

pengaruh terhadap tingkat konsumsi energi. Ibu hamil dengan praktek gizi baik

mempunyai peluang 16.7 kali lebih tinggi tingkat konsumsi energinya

dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki praktek gizi kurang. Sedangkan

pendapatan per kapita dan besar keluarga tidak ada pengaruh terhadap tingkat

konsumsi energi ibu hamil. Tingkat konsumsi protein ibu hamil pada penelitian ini dipengaruhi oleh

besar keluarga dan praktek gizi. Ibu hamil dengan besar keluarga kurang dari

atau sama dengan empat orang memiliki peluang 4.36 kali lebih tinggi tingkat

konsumsinya dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki besar keluarga lebih

dari empat orang. Ibu hamil praktek gizi baik mempunyai peluang hampir 11 kali

lebih tinggi tingkat konsumsi protein dibandingkan dengan ibu hamil dengan

praktek gizi kurang.

Pendapatan per kapita, besar keluarga, dan praktek gizi tidak

mempengaruhi tingkat konsumsi zat besi ibu hamil. Praktek gizi memberikan

pengaruh terhadap tingkat konsumsi vitamin A. Ibu hamil dengan praktek gizi

baik mempunyai peluang 12.72 kali lebih tinggi tingkat konsumsi vitamin A

daripada ibu hamil dengan praktek gizi kurang. Sedangkan pendapatan per

kapita dan besar keluarga tidak berpengaruh terhadap tingkat konsumsi vitamin

A.

Page 74: gizi ibu hamil

Saran Berdasarkan hasil penelitian ini diusulkan beberapa saran untuk

mencegah terjadinya masalah gizi pada ibu hamil:

1. Peningkatan pengetahuan gizi ibu hamil melalui pendidikan gizi secara

nonformal ataupun penyuluhan terutama mengenai berat badan minimal

bayi lahir yang dikatakan sehat, pertambahan berat badan selama hamil,

serta makanan sumber zat gizi.

2. Pemberian makanan tambahan dan suplemen agar kebutuhan gizi ibu

hamil bisa terpenuhi karena sebagian besar (86%) ibu hamil pada

penelitian ini tidak bisa memenuhi kecukupan konsumsi zat besi dari

makanan sehari-hari.

Page 75: gizi ibu hamil

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2000. Sambutan Menteri Kesehatan. Di dalam: Soekirman et al., editor. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII; Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Almatsier. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Amirudin R & Wahyudin. 2004. Studi kasus kontrol faktor biomedis terhadap

kejadian anemia ibu hamil di puskesmas bantimurung. [terhubung berkala]. http://ridwanamirudin.wordpress.com. [19 Desember 2007].

Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC. Atmarita, Fallah TS. 2004. Analisis situasi gizi dan kesehatan masyarakat. Di

dalam: Soekirman et al., editor. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII; Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. hlm 129-161.

Azwar A. 2004. Aspek kesehatan dan gizi dalam ketahanan pangan. Di dalam:

Soekirman et al., editor. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII; Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. hlm 101-109.

[BPS] Biro Pusat Statistik. 2004. Beberapa indikator utama sosial ekonomi

indonesia. [terhubung berkala]. http://www.bps.go.id. html [6 Nov 2007]. [BPS] Biro Pusat Statistik. 2007. Indikator Ekonomi Desember 2007. Jakarta:

BPS [Depkes] Departemen Kesehatan. 1991. Buku Pedoman Pengobatan Tradisional

(Battra) sebagai Motivator Posyandu, Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Depkes.

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2000. Gizi Seimbang Menuju Hidup Sehat

bagi Ibu Hamil dan Ibu Menyusui: Pedoman Petugas Puskesmas. Jakarta: Depkes.

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2002. Laporan Survei Kesehatan Rumah

Tangga 2001: Studi Tindak Lanjut Ibu Hamil. Jakarta: Depkes. [Depkes] Departemen Kesehatan. 2003. Petunjuk Teknis Pemantauan Status

Gizi Orang Dewasa dengan Indeks Massa Tubuh. Jakarta: Depkes. [Depkes] Departemen Kesehatan. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005.

Jakarta: Depkes. Hardinsyah. 1985. Ekonomi Gizi. Diktat Jurusan Gizi Masyarakat dan

Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Bogor: IPB.

Page 76: gizi ibu hamil

Hardinsyah. 2007. Review faktor determinan keragaman konsumsi pangan. Jurnal Gizi dan Pangan 2(2):55-74.

Hardinsyah & Martianto D. 1992. Gizi Terapan. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor: IPB.

Hardinsyah & Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan.

Diktat Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Bogor: IPB.

Hardinsyah & Briawan D. 2000. Dampak pemberian biskuit multigizi pada

pertambahan berat badan ibu hamil. Media Gizi dan Keluarga 24(2):132-138.

Hardinsyah & Tambunan V. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi

Daerah dan Globalisasi. Di dalam: Soekirman et al., editor. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII; Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Hardinsyah, Wulandari & Retnaningsih. 2000. Kecukupan gizi, berat dan tinggi

badan anak sekolah penerima PMT-AS di daerah pantai dan pegunungan NTT. Media Gizi dan Keluarga 24(1):177-189.

Harper, Deaton, & Driskel. 1986. Pangan, Gizi, dan Pertanian. Suhardjo,

penerjemah. Jakarta: UI Pr. Terjemahan dari: Food, Nutriton, and Agriculture.

Hermana. 2004. Pengembangan daftar komposisi zat gizi pangan Indonesia. Di

dalam: Soekirman et al., editor. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII; Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. hlm 445-449.

Hunt et al. 1976. Effect of nutrition education on the nutritional status of low

income pregnant women of mexican descent. Am J Clin Nutr 29:675-684. [IOM] Institute of Medicine. 1990. Nutrition During Pregnancy: Part I, Weight

Gain: Part II, Nutrient Suplement. Washington DC: National Academy Pr. Jalal F, Sumali. 1998. Gizi dan Kualitas Hidup: Agenda Perumusan Program Gizi

REPELITA VII untuk Mendukung Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas. Di dalam: Winarno et al., editor. Pangan dan Gizi Masa Depan: Meningkatkan Produktivitas dan Daya Saing Bangsa. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI; Serpong, 17-20 Februari 1998. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. hlm 221-254.

Khomsan A, & Sulaeman A. 1996. Gizi dan Kesehatan dalam Pembangunan

Pertanian. Bogor: IPB Pr.

Page 77: gizi ibu hamil

Khomsan. 1997. Pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang anemia pada peserta dan bukan peserta program suplementasi tablet besi pada ibu hamil. Media Gizi dan Keluarga 21(2):1-7.

Khomsan. 2000. Teknik Pengukuran Gizi. Diktat Jurusan Gizi Masyarakat dan

Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Bogor: IPB. Khomsan. 2002. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Bogor: IPB. Muhilal, Husaini F, Jalal, & Tarwotjo. 1993. AKG yang dianjurkan. Di dalam: M.A

Rifai et al., editor. Riset dan Teknologi Unggulan Mengenai Pangan dan Gizi dalam Menghadapi Masalah Gizi Ganda Pembangunan Jangka Panjang II. Widyakarya Pangan dan Gizi V; Jakarta, 20-22 April 1993. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. hlm 421-450

Muhilal, & Hardinsyah. 2004. Penentuan kebutuhan gizi dan kesepakatan

harmonisasi di Asia Tenggara. Di dalam: Soekirman et al., editor. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII; Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. hlm 301-308.

Nadesul H. 2005. Makanan Sehat untuk Ibu Hamil. Jakarta: Puspa swara. Notoatmojo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Notobroto H, & Wahyuni. 2003. Penggunaan pertambahan berat badan dan

ukuran lingkar lengan atas ibu hamil untuk memprediksi berat badan bayi lahir. Jurnal Penelitian Medika Eksakta 4(2):157-168.

Riyadi H. 2001. Metode Penilaian Status Gizi secara Antropometri. Diktat

Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Bogor: IPB.

Riyadi H. 2006. Gizi dan Kesehatan Keluarga. Ed ke-2. Jakarta: Universitas

Terbuka. Riyadi H, Hardinsyah, & Anwar. 1997. Faktor-faktor Resiko Anemia pada Ibu

Hamil. Media Gizi Keluarga 21(2): 35-40 Sanjur. 1982. Social and Culture Perspective in Nutrition. New Jersey: Englewood Cliffts, Prentice-Hall. Sediaoetama AD. 1991. Ilmu Gizi untuk Profesi dan Mahasiswa. Jakarta: Dian

Rakyat. Soekirman. 1994. Mengahadapi Masalah Gizi dalam Pembangunan Jangka

Panjang kedua Agenda Repelita VI. Di dalam: M.A Rifai et al., editor. Riset dan Teknologi Unggulan Mengenai Pangan dan Gizi dalam Menghadapi Masalah Gizi Ganda Pembangunan Jangka Panjang II. Widyakarya Pangan dan Gizi V; Jakarta, 20-22 April 1993. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. hlm 71-86

Page 78: gizi ibu hamil

Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, PAU Pangan dan Gizi, IPB.

Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Suharno et al. 1992. Cross-sectional study on the iron and vitamin a status of

pregnant women in west java, indonesia. Am J Clin Nutr 56:988-993. Syahrul F, Catur A, Zulkarnain E, Garianto E. 2002. Faktor-faktor yang

berhubungan dengan status imunisasi tetanus toksoid ibu hamil di Kabupaten Lumajang. Jurnal Penelitian Medika Eksakta 3(1):80-88.

Turhayati ER. 2006. Hubungan pertambahan berat badan selama kehamilan

dengan berat lahir bayi di Sukaraja Bogor tahun 2001-2003. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional 1(3):139-144.

Wibowo A, Basuki H. 2006. Pola perawatan kesehatan ibu dan anak pada

masyarakat pendatang. The Journal of Public Health Indonesian 3(1):15-18.

Widayani S. 2004. Iron Deficiency Anemia (IDA) dan Perbaikan Gizi Besi.

Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

William SR. 1973. Nutrition and Diet Therapy. Saint Louis: Mosby. Wirakusumah E.S. 1999. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Jakarta: Pustaka

Pembangunan Swadaya Nusantara.