PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA NADIYA MAWADDAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN
KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA
NADIYA MAWADDAH
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN
Nadiya Mawaddah. Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Gizi serta Tingkat Konsumsi Ibu Hamil di Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan Ragunan Propinsi DKI Jakarta. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan praktek gizi, serta tingkat konsumsi (energi, protein, zat besi, dan vitamin A) pada ibu hamil. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah (1) mengetahui karakteristik sosial ekonomi ibu hamil (2) mengetahui pengetahuan, sikap, dan praktek gizi ibu hamil (3) menganalisis hubungan pendidikan dengan pengetahuan gizi ibu hamil (4) menganalisis hubungan pengetahuan gizi dengan sikap dan praktek gizi ibu hamil (5) menganalisis hubungan antara pengetahuan gizi dengan konsumsi gizi ibu hamil (6) menganalisis pengaruh pendidikan ibu, pendapatan, besar keluarga, serta pengetahuan, sikap, dan praktek gizi ibu hamil terhadap tingkat konsumsi energi, protein, zat besi, dan vitamin A. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan Ragunan. Pemilihan lokasi disesuaikan dengan program bubuk tabur multivitamin untuk ibu hamil. Contoh penelitian ini diambil secara purposive dengan kriteria bukan kehamilan pertama, usia kehamilan antara 8-28 minggu, serta bersedia diwawancarai. Jumlah contoh yang terpilih adalah semua ibu hamil yang memenuhi kriteria yang ditentukan. Jumlah yang terpilih adalah 100 ibu hamil yang terdiri dari Kelurahan Kramat Jati 50 contoh dan Ragunan 50 contoh. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik contoh, karakteristik sosial ekonomi, pengetahuan gizi ibu hamil, sikap gizi ibu hamil, dan praktek gizi ibu hamil, serta konsumsi pangan. Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan adalah data tentang gambaran umum lokasi penelitian. Pengumpulan data primer melalui wawancara secara langsung dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder diperoleh dari puskesmas dan kelurahan. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif dan statistik. Pengolahan data meliputi editing, coding, entri, dan cleaning. Analisis data diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excell dan Statistical Program for Social Sciences (SPSS) versi 13 for windows.
Sebagian besar ibu hamil (91%) tersebar antara usia 20-35 tahun. Tingkat pendidikan ibu hamil antara tidak tamat SD hingga S2, sedangkan tingkat pendidikan suami antara SD hingga S1. Lebih dari separuh ibu hamil dan suami memiliki jenjang pendidikan hingga SMP dan SMA. Sebagian besar (90%) ibu hamil bekerja sebagai ibu rumah tangga, sedangkan sebagian besar (87%) suami berprofesi sebagai pegawai swasta dan wiraswasta. Pendapatan perkapita per bulan antara Rp 50.000,00 sampai Rp 1.666.667,00 dengan rata-rata Rp 385.925,00. Lebih dari separuh (68%) ibu hamil tergolong tidak miskin dengan pendapatan perkapita lebih dari Rp 214.817,00. Lebih dari separuh (55%) usia kehamilan ibu termasuk trimester dua. Lebih dari separuh (58%) ibu memiliki IMT sebelum hamil yang normal dengan rata-rata 21.67±4.39.
Kurang dari separuh (26%) ibu hamil memiliki pengetahuan gizi kurang. Hanya sebagian kecil (8%) ibu hamil memiliki sikap gizi kurang. Separuh (50%) ibu hamil memiliki praktek gizi baik sedangkan sebagian kecil (16%) ibu hamil memiliki praktek gizi kurang.
Hasil uji Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang nyata (r=0.345, p<0.05) antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan gizi ibu hamil, terdapat hubungan yang nyata (r=0.341, p<0.05) antara pengetahuan gizi dengan sikap gizi ibu hamil dan terdapat hubungan yang nyata (r=0.266, p<0.05) antara pengetahuan gizi dengan praktek gizi ibu hamil.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi protein dan zat besi belum mencukupi kebutuhan ibu hamil. Sebagian ibu hamil sudah dapat mencukupi kebutuhan energi (60%) dan protein (39%). Sebagian besar (86%) ibu hamil kebutuhan zat besinya belum tercukupi. Rata-rata konsumsi energi, protein, vitamin A, dan zat besi ibu hamil di Kramat Jati lebih rendah daripada di Ragunan. Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata (p>0.05) antara tingkat pengetahuan gizi ibu hamil dengan tingkat konsumsi energi, protein, dan zat besi. Namun, terdapat hubungan yang nyata (p<0.05) antara tingkat pengetahuan gizi ibu hamil dengan tingkat konsumsi vitamin A.
Tingkat konsumsi energi dipengaruhi oleh praktek gizi. Ibu hamil dengan praktek gizi baik mempunyai peluang 16.7 kali lebih tinggi tingkat konsumsi energinya daripada ibu hamil dengan praktek gizi kurang. Tingkat konsumsi protein dipengaruhi oleh besar keluarga dan praktek gizi. Ibu hamil dengan besar keluarga kurang dari atau sama dengan empat orang memiliki peluang 4.3 kali lebih tinggi tingkat konsumsinya dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki besar keluarga lebih dari empat orang. Ibu hamil dengan praktek gizi baik mempunyai peluang 11 kali lebih tinggi tingkat konsumsi protein dibandingkan dengan ibu hamil dengan praktek gizi kurang. Pendapatan perkapita, besar keluarga, dan praktek gizi tidak mempengaruhi tingkat konsumsi zat besi ibu hamil. Praktek gizi memberikan pengaruh terhadap tingkat konsumsi vitamin A. Ibu hamil dengan praktek gizi baik mempunyai peluang 12.7 kali lebih tinggi tingkat konsumsi vitamin A daripada ibu hamil dengan praktek gizi kurang.
ABSTRACT
NADIYA MAWADDAH. Knowledge, Attitude, and Practice of Nutrition, and Nutrient Adequacy Level of Pregnant Women at Kramat Jati and Ragunan, DKI Jakarta. Supervised by HARDINSYAH. The aim of this research is to understand the knowledge, attitude, and practice of nutrition and nutrient adequacy level (energy, protein, vitamin A, and Iron) of pregnant women. This research uses a cross sectional study design. Research location is according to sprinkle programme. The sample was taken purposively with criteria not the first pregnancy, the age of pregnancy is between 8-28 weeks, and they are willing to be interviewed. The number of samples that were chosen are 100 pregnant women. Data that were collected were analyzed descriptively and statistically. In general, part (26%) of pregnant women had low nutrition knowledge. More than a half (71%) of pregnant women had moderate nutrition attitude. A half (50%) of pregnant women had good nutrition practice. Based on Spearman analysis, there are significant correlation between education level and nutrition knowledge (r=0.35, p<0.05), between nutrition knowledge and nutrition attitude (r=0.34, p<0.05), between nutrition knowledge and nutrition practice (r=0.266, p<0.05). This research showed adequacy level of protein and iron are inadequate. Adequacy level of energy, protein, vitamin A, and iron pregnant women in Kramat Jati is lower than Ragunan. Based on Spearman analysis there is no correlation between nutrition knowledge and consumption rate of energy, protein, and iron. While there is significant correlation between nutrition knowledge of pregnant women and consumption rate of vitamin A. Adequacy level of energy is affected by nutrition practice. Pregnant women with good nutrition practice had 16.7 times higher adequacy level of energy. Adequacy level of protein is affected by family size and nutrition practice. Income, family size, and nutrition practice didn’t affect the adequacy level of iron pregnant women. Adequacy level of vitamin A is affected by nutrition practice.
PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN
KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA
NADIYA MAWADDAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Gizi serta Tingkat Konsumsi Ibu Hamil di
Kelurahan Krama Jati dan Kelurahan Ragunan Propinsi DKI Jakarta” dengan
lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Adapun dalam penyelesaian skripsi ini, penulis telah banyak mendapat
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis pada
kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan pengarahan, bimbingan, dan saran selama pelaksanaan
penelitian hingga skripsi ini terselesaikan.
2. Katrin Roosita SP, MSi, sebagai dosen pemandu dalam seminar dan dosen
penguji hasil penelitian ini
3. Papa, Mama, Gaek, Umi, serta adik-adikku (Nadra, Rifa, Bila), yang telah
Ahma, Handaru, dan Galih, terima kasih atas doa dan semangatnya.
5. Seluruh rekan-rekan GMSK 40, 41, 42 dan 43 yang telah memberikan
dukungan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
6. Semua pihak yang telah memberikan bantuan selama penulis melakukan
penelitian hingga skripsi ini selesai.
Penulis menyadari skripsi ini masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran yang bersifat membangun dari
pembaca. Semoga hasil skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Mei 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................ i DAFTAR ISI ............................................................................................. ii DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iii DAFTAR TABEL ...................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... v PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 Latar Belakang ................................................................................... 1 Tujuan ................................................................................................ 3 Hipotesa ............................................................................................. 4 Kegunaan ........................................................................................... 4 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5 Kehamilan .......................................................................................... 5 Masalah Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil .............................................. 7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keadaan Ibu hamil ....................... 9 Usia Ibu .......................................................................................... 9 Paritas dan Jarak Kelahiran ........................................................... 9 Pemeriksaan Kehamilan ........................................................................ 10 Kebutuhan Gizi Ibu Hamil serta Pangan Sumber Zat Gizi ................. 10 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Pangan ........................ 14 Pendidikan...................................................................................... 14 Pendapatan ................................................................................... 15 Pengukuran dan Penilaian Konsumsi Pangan .................................... 15 Metode Recall ................................................................................ 15 Metode Frekuensi Makan............................................................... 16 Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Gizi................................................ 17 Status Gizi ........................................................................................... 19 KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................ 21 METODE ................................................................................................. 24 Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 24 Cara Penarikan Contoh ...................................................................... 24 Jenis dan Cara Pengumpulan Data .................................................... 25 Pengolahan dan Analisis Data ........................................................... 26 Definisi Operasional ........................................................................... 32 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 33 Keadaan Umum Daerah Penelitian..................................................... 33 Karakteristik Ibu Hamil......................................................................... 35 Usia Ibu Hamil dan Suami .............................................................. 35 Pendidikan Ibu Hamil dan Suami ................................................... 36 Pekerjaan Ibu Hamil dan Suami ..................................................... 37 Pendapatan .................................................................................... 38 Besar Keluarga............................................................................... 39 Usia Kehamilan .............................................................................. 39 Indeks Massa Tubuh ...................................................................... 40 Pengetahuan Gizi Ibu Hamil................................................................ 40
Sikap Gizi Ibu Hamil ............................................................................ 44 Praktek Gizi Ibu Hamil ......................................................................... 47 Konsumsi dan Tingkat Konsumsi ........................................................ 50 Energi ....................................................................................... 51 Protein ....................................................................................... 52 Zat Besi ....................................................................................... 53 Vitamin A ....................................................................................... 53 Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan Gizi............................... 54 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Sikap dan Praktek Gizi ............ 55 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Tingkat Konsumsi.................... 56 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Gizi.................. 57 Energi ....................................................................................... 57 Protein ....................................................................................... 58 Zat Besi ....................................................................................... 59 Vitamin A ....................................................................................... 59 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 61 Kesimpulan ....................................................................................... 61 Saran ....................................................................................... 63 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 64 LAMPIRAN ............................................................................................. 68
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1. Kerangka pemikiran pengetahuan, sikap, serta praktek gizi ibu
hamil serta tingkat konsumsi ibu hamil di Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan Ragunan Propinsi DKI Jakarta ............................. 23
2. Cara penarikan contoh ................................................................. 24 3. Persentase ibu hamil yang menjawab benar mengenai
pengetahuan gizi .......................................................................... 44 4. Persentase ibu hamil yang menjawab benar mengenai sikap gizi 47 5. Persentase ibu hamil yang menjawab benar mengenai praktek
1. Estimasi angka kecukupan energi dan protein ............................. 11
2. Angka kecukupan vitamin dan mineral per hari............................ 12 3. Rekomendasi kenaikan berat badan selama kehamilan
berdasarkan pada IMT sebelum kehamilan.................................. 20 4. Cara pengumpulan data primer .................................................... 25 5. Cara pengkategorian dan analisis variabel penelitian .................. 30
6. Keadaan wilayah Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan Ragunan ....................................................................................... 33
7. Keadaan tenaga kesehatan di Puskesmas Kramat Jati dan Ragunan ....................................................................................... 34
8. Sarana bidang kesehatan di Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan Ragunan ....................................................................................... 34
9. Sarana bidang pendidikan di Kelurahan Kramat Jati dan Ragunan……………………………………………………………….. 35
10. Sebaran ibu hamil dan suami berdasarkan usia .......................... 36 11. Sebaran ibu hamil dan suami berdasarkan pendidikan................ 37 12. Sebaran ibu hamil dan suami berdasarkan pekerjaan ................. 38 13. Sebaran ibu hamil berdasarkan pendapatan per kapita............... 38 14. Sebaran ibu hamil berdasarkan besar keluarga........................... 39 15. Sebaran ibu hamil berdasarkan usia kehamilan........................... 39 16. Sebaran ibu hamil berdasarkan IMT sebelum hamil .................... 40 17. Sebaran ibu hamil berdasarkan tingkat pengetahuan gizi............ 41 18. Sebaran ibu hamil berdasarkan sikap gizi.................................... 45 19. Sebaran ibu hamil berdasarkan praktek gizi ................................ 48 20. Sebaran ibu hamil berdasarkan kategori tingkat konsumsi zat
gizi ............................................................................................. 51 21. Rata-rata konsumsi dan tingkat konsumsi zat gizi ....................... 51
22. Distribusi ibu hamil menurut tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan gizi .......................................................................... 54
23. Distribusi ibu hamil menurut tingkat pengetahuan gizi dan sikap gizi 55 24. Distribusi ibu hamil menurut tingkat pengetahuan gizi dan praktek gizi 56
25. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi gizi ............. 57
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner ..................................................................................... 69 2. Rata-rata konsumsi, AKG, dan tingkat konsumsi zat gizi ............... 73 3. Hasil uji t ......................................................................................... 73 4. Hasil uji korelasi Spearman………………………………………….. 74 5. Hasil uji regresi logistik…………………………………………….. .. 75
PENDAHULUAN
Latar Belakang Pembangunan suatu bangsa pada hakekatnya untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah
peningkatan kualitas manusia. Indikator pengukur tinggi rendahnya kualitas SDM
antara lain Human Development Index (HDI). Indeks kualitas hidup ini ditentukan
berdasarkan umur harapan hidup (life expectancy), pendidikan (adult literacy),
dan pendapatan per kapita (Anonim 2000). Gizi yang baik merupakan salah satu
faktor yang diperlukan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas.
Upaya meningkatkan kualitas SDM seharusnya dimulai sedini mungkin
sejak janin dalam kandungan. Masa kehamilan merupakan periode yang sangat
menentukan kualitas SDM di masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat
ditentukan sejak masa janin dalam kandungan. Bila keadaan kesehatan dan
status gizi ibu hamil baik, maka besar peluang janin yang dikandungnya akan
baik dan keselamatan ibu sewaktu melahirkan akan terjamin.
Ibu hamil adalah salah satu kelompok yang paling rawan terhadap
masalah gizi. Masalah gizi yang dialami ibu hamil sebelum atau selama
kehamilan dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung.
Terhambatnya pertumbuhan janin salah satunya disebabkan oleh gizi ibu yang
buruk, ditandai oleh rendahnya pertambahan berat badan ibu hamil atau berat
badan ibu sebelum hamil. Oleh karena itu, diperlukan persiapan yang baik
sehingga kualitas bayi yang dilahirkan juga baik (Khomsan 2002). Selain
pertambahan berat badan ibu dan janin yang tidak optimal juga bisa terjadi
perdarahan dan komplikasi obstetrik lain (Hardinsyah & Dodik Briawan 2000).
Masalah gizi yang dialami ibu hamil seperti Kurang Energi Kronis (KEK),
anemia, dan kurang yodium. Menurut Jalal dan Sumali (1998), sekitar 41 persen
ibu hamil mengalami KEK, 51 persen mengalami anemia gizi, dan 25 persen
mengalami kekurangan yodium. Pada tahun 2002 prevalensi KEK pada wanita
usia subur (WUS) sebesar 17.6 persen dan prevalensi anemia gizi besi pada ibu
hamil sebesar 40.1 persen (Azwar 2004). Masalah gizi sebagian besar
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan zat gizi lainnya selama
2. Komposisi makanan 3. Porsi makan 4. Susu untuk ibu hamil 5. Suplemen gizi ibu hamil 6. Tablet besi 7. Manfaat tablet besi 8. Jumlah pertambahan BB 9. Cara mengurangi mual 10. Pertambahan berat
badan selama hamil 11. Pemeriksaan kehamilan 12. Imunisasi TT 13. Bayi lahir cukup umur
Usia Kehamilan Usia kehamilan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu trimester satu pada
usia kehamilan 0-12 minggu, trimester dua pada usia kehamilan 13-24 minggu,
dan trimester tiga pada usia kehamilan 25-37 minggu. Usia kehamilan ibu hamil
pada penelitian ini adalah 8-28 minggu. Secara keseluruhan, separuh (55%) ibu
hamil berada pada kelompok trimester dua baik di wilayah Kramat Jati maupun
Ragunan, yaitu masing-masing sebesar 56 persen dan 54 persen. Umur
kehamilan ibu hamil yang paling sedikit di wilayah Kramat Jati berada pada
kisaran 25-37 minggu yaitu sebanyak 16 persen, sedangkan di wilayah Ragunan
sebanyak 22 persen umur kehamilan ibu hamil berada pada kisaran 0-12
minggu. Tabel 15 Sebaran ibu hamil berdasarkan usia kehamilan
Kramat Jati Ragunan Total Usia kehamilan n % n % n % Trimester 1 14 28.0 11 22.0 25 25.0 Trimester 2 28 56.0 27 54.0 55 55.0 Trimester 3 8 16.0 12 24.0 20 20.0 Total 50 100.0 50 100.0 100 100.0
Indeks Massa Tubuh
Lebih dari separuh (58%) ibu hamil memiliki IMT normal sebelum hamil
dengan rata-rata 21.67±4.39. Di wilayah Kramat Jati dan wilayah Ragunan
terdapat ibu dengan IMT sebelum hamil yang termasuk kategori kurang
sebanyak 18 persen dan 32 persen. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus dari
ibu hamil agar memperhatikan makanan yang dikonsumsinya. Diharapkan terjadi
peningkatan status gizi ibu hamil karena akan mempengaruhi pertumbuhan janin
dalam kandungannya. Ibu hamil perlu mengkonsumsi makanan yang beraneka
ragam dan porsi yang lebih besar serta sering agar kecukupan gizinya terpenuhi.
Status gizi seseorang dapat ditentukan dengan menggunakan Indeks
Massa Tubuh (IMT). Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang
dikonsumsinya dalam jangka waktu cukup lama. Status gizi ibu sebelum dan
selama hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungannya.
Apabila status gizi ibu buruk sebelum dan selama kehamilan akan menyebabkan
beberapa akibat yang fatal bagi bayi. Akibatnya antara lain BBLR, terhambatnya
pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah
terinfeksi, abortus dan lain-lain (Supariasa et al. 2001). Tabel 16 Sebaran ibu hamil berdasarkan IMT sebelum hamil
Kramat Jati Ragunan Total IMT n % n % n %
Kurang (<18.5) 9 18.0 16 32.0 25 25.0 Normal (18.5-25.0) 30 60.0 28 56.0 58 58.0 Lebih (>25.0) 11 22.0 6 12.0 17 17.0 Total 50 100.0 50 100.0 100 100.0 Rata-rata±sd 22.19±4.8 21.15±3.9 21.67±4.39
Pengetahuan Gizi Ibu Hamil
Pengetahuan gizi ibu hamil diketahui berdasarkan skor dari daftar
pertanyaan yang diajukan, kemudian diubah dalam bentuk persen. Pengetahuan
gizi yang diteliti meliputi makanan sehat bagi ibu hamil, porsi makan ibu hamil,
penyebab dan gejala terjadinya anemia, makanan sumber zat gizi, dampak
kekurangan zat besi selama kehamilan, pertambahan berat badan selama
kehamilan, jarak kelahiran, risiko bayi lahir tidak cukup bulan, minimal berat
badan bayi lahir yang sehat, serta perawatan payudara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor pengetahuan gizi ibu hamil
berkisar antara 5-35 dari selang skor minimum 0 dan skor maksimum 35 dengan
skor rata-rata 24.3. Ibu hamil di Kelurahan Kramat Jati (48%) dan Kelurahan
Ragunan (56%) memiliki skor pengetahuan gizi yang termasuk dalam kategori
cukup. Secara keseluruhan, ibu hamil dengan tingkat pengetahuan gizi tinggi
sebanyak 22 persen dan ibu hamil dengan tingkat pengetahuan gizi rendah
sebanyak 26 persen. Menurut Soeharjo (1989), pengetahuan gizi merupakan
salah satu faktor penyebab yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan. Hal
ini sejalan dengan Hardinsyah (2007), perilaku atau kebiasaan makan yang baik
merupakan cerminan dari tingkat pengetahuan gizi yang baik. Sebaran ibu hamil
berdasarkan pengetahuan gizi dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Sebaran ibu hamil berdasarkan tingkat pengetahuan gizi
Kramat Jati Ragunan Total Tingkat pengetahuan gizi n % n % n %
Tinggi 11 22.0 11 22.0 22 22.0 Cukup 24 48.0 28 56.0 52 52.0 Kurang 15 30.0 11 22.0 26 26.0 Total 50 100.0 50 100.0 100 100.0
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar ibu hamil sudah mengetahui
komposisi makanan bergizi dan sehat (94%), makanan sumber protein dan
makanan sumber kalsium (83%), dan jarak kelahiran yang aman (80%).
Pertanyaan mengenai gejala anemia dapat dijawab dengan benar oleh hampir
semua ibu hamil (96%) dan sebagian besar (81%) dapat menjawab dengan
benar pertanyaan mengenai akibat kekurangan zat besi selama hamil.
Komposisi makanan ibu hamil sebaiknya beragam, terdiri dari nasi, lauk-
pauk, sayur, buah, dan susu. Dengan meningkatnya kebutuhan gizi selama hamil
maka sebaiknya porsi makan saat hamil lebih banyak dibandingkan dengan
sebelum hamil. Menurut Nadesul (2005), ibu hamil perlu mengkonsumsi menu
seimbang yaitu menu yang lengkap dan sesuai kebutuhan tubuh. Tidak hanya
cukup energi dan protein saja tetapi juga zat gizi lainnya.
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik dalam
jumlah maupun mutu. Sumber protein hewani adalah telur, susu, daging,
unggas, ikan, dan kerang. Sedangkan sumber protein nabati adalah kacang
kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan tahu, serta kacang-kacangan lain
(Almatsier 2003).
Kalsium berfungsi untuk pembentukan tulang dan gigi. Apabila ibu hamil
kekurangan kalsium maka anak yang dikandungnya akan mengalami kelainan
pada tulang dan gigi. Makanan sumber kalsium yang utama adalah susu.
Serealia, kacang-kacangan dan hasilnya, tahu dan tempe, serta sayuran hijau
merupakan sumber kalsium yang baik juga, namun mengandung banyak zat
yang menghambat penyerapan kalsium (Almatsier 2003).
Jarak kelahiran adalah waktu sejak ibu hamil sampai terjadi kelahiran
berikutnya. Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan anemia. Hal
ini disebabkan belum pulihnya kondisi ibu dan pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi
belum optimal sudah harus memenuhi kebutuhan gizi janin yang dikandung.
Jarak kelahiran kurang dari 2 tahun berisiko lebih besar untuk menderita anemia
(Wibowo & Basuki 2006).
Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hb di dalam darah lebih
rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang yang bersangkutan sebagai
akibat kekurangan zat gizi (WHO 1996 dalam Widayani 2004). Pada umumnya
sebagian besar anemia disebabkan oleh defisiensi besi. Anemia gizi besi
merupakan masalah kesehatan yang paling sering terjadi. Kekurangan zat besi
pada ibu hamil mengakibatkan kerawanan saat melahirkan, perdarahan, berat
bayi rendah, bahkan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan anak. Anemia
gizi besi dapat menyebabkan lesu, cepat lelah, dan tenaga berkurang
(Wirakusumah 1999).
Pertanyaan yang paling banyak tidak bisa dijawab dengan benar oleh ibu
hamil adalah berat badan minimal bayi lahir yang dikatakan sehat. Menurut lebih
dari separuh (54%) ibu hamil berat badan minimal bayi lahir yang dikatakan
sehat adalah 3 kg. Hal ini berarti pengetahuan ibu hamil mengenai berat minimal
bayi lahir yang dikatakan sehat masih kurang. Berat minimal bayi lahir yang
dikatakan sehat adalah 2.5 kg. Apabila berat bayi lahir kurang dari 2.5 kg maka
berat bayi tersebut dapat dikatakan rendah (BBLR).
Bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram memiliki risiko kematian
lima sampai sembilan kali lebih tinggi dibanding dengan bayi yang berat lahirnya
2500 sampai 2999 gram dan 7.13 kali lebih tinggi dibanding bayi dengan berat
lahir 3000 sampai 3999 gram (Puffer 1983 dalam Notobroto & Wahyuni 2003).
Pertanyaan lain yang tidak bisa dijawab dengan benar oleh ibu hamil
adalah mengenai pertambahan berat badan selama hamil, kurang dari separuh
(37%) ibu hamil dapat menjawab dengan benar pertanyaan tersebut, bahkan ada
sebagian kecil (16%) ibu hamil tidak tahu mengenai pertambahan berat badan
selama kehamilan. Pertambahan berat badan selama kehamilan sebaiknya 8-12
kg.
Menurut WHO ibu yang sehat dan berstatus gizi baik pertambahan berat
badan yang sarankan yaitu 10-14 kg (Turhayati 2006). Angka ini berbeda dengan
pernyataan Depkes (2000) yang menyatakan bahwa kenaikan berat badan ibu
hamil yang normal selama kehamilan adalah 11-12 kg. Apabila kenaikan berat
badan kurang dari 11-12 kg, maka bayi akan lahir dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR). Sedangkan menurut Arisman (2004), secara keseluruhan
pertambahan berat badan ibu hamil sekitar 8.8 kg-13.6 kg. Pada kehamilan
kembar pertambahan berat badan dibatasi sekitar 15.4-20.4 kg.
Ibu hamil yang bisa menjawab dengan benar mengenai buah yang paling
banyak mengandung vitamin C hanya kurang dari separuh (33%). Sebagian
besar (58%) ibu hamil menjawab apel sebagai buah yang paling banyak
mengandung vitamin C. Jambu biji memiliki kandungan vitamin C yang lebih
tinggi dibandingkan dengan durian, jeruk, maupun pepaya (Daftar Analisis Bahan
Makanan 1992 diacu dalam Almatsier 2003). Menurut Nadesul (2005), ibu hamil
yang kekurangan vitamin C cenderung mengalami ketuban pecah dini. Hal ini
bisa menyebabkan terjadinya infeksi di dalam kandungan dan akan
membahayakan janin
Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan gizi ibu hamil masih
kurang mengenai berat badan minimal bayi lahir yang dikatakan sehat,
pertambahan berat badan selama hamil, serta buah sumber vitamin C. Hal ini
berarti diperlukan peningkatan penyuluhan mengenai pertambahan berat badan,
berat minimal bayi lahir sehat, serta makanan sumber zat gizi. Hasil penelitian
Hunt et al. (1976) menunjukkan bahwa program pendidikan gizi selama tiga hari
secara signifikan dapat meningkatkan konsumsi gizi pada wanita hamil dari
kelompok pendapatan rendah.
Gambar 3 Persentase ibu hamil yang menjawab benar mengenai pengetahuan gizi
Sikap Gizi Ibu Hamil
Sikap seseorang dapat diketahui dari kecenderungan tingkah laku yang
mengarah kepada suatu objek tertentu. Sikap belum merupakan suatu
perbuatan, namun sikap akan mengarahkan perilaku secara langsung.
Pengalaman-pengalaman yang dialami dan respon yang diperlihatkan seseorang
terhadap makanan dapat mempengaruhi sikap orang tersebut terhadap
makanan. Sikap gizi pada penelitian ini meliputi kebersihan makanan, komposisi
makanan sehat bagi ibu hamil, porsi makan selama hamil, susu bagi ibu hamil,
suplemen gizi ibu hamil, tablet besi, manfaat tablet besi, pertambahan berat
badan yang sehat selama hamil, cara mengurangi mual, pemeriksaan kehamilan,
imunisasi TT, serta bayi lahir cukup umur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
skor sikap gizi ibu hamil berkisar antara 15-32,5 dari selang skor minimum 0 dan
skor maksimum 35 dengan skor rata-rata 23.5. Lebih dari separuh (71%) ibu
hamil memiliki skor sikap gizi dengan kategori sedang.
Tabel 18 Sebaran ibu hamil berdasarkan sikap gizi Kramat Jati Ragunan Total Kategori sikap n % n % n %
Baik (≥80%) 12 24.0 9 18.0 21 21.0 Sedang (60-80%) 34 68.0 37 74.0 71 71.0 Kurang (≤60%) 4 8.0 4 8.0 8 8.0 Total 50 100.0 50 100.0 100 100.0
Hampir seluruh (91%) ibu hamil menyatakan sikap tidak setuju terhadap
pernyataan mengenai makanan sehat tidak perlu bersih. Berdasarkan hasil
wawancara, ibu hamil setuju apabila makanan yang dikonsumsi harus
mengandung zat gizi yang dibutuhkan, namun juga harus bersih karena apabila
makanan terkontaminasi akan membahayakan kesehatan bagi yang
mengkonsumsinya.
Ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi beraneka ragam makanan.
Makanan yang beraneka ragam terdiri dari pangan karbohidrat, lauk, sayur, dan
buah. Zat gizi yang dibutuhkan antara lain karbohidrat, protein, lemak, vitamin
(A,C,K,D), dan mineral seperti besi, yodium, kalsium, dan asam folat. Selain itu,
ibu hamil perlu makan lebih banyak dan lebih sering untuk memenuhi kebutuhan
gizi bagi ibu hamil dan janin (Depkes 2000).
Hal ini sejalan dengan Nadesul (2005), ibu hamil perlu mengkonsumsi
menu seimbang yaitu menu yang lengkap dan sesuai kebutuhan tubuh. Tidak
hanya cukup energi dan protein saja tetapi juga zat gizi lainnya. Makanan ibu
hamil sebaiknya terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur, buah, dan susu. Selain itu,
dengan meningkatnya kebutuhan gizi selama hamil maka sebaiknya porsi makan
saat hamil lebih banyak dibandingkan dengan sebelum hamil.
Hanya sebagian kecil (7%) ibu hamil yang memiliki sikap bahwa makanan
sehat terdiri dari pangan karbohidrat, lauk, sayur, dan buah. Hampir seluruh
(93%) setuju makanan sehat bagi ibu hamil terdiri dari pangan karbohidrat, sayur,
dan buah. Hampir seluruh (94%) ibu hamil yakin bahwa susu dibutuhkan.
Sebagian besar (88%) ibu hamil setuju bahwa makanan ketika hamil selalu lebih
banyak dibanding sebelum hamil. Sebagian besar (76%) ibu hamil setuju bahwa
mual dapat dikurangi bila ibu hamil memenuhi kebutuhan gizi sejak awal
kehamilan.
Kenaikan berat badan yang normal selama hamil adalah 11-12 kg
(Depkes 2000), sedangkan menurut Arisman (2004), secara keseluruhan
pertambahan berat badan ibu hamil sekitar 8,8 kg-13,6 kg.
Hampir seluruh (96%) ibu hamil setuju bahwa selama kehamilan pertambahan
berat badan perlu diketahui namun hanya kurang dari separuh (37%) yang
mengetahui pertambahan berat badan yang normal selama hamil. Sebagian
besar (92%) ibu hamil setuju bahwa bayi lahir cukup umur bila lahir pada umur
kehamilan lebih dari 37 minggu.
Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai dengan umur
kehamilan. Pertambahan berat badan yang normal akan menghasilkan anak
yang normal. Menurut Nadesul (2005), jika kenaikan berat badan ibu hamil
kurang dari normal, kemungkinan ibu berisiko keguguran, anak lahir prematur,
berat bayi lahir rendah, gangguan kekuatan rahim mengeluarkan anak,
perdarahan setelah persalinan. Selain itu, anak yang dilahirkan juga berukuran
lebih kecil dari rata-rata bayi seusianya.
Terjadi peningkatan kebutuhan gizi pada saat hamil sehingga diperlukan
suplemen gizi agar kebutuhan gizi ibu hamil tercukupi. Kurang dari separuh
(29%) ibu hamil setuju bahwa tidak semua suplemen gizi dibutuhkan ibu hamil.
Tablet tambah darah diperlukan bagi ibu hamil untuk memenuhi kebutuhan tubuh
akan zat besi. Pada saat hamil terjadi peningkatan kebutuhan zat besi. Hampir
seluruh ibu hamil setuju bahwa suplemen tablet besi dibutuhkan ibu hamil (94%)
dan tablet besi berguna untuk mengatasi masalah anemia pada ibu hamil (95%).
Menurut Depkes (1991), ibu hamil harus memeriksakan kesehatan dan
kehamilan ke posyandu atau puskesmas paling sedikit empat kali dan
mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT). Kurang dari separuh (39%) ibu
hamil yang setuju bahwa pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal empat kali
selama hamil dan sebagian besar (89%) setuju bahwa imunisasi TT diperlukan
ibu hamil.
Perawatan kehamilan menurunkan risiko kematian bayi dalam dua tahun
pertama. Perawatan kehamilan oleh dokter akan menurunkan 1.2 kali risiko
kematian bayi dibanding dengan yang tidak pernah perawatan antenatal, tetapi
perawatan antenatal oleh bidan risiko kematian bayi lebih besar bila
dibandingkan dengan yang tidak melakukan perawatan antenatal (Forste 1994
dalam Wibowo & Basuki 2006)
Gambar 4 Persentase ibu hamil yang menjawab benar mengenai sikap gizi
Praktek Gizi Ibu Hamil Praktek atau perilaku merupakan suatu respon seseorang terhadap
stimulus atau objek tertentu. Perilaku gizi dicerminkan oleh tindakan-tindakan
berkaitan dengan upaya peningkatan status gizi dan pemenuhan kebutuhan gizi.
Praktek gizi ibu hamil pada penelitian ini meliputi makanan ibu hamil sehari-hari,
porsi makan selama hamil, sarapan pagi, pemeriksaan kehamilan ke tenaga
kesehatan, memantau pertambahan berat badan selama hamil, konsumsi tablet
besi selama hamil, imunisasi TT, rencana memberikan ASI eksklusif, imunisasi
anak, serta perawatan payudara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor
praktek gizi ibu hamil berkisar antara 7.5-32.5 dari selang skor minimum 0 dan
skor maksimum 35 dengan skor rata-rata 24.6. Separuh (50%) ibu hamil memiliki
skor praktek dengan kategori baik, sedangkan sebagian kecil (16%) ibu hamil
memiliki skor praktek dengan kategori kurang.
Tabel 19 Sebaran ibu hamil berdasarkan praktek gizi Kramat Jati Ragunan Total Kategori praktek n % n % n %
Baik (≥80%) 26 52.0 24 48.0 50 50.0 Sedang (60-80%) 15 30.0 19 38.0 34 34.0 Kurang (≤60%) 9 18.0 7 14.0 16 16.0 Total 50 100.0 50 100.0 100 100.0
Ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi beraneka ragam makanan.
Makanan yang beraneka ragam terdiri dari pangan karbohidrat, lauk, sayur, dan
buah. Ibu hamil sangat dianjurkan minum susu agar kecukupan gizi terutama
vitamin dan mineral terpenuhi, lebih dari separuh (56%) ibu hamil yang
mengkonsumsi susu setiap hari. Lebih dari separuh ibu hamil mengkonsumsi
buah (60%) dan sayur (69%) setiap hari. Sebagian besar (92%) ibu hamil
mengkonsumsi lauk seperti daging, ikan, atau telur setiap hari. Lebih dari
separuh (59%) ibu hamil memiliki porsi makan yang lebih banyak dibanding
sebelum hamil. Makan lebih banyak dan sering bermanfaat untuk memenuhi
kebutuhan gizi ibu hamil dan janinnya.
Menurut Nadesul (2005), ibu hamil perlu mengkonsumsi menu seimbang
yaitu menu yang lengkap dan sesuai kebutuhan tubuh. Tidak hanya cukup energi
dan protein saja tetapi juga zat gizi lainnya. Makanan ibu hamil sebaiknya terdiri
dari nasi, lauk-pauk, sayur, buah, dan susu. Selain itu, dengan meningkatnya
kebutuhan gizi selama hamil maka sebaiknya porsi makan saat hamil lebih
banyak dibandingkan dengan sebelum hamil.
Makan pagi setiap hari secara teratur dalam jumlah yang cukup dapat
memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan tubuh saat bekerja
dan menjaga kesehatan ibu dan bayi yang dikandung. Apabila tidak sarapan,
maka kadar gula darah akan mengalami penurunan, kurang tenaga, badan
menjadi lesu, keringat dingin, mengantuk, konsentrasi kurang, dan kesadaran
menurun (Depkes 2000). Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar (76%) ibu
hamil selalu sarapan setiap hari.
Sebagian besar (89%) ibu hamil memeriksakan kehamilan ke tenaga
kesehatan. Pelayanan kesehatan pada ibu hamil meliputi penimbangan berat
badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran tinggi
fundus, imunisasi Tetanus Toksoid (TT), dan pemberian tablet besi. Menurut
Forste (1994) dalam Wibowo dan Basuki (2006), perawatan kehamilan
menurunkan risiko kematian bayi dalam dua tahun pertama.
Hampir seluruh (95%) ibu hamil selalu memantau pertambahan berat
badan selama hamil. Sebagian besar (78%) ibu hamil selalu minum tablet besi
karena menurut mereka tablet besi bisa mengatasi masalah anemia pada ibu
hamil. Namun, ada juga yang tidak mengkonsumsi tablet besi karena mual
apabila mengkonsumsi tablet tersebut. Menurut Wirakusumah (1999) konsumsi
tablet tambah darah dapat menimbulkan efek samping yang mengganggu seperti
rasa tidak enak di ulu hati, mual, muntah, diare, dan konstipasi. Kurang dari
separuh (37%) ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT pada kehamilan saat
ini. Sedikitnya jumlah ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT disebabkan oleh
beberapa ibu hamil yang umur kehamilannya belum saatnya mendapatkan
imunisasi TT atau sudah mendapatkan imunisasi TT pada saat kehamilan yang
pertama karena jarak kelahirannya yang tidak terlalu jauh. Hampir seluruh (98%)
ibu memberikan imunisasi pada anak balitanya.
Perawatan payudara bertujuan agar setelah melahirkan air susu ibu (ASI)
keluar banyak, puting susu mudah diisap dan tidak lecet, serta bayi dapat
menyusu dengan nyaman. Apabila tidak dirawat dengan baik maka puting susu
masuk dan bayi akan sulit menghisap ASI (Depkes 1991). Berdasarkan hasil
penelitian sebagian besar (82%) ibu hamil melakukan perawatan payudara dan
hampir seluruhnya (94%) berencana memberikan ASI eksklusif yaitu pemberian
ASI saja tanpa makanan tambahan apapun sampai bayi berusia enam bulan.
Perawatan payudara dapat dilakukan dengan mengurut payudara dari
pangkal ke arah puting susu 5-10 kali untuk masing-masing payudara.
Selanjutnya puting susu ditarik-tarik keluar dan diputar-putar selama dua menit.
Perawatan payudara sebaiknya dilakukan dua kali sehari (Depkes 1991).
Gambar 5 Persentase ibu hamil yang menjawab benar mengenai praktek gizi
Konsumsi dan Tingkat Konsumsi Gizi Data konsumsi pangan dikumpulkan melalui metode semi kuantitatif food
frequency questionnaire sehingga didapatkan konsumsi pangan ibu hamil selama
satu minggu kemudian dilakukan penilaian kandungan gizi pada pangan yang
dikonsumsi untuk mengetahui tingkat konsumsi ibu hamil. Perhitungan konsumsi
pangan hanya diperoleh dari konsumsi makanan sehari-hari tanpa menghitung
suplemen yang dikonsumsi oleh ibu hamil.
Komponen zat gizi yang dihitung pada penelitian ini adalah energi,
protein, zat besi, dan vitamin A. Tingkat konsumsi energi dan protein dibedakan
menjadi dua, yaitu tidak cukup (<90%) dan cukup (≥90%), tingkat konsumsi besi
dan vitamin A dikategorikan menjadi tidak cukup (<100%) dan cukup (≥100%).
Tingkat konsumsi dihitung berdasarkan perbandingan konsumsi dengan angka
kecukupan gizi yang dianjurkan.
Terjadi peningkatan kebutuhan gizi pada saat hamil sehingga dibutuhkan
keseimbangan antara kebutuhan dan konsumsi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tingkat konsumsi protein dan zat besi belum mencukupi kebutuhan ibu
hamil. Lebih dari separuh (60%) ibu hamil mengkonsumsi energi dalam jumlah
cukup dan hanya kurang dari separuh (39%) ibu hamil yang konsumsi proteinnya
cukup. Sebagian besar (86%) ibu hamil kebutuhan zat besinya belum tercukupi.
Sebaran ibu hamil berdasarkan tingkat kecukupan gizi dapat dilihat pada Tabel
20. Rata-rata konsumsi dan tingkat konsumsi zat gizi dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 20 Sebaran ibu hamil berdasarkan kategori tingkat konsumsi zat gizi
Kramat Jati (%) Ragunan (%) Total Zat Gizi Cukup Tidak cukup Cukup Tidak cukup Cukup Tidak cukup
Hasil uji t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05)
antara konsumsi energi ibu hamil di wilayah Kramat Jati dan Ragunan. Rata-rata
konsumsi energi ibu hamil di wilayah Kramat Jati lebih rendah dibandingkan
dengan ibu hamil di wilayah Ragunan. Konsumsi energi ibu hamil di wilayah
Kramat Jati rata-rata 1828 Kal dan di wilayah Ragunan rata-rata konsumsi 2250
Kal. Tingkat konsumsi ibu hamil di wilayah Kramat Jati masih belum cukup
sedangkan tingkat konsumsi energi ibu hamil di wilayah Ragunan sudah cukup.
Jumlah ibu hamil yang konsumsi energinya tidak cukup di wilayah Kramat Jati
lebih besar dibandingkan di wilayah Ragunan dengan persentase berturut-turut
48 persen dan 32 persen. Rendahnya konsumsi ibu hamil diduga karena pada
saat hamil terjadi peningkatan kebutuhan gizi.
Menurut Hardinsyah dan Tambunan (2004), tambahan energi yang
dianjurkan untuk ibu hamil trimester 1 adalah sebesar 180 Kal/hari sedangkan
pada trimester 2 dan 3 tambahan kalori yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah
sebesar 300Kal/hari. Ketidakcukupan energi diduga karena kurangnya konsumsi
pangan sumber energi. Selain itu, ketidakcukupan energi dapat juga disebabkan
oleh aktivitas fisik sehari-hari yang dilakukan oleh ibu hamil. Jika ibu kekurangan
gizi pada waktu hamil kemungkinan besar bayi akan dilahirkan mempunyai berat
ringan (BBLR) dan bisa juga lahir prematur.
Pangan sumber energi yang tinggi karbohidrat antara lain beras, oat,
jagung, serealia lainnya, umbi-umbian, tepung, gula, madu, buah dengan kadar
air rendah (pisang, kurma, dan lain-lain), dan aneka produk turunannya. Pangan
sumber energi yang tinggi protein antara lain daging, ikan, telur, susu, dan aneka
produk turunannya (Hardinsyah & Tambunan 2004). Makanan sumber energi
yang banyak dikonsumsi oleh ibu hamil di wilayah Kramat Jati dan Ragunan
adalah makanan sumber energi yang tinggi karbohidrat seperti nasi, mie, roti,
dan umbi-umbian.
Protein
Hasil uji t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05)
antara konsumsi protein ibu hamil di wilayah Kramat jati dan Ragunan. Rata-rata
konsumsi protein ibu hamil di wilayah Kramat Jati lebih rendah dibandingkan ibu
hamil di wilayah Ragunan. Jumlah ibu hamil di wilayah Kramat Jati yang tingkat
konsumsinya cukup lebih kecil dibandingkan dengan ibu hamil di wilayah
Ragunan. Rata-rata konsumsi protein ibu hamil di wilayah Kramat Jati sebesar
46.72 gram per hari, sedangkan di wilayah Ragunan sebesar 60.43 gram per
hari. Persentase ibu hamil yang tingkat konsumsi proteinnya cukup di wilayah
Kramat Jati dan Ragunan berturut-turut 26 persen dan 52 persen.
Rendahnya tingkat konsumsi protein diduga karena terjadi peningkatan
kebutuhan protein pada saat hamil namun nafsu makan ibu hamil berkurang
karena terjadi perubahan dalam tubuh ibu hamil. Selain itu, makanan sumber
protein hewani memiliki harga yang cukup tinggi sehingga daya beli untuk
pangan ini menjadi terbatas. Konsumsi protein yang rendah selama kehamilan
atau pada akhir kehamilan akan menghambat pertumbuhan janin dan
meningkatkan kematian prenatal. Dianjurkan penambahan konsumsi protein per
hari sebanyak 17 gram.
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik dalam
jumlah maupun mutu. Sumber protein hewani adalah telur, susu, daging,
unggas, ikan, dan kerang. Sedangkan sumber protein nabati adalah kacang
kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan tahu, serta kacang-kacangan lain
(Almatsier 2003). Makanan sumber protein nabati yang banyak dikonsumsi oleh
ibu hamil di wilayah Kramat Jati dan Ragunan adalah tempe dan tahu.
Sedangkan makanan sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi adalah
susu, telur, daging sapi, daging ayam, ikan basah, dan ikan asin.
Zat Besi Hasil uji t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05)
antara konsumsi zat besi ibu hamil di wilayah Kramat Jati dan Ragunan. Rata-
rata konsumsi besi ibu hamil di wilayah Kramat Jati umumnya lebih rendah
dibandingkan dengan ibu hamil di wilayah Ragunan. Sebagian besar (90% dan
82%) ibu hamil tingkat konsumsi zat besi ibu hamil di wilayah Kramat Jati dan
Ragunan tergolong tidak cukup. Rata-rata konsumsi zat besi ibu hamil di wilayah
Kramat Jati adalah 17.52 mg per hari, sedangkan di wilayah Ragunan sebesar
22.87 mg per hari. Rendahnya tingkat konsumsi ibu hamil diduga karena pada
penelitian ini suplemen besi tidak dimasukkan dalam perhitungan konsumsi. Ibu
hamil mendapatkan tablet tambah darah yang diharapkan dapat meningkatkan
konsumsi zat besi ibu hamil. Selain itu, diduga ibu hamil kurang mengkonsumsi
makanan yang mengandung zat besi dan tinggi bioavailibilitasnya seperti daging
ayam, daging sapi, susu, telur, dan ikan.
Kebutuhan zat besi ibu hamil meningkat pada kehamilan trimester 2 dan
trimester 3. Pada masa tersebut dibutuhkan tambahan tablet besi meskipun
makanan yang dikonsumsi sudah banyak mengandung zat besi dan tinggi
bioavailibilitasnya (Nadesul 2005). Hal senada juga diungkapkan oleh Arisman
(2004) semakin bertambah usia kehamilan maka zat besi yang dibutuhkan
semakin banyak.
Konsumsi zat besi yang cukup sangat penting untuk pembentukan dan
mempertahankan kesehatan sel darah merah. Jika kekurangan zat besi terus
terjadi dan tidak ditanggulangi, maka ibu hamil dapat menderita anemia. Oleh
karena itu zat besi sangat penting untuk menjaga agar seorang wanita tidak
menderita anemia, bahkan sebelum terjadi kehamilan. Dianjurkan penambahan
konsumsi zat besi pada ibu hamil trimester 2 dan 3 sebanyak 9 mg/hari dan 13
mg/hari.
Vitamin A Hasil uji t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara
konsumsi vitamin A ibu hamil di wilayah Kramat Jati dan Ragunan. Rata-rata
konsumsi vitamin A ibu hamil di wilayah Kramat Jati dan Ragunan lebih tinggi
dibandingkan dengan angka kecukupan gizi. Rata-rata konsumsi vitamin A ibu
hamil di wilayah Kramat Jati adalah 1358,43 RE dengan tingkat konsumsi 169,8
persen, sedangkan di wilayah Ragunan lebih tinggi yaitu 1782,51 RE dengan
tingkat konsumsi vitamin A sebesar 222,81 persen. Tingginya konsumsi vitamin
A karena banyak ibu hamil yang mengkonsumsi mangga dalam jumlah besar
dimana kandungan vitamin A dalam mangga per 100 gram sebesar 447 RE. Ibu
hamil di wilayah Kramat Jati dengan tingkat konsumsi vitamin A cukup sebesar
74 persen dan di wilayah Ragunan yaitu 86 persen.
Menurut Almatsier (2003), sumber vitamin A adalah hati, kuning telur,
susu, mentega dan margarin yang diperkaya vitamin A. Sumber karoten adalah
sayuran berwarna hijau tua serta sayuran dan buah yang berwarna kuning jingga
seperti daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis,
wortel, tomat, jagung kuning, pepaya, mangga, nangka masak, jeruk, dan minyak
kelapa sawit. Vitamin A berperan penting dalam penglihatan, differensiasi sel,
pertumbuhan dan perkembangan, kekebalan tubuh, reproduksi serta
pembentukan sel darah merah (Almatsier 2003). Dianjurkan penambahan
konsumsi vitamin A sebanyak 300 RE/hari pada saat hamil.
Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan Gizi Tingkat pendidikan formal merupakan cerminan dari kemampuan
seseorang untuk memahami berbagai aspek pengetahuan, termasuk
pengetahuan gizi (Hardinsyah 2007). Hanya sebagian kecil (7.7%) ibu hamil
dengan tingkat pengetahuan gizi kurang namun memiliki pendidikan yang tinggi.
Ibu hamil yang memiliki pengetahuan gizi kurang perlu mendapat perhatian
khusus karena diduga akan mempengaruhi makanan yang dikonsumsinya. Lebih
dari separuh (71.2%) ibu hamil dengan pengetahuan gizi cukup memiliki tingkat
pendidikan menengah. Ibu hamil dengan pengetahuan gizi yang tinggi memiliki
tingkat pendidikan tinggi (22.7%) dan tingkat pendidikan menengah (72.7%).
Hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan gizi dapat dilihat pada
Tabel22. Tabel 22 Distribusi ibu hamil menurut tigkat pendidikan dan tingkat pengetahuan gizi
Tingkat pengetahuan gizi Kurang Cukup Tinggi
Jumlah Tingkat pendidikan
n % n % n % n % Dasar 12 46.2 6 11.5 1 4.5 19 19.0 Menengah 12 46.2 37 71.2 16 72.7 65 65.0 Tinggi 2 7.7 9 17.3 5 22.7 16 16.0 Total 26 100.0 52 100.0 22 100.0 100 100.0
Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata
(r=0.345, p<0.05) antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan pengetahuan gizi.
Artinya ibu hamil yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki
pengetahuan gizi yang lebih tinggi pula. Hal ini sesuai dengan Sediaoetama
(1991), tingkat pendidikan yang tinggi bekaitan dengan pengetahuan gizi yang
tinggi. Tinggi rendahnya pendidikan ibu berkaitan dengan tingkat perawatan
kesehatan, pendapatan, pekerjaan, dan makanan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi termasuk informasi mengenai gizi.
Berdasarkan hasil penelitian Soper et al. (1992) diacu dalam Hardinsyah
(2007) terdapat hubungan yang positif antara tingkat pendidikan formal dengan
tingkat pengetahuan gizi para instruktur aerobic di Texas. Sejalan dengan itu,
semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan memiliki akses yang lebih
mudah dalam memperoleh informasi mengenai gizi sehingga akan memiliki
pengetahuan gizi yang lebih tinggi pula (Hardinsyah 2007).
Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Sikap dan Praktek Gizi Menurut Khomsan (1997), sikap gizi merupakan tahapan lebih lanjut dari
pengetahuan gizi. Seseorang yang berpengetahuan gizi baik akan
mengembangkan sikap gizi yang baik. Pembentukan sikap gizi akan lebih
banyak dipengaruhi oleh kebiasaan/sosial budaya yang ada di masyarakat. Pada
penelitian ini dapat diketahui bahwa sebagian besar (75%) ibu hamil dengan
sikap gizi yang kurang memiliki tingkat pengetahuan gizi yang kurang pula,
sedangkan lebih dari separuh (54.9%) ibu hamil memiliki tingkat pengetahuan
gizi yang cukup. Ibu hamil dengan sikap gizi yang baik memiliki tingkat
pengetahuan gizi yang tinggi (38.1%) dan cukup (52.4%). Tabel 23 Distribusi ibu hamil menurut tingkat pengetahuan gizi dan sikap gizi
Sikap gizi Kurang Sedang Baik
Jumlah Tingkat pengetahuan
gizi n % n % n % n % Kurang 6 75.0 18 25.4 2 9.5 26 26.0 Cukup 2 25.0 39 54.9 11 52.4 52 52.0 Tinggi 0 0.0 14 19.7 8 38.1 22 22.0 Total 8 100.0 71 100.0 21 100.0 100 100.0
Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata
(r=0.341, p<0.05) antara pengetahuan gizi ibu hamil dengan sikap gizi ibu hamil.
Artinya ibu hamil yang memiliki skor pengetahuan gizi semakin baik maka akan
memiliki skor sikap dengan kategori baik pula. Hal ini sesuai dengan Khomsan
(1997), seseorang yang berpengetahuan gizi baik akan mengembangkan sikap
gizi yang baik.
Tingkat pengetahuan gizi yang baik dapat membentuk praktek gizi yang
baik pula (Hardinsyah 2007). Pada penelitian ini ibu hamil dengan tingkat
pengetahuan gizi tinggi memiliki praktek gizi yang lebih baik dibandingkan
dengan ibu hamil dengan tingkat pengetahuan gizi kurang. Dari 22 orang yang
berpengetahuan gizi tinggi, ada 14 orang yang memiliki praktek gizi baik dan
hanya 3 orang dengan praktek gizi kurang. Tabel 24 Distribusi ibu hamil menurut tingkat pengetahuan gizi dan praktek gizi
Praktek gizi Kurang Sedang Baik
Jumlah Tingkat pengetahuan
gizi n % n % n % n % Kurang 6 37.2 14 41.2 6 12.0 26 26.0 Cukup 7 43.8 15 44.1 30 60.0 52 52.0 Tinggi 3 18.8 5 14.7 14 28.0 22 22.0 Total 16 100.0 34 100.0 50 100.0 100 100.0
Berdasarkan hasil uji Spearman dapat diketahui bahwa terdapat
hubungan yang nyata (r=0.266, p<0.05) antara pengetahuan gizi dan praktek
gizi. Ibu hamil dengan pengetahuan gizi yang lebih tinggi akan melakukan
praktek gizi yang lebih baik. Praktek atau perilaku merupakan suatu respon
seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu. Hal ini sesuai dengan Sanjur
(1982) yang menyebutkan bahwa pengetahuan gizi menentukan atau
membentuk praktek secara langsung. Ibu hamil dengan tingkat pengetahuan gizi
tinggi memiliki praktek gizi yang lebih baik dibandingkan dengan ibu hamil
dengan tingkat pengetahuan gizi kurang.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Gizi dengan Tingkat Konsumsi Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata
(p>0.05) positif antara tingkat pengetahuan gizi ibu hamil dengan tingkat
konsumsi energi, protein, dan zat besi. Hal ini diduga karena tidak hanya
pengetahuan gizi saja yang mempengaruhi konsumsi energi, protein dan zat
besi. Meskipun pada penelitian ini, terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan gizi dengan praktek gizi. Hal ini berarti praktek gizi belum bisa
mencerminkan konsumsi gizi ibu hamil dari segi kuantitas. Ada faktor-faktor lain
yang mempengaruhi konsumsi gizi seseorang, seperti pendapatan, besar
keluarga, dan kebiasaan makan. Tingkat pengetahuan gizi yang baik tidak selalu
diikuti dengan perilaku makan yang baik (Hardinsyah 2007). Meskipun tingkat
pengetahuan gizi tinggi dan diikuti dengan praktek gizi yang baik, namun ibu
belum tentu mengetahui jumlah kebutuhan gizi masing-masing secara pasti.
Selain itu, kemungkinan karena berkurangnya nafsu makan ibu pada saat hamil.
Berdasarkan hasil uji Spearman dapat diketahui bahwa terdapat
hubungan yang nyata (p<0.05) positif antara tingkat pengetahuan gizi dengan
tingkat konsumsi vitamin A ibu hamil. Artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan
gizi ibu hamil semakin tinggi tingkat konsumsi vitamin A ibu hamil. Hal ini sesuai
dengan Sanjur (1982) yang menyebutkan bahwa pengetahuan gizi menentukan
atau membentuk praktek secara langsung.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Gizi Faktor-faktor yang diteliti pengaruhnya terhadap tingkat kecukupan gizi
dalam penelitian ini adalah pendidikan ibu, pendapatan perkapita, besar
keluarga, pengetahuan gizi, sikap gizi, dan praktek gizi. Berdasarkan hasil
korelasi Spearman terdapat dua variabel yang hubungannya dekat sehingga
untuk pengujian regresi selanjutnya digunakan salah satu saja. Variabel yang
berkorelasi positif tersebut adalah pendidikan ibu pengetahuan gizi, sikap gizi,
dan praktek gizi sehingga diwakili praktek gizi saja dalam analisis selanjutnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keragaman konsumsi pangan disajikan dalam
Tabel 25. Tabel 25 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi gizi
Zat Gizi Kategori OR P value Pendapatan perkapita Tinggi (rendah=0) 0.35 0.077 Besar Keluarga Kecil (besar=0) 1.80 0.386 Energi Praktek Gizi Sedang (kurang=0)
Baik (kurang=0) 6.07
16.70 0.016 0.000
Pendapatan perkapita Tinggi (rendah=0) 0.62 0.385 Besar Keluarga Kecil (besar=0) 4.36 0.039 Protein Praktek Gizi Sedang (kurang=0)
Baik (kurang=0) 2.14
11.08 0.380 0.004
Pendapatan perkapita Tinggi (rendah=0) 0.83 0.780 Besar Keluarga Kecil (besar=0) 3.78 0.240 Zat besi Praktek Gizi Sedang (kurang=0)
Baik (kurang=0) 0.65 1.58
0.660 0.590
Pendapatan perkapita Tinggi (rendah=0) 0.69 0.600 Besar Keluarga Kecil (besar=0) 2.60 0.236 Vitamin A Praktek Gizi Sedang (kurang=0)
Baik (kurang=0) 3.25
12.72 0.069 0.001
Keterangan: * p<0.05
Energi Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa praktek gizi memberikan
pengaruh terhadap tingkat konsumsi energi. Ibu hamil dengan praktek gizi baik
mempunyai peluang 16.7 kali lebih tinggi tingkat konsumsi energi dibandingkan
dengan ibu hamil dengan praktek gizi kurang. Sedangkan ibu hamil dengan
praktek gizi sedang mempunyai peluang 6 kali lebih tinggi tingkat konsumsi
energinya dibandingkan dengan ibu hamil dengan praktek gizi kurang.
Ibu hamil yang memiliki praktek gizi yang kurang memiliki tingkat
konsumsi energi yang lebih rendah dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki
praktek gizi sedang dan baik. Hal ini diduga karena praktek gizi dalam penelitian
ini meliputi makanan dan porsi yang dikonsumsi oleh ibu hamil sehari-hari
selama masa kehamilan sehingga apabila praktek gizi ibu hamil kurang maka
tingkat konsumsi energinya akan rendah pula. Selain itu terdapat hubungan yang
nyata antara praktek gizi dengan pengetahuan gizi ibu hamil. Semakin tinggi
pengetahuan gizi ibu hamil maka akan memiliki praktek gizi yang semakin baik.
Ibu hamil yang memiliki pengetahuan gizi yang tinggi akan lebih memperhatikan
makanan dan porsi makan selama hamil karena mengetahui pada saat hamil
terjadi peningkatan kebutuhan energi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan perkapita dan besar
keluarga tidak ada pengaruh terhadap tingkat konsumsi energi ibu hamil.
Pendapatan perkapita dan besar keluarga diduga mempengaruhi tingkat
konsumsi energi, namun dari hasil analisis regresi logistik belum ada cukup bukti
untuk menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut secara signifikan mempengaruhi
tingkat konsumsi energi ibu hamil. Hal ini mungkin dikarenakan kecilnya
persentase ibu hamil dengan pendapatan perkapita per bulan kurang dari Rp
214.817,00 serta kecilnya persentase ibu hamil dengan besar keluarga lebih dari
empat orang. Menurut Hardinsyah (2007), pendapatan dan besar keluarga
merupakan faktor yang diduga sebagai determinan keragaman konsumsi
pangan.
Protein Berdasarkan hasil uji regresi logistik dapat diketahui bahwa tingkat
konsumsi protein ibu hamil pada penelitian ini dipengaruhi oleh besar keluarga
dan praktek gizi. Ibu hamil dengan besar keluarga lebih kecil atau sama dengan
empat orang memiliki peluang 4.3 kali lebih tinggi tingkat konsumsinya
dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki besar keluarga lebih dari orang.
Besar keluarga akan mempengaruhi tingkat konsumsi protein ibu hamil. Menurut
Hardinsyah (2007), besar keluarga merupakan salah satu faktor yang diduga
sebagai determinan keragaman konsumsi pangan di Indonesia. Ibu hamil dengan
praktek gizi baik mempunyai peluang 11 kali lebih tinggi tingkat konsumsi protein
dibandingkan dengan ibu hamil dengan praktek gizi kurang.
Menurut dugaan, pendapatan perkapita merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi tingkat konsumsi protein ibu hamil. Namun dari hasil
analisis regresi logistik tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat konsumsi protein ibu hamil. Hal ini diduga karena kecilnya persentase ibu
hamil dengan pendapatan perkapita per bulan kurang dari Rp 214.817,00.
Zat Besi Pendapatan perkapita, besar keluarga, dan praktek gizi diduga
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi zat besi ibu hamil.
Namun ternyata hasil analisis regresi logistik tidak menunjukkan bahwa faktor-
faktor tersebut tidak berpengaruh terhadap tingkat konsumsi zat besi. Hal ini
mungkin dikarenakan kecilnya persentase ibu hamil dengan pendapatan
perkapita per bulan kurang dari Rp 214.817,00 serta kecilnya persentase ibu
hamil dengan besar keluarga lebih dari empat orang. Menurut Hardinsyah
(2007), pendapatan dan besar keluarga merupakan faktor yang diduga sebagai
determinan keragaman konsumsi pangan.
Praktek gizi diduga akan mempengaruhi tingkat konsumsi zat besi ibu
hamil karena praktek gizi merupakan tindakan sehari-hari ibu hamil yang
berhubungan dengan gizi, makanan, dan kesehatan. Sebagian besar (86%) ibu
hamil memiliki tingkat konsumsi besi yang tergolong tidak cukup hal ini terjadi
karena suplemen zat besi yang dikonsumsi ibu hamil tidak diperhitungkan.
Praktek gizi pada penelitian ini hanya ada dua pernyataan yang berhubungan
dengan konsumsi zat besi sehingga hal inilah yang diduga praktek gizi tidak
mempengaruhi tingkat konsumsi zat besi.
Vitamin A Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa praktek gizi memberikan
pengaruh terhadap tingkat konsumsi vitamin A. Ibu hamil dengan praktek gizi
baik mempunyai peluang 12.7 kali lebih tinggi tingkat konsumsi vitamin A
dibandingkan dengan ibu hamil dengan praktek gizi kurang. Sedangkan ibu hamil
dengan praktek gizi sedang mempunyai peluang 3.25 kali lebih tinggi tingkat
konsumsi vitamin A dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki praktek gizi
kurang.
Pendapatan perkapita dan besar keluarga diduga mempengaruhi tingkat
konsumsi vitamin A, namun dari hasil analisis regresi logistik belum ada cukup
bukti untuk menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut secara signifikan
mempengaruhi tingkat konsumsi energi ibu hamil. Hal ini diduga karena kecilnya
persentase ibu hamil dengan pendapatan perkapita per bulan kurang dari
Rp214.817,00 serta kecilnya persentase ibu hamil dengan besar keluarga lebih
dari empat orang. Menurut Hardinsyah (2007), pendapatan dan besar keluarga
merupakan faktor yang diduga sebagai determinan keragaman konsumsi
pangan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Usia ibu hamil antara 20 tahun hingga 40 tahun. Sebagian besar ibu
hamil (91%) antara usia 20-35 tahun. Tingkat pendidikan ibu hamil antara tidak
tamat SD hingga S2, sedangkan tingkat pendidikan suami antara SD hingga S1.
Lebih dari separuh ibu hamil di Kramat Jati (68%) dan Ragunan (62%) memiliki
jenjang pendidikan hingga SMP dan SMA. Sedangkan lebih dari separuh (75%)
suami di kedua wilayah memiliki jenjang pendidikan hingga SMP dan SMA.
Sebagian besar (90%) ibu hamil bekerja sebagai ibu rumah tangga. Sebagian
besar (87%) suami berprofesi sebagai pegawai swasta dan wiraswasta.
Pendapatan per kapita per bulan antara Rp 50.000,00 - Rp 1.666.667,00 dengan
rata-rata Rp 385.925. Lebih dari separuh (68%) ibu hamil tergolong tidak miskin.
Lebih dari separuh (55%) usia kehamilan ibu termasuk trimester dua.
Umur kehamilan contoh yang paling sedikit di Kramat Jati berada pada kisaran
25-37 minggu (16%), sedangkan di Ragunan (22%) umur kehamilan contoh
berada pada kisaran 0-12 minggu. Lebih dari separuh (58%) ibu hamil memiliki
IMT sebelum hamil yang normal dengan rata-rata 21.67±4.39. Di Kramat Jati
(18%) dan Ragunan (32%) terdapat ibu hamil dengan IMT sebelum hamil yang
termasuk kategori kurang.
Skor rata-rata pengetahuan gizi ibu hamil adalah 24.3. Skor pengetahuan
gizi ibu hamil di Kramat Jati (48%) dan Ragunan (56%) berada dalam kategori
cukup. Skor rata-rata sikap gizi ibu hamil adalah 23.5. Lebih dari separuh (71%)
ibu hamil memiliki skor sikap dengan kategori sedang. Skor rata-rata praktek gizi
ibu hamil adalah 24.6. Separuh (50%) ibu hamil memiliki skor praktek dengan
kategori baik, sedangkan sebagian (16%) ibu hamil memiliki skor praktek dengan
kategori kurang.
Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata
(r=0.35, p<0.05) antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan pengetahuan gizi,
terdapat hubungan yang nyata (r=0.34, p<0.05) antara pengetahuan gizi ibu
hamil dengan sikap gizi ibu hamil, terdapat hubungan yang nyata (r=0.27,
p<0.05) antara pengetahuan gizi dan praktek gizi.
Tingkat konsumsi protein dan zat besi belum mencukupi kebutuhan ibu
hamil. Sebagian ibu hamil yang sudah dapat mencukupi kebutuhan energi (60%)
dan protein (39%). Sebagian besar (86%) ibu hamil kebutuhan zat besinya belum
tercukupi.
Rata-rata konsumsi energi, protein, dan zat besi ibu hamil di Kramat Jati
umumnya lebih rendah dibandingkan dengan Ragunan. Rata-rata konsumsi
vitamin A ibu hamil di wilayah Kramat Jati dan Ragunan lebih tinggi dibandingkan
dengan angka kecukupan gizi.
Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata
(p>0.05) antara tingkat pengetahuan gizi ibu hamil dengan tingkat konsumsi
energi, protein, dan zat besi. Namun terdapat hubungan yang nyata (p<0.05)
positif antara tingkat pengetahuan gizi dengan tingkat konsumsi vitamin A ibu
hamil.
Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa praktek gizi memberikan
pengaruh terhadap tingkat konsumsi energi. Ibu hamil dengan praktek gizi baik
mempunyai peluang 16.7 kali lebih tinggi tingkat konsumsi energinya
dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki praktek gizi kurang. Sedangkan
pendapatan per kapita dan besar keluarga tidak ada pengaruh terhadap tingkat
konsumsi energi ibu hamil. Tingkat konsumsi protein ibu hamil pada penelitian ini dipengaruhi oleh
besar keluarga dan praktek gizi. Ibu hamil dengan besar keluarga kurang dari
atau sama dengan empat orang memiliki peluang 4.36 kali lebih tinggi tingkat
konsumsinya dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki besar keluarga lebih
dari empat orang. Ibu hamil praktek gizi baik mempunyai peluang hampir 11 kali
lebih tinggi tingkat konsumsi protein dibandingkan dengan ibu hamil dengan
praktek gizi kurang.
Pendapatan per kapita, besar keluarga, dan praktek gizi tidak
mempengaruhi tingkat konsumsi zat besi ibu hamil. Praktek gizi memberikan
pengaruh terhadap tingkat konsumsi vitamin A. Ibu hamil dengan praktek gizi
baik mempunyai peluang 12.72 kali lebih tinggi tingkat konsumsi vitamin A
daripada ibu hamil dengan praktek gizi kurang. Sedangkan pendapatan per
kapita dan besar keluarga tidak berpengaruh terhadap tingkat konsumsi vitamin
A.
Saran Berdasarkan hasil penelitian ini diusulkan beberapa saran untuk
mencegah terjadinya masalah gizi pada ibu hamil:
1. Peningkatan pengetahuan gizi ibu hamil melalui pendidikan gizi secara
nonformal ataupun penyuluhan terutama mengenai berat badan minimal
bayi lahir yang dikatakan sehat, pertambahan berat badan selama hamil,
serta makanan sumber zat gizi.
2. Pemberian makanan tambahan dan suplemen agar kebutuhan gizi ibu
hamil bisa terpenuhi karena sebagian besar (86%) ibu hamil pada
penelitian ini tidak bisa memenuhi kecukupan konsumsi zat besi dari
makanan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2000. Sambutan Menteri Kesehatan. Di dalam: Soekirman et al., editor. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII; Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Almatsier. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Amirudin R & Wahyudin. 2004. Studi kasus kontrol faktor biomedis terhadap
kejadian anemia ibu hamil di puskesmas bantimurung. [terhubung berkala]. http://ridwanamirudin.wordpress.com. [19 Desember 2007].
Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC. Atmarita, Fallah TS. 2004. Analisis situasi gizi dan kesehatan masyarakat. Di
dalam: Soekirman et al., editor. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII; Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. hlm 129-161.
Azwar A. 2004. Aspek kesehatan dan gizi dalam ketahanan pangan. Di dalam:
Soekirman et al., editor. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII; Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. hlm 101-109.
[BPS] Biro Pusat Statistik. 2004. Beberapa indikator utama sosial ekonomi
indonesia. [terhubung berkala]. http://www.bps.go.id. html [6 Nov 2007]. [BPS] Biro Pusat Statistik. 2007. Indikator Ekonomi Desember 2007. Jakarta:
BPS [Depkes] Departemen Kesehatan. 1991. Buku Pedoman Pengobatan Tradisional
(Battra) sebagai Motivator Posyandu, Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Depkes.
[Depkes] Departemen Kesehatan. 2000. Gizi Seimbang Menuju Hidup Sehat
bagi Ibu Hamil dan Ibu Menyusui: Pedoman Petugas Puskesmas. Jakarta: Depkes.
[Depkes] Departemen Kesehatan. 2002. Laporan Survei Kesehatan Rumah
Tangga 2001: Studi Tindak Lanjut Ibu Hamil. Jakarta: Depkes. [Depkes] Departemen Kesehatan. 2003. Petunjuk Teknis Pemantauan Status
Gizi Orang Dewasa dengan Indeks Massa Tubuh. Jakarta: Depkes. [Depkes] Departemen Kesehatan. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005.
Jakarta: Depkes. Hardinsyah. 1985. Ekonomi Gizi. Diktat Jurusan Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Bogor: IPB.
Hardinsyah & Martianto D. 1992. Gizi Terapan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor: IPB.
Hardinsyah & Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan.
Diktat Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Bogor: IPB.
Hardinsyah & Briawan D. 2000. Dampak pemberian biskuit multigizi pada
pertambahan berat badan ibu hamil. Media Gizi dan Keluarga 24(2):132-138.
Hardinsyah & Tambunan V. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi
Daerah dan Globalisasi. Di dalam: Soekirman et al., editor. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII; Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Hardinsyah, Wulandari & Retnaningsih. 2000. Kecukupan gizi, berat dan tinggi
badan anak sekolah penerima PMT-AS di daerah pantai dan pegunungan NTT. Media Gizi dan Keluarga 24(1):177-189.
Harper, Deaton, & Driskel. 1986. Pangan, Gizi, dan Pertanian. Suhardjo,
penerjemah. Jakarta: UI Pr. Terjemahan dari: Food, Nutriton, and Agriculture.
Hermana. 2004. Pengembangan daftar komposisi zat gizi pangan Indonesia. Di
dalam: Soekirman et al., editor. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII; Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. hlm 445-449.
Hunt et al. 1976. Effect of nutrition education on the nutritional status of low
income pregnant women of mexican descent. Am J Clin Nutr 29:675-684. [IOM] Institute of Medicine. 1990. Nutrition During Pregnancy: Part I, Weight
Gain: Part II, Nutrient Suplement. Washington DC: National Academy Pr. Jalal F, Sumali. 1998. Gizi dan Kualitas Hidup: Agenda Perumusan Program Gizi
REPELITA VII untuk Mendukung Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas. Di dalam: Winarno et al., editor. Pangan dan Gizi Masa Depan: Meningkatkan Produktivitas dan Daya Saing Bangsa. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI; Serpong, 17-20 Februari 1998. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. hlm 221-254.
Khomsan A, & Sulaeman A. 1996. Gizi dan Kesehatan dalam Pembangunan
Pertanian. Bogor: IPB Pr.
Khomsan. 1997. Pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang anemia pada peserta dan bukan peserta program suplementasi tablet besi pada ibu hamil. Media Gizi dan Keluarga 21(2):1-7.
Khomsan. 2000. Teknik Pengukuran Gizi. Diktat Jurusan Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Bogor: IPB. Khomsan. 2002. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Bogor: IPB. Muhilal, Husaini F, Jalal, & Tarwotjo. 1993. AKG yang dianjurkan. Di dalam: M.A
Rifai et al., editor. Riset dan Teknologi Unggulan Mengenai Pangan dan Gizi dalam Menghadapi Masalah Gizi Ganda Pembangunan Jangka Panjang II. Widyakarya Pangan dan Gizi V; Jakarta, 20-22 April 1993. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. hlm 421-450
Muhilal, & Hardinsyah. 2004. Penentuan kebutuhan gizi dan kesepakatan
harmonisasi di Asia Tenggara. Di dalam: Soekirman et al., editor. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII; Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. hlm 301-308.
Nadesul H. 2005. Makanan Sehat untuk Ibu Hamil. Jakarta: Puspa swara. Notoatmojo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Notobroto H, & Wahyuni. 2003. Penggunaan pertambahan berat badan dan
ukuran lingkar lengan atas ibu hamil untuk memprediksi berat badan bayi lahir. Jurnal Penelitian Medika Eksakta 4(2):157-168.
Riyadi H. 2001. Metode Penilaian Status Gizi secara Antropometri. Diktat
Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Bogor: IPB.
Riyadi H. 2006. Gizi dan Kesehatan Keluarga. Ed ke-2. Jakarta: Universitas
Terbuka. Riyadi H, Hardinsyah, & Anwar. 1997. Faktor-faktor Resiko Anemia pada Ibu
Hamil. Media Gizi Keluarga 21(2): 35-40 Sanjur. 1982. Social and Culture Perspective in Nutrition. New Jersey: Englewood Cliffts, Prentice-Hall. Sediaoetama AD. 1991. Ilmu Gizi untuk Profesi dan Mahasiswa. Jakarta: Dian
Rakyat. Soekirman. 1994. Mengahadapi Masalah Gizi dalam Pembangunan Jangka
Panjang kedua Agenda Repelita VI. Di dalam: M.A Rifai et al., editor. Riset dan Teknologi Unggulan Mengenai Pangan dan Gizi dalam Menghadapi Masalah Gizi Ganda Pembangunan Jangka Panjang II. Widyakarya Pangan dan Gizi V; Jakarta, 20-22 April 1993. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. hlm 71-86
Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, PAU Pangan dan Gizi, IPB.
Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Suharno et al. 1992. Cross-sectional study on the iron and vitamin a status of
pregnant women in west java, indonesia. Am J Clin Nutr 56:988-993. Syahrul F, Catur A, Zulkarnain E, Garianto E. 2002. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan status imunisasi tetanus toksoid ibu hamil di Kabupaten Lumajang. Jurnal Penelitian Medika Eksakta 3(1):80-88.
Turhayati ER. 2006. Hubungan pertambahan berat badan selama kehamilan
dengan berat lahir bayi di Sukaraja Bogor tahun 2001-2003. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional 1(3):139-144.
Wibowo A, Basuki H. 2006. Pola perawatan kesehatan ibu dan anak pada
masyarakat pendatang. The Journal of Public Health Indonesian 3(1):15-18.
Widayani S. 2004. Iron Deficiency Anemia (IDA) dan Perbaikan Gizi Besi.
Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
William SR. 1973. Nutrition and Diet Therapy. Saint Louis: Mosby. Wirakusumah E.S. 1999. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Jakarta: Pustaka